Anda di halaman 1dari 8

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol.

6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

PSIKOLOGI KEPOLISIAN: SERAGAM, PANGKAT,


DAN SENJATA API
Erik Saut H Hutahaean
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

ABSTRAK

Tulisan ini bermaksud untuk melakukan kajian ilmiah mengenai beberapa hal yang terkait dengan
keadaan psikologis dalam bidang kepolisian. Beberapa hal yang dianalisis adalah tentang kondisi
psikologis penggunaan seragam, senjata api, dan gambaran psikologi polisi berdasarkan jenjang
kepangkatan. Analisa dilakukan dengan melakukan kajian gambaran kualitatif deskriptif
berdasarkan hasil wancara kepada subjek dan hasil studi yang dipaparkan di dalam hasil-hasil
penelitian sebelumnya. Berdasarkan analisa kajian yang dilakukan. Dapat diketahui bahwa
seragam mempunyai faktor psikologis yang terkandung di dalamnya yaitu : kekuatan (menurunkan
perilaku tidak patuh) akan kekuasaan, otoritasi, nilai perilaku. Pangkat memiliki kandungan
psikologis yang terkait dengan kewenangan dan kepemimpinan. Jenjang kepangkatan
menggambarkan tentang status posisi didalam organisasi kerja, yaitu ; melaksanakan perintah
tugas, kewenangan kerja, kemampuan manjemen dan kepemimpinan. Senjata api mempunyai
kaitan dengan agresivitas dan kontrol emosi (homicide and suicide).

Kata kunci : psikologi, polisi, seragam, pangkat, dan senjata api.

PENDAHULUAN seragam yang dikenakannya, pangkat


Polisi adalah sebuah profesi kerja yang melekat dipundaknya, dan senjata
yang bertugas untuk menjamin penegakan api yang dapat digunakan dalam
hukum dan terjaganya keamanan melaksanakan suatu tugas.
masyarakat. Terkait dengan tugas Dalam menjalankan tugasnya
penegakan hukum polisi bekerja untuk terdapat beberapa aspek-aspek yang dapat
memerangi kejahatan, yaitu dengan turut membentuk kapasitasnya, terutama
menekan tingkat kejahatan yang terjadi di terkait dengan proses menjalankan
lingkungan. Melalui sebuah proses pekerjaannya. Salah satu diantaranya
penegakan hukum yang objektif. Terjaga adalah faktor psikologis yang menjadi
keamanan masyarakat sangat terkait bagian dalam menjalankan tugasnya.
dengan tugas untuk bisa melindungi Seragam merupakan hal yang menjadi
masyarakat, dari sebuah tindakan yang pembeda antara polisi dan militer, antara
merugikan yang dilakukan oleh sekelopok masyarakat umum dengan orang-orang
orang ataupun seseorang. Seorang anggota yang menjadi anggota kepolisian. Hasil
polisi menjadi pribadi yang unik, karena penelitian yang diungkap oleh De
dapat dihubungkan dengan kekuasaan Camargo (2012), penggunaan seragam
yang dimilikinya. Berdasarkan temuan dan profesi kepolisian biasanya dapat
SHQHOLWLDQ GDUL 6NROQLFN¶V GDODP &RPEHH memberikan kontaminasi terhadap
2013), adanya kekuasaan khusus dari kehidupan. Yaitu kontaminasi
polisi dapat membuat banyak orang akan mendapatkan kepemilikan keadaan
bereaksi secara berbeda saat mengetahui personal, berupa kepemilikan titel status
dirinya berhadapan dengan seorang tertentu. Seperti yang diuraikan oleh
anggota polisi. Lebih lanjut lagi dijelaskan Herzog (2001), bahwa tampilan polisi
bahwa ada suatu keadaan yang konsisten menjelaskan kepemilikan tentang
antara diri anggota polisi dengan cara profesional police goals. Yaitu berperang
pandang akan dunia kepolisian. Terlebih melawan kejahatan dan juga memberikan
lagi polisi saat dikaitkan dengan pakaian pelayanan. Karenanya banyak peristiwa

Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam... P-29


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

yang ditemukan di masyarakat yang kognitif dan perilaku anggota polisi.


memperlihatkan adanya penambahan Melalui pandangan tentang budaya yang
terhadap keadaan psikologis tertentu pada melekat yaitu seragam, pangkat dan
orang-orang yang mengenakan seragam kewenangan menggunakan senjata api
polisi. Baik itu polisi yang sebenarnya, saat bertugas. Tulisan ini bermaksud
maupun masyarakat sipil yang untuk mencari jawaban-jawaban tentang
mengenakan seragam polisi untuk keadaan psikologis apa saja yang
kepentingan tertentu. terbentuk?
Jenjang pangkat menggambarkan tentang
tingkat dan keudukan seluruh anggota di METODE PENELITIAN
dalam struktur kepolisian. Jenjang Kajian studi yang dilakukan untuk
pangkat terkadang dikaitkan dengan mengenali lebih jelas tentang rumusan
keadaan-keadaan psikologis dalam permasalahan, adalah dengan metode
melakukan pengelolaan pekerjaan. Dari kualitatif deskriptif, yaitu dengan
hasil studi penyelidikan yang dilakukan melakukan wawancara terbatas kepada
Sidanius, Liu, Shaw dan Pratto (1994) beberapa subjek, dan juga dikombinasikan
dapat diketahui bahwa kepangkatan pada dengan konsep temuan-temuan penelitian
bidang kepolisian sering dikatikan dengan dari beberapa literatur. Yaitu dengan
pandangan-pandangan yang berhubungan melakukan kajian terhadap sumber-
dengan dominasi sosial. sumber literatur dan dokumentasi yang
Senjata api (firehand/handgun) terkait. Proses dalam melakukan studi
adalah salah satu alat penunjang yang dijalankan dengan menggunakan prinsip
dipakai untuk melakukan tugas-tugas investigasi ilmiah, sehingga bisa
bidang menjaga keamanan. Dalam proses didapatkan gambaran yang lebih jelas.
penggunaannyapun diperlukan Hasil studi dari laporan penelitian
serangkaian pemeriksaan psikologis. Hal sebelumnya, artikel-artikel ilmiah, sumber
ini sering dikaitkan dengan kondisi- dokumentasi tertentu yang terkait dengan
kondisi psikologis yang dapat tujuan studi. Digunakan sebagai landasan
mempengaruhi perilaku penggunaannya. untuk memaparkan gambaran psikologis,
Diuguid (2014) menjelaskan bahwa gambaran analisa mengenai fenomena
kepemilikan senjata api (guns) psikologis yang terkandung di dalamnya.
memberikan orang-orang yang Berupa faktor psikologis yang
memegangnya perasaan (sense) tentang mempengaruhinya, keadaan psikologis
kekuatan dan kontrol keamanan, tetapi yang terbentuk, dan dampak psikologis
pada sisi yang lainnya juga membentuk yang terjadi. Gambaran mengenai
adanya rasa takut dan kekhawatiran fenomena psikologis yang terjadi,
tentang dampaknya yang bisa melukai diuraikan dalam bentuk bagan dan tabel
orang lain. Dalam sebuah gambaran deskripsi. Berupa uraian-uraian data yang
laporan teknis (technical report 1996) dapat menjelaskan tentang faktor yang
tentang psychological evaluation and gun membentuknya, kondisi psikologis yang
control. Tertulis bahwa senjata api dialami, dan dampaknya.
memiliki dampak psikologis tertentu,
karena sering dikaitkan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaannya yang bisa melukai atau Seragam adalah suatu istilah untuk
menghilangkan nyawa orang lain, dan menerangkan tentang pakaian yang
juga melukai atau menghilangkan nyawa dikenakan dalam menjalankan proses-
sendiri. proses kedinasan. Hasil dari sebuah
Penelitian tentang keadaan penelitian experimental terkait dengan
psikologis yang melekat pada bidang pakaian kedinasan, menunjukan bahwa
kepolisian banyak yang diarahkan kepada pemikiran mengenai pakaian (yang
budaya-polisi yang berpengaruh kepada dipakai jalankan tugas tertentu) dapat

P-30 Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam...


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

mempengaruhi proses psikologis dari masyarakat yang berada dlingkungan


orang-orang yang menggunakannya sekitar keberadaannya. Jika pun ada
(Adam dan Galinsky 2012). Seragam yang individu yang melihat kehadiran anggota
dikenakan polisi saat bertugas mempunyai polisi berseragam lengkap, dapat
hubungan yang kuat dengan aspek menimbulkan ketidaknyamanan. Biasanya
kekuatan (power) dan kewenagan bisa dikaitkan dengan peristiwa khusus
(authority). Seperti hasil penelitian yang dari pengalaman hidup orang tersebut.
diterangkan di dalam Doran (2009), yaitu Pangkat menggambarkan jenjang
tentang penggunaan seragam polisi. tingkatan autoritatif yang teratur
Dimana proses psikologis yang terjadi berdasarkan tata urutan yang sistematis.
adalah individu mendapatkan visualisasi Pangkat dapat menunjukan kedudukan
tentang dirinya sebagai seorang penegak dan peringkat seseorang dalam lingkungan
hukum, dengan hak keprofesian sebagai tugas tertentu. Pangkat juga dikaitkan
polisi. Individu yang mengenakannya dengan kedudukan presties dalam
merasa memiliki otoritas dalam bidang pengelihatan masyarakat umum. Sebuah
hukum, sehingga bisa memperlihatkan studi (pilot study) yang dituliskan oleh
kekuatan-kekuatan yang dapat Hann (1971) bahwa polisi dengan pangkat
menginspirasikan orang-orang yang yang tinggi akan lebih disukai,
melihatnya untuk memberikan respon memperlihatkan status sosial dan
patuh dan tunduk. Sehingga menyebabkan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari
menurunnya niat untuk melakukan masyarakat umum. Pada penjelasan yang
pelanggaran. Pakaian kedinasan polisi lainnya jenjang kepangkatan juga
mempunyai pengaruh ketidaksadaran menggambarkan tentang jalur karir,
psikologis pada individu, tergantung tentang kepemilikan tipe-tipe kemampuan
pemahaman yang dirasakan mengenai dan pengalaman (Greene 2007).
polisi. Karena itulah dapat membuat Pada uraian studi yang lainnya
masayarakat biasa dapat memunculkan menjelaskan bahwa jenjang pangkat juga
reaksi yang berbeda saat berhadapan dapat menggambarkan faktor sumbur
dengan polisi. stress kerja. Cooper dkk (dalam Hollin
Hasil dari wawancara didapatkan 1993) melakukan investigasi tentang
keterangan dari subjek, bahwa seragam sumber stress dengan pangkat sersan
dapat memperjelas keberadaan dirinya di (sama dengan brigadir), inspektur dan
dalam sebuah lingkungan. Saat awal kepala inspektur, superintendent dan
mengenakannya seperti muncul perasaan kepala superintendent. Anggota dengan
kebanggan terhadap diri sendiri dan pangkat inspektur memiliki faktor sumber
kewibaan dari diri. Seragam dapat tekanan mental yang lebih sedikit
menegaskan tentang kepemilikan status dibandingkan dengan anggota dengan
sebagai anggota polisi ditengah-tengah pangkat kepala inspektur, superintendent
masyarakat. Terkadang juga dapat dan kepala superintendent. Adapun
membuat dirinya bisa lebih disegani oleh anggota dengan pangkat sersan memiliki
beberapa orang yang mengetahaui bahwa faktor yang lebih bisa diasosiasikan
dirinya adalah anggota polisi. Rasa segan dengan tingkat depresi.
itu muncul sesuai dengan lapangan Hasil dari wawancara didapatkan
kerjanya.Yaitu seorang yang bekerja keterangan berdasarkan persepsi subjek,
sebagai pelindung, pelayan, pengayom yaitu bahwa pangkat bisa menggambarkan
dan penegakan hukum. Berdasarkan hasil tentang posisi anggota. Untuk posisi
dari subjek lainnya, jika melihat ada pimpinan adalah anggota polisi dengan
anggota polisi (yang mengenakan jengjang pangkat perwira. Sedangkan
seragam). Memunculkan ada persepsi pelaksana lapangan lebih banyak
yang bisa memberikan penambahan akan dilakukan oleh anggota dengan pangkat
rasa keamanan dan rasa keteraturan bagi

Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam... P-31


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Tabel 1. Aspek Psikologis Seragam Polisi
Faktor Dampak Penggunaan Dampak Bagi Yang Melihat
Memancarkan signal tentang status Adanya figur yang kuat untuk menegakan
sebagai anggota keteraturan
Kekuatan
Visual representatif penegakan Menurunkan kemauan untuk melakukan
hukum pelanggaran
Mempunyai kekuatan untuk membuat
Menurunkan dorongan untuk tidak patuh
orang lain patuh
Otoritas
Memancarkan signal tentang Menguatkan munculnya respon untuk
wewenang tunduk

bintara. Bintara perlu lebih memahami bertugas sebagai pemimpin dan sekaligus
arahan atasan, dan kondisi lapangan.Hal juga sebagai manajer. Karenanya seorang
ini untuk menjamin kelancaran tugas. perwira harus memiliki karakter
Kalaupun dilapangan ditemukan ada kepemimpinan yang kuat. Bisa menjadi
anggota dengan pangkat bhayangkara, teladan bagi bawahan dan menciptakan
biasanya itu terdapat dalam satuan dinas kondisi yang kondusif dalam kesatuan
tertentu saja. Sebagai bintara lebih banyak yang dipimpinnya. Sebagai manajer,
menjalankan tugas berdasarkan perintah perwira memiliki kekuasaan untuk
umum dari komandan, sangat jarang melakukan supervisi. Dalam sebuah buku
mendapatkan tugas yang dijabarkan secara yang dituliskan UNODC (2011), dalam
mendetil. Oleh karena itu bisa menjadi melakukan tugasnya polisi mempunyai
sulit untuk sesuaikan perintah komandan kekuasaan diskresi (keputusan pe-
dengan keadaan yang terjadi di lapangan. negakan). Dalam memutuskannya sangat
Bahkan dilapangan kerja, banyak pihak mungkin keputusan yang dibuat kurang
tertentu yang melakukan intimidasi tepat. Oleh karena itu untuk membuat
pangkat (dirmehkan karena pangkatnya polisi memiliki akuntabilitas yang kuat
dianggap sebagai bawahan). (tidak menyimpag), diperlukan adanya
Kepolisian memiliki tiga jenjang supervisi khususnya terhadap perintah
tingkatan autoritatif. Pertama adalah yang diberikan kepada bawahan dan
tamtama (bhyangkara), yaitu tingkatan sebagai bentuk pertanggung jawabannya,
jenjang pangkat paling rendah, yang yaitu terlaksananya perintah dengan tepat.
membuatnya menjadi sangat perlu untuk Supaya bisa mengarahkan dan mengelola
siap melaksanakan instruksi atasan. performance dari bawahan dan juga
Karenanya diperlukan loyalitas yang satuan unit kerjanya atau satuan wilayah
tinggi dan pantang menyerah untuk kerjanya. Karena itu harus bisa:
laksanakan instruksi. Kedua adalah mengarahkan, melakukan evaluasi akan
bintara (brigadir), yang merupakan tulang perintah yang dikeluarkannya dan meng-
punggung Kesatuan dan penghubung evaluasi pelaksanaan kerja, melakukan
antara Perwira dan Tamtama. Berperan pembinaan dan pengembangaan yang
untuk melancarkan arahan dan petunjuk mendukung kinerja bawahan.
dari perwira, sehingga menjadi tindakan Senjata api adalah salah satu alat
nyata dalam melakukan suatu pekerjaaan kelengkapan yang digunakan oleh polisi
tertentu. Memberikan kepastian bahwa dalam menjalankan tugasnya memerangi
arahan tugas yang diberikan oleh kejahatan. Penggunaannya dalam tugas
atasannya sudah dilaksankan. Karenanya kedinasan adalah untuk melumpuhkan
harus mempunyai kemampuan daya pelaku kriminal yang memberikan
tangkap untuk merealisasikan perintah perlawanan berbahaya bagi keselamatan
atasan menjadi sebuah tindakan kerja polisi dan orang lain, dan juga usaha-
nyata yang tepat sasaran. usaha untuk melepaskan diri dari proses
Ketiga adalah perwira, yang penangkapan. Sehingga dalam keadaan
berperan sebagai atasan (bagi Bha- yang sesuai prosedur penembakan bisa
yangkara dan Brigadir). Karenanya akan

P-32 Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam...


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Tabel 2. Aspek Psikologis Pada Pangkat
Kapasitas Yang
Dampak Yang
Jenjang Pangkat Peran Dalam Bekerja Perlu Dimiliki Terkait
Terbentuk
Tingkatan Pada Korps
Tamtama Lakukan instruksi Sigap Patuh terhadap perintah
(Bhayangkara)
Laksanakan arahan Loyalitas
Lakukan perintah Pantang menyerah
Penghubung Komunikasi Berfikir konseptual
Bintara (Brigadir)
Melancarkan arahan Daya tangkap Berpikir operasional
Melancarkan petunjuk Berpikir realistik
Kepemimpinan Karakter Pemimpin
Pemimpin
Perwira Integritas keteladanan Leadership Skill
Adaptasi diri
Mengarahkan Berfikir strategis
Manajer
Mengevaluasi Managerial skill
Melakukan Pengembangan
Melakukan Pembinaan

mengakibatkan adanya korban luka atau menjalankan tugas-tugas penjagaan dan


bahkan korban jiwa. pengawalan khusus tertentu. Saat men-
Polisi yang melakukan penembakan dapatkan tugas diberikan kesempatan
juga memiliki tekanan-tekanan traumatis pegang senjata memunculkan perasaan
di dalam proses mentalnya (post traumatic bangga, dan juga disertai dengan keadaan
syndrome). Sebuah studi yang dilaporkan emosi yang terkesan bergerak secara labil.
oleh Mitchel dan Flin (2007) Sehingga pada suatu waktu seperti muncul
memperlihatkan bahwa keputusan untuk dorongan untuk bersikap sedikit arogan.
menembak atau tidak menembak pelaku Adapun arogansi yang ada bisa ditekan
kejahatan bisa dijelaskan melalui sebuah dengan mengingat diri agar patuh ter-
keputusan (shooting decision). Keputusan hadap ketentuan. Jika sulit dikendalikan,
menembak didasarkan kepada adanya nanti saat memberikan perlawanan bisa
keadaan dimana perlawanan pelaku saja mengenai masyarakat yang lainnya
kejahatan dapat mengancam keselamatan (bukan yang akan ditangkap). Berda-
dan nyawa polisi ataupun masyarakat sarkan keterangan dari subjek lainnya,
sekitarnya (bisa sandera). Keputusan memang ada juga ditemukan anggota
untuk tidak menembak didasarkan kepada menggunakan senjatanya saat sedang
keadaan dimana pelaku sudah menyerah tidak menjalankan dinasnya. Bisa saja
atau tidak berdaya dalam keadaan karena anggota tersebut baru selesai
terkepung. Dimana penyergapan atau melaksanakan tugas kedinasannya. Keja-
penangkapan berlangsung dalam kondisi dian ini dipandang dapat memunculkan
yang aman. nilai yang tidak bagus pada penilaian
Keterangan dari hasil wawancara pandangan masyarakat. Apalagi kalau
menggambarkan bahwa penggunaan dikaitkan dengan peristiwa anggota yang
senjata api pada anggota polisi tidak pada bunuh diri, menembak atasan dan juga
seluruh anggota polisi yang sedang temannya, belum lagi senjata yang
bertugas. Karena ada tugas-tugas tertentu digunakan untuk luapan emosi pribadi
yang memang diperlukan untuk terhadap orang lain. Seperti yang dapat
menggunakan senjata api. Biasanya untuk diketahui melalui berita pada media masa.
melumpuhkan perlawanan dari orang- Laporan yang dituliskan oleh
orang yang disergap dalam sebuah KontraS (2013) tercatat bahwa kekerasan
tindakan pengejaran dan penangkapan. dengan menggunakan senjata api paling
Atau bisa juga digunakan saat

Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam... P-33


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Tabel 3. Aspek Psikologi Yang Terkandung Dalam Penggunaan Senjata Api
Kepentingan Jenis Dampak Dampak
Peristiwa
Penggunaan Serangan Penggunaan Psikologis
Penanganan konflik
Residensial Penyesalan
Penanganan konflik Korban luka tembak Trauma dan takut
Agresi
Tugas kedinasan jalanan Korban hilang nyawa Dorongan
Intrumental
Pengejaran pelaku Terkena rekan kerja Agresivitas
Merasa tertekan
Pengepungan pelaku
Penugasan yang tidak
biasa *
Tekanan dari pekerjaan Bunuh diri
Masalah hubungan Agresi Penembakan terhadap
Non-kedinasan Punishment
pribadi Kemarahan sesama polisi
Penembakan terhadap
Keadaan keluarga
masyarakat Kecaman publik
Kesulitan keuangan

banyak dilakukan oleh polisi keuangan dan penugasan yang tidak biasa
dibandingkan dengan Tentara dan (Wilman 2013). Ketidaknyamanan dan
OTK(orang yang tidak dikenal), dimana tekanan yang berat baik itu dalam
pertanggung jawaban akuntabilitasnya kehidupan non-kedinasan dan kedinasan
tidak begitu kuat. Catatan John dan Can adalah dasar yang memicu
yang terdapat pada Radar Pena.com penyalahgunaan senjata api. Analisa dari
(2014) yang dikutip dari IPW (Indonesian bidang studi psikologi sosial, peristiwa ini
Police Watch) memperlihatkan bahwa merepresentasikan tentang agresi yang
penyalahgunaan senjata api oleh anggota didasarkan dorongan emosional. Hal ini
polisi mempunyai tiga bentuk. Yaitu disebut sebagai hostile agression, yaitu
penembakan untuk bunuh diri, agresi ungkapan kemarahan dimana
penembakan terhadap sesama polisi, dan pelakunya memperlihatkan emosi negatif
penembakan kepada masyarakat. Pada yang tinggi (Myers dalam Baron & Byrne
hasil studi memperlihatkan bahwa 2009). Meskipun banyak kasus
penggunaan senjata api juga bisa penyalahgunaan senjata api disebabkan
dikaitkan dengan kondisi emosi oleh faktor-faktor psikologis yang lainnya.
penggunanya. Petugas polisi memilliki Namun ketidak berdayaan untuk
permasalahan pribadi yang terkait dengan mengontrol kemarahan (kondisi emosi)
kehidupan di luar kedinasannya, dan juga sangat berkaitan dengan terjadinya kasus
kehidupan yang berkaitan dengan penembakan.
kedinasannya sebagai anggota pada fungsi
teknis kerja tertentu. Proses kerja yang SIMPULAN DAN SARAN
dijalankan oleh polisi sering Seragam, pangkat dan senjata api
menghadapkannya dengan tekanan yang memberikan pengaruh yang dapat
sangat berat (stressfull). Yaitu situasi yang membentuk keadaan psikologis tertentu
berbahaya, kericuhan dengan perlawanan saat memiliki dan mengenakannya.
yang keras (Gudjonsson dan Adlam dalam Seragam, pangkat dan senjata api
Hollin 1993), dan pengalaman traumatis merupakan tiga hal yang melekat pada
frustasi dan hal-hal negatif lainnya. Belum tugas-tugas kepolisian. Masing-masing
lagi jam kerja yang panjang, kurang waktu dapat berperan dalam membentuk keadaan
untuk beristirahat, juga turut membentuk psikologis tertentu pada orang-orang yang
suatu tekanan pada pekerjaan polisi menggunakannya, dan bahkan juga
(Swatt, Gibson dan Piquero dalam terhadap orang-orang yang melihat dan
Willman 2013). Sedangkan untuk masalah menyadari keberadaan anggota polisi yang
kehidupan pribadi adalah mengenai menggunakan seragam. Pangkat
keluarga, hubungan sosial, masalah merupakan gambaran yang terkait

P-34 Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam...


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

pembentukan keadaan psikologis dalam Greene, J.R. (2007). The encyclopedia of


menjalankan fungsi dan peran kerja dalam police science. New York : Tylor &
sebuah organisasi tugas. Yaitu sebagai Francis Group, LLC.
pelaksana perintah untuk jenjang pangkat Hann, H. (1971). A profile of urban
yang lebih rendah, sebagai penghubung police. 36 Law and contemporary
yang dapat menjamin lancarnya problems.
pekasanaan perintah, dan juga sebagai Herzog, S. (2001). Militarization and
pemimpin di dalam organisasi kerja demilitarization process in the
(untuk perwira). Israeli and American police forces.
Keterbatasan akan data yang Policing and society. International
digambarkan dalam penelitian ini, Journal of research and policy. Vol
merupakan data yang mendasar saja, data 11:181-208.
yang didapatkan berdasarkan wawancara Hogg, M.A & Vaughan, G.M (2002).
untuk dapatkan gambaran saja. Karenanya Social Psychology : 3rd edition.
data yang didapatkan hanya sedikit dan London : Prentice Hall.
bersifat umum, sehingga melibatkan hasil Hollin, C.R (1993). Psychology and crime
kajian dari literatur sebelumnya untuk : an introdustion to criminology
memberikan penjelasannya. Untuk lebih psyachology. Mackays of Chatham
memperdalam analisa mengenai atribut plc.
seragam, pangkat dan senjata api yang John., Chan (2014). Sepanjang 2014, 27
terkait dengan psikologi kepolisian. Perlu orang jadi korban polisi koboi.
dilakukan studi lebih lanjut lagi kepada RadarPena.com. -XP¶at 26
bentuk-bentuk penyimpangan (deviansi) Desember.
dalam melakukan tugas dinas dan Loftus, B. (2010). Police occupational
mengenai wewenangnya. Sehingga dapat culture : classic themes, altered
dikenali dengan lebih jelas mengenai times. Policing and Society. 20.1-
faktor pembentuk terjadinya 20.
penyimpangan. KontraS (2013). Laporan KontraS soal
penggunaan senjata api yang
DAFTAR PUSTAKA digunakan dalam kekerasan :
Adam, H., Galinzky, A, D. (2012). 'RRRRUU ³EXNDQ NDPL LWX 27.´
Enclothed cognition. Journal of 15 Agustus 2013.
experimental social psychology. POST. (1996). Psychological evaluation
YJESP-02834 : 8 : 4C. and gun Control. Post Techincal
j.jesp.2012.02.008.1-8. Report. 87. November. Parliament
Combee, H. (2013). To what extent does POST Publication. London.
police occupational culture impact Sarre, R. (1993). Police use of firearms.
on the social culture and domestic second National Confrence on
lives of police officers. Plymouth violance Australian Institute Of
Law & Criminal Justice Review. Criminology.
De Camargo, E. (2012). The police Sidanius, J., Liu, J.H., Shaw, J.S., Pratto,
Uniform : Power, authority and F. (1994) Social dominance
culture. Internet Journal Of orientation, hierarchy attenuators
Criminology.. ISSN 2045-6743. 4-5. and hierarchy enhancer : social
Diuguid, L. (2014). Guns stir great dominance theory and the criminal
emotios on both sides of debate. The justice system. Journal Of Applied
Kansas City Star. May 25. Social Psychology., 24, 4, pp, 338 ±
Doran, B. (2009). Dressing the part : 336.
power of the police uniform. made Swatt,M., Gibson, C.L., Piquero, N.L.
to measure uniform Magazine. (2007). Exploring the utility of
general strain theory in explaining

Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam... P-35


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

problematic alcohol consumption by integrity : comprehensive structure


police officers. Journal Of Criminal for effective police accountability.
Justice, 35, 597. Chap1.P 6-7. Criminal Justice
UNODC. (2011). Hanbook on police Handbook Series. New York.
accountability, oversight and

P-36 Hutahaean, Psikologi Kepolisian: Seragam...

Anda mungkin juga menyukai