OLEH :
SALSABIL SYAHPUTRI
203310712
A. Definisi
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan
oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika. BPH adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun )
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius.
Dapat disimpulkan bahwa BPH (Benigna Prostatic hyperplasia) merupakan
Pembesaran pada kelenjar prostat yang dapat menyumbat aliran urin yang sering
terjadi umumnya pada pria
B. Anatomi
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan
membungkus uretra posterior. Prostat berbentuk seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 32,5 cm
dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskuler dan
glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona yaitu : perifer, sentral, transisional,
prepostatik sfingter dan anterior.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan
ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Cairan ini merupakan ± 25% dari volume ajakulat Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak,
mengakibatkan uretra posterior membuntu dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran
kemih .Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional (Purnomo, 2000).
McNeal membagi kelenjar prostat menjadi 3 bagian:
1. Zona sentral
2. Zona perifer 75% volume prostat normal. Kanker prostat berkembang dari zona ini.
3. Zona transisional.5-10% volume prostat normal) ini merupakan bagian dari prostat yang
membesar pada hiperplasia prostat jinak.
Kelenjar prostat yang sehat seperti ukuran kenari, letaknya tepat di bawah blader dan di
atas rektum. dan mengelilingi uretra. Perannya untuk menghasilkan cairan kental yang membuat
sebagian besar air mani pria. Otot prostat membantu sperma bergerak melalui saluran ejakulasi,
dan juga membantu membuka kandung kemih untuk memungkinkan urin melewati uretra.
dengan demikian, kelenjar prostat yang sehat diperlukan untuk kinerja yang memuaskan dari
kedua fungsi seksual dan saluran kencing.
Fisiologi Prostat Sekret kelenjar prostat seperti cairan susu, sekret berasal dari vesikula
seminalis yang merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi sejumlah asam
sitrat sehingga pH nya agak asam yaitu 6,5 Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja
sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret prostat
dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga menghasilkan
cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula
seminalis 46- 80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh androgen bodies
dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol (Mulyono, 1995).
D. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
2. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasi
3. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
4. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
5. Interaksi stroma - epitel
6. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
7. Berkurangnya sel yang mati
8. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.
9. Teori sel stem
10. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit .
E. Patofisiologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun.
Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologi,anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal
menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular pada
prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan
pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah
terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila
keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas.(Basuki B Purnomo,2008)
1. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran
awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi
pada prostat yang membesar.
2. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
3. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis
miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
4. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi
kontraksi involunter, 7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan
berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-
buli mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi
tekanan spingter.
7. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
8. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi
dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
9. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif. Karena
selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.(Azizah 2018)
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1. Pemeriksaan colok dubur Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus
sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG) Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga
keadaan buli-buli termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC
(Red Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria
(prabowo dkk, 2014).
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage) Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya
perdarahan internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan
diperiksa jumlah sel darah merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi
ginjal. Hal ini sebagai data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
6. PA(Patologi Anatomi) Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi.
Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untukmengetahui apakah hanya
bersifat benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
(Rakhmawati 2011)
G. Komplikasi
Komplikasi Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria
akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat,
2005)
No Diagnosis Intervensi
J. WOC
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lailatul. 2018. “Program studi d-iii keperawatan akademi keperawatan panti waluya malang
2018.”
Rakhmawati, Puspita indah. 2011. “Asuhan Keperawatan Pada..., Puspita Indah Rakhmawati,
Fakultas Ilmu kesehatan UMP, 2016 7.” : 7–33.
Bachtiar, S. M. (2019). Pengaruh Pmr (Progressive Muscle Relaxation) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Op Bph (Benign Prostate Hiperplasia). Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan
Makassar, 10(2), 92. https://doi.org/10.32382/jmk.v10i2.1320
Bimandama, M. A., & Kurniawaty, E. (2018). Benign Prostatic Hyperplasia dengan Retensi Urin dan
Vesicolithiasis Benign Prostatic Hyperplasia with Urine Retention and Vesicolithiasis. Jurnal
Agromedicine Unila, 5(2), 655–661.
PPNI SDKI,SIKI,SLKI