Anda di halaman 1dari 7
Rilis dan Kronologi Pengepungan Desa Wadas oleh Aparat Kepolisian Selasa 08 Februari 2022 Senin, 7 Februari 2022 siang, ribuan aparat kepolisian mencoba kembali memasuki Desa Wadas. Hari itu mereka melakukan baris berbaris di Purworejo dan mendirikan tenda di Lapangan Kaliboto, Kecamatan Bener, Purworejo yang berlokasi di belakang Polsek Bener. Malam harinya, terjadi pemadaman listrik di Desa Wadas, sementara desa-desa sekitarnya tetap menyala. sekitar pukul 07.00 WIB, salah satu warga Wadas bersama ya yang kebetulan akan ke kota Purworejo menyempatkan diri sarapan di warung dekat Polsek Bener sembari melihat kondisi di polsek itu. Tiba-tiba, mereka didatangi beberapa orang p Satu warga itu kemudian dibawa ke ke Polsek Bener. Sementara, istrinya berhasil lolos dan kembali ke Desa Wadas. Sampai saat ini, satu warga tersebut masih belum diketahui kabar dan keberadaannya. ‘Sekitar jam 08.00, ribuan polisi bersenjata lengkap dengan anjing-anjingnya melakukan apel di Lapangan Kaliboto. Pukul 09.00 WIB, tim pengukur dari Kantor Pertanahan Purworejo mulai memasuki Desa Wadas. Pukul 09.30 WIB, akses masuk ke Desa Wadas di sekitar polsek Bener sudah dipadati aparat kepolisi. Sekitar pukul 10.00, beberapa mobil polisi memasuki Wadas dan merobek serta mencopot poster-poster yang berisikan penolakan terhadap pertambangan di Desa Wadas. ribuan aparat kepolisian berhasil memasuki Desa Wadas menggunakan motor, mobil, dan jalan kaki. Pukul 12.00 WIB, aparat kepolisian mengepung dan menangkap warga yang sedang mujahadah di masjid yang berada di Dusun Krajan. Sedangkan, proses pengukuran lahan yang dilakukan di hutan tetap berjalan. Pukul 12.24, aparat kepolisian mendatangi ibu-ibu yang sedang membuat besek di posko-posko jaga dan merampas besek, pisau, dan peralatan untuk membuat besek. Polisi juga melakukan teror dan kriminalisasi terhadap warga Desa Wadas dengan menangkap lebih dari 60 orang dengan alasan yang tidak jelas. Mereka berkeliling ke setiap rumah dan merangsek masuk ke rumah-rumah warga tanpa seizin pemilik rumah. Aparat kepolisian juga merampas perlengkapan membesek di rumah-rumah itu. Bentak dan makian juga mereka lontarkan kepada pemilik rumah tersebut. Padahal, banyak perempuan, lansia, dan anak-anak yang saat itu berada di dalam rumah. polisi kembali menangkapi puluhan warga bahkan, anak-anak kecil. Polisi juga menangkap para pemuda yang hendak shalat di masjid. Hingga saat ini, warga masih kesusahan untuk mendapatkan sinyal karena ada indikasi sinyal di-take-down sehingga terhambat untuk mengabarkan kondisi lapangan. banyak di antara ibu-ibu Wadas masih terjebak di Masjid Dusun Krajan, meskipun sudah ada beberapa warga yang berhasil keluar. Sementara itu, warga yang membantu ibu-ibu keluar dari masjid langsung digelandang oleh aparat. Hingga saat ini, di tengah kepungan aparat kepolisian, warga di luar masjid masih mencoba mencari cara untuk mengantar minuman kepada warga yang ada di dalam masjid. 66 nsijuge menuduh warga yang ditangkap membawa senjata tajam. Padahal, aparat sendiri yang justru datang membawa senjata lengkap dan tameng. Tidak ada warga Wadas yang sengaja membawa senjata tajam, apalagi digunakan untuk menghalangi aparat kepolisian. Aparat kepolisian sendirilah yang merangsek masuk ke rumah-rumah warga dan merampas alat pertanian dan membuat besek milik warga. Tuduhan aparat kepolisian bahwa ada beberapa warga yang membawa senjata tajam dan melakukan perlawanan menjadi ungkapan yang tidak berdasar. 9 Di samping itu, muncul beberapa kabar bahwa warga menggelar aksi dan memicu ricuh. Padahal sejak pagi, ribuan aparatlah yang datang menyebar di berbagai titik, mengelilingi rumah-rumah, dan mengepung masjid hingga sekarang. Warga ketakutan dan berkumpul di satu titik, yakni Masjid Krajan. Sementara beberapa warga yang lain mencari tempat aman karena dikejar-kejar preman/intel kepolisian. Tidak ada yang bisa dilakukan warga selain berdoa. Atas nama hak asasi manusia untuk hidup aman tanpa kekerasan, kami, warga Wadas, yang sejak awal konsisten untuk menjaga kelestarian alam dan menolak pertambangan batuan andesit di Desa Wadas menuntut Gubernur dan Kapolda Jateng untuk: 1. Menghentikan pengukuran tanah dan rencana pertambangan di Desa Wadas, Bener, Purworejo. 2. Menarik aparat kepolisian dari Desa Wadas serta menghentikan kriminalisasi dan intimidasi aparat terhadap warga Wadas. 3. Bebaskan warga Wadas yang ditangkap oleh Polresta Purworejo. Narahubung: GEMPADEWA (Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas) Insin Sutrisno / GEMPADEWA (0852-4463-0194) Kuasa Hukum/LBH YK (082330274562)

Anda mungkin juga menyukai