Anda di halaman 1dari 26

Fedrick Alfredo Siagian

Kapan dan apa ayat


yang di Amandemen
pada UUD 1945?
Next Slide!
Amandemen Pertama - 14-21 Oktober 1999
Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan saksama dan
sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat,
bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan
Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mengubah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7,
Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan
Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga
selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

Pasal 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan rakyat.
diubah menjadi:
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.

Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.
menjadi
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan
Amandemen Pertama - 14-21 Oktober 1999
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan
sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik
Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."
Janji Presiden (Wakil Presiden):
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan
Bangsa".
Menjadi
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan
sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik
Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."
Janji Presiden (Wakil Presiden):
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan
Bangsa".
(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden
dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.
Amandemen Pertama - 14-21 Oktober 1999
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta Negara lain.
diubah menjadi:
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.
diubah menjadi:
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat
Amandemen Pertama - 14-21 Oktober 1999

Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda
kehormatan.
berubah menjadi:
Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 17
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(3) Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan.


diubah:
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
Amandemen Pertama - 14-21 Oktober 1999
Pasal 20
(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan
rakyat.
(2) Jika sesuatu rantjangan undang-undang tidak mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa itu.
menjadi:
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.Jika rancangan
undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan
Perwakilan Rakyat masa itu.
(3) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.
(4) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Amandemen Pertama - 14-21 Oktober 1999

Pasal 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan rakyat berhak
memajukan rancangan undang-undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetudjui oleh
Dewan Perwakilan rakyat, tidak disahkan oleh
Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan
lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan rakyat
masa itu.
berubah menjadi:
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak
mengajukan usul rancangan undang-undang.
Amandemen Kedua - 07-18 Agustus 2000

Pasal 18
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati
dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam
daerah-daerah yang bersifat istimewa. ”
diubah menjadi

“ (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintah
daerah, yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
(4) Gubernur, Bupati, dan Wali kota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Amandemen Kedua - 07-18 Agustus 2000

Pasal 18 A & 18 B
“ sebelumnya tidak ada ”
menjadi
“ Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan
kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Amandemen Kedua - 07-18 Agustus 2000

Pasal 19
“ (1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan
dengan undang-undang.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalam setahun. ”
diubah menjadi

“ (1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui


pemilihan umum.
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan
undang-undang.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya ”
sekali dalam setahun.
Amandemen Kedua - 07-18 Agustus 2000

Pasal 20
“ (1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. ”
diubah menjadi

“ (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.


(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan
wajib diundangkan.
Amandemen Kedua - 07-18 Agustus 2000

Pasal 20
“ (1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. ”
diubah menjadi

“ (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.


(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan
wajib diundangkan.
Amandemen Kedua - 07-18 Agustus 2000

BAB YANG DI AMANDEMEN


Amandemen UUD 1945 yang kedua dilaksanakan pada Sidang
Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan kedua
UUD 1945 ditetapkan pada 18 Agustus 2000.
- Bab VI mengenai Pemerintah Daerah
- Bab VII mengenai Dewan Perwakilan Daerah
- Bab IXA mengenai Wilayah Negara
- Bab X mengenai Warga Negara dan Penduduk
- Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia
- Bab XII mengenai Pertahanan dan Keamanan
- Bab XV mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan
Amandemen Ketiga - 01-09 November 2001

BAB YANG DI AMANDEMEN


Amandemen UUD 1945 yang ketiga dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001
tanggal 1-9 November 2001. Perubahan ketiga terhadap UUD 1945 ditetapkan
tanggal 9 November 2001.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 23 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:

- Bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan

- Bab II mengenai MPR

- Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara

- Bab V mengenai Kementerian Negara

- Bab VIIA mengenai DPR

- Bab VIIB mengenai Pemilihan Umum

- Bab VIIIA mengenai BPK


Amandemen Kedua - 01-11 Agustus 2002

BAB YANG DI AMANDEMEN


Amandemen UUD 1945 yang keempat dilaksanakan pada Sidang Tahunan
MPR 2001 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 19 Pasal yang terdiri atas 31
butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Hasil Amandemen UUD 1945
yang keempat menetapkan:

- UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua,


ketiga, dan keempat adalah UUD 1945 yang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

- Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal


18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

- Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapuskan dan pengubahan


substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan
Pemerintahan Negara"
Fedrick Alfredo Siagian

Berita harian
13 November 2021 -
19 November 2021
Next Slide!
BARIKADE 98 GELAR RAPAT KERJA NASIONAL PERTAMA
Organisasi Barikade 98 menggelar pengukuhan pengurus serta rapat kerja nasional

(Rakernas), Sabtu (13/11/2021). Selain itu, dalam kesempatan ini Barikade 98 juga mengadakan

orasi kebangsaan memperingati Hari Pahlawan dengan tema 'Merdeka Untuk Berdaulat'.

Pantauan di lokasi, sekitar pukul 13.30 WIB sejumlah anggota Barikade 98 mulai memadati

Auditorium Bina Karna di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan. Acara ini kabarnya bakal

dihadiri Menteri BUMN, Erick Thohir serta tokoh lainnya.

Acara yang rencananya dimulai pukul 14.00 WIB ini memberlakukan protokol kesehatan

pencegahan COVID-19 dengan ketat. Setiap peserta yang datang diwajibkan melakukan swab

antigen untuk memastikan tidak ada yang terpapar COVID-19.

Pihak panitia juga telah berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan di DKI Jakarta. Jika

ditemukan kasus positif, panitian akan melaporkannya.

Di dalam ruangan acara, setiap peserta diwajibkan menggunakan masker dengan benar

sesuai aturan. Selain itu, para peserta juga harus saling menjaga jarak serta menghindari

kerumunan.
Sabtu, 13 November 2021 | 13:40
Ketua MPR Dorong Soliditas dan Profesionalisme Brimob

"Di masa pandemi Covid-19, Korps Brimob Polri juga berhasil melakukan tugas pengawalan
distribusi vaksin hingga ke pelosok negeri. Termasuk menyelenggarakan vaksinasi di markas
Brimob di berbagai daerah," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, di usianya yang ke-76 tahun, Korps Brimob
Polri harus semakin solid dan profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Antara lain
dalam Jibom (penjinakan Bom), Resmob (Reserse Mobil), Wanteror (Perlawanan Teror), SAR
(Search and Rescue), serta PHH (Penanggulangan Huru Hara).
"Termasuk menjaga soliditas TNI-Polri, mengingat dalam berbagai penugasan di lapangan,
seringkali anggota Korps Brimob Polri berada satu tim operasi dengan personel Polri. Soliditas
TNI-Polri merupakan salah satu kunci agar keamanan, ketertiban, sekaligus kedaulatan NKRI bisa
tetap terjaga dengan baik," kata Bamsoet.
Minggu, 14 November 2021 | 15:38
Survei Terbaru: Kinerja Jokowi-Maruf Lebih Baik
Pemerintahan Presiden RI, Joko Widodo, dan Wakil Presiden, Maruf Amin, dinilai baik oleh

masyarakat berdasarkan survei yang dilakukan Indonesia Survey Center (ISC).

Peneliti senior ISC, Chairul Ansar, mengatakan, riset itu dilakukan untuk membandingkan

kinerja pemerintahan tahun 2021 dibandingkan 2020 lalu.

"Sebanyak 12,8 persen menilai jauh lebih baik, 45,3 persen menilai baik, 27,7 menilai biasa saja

dan sisanya menilai buruk serta tidak menjawab," jelas Chairul saat memaparkan hasil survei

secara daring di Jakarta, Minggu (14/11/2021).

Chairul menjelaskan, penilaian baik itu didapatkan dari kesuksesan Jokowi serta kinerja para

menterinya. Selain itu, anggaran yang besar dalam APBN menunjukkan besarnya perhatian

Jokowi terhadap bidang kesehatan, ekonomi, pertahanan dan keamanan.

Hasil survei melaporkan sejumlah persoalan yang harus mendapat penyelesaian segera oleh

pemerintahan Jokowi-Maruf, diantaranya bidang kesehatan terkait pengendalian COVID-19.

Kemudian ketersediaan lapangan kerja, pemberantasan korupsi, kemiskinan hingga

pertahanan dan keamanan.


Senin, 15 November 2021 | 21:37
Penetapan Upah Minimum Provinsi Paling Lambat 21 November 2021

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah meminta gubernur menetapkan besaran upah minimum provinsi (UMP) paling

lambat 21 November 2021. Sedangkat tenggat penetapan upah minimum kabupaten/kota dalah 30 November.

“Gubernur harus menetapkan UMP paling lambat tanggal 21 November 2021. Karena tanggal 21 November merupakan hari

libur nasional, maka penetapannya harus dilakukan paling lambat satu hari sebelumnya, yaitu tanggal 20 November

2021,” kata Ida dalam telekonferensi pers, Selasa (16/11/2021).

Ida menjelaskan bahwa batas waktu penetapan itu juga sudah ditegaskan kembali oleh Menteri Dalam Negeri

561/6393/SJ Hal Penetapan Upah Minimum tahun 2022.

Dia mengatakan bahwa berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 2021, yang merupakan turunan Undang-Undang Cipta Kerja,

tidak ada lagi penetapan upah minimum sektoral atau UMS. Namun, UMS yang ditetapkan sebelum 2 November 2020

tetap berlaku hingga masa berlakunya berakhir atau UMP/UMK di wilayah tersebut telah melebihi jumlahnya.

Menaker juga kembali menegaskan bahwa upah minimum adalah upah terendah yang ditetapkan pemerintah dan

berlaku bagi pekerja dengan masa kerja kurang dari satu tahun

Bagi pekerja dengan masa kerja lebih dari satu tahun seharusnya menggunakan upah efektif berdasarkan struktur dan

skala upah di masing-masing perusahaan.

"Dengan demikian kenaikan upah masing-masing pekerja atau buruh akan sangat bergantung dengan produktivitas

yang dihasilkan," ujarnya.

Selasa, 16 November 2021 | 20:23


Jangan Salah Menyandingkan Pancasila Dengan Agama
Sebagai ideologi negara, Pancasila kerap dibenturkan dengan agama yang akhirnya menimbulkan

konflik. Demikian disampaikan Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini, dalam diskusi bertema

"Pancasila, Agama dan Ideologi" . Ia mengatakan, problem yang dihadapi Pancasila saat ini yaitu

sering digunakan sebagai interpretasi oleh kelompok tertentu untuk membantai kelompok lain.

"Itu menimbulkan luka, tatanan masyarakat yang goyang. Bahkan Pancasila ditabrakkan dengan

agama, contohnya dalam Tes Wawasan Kebangsaan," jelasnya.

Sementara itu, peneliti Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), Kuswanto,

menyatakan bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika membicarakan Pancasila dengan

agama agar tidak menimbulkan konflik.

"Pertama posisi Pancasila terkait dengan sistem keyakinan ideologi-ideologi yang lain. Kedua,

persoalan perwujudan nilai Pancasila," katanya.

Menurut Kuswanto, posisi Pancasila memiliki implikasi yang serius dan perlu diberi pemahaman

kepada masyarakat agar tidak salah memposisikan Pancasila dengan ideologi-ideologi yang lain

atau bahkan dengan agama. "Terdapat konteks yang harus dijelaskan secara terus-menerus supaya

tidak menimbulkan konflik," ujarnya.


Rabu, 17 November 2021 | 21:40
Ketua KPK Sayangkan Masih Ada Kepala Daerah Doyan Korupsi
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri menyayangkan masih ada kepala daerah

yang melakukan tindak pidana korupsi. Ia menuturkan, seharusnya kepala daerah berkomitmen

membangun wilayahnya agar semakin maju.

Hal tersebut disampaikan Firli usai penangkapan Bupati Hulu Sungai Utara, Abdul Wahid yang terjerat

kasus suap dan gratifikasi. "Bukan sebaliknya, mengingkari amanah jabatannya untuk mendapatkan

keuntungan pribadi dan kelompoknya melalui praktik-praktik korupsi," jelas Firli di Gedung Merah Putih

KPK, Jakarta, Kamis (18/11/2021).

Filri menerangkan, kepala daerah yang melakukan korupsi pada pembangunan proyek akan

merugikan suatu daerah. Menurut polisi bintang tiga itu, tindak pidana korupsi pada suatu proyek

pembangunan mengakibatkan degradasi kualitas hasil pengadaan barang dan jasa.

"Sekaligus menghambat upaya pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional. Sehingga

masyarakat sebagai penerima manfaatnya menjadi pihak yang paling dirugikan," tuturnya.

Untuk itu, ujar Firli, KPK terus mengingatkan kepada seluruh kepala daerah agar menjalankan amanah

dan tanggung jawab sebaik mungkin, dan bekerja dengan penuh integritas menjauhi praktik korupsi.

Kamis, 18 November 2021 | 19:30


Bupati Aceh Tengah Mendapatkan Perhargaan Manggala Karya Kencana

dari BKKBN di Jakarta


Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, menerima penghargaan Manggala Karya Kencana (MKK), dari

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

"Ini merupakan hasil kerja keras bersama, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Aceh

Tengah,” kata, Shabela, Kamis (18/11).

Pihaknya berkomitmen dan bersungguh - sungguh focus, dalam mengemban amanah meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, di Kabupaten Aceh Tengah.

Shabela, mengatakan, penghargaan tersebut merupakan, bentuk apresiasi dari BKKBN kepada Pemkab

Aceh Tengah, karena dinilai telah mendukung penggerakan program Kependudukan Keluarga Berencana

dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), di Kabupaten Aceh Tengah selama kurun waktu dua tahun terakhir.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengatakan, MKK merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan

pemerintah pusat, kepada sosok yang dinilai mempunyai dedikasi tinggi, terhadap program pengendalian

penduduk dan keluarga berencana.

"Penghargaan ini merupakan, wujud apresiasi kami kepada Bupati Aceh Tengah atas prestasi, komitmen,

serta kepemimpinannya dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas, dan penduduk tumbuh

seimbang," kata dia


Jumat, 19 November 2021 | 08:40
Fedrick Alfredo Siagian

Simpulan
MEREKA-REKA CIPTA
KERJA
Najwa Shihab

Next Slide!
MEREKA-REKA CIPTA KERJA | Najwa Shihab
Undang-Undang Cipta Karya yang baru saja disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

pemerintah menuai pro dan kontra. Sejumlah pihak menilai, UU Ciptaker ini cacat secara

prosedural. Seperti yang diungkapkan Direktur Eksekutif Lokataru Foundation. Menurut dia, materi

UU Cipta kerja yang baru saja disahkan oleh DPR RI tak sesuai dengan prosedur dalam Peraturan

Perundang-undangan.

“Ini kecurangan legislatif. Sejak awal (proses RUU) tidak memenuhi prinsip-prinsip tata cara

perundang-undangan. Salah satunya soal konsultasi, mengukur problem sosiologis. Itu harus

turun ke masyarakat dan ketemu para ahli, Haris Azhar semakin yakin materi di UU Ciptaker

tersebut cacat. Sebab, sampai hari ini saja masih banyak orang yang tak mengetahui isi draft

mana yang dibahas. Padahal, lanjut dia, hal itu menghasilkan sesuatu yang membahayakan

negara.Haris Azhar pun mengkritisi pernyataan dari Ketua Badan Legislasi DPR, Supratman Andi

Atgas, yang menyebut selama proses pembahasan RUU Cipta Kerja mulai dari pembahasan di

tingkat panja sampai raker pada 3 Oktober 2020 pembahasannya bisa diakses publik, termasuk

perkataan Agus yang menyebut Badan Legislasi DPR melalui fraksi telah melakukan konsultasi

publik.
Fedrick Alfredo Siagian

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai