Anda di halaman 1dari 153

Merdeka

Tan Malaka (1945)

Ditulis oleh Tan Malaka di Surabaya, 2 Desember 1945

Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100% terbitan Marjin Kiri, cetakan
pertama, Oktober 2005. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana
Ekonomi Berjuang, dan Muslihat.

Transcribed to HTML by Ted Sprague.

PENGANTAR

DUA LUSIN TAHUN lamanya saya menunggu-nunggu kejadian yang berlaku dengan
pesat dahsyat di Indonesia sekarang ini. Berbahagialah rasanya hidup saya karena bisa
menyaksikan perjuangan di Surabaya selama satu minggu lamanya (17 - 24 November
1945).

Sikap dan semangat proletar, tani, dan pemuda Indonesia memuncak, sesuai semua karya
dan pengharapan saya selama dalam perantauan. Di Shanghai atau Berlin, di Mesir atau
Moskow, saya tak menjumpai sikap dan semangat yang lebih tepat-tangkas-tegap.

Tetapi rasanya masih ada kekurangan baik ditilik dari penjuru ideologi ataupun
organisasi.

Pengalaman seminggu lamanya di masa Surabaya dihujani dengan pelor dan bom,
ditambah pula dengan permohonan dari pihak pemuda yang sedang berjuang dengan hati
laksana baja, saya dalam perjalanan ini terpaksa menulis beberapa brosur.

1
Yang sudah ditulis tergopoh-gopoh dalam perjalanan ini ialah Politik ini, yang
berhubungan dengan kemerdekaan. Brosur yang kedua ialah yang berhubungan dengan
Rencana Ekonomi. Yang ketiga akan berhubungan dengan Muslihat mempertahankan
Republik Indonesia. Kedua buku yang belakangan itu diharap akan dihabiskan dalam
perjalanan pula.

****

2
Percakapan tentang politik ini terjadi antara MR. APAL (wakil kaum inteligensia), SI
TOKE (wakil pedagang kelas menengah), SI PACUL (wakil kaum tani), DENMAS
(wakil kaum ningrat), dan SI GODAM (wakil buruh besi).

I. ARTINYA “MERDEKA”

A. ARTI SEDERHANA

SI PACUL : Selamat pagi, apa kabar ?

SI TOKE : Terlampau panjang ini Saudara! Sekarang masa perang dan masa berontak,
ucapkan yang pendek dan tepat saja: “Merdeka” begitu. Pendek, tepat, dimengerti, dan
membangunkan perasaan bertarung. Ucapan yang panjang tadi asalnya dari terjemahan
Belanda. Kalau nanti berbaubau Nica, tentu engkau dicari buat dibawa ke Batalyon X.

SI PACUL : Memang saya tak tahu yang demikian itu. Tetapi sudah jadi kebiasaan saja.
Di sekolah rendah dipelajari dan memang selalu diucapkan begitu. Tetapi sekarang satu
dua kali juga saya ucapkan “MERDEKA” kalau berjumpa pengawalan di jalan-jalan.
Tetapi terus terang saja, saya sendiri juga belum tahu betul artinya “Merdeka” itu.

SI TOKE : Cul, saya pun tak paham betul akan arti perkataan itu. Tetapi contoh ini bisa
memberi penerangan. Engkau lihat itu burung gelatik. Dia bisa terbang kesana kemari,
dari pohon ke pohon mencari makan. Alangkah senang hatinya. Di mana ada makanan di
sana dia berhenti makan sambil menyanyi. Kalau hari senja dia pulang ke sarangnya. Itu
namanya merdeka. Tak ada kesusahan. Selalu riang gembira.

SI PACUL : Betul senang kelihatan dari luar. Tetapi kelihatan dari luar saja. Belum tentu
hatinya sang gelatik sendiri selalu senang. Belum tentu pula burung gelatik itu selalu
menyenangkan orang lain. Kemerdekaan semacam itu tak begitu memuaskan.

SI TOKE : Bagaimana tak memuaskan, Cul? Bukankah merdeka seperti burung di udara
itu selalu dipuji, selalu diambil sebagai contoh?

3
SI PACUL : Tadi saya bilang belum tentu hatinya sang gelatik itu selalu senang. Bung
Toke memang orang kota, memang punya perusahaan buat hidup sendiri. Tak perlu
banyak takut sama ini atau itu. Tetapi bung Toke jangan lupa, bahwa sang gelatik selalu
diintai musuhnya. Kucing atau berangan ialah musuh besarnya. Burung elang ialah
musuhnya yang lebih besar. Sang manusia pun bisa sewaktu-waktu menangkapnya atau
menembaknya.

SI TOKE : Sang gelatik toh bisa lari terbang?

SI PACUL : Ya, memang dia bisa lari terbang. Cuma kecakapan yang diperolehnya dari
Alam itu saja yang bisa melindungi jiwanya. Tetapi mana ada adat atas undang-undang
masyarakat yang melindunginya? Bahkan, mana masyarakatnya sang gelatik?

SI TOKE : Benar juga Cul. Engkau memang dari desa, yang masih hidup di Alam.
Memang di Alam itu undang-undang yang berlaku ialah: Besar hendak melanda. Tetapi
dalam masyarakat pun begitu juga, bukan?

SI PACUL : Memang masyarakat kita juga belum sempurna. Tetapi jauh lebih sempurna
dari masyarakat burung atau hewan yang lain. Barangkali kita manusia pun tak akan
sampai kepada masyarakat yang sempurna. Tetapi kita senantiasa, selangkah demi
selangkah bisa menghampiri kesempurnaan ...

SI TOKE : Aku tak sangka kau seorang ahli filsafat, Cul. Rupanya tadi engkau berlaku
pura-pura bodoh saja. Tetapi tunggu dulu! Baik kita kembali ke pokok perkara. Engkau
sudah terangkan bahwa sang gelatik belum tentu selalu berhati senang, karena musuh
selalu mengintai. Tak ada undang-undang atau adat masyarakat burung yang bisa
melindungi masing-masing burung. Tetapi engkau belum terangkan, bagaimanakah sang
gelatik yang hina papa itu bisa tidak menyenangkan orang lain, bisa mengganggu orang
lan?

SI PACUL : Memang rupa sang gelatik itu hina papa. Tetapi kalau satu rombongan saja
gelatik itu sampai ke sawah kami, maka mereka itu merdeka pula memusnahkan hasil
pekerjaan kami. Dari masa meluku sampai masa menanam padi, dari waktu padi masih

4
hijau kecil sampai kuning matang, kami mengeluarkan jerih payah dan peluh keringat.
Sekarang sesudah jerih payah kami memperlihatkan hasilnya datanglah rombongan
gelatik yang tidak mengeluarkan keringat setetespun dan susah gelisah sedikit pun atas
hasil pekerjaan kami tadi. Tetapi dengan tidak meminta izin lebih dahulu, dan dengan tak
malu-malu mereka bersuka ria, bersenda gurau di atas tangkai padi, memilih buah yang
matang dan bernas. Bukankah kemerdekaan semacam itu kemerdekaan orang tak
berusaha yang merampas hasil pekerjaan orang lain yang mengeluarkan tenaga? Merdeka
semacam itu berarti merdeka merampas. Inilah sebenarnya akibatnya kemerdekaan liar
itu. Apa gunanya “merdeka” semacam itu buat masyarakat manusia?

SI TOKE : Wah, Cul. Ini gara-gara “selamat pagi” apa kabar tadi. Tetapi
memperbincangkan arti “Merdeka” itu bukan lagi perdamaian yang aku peroleh dalam
hatiku. Memang semua perkara yang engkau kemukakan tadi yang berhubungan dengan
“kemerdekaan” itu benar belaka. Sekarang saya sendiri dalam kekacauan pikiran. Aku
sendiri mau tahu pula “apa merdeka yang sebenarnya”.

SI PACUL : Marilah kita bertanya kepada mereka yang lebih ahli.

B. ARTI LEBIH DALAM (Definisi)

SI TOKE : Sini, Denmas! Denmas, tuan sudah dengar kami belum lagi mendapat
kecocokan tentang arti MERDEKA. Tetapi saya sudah yakin, bahwa MERDEKA itu
tidak berarti boleh menjalankan kemauan diri sendiri saja, dengan tiada mempedulikan
hak dan kemauan orang lain. Bukankah begitu, Cul, sari perundingan kita tadi.

SI PACUL : Memang begitu. Tetapi siapakah dan bagaimanakah cara membatasi


kemauan masing-masing orang? Cobalah Denmas kasih jawab! DENMAS : Memang
kemauan liar diri sendiri itu mesti dibatasi. Di zaman Majapahit umpamanya kemauan
liar tak terbatas itu dikendalikan ke jalan yang baik oleh raja yang adil dan bijaksana.

SI TOKE : Belum terang benar perkataan Denmas itu pada saya. DENMAS : Artinya
dikendalikan itu ialah diarahkan ke jurusan yang benar. Kalau seorang warga negara
merusak atau mencuri harta warga yang lain, maka si pencuri tadi dihukum. Dengan

5
begitu dia sendiri dan warga lainnya terbatas atau hilang keinginannya merusak atau
mencuri harta orang lain. Lagipula, kalau Negara diserang oleh Negara lain maka raja
tadi memerintahkan semua warga yang kuat sehat mengangkat senjata mengusir musuh.
Kalau ada warga negara yang kuat sehat itu ingkar, maka ia dihukum pula oleh raja.

SI PACUL : Jadi kalau begitu memang kemauan merusak, mencuri, atau lari kalau musuh
datang dibatasi atau dibatalkan oleh raja.

MR. APAL : Tetapi bagaimana kalau raja tadi sendiri mau merusak, memperkosa, dan lari
diserang musuh dengan tiada mengadakan perlawanan suatu apa? DENMAS : Raja itu
mestinya adil, bijaksana, dan berani gagah perkasa.

SI PACUL : Baik kalau kita mendapatkan seorang Raja semacam itu. Selama ada Raja
semacan itu memang negara aman dan makmur. Tetapi bagaimana kalau Raja semacam
itu tak ada? Atau kalau adik seorang Raja atau adiknya sebapak tetapi tak seibu lebih adil,
lebih bijaksana, dan lebih gagah mau menjadi Raja pula? Tentu timbul perang saudara
bukan? Atau kalau Raja itu tak punya keturunan sama sekali, tetapi di antara keluarganya
yang dekat atau jauh ada yang berani tetapi zalim, atau ada yang adil tetapi lembek
penakut? Siapa yang akan menjadi Raja? Tentu bisa timbul perang saudara pula, bukan?

SI TOKE : Rupanya engkau ini betul seorang ahli filsafat jempolan, Cul. Sokrates sendiri
akan bangkit dalam kuburnya mendengarkan pertanyaanmu semacam itu. Memang
keadaan begitu sering timbul di zaman Sriwijaya ataupun Majapahit. Di masa itu
memang Raja itu seringkali zalim, tetapi tak ada aturan yang membatasi kezalimannya.
Raja zalim itu cuma bisa ditukar dengan jalan pemberontakan rakyat. Jadi negara pun
kacau. Atau kalau ada pertengkaran di antara para calon Raja, maka masing-masing calon
memanggil punakawannya buat perang saudara. Betul di bawah perintah seorang Raja,
negara bisa aman sentosa, kalau Raja itu sendiri sempurna dalam segala-galanya dan
semua Raja turun-temurun sempurna pula. Jadi keamanan dan kemakmuran negara
semacam itu bergantung kepada satu keluarga saja.

SI PACUL : Memang negara aman sentosa kalau keluarga Raja itu sempurna, tak ada
celanya. Tetapi celakalah Negara kalau keluarga Raja itu tak sempurna atau jahat.

6
SI TOKE : Kembali kita sebentar pada pokok perkara. Pertama tadi kita mau mengendali
kemauan liar seorang warga negara. Si Pengendali itu kita namai Raja. Tetapi di
belakangnya kita lihat bahwa Raja itu manusia juga, acapkali perlu dikendali pula.
Memang susah mencari seorang atau serombongan manusia buat mengendali Si
Pengendali itu. Jadi apa mestinya yang mesti mengendali kemauan warga negara itu,
supaya yang dikendali jangan merusak dan Si Pengendali sendiri jangan merusak pula.

MR. APAL : Sekarang kita sampai ke tingkat yang selama kita berunding ini saya simpan
saja dalam pikiran saya. Jadi Si Pengendali yang amat sentosa itu ialah aturan atau
undangundang. Undang-undang Negara itulah yang menangkap, memeriksa, atau
menghukum seorang warga negara yang dianggap salah. Dengan aturan yang sudah
ditetapkan itulah negara mesti diperintah. Aturan memerintah negara itu kita namai
Undang-Undang Dasar atau konstitusi.

SI TOKE : Jadi kalau begitu Undang-Undang Dasar itulah yang memerintah, bukan lagi
manusia, Undang-Undang Dasar itu lebih tetap dari kemauan seorang Raja atau kemauan
keluarga Raja. Boleh dituliskan dan diterjemahkan lebih pasti.

SI PACUL : Tetapi siapa yang mesti membikin Undang-Undang Dasar itu?

SI TOKE : Iya, benar, itu kita mau tahu. Siapa yang berkuasa “berdaulat” buat
menentukan Undang-Undang Dasar itu?

MR. APAL : Dengan perkataan lain: di tangan siapakah terletak “kedaulatan” itu? Tadi
sudah dibicarakan, bahwa kedaulatan itu tak aman tak tetap kalau ditaruhkan di tangan
Raja atau satu keluarga Raja. Sekarang marilah kita periksa di tangan siapa kedaulatan itu
harus kita taruh, supaya cara memerintah itu tetap, tak berubah-ubah menurut perasaan
seorang Raja, menurut baik atau jeleknya hari, menurut suka atau marahnya Raja itu.
Buat itu marilah kita periksa bermacam-macam bentuk Negara. Bentuk yang baiklah
yang akan kita pakai.

7
II. BENTUK NEGARA DAN KEDAULATAN

A. BENTUK NEGARA

MR. APAL : Sebenarnya selama ini sudah kita bicarakan bentuk Negara itu, pada
permulaan. Sendirinya kita sampai kepada kedaulatan. Memang bentuk Negara itu
banyak berhubungan dengan kedaulatan. Sebelum kita selidiki perkara Kedaulatan lebih
baik kita tegaskan dahulu perkara “Bentuk Negara”.

SI TOKE : Saya sering dengar Negara bentuk Kerajaan dan Negara berbentuk Republik.
Dalam perundingan kita tadi sudah saya rasa perbedaan kedua bentuk itu, tetapi
perbedaan yang pasti memang saya minta tegaskan kepada Mr. Apal.

MR. APAL : Dalam suatu kerajaan tulen, Raja itulah yang mempunyai kemauan tertinggi.
Raja itulah yang memberi putusan terakhir. Rajalah yang berdaulat. Tidakkah sering kita
baca atau dengar dalam komedi setambul: “Daulat Tuanku?”

SI PACUL : Memang. “Daulat Tuanku” sering pula ditambahtambah dengan “digantung


tinggi dan dibuang jauh” kalau tuanku menghendaki!

SI TOKE : Tetapi di mana raja Indonesia itu terbatas kekuasaannya oleh rakyat seperti di
Sumatera, maka kita dengar pula: “Raja adil Raja disembah, Raja zalim Raja disanggah.”
Jadi Raja –terutama di Minangkabau—amat terbatas sekali kekuasaannya.

MR. APAL : Memang kerajaan itu mempunyai beberapa jenis pula. Satu jenis bernama
kerajaan tunggal: absolute monarchie. Dalam kerajaan tunggal itu kemauan raja itu tak
ada batasnya. Andaikata pagi ini raja itu marah atau cemburu pada seorang gundiknya,
maka hari itu juga menterinya dilepas dari pekerjaannya, karena “whim” (buah hati) saja.
Atau karena girang gembira mendapatkan selir yang cantik molek, maka Fulan yang tak
tahu apa-apa tentang urusan Negara diangkat jadi Menteri, sebab ia sekarang menjadi
iparnya Raja. Kerajaan Tunggal itu mudah sekali bertukar menjadi “Kerajaan sewenang-
wenang”.

8
SI PACUL : Balasannya tak lain pemberontakan buat mencari Raja Adil Bijaksana.

SI TOKE : Berapa lama Negara itu beruntung mempunyai seorang Ratu Adil?
Seandainya sesudah naik tahta seumur Ratu Adil. Hidup dia terus adil bijaksana, tetapi
bagaimana kalau turunannya seorang bangsat atau bodoh?

MR. APAL : Ada pula jenis kerajaan di mana kekuasaan Raja itu amat dibatasi oleh
undang-undang. Undang-undang itu dibikin oleh rakyat. Undang-undang itu tak boleh
diubahubah oleh siapapun. Jadi Sang Raja berlaku dikendali oleh undang-undang dasar.
Keadaan begitu kita dapati di Inggris sekarang dan dahulu kala di Minangkabau.
Kerajaan semacam itu dinamai Constitutional Monarchy (Kerajaan terbatas).

SI TOKE : Jadi yang sebenarnya berkuasa pada kerajaan terbatas itu ialah undang-
undang dasar. Raja itu cuma satu lambang persatuan saja. Tetapi lambang itu amat mahal.
Bukankah rakyat mesti memikul semua ongkos raja dan keluarganya yang sebenarnya
kelas nganggur? Apakah tak lebih murah harganya dan tepat-jitu sifatnya kalau undang-
undang dasar saja yang memerintah, mengendali Negara?

MR. APAL : Bentuk semacam inilah yang kita sebut sekarang “REPUBLIK”. Dalan
suatu republik Raja dan keluarganya itu tak ada sama sekali. Dalam suatu republik
Negara itu diperintah menurut undang-undang. Perintah itu terletak di tangan Presiden
dan para Menterinya, beserta Sidang Pusat dan Daerah, dan sebagian juga di Mahkamah
Tertinggi.

SI TOKE : Saya minta sedikit penjelasan tentang kalimat terakhir ini.

MR. APAL : Seorang ahli filsafat Perancis bernama Montesquieu membagi kerja
(function) pemerintahan itu atas tiga bagian : 1. Kekuasaan membikin undang-undang
(Legislative Power). 2. Kekuasaan menjalankan undang-undang (Executive Power). 3.
Kekuasaan mengawasi undang-undang (Judicial Power). Kekuasaan membikin undang-
undang itu ditaruh di tangan sidang perwakilan. Kekuasaan menjalankan undang- undang
itu ditaruh di tangan Sidang Para Menteri. Akhirnya pengawasan terhadap Negara
membikin dan menjalankan undang-undang itu ditaruh pada Mahkamah Agung.

9
SI PACUL : Jadi membikin, menjalankan, dan mengawasi undang- undang itu tidak
terletak pada satu orang seperti pada raja. Juga tidak pada satu badan melainkan pada tiga
badan.

MR. APAL : Memang begitu! Dalam undang-undang dasar Amerika ditegaskan pula,
maksudnya tiga pembagian itu ialah buat mengadakan setimbangan (check and balance)
dalam pemerintahan Negara. Tiap-tiap bagian itu ditentukan pula kekuasaannya dengan
undang-undang dan batas kekuasaannya.

SI TOKE : Apakah tiap-tiap bagian tak akan terlampau merdeka sendiri-sendiri dan
menimbulkan kekacauan pula???

MR. APAL : Memang kemungkinan itu ada. Tetapi semua bagian itu dipersatukan dan
dikuasai oleh kelas yang terkuasa dalam Negara Republik itu dengan perkakasnya yang
dinamai birokrasi. Tetapi baiklah kita diamkan saja perkara ini. Lebih baik kita bicarakan
perkara kedaulatan.

B. KEDAULATAN

SI PACUL : Kedaulatan itu sebenarnya apa???

MR. APAL : Kedaulatan itu sebenarnya kekuasaan yang tertinggi, kekuasaan yang
memutuskan suatu persoalan. Sovereignity, namanya dalam bahasa asing.

SI TOKE : Jadi kalau suatu undang-undang atau tindakan menimbulkan percekcokan


dalam satu Negara, maka kekuasaan tertinggi itulah yang akan menjatuhkan putusan
terakhir. Itulah yang terkuasa, yang berdaulat. Memang perkara ini satu perkara yang
penting. Seharusnyalah dalam sesuatu Negara ada sesuatu yang memberi putusan
terakhir. Tetapi tak pula kurang pentingnya, di tangan siapakah Kedaulatan itu mesti
ditaruh?

MR. APAL : Di zaman Kerajaan-Kota memutus itu terletak di tangan raja. Jadi undang-
undang itu terletak di ujung lidahnya raja atau di ujung pedangnya saja.

10
SI PACUL : Benar sekali, bahwa dalam suatu kerajaan, di mana perkataan raja itu adalah
satu undang-undang, harta gampang dirampas, kemerdekaan orang gampang diperkosa,
dan perempuan orang gampang diambil oleh yang berkuasa.

MR. APAL : Sebab itu menurut dasar republik seharusnyalah kedaulatan itu di tangan
rakyat dan pada undang-undang yang dibikin oleh para wakil rakyat. Kalau suatu
tindakan menimbulkan kesangsian atas benar atau tidaknya tindakan itu, maka
Mahkamah Tertinggi bisa membandingkan tindakan itu dengan Undang-Undang Dasar.
Seandainya sesuatu macam ”pajak” yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
menimbulkan kesangsian itu, maka Mahkamah Agung boleh memutuskan cocok atau
berlawanankah tindakan itu dengan Undang-Undang Dasar.

SI TOKE : Bagaimana kalau putusan Mahkamah Agung itu sendiri menimbulkan


kesangsian pula?

MR. APAL : Dalam hal ini beberapa Negara Republik menaruhkan kedaulatan itu pada
Permusyawaratan Rakyat, umpamanya di Swiss. Suara seluruh rakyat dewasa dipungut.
Ini dinamai referendum rakyat. Suara terbanyak itulah suara putusan.

SI PACUL : Tiga atau empat juta penduduk Swiss saja tiada mungkin berkumpul pada
suatu tempat buat bermusyawarat dan berunding. Apalagi 70 juta rakyat Indonesia,
seandainya bisa mereka meninggalkan kota atau desanya masing-masing. Jadi bagaimana
mempraktikkan kedaulatan rakyat itu???

MR. APAL : Memang bukan perkara mudah menjalankan referendum itu. Tetapi biasa
dijalankan, yakni seperti menjalankan pemilihan juga. Seandainya warga A dalam
Republik itu tak setuju dengan tindakan pajak tadi maka ia catatkan saja “tidak setuju”
dalam kartu resmi. Kartu itu dimasukkan ke dalam peti umum. Warga B yang setuju,
mencatatkan “setuju”. Kalau seandainya di antara 40 juta warga Negara Indonesia yang
berhak bersuara, 30 juta tidak setuju dan cuma 10 juta yang setuju, maka undang-undang
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat tadi jadi “batal”, yaitu tak sah.

11
SI PACUL : Kalau begitu memang rakyat yang terkuasa karena putusan yang terakhir
betul di tangan Rakyat Jelata. Gampang tetapi jitu dan tepat teknik memerintah semacam
itu.

SI TOKE : Ingin pula saya hendak mengetahui siapa orangnya mengeluarkan pikiran itu
yang bermula sekali? Siapa pemikir besar yang menghasilkan paham yang begitu yang
berfaedah buat masyarakat manusia?

MR. APAL : Amat susah mengatakan siapa yang sebenarnya “pada awalnya” memikirkan
referendum atau “suara Rakyat” itu. Boleh jadi bukan satu orang pada satu waktu saja
yang mendapatkan pikiran itu. Boleh jadi pikiran yang bermula keluar itu belum nyata
benar, tetapi sudah mempunyai garis besar atau sifat yang pasti. Boleh jadi pula pikiran
itu sudah pasti, tetapi cuma pinjaman dari orang lain atau negara lain. Boleh jadi pula
pungutan “Suara Rakyat” itu dijalankan begitu saja, bukan sebagai pelaksanaan satu teori
atau paham melainkan sebagai “naluri rakyat murba” belaka (political instinct of the
masses).

SI TOKE : Bagaimana juga, tentu “Suara Rakyat” sebagai teknik memerintah itu sejalan
dengan sempurna atau tidaknya Suara Rakyat itu mempunyai sejarah. Barangkali bukan
sejarah menurut kesempurnaannya.

MR. APAL : Memang “Suara Rakyat” itu bukan saja satu teknik yang penting gampang
buat suatu pemerintahan. Tetapi Suara Rakyat itu juga menjadi ukuran jauhnya
kemerdekaan Rakyat dalam suatu Negara.

SI TOKE : Dengan obor semacam itu cobalah tuan cantumkan secara sederhana “Suara
Rakyat” yang berseluk-beluk dengan Kedaulatan Rakyat dan kena mengena dengan
kemerdekaan Rakyat itu.

MR. APAL : Saudara sudahkah mendengar nama Min Tze, artinya guru Ming?

SI TOKE : Belum. Tetapi nama guru Kung Cu, yaitu pemikir Tionghoa memang sudah
saya dengar. Hidup kira-kira 2.500 tahun lampau.

12
MR. APAL : Nah, Guru Kung memang seorang pembentuk masyarakat Tionghoa yang
terbesar. Negara bentukan Guru Kung berdasarkan kekeluargaan yang dipuncaki oleh
Raja dan keluarganya. Muridnya ialah Guru Ming memberatkan kedaulatan itu bukan
kepada Raja seperti gurunya, tetapi kepada Rakyat Jelata. Maksudnya Guru Ming lebih
kurang, apabila Raja itu zalim maka Rakyat berhak memberontak.

SI TOKE : Jadi bukanlah Rakyat buat Raja, melainkan Raja buat Rakyat. Seperti pepatah
Indonesia di atas: Raja adil Raja disembah, Raja zalim Raja disanggah.

MR. APAL : Baru saja tahun 1789, jadi lebih kurang 22½ abad di belakang Guru Ming,
Jean Jacques Rousseau, di samping Montesquieu, mengeluarkan pikiran yang sama
artinya dengan pelajaran Guru Ming tadi. Pengaruh Tionghoa memang terang pada
Montesquieu tadi. Dan Rosseau itu dianggap Nabinya Pemberontakan Perancis.

SI TOKE : Indonesia tak perlu lari ke negara asing saja. Indonesia sendiri mempunyai
“suara rakyat” itu. Di masa luhurnya Minangkabau, abad 14 sampai l6, Minangkabau
berdasarkan kekeluargaan juga: Rakyat ber-raja pada Penghulu Penghulu ber-raja pada
Mufakat Mufakat ber-raja pada alur dan patut. Jadi raja yang diakui lebih tinggi dari
Penghulu sebagai wakil rakyat ialah kata Mufakat. Tetapi “Kata Mufakat” itu mesti
diperoleh dengan perundingan yang merdeka, tenang, dan luas. Putusan yang diperoleh
tiadalah takluk pada Kata Raja atau laskarnya, melainkan pada Alur (logika) dan Patut
(keadilan). Alur dan Patutlah Raja Tertinggi di Minangkabau pada masa jaya. Maharaja di
Minangkabau itu takluk pada Kata Mufakat, pernah disalahkan oleh Mahkamah Agung
Minangkabau. Disangka kedaulatan Rakyat Minangkabau semacam itu, yang berupa
“suara rakyat” itu diturunkan oleh pemikir “Ketumenggungan”.

13
III. ISI KEMERDEKAAN

SI TOKE : Kalau sebentar kita meninjau perundingan kita sampai sekarang, nyatalah
sudah bahwa “Bentuk dan Isi Kemerdekaan” itu ada dua perkara yang terpisah.

SI PACUL : Apa yang engkau maksudkan dengan “isi” itu?

SI TOKE : Barangkali saya tak salah, kalau yang isi itu ialah “Kedaulatan” tersebut.
Rupanya Kedaulatan itu berarti “kemauan” atau “kekuasaan”. Dan pada kekuasaan itulah
terletaknya “hak lahir atau batin” dari seseorang atau golongan orang dalam masyarakat.

SI PACUL : Nah kek, sekarang engkau bawa pulang saya ke tempat yang lebih kurang
saya ketahui. Engkau tadi menerangkan “isi” kemerdekaan dengan kata yang sudah
dikenal seperti kedaulatan, kemauan, dan kekuasaan. Semua perkataan ini cukup
kuketahui tetapi anak kalimat “hak lahir dan batin” itu apa pula maknanya.

SI TOKE : Hak lahir ialah hak atas keperluan hidup, seperti makanan, pakaian,
perumahan, gaji, dan sebagainya. Hak batin ialah hak buat merdeka berkumpul,
berbicara, menulis, hak buat melindungi harta, kemerdekaan, dan jiwa, yang di zaman
Revolusi Perancis dinamai “hak manusia”.

SI PACUL : Kalau begitu engkau memberi pemandangan baru pada saya, kek. Hak lahir
dan hak batin itu memang tak terlihat pada buntutnya kemerdekaan, yakni bentuk suatu
Negara Merdeka. Dalam negara berbentuk kerajaan boleh jadi lebih besar golongan yang
berhak (lahir dan batin) daripada dalam negara berbentuk Republik.

SI TOKE : Engkau ini memang cepat memahami suatu paham! Cepat dan tepat bertanya
dan melaksanakan! Sekarang aku sendiri tak cukup mengerti apa yang kau maksudkan
dengan kalimat di belakang ini.

SI GODAM : Memang petani itu sering mempunyai pikiran sehat segar seperti buah
jeruknya.

14
SI PACUL : Baru sekarang engkau muncul, Godam. Selama ini engkau menonton saja,
diam-diam saja engkau pura-pura tak mengerti! Sekarang sesudah sampai ke perundingan
perkara “isi” kemerdekaan baru engkau muncul.

SI TOKE : Biarkanlah dahulu si Godam ini. Nanti tentu dia akan muncul terus. Tetapi
cobalah tegaskan apa yang engkau katakan tadi, Cul, bahwa dalam sesuatu kerajaan boleh
jadi besar golongan yang berhak (lahir dan batin) daripada dalam suatu republik.

SI PACUL : Contoh yang segar-bugar gampang kita kemukakan. Lihatlah Jerman Nazi
adalah satu Republik. Tetapi golongan yang paling besar dalam negara (yakni kaum
proletar) digencet sehebat-hebatnya. Gaji buruh diturunkan, lama kerja diperpanjang buat
menghasilkan alat perkakas perang. Gestapo bermaharajalela buat membasmi kumpulan
dan rapat buruh. Cuma sebagian kecil warga negara Jerman (yakni kaum Fasis) yang
mempunyai hak lahir dan batin itu. Sebaliknya di Inggris, negara merdeka berbentuk
kerajaan, besar golongan yang berhak lahir dan batin itu daripada di Jerman. Gaji lebih
tinggi, lama kerja lebih kurang, dan hak berkumpul, berunding, dan menulis lebih luas.

SI GODAM : Ya benar kalau engkau membandingkan satu kerajaan dengan republik


semacam itu. Memang bentuk itu tak memastikan isi. Jadi tidak dalam semua kerajaan
hak lahir dan batinnya golongan rakyat itu diperkosa. Tidak dalam semua republik
sebaliknya hak lahir dan batinnya golongan terbesar itu terjamin.

SI TOKE : Sekarang saya sudah mengerti. Jadi besarnya kemerdekaan dalam suatu
negara merdeka itu mesti diukur dengan besarnya golongan orang dalam negara itu yang
mempunyai hak lahir dan batin.

SI PACUL : Kalau begitu dalam Negara Merdeka yang selalu dipuji oleh Denmas
tentulah kaum yang sedikit itu yang sebenarnya merdeka.

SI TOKE : Engkau jangan menyindir-nyindir, Pacul. Denmas toh bukan absolutis,


penganut kerajaan Tunggal. DENMAS : Memang bukan! Tadi si Pacul sendiri sudah
memberi contoh bahwa bentuk itu belum memastikan isinya. Bukankah dalam negeri

15
merdeka berbentuk kerajaan seperti Inggris golongan yang mempunyai hak lahir dan
batin cukup besar? Pacul sendiri yang memberikan contoh ini!

SI GODAM : Cukup besar tetapi .....................

SI TOKE : Diam dulu, Dam, aku sudah tahu ke mana engkau mau pergi. Cukup besar,
tapi sama sekali belum lagi cukup! Bukankah begitu, Dam?

MR. APAL : Sebenarnya, semenjak ahli pikir Aristoteles sudah banyak perubahan isi
dalam bentuk negara merdeka, baik berupa Kerajaan maupun Republik. Dalam kitab
kuno memang biasa sekali dianggap bahwa dalam satu kerajaan itu raja dan keluarganya
yang berkuasa, berdaulat, jadi berhak lahir dan batin. Tetapi sekarang Inggris memberi
contoh yang aneh.

SI TOKE : Bagaimana pula buku kuno itu menjeniskan Republik?

MR. APAL : Banyak pula jenisnya Republik itu. Republik itu bisa aristokratis, artinya di
sana kaum ningrat yang berkuasa, seperti Republik Sparta di masa lampau. Republik itu
bisa plutokratis Di sana kaum hartawanlah yang memegang tampuk kekuasaan, yakni
yang sebenarnya berdaulat. Ada pula yang demokratis! Di sini rakyatlah yang berkuasa.
Inilah sebenarnya watak Negara Modern yang besar-besar di zaman sekarang. Contohnya
yang nyata ialah Amerika Serikat. Di sinilah Rakyat yang berdaulat, berkuasa, yang
menentukan baik atau tidaknya Undang-undang, yang memilih dan melepas Presiden,
para Menteri, dan wakil Dewan Negara. Di sinilah hak lahir dan batin hampir seluruh
masyarakat terjamin.

SI PACUL : Bagaimana, Dam?

SI GODAM : Kapitalisme dan Birokratis! Itu yang berdaulat di semua negara merdeka di
dunia ini, berbentuk Kerajaan ataupun Republik, baik plutokratis ataupun demokratis!

16
IV. BIROKRASI

SI PACUL : Nah, Dam, sekarang rupanya engkau punya giliran. Lebih dahulu aku mau
tanyakan. Birokrasi itu sebenarnya apa?

SI GODAM : Birokrasi itu adalah seekor ular berkepala 10, tersembunyi tempatnya dan
dengan begitu dia leluasa menyemburkan racunnya ke arah musuhnya.

SI PACUL : Jangan pakai perumpamaan begitu, Dam! Saya mau keterangan yang pasti.
Saya sudah banyak kali mendengar kata birokrasi itu. Tetapi artinya yang sebenarnya
saya sampai sekarang belum tahu.

SI GODAM : Birokrasi ialah perkakas memerintah dan administrasi yang di zaman


kapitalisme menjadi perkakas menindas kaum pekerja. Mulanya biro, kantor itu memang
perlu buat satu pemerintah dan satu administrasi. Tetapi lama kelamaan oleh pengaruh
kapitalisme menjadi badan yang terpisah dari Rakyat murba dan dipakai sebagai alat
penindas semua gerakan murba yang membahayakan kekayaan dan kekuasaan kaum
kapitalis yang di zaman kapitalisme memiliki birokrasi itu.

SI PACUL : Sedikit terang. Tetapi belum cukup terang. Cobalah lanjutkan.

SI GODAM : Administrasi tentulah perlu buat satu negara. Sedangkan buat satu
perusahaan saja perlu administrasi itu. Dalam satu perusahaan saja, bukankah perlu
dicatatkan keadaan pekerja dalam tiap waktu. Umpamanya perusahaan itu mau tahu
berapa pekerjanya. Pada permulaan bulan 4 tadi umpamanya 100 orang. Kalau yang
masuk di bulan itu 100 orang dan keluar 50 orang, jadi sisa penghabisan bulan empat itu
150 orang. Nama, bagian pekerjaan, umur, asal, keluarga, sekolah dll tiap-tiap pekerja
mesti didaftarkan supaya jangan mendatangkan kekacauan. Gajinya berhubung dengan
pengalaman, sekolah dan kecakapannya mesti didaftarkan pula. Buat kesehatan,
perpindahan, atau kematian, pekerjaannya mesti ada pula pendaftaran yang cukup. Belum
lagi perkara hasil atau produksi perusahaan itu: turun naiknya, masuk keluarnya hasil itu.

17
Perkara gaji buruh halus di kantornya! Perkara keuangan, bahan, penjualan, dan
bermacam-macam perkara lain buat beresnya satu perusahaan itu saja.

SI PACUL : Satu perusahaan saja sudah begitu banyak cabang pekerjaan dan cabang
administrasi. Apa lagi satu negara.

SI GODAM : Apa lagi satu Negara yang mempunyai cacah jiwa sampai puluhan juta,
yang turun naik pula penduduknya, yang mempunyai banyak jabatan dalam
Pemerintahan Negara seperti jabatan politik Negara, Pertahanan Negara, Perekonomian,
Lalu-Lintas, Perhubungan, Keuangan, Penerangan- penerangan, Pendidikan. Berapa
banyaknya cabang pekerjaan dan berapa banyak ranting dan lain-lain, dan anak ranting
pekerjaan. Susahnya pula, semua ranting mesti dipusatkan ke cabang dan semua cabang
dipusatkan kepada bagian dan semua bagian di pusat, dipusatkan pula ke PUSAT Negara
seluruhnya.

SI PACUL : Pusing kepala saya memikirkan. Memang pekerjaan itu menjadi sulit kalau
didengar begitu saja. Tetapi tidak begitu sulit kalau tiap-tiap ranting cabang dan pusat
mengetahui hak dan kewajiban sendiri dan berani tanggungjawab ke atas dan ke bawah.
Salahnya, yang di bawah tak berani tanggung jawab dan yang di atas mau memungut
semua kekuasaan untuk memutuskan, tetapi sering pula tak berani menanggungjawab
putusannya itu. Yang di bawah yang tak berani tanggung jawab itu menanti-nantikan saja
putusan dari Atas, sampai di atas bertimbun-timbun perkara yang mesti diputuskan.

SI TOKE : Sampai perkara tetek-bengek mesti diputuskan di Atas, karena yang bawahan
tak berani memutus.

SI GODAM : Begitulah administrasi itu menjadi Berat-Kepala (topheady). Lebih berat


kepalanya daripada kakinya. Karena semua putusan mesti datang dari atas, maka semua
putusan itu terlambat datangnya ke bawah. Tindakan yang mesti dijalankan dengan cepat
mesti ditunda karena menunggu putusan atas. Tindakan itu sering terpaksa ditunda
selamanya, karena tidak akan berhasil lagi kalau dijalankan juga, sudah terlewat.

18
SI PACUL : Apakah semua tindakan mesti ditunda buat semua orang dan semua
golongan?

SI GODAM : Tentu tidak! Inilah akibat pertentangan dalam dunia kapitalisme. Kesulitan
dalam administrasi itu memberi kesempatan pada kaum hartawan buat menduduki
administrasi itu. Mereka adakan sekolah menengah dan tinggi buat mendidik anak yang
mampu mengadakan dan menjalankan administrasi yang sulit bertingkat-tingkat
(hirarkis).

SI PACUL : Anak yang mampu tentulah anak kaum kapitalis.

SI GODAM : Tepat Cul. Dan anak kapitalislah yang memegang buku, sebagai pemegang
Staat ini dan Staat itu, yang diatur secara akademis, yang cuma bisa dimonopoli golongan
terpelajar, anaknya kapitalis.

SI PACUL : Begitu semua biro, semua kantor itu jatuh ke tangan golongan kapitalis,
sudah tentu kantor itu menjadi perkakasnya golongan kapitalis, terutama golongan bankir.

SI GODAM : Tepat, Cul. Dan karena keperluan Kapitalis dan Buruh bertentangan seperti
hidup dan mati, sudah tentu semua undang-undang dan tindakan yang menguntungkan
kapitalisme lekas dijalankan oleh birokrasi yang dikepalai oleh Menteri Negara.
Pendeknya, tuntutan si kapitalis biasanya tiada ditunda. Tetapi semua undang-undang dan
tindakan yang merugikan kaum kapitalis dan menguntungkan kaum pekerja tentulah
“gampang disabot”, dimogoki, dimogok “sit-down” oleb kaum birokrat, ular tersembunyi
dalam administrasi Negara itu.

SI PACUL : Aku mengerti, Dam, kenapa tadi birokrasi itu engkau namai ular berkepala
sepuluh. Tetapi saya harap kepalanya bukan 10 melainkan 13.

SI TOKE : Benar, Cul! Memang dia akan celaka 13. Kalau saja kelak wakil kaum buruh
mendapatkan suara lebih dan merebut kursi lebih dalam parlemen. Para wakil buruh akan
bisa bikin undang-undang buat mengadakan tindakan yang akan melenyapkan,
menghancurluluhkan kapitalisme.

19
SI GODAM : Tunggu dulu Kek! Tunggu dulu! Tak gampang kaum buruh suatu negara
merebut kursi lebih dalam parlemen. Sekalipun dapat, tak bisa ia menghancurkan
kapitalisme kalau tak dengan pemberontakan. Si Pacul : Nah lho!

V. AKSI PARLEMENTER ATAU AKSI MURBA?

A. AKSI PARLEMENTER

SI PACUL : Nah, Godam, masih dalam giliranmu sekarang. Terangkanlah mana yang
baik, aksi parlementer atau aksi murba (aksi massa).

SI GODAM : Saya ulangi sekali lagi. Merebut kursi terbanyak dalam parlemen itu adalah
satu perkara yang amat susah, walaupun mungkin.

SI PACUL : Terangkan dulu, apa maksudnya merebut kursi terbanyak itu!

SI GODAM : Umpamanya Parlemen mempunyai wakil rakyat 600 orang! Kalau kaum
buruh, yang memang terbesar dalam satu negara modern, mendapatkan wakil dalam
pemilihan wakil ke Parlemen umpamanya 301 orang saja dalam teori ia sudah mendapat
suara lebih, ialah 2 orang lebihnya dari semua golongan lain, yang 299 itu. Dalam
hakikatnya kaum buruh di Inggris, Amerika, atau Jerman memang bisa mendapatkan 2/3
atau 3/4 dari seluruh suara, ialah menurut besar kelasnya proletar, yang ada di negara
tersebut.

SI PACUL : Jadi dengan kursi terbanyak itu kaum buruh bisa mengadakan undang-
undang dalam Parlemen, buat melenyapkan hak milik perseorangan atas industri penting
umpamanya. Industri penting bisa dijadikan milik Negara. Produksi dan distribusi diatur
secara kolektif. Semuanya dijalankan secara mengusul dan memutuskan dengan suara
lebih dalam Parlemen.

SI GODAM : Benar begitu, tetapi walaupun kaum buruh lebih banyak orangnya, ia kalah
saja berteriak dalam pemilihan para anggota Parlemen itu.

20
SI PACUL : Sebab apa, Dam?

SI GODAM : Sebab yang berteriak memajukan dan memuja-muja para calon wakil itu di
zaman kapitalisme ini ialah fulus, uang. Siapakah yang bisa mengirimkan propagandis ke
kota- kota dan semua pelosok?

SI PACUL : Tentu kapitalis.

SI GODAM : Siapa pula yang bisa menyewa gedung besar-besar buat rapat umum?
Mempunyai persuratkabaran, majalah, radio, sandiwara, buat memuja-muji calon sendiri
dan mencemoohkan calon lawan.

SI PACUL : Tentu kaum fulus.

SI GODAM : Kepada kaum mana memihaknya profesor, guru, gereja, dan pujangga
dalam negara kapitalis?

SI PACUL : Ya, ya, Dam. Engkau tak perlu lanjutkan. Sebab itu di Amerika negara yang
modern dan kapitalis tulen itu, sampai sekarang belum pernah kaum buruh mendapat
suara terbanyak dalam parlemen walaupun di Amerika itu sebelum perang besar tetap 11
juta buruh menganggur.

SI TOKE : Di Inggris, sekarang kaum buruh ke 3 kalinya mendapat kementerian Negara.


Sekarang Partai Buruh mempunyai suara terbanyak pula dalam Parlemen Inggris.

SI GODAM : Yang ketiga kalinya pula partai kaum buruh Inggris akan memperlihatkan
kepada proletar Inggris dan dunia lain, bahwa mengadakan undang-undang buat
melenyapkan kapitalisme Inggris itu bukanlah perkara menghitung “suara” atau “kursi”
dalam parlemen saja. Memang menurut Karl Marx, mungkin sosialisme dijalankan di
Inggris dengan jalan parlementer itu. Tetapi di masa Marx, birokrasi Inggris belum begitu
kuat, licik, dan ganas seperti di abad ke 20 ini.

21
SI TOKE : Kalau undang-undang penghapusan kapitalisme sudah diterima dalam
Parlemen, maka administrasi yang dikepalai Perdana Menteri Sosialis toh boleh
perintahkan kepada administrasi untuk menjalankan penghapusan kapitalisme itu.

SI GODAM : Dalam teori memang begitu. Tetapi jarang manusia yang menghukum mati
dirinya sendiri itu. Administrasi itu seperti sudah dibilang di atas dipegang oleh keluarga
borjuis, pengikut kaum kapitalis. Semua otak hati jantungnya serta pengalamannya sudah
dipusatkan pada Arsip Raja, dalam gedung administrasi itu. Orang lain dari golongan lain
susah memasuki gedung arsip yang penuh rahasia itu. Berbenteng pada arsip rahasia itu
sang jurutulis gampang mengadakan pemogokan atau sabot terhadap perintah menteri
sosialis. Berbenteng pula pada arsip-gaib-rahasia itu sang jurutulis, sang komis kelas satu,
kelas dua ... sampai tiga belas. Berhubungan pula dengan polisi, kehakiman, tentara, dan
terutama dengan bank negara dan bank partikelir. Di zaman kapitalisme ini bank itulah
yang menjadi bentengnya kapitalisme, bank itulah yang mengendali perindustrian di
dalan negeri dan akhirnya mengendalikan politik negara.

SI PACUL : Jadi sekarang terang kedudukan kekuasaan dalam negara kapitalis itu buat
saya, Dam. Kaum kapitalis yang mempunyai benteng lahir pada golongan bankir,
mempunyai tukang sulap yang tidak kelihatan pula dalam administrasi, berupa birokrat.
Kalau wakil borjuis kalah dalam parlemen ia minta bantuan pada tukang sulapnya, ialah
sang birokrat dalam administrasi. Kalau di sini ia kalah pula, ia baru minta bantuan pada
polisi, yustisi, dan tentara. Mereka opsir tinggi dari polisi, yustisi, dan tentara itu tentulah
anak kaum mampu, yakni kaum borjuis, maka tentulah pula polisi, yustisi, dan tentara –
semua badan pembela keamanan negara itu—pembela negara kapitalis. Tegasnya dalam
pertentangan Kapitalis-Proletar tentulah polisi, yustisi, dan tentara itu membantu kapitalis
dan membasmi proletar.

SI GODAM : Begitu mestinya, Cul! Pada semua pergerakan murba, maka terang benar
birokrasi menjadi perkakas kapitalis menindas semua gerakan yang menentang
kapitalisme. Begitu di semua negara Eropa. Berhubung dengan itu maka 100 tahun
lampau Marx dalam salah satu bukunya yang banyak mengandung sejarah sudah berkata:
“Staat itu tak boleh diambil oper begitu saja oleh kaum buruh (revolusioner), tetapi mesti

22
dihancurkan dan diganti dengan administrasi kaum buruh.” Yang dimaksud dengan staat
itu, dengan Negara itu, tentulah terutama juga administrasi dan birokrasi tadi.

SI PACUL : Kalau parlemen dan aksi parlementer itu tak boleh dipakai, dan administrasi
bersama birokrasinya tak boleh diambil oper begitu saja, bagaimana jalan menghapuskan
kapitalisme itu??

SI GODAM : Sekarang kita sampai kepada aksi murba. Memang engkau sebagai wakil
proletar tani tertarik ke jalan massa-aksi itu. Tetapi tak mengherankan pula kalau
Denmas, Mr. Apal, dan si Toke, burger kecil ini menguap-nguap saja, seperti orang tak
peduli.

B. AKSI MURBA

SI GODAM : Aksi murba itu tentulah mengandung beberapa syarat yang penting pula.
Sudahlah tentu perkara kalah menang mesti dipikirkan.

SI PACUL : Sudah mestinya kekuatan lahir dan batin yang ada pada lawan kita mesti
dibandingkan dengan kekuatan lahir dan batin yang ada pada kita. Seharusnya para
pemimpin murba itu tak boleh menyia-nyiakan ribuan jiwa yang diserahkan pada
pimpinannya.

SI GODAM : Semestinya kita tidak takut berkorban. Tetapi semestinyalah pula kita tiada
boleh berkorban sia-sia. Tiap-tiap tetes darah mengalir, mestinya mendapatkan hasil yang
seimbang.

SI PACUL : Kemenangan itu tentulah berupa kemenangan politik dan ekonomi.

SI GODAM : Selain perkara perbandingan kekuatan, mesti pula dipikirkan perkara


“tempo dan tempat”. Pada waktu musuh sedang kuat, dan kekuatannya terpusat pula pada
suatu tempat, sudahlah tentu kita bodoh sekali kalau menyerang dengan kekuatan kurang,
pada “tempo dan tempat” yang baik buat musuh itu.

23
SI PACUL : Sekurangnya kita mesti tambah tenaga dan susun lebih baik lagi tenaga yang
sudah ada. Selain dari itu kita mesti tunggu pula tenaganya musuh yang terpusat itu
dicerai-beraikan. Atau tunggu temponya musuh sedang lengah.

SI GODAM : Jadinya, pendek kata carilah gelang yang lemah pada rantai pertahanan
musuh. Putuskan rantai itu dan musnahkan tiap-tiap bagian yang lemah itu!!

SI PACUL : Apa lagi yang mesti diperhatikan?

SI GODAM : Memang banyak lagi. Syarat yang penting buat seorang pemimpin –
pemimpin apapun juga—ialah pemimpin itu pertama mesti mempunyai kecakapan
memimpin. Kedua dia mesti bisa menaksir keadaan sekarang dan besoknya; dan ketiga
dia mesti ulet, tidak lekas patah hati, melainkan mempunyai kemauan baja. Ia tak boleh
diombangambingkan oleh kemenangan dan kekalahan sementara, melainkan tetap
pegang teguh hasratnya berjuang dan kebenaran alasannya buat berjuang. Ketetapan hati
itu mesti tergambar di wajahnya kalau berhadapan dengan pengikut dan teman
seperjuangannya, apalagi dalam marabahaya.

SI PACUL : Memang pemimpin yang tak melihat garis besar gerakan politik, tak
mempunyai hasrat, kemauan, dan iman teguh tak akan bisa mengendalikan pengikutnya,
apalagi mengendalikan keadaan.

SI GODAM : Pimpinan mesti mempunyai sumber yang terus mengalir. Artinya itu ia tak
boleh pegang satu teori saja kalau menyerang atau mempertahankan. Dia mesti cakap
mengadakan muslihat baru pada keadaan baru. Pelajaran yang dihafalkan dari buku saja
tiada cukup.

SI PACUL : Jadi engkau sudah majukan: 1. Perkara perhitungan kalah-menang


(perbandingan kekuatan), 2. Perkara tempo dan tempat, 3. Syarat pemimpin dan
pimpinan, 4. Sumber yang terus mengalir di pihak pimpinan. Apakah persatuan tidak
penting???

24
SI GODAM : Penting sekali, Cul. Itulah jiwanya suatu perjuangan. Walaupun syarat yang
empat tadi ada, tetapi kalau persatuan dalam barisan yaag dikerahkan itu lemah atau tak
ada sama sekali, sudahlah tentu tak ada harapan buat menang, kecuali kalau lawan itu
lebih lemah lagi dalam segala-galanya. Tetapi persatuan itu mesti mempunyai dasar yang
teguh.

SI PACUL : Bukannya disiplin dasar yang teguh itu?

SI GODAM : Betul, disiplin adalah satu syarat atau dasar persatuan itu, tetapi disiplin itu
sendiri mesti berdasar pula.

SI PACUL : Apakah pula dasarnya disiplin itu?

SI GODAM : Inilah perkara yang penting dalam Aksi Murba. Dalam aksi militer, disiplin
itu semata-mata berdasar atas perintah yang kuasa saja. Tetapi dalam Aksi Murba,
disiplin itu mesti dimengerti dan dirasa. Jadi dasarnya ialah keperluan bersama,
kepentingan bersama di pihak murba. Atas keinsyafan sama kepentingan, sama tujuan,
dan sama berjuang itulah dirasa perlunya disiplin. Artinya disiplin dalam aksi murba ialah
dengan sejujur-jujurnya dan sebaik-baiknya menjalankan suatu putusan, yang sudah
diputuskan bersama-sama menurut suara yang terbanyak.

SI PACUL : Tetapi toh tidak sama keperluan tani, buruh, saudagar, dan penduduk kota?

SI GODAM : Tepat perkataanmu itu, Cul. Betul tidak sama tetapi ada persamaan. Kucing
memang tidak sama dengan macan, tetapi banyak persamaannya. Lebih banyak
persamaan kucing dan macan daripada antara kucing dan ikan atau kucing dan tongkat.

SI PACUL : Jangan filsafat, Dam! Bentangkanlah persamaan yang praktis!

SI GODAM : Persamaan dari masing-masing orang kelas proletar tentulah nyata. Mereka
sama ditindas dengan cara yang sama. Mereka sama-sama menghendaki perubahan yang
sama pula. Lebih mudah mengadakan persatuan dan disiplin di antara satu kelas manusia
itu. Persatuan dan disiplin bisa didasarkan pada keperluan sama, yakni sama-sama
menuntut hak lahir dan batin (gaji, lama kerja, hak berkumpul dan rapat).

25
SI PACUL : Tetapi di manakah letaknya persamaan keperluan tani, buruh, dan penduduk
kota?

SI GODAM : Baik, saya ambil contoh yang tepat saja, Cul. Ambil Rusia di tahun 1917.
Susunan masyarakat di masa itu: Di puncak ada Tsar dengan keluarga ningratnya yang
memiliki tanah luas-luas sekali. Yang mengerjakan tanah itu ialah tani melarat. Tani
melarat itu terbagi pula atas 3 golongan. Kesatu yang hidup memburuh sama sekali;
kedua setengah memburuh dan setengah bertani; dan ketiga tani yang membanting tulang
buat hidup cukup saja. Ketiga golongan itu revolusioner terhadap Tsar. Selain tiga
golongan tani melarat ini ada lagi tani sedang. Tani ini memakai buruh sampai 10 orang.
Tetapi masih mau perubahan demokratis. Begitu juga tani besar. Selain tani, ada lagi
kelas borjuis besar, tengah, dan kecil. Semuanya menghendaki hak demokratis
(perwakilan rakyat dsb). Kelas yang paling terkemuka dalam pemberontakan ialah buruh-
industri.

SI PACUL : Bagaimana kaum komunis mengadakan persatuan di antara borjuis, tani, dan
proletar itu?

SI GODAM : Itulah keulungan komunis Rusia. Dia tahu bahwa kaum borjuis besar
revolusioner terhadap feodalisme, keningratan di bawah Tsar. Selama menentang Tsar
dan kaum ningrat itu mereka bikin satu barisan rakyat. Jadi di masa ini persatuan itu
mengikat borjuis besar-tengah-kecil, tani besar-tengah-kecil, dan proletar, sampai
feodalisme terbengkalai. Baru sekarang ditantang dan dibengkalaikan borjuis besar-
tengah-kecil. Akhirnya, tinggalah persatuan kekal antara proletar mesin dan proletar
tanah.

SI PACUL : Jadi pada tiap-tiap tingkat pertarungan itu dicari persamaan tuntutan
berdasarkan persamaan keperluan. Apakah persamaan tuntutan proletar mesin dan
proletar tanah?

SI GODAM : Kedua golongan menghendaki perdamaian. Jadi mereka sama-sama


meletakkan senjata menghentikan berperang dengan Jerman. Selanjutnya para proletar
pabrik merebut pabrik, dan kaum borjuis dan proletar tanah merebut tanah dari kaum

26
ningrat. Dengan begitu proletar dan tani sama sama menentang kontra-revolusioner dari
pihak borjuis dan ningrat.

SI PACUL : Jadi kalau saya mengerti betul, Dam, Komunis Rusia pada tiap-tiap tingkat
perjuangan memusatkan pukulannya terhadap satu musuh saja. Dalam hal itu dia menjaga
persatuan dalam barisannya sendiri, walaupun terdiri dari berbagai golongan.

SI GODAM : Itulah keulungan Komunis Rusia, Cul!

VI. MERDEKA 100%

SI TOKE : Apa yang dimaksudkan dengan merdeka 100%? Buat saya merdeka itu
merdeka tak ada batasnya.

SI GODAM : MERDEKA itu memang selalu ada batasnya. Batasnya itu pertama
terhadap ke dalam. Kedua terhadap keluar.

SI TOKE : Apa artinya?

SI GODAM : Terhadap ke dalam! Bukankah tiap-tiap orang dalam negara merdeka itu
mesti menghargai kemerdekaan tiaptiap warga lain? Jadi tiada boleh berbuat sekehendak
hatinya saja terhadap warga sejawatnya. Di sinilah terletak batasnya.

SI PACUL : Kalau begitu terhadap keluar: tiap-tiap negara merdeka mesti pula mengakui
kemerdekaan tiap-tiap Negara Merdeka yang lain, besar atau kecil. Berapa pun kuatnya
satu negara merdeka tidaklah dia bisa berbuat sekehendak hatinya saja terhadap negara
lain. Dengan begitu maka kemerdekaan satu negara terletak pula pada kemerdekaan
negara lain, jadi arti luasnya pada suasana kemerdekaan umumnya.

SI GODAM : Tepat, Cul! Kalau suasana kemerdekaan itu dalam arti umum terganggu,
maka lambat laun akan hilang kemerdekaan tiap-tiap negara. Lihatlah contoh di sekitar
kita dan dalam sejarah dunia! Berapapun kuat satu Negara Merdeka, yang memperkosa
kemerdekaan negara lain akhirnya ia jatuh juga!

27
SI TOKE : Kalau satu negara merdeka mesti menghargai kemerdekaan negara lain pula
tentu satu warga negara merdeka mesti pula menghormati warga negara lain sebagai
tamunya. Bukankah begitu?

SI GODAM : Sebenarnya begitu! Di sana teranglah sudah bahwa kemerdekaan manusia


itu mengandung “perdamaian” buat seluruh manusia. Perdamaian itulah dasar
kemakmuran. Akhirnya kemakmuran itulah pula yang menjadi dasar kemerdekaan.

SI PACUL : Memang kemerdekaan, perdamaian, kemakmuran itu berseluk-beluk. Tetapi


kalau kubiarkan engkau melanjutkan perundingan tentang kemerdekaan itu secara begitu,
aku takut kita akan selangkah demi selangkah kau bawa ke ‘jurang’ filsafat. Baiklah kita
kembali ke tanah yang datar. Berilah contoh yang pasti (konkret) tentang batas
kemerdekaan itu.

SI GODAM : Pertama batas itu boleh berupa daerah. Kemerdekaan Spanyol amat
terbatas karena Inggris menduduki Karangbatu bernama Gibraltar buat dijadikan benteng.
Ini berarti satu pistol mengancam dadanya Spanyol. Begitu pula Terusan Suez, Tanah-
Asing di Shanghai dan lain-lain.

SI PACUL : Walaupun daerah itu kecil, tetapi ia amat menguasai politik ke dalam dan ke
luar Negara yang diduduki. Apalagi batasnya?

SI GODAM : Batas yang terang tentulah berhubung dengan pembatasan kedaulatan.


Tentulah tak ada Negara yang merdeka dalam arti liar. Di atas sudah disebutkan batas
tiap-tiap Negara Merdeka itu ke dalam dan keluar. Tetapi itu berlaku buat tiap-tiap
negara, dimengerti dan dirasa perlunya oleh tiap-tiap Negara. Tetapi status (kedudukan
dalam politik) seperti Dominion Status, Free-State (Irlandia) atau Gemeenebest yaag
didengung-dengungkan oleh Belanda itu adalah batasan pincang.

SI PACUL : Sebenarnyalah begitu. Karena Indonesia yang digemeenebest- kan oleh


Belanda itu tiadalah meng-gemeene-kan Belanda. Jadi batas itu berlaku buat Indonesia
saja. Seolaholah Indonesia kurang dari Belanda.

28
SI GODAM : Apalagi kalau suatu Negara Merdeka mencampuri administrasinya Negara
lain. Keadaan ini terjadi pada semua jajahan. Hal ini tak perlu dilanjutkan. Indonesia
sudah tahu bahwa urusan administrasi dari desa sampai ke daerah, ke pulau, dan akhirnya
sampai ke semua kepulauan, hingga 17 Agustus 1945 dicampuri oleh Belanda.

SI PACUL : Jadi batasan pasti yang sudah engkau sebutkan ialah: batasan daerah, batasan
kedaulatan, dan batasan administrasi. Tidakkah ada batas-batas yang lain-lain?

SI GODAM : Secara lahir tidak-ada lagi. Tetapi secara tertutup ada. Sudahkah engkau
mendengar nama-nama Negara Merdeka seperti Meksiko, Honduras, Kuba, Peru, Brasil,
juga Tiongkok sebelum Perang Dunia kedua ini?

SI TOKE : Semua negara itu memang Merdeka. Semua negara itu mempunyai Undang-
Undang Dasar sendiri dan merdeka memilih dan memecat pemerintahnya sendiri. Selain
itu juga merdeka menentukan politiknya ke luar negeri.

SI GODAM : “Rupanya” begitu dipandang dari luar. Ambil saja Meksiko sebagai contoh.
Selama pemerintah Meksiko mengakui keleluasaan kongsi minyak Inggris-Amerika di
Meksiko, selama itu pula ada pengakuan penuh dari Inggris- Amerika. Tetapi coba timbul
pemerintahan Meksiko yang menentang kongsi minyak itu. Sebentar saja timbul revolusi
dari golongan Meksiko juga, yang disokong oleh kongsi minyak. Satu jenderal Meksiko
diadu dengan jenderal Meksiko yang lain. Barangkali kedua jenderal itu cinta pada
Negara dan Rakyatnya. Tetapi mereka sadar atau tidak, gampang dibelit oleh “lasso” (tali
pengikat) yang ujungnya berada di kantor pusat kongsi minyak di Amerika yang tentu
berhubungan pula dengan birokrasi Amerika. Demikianlah semua pemberontakan di
Amerika Tengah dan Selatan, seperti juga dahulu di Tiongkok disebabkan oleh pengaruh
busuk kapitalisme asing yang bersarang di Negara yang menurut syarat Undang-Undang
Internasional memang merdeka.

SI PACUL : Jadinya kapital-asing itu kalau ditanam begitu saja dalam suatu Negara
Merdeka bisa mengacaukan politik Negara Merdeka itu. Bisa mengadudomba sebagian
penduduk terhadap bagian lain dari penduduk Negara itu juga.

29
SI TOKE : Jadinya kita tak perlu kapital-asing? Bukankah Indonesia tak cukup
mempunyai mesin dan uang buat mengganti mesin yang sudah rusak dalam peperangan
sekarang dan buat menambah mesin yang baru???

SI GODAM : Sebenarnya kita membutuhkan mesin, bahkan juga beberapa ahli. Malah
kita membutuhkan berlipat-ganda mesin dan para ahli asing buat mendirikan
perindustrian baru dan memperbaiki yang lama. Berapa puluh lokomotif, mesin kapal dan
kapal terbang kita butuhkan. Lebih dari itu, tidak saja mesin yang sedia buat dipakai kita
perlukan. Tetapi juga mesin yang membikin mesin. Kita perlukan mesin yang akan
membikin mesinnya oto, membikin lokomotif, membikin mesin kapal air dan udara,
membikin meriam, tank, bom-atom dll, pendeknya “mesin-induk”. Berhubung dengan itu
kita perlukan pula para ahli yang kita belum punya.

SI TOKE : Bingung aku mendengarnya. Tetapi di samping itu bukan main girang hatiku
mengelamunkan “Indonesia punya atas Mesin-Induk” itu, mempunyai “Industri Berat”
itu. Tetapi uangnya???

SI GODAM : Uang tak perlu! Tetapi yang perlu ialah KEMERDEKAAN 100%. Sekali
lagi! Uang sebagai kapital-asing tak perlu. Malah membahayakan dan tidak membawa
Indonesia ke arah yang kita tuju.

SI TOKE : Sekarang saya bertambah pusing Dam. Membahayakan bagaimana? Tidak


membawa kita ke tempat yang kita tuju bagaimana?

SI GODAM : Membahayakan dan tiada menyampaikan maksud, seperti terjadi di


Amerika Tengah dan Selatan, Kek. Sekarang Amerika Tengah dan Selatan tak bisa bikin
mesin apalagi bikin mesin-induk. Pengaruh kapital-asing di Amerika Tengah dan Selatan
tak membenarkan sekalian Republik Merdeka itu mempunyai dan menyelenggarakan
sendiri Industri Berat. Sebab kapital-asing itu takut akan persaingan. Takut kalau-kalau
kelak industri berat di Amerika Tengah dan Selatan menyaingi atau membunuh industri
berat atau ringan negara yang meminjamkan modal. Karena pemerintah Negara di
Amerika Tengah dan Selatan terikat oleh uang pinjaman dari Inggris-Amerika, dia tak
bisa mengambil tindakan yang tepat buat mendirikan Industri Berat Nasional.

30
SI TOKE : Baiklah kita tinggalkan dahulu Amerika Tengah dan Selatan itu. Kau bilang
tak baik kalau kita menerima modal asing. Baik! Kita butuhkan Industri Berat. Tetapi
uang dari mana kita ambil? Para ahli ke mana kita cari di antara bangsa Indonesia?

SI GODAM : Uang? Bukankah minyak tanah kita, arang kita, timah kita, aluminium kita,
intan-mas kita, perak-mutiara kita semuanya uang??? Engkau ini seorang toke. Apakah
kertas yang kau lipat-lipat itu yang dicetak oleh Jepang sampai 40.000.000.000 dalam 3
tahun itu yang uang??? Bukankah beras, intan berlian, dan mesin yang diangkutnya ke
Tokyo dulu yang sebenarnya uang??? Kertas itu cuma wakil dari barang. Kertas itu
sendirinya hampir tidak ada harganya. Belum lagi kusebut barang yang berharga seperti
teh, kopi, kina, kelapa, gula, getah, dan banyak lagi yang tidak dipunyai Negara lain dan
amat dibutuhkan Negara lain.

SI PACUL : Aku tahu maksudmu, Dam! Semua hasil dari dalam dan atas tanah Indonesia
ditambah pula dengan hasil lautnya yang kaya raya itu akan kau kirimkan keluar negeri
buat “ditukarkan” dengan mesin dan para ahli, dan kalau perlu tentu juga dengan “uang
asing”.

SI GODAM : Tepat, Cul! Para ahli itu tidak berada di Amerika saja. Atau di Inggris saja.
Di Swedia, Swiss, atau Jerman juga ada. Mereka akan ingin bekerja-sama dengan
Republik Indonesia Merdeka. Bukan seperti tuan besar, melainkan sebagai pegawai yang
menerima perintah.

SI TOKE : Tetapi kalau engkau membikin industri baru seperti tambang besi, pabrik besi
baja dan mesin industri muda, barangkali layu dan mati kalau kelak disaingi oleh barang
besi-baja dan mesin dari Eropa dan Amerika. Mereka bermodal besar, tahan bersaing.
Mereka berpengalaman. Barangnya murah dan baik!

SI GODAM : Itulah dia Kek! Bayi manusia, walaupun tegap-kokoh mesti dilindungi
dahulu dalam beberapa tempo. Begitu pun tumbuhan dan hewan. Itu sudah hukum alam.
Pun dalam ekonomi, undang-undang itu berlaku. Dalam ilmu ekonomi namanya itu
“perlindungan industri bayi” (protection on infant-industry). Amerika sendiri masih
mempunyai cabangindustri yang dilindungi.

31
SI TOKE : Bagaimana melindungi industri bayi kita itu?

SI GODAM : Mesin atau barang yang sedang kita bikin itu mesti kita batasi masuknya
dari luar negeri atau kalau perlu larang sama sekali masuknya. Tentu pada permulaan kita
belum bisa membikin semua mesin atau baja yang kita butuhkan. Jadi barang ini masih
perlu dimasukkan dari luar. Tetapi dibatasi banyaknya. Cuma buat menambah yang masih
kurang saja. Supaya yang perlu dimasukkan itu jangan menjadi saingan buat industri bayi
kita, maka mesin atau besi yang masuk itu mesti dipajaki sampai tak bisa merusakkan
kemajuan industri kita. Kalau perlu dilarang sama sekali masuknya.

SI PACUL : Buat membatasi masuknya barang asing itu atau melarang masuknya sama
sekali kita mesti 100% merdeka buat menguasai keluar-masuknya barang di Indonesia
(ekspor dan impor).

SI GODAM : Tepat, Cul! Merdeka 100%! Kalau kita sudah merdeka 100% buat
menguasai keluar masuknya barang asing itu, maka barulah kita bisa merdeka 100%
menentukan “ARAH” industrialisasi di Indonesia, yakni menuju ke INDUSTRI BERAT
seperti kilat. Baru sesudah kita mempunyai dan sanggup menyelenggarakan industri
berat, baru kita bisa membikin sendiri alat kemakmuran dan alat pertahanan (seperti
meriam, tank, kapal selam - terbang dsb). Barulah pula bisa dijamin Kemerdekaan
Indonesia. Selama Indonesia belum mempunyai Industri Berat, selama itu pula
INDONESIA MERDEKA terancam sangat Jiwa Kemerdekaannya.

SI TOKE : Rupanya engkau tak mengizinkan sama sekali masuknya kapital-asing dan
barang asing?

SI GODAM : Barang asing bisa masuk dan akan tetap bisa masuk. Harapanku sampai
hari kiamat kita makin makmur, makin membutuhkan barang asing yakni hasil istimewa
di negara asing. Malah modal asing bisa ditanam di sini buat membikin barang yang
belum bisa kita bikin sendiri dan tak membahayakan perindustrian, kemakmuran, dan
pertahanan Kemerdekaan kita.

32
SI PACUL : Apa salahnya kalau Tionghoa membuka toko menjual sutera Shantung yang
halus yang tak ada pada kita itu. Apa salahnya Tionghoa membuka pabrik sutera di
samping pabrik sutera Indonesia? Apa salahnya Tionghoa memasukkan uangnya, sebagai
andil dalam perusahaan Indonesia, asal saja terbatas banyaknya? Apa salahnya Jerman
mendirikan pabrik Pilsener Bier yang lezat-sehat itu? Atau apa salahnya kawan kita dari
Rusia membuka toko menjual kaviar yang sedap sehat itu?

SI GODAM : Yang menjadi ukuran buat semua-mua itu ialah: Rakyat Indonesia jangan
terancam kemerdekaan dan kemakmurannya. Bangsa tamu tetap aman dan makmur.
Lama kelamaan dengan jalan yang cocok dengan undang-undang dan adat istiadat
Indonesia bangsa tamu lebur menjadi rakyat Indonesia yang taat setia kepada Negara
Rakyat dan Undang-Undang Indonesia.

SI TOKE : Kaubilang tadi kalau Indonesia Merdeka 100% maka secepat kilat kita bisa
menuju ke arah Industri Berat. Bukankah majunya industri itu tak bisa kita perkosa?

SI GODAM : Tak ada sesuatu yang akan kita perkosa, Kek! Kita cuma percepatkan
jalannya sesuatu yang bergerak menurut kodratnya sendiri. Kita tahu air itu baru
mendidih kalau panasnya sudah sampai kurang lebih 100 derajat. Tetapi derajat setinggi
itu baru kita peroleh sesudah dimasak satu jam umpamanya kalau apinya lemah. Tetapi
dengan listrik yang tinggi derajatnya bisa kita peroleh dalam beberapa menit saja.

SI PACUL : Perbandingan lagi, Dam! Langsung tepat saja, Dam!

SI GODAM : Kembali pada perindustrian kita! Memang kalau kita biarkan


“perseorangan” bermaharajalela dalam perekonomian kita, barangkali 100, 200, atau 500
tahun pun kita takkan sampai ke tingkat Industri Berat Nasional. Tetapi dengan
“Rencana” menurut “HUKUM EKONOMI TERATUR” dalam sepuluh tahun saja kita
bisa sampai ke tingkat yang mengagumkan.

SI PACUL : Asal pemerintah tetap Merdeka 100% dan rakyat bersatu! Pimpinan tetap
tegap, percaya atas diri sendiri dan tetap jujur terhadap rakyat jelata. Pasal bahan
memang tak ada yang kurang di Indonesia, baik sebagai “jasmaninya kemesinan” seperti

33
besi aluminium, bauksit dll, baik sebagai “rohaninya kemesinan” (seperti arang, listrik,
dan minyak). Mengenai bahan, Indonesia ini, apalagi Indonesia Raya tak kurang dari
Negara manapun di bawah kolong langit ini.

SI TOKE : Dam, coba bentangkan “RENCANA” buat Industrilisasi kilat itu!

SI GODAM : Maaf, Kek! Terlampau panjang dan terlampau sulit, kalau kubentangkan di
sini. Baiklah kubentangkan nanti dalam brosur istimewa pula! Sekarang baiklah kita
meninjau kembali ke belakang, buat membulatkan perundingan.

VII. KEMERDEKAAN DITINJAU KEMBALI

SI PACUL : Cobalah, Dam, engkau berikan beberapa kesimpulan dari perundingan kita
sampai sekarang.

SI GODAM : Kesimpulan apa yang mesti kuberikan, Cul! Aku sendiri sudah bingung
dibawa ke sana kemari dalam perundingan yang sulit dan panjang itu.

SI TOKE : Seadanya saja. Simpulkan apa yang kau rasa penting saja.

SI GODAM : l) Kemerdekaan itu bukanlah Kemauan Tunggal orang atau negara,


melainkan kemauan Terikat (bukan absolut melainkan relatif). Kemerdekaan itu sendiri
mestinya berdasarkan pengakuan atas kemerdekaan pihak lain. Sebaliknya kemerdekaan
di pihak kita diandaikan atas pengakuan pihak lain terhadap kemerdekaan sendiri.
Apabila berkenaan satu sama lainnya itu terganggu, maka kemerdekaan itu tak akan kekal
adanya. Dengan adanya pengakuan atas terikatnya kemerdekaan itu satu sama lain, maka
kemerdekaan itu menjadi rasional, masuk diakal, berakal. 2) Sudah berabad-abad pemikir
semua bangsa memikirkan bentuk Negara yang bisa menjamin kemerdekaan itu. Tetapi
bentuk saja tiadalah memberi jaminan kepada kemerdekaan itu. Ada di antara bentuk
Republik yang memberi jaminan kemerdekaan lebih daripada beberapa bentuk kerajaan
(Rusia di zaman Republik Soviet dibanding dengan Rusia Tsar). Tetapi ada pula bentuk
kerajaan yang memberi jaminan kemerdekaan lebih daripada bentuk republik (Kerajaan
Inggris dibandingkan dengan Jerman-Nazi). Tetapi nyata sudah, bahwa Republiklah

34
bentuk yang lebih cocok buat menjamin kemerdekaan. Kerajaan- terbatas sebagai bentuk
negara adalah keistimewaan sejarah, sebagai sisa yang terpaksa diteruskan saja. 3) Isi
kemerdekaan itu ialah kedaulatan, dan kedaulatan itu ialah berupa kekuasaan dan
kemakmuran. Pertanyaan tentang “siapakah atau golongan siapakah yang berdaulat pada
satu negara merdeka” mesti dilaksanakan atas pertanyaan “siapakah atau golongan
manakah yang sebenarnya memegang kekuasaan dan mengecap kemakmuran dalam
negara itu”. Dipandang dari penjuru ini maka “demokrasi” yang dibangga-banggakan
negara kapitalis itu, kalau diteropong besarnya golongan atau kelas yang sebenarnya
memegang kekuasaan dan merasakan kemakmuran itu tiadalah sepadan dengan namanya
“kedaulatan rakyat”. Yang benar berkuasa, makmur, dan tenteram kemakmurannya ialah
kaum kapitalis, kaki tangannya akal kaum tengah dan sebagian kecil dari proletar atasan.
Sebagian besar dari mereka yang tak berpunya itu diombang-ambingkan oleh krisis
ekonomi dan peperangan imperialisme. 4) Dalam suasana kemodalan, maka hak
pemilihan secara umum, langsung, dan sama itu, ataupun suara rakyat (referendum)
tiadalah bisa membayangkan kemauan kelas proletar yang terbanyak itu. Kaum borjuis
yang sedikit itu dengan harta perusahaan dan profesor, agamawan dan radionya bisa
menukar yang putih menjadi hitam, yang salah menjadi benar. Kaum borjuis bisa merebut
suara. Seandainya partai proletar bisa merebut kursi terbanyak dalam parlemen, dan bisa
mengadakan undang- undang sosialistis, partai itu akan tergelincir dalam birokrasi kaum
borjuis, atau akan tertumbuk pada polisi, justisi, dan tentara yang dipimpin oleh borjuis
itu, kalau undang-undang itu dijalankan. 5) Yang berhak menentukan nasib Rakyat
Indonesia ialah kemauan, pelor, atau bambu runcingnya Rakyat Indonesia sendiri. Hak
Rakyat Indonesia atas kemerdekaan itu diambilnya dari alam yang didudukinya. Ia hidup
atau tenggelam dengan alamnya itu. Selama Indonesia-Merdeka tiada mengganggu
kemerdekaan negara lain, selama itulah negara lain tidak berhak mengganggu
kemerdekaannya. Pengakuan Republik Indonesia oleh Negara lain bukanlah menjadi
syarat adanya Republik Indonesia. Pengakuan itu adalah hal tersambil, satu hal di luar
hak Rakyat Indonesia atas kemerdekaannya. Mengambil, merebut, atau melaksanakan
kemerdekaannya itu, bukanlah satu perkara antara rakyat Indonesia dengan negara lain,
melainkan urusan diri sendiri. 6) “MERDEKA 100%” adalah satu jaminan buat terus
merdekanya Indonesia. Tanpa MERDEKA 100% Indonesia takkan bisa mengadakan

35
kemakmuran cukup buat dirinya sendiri. Juga Indonesia walaupun merdeka tak akan bisa
mempersenjatai dirinya sendiri, karena tak akan diberi kesempatan oleh kapitalisme asing
buat mendirikan “Industri-Berat Nasional”. Kemerdekaan Indonesia abad ke-20 ini tak
bisa dipisahkan dari “Industri-Berat Nasional” dan “Rencana Ekonomi”. 7) Indonesia tak
bisa, tetapi tak pula perlu mempertahankan kemerdekaanya dengan jalan kemiliteran
sejati. Perang kemerdekaan berlainan wataknya dengan perang imperialisme. Dalam
perang imperialisme, kalau semua keadaan lain-lain bersamaan, maka tekniklah yang
akan menentukan kalah-menangnya. Dalam perang kemerdekaan, kalau syarat teknik
sedikit saja memadai, maka jiwa (psikologi) Murba, dan suara dunia umumnyalah
(international public opinion) yang akan memberi putusan terakhir. Mungkin Inggris -
Belanda - Jepang menjatuhkan Indonesia merdeka, tetapi tak pula mustahil Republik
Indonesia bisa menggulingkan Inggris dan Belanda sebagai negara imperialis. Dengan
begitu maka Indonesia sekarang berjuang bukan saja buat Rakyat Indonesia sendiri, tetapi
juga buat seluruh Rakyat tertindas di dunia.

SI PACUL : Rasanya sudah cukup 7 simpulan itu. Tetapi bagaimanakah muslihat dan
daya upaya mempertahankan Indonesia Merdeka kita sekarang?

SI GODAM : Alamnya Rakyat Indonesia, susunan, watak dan hasrat masyarakat


Indonesia serta organisasi berjuangnya banyak berlainan dengan negara lain. Muslihat
buat mempertahankan dan memperkokoh Republik Indonesia Merdeka terpaksa pula
diadakan pada “Brosur Istimewa”.

Muslihat

Tan Malaka (1945)

Ditulis oleh Tan Malaka di Surabaya, 2 Desember 1945

Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100% terbitan Marjin Kiri, cetakan
pertama, Oktober 2005. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana
Ekonomi Berjuang, dan Muslihat.

36
Transcribed to HTML by Ted Sprague.

PENGANTAR

TIGA MINGGU yang lampau Inggris-Nica dengan alasan yang dicari-cari dan berputar-
putar dari tempo ke tempo, memajukan tuntutan pada kota Surabaya: supaya rakyat dan
tentara dilucuti senjatanya. Maksudnya ialah supaya sesudah rakyat dan tentara dilucuti
senjatanya, barulah Nica mau berunding dengan para pemimpin rakyat.

Tuntutan itu cuma satu artinya: Rakyat Indonesia lebih dahulu mesti dilucuti senjatanya.
Kemudian akan dijajah kembali oleh Belanda, dengan Inggris sebagai pembantunya.

Rakyat Surabaya tak mau dilucuti senjatanya dan tak mau dijajah kembali. Tak mau pula
ia berunding dengan senjata musuh di depan dadanya. Ini cocok dengan kemauan Rakyat
Indonesia seluruhnya. Cocok pula dengan anjuran para pemimpin terkemuka di zaman
Jepang. Cocok pula dengan semangat kemerdekaan yang sudah didengungkan selama 40
tahun. Cocok dengan hak dan kehormatan suatu Negara Merdeka.

Inggris-Nica dalam hakikatnya mau menjajah. Tuntutannya di atas tadi yang ditolak oleh
rakyat Surabaya, dilaksanakannya dengan serangan gabungan dari laut, darat, dan udara.

Serangan yang sedahsyat-dahsyatnya selama ini.

Tiga minggu lamanya rakyat Surabaya sudah menahan serangan ini.

Hampir berbarengan dengan serangan Suarabaya, dengan maksud begitu juga dan alasan
sejenis itu juga —yakni alasan “macan mau memakan anak kambing” menurut cerita
terkenal— dengan alasan pura-pura itu sedang terjadi pertarungan hebat di Semarang,
Ambarawa, Magelang, Jakarta, Bandung, dan Sumatera. Di mana-mana rakyat menang
kalau cuma menjumpai perlawanan pasukan melawan pasukan. Tak ada pasukan Inggris-
Nica yang bersenjata lengkap yang bisa menahan serangan pasukan Indonesia bersenjata

37
serba kurang. Inggris bisa menang cuma dengan senjata luar biasa, yang membuat
“orangnya” Inggris-Nica tak kelihatan lagi. Makin dekat ke pantai makin besar
keuntungan dan kekuatan Inggris. Makin jauh dari pantai makin besar pula keuntungan
dan kekuatan Indonesia. Dari Magelang Inggris-Nica sudah terusir sama sekali! Selalu
saja Inggris, Belanda, Gurkha ... ataupun Jepang lari tunggang langgang kalau
berhadapan pasukan melawan pasukan, orang melawan orang!

Rakyat Indonesia sudah menyambut “PERANG” yang tiada dinyatakan dengan


“PERANG”. Rakyat kita sudah benar sikapnya! Rakyat sedang berjuang mati-matian
membela sikapnya yang benar itu. Rakyat Indonesia sedang membikin sejarah buat
Negara Indonesia dan dunia lain. Rakyat Indonesia ada di bawah pengobaran dunia.
Kalah atau menangnya kelak Rakyat Indonesia tiadalah terletak pada kalah atau
menangnya berjuang dalam peperangan yang tak sama persenjataan itu!

Kalah atau menangnya itu terletak pada “salah atau benarnya”. Ia mengambil “sikap”
terhadap kecerobohan. Dan juga pada lemah atau kuat imannya memegang sikap yang
sudah diambilnya. Seandainya pada tanggal 10-11 November itu rakyat Surabaya
bertekuk lutut terhadap tuntutan yang melanggar hak dan kehormatannya sebagai bangsa
merdeka, maka dunia luar dan anak cucu Rakyat Indonesia sekarang akan mengutuki
sikap bertekuk lutut itu.

Seandainya kelak Rakyat Indonesia karena kalah sementara pada satu tempat saja sudah
patah hatinya dan kemudian mengubah sikapnya, berkhianat kepada sikapnya bermula,
maka dunia luar dan anak cucu Rakyat Indonesia tiada akan memandang Rakyat
Indonesia masak buat merdeka. Tetapi jika sikap yang benar itu tiada bisa menang dalam
perjuangan ini, maka di hari depan sikap itu akan diteruskan dipakai pada perjuangan
yang akan datang sampai maksud itu tercapai.

Rakyat Indonesia pendeknya sedang berjuang buat kebenaran dan keadilan! Apakah
muslihat yang mesti dijalankan dalam peperangan yang tidak sama persenjataan ini?

Di tengah-tengah dentuman mortir dan bom, sambil memperhatikan sikap tegak-tenang


di pihak rakyat dan prajurit Surabaya, saya di masa ini lebih yakin lagi akan kebenaran

38
MUSLIHAT yang mesti dijalankan, MUSLIHAT mana sudah lama terkandung dalam
pikiran.

MUSLIHAT dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya itulah yang saya coba
bentangkan di sini!

Mudah-mudahan brosur ini akan memberi faedah pada para pemimpin perjuangan
Indonesia yang maha dahsyat dan paling modern ini. MERDEKA !!!

****

I. Suasana

A. IKLIM PERJUANGAN

Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berada dalam
perjuangan yang hebat dahsyat. Percakapan yang berhubungan dengan Indonesia
Merdeka diteruskan oleh MR. APAL, TOKE, DENMAS, PACUL, dan GODAM. Dalam
hal merundingkan muslihat yang patut dijalankan ini pun nyata bahwa masing-masing
pembicara terkungkung oleh sifat golongan sendiri-sendiri.

39
SI PACUL : Merdeka!

BERSAMA : Merdeka, Cul! Perubahan besar, Cul, buat engkau dari ucapan selamat pagi,
apa kabar sampai merdeka! Kami kira engkau akan menyerbu dengan Kyai Kebal ke
Surabaya! Sudahkah engkau terima jimat dan berkahnya Kyai Kebal. Mukamu berseri
seperti baja saja, penuh kepercayaan.

SI PACUL : Betul saya percaya tetapi tidak atas kekebalan diriku sendiri. Saya percaya
atas kekebalan 70 juta rakyat Indonesia. Asal saja semua syarat perjuangan dipahamkan
dan MUSLIHAT dijalankan 70.000.000 manusia takkan dapat dijajah kembali.

SI TOKE : Apa kabar yang paling akhir? Bagaimana keadaan kita sekarang?

SI PACUL : Saya juga bukan ahli, Kek! Saya juga mendapat pertanyaan dari surat kabar
dan radio. Tetapi semalam kebetulan berjumpa beberapa teman yang baru kembali dari
semua medan pertempuran kecuali dari seberang.

SI TOKE : Kabarkan, Cul, bagaimana keadaan pertempuran kita?

SI PACUL : Bermula marilah kita sebentar mengheningkan cipta buat ribuan rakyat dan
prajurit perwira Indonesia yang tewas dalam medan pertempuran. Kedua, marilah kita
peringatkan pula bahwa kini tiga setengah bulan Republik Indonesia berdiri.
Bandingkanlah perubahan jiwa Rakyat Indonesia, di masa 3½ abad di bawah telapak
imperialisme Belanda dan 3½ tahun di bawah telapak imperialisme Jepang dengan 3½
bulan di bawah iklim kemerdekaan.

SI TOKE : Berbeda Cul, seperti siang dan malam. Jiwa berserah sekarang menjadi jiwa
dinamis berontak. Semangat takluk dan percaya pada pimpinan asing, sekarang bertukar
menjadi semangat melawan dan percaya pada pimpinan negara sendiri, sama diri sendiri,
bahkan sama tombak bambu dan golok sendiri. Siapa sangka Cul, penjelmaan yang
begitu besar bisa terjadi dalam tempo sependek itu.

MR. APAL : Baru saja saya kembali dari perjalanan dari Anyar ke Surabaya. Terlampau
melebihi kalau saya katakan bahwa sepanjang jalan tiap-tiap km diperhentikan. Oleh

40
siapa? Bukan oleh musuh polisi Belanda atau kempei Jepang. Melainkan oleh rakyat
jelata Indonesia atas dorongan kalbunya sendiri. Siang malam mereka berjaga-jaga
mengawasi mata-mata musuh yang memang berkeliaran mencari-cari kelemahan.

DENMAS : Di masa Diponogoro cuma rakyat Jawa Tengah saja yang berjuang, tak pula
seluruhnya. Di masa Imam Bonjol cuma sebagian kecil rakyat Minangkabau yang
bertempur dengan Belanda. Di masa Teuku Umar, cuma rakyat Aceh saja yang berperang.
Tetapi sekarang seluruh Jawa sudah bertempur. Seluruh Sulawesi, seluruh Kalimantan,
dan seluruh Sumatera sedang bangun serentak mengikuti jejaknya Jawa.

MR. APAL : Perjuangan sekarang ialah perjuangan nasional yang sebenarnya! Inilah
yang diimpikan oleh kaum nasionalis semenjak 40 tahun ini.

SI TOKE : Perjuangan Indonesia sudah betul-betul menjadi perjuangan internasional.


Dewan Selong menyatakan simpatinya terus terang berpihak Indonesia. Buruh Australia
memergoki kapal Belanda yang mengirimkan senjatanya ke Indonesia buat memukul
Republik Indonesia. Tentara Australia membantu pemberontak Indonesia di Kalimantan.
Rusia dan Tiongkok mengakui Republik Indonesia. Dari Amerika pun terdengar suara
simpati dari sebagian penduduk di sana. Begitu pula dari sebagian kaum buruh Inggris.
Tetapi Cul, apa jawabnya pertanyaan saya yang bermula? Apa kabar yang paling akhir?
Bagaimana keadaan pertempuran kita?

SI PACUL : Semuanya yang direntangkan di atas memang berhubungan rapat dengan


keadaan kita sekarang. Tentang keadaan pertempuran lebih kurang amat menyenangkan.
Kabar radio dan kabar temanku yang baru kembali dari Surabaya mengatakan bahwa
Surabaya yang hampir rusak binasa itu sudah digenangi air. Inggris dan Gurkha-nya
boleh terus menduduki Surabaya tetapi tank, truk, dan meriam besarnya baiklah mereka
angkut saja ke tempat yang kering. Sebagian besar dari rakyat yang tak ikut bertempur
sudah menyingkirkan diri. Biarlah Inggris-Nica dan seluruhnya insyaf bahwa rakyat
Indonesia selain jiwa raganya juga siap sedia mengorbankan semua. Katanya buat
membela kemerdekaan negaranya. Rakyat Indonesia juga insyaf bahwa di luar kota
“mesinnya” tentara Inggris yang modern itu sudah kalah, mustahil berjalan terus!

41
SI TOKE : Bagaimana keadaan di lain tempat?

SI PACUL : Magelang, bekas benteng Belanda yang dahulu amat kuat itu sudah kita
rebut kembali. Tentara Inggris sekarang terkepung dalam rawa, juga benteng Belanda,
yang dahulu dianggap kuat. Di Jakarta dan sekitarnya pertempuran hebat terus menerus
berlaku. Di Bandung dan sekitarnya, rakyat mendesak ke dalam kota. Di mana-mana
gedung besar-besar dipertahankan oleh pemuda dengan gagah berani, di luar dugaan
bermula. Di Bandung pemuda-pemuda pun tak ketinggalan. Seringkali Jepang dipakai
oleh Inggris melawan Indonesia. Begitu keadaan di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan
Sumatera. Umumnya tentara Indonesia lebih ulung dan lebih berani dari tentara Inggris-
Belanda. Tetapi kekuatan senjata tak berbanding. Tank Inggris bermaharajalela di jalan
raya, meriam besar mereka tak ada lawannya. Kapal terbang dan kapal perang amat
leluasa. Walaupun begitu tak sedikit tank yang ditangkap, kapal perang ditenggelamkan,
dan kapal terbang ditembak jatuh oleh prajurit kita. Bermacam-macam senjata, seperti
pistol, senapan mitraliur, meriam dll dirampas oleh rakyat jelata dengan bambu runcing,
golok dan tinju saja.

SI TOKE : Jadi rupanya rakyat Indonesia dengan tombak bambu, golok dan tinju
melawan Inggris-Nica-Jepang yang bersenjata modern buat tentara darat, laut dan
udaranya!

SI PACUL : Tetapi ada senjata yang tak ada pada mereka dan ada di pihak kita.

SI TOKE : Apa Cul?

SI PACUL : Kebenaran! Keadilan! Akhirnya, Rakyat Murba!

B. DIPLOMASI dan DIPLOMASI

SI PACUL : Aku yakin bahwa kita dalam kebenaran dan keadilan. Aku juga percaya
bahwa rasa kebenaran dan keadilan yang ada bersarang dalam hati sanubari rakyat di
negara luar, akhirnya kan menyambut teriak kebenaran dan keadilan dari pihak kita.
Lagipula kita sudah yakin bahwa Rakyat Murba kita tak menghitung laba rugi lagi dalam

42
melaksanakan perasaan kebenaran dan keadilan itu. Tetapi diplomasi apa yang mesti kita
jalankan supaya perjuangan rakyat sekarang ini berhasil, inilah yang saya ingin dengar
dari Tuan sekalian yang hadir di sini.

SI TOKE : Memang diplomasi itu penting sekali. Denmas memang beradik berkakak
dengan diplomasi. Cobalah bentangkan paham Denmas perkara diplomasi itu lebih
dahulu.

DENMAS : Yang menjadi dasar diplomasi itu buat saya ialah kekuatan kita sendiri.
Diplomasi itu mesti kita jalankan menurut kekuasaan kita sendiri, berbanding dengan
kekuatan musuh. Kekuatan kita seperti sudah dijelaskan tadi, di udara, di laut, di darat
adalah kurang sekali daripada musuh.

SI TOKE : Jadinya kita mesti bertekuk lutut lebih dahulu? Kemudian tunggu saja apa
yang dihadiahkan oleh Sekutu kepada kita?

DENMAS : Oh, tidak.... tidak persis begitu!

SI PACUL : Jadi bagaimana persisnya Denmas?

DENMAS : Sebab dengan kekerasan kita agak susah mendapatkan pengakuan dari
negara luar, maka diplomasi kita juga mesti disandarkan atas simpati luar negeri.

SI GODAM : Pengakuan luar negeri itu bukanlah syarat hidupnya Republik Indonesia.

SI PACUL : Diam dulu, Dam! Aku sudah maklum mau ke mana engkau pergi.

SI TOKE : Memang kita mau mendapatkan simpati dari semua negara lain di dunia.
Kalau kita tidak bisa mendapatkan simpati dari semua negara lain, cukuplah sudah dari
Sekutu saja. Tetapi bagaimana jalan mendapatkan simpati Sekutu itu?

DENMAS : Tuhan membentuk manusia serupa dengan bentuknya sendiri. Sekutu juga
akan lebih menyetujui bentuk negaranya sendiri. Sekutu sudah berperang menghancurkan

43
fasisme. Sekarang bentuklah negara yang tiada bercorak fasisme! Tentu akhirnya Sekutu
akan akui.

MR. APAL : Memang bentuk Republik dan isi demokrasilah yang cocok dengan perasaan
Sekutu. Maka dari itu marilah kita adakan tata negara yang demokratis, pemerintah yang
dipilih menurut kehendak rakyat. Akhirnya perlakukanlah rakyat asing di negara kita ini
menurut Undang-Undang Internasional dan akuilah kehendaknya Sekutu! Dengan begitu
kita akan mendapat simpati, persetujuan, dan pengakuan dari Sekutu.

SI TOKE : Tetapi bagaimana kalau Inggris mau memakai Belanda- Nica sebagai perisai?
Bagaimana kalau Inggris seperti imperialismenya di Afrika, Asia, dan Indonesia,
membikin perjanjian buat diinjak-injak dan menipu saja? Di mana imperialisme Inggris
pernah berlaku jujur terhadap bangsa berwarna? Apakah kita sendiri tidak akan dianggap
berkhianat terhadap Negara Indonesia, jika kita sandarkan sikap kita atas kepercayaan
pada kejujuran satu imperialisme yang belum pernah berlaku jujur, dalam sejarahnya
yang sudah kita kenal?

SI PACUL : Inggris katanya diserahi oleh Sekutu pekerjaan buat melucuti senjata Jepang.
Tetapi di mana-mana Inggris mengadu Jepang dengan Indonesia. Di Magelang dan
Semarang Jepang dibohongi oleh Inggris. Katanya orang Indonesia sudah membunuh
para pembesar Jepang. Di Bandung Jepang tiba-tiba menyerang rakyat atas persetujuan
Inggris. Di Pesing, dekat Jakarta, serdadu Jepang diperintah oleh Inggris menembak
orang Indonesia. Begitu pula di Palembang dan semua tempat lain. Berapa ribu rakyat
Indonesia mati karena politik Inggris mengadudomba Jepang dengan rakyat Indonesia.

SI TOKE : Sebenarnya Republik Indonesia bisa, wajib, dan berhak melucuti senjata
Jepang. Itu mulanya dilakukan oleh rakyat Indonesia di Surabaya, Yogyakarta, Magelang,
Bandung, dan Malang. Semuanya bisa berjalan baik, kalau di belakangnya Inggris tidak
memerintahkan Jepang menggempur rakyat Indonesia.

SI PACUL : Lagipula Inggris katanya cuma mau melayani orang tawanan Eropa! Tetapi
apa yang dikerjakannya? Inggris memasukkan Nica bersenjata lengkap dari luar negeri
buat menghancurkan Republik Indonesia. Dia memakai organisasi damai seperti Palang

44
Merah dan RAPWI buat mempersenjatai dan mengerahkan tawanan Belanda buat
menyerang rakyat Indonesia di mana-mana.

SI TOKE : Satu kali Inggris duduk di satu tempat, di sana Nica keluar, memperkosa
merampas harta dan menembaki rakyat Indonesia. Apalagi tempat itu kacau, karena
rakyat Indonesia melawan, maka Inggris adakan pemerintah militer. Ini artinya
membatalkan pemerintah Republik.

SI PACUL : Jadi teranglah sudah maksud Inggris yang sebenarnya ialah: Duduki satu
kota Indonesia, keluarkan Nica buat mengacau dan adakan pemerintah militer. Kalau
semua tempat penting sudah diduduki tentara Inggris, ketentraman tercapai, maka dari
kantongnya imperialisme Inggris akan dikeluarkan bonekanya, yakni Nica. Sesudah beres
maka kapitalis kebun, minyak, dan pabrik Inggris akan kembali ke Indonesia menguasai
arah-arahnya hasil Indonesia dan menguasai hasil itu sendiri, lebih dari sebelum masa
perang. Bersama dengan jagoannya Belanda maka rakyat Indonesia akan diperas,
ditelanjangi, dan ditendangtendang buat membangunkan negeri Belanda dan Inggris yang
jatuh ke lembah kemiskinan dan kemelaratan itu.

SI GODAM : Bajing itu bisa hilang bulunya, tetapi tak akan hilang nafsunya buat
mencuri kelapa. Selama giginya ada, tak ada kelapa yang boleh dipercayakan kepadanya.
Muslihat yang benar ialah mencabut giginya atau memotong lehernya sama sekali.

SI PACUL : Perumpamaan lagi. Pastikan saja!

SI GODAM : Selama peraturan ekonomi, politik, dan sosial Inggris masih seperti
sekarang, yaitu kapitalis, selama itulah pula nafsunya buat menjajah negara lain
bergelora. Imperialisme Inggris bisa pura-pura jujur kalau ada “pelor” di depan dadanya.
Persis seperti kucing patuh jinak selama ada tongkat di depannya. Begitu juga Belanda.

SI PACUL : Betul sekali ususnya prajurit Inggris dan Belanda tak kuat menghadapi pelor
Jepang pada peperangan di Malaka dan Indonesia. Sekarang pun ususnya kendor kalau
bertemu muka dengan prajurit Indonesia. Golok atau bambu runcing saja sudah
membikin serdadu Inggris atau Nica gementar seperti tikus melihat kucing. Belum pernah

45
tentara Inggris atau Nica dalam perjuangan seorang lawan seorang. Tetapi dalam tank
baja dan kapal udara yang terbang tinggi mereka amat berani.

SI GODAM : Tetapi muslihat kita tak bersandarkan senjata lahir semata-mata.

SI PACUL : Apa senjata muslihat kita?

SI GODAM : Pertama keyakinan dan konsekuensi. Syarat adanya Republik Indonesia


terletak semata-mata atas kemauan rakyat Indonesia saja. Pengakuan negara lain tiadalah
menjadi syarat adanya republik kita. Melainkan syarat buat berhubungan baik dengan
negara lain. Berhubung dengan sahnya Republik Indonesia menurut keyakinan kita, maka
diplomasi kita mesti dipusatkan pada daya-upaya lahir dan batin memberi keyakinan
pada dunia lain, bahwa kita mau dan bisa berlaku sebagai satu Negara Merdeka yang
mempunyai “kehormatan atas diri sendiri”.

SI PACUL : Jadi dengan berpikir, berkata, dan berlaku seperti orang merdeka, kita bisa
merebut hati, simpati, persetujuan, dan pengakuan Rakyat Merdeka atau Rakyat yang
mau Merdeka di dunia luar.

SI GODAM : Tepat Cul! Bukan dengan sikap masa bodoh dengan tipuan dan
kecerobohan negeri asing “Kalau sudah ditipu terus percaya. Sudah ditendang terus minta
terima kasih”. Sikap budak semacam itu tidak akan mendapatkan pengakuan sebagai
negara merdeka, melainkan sebagai budak, lagipula persetan sama putusan Sekutu, yang
tidak diketahui apalagi disetujui oleh rakyat Indonesia, nyata pula negara besar seperti
Rusia, Tiongkok, dan Amerika tiada menyetujui tindakan Inggris, perfide Albion itu.
Diplomasi Indonesia Merdeka bukanlah diplomasi mengemis dan menerima! Diplomasi
berjuang dan merebut, itulah diplomasi kita.

II. Kemungkinan

SI GODAM : Laba rugi dalam suatu perjuangan itu memang mesti diakui lebih dulu
sebelum perjuangan itu dilakukan.

46
SI PACUL : Bagaimana kemungkinan itu buat kita, Dam?

SI GODAM : Kemungkinan itu mesti dihubungkan dengan beberapa perkara yaitu: 1.


perkara bumi iklim (geografi) 2. keadaan internasional 3. cacah jiwa (man power) 4.
kebatinan (moral) 5. kemiliteran 6. kecerdasan 7. disiplin 8. persatuan 9. organisasi

SI TOKE : Jadi semuanya ada 9 (sembilan) perkara yang mesti kita periksa.

SI GODAM : Sebenarnya lebih! Tetapi buat sementara cukuplah yang 9 itu. Maksud kita
dalam brosur ini juga bukan mengadakan penyelidikan yang sempurna. Melainkan buat
memberi petunjuk sekadarnya saja. Penyelidikan yang lebih dalam dan lebih luas boleh
diadakan di lain tempat dan di lain tempo.

SI PACUL : Cobalah periksa perkara itu satu persatunya.

SI GODAM : Dalam garis besarnya boleh dikatakan bahwa empat perkara yang bermula
menguntungkan kita. Tetapi dalam 5 perkara di belakang kita banyak mempunyai
kelemahan. Untunglah pula kelemahan itu bisa dilenyapkan sama sekali, asal saja kita
mengerti dan mau.

SI TOKE : Mulailah memeriksa!

SI GODAM : Tidak perlu diperpanjang lagi bahwa bumi iklim membantu kita dalam
perjuangan. Bumi iklim kita membiarkan padi, ubi, sayur tumbuh 12 bulan dalam
setahun. Jadi terus-menerus. Sedangkan di hawa dingin, gandum, sayur itu dibiarkan
tumbuh dalam enam bulan saja. Jadinya tak perlu mengadakan persiapan selama enam
bulan bumi beristirahat. Sambil berjuang, pertanian bisa diteruskan. Pakaian boleh
disusutkan kepada sarung dan celana pendek saja. Tak ada musim dingin yang akan
mengirim kita ke liang kubur kalau tak berpakaian tebal dari bulu domba. Dalam hal
menyesuaikan badan ke hawa kita, sudahlah tentu kita di pihak yang beruntung pula.
Sebaliknya musuh yang dari iklim dingin mesti mengadakan persediaan-persediaan
makanan, pakaian dll lebih dari kita. Lebih susah pula mereka menyesuaikan dirinya
dengan bumi iklim kita yang umumnya panas itu.

47
SI TOKE : Pendeknya bumi iklim itu, apalagi jendral hujan di bulan duabelas dan satu
berada di pihak kita!

SI GODAM : Keadaan Internasional! Walaupun belum begitu terang, karena kabar amat
sedikit yang kita terima, tetapi keadaan internasional makin lama makin menguntungkan
kita. Dalam garis besarnya dunia sekarang boleh dibelah dua. Pada satu pihak, ialah
imperialisme Inggris-Amerika dengan punakawan yang diangkatnya kembali yakni
Perancis dan Belanda yang sudah kapok tadi. Pada pihak lain ialah Soviet-Rusia di
samping beberapa negara kecil di Eropa yang merasa tertindas dan seluruh bangsa
berwarna yang dijajah di Asia dan Afrika. Tetapi imperialisme Anglo- Amerika itu
bukanlah kekuatan bulat dan tetap. Dalam badannya sendiri kapitalisme Inggris-Amerika
itu terbagi atas dua golongan bertentangan, yakni kaum proletar dan kaum hartawan
(borjuis).

SI PACUL : Jadi salahlah pengiraan orang yang membulatkan saja kekuatan kapitalisme
Inggris dan Amerika itu.

SI GODAM : Memang salah! Orang yang berpikir secara mesin memang tidak atau
kurang sekali memperhatikan pertentangan. Pertentangan itu sehari demi sehari
bertambah tajam. Perjuangan Republik Indonesia bukan “tiada” mempengaruhi
pertentangan di dunia luar itu. Percayalah bahwa kelanjutan perjuangan Indonesia
Merdeka akan memperdalam dan memperluas pertentangan itu. Pertentangan itu
mungkin menguntungkan Indonesia.

SI PACUL : Perkara ketiga, cacah jiwa, bagaimana?

SI GODAM : Praktis 70 juta rakyat Indonesia bisa menggerakkan 14 juta orang. Yang
paling kuat buat penyerbuan saja ada 7 juta orang. Andaikan musuh bisa memasukkan
200.000 serdadunya ke Indonesia, jadi satu musuh mesti menghadapi 35 orang Indonesia,
bulatkan 36 orang. Apa artinya kelebihan bilangan itu?

SI TOKE : Ya, apa artinya man power, kekuatan orang itu?

48
SI GODAM : Andaikan (buat memudahkan berpikir saja) satu orang Gurkha bersenjata
tommy-gun dikepung oleh 35 orang bergolok dan bambu runcing (andaikan orang
Indonesia tak mempunyai granat tangan, bom pembakar mitraliur, ataupun bedil atau
meriam). Yang punya 35 bambu runcing, yang mengepung satu Gurkha itu bergiliran
menurut tiga rombongan. Tiap-tiap hari selama 24 jam perkelahian terus menerus. Apa
akibatnya? Prajurit Indonesia bisa tidur dan beristirahat, si Gurkha mesti terus menerus
berjaga- jaga. Tiap-tiap rombongan Indonesia yang terdiri dari 12 orang itu bisa bergiliran
tiga kali sehari untuk menjaga satu orang Gurkha. Satu giliran 12 orang cuma selama 6
jam. Jadi tiap-tiap giliran, maka 12 orang Indonesia cuma perlu bertempur 8 jam saja dan
kelak bisa 16 jam sehari mengaso atau tidur. Sedangkan satu Gurkha satu Inggris atau
satu Nica mesti terus menerus 24 jam sehari menjaga 12 golok! Satu hari bisa berjalan
dengan beres. Tetapi jika sampai dua atau tiga hari si Gurkha, Ingggris atau Nica terus
menerus menjaga 12 tombak atau golok, maka mereka bisa mati, karena momok golok
saja.

SI PACUL : Memang begitu dalam teori! Dan teori itu penting!

SI GODAM : Kalau teori itu dijalankan dengan kecerdasan mesti ada akibatnya yang
baik. Perkara keempat, kebatinan tak perlu dituturkan panjang lebar. Laki perempuan, tua
muda, orang Indonesia sekarang tak kalah lagi dengan rakyat yang serevolusinya di dunia
ini di zaman manapun juga. Jadi empat perkara di atas yang amat penting sekali berada di
pihak kita! Memang empat perkara itu lebih susah merombaknya, seandainya empat
perkara itu tidak berada di pihak kita. Karena keempat perkara itu, terlebih tiga perkara
pertama, adalah di luar kekuasaan kita (lebih obyektif).

SI PACUL : Apa artinya di luar kekuasaan kita?

MR. APAL : Memang tak bisa kita mengubah bumi iklim, keadaan internasional, dan
cacah jiwa itu, yaitu secara lekas dan langsung.

DENMAS : Memang syukurlah semuanya itu ada di pihak kita. Perkara keempat itu,
kebatinan, kalau buat seorang saja memang bisa diubah. Tetapi kalau untuk 70 juta

49
manusia tentulah mustahil bisa diubah dalam sehari, sebulan, ataupun setahun. Kini
kebatinan itu pun ada di pihak kita.

SI PACUL : Sekarang cobalah selidiki 5 perkara yang tiada di pihak kita itu!

SI GODAM : Bukan sama sekali di pihak kita. Jangan kau salah mengerti, Cul. Sebagian
ada di pihak kita. Tetapi memang kurang! Jadi perkara kelima, kemiliteran: kurang
menyenangkan. Pertama, opsir yang sungguh menerima ilmu kemiliteran amat kurang
sekali. Tetapi nyata di mana ada, opsir itu bisa dipakai. Walaupun “dai-dancho” cap
Jepang cuma mendapat latihan beberapa bulan saja, tetapi sudah terbukti bisa dipakai
dengan hasil memuaskan. Opsir rendahan latihan Jepang juga amat memuaskan. Apalagi
prajurit biasa! Beberapa prajurit biasa yang sudah pecah sebagai ratna! Sungguh
menggembirakan dan memberi harapan besar buat tentara Republik Indonesia di hari
depan.

SI TOKE : Aku pikir begitu juga. Sudah 22 hari sampai sekarang kita bisa tahan serangan
serentak dari darat, laut dan udara Inggris. Dengan pompa air saja dulu Belanda bisa
mengacau- balaukan rakyat berkumpul. Teruskan Dam!

SI GODAM : Latihan juga amat pendek. Tetapi juga memuaskan. Yang tidak memuaskan
tentulah persenjataan. Di laut kita tak berdaya. Di udara kita tak bisa bikin apa-apa.
Terhadap mortir, tank, dan kereta baja kita dengan keberanian luar biasa saja bisa
mendapat satu dua kemenangan. Pabrik senjata kita tak punya. Kita belum bisa bikin
tank, meriam, kapal perang, dan kapal terbang.Walaupun ada barang kita buat dijual kita
tak punya hubungan dengan dunia luar buat jual beli.

DENMAS : Memang semua itu masih terlampau kurang! Tetapi senjata penting buat
rakyat, yang sudah mulai kita bikin sendiri.

SI TOKE : Perkara keenam, kecerdikan, bagaimana?

SI GODAM : Bukti saja! Ketika Nica bersarang dan menyerang di Kebayoran, maka
berduyun-duyun rakyat Banten datang menyerbu. Mereka datang dalam rombongan,

50
biasanya dikepalai oleh seorang Kyai. Tetapi satu rombongan sampai di Kebayoran
menyerbu menang dan usir musuh dari bentengnya. Rombongan menang tadi kembali ke
desanya dan tinggalkan benteng begitu saja. Kemudian Nica itu masuk kembali. Pasukan
lain dari Banten datang pula menyerbu, menang...... kembali ke desa. Nica kembali!
Demikianlah seterusnya, tak ada pergabungan (koordinasi) di antara pasukan dan pasukan
kita. Tak pula ada “rencana” yang mesti pasti dijalankan dengan tanggung jawab yang
pasti dan serempak.

MR. APAL : Sungguh banyak contoh yang membuktikan kekurangan kita dalam hal
“kecerdikan” menyusun dan mengerahkan tenaga dan senjata peperangan itu. Di sini kita
bisa mengadakan perubahan besar.

SI GODAM : Disiplin! Tentulah ini jiwanya suatu organisasi dan perjuangan. Tak perlu
kita panjangkan uraian ini. Disiplin itu mesti berupa hubungan bapak dan anak, kakak
dan adik. Tetapi bagaimana juga sifat disiplin itu mesti ada! Perintah dari pimpinan itu
mesti dijalankan dengan baik. Kalau tidak mesti timbul kekacauan. Tiap orang akan
bertindak sendiri-sendiri menurut tempo, tempat, dan cara yang ditentukan masing-
masing. Perkara tata tanggung jawab, perkara memberi dan menerima perintah, perkara
menjatuhkan dan menerima hukuman (disiplin) masih banyak sekali yang mesti
diperhatikan. Tetapi dengan kelemahan disiplin kita itu, heran juga kita melihat hasil
perjuangan yang begitu mengagumkan. Apalagi pula kalau disiplin itu dipererat. Perlukah
sekarang saya rundingkan perkara kedelapan, persatuan?

SI TOKE : Dalam garis besarnya perlu juga! Persatuan yang rapi antara pulau dan pulau
amat terganggu. Itu tak mengherankan. Kita tak mempunyai armada yang kuat menjaga
persatuan itu. Alangkah kuatnya Indonesia kalau armada buat memelihara persatuan itu
ada! Sekarang persatuan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku cuma dalam
batin saja. Seberang yang sana jiwa hasratnya dengan Jawa dengar dari jauh bagaimana
Jawa bertindak dan ambil pula tindakan semacam itu. Rencana bersama dibikin bersama
dan dijalankan bersama serentak tak bisa dilakukan sekarang! Jangankan persatuan antara
seberang dan Jawa! Antara provinsi dan provinsi saja di Jawa ini, malah antar daerah dan
daerah (keresidenan) masih banyak kekurangan. Yang tak kurang menyedihkan pula ialah

51
persatuan berembuk dan bertindak antara jabatan Negara. Kurang adanya persatuan
Pemerintah Pusat dan Rakyat. Kurang persatuan Pemerintah Pusat dan Provinsi atau
Daerah. Kurang persatuan antara Jabatan Politik. Jabatan Pertahanan Perekonomian di
pusat, di provinsi ataupun kota.

SI PACUL : Sesudah kau sebut semuanya itu menjadi kusut hatiku, Dam. Akupun bisa
tambah dengan beberapa contoh. Betapa tipisnya semangat kerja sama di antara awak
sama awak. Belakangan ini ada penyakit baru: curiga mencurigai, tuduh menuduh, dan
tangkap menangkap, culik menculik.

SI TOKE : Memang itu kemenangan musuh sampai sekarang! Daerah yang diduduki
hampir tak ada artinya selama kita bersatu. Tetapi kalau racun perpecahan itu terus
bermaharajalela di dalam barisan kita, maka akan berlaku kebenaran pepatah: “Bersatu
kita kokoh berpecah kita roboh.”

MR. APAL : Mata-mata musuh itu memang satu bahaya yang mesti dibasmi. Tetapi
janganlah “kecurigaan semata-mata” (kecurigaan melulu) yang menjadi dasar
penyelidikan. Dasar kecurigaan melulu itu dari seseorang ke orang lain, tentulah
menimbulkan kecurigaan si lain itu terhadap seseorang tadi pula, begitulah tak akan ada
lagi orang yang percaya pada yang lain malah pada dirinya sendiri. Dalam hal itu
kecurigaan menjadi penyakit yang tak terbasmi lagi dan memudahkan pekerjaan musuh
yang selalu mengintai-intai saja, buat mengadudomba awak sama awak. Akhirnya kita
sama kita akan bertempur seperti di zaman lampau.

SI TOKE : Bagaimana membasmi penyakit curiga mencurigai itu?

MR. APAL : Beranikanlah hati melihat tiap-tiap warga itu sebagai teman seperjuangan.
Tenangkan pikiran menghadapi “bukti” yang dituduhkan terhadap seseorang Indonesia,
apalagi kalau ia seorang yang pernah atau sedang bertempur di garis depan atau seorang
pemimpin. Pisahkanlah tuduhan seseorang yang maksudnya cuma menaikkan diri sendiri
dengan jalan menurunkan orang lain! Periksalah semua tuduhan dengan teliti. Baru kalau
sah buktinya, jatuhkan hukuman yang sepadan dengan kesalahannya. Cuma kalau
seorang Indonesia dalam suatu pertarungan mengerjakan pekerjaan penghianat maka dia

52
dilayani secara kita melayani pengkhianat dengan tangkas dan hebat. Jika masih ada
tempo mesti diadakan pemeriksaan yang seksama, sekali-kali kehormatan si tertuduh tak
boleh diganggu.

DENMAS : Memang kita bertarung buat kehormatan Indonesia sebagai bangsa dan
negara. Marilah lebih dahulu kita menghormati tiap-tiap warga negara republik, malah
tiaptiap manusia!

SI PACUL : Delapan perkara sudah kau ajukan Dam! Kurasa betul bahwa empat perkara
yang amat menguntungkan kita ialah: perkara bumi iklim, keadaan internasional, cacah
jiwa, dan kebatinan. Benarlah pula bahwa lima perkara di belakangan, yakni perkara
“kemiliteran, kecerdasan, dan organisasi” masih belum memuaskan sama sekali.

SI TOKE : Tetapi Godam, belum lagi engkau menguraikan organisasi.

SI GODAM : Sebenarnya perkara organisasi berseluk beluk juga dengan kemiliteran kita,
kecerdasan, disiplin, dan persatuan. Berhubung dengan itu, maka kelemahan yang masuk
dalam empat perkara tersebut masuk juga ke dalam kelemahan organisasi. Lagipula
organisasi itu mengandung banyak perkara lain-lain yang amat penting artinya buat
perjuangan. Sebab itu baiklah berikan pemandangan teristimewa tentang organisasi itu.

III. Organisasi

SI PACUL : Organisasi juga kita sebut susunan, bukan? Apa bentuknya organisasi kita itu
dan apa isinya, Dam?

SI GODAM : Kita sekarang dalam masa perperangan yang tidak dipermaklumkan! Tetapi
tetap peperangan tulen, peperangan modern. Jadi bentuk yang cocok dengan keadaan
ialah “Organisasi Rakyat Berjuang”. Isi susunan kita ialah “tuntutan perjuangan” kita
pertama: MERDEKA 100%. Terus sesudah merdeka 100% mendirikan masyarakat
sosialistis berdasarkan industri berat nasional.

53
SI TOKE : Jadi dua tingkat itu mesti dipisahkan? Dalam tingkat pertama, seperti
sekarang berada dalam perjuangan merebut MERDEKA 100 % begitukah?

SI GODAM : Benar, mesti dipisahkan, tetapi tak bisa diceraikan. Apa yang dimaksudkan
pada tingkat kedua itu, sebagiannya sudah boleh malah mesti dijalankan pada tingkat
pertama.

SI PACUL : Apakah Organisasi Rakyat Berjuang menghadapi tiga negara itu, sesudah
maksud kita tercapai akan terus berdiri, atau akan ditukar dengan susunan lain?

SI GODAM : Cul, jauh benar perginya pertanyaanmu itu. Boleh kujawab bahwa dalam
tingkat berjuang buat MERDEKA 100% itu “seluruh” Rakyat Pemberontak patut disusun
dalam satu “KALANGAN” (platform). Dalam masa MERDEKA 100% boleh jadi tak
semua anggota patut mau atau bisa dalam Organisasi Rakyat Berjuang tadi. Barangkali,
bahkan mestinya ada anggota yang tak cocok sama sosialisme, atau tak cukup kuat iman
buat mendirikan Industri Berat Nasional. Dalam hal itu, kalau perlu dan tak merugikan
Indonesia Merdeka, biarlah sebagian itu keluar dari Organisasi Rakyat Berjuang dan
mendirikan partai baru. Tetapi begitu perkara nanti. Saya pikir dalam pancaroba sekarang
dan sepuluh tahun atau lebih sesudah Indonesia Merdeka 100%, maka paling baik kalau
di Indonesia cuma ada satu “Partai Murba” saja. Putusan bisa lekas diambil dan
kesalahan bisa lekas diperbaiki, percekcokan satu partai dengan partai lain seperti dalam
negara berparlemen bisa dihindarkan. Semakin kurang percekcokan, semakin lekas
mengambil keputusan dan semakin cepat menjalankan suatu putusan dan memperbaiki
sesuatu kesalahan, semakin lekas sampainya Indonesia Merdeka ke zaman
KEAMANAN. Seperti sudah saya bilang di tempat lain, “Keamanan” itu baru mungkin
ada sesudah Indonesia Merdeka memiliki dan menyelenggarakan sendiri Industri Berat
Nasional.

SI PACUL : Terlampau panjang kau bicara ini kali, Dam. Tunggu dulu! Kuulang sekali
lagi.

SI TOKE : Ya, ulang lagi, Cul. Aku juga bingung!

54
SI PACUL : Pertama sekali rupanya Dam, masa (periode) perjuangan kita kau bagi dalam
dua tingkat besar! Pertama menuju ke arah MERDEKA 100%. Kedua menuju ke arah
keamanan, ialah ber-Industri Berat Nasional.

SI GODAM : Benar, Cul itu sudah kusebut lebih dahulu! Mendirikan Industri Berat
Nasioal itu masih kuhitung sama berjuang.

SI PACUL : Memang sudah kau sebut Dam. Tetapi perlu diulangi lagi buat titik
melompat. Jadi Dam, kedua engkau bedakan pula arti “Kalangan” dan Partai. Rupanya
“Kalangan” itu ialah medan perjuangan beberapa golongan masyarakat yang dalam arti
khusus mempunyai berlain-lain hasrat, tetapi dalam arti umum mempunyai satu hasrat
saja, ialah Indonesia Merdeka 100%.

SI GODAM : Seperti biasa engkau jitu Cul! Boleh juga dibilang engkau itu ahli mamah!
Gampang sekali engkau mengartikan dan melaksanakan sesuatu paham.

SI PACUL : Lu, Dam! Aku bukannya lembu atau kambing Dam! Buat meneruskan
golongan tadi, bukanlah Denmas masuk golongan Ningrat? Sekarang Denmas ingin
Merdeka 100%, tetapi sesudah Merdeka 100% itu bukanlah Denmas mengidamkan suatu
“Kerajaan”?

DENMAS : Jangan begitu Cul! Aku juga akan menyokong pemerintah proletar! Malah
aku akan ikhlas memulangkan semua tanahku kepada proletar tanah.

SI PACUL : Kupegang perkataan itu Denmas! Aku tahu engkau jujur. Tetapi bagaimana
golonganmu, golongan ningrat umumnya? Kuteruskan pula! Mr.Apal tentu keberatan atas
konfiskasi (penyitaan) Perusahaan Bangsa Asing yang sudah memerangi kita yang
membunuh perempuan dan anak-anak kita yang tak berdosa itu?

MR. APAL : Asal jangan membahayakan kedudukan kita sebagai negara merdeka,
akupun tak keberatan menyita perusahaan asing yang ceroboh memerangi rakyat
Indonesia!

55
SI PACUL : Kupegang pula perkataan itu, Mr. Apal. Kuharap semua golongan tuan akan
menyetujui politik sitaan itu. Walaupun begitu, bukanlah mungkin banyak di antara kaum
cerdas (intelek) dan borjuis umumnya yang ngeri menghadapi politik “sitaan” itu?

MR. APAL : M u n g k i n !

SI PACUL : Toke, sekarang buat engkau! Bukankah ada di antara golongan tengah yang
tak akan cocok dengan diktator proletar? Artinya itu kalau perlu kaum proletar mesin dan
tanah sementara tempo mengadakan pemerintahan berdasarkan “kediktatoran” dari kelas
proletar mesin dan tanah. Saya bilang kalau perlu.

SI TOKE : Kalau buat saya Cul, apa saja pemerintahan kuterima. Asal cocok dengan
keamauan golongan rakyat yang bertambah dalam negeri dan bisa membawa kita ke arah
Merdeka 100% dan Indonesia Merdeka ber-Industri Berat Nasional.

SI PACUL : Percaya aku akan perkataanmu, Kek! Tetapi tak semua golongan kaum
tengah berpaham seperti kau. Mungkin banyak yang tak setuju dengan pahammu itu.

SI TOKE : M u n g k i n !

SI PACUL : Mungkin juga setelahnya Indonesia Merdeka 100%, engkau Kek, malah
bersama Mr. Apal dan Denmas, tak mengucapkan merdeka lagi kepadaku dan kepada
Godam... dan terus jalan perpisahan atau..... (Denmas, Mr. Apal, Toke serentak
memprotes!).

SI GODAM : Cul, gara-garamu itu baik jangan diteruskan. Bisa mendatangkan salah
paham. Kembalilah kau pada pembicaraan bermula.

SI PACUL : Aku tahu Toke, Denmas, dan Mr. Apal orang jujur. Sebab itu pula kuberani
bergara-gara. Pendeknya dengan mereka seperti yang hadir sekaranglah kita membikin
satu Kalangan. Jadi Kalangan itu mengikat golongan ningrat, borjuis proletar mesin dan
tanah yang berhasrat Indonesia Merdeka 100%. Bukanlah begitu maksudmu, Dam?
Hasrat “Kalangan” ini ialah HASRAT PERSAMAAN di antara beberapa golongan
rakyat. Berbeda dengan hasratnya satu partai yang biasanya mengenai hasratnya satu

56
golongan saja. Saya bilang biasanya, umpamanya kelas proletar saja atau kelas borjuis
saja. Bukan begitu, Dam?

SI GODAM : Tepat, Cul, benar pak!

SI TOKE : Jadi kita perlu satu “Kalangan” di masa berperang ini dan “mungkin”
memakai satu partai saja di zaman pembangunan Industri Berat Nasional.

SI PACUL : Sekarang bagi kita yang berada dalam peperangan melawan tiga negara ini
(2 Desember 1945), seandainya “sudah mempunyai satu Kalangan Rakyat Berjuang”,
apalagi yang penting, Dam?

SI GODAM : Yang paling penting tentulah kontak, yakni ikatan erat di antara kalangan
tadi dengan Rakyat Murba. Kalau ikatan itu tak ada atau kalau ada tetapi tidak erat, maka
pada suatu perjuangan mungkin kalangan tadi berada jauh di depan rakyat. Atau jauh di
belakang rakyat. Itu berbahaya sekali. Hal ini mesti disingkiri.

SI PACUL : Tentu begitu! Kalau Rakyat Murba terlampau ke muka, karena kalangan
berada terlalu di belakang, atau sebaliknya kalau Rakyat Murba terlampau di belakang
karena kalangan terlampau di depan, maka itu berarti Rakyat Murba tak mempunyai
pimpinan yang dibutuhkan. Rakyat Murba dalam hal itu gampang terjerumus!

SI TOKE : Bagaimana mengadakan ikatan yang erat itu?

SI GODAM : Carikan besi berani yang menarik dan mengikat dirinya dengan besi lain!

SI PACUL : Perumpamaan lagi, Dam. Bilangkan yang pasti nyata saja!

SI GODAM : Carilah sesuatu tuntutan yang bisa mengikat pikiran perasaan dan
kemauan, pendeknya yang mengikat juga Rakyat Murba.

SI PACUL : Di desaku, Pak Kyai memajukan perang sabil!

SI TOKE : Kaum pedagang ingin berparlemen!

57
MR. APAL : Memang Badan Perwakilan Rakyat itu dirasakan betul oleh Rakyat.

SI GODAM : Ada tuntutan lahir yang tarikannya kuat seperti besi berani. Buat proletar
tani, apa tuntutan yang lebih menarik daripada “tanah”?

SI PACUL : Tanah buat yang tak punya tanah, tentulah nasi buat yang lapar.

SI GODAM : Kita percaya kepada idealisme. Tetapi idealisme itu mesti berdasarkan
materi, yakni benda dan kenyataan. Nasi itu adalah benda yang nyata. Bisakah orang
berpikir kalau perut lapar? Apakah tuntutan berupa hak lahir yang nyata?

SI PACUL : Benar pikiranmu, Dam. Tetapi apa tuntutan yang nyata buat golongan
proletar mesin yang mengambil bagian besar dalam perjuangan kita ini?

SI GODAM : Di masa damai tuntutan proletar pada masyarakat kapitalistis tentulah: naik
gaji, kurang lama kerja, perbaikan rumah dll, berkumpul bersidang, dan sebagainya.
Tetapi sekarang semua perusahaan besar di daerah Republik sudah dimiliki oleh
Republik, oleh kaum proletar sendiri. Tuntutan proletar cuma campur mengurus produksi
dan distribusi. Kalau kelak Negara Republik Indoensia itu berdasarkan proletaris
sudahlah tentu kaum proletar yang akan menguasai produksi dan distribusi. Negara
Republik Indonesia niscaya akan berdasarkan proletaris, kalau kaum proletarlah yang
menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan ini. Di Surabaya memang proletar mesinlah
yang paling terkemuka dan paling tahan dalam semua perjuangan yang seru sengit.

SI PACUL : Jadi apakah tuntutan proletar di masa perang ini?

SI GODAM : Tuntutannya yang langsung tentulah terutama politik. Yaitu menuntut


dicabutnya kembali tentara asing manapun juga. Baru tuntutan yang lain-lain bisa
dijalankan. Baru kota dan pabrik yang sekarang di tangan musuh itu bisa dimiliki dan
diselenggarakan oleh kaum proletar.

SI TOKE : Tuntutan “menyuruh mencabut kembali Tentara asing manapun juga” tentulah
dirasa oleh semua golongan rakyat Indonesia. Jadi tuntutan ini boleh jadi tuntutan
“kalangan”. Artinya dirasakan oleh semua golongan dalam kalangan.

58
SI GODAM : Ada beberapa tuntutan lain dan akan dirasa, yang bisa mengikat kemauan
pikiran dan jiwa semua golongan rakyat yang memberontak.

MR. APAL : Baik susun saja nanti semua tuntutan itu sebagai Program Kalangan Rakyat
Berjuang, dalam bagian teristimewa.

SI PACUL : Betul begitu. Cuma terangkanlah Dam, apa lagi yang kau rasa penting buat
organisasi.

SI GODAM : Banyak lagi Cul! Cuma saya takut, kalau pembicaraan ini akan terlampau
panjang dan membosankan.

SI PACUL : Kalau perlu diperpanjangkan, apa boleh buat, kita mesti cukup mengerti
semua perkara yang berhubungan dengan organisasi itu.

SI GODAM : Sekarang “kalangan” sudah ada, tuntutan nyata sebagai “tali pengikat”
sudah diketahui juga. Bagaimana pula sekarang mengikat rakyat Murba dan di mana
ditaruh “tampuk murba”, yang memperhubungkan kalangan dan Rakyat Murba itu?

SI PACUL : Yang kau maksudkan dengan tampuk itu tentulah “sel” bukan?

SI GODAM : Betul Cul! Saya sebut tampuk buat menggambarkan bahwa Murba itu
seolah-olah buah dan tampuk itu adalah sangkutan. Di situlah tali ikatan yang
dibentangkan dari kalangan tadi disangkutkan.

SI PACUL : Bagus perumpamaanmu Dam, tetapi kurang nyata bagi saya.

SI GODAM : Begini Cul! Kalangan tak perlu dan tak mungkin bisa berhubungan
langsung dengan rakyat Murba seluruhnya. Dia bisa cari beberapa orang jujur aktif pada
tiap-tiap golongan Murba. Umpamanya di golongan pekerja beberapa orang itu bisa
didapat dalam pabrik besi atau bengkel, di tambang arang atau minyak. Dua tiga orang
jujur aktif itulah yang sel, yang tampuk. Dengan perantaraan dua tiga orang sebagai
tampuk di kota Surabaya itu umpamanya bisa dimajukan tuntutan nyata. Dengan begitu
seluruh perusahaan besi bisa bergerak, maju menyerang. Dengan dua tiga orang pada

59
tampuk bisa perusahaan besi di Surabaya dikerahkan. Boleh jadi perusahaan besi
mempelopori seluruh buruh Surabaya, pekerja minyak, listrik, kereta, dll. Baiklah pula
tampuk itu dibikin di perusahaan lain di kota Surabaya itu, seperti di perusahaan minyak
dan lain-lain tadi.

SI PACUL : Kalau begitu di golongan kaum tani perlu pula diadakan tampuk menurut
tingkatan milik proletar tani (proletar tulen, setengah proletar, tani kecil [melarat] tani
tengah dan besar).

SI TOKE : Di antara golongan kecil dan menengah majikan kecil dan tengah (besar tak
ada atau tak berarti di Indonesia) mestinya ada pula tampuk!

SI GODAM : Jadi kalau sudah ada tampuk dalam golongan proletar mesin, proletar
tanah, dan perusahaan kecil dan menengah maka dengan tuntutan nyata sewaktu-waktu
Kalangan Rakyat Berjuang itu bisa memanggil dan mengerahkan rakyat Murba.

SI PACUL : Jadinya ikatan itu cuma dalam tempo menyerang musuh saja.

SI GODAM : Tepat pertanyaanmu, Cul! Tentulah tidak dalam waktu berjuang saja mesti
ikatan itu ada. Dalam masa persiapan pun itu mesti ada.

SI PACUL : Apa ikatan itu di masa persiapan, di masa damai?

SI GODAM : Di waktu persiapan mesti ada selalu hubungan langsung antara Pusat
Kalangan dengan Cabang dan tampuk di pabrik, bengkel, kebun, atau desa. Yang
menghubungkan ialah “putusan” yang diambil oleh pusat yang mesti dilakukan oleh
Cabang dan Tampuk. Sebaliknya pula mesti ada kritik dan usul dari pihak Tampuk dan
Cabang ke Pusat. Kritik dan usul pun adalah perkara yang memperhubungkan Cabang
atau Tampuk dengan Pusat. Putusan di atas mesti diambil sesudah mendengarkan kritik
dan usul dari bawah dan dari para teman pengurus pusat. Apabila suatu putusan yang
diambil secara demokratis, dalam hal berunding dan mengkritik, dimajukan ke Bagian
Dalam Pusat ataupun ke Cabang dan Tampuk, maka wajiblah putusan itu dilakukan
dengan jujur, teliti, dan rajin.Walaupun putusan yang sah demokratis itu tidak disetujui

60
oleh suara terkecil (minority), maka wajiblah suara terkecil itu menjalankan putusan yang
sendirinya tiada disetujui itu.

MR. APAL : Memang putusan dari suara terbanyak atas perundingan yang demokratis itu
wajib dijalankan oleh seluruh anggotanya. Atas yang tiada menjalankan atau menyabot
putusan itu mesti dijalankan disiplin. Kalau seorang dalam suatu perkumpulan cuma
menjalankan suatu putusan yang dicocokinya sendiri saja maka kumpulan semacam itu
tak mempunyai kekuasaan apa-apa.

SI PACUL : Mengertilah saya maksudnya disiplin dalam Kalangan Rakyat Berjuang itu.
Apakah sudah habis perkara penting yang mesti dikemukakan?

SI GODAM : Mesti nyata, dirasa oleh pendengar. Dengan begitu siaran itu bisa
membangunkan pikiran dan seluruh jiwa pendengar. Buat tani, kehidupan tani yang
berhubungan dengan tanah, ternak, pekerjaan, dan kewajibannya terhadap negaralah
siaran (propaganda) yang nyata bisa dirasa. Buat proletar mesin kehidupannya sebagai
pekerja di samping mesinlah yang mengikat hati dan pekerjaannya. Begitu pula siaran di
golongan kaum tengah, kehidupan yang mengikat perhatian dan pikiran sehari-harinyalah
pula yang mesti dijadikan syarat-syarat siaran itu.

SI PACUL : Pendeknya terhadap Murba siaran yang nyata terasalah yang mesti kita
lakukan. Tetapi apa isinya program buat Kalangan Rakyat Berjuang yang kau majukan
tadi Dam?

SI GODAM : Baiklah diperundingkan program itu di waktu lain bersama-sama dengan


susunan yang cocok dengan Kalangan Rakyat Berjuang itu.

IV. Program dan Susunan Kalangan Rakyat


Berjuang

A. PROGRAM

61
SI PACUL : Bolehkah kita pastikan, bahwa program itu ialah sarinya hasrat kita?

MR. APAL : Tak salah begitu, Cul.

SI TOKE : Cobalah susun sarinya program kita itu Dam!

SI GODAM : PROGRAM KALANGAN RAKYAT BERJUANG itu lebih kurang:

Mendirikan Pemerintah Berjuang oleh rakyat berjuang


Mendirikan Laskar Rakyat
Membagikan tanah pada tani melarat
Melaksanakan hak pekerja mengatur produksi
Melaksanakan Ekonomi Berjuang
Membersihkan Indonesia dari tentara asing
Melucuti senjata Jepang.

SI PACUL : Sedikit penerangan Dam! Baik juga kau batasi Pemerintah itu. Sungguh
benar kalau kau sebut Pemerintah Berjuang. Pemerintah yang tiada berjuang bersama-
sama dengan rakyat yang sedang berjuang itu adalah pemerintah yang mengharapkan
hadiah dari atau kompromis dengan imperialisme ceroboh! Pemerintah berjuang itu mesti
dipilih oleh rakyat berjuang pula. Mereka yang menunggu-nunggu kemenangan Inggris-
Nica tiada berhak memilih Pemerintah Berjuang itu.

SI GODAM : Sebetulnya begitu Cul!

SI TOKE : Jadi Laskar Rakyat itu maksudnya ialah Laskar Rakyat Berjuang yang
dipimpin oleh Pemerintah Rakyat Berjuang tadi. Laskar Rakyat itu mestinya lepas sama
sekali dari pimpinan atau pengaruh semangat yang ingin “kompromis” atau takluk
bertekuk lutut.

SI GODAM : Begitulah, Kek.

SI PACUL : Pembagian tanah itu ada sedikit sulit, Dam. Kepada siapa terutama dibagikan
tanah itu? Apakah tanahnya ningrat juga sekarang mesti dibagi-bagikan?

62
SI GODAM : Dasar pembagian itu dalam garis besarnya yang berpunya kelebihan
dikurangkan sampai cukup buat dirinya sendiri, buat dikerjakan sendiri. Yang kekurangan
ditambah sampai cukup buat dikerjakan sendiri. Di mana ada satu golongan yang mau
memiliki tanah itu bersama dan menyelenggarakan bersama, kemauan golongan itu harus
dibantu.

SI PACUL : Jadi yang pertama mesti dikasih tanah ialah proletar tani, ialah tani yang tak
punya tanah sama sekali. Kedua yang punya setengah cukup. Ketiga yang cukup, tetapi
sederhana saja. Tapi tanah siapa yang mesti dibagibagikan itu?

SI TOKE : Sekarang engkau dapat bagian, Denmas.

DENMAS : Aku? Aku tidak keberatan!!

SI GODAM : Tanah Ningrat biasanya tak luas!

SI PACUL : Seandainya ada yang luas?

SI GODAM : Kalau Ningrat yang bertanah luas itu menentang Republik dan seorang
kaki tanganya Nica, baiklah tanahnya dibagi-bagi.

SI TOKE : Semuanya tanah kapitalis asing dibagi-bagi pulakah?

MR. APAL : Memang patut kebunnya Inggris-Belanda yang sudah memerangi rakyat
Indonesia itu disita saja. Mereka sudah memerangi kita dan mengambil puluh ribuan jiwa
rakyat kita.

SI PACUL : Jadi kalau kita mengambil harta bendanya kapitalis ceroboh itu, yang
sebenarnya tanah kita sendiri dan diusahakan oleh tenaga kita sendiri, pekerjaan kita itu
tidak berlawanan dengan aturan internasional. Bukankah satu negara yang memerangi
negara lain hartanya disita oleh negara lain itu?

SI GODAM : Siasat pembagian tanah itu mengandung dua maksud. Pertama, sebagai
siasat kemakmuran. Ialah satu siasat yang dijalankan dengan maksud menambah

63
kemakmuran. Dalam masa berjuang inipun hasil itu tak boleh dikurangkan. Kedua
sebagai siasat memberontak. Apabila tanah itu diterima dan dikerjakan oleh seorang
penentang imperialisme ceroboh maka pada ketika itulah pula dia menjadi seorang
prajurit perjuangan yang taat setia pada kemerdekaan. Buat dia kemerdekaan itu berarti
harta benda yang diperolehnya itu, yang mesti dipertahankan mati-matian. Kehilangan
Kemerdekaan Indonesia buat dia berarti kehilangan mata pencaharian, yang sudah
dipegangnya dan diselenggarakannya buat dia dan anak istrinya.

SI PACUL : Ringkasnya siasat pembagian tanah itu berwujud kemakmuran dan semangat
perjuangan.

MR. APAL : Pabrik, bengkel, tambang, kereta dan lain-lain perindustrian sudah dimiliki
oleh Republik. Apakah lagi tindakan yang sekarang mesti diambil?

SI GODAM : Selekas mungkin mereka mesti diberi hak mengatur produksi dan
distribusi. Lagipula mereka mesti ditarik ke dalam badan politik, di kota daerah dan
negara. Dengan begitu mereka betul-betul menjalankan hak mereka mengatur produksi,
distribusi, dan politik. Dengan begitu mereka betul-betul merasakan hak mereka lahir-
batin.

SI PACUL : Cuma dalam masa perjuangan ini mesti dipelajari lebih dahulu apa industri
yang mesti diteruskan atau ditambah. Perdagangan dengan luar negeri sudah putus.
Sebagian besar perindustrian Indonesia sekarang terhenti dengan terhentinya
perdagangan dengan luar negeri itu. Perindustrian Indonesia di bawah Belanda
didasarkan barang bahan dan barang yang diperniagakan ke luar negeri.

SI TOKE : Jadi perindustrian sekarang mesti dicocokkan dengan keperluan perjuangan


saja.

SI GODAM : Tepat Kek. Ini menuntut pemeriksaan yang pertama, serta perundingan dan
tindakan yang cepat tepat. Ini berhubungan dengan “Rencana Ekonomi” yang akan
dibrosurkan pula. Dengan begitu maka Titik 6, yakni perkara melaksanakan Rencana
Ekonomi Berjuang kita tunda ke lain waktu dan lain perundingan.

64
SI PACUL : Perkara 6, dan 7, yakni membersihkan Indonesia dari tentara asing dan
melucuti senjata Jepang adalah akibat yang terdasar pertama oleh timbulnya Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan kedua, oleh perebutan “agresif ” (ceroboh) dari
pihak Inggris dan bonekanya Nica sendiri.

SI GODAM : Hak membalas “perang” dengan “perang” itu adalah cocok dengan hak
mutlak dan kehormatan Negara Merdeka. Manusia Merdeka dan Berkehormatan itu juga
berhak dan terus balas “jotos” dengan “jotos”. Di dunia hewan cuma anjing yang
merangkak kembali kepada tuannya sesudah dipukul. Dalam masyarakat manusia cuma
budak yang menerima pukulan dengan tidak melawan. Republik Indonesia Merdeka akan
sendirinya terlempar ke jenis “anjing atau budak”, kalau “perang” tidak dibalas dengan
“perang” pula. Tak ada pengakuan yang kita, Indonesia Muda, akan rebut dari hati
sanubari Negara Merdeka dan Rakyat Merdeka di luar Indonesia.

SI PACUL : Benar! Negara dan Rakyat Merdeka di dunia ini akan jijik melihat sikap kita.
Dalam hatinya mereka akan berkata: “Republik” Budak di Indonesia itu sudah
sepantasnya “diakui”, tetapi bukan sebagai Negara Merdeka, melainkan sebagai
Dominion, Gemennebest atau corak jajahan lain-lain buat diinjak-injak oleh Inggris atau
Belanda selama dunia berkembang.

MR. APAL : Memang akibatnya pengakuan kita atas kemerdekaan kita sendiri itu
mengandung pengakuan dan kewajiban: “kita sendiri melucuti Jepang”.

SI PACUL : Itu sudah logis dan semestinya.

B. SUSUNAN

SI GODAM : Yang dimaksudkan di sini bukanlah susunan pemerintah, tetapi susunan


“Kalangan Rakyat Berjuang”. Maksudnya terutama memang berjuang. Perkara yang lain-
lain seperti pendidikan, kesehatan, dll dalam arti yang dalam dan luas sepatutnyalah kalau
diserahkan kepada pemerintah saja.

65
SI PACUL : Tepat Dam! Maksud “kalangan” itu yang pertama dan terakhir ialah
“MEMANG BERJUANG”. Pada “kalah menangnya” rakyat kita dalam perjuangan inilah
tergantung “tumbang atau tumbuhnya” Republik kita dan hidup matinya Rakyat
Indonesia.

SI GODAM : Buat susunan perjuangan itu, saya pikir ada tiga bagian yang penting
sekali, pertama Bagian Politik, kedua Bagian Pertahanan, ketiga Bagian Ekonomi.

DENMAS : Manakah bagian yang terpenting?

MR. APAL : Dalam Negara Republik berdasarkan Kedaulatan Rakyat dan Sosialisme,
sudahlah tentu Bagian Politik itu yang terpenting. Bagian Politik itulah yang menentukan
arah jalannya Negara, seperti seorang nahkoda menentukan arah kapalnya berlayar. Jadi
dalam hal putus memutus Bagian Politik-lah yang menjatuhkan kata terakhir.

SI PACUL : Memang kalau putusan terakhir itu jatuh di tangan Bagian Pertahanan, maka
mungkin negara kita akan bersifat militeristis. Keadaan sifat begitu mesti kita singkirkan
dari sekarang.

MR. APAL : Akibat pemerintahan militeristis yang terdiri dari ratusan pulau ini akan
memberi jalan kepada perpecahan. Satu diktator militer di Jawa umpamanya akan
mengundang adanya diktator militer di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, mungkin pula di
Ambon atau Maluku. Republik kita dan kemerdekaan kita jatuh atau berdiri dengan “kata
mufakat”. Kalau kepulauan Indonesia tak bisa mengadakan pemerintahan yang didirikan
atas “kata mufakat” maka besarlah bahaya kita atas perpecahan.

SI GODAM : Pendeknya putusan penghabisan dalam pimpinan politik negara mesti


terletak di tangan Bagian Politik. Apabila arah politik sudah ditentukan dan diputuskan
oleh kalangan buat berjuang maka kepada Bagian Pertahananlah diserahkan menetukan
siasat dan pimpinan perjuangan.

SI PACUL : Sudahlah tentu Bagian Politik tidak akan berdiam diri saja.

66
SI GODAM : Tentu tidak! Siasat berjuang dan pimpinan berjuang itu senantiasa mesti
diketahui dan diawasi oleh Bagian Politik. Pun Bagian Ekonomi bukanlah satu bagian
yang terpisah dan menonton saja. Pada Bagian Ekonomilah terletak kewajiban menjaga
keekonomian. Makan minum, pemondokan, perawatan, pengangkutan dll dari tentara
yang sedang berjuang mati-matian itu membutuhkan perhatian pikiran dan kemauan para
pengurus sepenuh-penuhnya.

MR. APAL : Ringkasnya mesti ada kerja tolong-menolong antara Bagian Ekonomi,
Bagian Pertahanan, dan Bagian Politik. Tetapi putusan tertinggi dan bertangngung jawab
terhadap Rayat Berjuang mestinya berada di tangan Bagian Politik.

SI PACUL : Memang kekuasaan dan tanggung jawab itu mesti ditentukan lebih dahulu.
Kalau tidak akan timbul kekacauan kiri-kanan seperti sekarang. Apalagi kalau tentara kita
di medan perang sedikit mendapat kemunduran, maka kekacauan dalam Badan Pimpinan
itu bisa memasukkan biji “devide et empera”, pecah dan kalahkan dari pihak musuh yang
mengintai-intai itu.

SI GODAM : Tiap-tiap tiga bagian itu mempunyai cabang (pembagian) pula. Bagian
Politik saya pikir terutama dibagi empat cabang besar pula, ialah : 1. Urusan garisan
politik Kalangan 2. Usaha menyelidik semua hal yang mengenai politik 3. Urusan
penerangan 4. Urusan susunan.

SI TOKE : Memang pembagian pekerjaan dan tanggung jawab itu perlu sekali. Semua
cabang di atas saya anggap penting. Garis politik mesti dipegang betul supaya kita jangan
menyimpang dari garis yang sudah ditetapkan oleh Sidang Kalangan. Barangsiapa yang
menyimpang dari garis itu mesti dikenai disiplin, ialah sesudah diperoleh bukti yang sah.
Urusan penyelidik mestilah selalu siap sedia menjaga supaya jangan masuk orang atau
paham yang merugikan perjuangan kita. Sudahlah terang bahwa penerangan dan siaran
itu penting sekali. Keyakinan dan siaran itu penting sekali. Keyakinan dan semangat
rakyat bisa dipegang dan diperhebat dengan jalan penerangan dan siaran. Bahaya mata-
mata musuh itu tak ada selamanya bisa didapat dengan jalan penerangan dan penyiaran.
Rakyat yang serba gelap gampang dimasuki setan pemecah belah. Akhirnya susunan di

67
pusat, cabang, dan tampuk mesti dicocokkan buat seluruh negara, pulau, provinsi, daerah,
kota, dan desa. Itulah perlunya cabang urusan susunan di atas.

SI GODAM : Kupikir baiklah Bagian Pertahanan itu kita bagi pula atas empat urusan : 1.
Urusan Tentara Rakyat 2. Urusan Kepolisian 3. Urusan pemuda berjuang 4. Urusan
porewa (milisi)

SI PACUL : Urusan tentara itu sudah tentu berhubungan dengan latihan kemiliteran
pimpinan tentara berupa opsir dan persenjataan. Begitu juga urusan kepolisian. Urusan
pemuda yang berkenan dengan pertahanan itu sesungguhnya pula perlu mendapat
perhatian teristimewa. Boleh dikatakan bahwa di bahu pemudalah sebagian besar
terletaknya pertahanan Negara Republik. Yang mestinya tak kurang mendapat perhatian
ialah urusan perang. Dalam masa Imperialisme Belanda ada satu golongan orang
Indonesia yang berdarah merdeka dan bersifat pemimpin, mereka tak mau terikat oleh
aturan yang ditimbulkan oleh Imperialisme Belanda, baikpun aturan yang berhubungan
dengan ekonomi ataupun politik. Mereka mempunyai para pengikut, tiap-tiap pemimpin
sampai 500-1.000 orang, yang ikut pemerintah pemimpinnya dengan tak menghitung laba
rugi, hidup mati. Di masa imperialisme Belanda mereka dianggap musuh ketentraman
masyarakat yang memang bobrok itu. Sekarang mereka sendiri tak menginginkan
masyarakat jajahan itu dikembalikan. Di mana-mana mereka mengadakan tindakan
sendiri menghadapi musuh yang ceroboh bersenjata lengkap. Di mana mereka menerima
kepercayaan Murba dan tanggung jawab, di sana mereka mengadakan perubahan yang
baik. Mereka yang dibentuk oleh masyarakat jajahan dahulu itu, kaum porewa, yang
semangat berontak dan senantiasa serempak serentak berontak dan mesti ditaruh di
bawah perhatian dan pimpinan yang sehat. Kalau tidak, mereka akan bertindak sendiri
dan mungkin merugikan perjuangan.

SI GODAM : Memang kita mesti urus dan perhatikan semua golongan manusia yang kita
warisi dari masyarakat jajahan yang busuk itu. Memang gampang melamunkan “prajurit
suci” yang beridaman “suci”. Tetapi dalam dunia perjuangan ini, kita tiada mengelamun.
Kita mesti praktis! Kita mesti berjuang dengan alat berupa barang, dan manusia yang ada
pada kita. Akhirnya Bagian Ekonomi mesti mempunyai cabang pula buat: 1. Urusan

68
pekerja, 2. Pertanian, 3. Perusahaan, dan 4. Pasar. Prajurit pekerja dan proletar tani
tentulah mesti mendapat perhatian luar biasa. Buat proletar muda mesti diadakan latihan
dan kursus, supaya mereka disiapkan buat memimpin perusahaan, pertanian, politik, dan
pertahanan negara. Perhatian kita mesti memusatkan kepada ini, karena merekalah yang
paling aktif dan sudi berkorban dalam perjuangan yang paling hebat dahsyat ini. Seboleh-
bolehnya kaum pedagang dan perusahaan kecil dan tenaga itu disusun pula dalam satu
organisasi seperti koperasi. Semangat perorangan yang mengendali perhatian dan aksi
mereka mesti dibelokkan pada semangat kolektif, gotong-royong buat membantu
republik yang dalam marabahaya ini. Kaum dagang di pasar pun termasuk pada golongan
ini juga. Begitulah susunan “Kalangan” itu dalam garis besarnya.

SI PACUL : Memang kalau susunan semacam itu bisa dilaksanakan di pusat, di pulau, di
provinsi, di daerah kota, 70 juta rakyat Indonesia ini tak akan bisa lagi digertak atau
ditipu pembujuk ataupun bajak perampok dari arah manapun juga datangnya. Siaran si
perampok ataupun siaran pelor-bom akan melayang tersia-sia saja!

V. SYARAT SERTA TAKTIK BERJUANG

SI PACUL : Sekarang (2 Desember 1945), “seandainya” kita sudah mempunyai Kalangan


Rakyat Berjuang seperti sudah kita uraikan di atas. “Kalangan” itu seandainya pula sudah
berdisiplin yang kuat kokoh. Semuanya rakyat yang berontak sudah terikat di bawah
pimpinan atau pengaruhnya. Janganlah pula dilupakan beberapa perkara di bawah ini:
Musuh kita Inggris-Belanda hakikatnya amat bertentangan. Dalam tentara Inggris dan
Nica tak kurang adanya pertentangan. Sekutupun terbagi atas pro dan anti Indonesia
Merdeka. Seluruh Asia dan Afrika yang dijajah memihak pada Republik Indonesia. Dunia
proletar Internasioal tak menyukai Perang Dunia Ketiga. Akhirnya Soviet Rusia dan
Tiongkok memperamati dan 100% menyetujui Republik Indonesia. Apakah syarat dan
taktik strategi atau TIPU MUSLIHAT berjuang?

SI GODAM : Seperti dalam perjuangan, maka di atas segala-gala yang terpenting


tentulah “keyakinan” dan kekuasaan menang.

69
DENMAS : Memang keyakinan dan kehendak itu adalah uap kereta dan listrik buat
mesin, ialah satu kodrat pendorong. Tetapi di luar Rakyat Murba apalagi di antara kaum
intelek masih banyak yang sangsi atas kemenangan. Alasan mereka tentulah sebab
kekurangan senjata. Kekurangan ini, kekurangan itu!

SI PACUL : Yang sangsi itu mestinya ada di dalam semua perjuangan. Tetapi Rakyat
Murba tidak main hitung semacam itu. Ada atau tak ada pimpinan, mereka terus gempur
Inggris-Nica yang ceroboh dan yang mulai bertindak melucuti senjata prajurit Indonesia.

SI TOKE : Memang maksud Inggris-Belanda sekarang sudah lebih terang! Keterangan


dari Perdana Menteri Inggris bahwa Pemerintah Inggris cuma mengakui Hindia-Belanda
sudah cukup terang.

SI PACUL : Semua tindakan Inggris-Nica sendiri sudah lebih terang buat mereka yang
“mau” mengerti. Tetapi buat mereka yang tak mau mengerti karena dalam hati
sanubarinya sudah terpendam “kemauan buat kompromi”, apapun juga bukti tentang
maksud Inggris-Belanda yang sebenarnya tak akan dimengerti oleh mereka. Mereka mau
kompromi dengan Inggris-Belanda, bermusyawarah dengan Inggris-Belanda, sedangkan
“musuh” masih dalam negara kita. Barangkali nanti debat mendebat dalam
permusyawaratan, pilih memilih wakil buat Dewan ini dan itu, pendeknya rebut merebut
kursi, pangkat, dan gaji. Sedangkan musuh masih “dalam” Negara!

SI GODAM : Asal kalangan berjuang selalu berdiri di tengah-tengah Rakyat Murba dan
memimpin Rakyat Murba dengan keyakinan dan kemauan menang dan perhatikan semua
syarat dan taktik berjuang, kita bisa dengan tenang menyerahkan hari depan Republik
Indonesia kepada Sang Waktu.

SI TOKE : Apakah pula syarat itu, Dam?

SI GODAM : Banyak juga. Tetapi terutama yang mesti dilakukan: 1. Pegang ini tiap-tiap
menyerang. Artinya siasat menyeranglah yang kita utamakan. 2. Cari gelang rantai
pertahanan musuh yang lemah. Putuskan rantai itu. Kepunglah masing-masing putusan
itu dan hancurleburkan. 3. Selalu hitung lebih dahulu: kekuatan pertahanan musuh dan

70
kekuatan kita menyerbu. 4. Selalu bisa memilih mana yang baik: menjalankan muslihat
menyerang dari depan atau dari samping atau mengepung. Gempurlah rombongan kecil-
kecil! Seranglah sekonyong-konyong. 5. Selalu ada persiapan menggempur mata-mata
musuh (tetapi jangan berlaku tidak adil atau kejam karena terburu nafsu). Periksalah
dengan seksama.

SI TOKE : Apa yang “jangan” dilakukan? Engkau sudah bilang apa yang “mesti”
dilakukan?

SI GODAM :

1. Jangan lupa bahwa kita bukan melawan tentara. Senjata kita terutama politik, ekonomi
dan gerilya.

2. Jangan lupa mendengungkan ke dalam dan ke luar negeri bahwa Republik Merdeka
adalah 100% hak kita dan Inggris-Belanda tak berhak mencampuri urusan rakyat
Indonesia. Satu persen pun tidak!

3. Jangan lupa bahwa walaupun dunia internasional membiarkan kota Indonesia dibom
atom, desa dan gunung Indonesia cukup banyak buat perlindungan kita. Bumi cukup kaya
buat hidup tak dengan kota. Tetapi Inggris-Belanda dengan tentara modern tergantung
sebagian besar pada kota modern di Indonesia.

4. Jangan lupa bahwa Inggris, Nica, Gurkha, dan Jepang selalu kalah kalau berada jauh
dari armada yang membantu dengan meriam dan kapal terbangnya. Jangan lupa contoh
Magelang. Jangan putus asa kalau kalah di pantai. Di gunung pasti menang, kalau mau
menang. Jadi jangan hilang akal kalau sebentar terpaksa meninggalkan kota. Jangan lupa
menggempur kembali ke kota, apalagi dalam gelap dan hujan. Sekarang Jendral hujan
sudah memanggil.

5. Jangan lupa bahwa Inggris-Nica dan pengkhianat di sampingnya tak bisa hidup tak
dengan air, makanan, sayur, daging, dan pertolongan rakyat Indonesia. Jangan lupa
bahwa setiap jam setiap hari tentara Inggris- Amerika terhalang maksudnya, jutaan rupiah

71
ongkos yang mesti dipakainya dan dipikulkannya ke bahu rakyat yang sudah miskin
melarat itu.

6. Jangan lupa bahwa kesabaran rakyat Inggris, Belanda, dan rakyat dunia lain yang ingin
damai, ingin barang bahan Indonesia itu, ingin karet, minyak tanah, timah, gula, kina itu
ada batasnya. Rakyat dunia itu tidak bisa selamanya membiarkan Inggris dan Belanda
mengacau di Indonesia, bagian bumi yang penting buat perdagangan dan lalu lintas itu.

7. Dalam menjalankan taktik greliya dan kalau perlu taktik bumi hangus dan terendam,
janganlah menyerang dari depan kalau musuh terkumpul dan bersenjata lengkap.
Singkirkanlah peperangan tentara menghadapi tentara. Janganlah lupa bahwa Rakyat
Murba mendapat senjata baru yang cocok buat taktik gerilya, ialah GRANAT TANGAN
yang sekarang ada bertimbuntimbun. Jangan lupa bahwa granat tangan dan bambu
runcing berkali-kali mengacau-balaukan dan mempontang- pantingkan gabungan Inggris,
Nica, Gurkha, dan Jepang. Jangan lupa bahwa Bukit Barisan Indonesia dari Aceh ke
Lampung, dari Banten ke Banyuwangi terus ke Timor, di Malaka, Kalimantan dan
Sulawesi selama ini menunggu-nunggu putera Indonesia yang pahlawan-perwira buat
bersembunyi sebagai pahlawan hutan Indonesia. Sang macan.... menghancurleburkan
penjahat manapun juga di abad ke 20 ini.

SI PACUL : Tepat Dam...... Bukit Barisan yang sebagai macan, dengan taktik macan
menunggu-nunggu penjajah buat diterkam dirobek-robek. Naik semangatnya Dam!

SI TOKE : Aku pun begitu Dam! Tadi sesudah mendengar kabar kekalahan kita di
Surabaya terharu betul hatiku. Hampir percaya kepada kaum pengeluh. Ah, kita
kekurangan ini, kekurangan itu, kita akan kalah! “Kasihan sama Rakyat”. Tetapi sekarang
aku yakin Bukit Barisan kitalah benteng kita yang terakhir.

MR. APAL : Ingat sama Fabius, ahli mundur! Dia adalah seorang pahlawan Romawi
melawan tentara Punisia yang kuat, di bawah pimpinan Jendral Punisia yang gagah
perwira yang cerdik sekali. Tetapi akhirnya dengan taktik teratur Romawi menang juga.

72
DENMAS : Memang mesti dicamkan juga pada rakyat, bahwa tentara yang berperang itu
tidak semestinya maju saja. Ingatkan pula bahwa senjata kita bukanlah senjata api
semata- mata. Senjata kita juga berada dalam ekonomi dan politik. Malah Jendral
Hujanpun satu senjata kita.

SI PACUL : Ya! Sebenarnya kita sedikit salah di Surabaya terhadap rakyat kita.

SI TOKE : Apa salahnya Cul ?

SI PACUL : Sebenarnya kita mesti bagikan kain kepada rakyat ketika kita sudah sita kain
bertimbun-timbun. Rakyat kita butuh kain! Kain itu adalah hasil kemenangan rakyat
Surabaya yang berjuang merebut kembali hak miliknya. Pada saat itu juga mestinya
rakyat yang ditelanjangi Jepang itu ditutupi badannya. Satu muslihat buat melaksanakan
siasat kemakmuran dan mempertinggi semangat pemberontak!

SI TOKE : Baiklah hal itu menjadi pelajaran di hari depan. Lekas PENUHI
KEBUTUHAN RAKYAT di mana saja. Jangan ditunggu-tunggu lagi! Rakyat sudah
kebosanan JANJI!!

MR. APAL : Sekarang rasanya sudah cukup kita rundingkan apa siasat dan taktik yang
perlunya dijalankan berjuang. Tentu masih ada ketinggalan di sana-sini. Tetapi saya pikir
baiklah Godam membikin satu pidato di depan kami, satu pidato sebagai contoh buat
seorang propagandis di depan umum. Kami mau pakai sendiri.

SI GODAM : Saudara sekalian tahu, bahwa sesungguhnya aku bukan ahli pidato.

SI TOKE : Tak perlu kita caranya melaksanakan pidato itu, cara itu tidak penting buat
Rakyat Murba yang sedang berjuang mati-matian. Yang penting ialah “ISI” pidato itu.

SI PACUL : Silakan Godam!

DENMAS : Aku seorang ningrat, Dam. Engkau berasal dari kelas benggolan, bekas
stoker, bekas masinis. Tetapi dalam semua perundingan kita engkau perlihatkan

73
kecerdasan, keberanian, dan kejujuran. Kuangkat pecisku di depan kecakapanmu, Dam.
Aku mengaku muridmu, Dam.

MR. APAL : Aku seorang bertitel meester, Dam. Dunia intelek di zaman Belanda
mengakui tingginya pengetahuanku, Dam. Mr. ialah pengakuan yang tertinggi tentang
pengetahuan dalam hal undang-undang. Engkau seorang keluaran sekolah rendah saja.
Tetapi engkau seorang “self-made-man” yang jaya. Contoh di segenap sejarah manusia
cukup banyak kau ketahui! Contoh yang membuktikan bahwa “genie” itu tak selamanya
keluaran sekolah tinggi. Aku tak malu, Dam, mengakui ketangkasanmu dalam berpikir
dan bersoal jawab. Aku sudah mendapat pengakuan atas pengetahuanku. Tetapi sekarang
aku insaf bahwa dalam masa pancaroba ini aku tak sanggup menyelami jiwa Rakyat
Murba, menyusun menggerakkan tenaga Murba, yang diserahkannya pada pimpinan
perjuangan itu. Berdirilah Dam, buat kami, buat contoh, buat MURBA, yang bergelora
semangatnya, sesudahnya kami sendiri bertahun-tahun sudah membangunkannya ialah
semangat MERDEKA. Apabila sekarang mereka melaksanakan apa yang kami kaum
intelek sendiri, bangunkan dan muliakan itu, kami kaum intelek terutama saya sendiri
sebagai intelek tidak berdiri di tengah rakyat, memimpin atau membantu, maka saya
sendiri rasa bahwa kaum intelek tidak jujur terhadap rakyat dan dirinya sendiri. Dan
kalau rakyat Murba sekarang sebagai akibatnya propaganda puluhan tahun di mana-mana
tiada “dipimpin” dan dibiarkan dirobek-robek oleh pelornya Inggris- Nica-Gurkha-
Jepang, maka hal itu, aku Mr. Apal, anggap sebagai satu pengkhianatan si sejarah
Indonesia yang terpenting.

SI PACUL : Silakan Dam!

SI GODAM : Saudara dan saudara! Tiga minggu yang lampau Inggris menuduh kita
rakyat Surabaya membunuh seorang opsirnya. Dia tidak mau mengadakan pemeriksaan
atas benar tidaknya pembunuhan itu. Dia tidak mau tahu apakah matinya opsir itu
disebabkan tembakan dalam pertempuran kacau balau atau oleh pelor serdadunya sendiri
yang menembak rakyat Indonesia. Bahkan dia tiada mau tahu apakah opsir itu benar mati
apa tidak. Pihak Indonesia tiada mendapatkan opsir itu hidup, luka, atau mati di tempat
pertempuran itu dilakukan. Pihak Indonesia siap sedia mau mengadakan pemeriksaan

74
yang seksama. Tetapi tidak sekali ini saja Inggris pintar mencari alasan. Sudah kita
ketahui bahwa pada hari itu Inggris sudah mempunyai rencana yang pasti dan beres.
Rencana itu ialah menduduki Surabaya bersama serdadu Nica yang sudah tiba dari luar
negeri. Ada atau tidaknya kesalahan Indonesia tuduhan mesti dikemukakan. Benar
tidaknya tuduhan itu tuntutan mesti dilakukan. Inggris, Saudara, menuntut supaya rakyat
dan tentara Republik Indonesia dilucuti senjatanya. Rakyat dan tentara Republik Merdeka
mesti bertekuk lutut menyerahkan semua senjata. Cuma rakyat satu negara yang mau
melepaskan hak kemerdekaannya, yang mau dihina dan diperlakukan sebagai budak
belian, yang sanggup memenuhi tuntutan Inggris itu. Inggris bukannya diserahi oleh
Sekutu melucuti senjata rakyat Indonesia, melainkan melucuti tentara Jepang. Seandainya
diserahi perlucutan itu, Indonesia tak perlu dan hina sekali kalau ia membenarkan
tuntutan Inggris itu. Tuntutan itu berlawanan dengan kedaulatan Rakyat Merdeka. Rakyat
Indonesia sejak tanggal 17 Agustus ialah suatu negara merdeka. 70 juta rakyat Indonesia
menyetujui dan ternyata menyokong kemerdekaan itu dengan harta benda serta jiwa
raganya. Patutkah rakyat suatu negara merdeka dilucuti senjatanya? Satu syarat pertama
negara merdeka ialah kemerdekaan kemauan dan kesanggupan negara itu
mempertahankan kemerdekaannya. Hilanglah kemerdekaannya kalau rakyat itu tiada
bersenjata lagi. Maksud Inggris bukanlah melucuti senjata Jepang, melainkan melucuti
senjata rakyat Indonesia. Rakyat yang tiada bersenjata itu akan mudah digertak, diinjak-
injak, atau disembelih oleh Nica yang disiapkan oleh imperialisme Inggris sebagai
penjajah Indonesia. Apabila pemerintah Nica sudah teguh tegap kembali menjajah
Indonesia ini, maka Inggris berharap akan mendapat kembali kebun, tambang, pabrik,
dan tokonya. Inilah maksud Inggris yang sebenarnya. Betapapun Inggris menyangkal
tuduhan kita dan dunia lain bahwa bermaksud mengembalikan Indonesia ke derajat suatu
jajahan, semua bukti menyaksikan hasrat Inggris itu. Lagipula semua Inggris di Asia dan
Afrika menyaksikan kebohongan, kelicikan, dan kebuasan Inggris dalam hal jajah
menjajah. Suara imperialisme Inggris adalah suara perempuan lacur. Perkataannya tak
boleh dipercaya. Musnahlah kemerdekaan Indonesia kalau alasannya atau anjurannya
didengarkan. Selama tentara Inggris berada di Indonesia janjinya mesti dianggap sebagai
tipu muslihat belaka. Tetapi rakyat Surabaya tiada mendengarkan tujuan dan alasan wakil
imperialisme Inggris itu. Rakyat Surabaya yang bukan juris itu mengerti sungguh akan

75
haknya satu Rakyat Merdeka. Rakyat Surabaya pegang senjata di tangannya. Dengan
senjata di tangannya dia akan pertahankan kemerdekaannya. Itulah sifat jantan! Itulah
sifat yang cerdik berdasarkan keinsyafan akan hak sendiri, kewajiban sendiri, dan
kehormatan akan diri sendiri. Barangsiapa yang tak menjalankan sifat itu dia tidak mau
merdeka, dia tidak mempunyai kehormatan atas dirinya sendiri. Dia itu adalah orang
budak, atau agen Nica yang bersembunyi. Dalam hakikatnya dia adalah seorang
pengkhianat. Ada yang mengeluh, kita tiada bisa melawan tank raksasa, melawan kapal
perang dan kapal terbang Inggris. Saya jawab, bukankah sudah tiga minggu kita menahan
hujan pelor? Berapakah kerugian yang diperoleh musuh dalam tiga minggu itu? Apakah
kemenangan yang diperolehnya dalam tiga minggu itu? Bisakah Inggris-Belanda
mengurusi pabrik, toko, atau kebun di tempat yang didudukinya? Selama dia tidak bisa
mencari untung dengan menghisap keringat dan darah rakyat Indonesia, selama itulah
perampasan sejengkal atau dua jengkal tanah itu satu kesulitan bagi dirinya sendiri. Tanah
yang dirampas itu mesti dipertahankan siang dan malam terhadap serangan rakyat dan
tentara Indonesia. Ongkos mempertahankan sehari demi sehari bertimbun-timbun. Sehari
demi sehari Inggris-Nica akan merasai tajamnya senjata rakyat Indonesia yang tak kurang
tajam dari senjata biasa. Senjata ekonomi, di samping penyerbuan secara gerilya yang tak
putus-putusnya, bukanlah senjata yang bisa diabaikan begitu saja, walaupun Inggris
lengkap bersenjata. Seandainya Inggris-Nica bisa merebut semua kota-kota di pesisir ini
belum berarti mereka menang! Masih jauh jalan yang mesti mereka tempuh. Selama
rakyat Indonesia bersatu, berdisiplin, dan insyaf akan muslihat yang harus dijalankan
serta yakin akan kebenaran sendiri serta kesalahan musuh, selamanya Inggris-Nica masih
dalam tingkat permulaan. Di Magelang di mana kekuatan armada tak berlaku, di sana
Inggris dikalahkan. Dikalahkan, Saudara! Apakah artinya kalau tentara yang paling
modern di dunia, tentara yang sudah mendapat ujian di medan perang modern,
dikalahkan, diusir, atau dimusnahkan oleh rakyat dan tentara Indonesia yang tak beropsir,
tak bersenjata, dan tak berlatih cukup? Kepada prajurit Indonesia aku tak perlu insyafkan
atau tanyakan kejadian Magelang yang maha penting buat sejarah Indonesia ini! Kepada
pengeluh, pengesah, pengecut, kepada yang sangsi akan kekuatan rakyat Indonesia,
sangsi dengan segala yang berhubungan dan berbau Indonesia, saya mau tanyakan sekali
lagi artinya kemenangan Magelang itu. Saya tambah pula tidak di Magelang saja rakyat

76
Indonesia dan tentara Indonesia menang berperang dengan tentara Inggris-Nica. Di
semua tempat, di mana pasukan berhadapan dengan pasukan, di sana Indonesia yang
menang. Tak ada kecualinya. Orang Inggris-Nica belum pernah menang sama orang
Indonesia. Yang menang cuma senjata luar biasa seperti meriam kapal perang yang
menembak dari jauh di tengah laut, atau kapal terbang yang tinggi sekali terbangnya.
Apalagi kelak di benteng kita yang paling akhir, yakni di pegunungan yang membujur di
semua kepulauan Indonesia, di sana Inggris-Nica akan berjumpa perjuangan yang
sesungguhnya. Di sana meriam armada takkan berdaya. Di pegunungan itu bom kapal
terbangnya takkan berarti. Di pegunungan tentara Indonesia akan menunggu, seperti
harimau menunggu musuh di tempat dan tempat yang menguntungkan bagi dirinya
sendiri dan mencelakakan musuhnya. Dari gunung gerilya Indonesia dengan tak putus-
putusnya akan menyerbu ke kota-kota, seandainya semua kota bisa diduduki Inggris-
Nica, yakni kalau Inggris- Nica bisa menduduki kota yang hangus dan dikeringkan air
minum dan makanannya. Di kota hangus Inggris-Nica menderita serangan gerilya di hari
malam dan kekuarangan makan di hari siang. Siapakah di antara Saudara yang percaya
Inggris-Nica bisa satu tahun saja duduk di kota neraka semacam itu? Duduk siang malam
dalam bahaya dan kekurangan makan, tidur, dan ke plesiran? Di telinganya terdengar
pula ocehan dan sumpah dunia? Saudara-saudara! Diplomasi kita bukan diplomasi
bertekuk lutut. Diplomasi yang patah hati, diplomasi setengah atau tiga perempat jalan.
Diplomasi kita menghendaki kemerdekaan 100% sempurna. Kita tidak akan berhenti
selama kemerdekaan sempurna itu belum tercapai. Kita bisa tahan karena sudah bisa
melarat, karena bumi, iklim, memihak pula pada kita. Kita percaya kita bisa mencapai
kemerdekaan sempurna itu kalau kita cukup sabar, cukup tahan! Cukup percaya akan hak
dan kebenaran diri sendiri. Percaya akan kesalahan Inggris-Nica. Akhirnya percaya akan
keadilan manusia di dunia ini. Dunia sedang mengamati kita! Dunia ikut menimbang
siapa yang benar siapa yang salah. Dunia ikut menimbang dan memperhatikan Indonesia
kacau dan dikacaukan. Suara umum di dunia besok atau lusa akan memihak kepada yang
berhak dan menuduh serta menghukum mereka yang mengcaukan serta berdosa. Kita
menunggu sambil berjuang sampai si penjajah itu musnah atau berangkat meninggalkan
pesisir kita. Sampai suara umum di dunia menyalahkan si penjajah. Saudara jangan lupa
bahwa Indonesia selain penting buat lalu-lintas, penting pula buat pembangunan ekonomi

77
di dunia yang rusak ini. Bahan dari Indonesia dibutuhkan buat semua negara beradab di
dunia. Kemauan dunia beradab buat perdamaian, kebencian proletar Indonesia, kebencian
rakyat jajahan terhadap imperialisme dan persetujuannya dengan kemerdekaan, inilah
semua perkara yang memihak kepada Rakyat Indonesia Berjuang. Inilah diplomasi kita!
Diplomasi berjuang! Dengan begitu membangunkan rasa kebenaran dan keadilan di
dunia dalam dan luar Indonesia. Dengan begitu membelah dua kaum imperialisme
dengan kaum pendamai. Bukan diplomasi kompromis, diplomasi bertekuk lutut. Karena
diplomasi bertekuk lutut itu membimbangkan proletar dunia dan rakyat jajahan.
Diplomasi bertekuk lutut itu membencikan rakyat beradab di dunia, yang insyaf akan hak
kemerdekaan suatu bangsa dan hormat kepada rakyat lain yang membela kehormatannya
sendiri. Si lemah, si sangsi, si pesimis, seperti si pengkhianat memang banyak alasannya.
“Oh,” katanya, “kasihan sama rakyat, yang mesti berkorban!” Bukankah Inggris-Nica
yang menyebabkan korban itu? Bukankah imperialisme yang selalu siap sedia
mengorbankan puluhan juta manusia buat menjalankan politiknya? Di zaman manakah,
di negara manakah “kemerdekaan” itu diperoleh dan dipertahankan dengan berdiplomasi
dari gedung besar, bukan dengan pengorbanan puluhan malah sering jutaan manusia?
Lagipula apa artinya “senjata” Indonesia sekarang mengorbankan 2 atau 3 juta rakyatnya
buat kemerdekaan 68 juta sisanya? Bukankah keamanan (!) dan ketentraman di bawah
Jepang saja sudah menuntut korban 3 sampai 4 juta jiwa manusia? Jika Indonesia
sekarang takut mengorbankan 1 atau 2 juta rakyatnya (“seandainya” perlu pengorbanan
begitu banyak dalam perjuangan, yang tidak dikehendaki oleh rakyat Indonesia sendiri
itu), kelak 70 juta orang Indonesia akan dikorbankan selama-lamanya buat budak dalam
kebun, pabrik, dan tambang bangsa asing. Bukan Indonesia saja yang berkorban dalam
perjuangannya mempertahankan kemerdekaan sebagai hak mutlak dan hak alamnya itu,
juga si pemerkosa kemerdekaan kita itu mesti berkorban! Juga mereka perlu
mengorbankan harta bendanya, jiwanya, dan waktunya. Akhirnya yang tak boleh Saudara
lupakan adalah bahwa Inggris-Belanda sehari demi sehari mengorbankan namanya
sebagai negara beradab. Sekali dunia beradab mengutuki tindakan mereka terhadap satu
bangsa yang salahnya cuma karena ia mempertahankan haknya, pada saat itulah
kemenangan berada di tangan Indonesia. Indonesia akan terus berjuang sampai saat itu
tiba. Sampai si ceroboh, si penjajah bertekuk lutut. Muslihat Rakyat Indonesia ialah

78
berjuang lama, menyingkiri semua yang bersifat terburu nafsu, bersifat tergesa-gesa,
bersifat fanatik, dan bersifat perjudian. Dengan hati tenang-tegap seperti baja, otak teduh
berputar, dan akhirnya dengan kemauan dan keyakinan kokoh-kuat, Rakyat Indonesia
menunggu sampai fajar kemerdekaan itu menyingsing! Kalau kita para prajurit
kemerdekaan ini gagal dalam perjuangannya, maka ini tidak berarti kita gagal karena
salah dasar atau salah muslihat. Kalau kita kelak gagal maka kegagalan itu mesti dicari
pada kurang teguhnya organisasi, lemahnya disiplin, serta kurangnya kecerdasan,
kecerdikan, dan kecakapan. Semua kekurangan bisa dan mesti kita singkirkan dari
sekarang juga! Tetapi di atas segala-galanya yang tiada boleh kurang, yang mesti
diperkokoh sekarang ini dan terus diperkokoh di hari depan ialah persatuan. Jauhilah
curiga mencurigai dan tuduh menuduh dengan tak ada alasan cukup. PERSATUAN DAN
DISIPLIN! DISIPLIN DAN PERSATUAN! SEKIANLAH!!

Politik

Tan Malaka (1945)

Ditulis oleh Tan Malaka di Surabaya, 24 November 1945

Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100% terbitan Marjin Kiri, cetakan
pertama, Oktober 2005. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana
Ekonomi Berjuang, dan Muslihat.

Transcribed to HTML by Ted Sprague

79
Rencana Ekonomi Berjuang

Tan Malaka (1945)

Ditulis oleh Tan Malaka di Surabaya, 28 November 1945

Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100% terbitan Marjin Kiri, cetakan
pertama, Oktober 2005. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana
Ekonomi Berjuang, dan Muslihat.

Transcribed to HTML by Ted Sprague.

80
PENGANTAR

SATU DUA PERKARA yang perlu saya sebutkan di sini sebagai kata pengantar.

Pertama sekali saya dengan ini terpaksa menyerukan “AWAS” terhadap beberapa orang
yang menyamar sebagai Tan Malaka. Seorang di antara penyamar itu sudah saya jumpai
di Surabaya. Menurut keterangan teman seperjuangan di sana si Penyamar ini
mempunyai beribu-ribu pengikut. Menurut pengakuan si Penyamar sendiri, dia sudah
lama bekerja buat Pemerintah Belanda almarhum. Berhubung dengan itu dia sudah
banyak mempunyai hubungan dengan orang yang mempunyai kedudukan tinggi di bawah
Belanda di antara Pangreh Praja dll. Apalagi dengan mereka dari kalangan pergerakan di
berbagai tempat yang tertipu mentah- mentah.

Tak perlu disebutkan lagi bahwa Tan Malaka palsu banyak menimbulkan kekalutan di
kalangan pergerakan revolusioner umumnya dan pergerakan komunis khususnya.
Tiadalah susah menghubungkan aksi Tan Malaka Palsu ini dengan provokasi yang lazim
dilakukan terhadap pengikut PARI di zaman Belanda terutama sejak tahun 1935-1936.
Provokasi itu amat bermaharajalela dan banyak mengirimkan orang PARI ke Digul. Ini
malam orang PARI didatangi oleh seorang provokator, besoknya orang itu diDigulkan.
Selain daripada itu Tan Malaka Palsu “made in Batavia” (Vrijmetslaarweg) itu berhasil
pula melekatkan sangkaan yang tidak- tidak terhadap Tan Malaka yang sebenarnya,
berhubung dengan keributan pada tahun 1926 dan pergerakan rakyat di belakangnya.

Semua sangkaan itu satupun tak bisa dikupas dengan tiada mengupas yang berhubungan
dengan aksi dan organisasi komunis di mana-mana negara. Persangkaan itu tiada akan
saya kupas! Muka saya cukup tebal buat melunturkan persangkaan palsu. Hati saya
sebagai revolusioner tak bisa digoncangkan oleh tuduhan palsu. Sejarah hampir belum
pernah mungkir mengakui kebenaran!

81
Dalam hal Tan Malaka Palsu yang sudah dijumpai ini bolehlah dikata saya beruntung
juga. Sekiranya Penyamar ini berjalan terus, maka akan teruslah ia membohongi para
pemimpin. Di antaranya yang sudah kena dibohongi banyak pula yang terkemuka. Tak
mengherankan, karena mereka masih “bayi” ketika saya meninggalkan Indonesia bulan
Maret tahun 1922. Untunglah beberapa pemimpin muda bisa saya jumpai di Surabaya
dan lain-lain tempat dan dengan mudah saya buktikan kesilapan mereka. Alangkah
kalutnya pergerakan Indonesia seandainya saya tak menyaksikan peristiwa ini. Sudahlah
tentu susah akan menyaring sejarah saya yang sebenarnya, apalagi kalau lebih mendalam.

Sebetulnya sudah amat dalam. Sudah lebih dari cukup buat melemparkan saya ke neraka
para pengkhianat. Pembaca tentu tak heran kalau saya terkejut mendengarkan banyak
orang bercerita pada saya bahwa Pemimpin Besar ini atau itu ketika Jepang masuk
menerima “perintah” dari saya buat “bekerja bersama dengan Jepang”. Siapa yang sangsi
akan adanya pemberi perintah itu, yakni saya Tan Malaka, dibawa ke Sukabumi, atau
Madiun atau Cirebon atau ke lain tempat buat dijumpakan dengan Tan Malaka Palsu.

Jepang piawai dalam politik “double crossing” (menipu kedua pihak) sebagai warisan
dari Belanda. Tan Malaka Palsu dipakai oleh Belanda buat memikat dan melenyapkan
Tan Malaka tulen. Jepang menjalankan politik semacam itu pula. Dengan lenyapnya
pemerintah serdadu Jepang, rupanya pekerjaan pemalsuan politik itu diteruskan pula oleh
para murid Jepang, ialah buat mencari pengaruh dan pangkat.

Siapakah yang rugi, siapakah yang beruntung sampai sekarang, Tan Malaka atau
musuhnya?

Siapakah yang akan rugi dan akan beruntung di hari depan?

Kenapakah Tan Malaka yang dipakai buat merusak partainya Tan Malaka?

Tetapi tuan-tuan yang arifin tentu juga bisa menjawabnya.

Saudara yang masih memihak kepada kebenaran saya persilahkan membaca brosur saya
Naar de Republik Indonesia tahun 1924 dan Semangat Muda serta Massa Aksi in

82
Indonesia. Semangat Muda ditulis di Manila dan dicetak di Manila, sebelum keributan
permulaan tahun 1926. Massa Aksi ditulis dan dicetak di Singapura sebelum keributan
tahun 1926 pula. Maksud buku itu ialah buat menjelaskan cara partai komunis
mengadakan organisasi, menyaring pengikutnya, dan menjalankan aksi yang cocok
dengan paham massa-aksi, yang bertentangan dengan cara aksi militer sematamata. Saya
yang bertanggung jawab atas pergerakan komunis di Indonesia dan bagian lain di Asia di
masa itu merasa wajib menjaga supaya Partai Komunis jangan tergelincir disebabkan
provokasi, supaya Partai Komunis Indonesia khususnya terus berjalan di atas rel massa-
aksi.

Tulen palsunya seorang pemimpin tiadalah bisa diukur dengan tuduhan orang lain
terhadap dirinya semata-mata. Palsu tulennya itu bisa juga diukur dengan perkataan
dirinya itu sendiri dahulu dan sekarang. Palsu tulennya itu juga bisa diukur dengan
seberapa cocoknya perkataan si Pemimpin dengan perbuatannya sendiri. Kalau di sini
didapat perbedaan atau pertentangan, maka barulah tuduhan itu mendapatkan bukti yang
sah.

Saya tak akan naik perahu bermingu-minggu lamanya diombang- ambingkan gelombang
menuju ke Sumatera dan Jawa, satu dua bulan sesudah Jepang masuk, kalau saya takut
memimpin pergerakan revolusioner yang sebenarnya. Tak perlu saya sembunyi bekerja
sebagai buruh di Bayah Kozan sampai Jepang lenyap, kalau saya percaya pada lain
kemungkinan selain “Massa Aksi” di Indonesia. Saya percaya bahwa saya sekurangnya
mesti dapat memasuki Gedung seperti Chuo Sangi In dan mendapat gedung besar di
bawah perlindungan Hinomaru, kalau saya mau “sehidup semati” dengan serdadu
kempetai Jepang, yakni tak percaya akan timbulnya "Aksi Rakyat" yang sebenarnya. Aksi
Murba yang meluap mendidih inilah yang saya tunggu-tunggu.

Massa-Aksilah yang saya kehendaki lebih kurang 18 tahun yang lalu. Massa-Aksi pulalah
yang saya kehendaki sekarang! Ujian buat perkataan saya itu kalau mau diuji dengan
paham, bolehlah dibandingkan dengan isi lima atau enam buku yang terpaksa saya
keluarkan di masa ini. Terpaksa, karena Massa-Aksi itu saya rasa belum cukup juga
dimengerti, pun sekarang! Memang sekarang sudah ada Aksi Massa, ialah aksinya massa

83
(murba), tetapi belum lagi Massa-Aksi. Kalau perbuatanlah yang mesti dijadikan batu
ujian itu pula, maka saya harap sejarah akan memberi penerangan cukup, kalau kelak
sejarah itu sudah sampai waktunya bersuara!

Tegasnya, bandingkanlah dasar, suara, dan semangat tulisan saya kini dengan dasar,
suara, dan semangat tulisan saya 24 tahun yang lalu.

Sedikit panjang saya menulis buat membatalkan bermacammacam sangkaan yang


berhubung dengan haluan dan aksi saya di luar negeri, sebenarnya terpencil dari teman
dan jauh dari negeri bertahun-tahun. Keadaan sekarang membutuhkan kejelasan,
seberapa bisa sudah saya berikan. Kalau ada lagi di antara teman seperjuangan yang ingin
tahu, kenapa belum juga saya memajukan diri, maka sekali lagi saya ulang apa yang saya
sebut dalam brosur Politik: Cukup sebab maka Tan Malaka memilih tempat, tempat, dan
teman buat menyaksikan dirinya sendiri ke depan mata rakyat Indonesia.

Puluhan tahun lebih dahulu saya majukan “garis” yang saya anggap harus ditempuh oleh
Rakyat Indonesia dalam perjuangan sekarang dengan semua brosur ini. Apabila “garis”
ini disetujui dan yang menyetujui ikhlas takluk kepada susunan dan disiplin organisasi
itu, maka kalau masih “diperlukan” pimpinan dari saya sendiri, tentulah saya akan tampil
ke muka dengan tiada menghitung-hitung korban yang perlu diberikan. Tetapi tiada akan
kekurangan kepuasan hati saya kalau seandainya “garis” itu disetujui oleh mereka yang
lebih muda dan sendiri mau melaksanakan “garis” itu dengan jujur, ikhlas, dan tetap
tabah.

Tiga paham yang sekarang berjuang bahu-membahu: paham keislaman, kebangsaan, dan
sosialistis. Semuanya pada tingkat merebut KEMERDEKAAN NASIONAL ini berhak
buat diakui. Marilah kita berharap supaya ketiga paham itu bisa mengadakan persatuan
yang teguh-tetap.

Tetapi tak bisa disingkirkan kemungkinan bahwa kelak sesudah Kemerdekaan Nasional
tercapai, boleh jadi ketiga paham itu, yang dalam garis besarnya mewakili kelas tani,
borjuis-tangan, dan proletar, bercekcokan satu sama lainnya. Berhubung dengan itu maka
perlulah dicari “persamaan” sebagai semen yang mempersatukan batu tembok.

84
Persamaan itu didapat pada persamaan keperluan. Persamaan keperluan itu saya kira
didapat dalam satu Rencana Ekonomi yang Sosialistis.

Inilah maksud brosur ini, yakni membentangkan paham saya tentang Rencana Ekonomi
yang sekarang bisa dan perlu dijalankan oleh semua golongan yang ada di Indonesia.
Juga dibentangkan rencana ekonomi yang bisa dan perlu dijalankan sesudah
kemerdekaan 100% tercapai. Tiadalah perlu dilupakan kritik atas Kapitalisme, atas
Rencana Ekonomi Fasis dan Demokratis.

Mudah-mudahan brosur ini bisa menambah pengetahuan warga negara Republik


Indonesia tentang ekonomi.

Surabaya, 28 November 1945

****

Pendakwa modern kita, DENMAS, MR. APAL, TOKE, PACUL, dan GODAM sekarang
duduk di beranda sebuah rumah, sedang besarnya, dilindungi oleh pohon jeruk yang
rindang. Suasana tenang meliputi lima-seperjuangan ini.

Pabrik raksasa yang berdiri di seberang jalan yang tadi siang menderu-deru sekarang
berhenti diam, sepert seekor gajah beristirahat sesudah melakukan pekerjaannya. Tak ada
pekerja yang lalu lintas, menarik dan mengangkat barang di sekitar pabrik itu.

Di keliling pabrik terbentang sawah luas ditabur warna hijau dan kuning oleh pokok padi
yang muda dan sudah masak. Di sana-sini tampak kampung yang diselimuti pohon
buahbuahan. Terbelintang sepanjang cakrawala barisan gunung kehijau- hijauan, di
antaranya ada yang diselimuti oleh awan putih seolah-olah kemalu-maluan. Sang bulan
mengintip dari celah daun kelapa yang berdiri tegak di suatu desa.

85
Suasana yang aman tenang ini terganggu oleh suara salah seorang di antara lima-
seperjuangan tadi.

I. Kritik atas Kritik

A. KAPITALISME MERAMPOK

SI PACUL : Kapan juga, Dam, kau mau membentangkan Rencana Ekonomi yang sudah
kau janjikan itu?

SI TOKE : Politik perjuangan, seperti kita perundingkan tempo hari, rasanya sudah
meresap betul dalam pikiranku. Tetapi rasanya belum cukup kalau kita belum mempunyai
RENCANA EKONOMI. Karena tindakan ekonomilah kelak yang akan menentukan
kemakmuran rakyat dan keamanan republik kita.

SI GODAM : Dari penjuru manapun juga kupandang, uraianku akan terlampau panjang.
Jadi akan melewati maksudnya satu brosur. Menggampangkan mempopulerkan satu ilmu
seperti Ekonomi rasanya di luar kesanggupanku. Kalau terlampau pendek tak akan cukup
dimengerti atau salah dimengerti. Kalau terlampau panjang akan membosankan dan
susah membulatkannya. Bukankah kita mau memberi sekadar pada Murba yang ingin
tahu?

MR. APAL : Tak perlu engkau membentangkan menurut sejarah Ilmu Ekonomi.
Bentangkan sajalah perkara yang terpenting dalam ilmu ekonomi dan garis besar dalam
Rencana Ekonomi buat Indonesia.

DENMAS : Rencana Ekonomi yang sempurna saya pikir cuma bisa dijalankan dalam
suasana aman-sentosa bagi Rakyat Indonesia. Seperti sudah pernah kau bilang, dalam
suasana Merdeka 100%. Cukuplah sudah kalau kau bentangkan Rencana dalam keadaan
sekarang dan bayangkan saja Rencana yang sempurna tadi.

86
SI PACUL : Pendeknya bentangkan saja RENCANA EKONOMI BERJUANG.

SI GODAM : Walaupun Rencana Ekonomi Berjuang yang terutama akan kubentangkan,


tetapi tak boleh lupa memberi contoh tentang kapitalisme dan sedikit kritik tentang
kapitalisme itu. Bukankah sistem kapitalisme yang menindas kita selama ini dan yang
mendorong kita berjuang?

SI TOKE : Memang contoh yang tepat itu lekas dimengerti dan dipahamkan. Betul pula
keburukan kapitalisme itu mesti dikupas habis-habis.

SI GODAM : Kuambil contoh tambang arang di Bayah Banten Selatan, di masa Jepang
dan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Di sini kita berjumpa kapitalisme yang
benarbenar berdasarkan perampokan telanjang bulat. Marilah kita sebutkan lebih dahulu
semua syarat produksi. Terutama ialah:

l. bumi dan iklimnya; ada atau tidaknya sungai danau atau laut buat lalu lintas,

2. pabrik, bengkel, kereta, kapal, gedung dll,

3. tenaga yang tukang atau tidak, kuat dan lemah, lakilaki dan perempuan.

SI TOKE : Jadi dalam garis besarnya: l) alam, 2) tenaga, 3) perkakas atau mesin.

SI GODAM : Benar, marilah kita periksa bagaimana berjalannya produksi itu sesudah
tiga syarat itu ada. Si penghasil sesudah mengadakan hasil pertama menghitung harga
hasil yang didapatnya, yakni hasil bulat. Kemudian dia hitung ongkos yang keluar. Harga
hasil bulat dikurangi ongkos itulah untungnya. Seperti seorang berdagang, dia juga hitung
kelebihan jualan dari pokok.

SI TOKE : Cobalah kita hitung dahulu harga hasil sehari.

SI GODAM : Sehari bisa dihasilkan pukul rata sedikitnya (menurut taksiran kasar) 100
ton arang. Harganya ditaksir murah sekali, ialah f 100,- satu ton (Nilai rupiah di masa itu

87
lebih kurang cuma 1/10 harga rupiah sebelum Jepang). Jadi harga 100 ton arang itu ialah
100 x f 100,- = f 10.000,-

SI TOKE : Ongkos keluar berapa?

Sewa tanah = f 0.00,- (Tanah-logam di Bayah umumnya tanah gedoran).

Kelunturan mesin = f 0.00,- (Semua mesin ialah mesin gedoran).

Bahan dipakai = f 0.00,- (Bahan di Bayah sebenamya tak ada. Kain mempunyai bahan
berupa benang. Tetapi arang tak ada bahannya).

Gaji = f 0.000,-

Romusha 10.000 x f 0,40 = f 4.000,-

JUMLAH ONGKOS = f 4.000,-

Jadi untung bersih saban hari f 10.000 - f 4.000 = f 6.000,- Dipandang begitu untung
Jepang satu hari adalah 1,5x dari pokok. Kalau dihitung menurut aturan biasa, yaitu
untung satu tahun, maka untung kongsi Jepang di Bayah itu 365 x 150% = 54.750%. Ini
bukan lagi untung, melainkan curian! Kongsi Jepang, BAJAH KOZAN SUMITOMO
KABUSHIKI KAISHA itu bukan perusahaan lagi, melainkan perampokan.

SI GODAM : Tunggu dulu, Kek! Aku cuma memberi gambaran saja. Perhitunganmu
masih belum beres. Gaji yang f 4.000,- sehari tadi ialah kertas koran yang digedor oleh
Tentara Tenno Heika di KOLF, Jakarta. Jadi harganya uang Jepang itu ialah harga kertas
itu saja. Belum f 40,- lagi kalau diukur dengan mas umpamanya. Cuma harga mencapkan
saja yang mesti dihitung. Yang dinamai dekking (penutup kertas) itu, seperti bank biasa
memang tak ada. Tetapi ongkos pencapnya pun dibayar dengan kertas pula. Beras yang
dijualkan kepada romusha itupun beras gedoran.

SI TOKE : Kalau semuanya itu digedor, bagaimana menghitungnya? Tenaga sendiripun


tenaga gedoran.

88
SI GODAM : Ringkasnya yang 100 ton arang itu diperoleh dengan makian “bagero” saja.
Tanah digedor, mesin digedor, dan tenaga romusha pun digedor.

SI PACUL : Benar katamu, kapitalisme yang dijalankan oleh Tentara Jepang dalam 3
tahun di Indonesia ialah Kapitalisme MERAMPOK melulu! Perhitungan untung 54.750%
itu masih rendah sekali! Tak ada ukuran yang sebenarnya boleh dipakai, kalau semua
syarat menghasilkan itu barang rampasan. Kalau pokok f 0.00 dan jumlahnya sehari f
10.000,-, dalam ilmu hitung persenannya boleh dikatakan tak berhingga. Boleh
1.000.000% atau lebih karena jualan mesti dibandingkan dengan pokok Jepang yang f
0.00 dan tenaganya si kapitalis Jepang yang keluar cuma tenaga menyemburkan "bagero"
saja.

SI TOKE : Sering juga dia bertenaga banyak!

SI PACUL : Kapan umpamanya?

SI TOKE : Umpamanya kalau dia sudah main tampar, atau asyik menyiksa seperti kucing
menyiksa tikus. Si Kempetai sibuk mencari api pembakar mangsanya atau membanting
dan menendang mangsanya sepuas-puasnya .

MR. APAL : Betul sekali anak Dewa Turunan Ameterasu Omikami itu di sini merusak
dan memusnahkan tenaga Indonesia. Jepang itu mau lekas kaya dengan tiada
mempedulikan sumber kekayaan di Indonesia. Kita ingat pada cerita di sekolah rendah,
cerita ayam bertelur emas. Si empunya ayam yang tak mempunyai kesabaran dan bodoh
itu potong ayamnya supaya sekali lalu dia dapat semua emasnya. Tentulah akhirnya dia
tak mendapatkan apa-apa.

DENMAS : Dalam ekonomi yang betul-betul dijalankan buat kemakmuran Rakyat


Murba, sudahlah tentu “tenaga” itu mesti dipelihara baik-baik. Sebisa mungkin ditambah
nilainya dengan menambah kodrat dan sifat-baiknya. Dipelihara makan minumnya si
pekerja, dipelihara rumah dan kesehatannya serta digembleng otak dan tenaganya.
Dengan begitu tenaga itu naik banyak (quantiteit) dan sifatnya. Inilah yang
memakmurkan Negara.

89
SI TOKE : Tentulah sumber hasil yang lain-lain mestinya dipelihara pula. Bagaimana si
Jepang membikin kurus sawah dan merusak mesin kereta dan auto tak perlu pula kita
bicarakan di sini. Umur mesin yang sepatutnya sisa 10 tahun di tangan si Jepang tak
sampai 5 tahun.

SI PACUL : Semua mesin “bagus” yang bisa berumur panjang habis diangkut Jepang ke
negerinya. Benarlah, dia menjalankan EKONOMI MERAMPOK.

B. KRITIK MARX

1. Timbulnya "Nilai-Lebih"

SI TOKE : Saya juga sudah pernah baca, bahwa “untung” itu ialah “pencurian”.

MR. APAL : Kalau saya tak salah lebih cari satu abad lampau Weitling, pujangga Jerman
sudah menyatakan bahwa “untung” itu ialah bagian hasil yang dicuri si kapitalis dari
buruhnya.

DENMAS : Saya pun punya teman seorang jurnalis Tionghoa yang bilang bahwa
pujangga Tionghoa Guru Kung, muridnya Guru Ming, katakan bahwa “untung” itu
memang “pencurian”.

MR. APAL : Yang mengupas kapitalisme dan “untung” itu sebagai pencurian ialah
seorang pujangga, ahli filsafat Jerman bernama Karl Marx. Orang bilang Marx
mempelajari Ekonomi itu dalam tempo lebih kurang 20 tahun, di negara yang semasa
hidupnya paling terkemuka dalam perindustrian, yakni Inggris. Marxlah yang mengupas
kapitalisme itu secara ilmu selama ia hidup sebagai pelarian politik di Inggris itu.

SI TOKE : Kami persilahkan Mr. Apal memberi penerangan tentang kupasan Karl Marx
itu secara populer.

MR. APAL : Secara populer, terus terang kubilang aku kurang sanggup. Biarlah Godam
saja menerangkan.

90
SI PACUL : Memang Godamlah yang sehari-harinya bergaul dengan Pekerja Murba dan
guru kursus buat mereka. Lebih pada tempatnyalah kalau Godam yang memberikan
kupasan itu.

SI GODAM : Tetapi saudara sekalian di sini bukan pekerja murba!

SI TOKE : Benar, tetapi kami juga sanggup, dan di masa pekerja murba masih serba
kekurangan tenaga seperti sekarang, kami wajib memberi penerangan pula pada pekerja
murba. Isi yang patut diterangkan dan caranya menerangkan, tentulah kau lebih paham,
Dam!

SI GODAM : Karl Marx ialah bapak dari satu teori, satu paham yang masyhur di dunia
ekonomi dengan nama “Nilai-Lebih”. Dalam bahasa Jermannya ialah Mehrwert;
Inggrisnya Surplus-Value. Maafkan saja kalau saya terjemahkan dengan “Nilai-Lebih”,
Marx mengupas timbul, ada, dan tumbangnya “Nilai-Lebih” tadi dalam tiga buku tebal
yang masyhur di dunia bernama Das Kapital. Benar tidak semuanya Marx yang
menulisnya, karena dia meninggal dunia sebelum Das Kapital itu rampung. Teman
sepembangunnyalah, bernama Frederich Engels yang meneruskan pekerjaan raksasa itu.
Tentulah Engels meneruskannya dalam semangat teman sepembangunnya itu pula.

SI PACUL : Jadi kepada dua Bapak Proletar inilah sebenarnya dunia-proletar seharusnya
berterima kasih. Marilah kita mengheningkan cipta buat arwah dua Maha Guru itu!

SI TOKE : Engkau masih ketinggalan semangatnya Pemuda Tenno pemuja arwah di


Cureido Jakarta dan Kuil Ise di Tok dan Kuil Yasukuni Jinja tempat arwah serdadu Tenno
Heika bersemayam, bersuka-ria!

SI GODAM : Memang Marx Engels tak meminta, malah tak mengizinkan kita sesama
manusia memuja mereka. Mereka lebih berbesar hati kalau teori mereka diterjemahkan
dengan sebaiknya, ialah menurut tempat dan menurut tempo. Mereka menghendaki
supaya teori mereka menjadi pahamnya Pekerja Murba di seluruh dunia !

91
SI PACUL : Sesungguhnyalah rasa menghormati dan cinta itu ada pada saya. Saya pikir
juga ada pada kebanyakan orang. Tetapi kalau tak baik caranya menghormat seperti yang
saya majukan di atas bagaimana; kita menunjukkan rasa hormat, penghargaan dan cinta
kita kepada pemimpin proletar yang mempergunakan semua tempo, tenaga, dan jiwanya
buat kelas proletar itu, puluhan tahun lamanya?

SI GODAM : Ada jalan, Cul! Pertama sesudah kelak teori Marx diuji dan dipahamkan,
laksanakanlah paham itu serajin-rajinnya dan sejujur-jujurnya terutama di antara kelasmu
sendiri, kelas proletar tanah. Kedua, buat menerangkan “Nilai- Lebih” tadi akan kuambil
contoh yang diberikan oleh Marx sendiri dalam bukunya Das Kapital tadi. Contoh itu
masih bisa dimengerti dan dipakai. Dengan begitu kita panggil kembali Karl Marx di
depan pikiran kita!

SI PACUL : Ya, benar, itulah cara yang sebaik-baiknya buat menghormati guru itu.
Mulailah, Dam! Terangkan dari mana asalnya “Nilai-Lebih” yang oleh Weitling dan Guru
Kung tadi dinamai pencurian.

MR. APAL : Sekarang juga sering dinamai “tenaga yang tidak dibayar”. Inggrisnya,
unpaid labour.

SI GODAM : Sekarang marilah kita masuki satu pabrik pemintal benang. Di depan si
pemintal ada mesin. Di kanannya ada kapas sebagai bahan. Di kirinya ada benang
sebagai hasil tenaganya dan kekuatan mesin. Kita timbang benang hasilnya tadi, adalah
10 kg, ialah hasil sehari bekerja umpamanya 6 jam.

SI TOKE : Berapakah harga 10 kg benang itu?

SI GODAM : Marilah kita hitung dengan harga yang diberikan oleh Marx. Sekarang,
karena harga uang Indonesia tak keruan turun naiknya ini, harga di masa Marx baik terus
kita pakai saja. Tetapi uang Inggris kita tukar dengan uang yang kita kenal saja, dengan
tak begitu mempedulikan harga tukarannya itu. Maksud kita cuma buat memberi contoh
supaya paham, “bagaimana timbulnya Nilai-Lebih” tadi bisa kita mengerti.

92
SI TOKE : Silahkan!

SI GODAM :

Harga 10 kg kapas sebagai bahan benang tadi ialah 10 x 25 sen 250 sen
Harga kelunturan mesin dalam 6 jam kerjanya 50 sen
Harga tenaga kerja dalam 6 jam kerja itu (upah sehari) 75 sen
JUMLAH 375 sen
Jadi pokok 1 kg benang = 37½ sen

SI TOKE : Kalau dia jual umpamanya 75 sen 1 kg benang, jadi untungnya 100%.

SI GODAM : Tunggu dulu, Kek! Jangan terlalu cepat. Kita mesti anggap kaum kapitalis
seluruhnya. Bukan kapitalis benang ini saja. Kita mesti menganggap kapitalis kain yang
membeli benang umpamanya, seperti kaumnya kapitalis benang tadi juga, bahkan seperti
dirinya sendiri. Dia sendiri biasa jadi kapitalis kain yang memakai benang sebagai bahan.
Kalau dia ambil untung lebih dari dirinya sendiri itu, pada satu pihak, maka ini berarti ia
merugikan dirinya sendiri pada lain pihak. Ini mesti dimengerti, Kek!

SI TOKE : Aku belum mengerti, Dam!

SI GODAM : Umpamanya si Kapitalis Benang kita tadi mempunyai dua kas. Kas yang
kesatu berisi 37½ sen saja. Kas kedua 75 sen. Jumlah uangnya 112½ sen. Sekarang kas
kesatu bukan berisi uang 37½ sen lagi, melainkan diisi dengan benang senilai 37½ sen.
Yang 37½ sen tadi menjelma menjadi benang 1 kg. Jumlah nilainya kedua kas tadi
bukanlah tetap 112½ sen? Seandainya benang 1 kg dari kas kesatu tadi dia tukarkan
dengan kas kedua ialah 75 sen tadi. Jadi sekarang benang senilai 37½ sen bertukar
tempat. Benang itu sekarang berada di kas kedua yang dahulu berisi uang 75 sen. Dan
uang 75 sen sekarang pindah ke kas kesatu. Jumlah nilainya benang dan uang bukanlah
tetap 112½ sen?

SI TOKE : Memang jumlah nilainya tetap 112 sen. Cuma tempatnya benang 1 kg dan
uang 75 sen yang bertukar.

93
SI GODAM : Andaikan sekarang kas kedua berisi 75 sen bukan kepunyaan satu orang.
Dia kepunyaan kapitalis lain, tetapi kapitalis juga. Jadi jumlah nilai pada dua orang
kapitalis itu bukanlah tetap 112½ sen juga? Jadi kalau nilai 37½ sen itu dilipat dua
bukankah ini berarti dia merugikan diri sendiri atau kelasnya sendiri? Di sinilah
terselipnya peraturan (kesolideran) para kapitalis sebagai kelas. Merugikan seorang
kapitalis lain berarti merugikan dirinya sendiri sebagai seseorang dari kelas kapitalis pula.

SI TOKE : Terlampau panjang aku mengambil tempo. Tetapi hal ini mesti terang betul
buat kami. Sekarang barulah terang betul buat saya, bahwa dengan jalan menukar kapas
memakai tenaga dan mesin begitu saja tak menimbulkan “untung”. Jadi dari mana
mestinya timbul untung itu?

SI GODAM : Sekarang begini Kek! Si Buruh yang karena tak berpabrik, bermesin, atau
berpacul itu, pendeknya Si Proletar, Si Tak Berpunya itu bukankah terpaksa
menyerahkan, mempersekotkan, tenaganya kepada si kapitalis yang punya mesin?

SI TOKE : Benar, karena dia tak punya perkakas lagi seperti di zaman lampau. Dia sudah
di-“merdeka”-kan oleh Pemberontakan Borjuis dari perkakasnya. Yang ada padanya
sekarang hanyalah “tenaganya” saja yang dia peroleh dari Alam dari ibu-bapaknya.

SI GODAM : Benar, dengan harga 75 sen inilah yang dinamai upah Kek! Sekarang dia
akan dibeli buat kerja sehari ialah 24 jam. Tadi kita andaikan dia bekerja cuma 6 jam saja
sehari. 18 jam dia bebas! Sekarang si kapitalis merasa keberatan melihat dia bebas selama
itu. Si kapitalis kerjakan si buruh, yang sudah mempersekotkan tenaganya,
mengkontrakkan tenaganya itu, bukan 6 jam, melainkan umpamanya 12 jam! Apakah
hasilnya?

SI TOKE : Ingin juga aku mau tahu, hasil 12 jam kerja itu dengan bayaran 75 sen sehari,
karena dia dibayar buat satu hari.

SI GODAM : Perhatikan sulapan kapitalis, Kek! Tenaga itu sekarang bukan seperti mesin
lagi melainkan menjelma menjadi barang yang bisa menyulapkan hasil yang dikehendaki
si kapitalis.

94
SI PACUL : Sekarang engkau Dam, yang berlaku seperti tukang sulap yang membikin
kami bingung! Cobalah beri perhitungan bagaimana si kapitalis menimbulkan Nilai-
Lebih tadi!

SI GODAM : Bukankah tadi kita andaikan si pemintal benang bekerja 12 jam?

SI TOKE : Benar!

SI GODAM : Dalam 6 jam tadi dia pintal 10 kg artinya itu kapas dia sulap menjadi
benang! Inilah keajaiban pertama dari tenaga manusia. Dia bisa tukar bentuknya barang.
Bentuk kapas bertukar menjadi benang. Dalam 12 jam berapa kilogramkah benang yang
bisa dipintal?

SI TOKE : Tentulah 2 x 10 kg = 20 kg.

SI GODAM : Berapakah harganya 20 kg benang, penjelmaan 20 kg kapas tadi?

SI TOKE : Sekarang aku sendiri bisa hitung, 20 kg harganya 2 x 375 sen tadi, ialah 750
sen.

SI GODAM : Tetapi berapa “pokok” si Kapitalis?

SI PACUL : Aku saja, Dam! Aku sudah mengerti.

Harga 20 kg kapas 20 x 25 sen 500 sen


Harga kelunturan mesin 2 x 50 sen 100 sen
Harga tenaga tetap 15 sen
JUMLAH 675 sen

Jadi “untung” 750 sen - 675 sen = 75 sen. Dan “untung” ini terang didapatnya dari
tenaga. Inilah yang tiada dibayar, inilah yang secara ilmu oleh Marx dinamai “Nilai-
Lebih”.

SI GODAM : Inilah sulapan kedua yakni sulapan yang menimbulkan Nilai-Lebih dengan
jalan memakai tenaga buruh, lebih dari harga tenaga yang dipersekotkannya oleh Buruh.
Dari “tenaga”-lah timbulnya Nilai-Lebih itu. Hitung sajalah persen untungnya, kalau 12

95
jam kerja itu diperpanjang sampai 15 jam, sampai 16 jam, seperti sungguh terjadi di
Inggris semasa Marx!

SI TOKE : Bagaimana mesin? Bukankah mesin mengambil bagian pula dalam Nilai-
Lebih tadi. Apakah artinya kelunturan mesin yang masuk perhitungan di atas?

SI GODAM : Mesin itu asalnya bermula dari “tenaga” juga bukan? Tenaga yang menukar
besi jadi baja dan baja menjadi mesin. pikiran cerdas, pikiran si penemu (inventor), yang
mesti dianggap sebagai tenaga istimewa, seperti kata Marx tenaga berlipat, sudah masuk
pula ke dalam mesin tadi. Bagaimana juga mesin itu bukannya barang gaib.

SI TOKE : Kelunturan mesin itu apa pula?

SI GODAM : Seandainya mesin itu bisa dipakai 10 tahun. Pokoknya mesin itu
umpamanya f 1.000,00. Jadi umurnya sang mesin itu ialah 10 tahun. Jadi tiap-tiap tahun
dipakai umurnya berkurang satu tahun, dan harganya berkurang f 1000,00 : 10 = f
100,00. Yang f 100,00 itulah yang saya namakan kelunturan. Yang f 100,00 itulah yang
dihitung oleh kapitalis sebagai ongkos. Di sini hal itu kupopulerkan saja. Biarpun mesin
itu bisa hidup terus 10 tahun, tetapi kalau sesudah 5 tahun umpamanya didapati mesin
yang lebih kuat, maka mesin yang tadi biasanya dilemparkan saja. Tak dipakai 5 tahun
lagi! Tetapi hal ini di sini agak sedikit menyimpang. Yang penting buat diketahui ialah: si
kapitalis yang mempunyai mesin dan uang pergi ke pasar tenaga. Di sini dia berjumpakan
tenaga yang tak bisa dipakai oleh si empunya, karena tak ada kapital. Tenaga itu amat
murah, karena persaingan satu penjual dengan yang lain. Karena yang empunya tenaga
mesti makan, membayar sewa rumah buat diri dan keluarganya, tenaga murah itu dibeli
murah. Ajaibnya tenaga itu bisa menukar bentuk barang dari kapas ke benang dan dari
benang ke kain. Tenaga itu boleh dipakai lebih lama dari nilai upahnya, seandainya
upahnya bisa dibayar dengan 6 jam pekerjaannya. Tetapi karena dia berkontrak buat
sehari, maka dia bisa dipekerjakan lebih dari 6 jam itu. KERJA LEBIH itulah yang
menimbulkan Nilai-Lebih, ialah tenaga yang tak dibayar.

SI PACUL : Kalau begitu masyarakat kita ini berdasarkan kedustaan belaka. Kata si
kapitalis, dialah yang memberi kehidupan pada si buruh. Sebenarnya bukankah si buruh

96
yang senantiasa menambah kekayaan si kapitalis? Bukankah pula si buruh yang
mempersekoti si kapitalis? Bukan sebaliknya si kapitalis yang mempersekoti si buruh!!

SI GODAM : Memang begitu Cul! Si buruh baru menerima upahnya sesudah


membanting tulang dan mengeluarkan peluh keringat sekurangnya seminggu. Baru
biasanya dia menerima upah. Jadi tenaganyalah yang keluar dahulu. Di belakang baru
mendapat upahnya.

SI TOKE : Kalau begitu makin lama si buruh dipekerjakan makin besar pula “Nilai-
Lebih” si kapitalis. Bukankah tak lebih untung buat si kapitalis, kalau dipekerjakan 24
jam sehari.

SI GODAM : Ada batasnya Kek! Nantilah kuterangkan.

2. Mempertinggi “Nilai-Lebih”

SI GODAM : Engkau Kek, tadi sudah bilang, bahwa makin lama si buruh bekerja makin
besar untung si kapitalis. Umpamanya upahnya sehari bisa ditebusnya dengan kerja 6 jam
hari itu, maka seandainya ia kerja terus sampai 10 jam, maka 4 jam tempo lebih itu ialah
buat si kapitalis. Empat jam tempo lebih itu menimbulkan 4 jam “Nilai-Lebih” pula. Kau
sangka bahwa si kapitalis akan lebih beruntung kalau buruhnya bisa dipekerjakan 24 jam
sehari.

SI TOKE : Logisnya memang begitu, bukan?

SI GODAM : Si Jepang juga pernah menjalankan begitu, atau serupa itu. Dengan mataku
sendiri kusaksikan ribuan romusha dikerjakan di hujan dan panas berhari-hari buat
membikin lapangan kapal terbang. Di Inggris di abad yang lampau, di zaman Revolusi
Industri, hal itu memang hampir umum terjadi. Tetapi lambat- laun, karena akibat
kelamaan kerja itu amat menyedihkan dan terutama disebabkan perlawanan kaum buruh

97
sendiri, maka cara mempertinggi “Nilai-Lebih” dengan jalan memperpanjang lamanya
kerja semau-maunya kapitalis itu tiada bisa dilakukan. Bukankah manusia perlu tidur
selama 7 atau 8 jam sehari? Bukankah si buruh perlu mengaso, makan, membersihkan
diri dan melayani anak istri, walaupun dalam sedikit tempo saja? Bukankah si buruh
perlu menambah kebudayaannya buat menambah hasil pekerjaannya pula?

SI PACUL : Lagipula hasil kerja 8 jam sehari belum tentu kurang dari hasil 12 jam
sehari. Boleh jadi pada permulaan satu atau dua hari bekerja, hasil 8 jam bekerja kurang
dari bekerja 12 jam sehari. Tetapi kalau sudah berhari-hari dilakukan, maka semangat
bekerja dan tenaganya sendiri pasti akan berkurang. Jadi akhirnya hasil pekerjaannya
kurang dari si pekerja 8 jam sehari. Si pekerja 8 jam, kesehatannya, kalau terjaga, tentu
lebih kuat dan lebih bersemangat.

SI GODAM : Tuntutan kaum buruh dunia yang sudah diorganisir, tuntutan 8 jam kerja
sehari, memang cocok dengan ilmu dan kemanusiaan. Jadi lama kerja itu memang ada
batasnya. Pertama sebab tenaga manusia memang terbatas. Kedua sebab organisasi
proletar di mana-mana memaksa majikan mengurangi lama kerja.

SI PACUL : Si kapitalis itu bukankah selalu mencari akal buat memperbesar untungnya?

SI GODAM : Memangnya begitu, jalan yang lain buat si kapitalis ialah menambah
kuatnya bekerja (lebih intensif). Seandainya ia mesti memukul 100 x 1 jam, maka
sekarang dia disuruh memukul 200 x dalam 1 jam. Seandainya dia mesti berjalan 6 km
satu jam, sekarang dia disuruh berjalan 8 km dalam satu jam. Ada pula jalan lain!

SI PACUL : Jalan apa pula, Dam?

SI GODAM : Seandainya ukuran hidupnya yang cocok dengan hidupnya dalam


kesosialan adalah hasil pukul rata 8 jam bekerja, maka dia sekarang diupah dengan 6 jam
kerja saja, Tetapi marilah kita andaikan muslihat ini tak dijalankan oleh si kapitalis. Ada
lagi muslihat lain yang tak begitu kentara di mata kaum buruh.

98
SI PACUL : Ada-ada saja akal si kapitalis ini. Sungguh pintar ia memikirkan jalan yang
menguntungkan dirinya sendiri.

SI GODAM : Seandainya seorang buruh kerja 10 jam sehari. Buat penebus upahnya
umpamanya perlu ia kerja di hari itu 6 jam lamanya. Sekarang ia dan ahli pembantunya si
penemu (inventor) memikirkan jalan menurunkan kerja 6 jam itu sampai 5 jam
umpamanya. Kalau bisa begitu maka kini buat menebus upahnya sendiri, dia perlu
bekerja 5 jam sehari. Sisanya yang 5 jam lagi dipakainya buat majikannya. Jadi dengan
tetap jumlah kerja 10 jam sehari si kapitalis sekarang bisa menaikkan “Nilai-Lebih”
sebanyak kerja satu jam sehari, jadi 25% tambahnya dari hasil 4 jam kerja lebih
dahulunya.

MR. APAL : Buat ini perlu perubahan kemesinan dan sosial. Buat itulah seorang insinyur
atau penemu selalu ada di samping si kapitalis. Mereka ini selalu memutar otak buat
mempertinggi kekuatan “efisiensinya” mesin.

SI PACUL : Celaka 13 kalau begitu mesin itu! Mesin yang bisa menguntungkan
masyarakat seluruhnya sekarang dipakai buat mempertinggi “Nilai-Lebih”-nya si
kapitalis saja!

MR. APAL : Mesin itu mencoba memurahkan harga kain, makanan dan keperluan sehari-
harinya si Buruh. Mesin tenun yang lebih kuat, cepat, banyak dan traktor yang lebih
efisien bisa melipatgandakan hasil seperti pakaian dan makanan. Hasil yang berlipat
ganda banyaknya itu tentulah turun pula harganya. Karena hasil yang turun harga itu
merendahkan takaran hidup (standar hidup) buruh. Maka dia sekarang bisa kurang lama
kerja menebus upahnya sehari-hari. Seandainya dulu perlu kerja 6 jam sehari, sekarang
dengan 5 jam sehari atau kurang, bisalah ditebus upahnya itu. Sisanya yang 5 jam masuk
ke kantong majikannya.

SI GODAM : Begitulah maka si kapitalis berlomba-lomba mendapatkan mesin baru,


setahun demi setahun modal yang terkandung oleh mesin bertambah naik dan modal yang
terkandung oleh upah sehari demi sehari bertambah turun.

99
SI TOKE : Ada saja paham yang berlainan dengan paham ahli ekonomi-borjuis, Dam!
Jadi kalau begitu menambah modal yang ditanam dalam mesin itu memang sudah
terbawa oleh kemajuan kapitalisme.

SI GODAM : Begitulah yang sebenarnya. Selalu saja modal mesin naik!

SI PACUL : Coba kasih contoh, Dam!

SI GODAM : Camkanlah contoh dari Guru Marx juga, Cul! Tapi saya kutip dari ingatan
saja. Maafkan kalau ada berbeda angkanya! Andaikan 5 Modal

Rupiah Modal Modal Gaji Jumlah Nilai Lebih 50%


Modal Untung Nilai Lebih
dalam Mesin Buruh Modal Gaji
1 50 50 100 25 25
2 70 30 100 15 15
3 80 20 100 10 10
84 16 100 8 8
5 90 10 100 5 5
JUMLAH 374 126 500 63 63

Andaikan 5 modal tadi kepunyaan seorang kapitalis. Yang ke 1 ialah modal kebun kapas.
Yang ke 2 modal buat membersihkan biji kapas. Yang ke 3 modal buat memintal benang.
Yang ke 4 buat menenun kain. Yang ke 5 buat mencat atau mencelup. Jumlah modal itu
adalah f 500,00. Jumlah untungnya f 63,00. Jadi untungnya dipukul rata adalah f 12,60.
Kalau begitu, maka ada modal yang untungnya mesti diturunkan ke untung pukul rata,
yaitu untung yang lebih tinggi dari untung pukul rata. Ada pula modal yang boleh
dinaikkan sampai setinggi untung pukul rata. Modal ke 1, yang mesinnya berharga f
50,00 kekurangan untung f 12, 40 (f 25,00 - f 12,60). Modal ke 2, yang mesinnya
berharga f 70,00 kekurangan untung f 2,40 (f 15,00 - f 12,60). Modal ke 3, yang
mesinnya berharga f 80,00 kelebihan untung f 2,60 (f 12,60 - f 10, 00). Modal ke 4, yang
mesinnya berharga f 84,00 kelebihan untung f 4,60 (f 12,60 - f 8,00). Modal ke 5, yang
mesinnya berharga f 90,00 kelebihan untung f 7,60 (f 12,60 - f 5,00). Modal ke 1 dan ke
2 kekurangan sejumlah f 12,40 + f 2,40 = f l4,80. Modal ke 3, ke 4, dan ke 5 kelebihan
sejumlah f 2,60 + f 4,60 + f 7,60 = f 14,80, dengan kenaikan modal buat mesin dari 80 ke

100
84 dan ke 90, maka naik pula kelebihan untung dari untung pukul rata f 2,60 ke f 4,60
dan ke f 7,60.

SI TOKE : Kalau begitu akan terus menerus modal dipendamkan ke dalam mesin
akhirnya tak ada lagi kapitalis yang mau memendamkan modalnya ke gaji buruh, ke
tenaga buruh. Tegasnya penghasilan kelak akan ditimbulkan oleh mesin semata-mata.
Tenaga manusia tak akan berguna lagi.

SI GODAM : Jangan terlampau cepat berlari, Kek. Dalam teorinya memang begitu.
Tetapi pemakaian mesin tentulah pula ada batasnya. Modal yang ditanam di mesin tak
bisa sampai ke f 100,-, ialah kesemuanya pokok f 100,-. Buruh akan tetap perlu buat
mengawasi mesin. Tak semua pekerjaan bisa dikuasai oleh mesin saja. Tetapi dalam
kenaikan terus menerus dalam lingkungan terbatas itu sebenarnyalah kenaikan modal-
mesin itu berarti kenaikan kelebihan untung dari “untung pukul rata”.

SI PACUL : Herannya pula “untung pukul rata” itulah yang penting buat masyarakat
kapitalis. Bukan keuntungan seorang kapitalis, tetapi untung pukul ratalah yang menjadi
pedoman.

SI GODAM : Tepat, Cul! Lihatlah saja modal ke 1, sebetulnya buat diri sendiri ialah buat
kebun kapas untung itu f 25,- Tetapi karena pukul ratanya cuma f 12,60, jadi kebun kapas
itu sebenarnya kehilangan f 12,40. Awas, Cul, Marx membedakan “Nilai-Lebih” dengan
“Untung” seorang kapitalis! Dan “untung pukul rata” kaum kapitalis seluruhnya! Di atas
tadi dimisalkan 5 modal itu kepunyaan seorang kapitalis saja. Akibatnya sama juga kalau
lima modal itu dipunyai oleh lima orang kapitalis. Yang lima kapitalis ini pun kalau
dipandang dari penjuru kepentingan kelas, adalah satu kamus, satu kelas.

SI TOKE : Jadi rupanya seorang kapitalis pada satu pihak bersatu kalau menghadapi
buruh. Sama-sama mereka itu menghisap buruh. Sama-sama pula mereka itu diukur oleh
untung pukul rata, ialah hasil persaingan satu sama lainnya kapitalis. Yang tinggi buat diri
sendiri turun kalau diukur dengan untung pukul rata dan yang rendah naik menerima sisa
sampai ke untung pukul rata. Inilah pula sebabnya tiaptiap kapitalis berlomba-lomba
menaikkan modal yang ditanam dalam mesin. Nah, sekarang mesin memperbanyak hasil.

101
Kalau hasil itu kebanyakan, maka harganya turun sampai merosot sama sekali. Kalau
sampai merosot begitu rendah, bukankah kapitalis tak bisa dapat untung lagi? Akhirnya
pabrik ditutup! Kaum pekerja dilepas berduyun- duyun. Ini namanya krisis bukan?

SI GODAM : Baiklah kita bicarakan pula perkara krisis itu di lain tempat!

II. Krisis

SI GODAM : Marx mempunyai perhitungan yang pasti pula tentang krisis itu. Dia
jalankan aliran KRISIS itu dengan angka. Tetapi aku sangsi apakah perhitungan itu bisa
diperlihatkan di sini.

SI TOKE : Kenapa pula tiada bisa, Dam?

SI GODAM : Sebelum Marx mengeluarkan itu sudahlah tentu ia lebih dahulu


memberikan bermacam-macam penerangan. Lagipula mempunyai bahasa sendiri dan
cara memeriksa sendiri. Kalau kita belum memahami filsafatnya Hegel, ialah Gurunya
Marx, susah kita mengikuti uraian Marx. Akhirnya saya sangsi, apakah saya masih ingat
seluruh perhitungan Marx tadi, karena sudah lama betul saya pelajari hal itu. Celakanya
lagi saya tak mempunyai buku karangan Marx sudah bertahun-tahun.

SI PACUL : Asal aliran pikirannya benar, Dam! Selama ini kami bisa mengikuti aliran
pikiran Marx yang kau bentangkan.

SI GODAM : Maaf kalau salah! Sebenarnyalah, di tengah-tengah perjuangan Surabaya


ini, di antara api, terbakar di kampung ini dan kampung itu, di antara tembakan dari pihak
musuh dan pihak kita, manakah kita bisa mencari, apalagi mempelajari teori krisisnya
Karl Marx.

SI PACUL : Seadanya saja, Dam!

102
SI GODAM : Marilah kita mulai. Semua yang berhubungan dengan perkakas
menghasilkan, ringkasnya mesin, ditaruh oleh Marx pada garis atas. Semua yang
berhubungan dengan pemakaian (konsumsi) dibubuhnya di garis bawah.

Modal gaji buruh Nilai-Lebih (modal


Mesin Modal mesin f 4.000,-
mesin f 1.000,- mesin) f 1.000,-

Modal (mesin) Modal Buruh Nilai-Lebih (modal


Pemakaian
pemakaian f 2.000,- (pemakaian) f 500,- pemakaian) f 500,-

Oleh Marx modal yang ditanam dalam “mesin” itu, baik buat pembikin mesin ataupun
pembikin barang pakai, dinamainya “kapital tetap atau constant capital”. Karena mesin
itu tak berubah nilainya selama dipekerjakan, selama menghasilkan. Modal yang ditanam
dalam tenaga itu dinamainya “kapital-berubah” atau variable capital. Karena seperti
sudah diterangkan di atas memang nilainya berubah selama dipekerjakan. Ingatlah kapas
yang dilayani “tenaga” itu yang mulanya berharga f 675,- menjadi benang yang berharga
f 750,-.

SI TOKE : Tetapi sudah kau bilang lebih dahulu, mesin itu luntur juga.

SI GODAM : Memang begitu, tetapi kalau dibandingkan dengan tempo bertahun-tahun.


Bukan kalau dibandingkan dengan masanya mesin bekerja.

SI PACUL : Terangkanlah perhitungan di atas!

SI GODAM : Lihatlah dahulu angka di baris kedua! Yang f 500,- buat tenaga, atau gaji
itu mesti seimbang dengan “Nilai-Lebih” f 500,- yang berupa kain, dan lainlain barang
yang dipakai. Itulah pertukaran antara buruh dan kapitalis. Mulanya si kapitalis
memindahkan modalnya kepada buruh berupa gaji. Tenaga buruh menukar modal tadi
menjadi barang-pakai. Kemudian barang-pakai itu dibeli pula oleh buruh buat dipakai.

SI TOKE : Pendeknya jumlah gaji buruh mesti cocok dengan jumlah harga barang. Kalau
barangnya berlebihan menjadi tertumpuk tak bisa dijual. Kalau kekurangan, maka kaum
buruh kekurangan pula, tak ada barang buat dibeli.

103
SI GODAM : Begitulah dalam garis besarnya. Diandaikan di sini dalam masyarakat itu
cuma ada dua golongan saja, ialah golongan buruh yang terbanyak dan golongan kapitalis
yang sedikit itu. Sekarang yang amat penting pula! Lihat f 2000,- di garis bawah f 2000,-
ini. Ialah modal yang ditanam pada mesin buat barang-pakai manusia (kain dan lain-lain).
Lihat pula di garis atas f 1000,- ialah modal buat gaji buruh mesin yang akan bertukar
rupa menjadi mesin dan “Nilai-Lebih” berupa mesin pula seharga f 1000,- Jumlahnya f
2000,- Sekarang mesin seharga f 2000,- di garis bawah mesti sama dengan jumlah gaji
dan “Nilai-Lebih”, jadinya f 1000,- + f 1000,- = f 2000,- (Gaji f 1000,- dan “Nilai-Lebih”
f 1000, itu keduanya menjadi berupa mesin). Seperti sudah dibilangkan lebih dahulu,
garis atas berhubungan dengan pembikinan mesin. Garis bawah berhubungan dengan
pembikinan barang-pakai. Mesin yang dibikin di atas mesti cocok harganya dengan
mesin yang dipakai buat pemakaian. Jika mesin itu dibikin terlampau banyak, maka
mesin itu kelebihan, menjadi bertumpuk-tumpuk, tak bisa dijual lagi. Mesin tambahan itu
menambah pula banyaknya hasil buat dipakai, kain dan lain-lain. Tertumpuk pulalah kain
dan sebagainya itu.

SI PACUL : Inilah namanya krisis. Si kapitalis terlampau banyak menanam modalnya di


mesin yang membikin mesin. Untung terlampau banyak mengalir ke kantong si kapitalis.
Dan untung yang berupa uang itu ditanam di pabrik ini dan pabrik itu, sampai hasil
melimpah. Timbullah krisis, banjirlah hasil.

SI GODAM : Tepat, Cul! Tetapi sebaliknya kalau modal mesin buat pemakaian, jadi
jumlah f 2000,- di atas kurang dari f 2000,00 maka hasil kurang. Rakyat pembeli
kehausan barang!

SI TOKE : Pendeknya harga mesin yang dibikin oleh Kapitalis- Mesin mesti sama
dengan banyaknya mesin yang perlu dipakai oleh Kapitalis-Barang-Pakai. Karena
barang-pakai ini terutama dibeli oleh kaum buruh maka hasil barang-pakai mesti cocok
dengan jumlah gaji, yakni jumlah uang pembeli barang-pakai tadi.

SI GODAM : Begitulah sebenarnya, Kek! Tetapi aku insyaf bahwa penerangan di atas
belum cukup. Memang seluk beluk uraian Marx tentang kapitalis itu tiadalah bisa

104
dimengerti begitu saja. Malah banyak orang terpelajar yang tak mengerti Das Kapital itu.
Barangkali penerangan yang lebih populer akan bisa menambah yang kurang. Janganlah
putus asa!

SI PACUL : Kasihlah juga penerangan yang populer, kalau penerangan di atas amat susah
dimengerti atau belum cukup, maka pada sesuatu kursus kami bisa memakai penerangan
yang populer itu.

SI GODAM : Paul Memberts, nama seorang ahli ekonomi, berkata: Hasil dan pemakaian
atau produksi dan konsumsi mesti seimbang. Memberts ini adalah seorang ahli ekonomi
borjuis. Tetapi dalam hakikatnya dia sama pahamnya dengan Marx, ahli ekonomi
proletar, yakni terhadap perkara krisis tadi.

SI TOKE : Cobalah beri satu simpulan tentangan wataknya KRISIS, Dam! Si godam :
Benar pula, Kek! Selama ini kita belum sampai ke sana. Memang perlu satu simpulan
yang pendek dan jitu. Aku ingat akan simpulan yang pendek jitu itu.

SI TOKE : Keluarkan, Dam!

SI GODAM : Krisis ialah keadaan yang merupakan serba kekurangan di satu kutub dan
serta kelebihan di kutub yang lain.

SI TOKE : Memang di pihak yang banyak orangnya serba kekurangan. Sedangkan di


pihak yang sedikit orangnya serba kelebihan. Ialah kelebihan mesin, auto, pakaian,
makanan dan lain-lain.

SI GODAM : Ada pula beberapa simpulan dari pihak sosialis yang terkemuka di Jerman
yakni Hilferding. Sosialis ini menulis satu buku yang masyhur sekali di kalangan kaum
sosialis. Nama buku itu ialah Finanz Kapital. Hilferding pernah menjadi menteri di
Jerman.

SI PACUL : Manakah simpulan Hilferding itu?

105
SI GODAM : Barangkali Denmas atau Mr. Apal bisa memberikannya. Aku bisa mengaso
sebentar.

MR. APAL : Kalau saya tak salah Hilferding memberikan tiga simpulan penting
berhubungan dengan krisis tadi. Saya terpaksa mengutip di luar kepala. Maksudnya kira-
kira begini :

l. Lebih besar dan lebih cepat mesin itu dibutuhkan demi lebih besarnya permintaan
(demand). Yang bertambah besar buat baja umpamanya, membutuhkan mesin penimpa
baja yang lebih kuat dan lebih cepat. Tetapi mesin yang senantiasa bertambah besar itu
lebih susah mencocokkan dirinya dengan permintaan dari pabrik di zaman manufaktur,
pertukangan. Artinya itu hasil baja lebih besar daripada permintaan baja. Demikianlah
baja melimpah! Ingatlah apa yang diterangkan oleh Godam tadi perkara harus seimbang
jumlah harga f 2000,- di garis bawah.

2. Jurang di antara apa yang seharusnya dipakai oleh kaum buruh dengan apa yang
mereka bisa pakai, semakin hari semakin bertambah besar. Karena jumlah gaji buruh
yang sebenarnya sehari demi sehari berkurang- kurang dan hasil barang sehari demi
sehari bertambah- tambah, maka kekuatan buruh itu membeli tiadalah seimbang dengan
naiknya banyak barang. Ingatlah apa yang diuraikan oleh Godam perkara usaha kaum
kapitalis mengurangkan jam kerja buat menebus upahnya! Dalam contoh yang diberikan
tadi ialah dari 6 jam ke 5 jam.

3. Produksi itu tidak saja senantiasa bertambah maju kuatnya, efisiensinya, tetapi juga
bertambah sulit. Paman kita di Kalimantan umpamanya kalau perlu makanan, dia
menengok saja ke sana-sini. Kalau terlihat ular, dengan tangan saja dia tangkap ular itu
masukan ke mulut. Tetapi sebelumnya roti sampai ke mulut banyak tingkat yang mesti
dilalui. Supaya jangan ada krisis, tiap-tiap tingkat itu mesti memenuhi syarat. Tidak saja
si tukang roti mesti mengadakan roti tak kelebihan dan tak kekurangan buat para
pemakan. Tetapi juga pabrik batu tembok tak boleh mengurangi atau melebihi batu
temboknya buat pabrik roti. Tak pula boleh melebihi atau mengurangi perkakas dan
mesin buat pabrik roti tadi.

106
Jadinya hasil tambang tanah liat dan tanah besi mesti tak lebih dan tak kurang dari yang
dibutuhkan oleh pabrik batu tembok dan pabrik besi atau baja. Hasil pabrik besibaja tak
pula boleh lebih atau kurang dari yang dibutuhkan oleh pabrik pembikin perkakas
memasak roti. Hasil pabrik batu tembok dan pabrik pembikin perkakas memasak roti tak
pula boleh lebih atau kurang dari kebutuhan pabrik roti sendiri. Pabrik roti akhirnya mesti
mencukupi tak boleh mengurangi atau melebihi keperluan pemakan roti.

SI PACUL : Mana seimbangan itu bisa diperoleh, kalau begitu banyak kapitalis tambang
tanah liat dan tanah besi. Begitu banyak pula majikan pabrik batu tembok dan pabrik besi
dan baja. 1001 pula banyaknya dan perhitungannya kapitalis pabrik membikin perkakas
memasak roti. Akhirnya berapa pula persaingan, konkurensi di antara pabrik roti di tiap-
tiap kota. Satu sama lain para kapitalis pada bermacam- macam tingkat dari tambang
tanah liat atau besi sampai ke roti sebagai hasil akhirnya tak berunding atau menghitung
hasil dan pemakaian lebih dahulu. Mereka berlomba- lomba mendapatkan dan memakai
perkakas yang sebaik- baiknya, supaya bisa menjual semurah-murahnya dan mendapat
untung sebesar-besarnya!

SI GODAM : Tepat, Cul! Itu namanya anarkisme dalam produksi, Cul. Memang engkau
ahli mamah dan tukang sekali dalam hal melaksanakan suatu paham! Tetapi engkau
sekarang agak terlampau lewat melompat. Tiga simpulan Hilferding yang dimajukan oleh
Mr. Apal tadi memang cukup buat penjelasan perhitungan Marx. Tetapi barangkali
Denmas, yang selama ini diam-diam saja barangkali ada pula punya pelor buat
ditembakkan menuju penghasilan secara kapitalis itu.

DENMAS : Memang aku sudah sediakan pelor itu. Sebenarnya pelor itu datangnya dari
pihak kaum borjuis pula. Sudahkah saudara sekalian mendengar satu aliran di Amerika
bernama “teknokrasi”?

SI TOKE : Sudah! Seorang terkemuka sekali dalam aliran itu ialah seorang profesor dari
Columbia University bernama Hesley. Aliran itu timbul di masa krisis yang hebat sekali
di Amerika, negara kapitalisme terbesar dan katanya paling makmur itu. Kaum
“teknokrat” tak percaya pada sistem parlementer. Mereka berpendapat bahwa kaum

107
tekniklah yang berhak mengurus Negara. Karena kaum tekniklah yang
menyelenggarakan produksi. Sebab itulah aliran itu mereka namai “teknokrasi”.
Almarhum Presiden Roosvelt ialah seorang penganut teknokrasi yang mencoba
melaksanakan aliran itu. Tetapi, Denmas, apakah paham kaum teknokrasi tentang krisis?

DENMAS : Dalam hakikatnya mereka membenarkan simpulan Marx dalam garis


besarnya. Mereka mengakui penuh bahwa mesin dan hasil barang-pakai pada pihak
kapitalis dari hari ke hari bertambah-tambah saja. Tetapi kemajuan hasil tak berbanding
dengan kekuatan si pembeli. Kata mereka kaum teknokrat tadi, kalau dibandingkan
dengan majunya hasil, maka kurang kian berkuranglah banyaknya kaum buruh yang
menerima gaji sepadan dengan takaran hidup dalam masyarakat Amerika. Maksud
mereka adalah hasil bertambah banyak tetapi pembeli bertambah kurang. Si kaya
bertambah kaya, si miskin bertambah miskin.

SI GODAM : Rasanya sudah cukup penjelasan KRISIS itu dari segala pihak: dari pihak
Marxis ialah dari Marx sendiri, pihak sosialis, dan pihak borjuis. Semuanya mufakat
mengatakan bahwa krisis timbul disebabkan oleh gangguan seimbangnya produksi dan
konsumsi, penghasilan dan pemakaian. Keuanganpun bisa menimbulkan atau
memperhebat krisis, tetapi akan terlampau panjang kalau perkara ini diusik-usik pula.
Baiklah saya tanya, apakah saudara sekalian ingin mendengarkan beberapa simpulan dari
Maha Guru, sahabat dan teman sepembangunan Marx sendiri? Dari Frederich Engels,
yang selalu setia dengan teman seperjuangannya, Marx, selalu tepat-jitu dalam
simpulannya dan gampang pula dimengerti.

SI PACUL : Tentu, Dam! Otakku masih kuat menerimanya! Aku tak akan meminta
saudara sekalian mengheningkan cipta buat menghormat Maha-Guru kita Engels. Aku
cuma minta beberapa simpulan Engels yang berhubungan dengan krisis.

SI GODAM : Dalam Dasar Komunisme Engels kira-kira:

l. Alat menghasilkan yang luar biasa (mesin) kita peroleh dari kapitalisme. Tetapi
kapitalisme pulalah yang menimbulkan pertentangan di antara produksi dan konsumsi, di
antara penghasilan dan pemakaian.

108
2. Untuk kemajuan alat (mesin) menghasilkan perlulah pula dinaikkan hasil. Kenaikan
hasil ini tidak mempedulikan para penghasil dan para pemakai hasil itu. (Jadi maksud
Engels, kalau ada seorang kapitalis mendapatkan mesin baru, maka dia naikkan saja
hasilnya dengan mesin baru itu. Dia tiada mempedulikan apakah hasilnya sendiri
ditambah hasil para kapitalis lain melebihi keperluan pemakai. Juga tiada dia pikirkan
apakah hasilnya yang banyak dan murah itu membunuh perusahaan para kapitalis
temannya).

3. Entah dapat atau tidaknya pasar, mesin raksasa zaman sekarang mesti meneruskan
produksi buat menghindarkan kelunturan mesin (Di masa sekarang, memang diakui
sungguh ahli ahli ekonomi dan teknik, bahwa mesin yang telantar itu amat merugikan
kalau dipandang dari pihak kelunturan saja).

SI PACUL : Habislah pembicaraan kita ini tentang krisis kalau Mr. Apal mau
membentangkan bagaimana lakonnya Krisis itu.

MR. APAL : Baik saya pendekan saja.

l. Barang melimpah, sebab itu harganya turun dan untung merosot.

2. Pabrik terpaksa ditutup sebab tak menguntungkan lagi. Penganggur memuncak.

3. Kaum saudagar juga memperhentikan berdagang.

4. Para pemegang saham, yang sudah merosot kurs sahamnya berebut-rebut menjual
sahamnya, dari industri berat dan ringan.

5. Para bankir menuntut piutangnya.

SI GODAM : Krisis itu dahulu terjadi sekali 10 tahun. Tetapi sekarang bertambah cepat
dan bertambah hebat lagi. Bukankah pula mesin itu setahun demi setahun bertambah
kuatcepat? Sepadan dengan itu putaran (cycle) KRISIS itu bertambah cepat pula.

III. Produksi Anarkis

109
DENMAS : Kalau kulihat sepintas lalu, mesin itu “celaka 13” buat masyarakat manusia.
Kuakui penuh bahwa mesin itu banyak membawa kemajuan. Banyak sekali, tak perlu
kusebutkan semuanya. Ingatlah saja kelaparan di satu daerah terpencil dan kurus
tanahnya bisa ditolong dengan cepat. Karena kapal atau kereta api dengan segera bisa
mengangkut makanan dan obat ke tempat yang ditimpa marabahaya. Persatuan dari
beberapa bangsa yang dulunya tak kenal- mengenal satu sama lain atau bermusuh-
musuhan bisa ditimbulkan atau ditambah-tambah. Tetapi bukankah pula majunya mesin
mempercepat datangnya dan memperdalam hebatnya KRISIS? Selain dari itu
memperbanyak korban manusia dalam peperangan? Perhatikan sajalah akibat bom atom
dan mortir, bom dan peluru Inggris di kota Surabaya kita ini. Tidakkah lebih aman
masyarakat berdasarkan tenaga belaka? Bukankah pula menurut angka-angka Marx tadi
modal f 50,00 ditaruhkan pada modal-tetap untungnya lebih besar daripada modal f 90,00
modal tetapnya? Yang pertama mendapat untung f 25,00, yang kedua cuma f 5,00 kalau
persennya sama-sama 50% dan jumlah modal f 100,00.

MR. APAL : Sekarang Denmas, baiklah saya yang menjawab. Tak kusangka engkau
makan dalam begitu! Memang “tenang itu menghancurkan” kata pepatah Indonesia.
Rupanya, Denmas, engkau masih terpaut oleh feodalisme!

DENMAS : Oh, jangan begitu, Pal!

MR. APAL : Kalau sebelum David Ricardo, ahli ekonomi Inggris itu, engkau berkata
begitu, memang cocok dengan zaman seperti Ningrat. Engkau akan pertahankan mati-
matian sistem memakai tenaga di bidang pertanian, karena persen untungmu sebagai
kapitalis-tanah-perseorangan yang memakai tenaga memang lebih tinggi dari persen
kaum industrialis yang memakai mesin, maka engkau akan meminta perlindungan dan
hak luar-biasa pada Negara. Engkau akan menjadi orang yang berhak luar biasa! Dalam
bahasa awak namanya ini Ningrat!

DENMAS : Ke mana aku kau bawa, Pal?

MR. APAL : Lihatlah kembali perhitungan Marx! Bukankah keuntungan bertinggi


berendah itu di pasar persaingan dipukul rata? Yang tinggi direndahkan dan yang rendah

110
ditinggikan? Di pasar “merdeka” (pasar bebas) —yakni merdeka buat kaum borjuis—
persaingan itu mesti berlaku atas semua modal. Baikpun untungnya modal pabrik si
industrialis ataupun untungnya modal Ningrat, yang ditanamnya di tanah itu mesti
“dipukul” sampai rata. Yang lari ke parlemen itu ialah mereka yang tak mau dipukul-
ratakan. Mereka memakai undang-undang istimewa buat melindungi dirinya. Dalam
politik itu namanya kekolotan, konservatif.

DENMAS : Kekolotan?

MR. APAL : Memang kaum ningrat tulen itu kolot, mau memegang yang lama. Dalam
dunia politik itu berarti meminta perlindungan, meminta hak istimewa. Dalam pertanian,
itu berarti memakai tenaga saja atau perkakas yang dijalankan oleh tenaga saja, pacul
umpamanya, oleh budak atau setengah budak.

DENMAS : Lho! Kenapa sampai begitu, Pal!

SI PACUL : Memang pacul itu —bukan aku, lho!—lebih murah harganya dari traktor!
Jadi bukankah nyata modal yang ditanam pada perkakas (pacul) itu lebih rendah
persennya dari yang ditanam pada traktor?

DENMAS : Ya, tetapi.............

SI TOKE : Tetapi apalagi, Denmas? Aku pun sudah mengerti betul bahwa negara
berdasarkan perkakas dijalankan dengan tenaga itu kolot, kaum ningratnya takut sama
mesin. Tetapi bukankah itu mengenai pahammu yang pertama?

DENMAS : Paham yang mana pula, Kek?

SI TOKE : Engkau memuji mesin, karena mesin bisa menolong bahaya kelaparan dengan
cepat. Tetapi bisakah kelaparan di Bojonegoro umpamanya ditolong kalau seperti di
zaman Ken Arok padi itu mesti dipikul dari Indramayu oleh manusia atau oleh kerbau?
Apakah kerisnya Ken Arok saja bisa melawan tank baja atau kapal terbangnya Inggris?

111
DENMAS : Dalam semua hal ini aku mengalah. Tetapi aku tidak kolot, lho! Dan aku mau
tanya, apa baiknya mesin yang membawa penyakit krisis tiap-tiap 10 tahun malah kurang
dari itu?

SI GODAM : Rupanya Denmas mau memegang terus pendiriannya walaupun sudah ke


pinggir jurang.

DENMAS : Wah, ini hari rupanya panas sekali buat aku. Mulanya Mr. Apal, kemudian
Toke, sekarang engkau Dam yang mendorong aku. Baiklah, kalau kau bisa kalahkan aku
dalam perkara terakhir ini, aku akan bertekuk lutut. Kuulang lagi: apa baiknya mesin
yang membawa krisis tiap-tiap 10 tahun, malah kurang dari waktu yang sebegitu?

SI GODAM : Ini pertanyaan memang tak bisa dijawab dengan satu atau dua kalimat saja.
Aku mesti sedikit memberi penerangan.

DENMAS : Itulah yang saya kehendaki, Dam.

SI GODAM : Sendirinya mesin itu adalah satu BAHAGIA buat masyarakat manusia.
Tetapi ditaruh dan dipakai dalam suasana kapitalisme, maka mesin itu memperlihatkan
keburukannya. Ditilik dari penjuru politik dan sosial, maka dasarnya masyarakat borjuis,
yang sedemokratis-demokratisnya pun ialah perseorangan, “individualisme”.
Dihubungkan dengan perekonomian, maka ini berarti “hak milik perseorangan”.
Seterusnya penghasilan perseorangan. Kalau dihubungkan pula dengan kemerdekaan,
maka dalam perekonomian, si borjuis menuntut “kemerdekaan” buruh menjual tenaga,
kemerdekaan seseorang majikan mengatur gaji, kemerdekaan memilih membeli barang di
pasar yang merdeka pula.

SI PACUL : Memang dunia demokratis borjuis itu penuh, penuh dengan suara
kemerdekaan di samping perseorangan. Kalau begitu tiap-tiap kapitalis berlomba-lomba
pula-mencari “untung” semau-maunya dengan tiada mempedulikan nasib si buruh atau
kebutuhan ramai atas hasil. Mereka itu berlomba-lomba masing-masing menghasilkan
dengan tiada menghitung keperluan masyarakat seluruhnya dan berhubung dengan ini
tidak berembuk lebih dahulu dengan teman-temannya.

112
SI GODAM : Paling tepat, Cul. Yang kaubilang paling belakang ini namanya Produksi
Anarkis. Anehnya pula Sang Borjuis mempunyai kaum cerdas, ada yang namanya
profesor dalam ekonomi yang mempertahankan sistem yang lapuk menyolok mata itu.
Akan terlampau panjang kalau di sini saya mesti membentangkan dan membantah semua
“dalil” ilmu ekonomi mereka itu.

SI PACUL : Coba sebutkan tiangnya saja ilmu ekonomi mereka itu!

SI GODAM : Menurut mereka, hasrat mencari untung itu (profit motive) menghasilkan
dengan merdeka secara anarkis-persaingan, kemerdekaan dan biar-membiarkan (laissez-
faire istilahnya). Semua inilah yang sebenarnya menimbulkan yang dituju, yakni
kemakmuran bersama.

SI PACUL : Apa yang dimaksudkan dengan kemakmuran bersama itu?

SI GODAM : “Hasil banyak dan harga murah.”

SI PACUL : Adakah bahagia lain selain kemakmuran bersama itu?

SI GODAM : Ada! Pertama kemenangan mereka yang cakap. Dalam bahasa Charles
Darwin ialah “the survival of the fittest”. Kedua, penemuan baru (invention). Ketiga
bahwa kemakmuran tiap-tiap orang menjamin kemakmuran bersama. Maksudnya, kalau
tiap-tiap orang menjaga kemakmurannya sendiri, maka masyarakat seluruhnya akan
sendirinya terjaga kemakmurannya.

SI PACUL : Tetapi apa gunanya “barang banyak dan murah” kalau kaum buruh itu tak
bisa beli lagi? Bukankah kalau barang kelak terlampau banyak dan terlampau murah, si
majikan tak beruntung lagi dan pabriknya ditutup? Dengan begitu kaum buruh
menganggur, tak cakap membeli apaapa lagi? Akibatnya ialah barang banyak tadi
dibuang saja. Masihkah ingat gandum di Amerika yang dibutuhkan oleh kaum buruh
miskin itu dibuang ke laut atau dibakar dalam ketel lokomotif karena melimpah? Apakah
yang terjadi dengan minyak tanah di Indonesia di zaman krisis?

113
SI GODAM : Katanya pula “hasrat” keuntungan itu memberi kemenangan pada yang
cakap. Tetapi yang sebenarnya cakap itu cuma satu dua orang saja. Biasanya yang
digelari cakap itu ialah anak orang kaya yang mempusakai harta bapaknya atau tamat
sekolah tinggi karena bapaknya mampu membayar. Banyak pula di antara yang tak cakap
namanya atau buta huruf itu ialah karena tak mempunyai apa-apa dan tak mampu
membayar ongkos sekolah.

SI PACUL : Perkara bahagianya kapitalisme, yaitu kemakmuran tiap-tiap orang itu


menjamin kemakmuran bersama aku sudah lihat kebohongannya. Ini memang benar
dalam suasana kapitalisnie. Yaitu kalau tiap-tiap orang mendapat kesempatan buat maju.
Dalam hal ini memang kemakmuran tiap-tiap orang akan menjamin kemakmuran
bersama, yaitu kalau tiap-tiap anak diberi kesempatan masuk sekolah yang cocok dengan
wataknya. Dan tiap-tiap orang boleh mengerjakan pekerjaan yang cocok dengan
kecakapannya dan keperluan masyarakat seluruhnya. Dengan begitu memang hasil akan
berlipat ganda dan bermanfaat buat tiap-tiap orang yang kerja.

MR. APAL : Sang Profesor Borjuis juga pintar. Ditaruhnya kesalahan itu di pihak buruh.
Katanya kalau Pakbon (serikat buruh) tidak menuntut tambah gaji, maka undang-undang
alam akan berjalan sendirinya dalam ekonomi, kemakmuran tiap-tiap orang akan terjaga.

SI GODAM : Kalau dibiarkan si kapitalis bertindak semau-maunya hidup buruh akan


terdesak kembali ke hidup hewan atau setengah hewan seperti di masa Revolusi Industri
Inggris. Baca sajalah Das Kapital karangan Marx dan buku karangan Engels tentang
keadaan buruh di Inggris di masa itu. Pakbon itu adalah senjata buruh buat membela
nasibnya terhadap para majikan yang bersatu dan dilindungi pula oleh undang-undang,
polisi, dan kehakiman Negara, dan yang selalu berniat merendahkan gaji buruh dan
menambah lamanya kerja.

MR. APAL : Kata profesor itu pula: Apa salahnya terus-menerus si kapitalis
menghasilkan mesin buat membikin barang-pakai. Dengan begitu harga barang itu
senantiasa turun. Semua orang bisa membeli.

114
SI GODAM : Pembagian hasil itu tak seimbang. Kebanyakan hasil pergi ke kaum
kapitalis. Kalau terlampau banyak pergi ke si kapitalis dan sedikit pergi ke kaum buruh,
dengan apakah kaum buruh beli hasil yang melimpah itu? Bukankah ini asalnya krisis?
Ialah disebabkan pembagian hasil tak seimbang. Bagian si kapitalis yang berupa untung
itu ditanam pada modal membikin barang-pakai dan ditanam terus-menerus. Tetapi
dengan apa dibeli kalau bagian kaum buruh cuma sedikit, kian sedikit?

MR. APAL : Akhirnya kata si profesor: Kalau gaji buruh itu rendah, ongkos rendah pula.
Dengan begitu jualan rendah pula!

SI GODAM : Rupanya begitu! Tetapi jualan itu tiada semata-mata bergantung kepada
ongkos saja. Bagaimanakah kalau kaum kapitalis kumpulan, monopoli namanya? Dengan
monopoli itu dia bisa tetapkan jualan semau-maunya saja!

SI PACUL : Umpamanya kita monopoli kina atau timah di dunia ini, kalau seandainya
kita tawarkan timah f 1000,00 sepikul, atau kina f 100,00 sebiji bagaimana! Saya pikir
bangsa Indonesia tak mempunyai darah monopolis itu!

DENMAS : Kalau kita kuat di laut, di darat, dan di udara, tentu negara lain mesti beli!

SI GODAM : Itulah dia! Karena monopoli itu tahu bahwa dia menguasai produksi suatu
barang, maka dia kuasai pula harga barang itu. Dia coba mencari untung yang sebesar-
besarnya. Untung itu paling besar kalau banyak barang disusutkan, jadi harganya bisa
dinaikkan.

SI PACUL : Terangkan dulu, Dam!

SI GODAM : Oleh karena intan dan mas itu sedikit sekali ada di dunia ini dan susah pula
mengerjakannya, maka harganya tinggi sekali. Selama air itu mengalir dari sumbernya
terusmenerus, maka air itu di tempat itu hampir tak ada harganya. Tetapi alangkah
tingginya harga air di gurun pasir. Ringkasnya politik monopoli ialah “hasil sedikit harga
mahal”. Bertentangan dengan dalil profesornya yang mengatakan, bahwa cara

115
penghasilan kapitalisme itu, dengan tujuan “mencari untung” ialah: “hasil banyak dan
harga murah”.

SI PACUL : Sekarang rasanya kita sudah cukup jauh membicarakan apa yang kau
sebutkan “Produksi Anarkis” itu, yakni: menghasilkan semau-maunya saja dengan tak
ada perundingan dan perhitungan lebih dahulu satu sama lainnya. Jadi kulihat akibatnya
“Produksi Anarkis” itu ialah PERSAINGAN hebat antara kapitalis dan kapitalis dalam
satu negara.

MR. APAL : Selanjutnya ialah persaingan satu negara kapitalis dengan negara kapitalis
yang lain. Tiap-tiap negara kapitalis berlomba-lomba menanam modal di negara yang
lemah, memonopoli bahan di negeri lemah itu buat perindustrian Negara Induk dan
monopoli pasar negara lemah buat penjualan barang industri Negara Induk.

SI GODAM : Perlombaan itulah yang dinamai imperialisme. Perlombaan imperialisme


ini berakhir pada perang imperialisme, peperangan merebut jajahan buat dijadikan pasar
bahan dan barang pabrik serta buat menanam modal.

SI PACUL : Memang kalau begitu produksi anarkis itu berakhir pada peperangan
imperialisme. Tetapi dengan majunya monopoli, bukanlah perseorangan itu atau
menghasilkan dan menjual semau-maunya seseorang anggota monopoli itu sendirinya
terhenti? Bukankah aturan yang diikut oleh seseorang anggota monopoli itu: satu buat
semua dan semua buat satu?

SI GODAM : Tepat, Cul! Pintar lu Cul! Memang dalam dirinya sendiri satu monopoli itu,
anggotanya kerja bersama satu dengan yang lain. Tetapi perjuangan yang lebih hebat
terjadi pula di antara satu monopoli dengan monopoli lain. Dalam satu negara seperti
Amerika, satu monopoli yang berbentuk trust berjuang dengan trust lain dalam negara itu
buat merebut pasar dalam negeri. Di antara negara dan negara berjuang pula satu Trust
Raksasa lain. Begitulah kita kenal di sini perjuangan Kongsi Minyak Amerika Standard
Oil dengan Gabungan Kongsi Minyak Belanda-Inggris, yakni Royal Dutch atau B.P.M.
buat monopoli pasar di Indonesia ini.

116
SI PACUL : Kalau begitu produksi anarkisme itu berlaku dalam suasana yang lebih hebat
lagi. Ringkasnya pada Kapitalisme itu melekat perseorangan, penghasilan anarkis,
imperialisme, dan perang ...... buat mencari keuntungan.

IV. Rencana Ekonomi

SI GODAM : Sebenarnya aku mau pakai sebagai pokok perkara ini istilah Ekonomi
Terkendali, bukan Rencana Ekonomi.

SI TOKE : Apa bedanya, Dam?

SI GODAM : Istilah Terkendali itu mau kupertentangkan dengan Anarkis yang berarti
semau-maunya, jadi “tidak” terkendali. Tetapi sebab istilah Rencana Ekonomi ini
sekarang sudah lazim dipakai, maka akupun turut memakainya. Tetapi janganlah
dilupakan bahwa yang kumaksudkan dengan Rencana Ekonomi itu ialah Ekonomi yang
dijalankan menurut rencana.

SI PACUL : Baik juga lebih dahulu kau jelaskan, Dam, apakah maknanya Ekonomi.
Sampai sekarang buat aku perkataan Ekonomi masih kabur. Seboleh-bolehnya kau pakai
sedikit perkataan saja.

SI GODAM : Ekonomi itu berurusan dengan produksi dan distribusi.

SI TOKE : Jitu, tepat, Dam, itulah yang terutama.

MR. APAL : Buku profesor borjuis menarik-narik lain perkataan lagi, seperti
pengangkutan dan keuangan. Tetapi memang yang menjadi pokok perkaranya produksi
dan distribusi itulah!

SI PACUL : Jadi tegasnya Rencana Ekonomi ialah usaha mengatur produksi dan
distribusi. Atau dalam bahasa awak ialah: Usaha mengatur penghasilan dan pembagian
hasil buat Negara. Dalam dunia Kapitalisme Ekonomi itu, penghasilan dan pembagian itu

117
tak diatur, liar. Dalam masyarakat kapitalisme maka manusia itulah yang dikendalikan
oleh ekonomi. Bukannya ekonomi itu yang dikendalikan oleh manusia.

DENMAS : Engkau ini rupa-rupanya darah ahli filsafat pula, Cul!

SI GODAM : Aku sudah bilang, pikirannya Pacul segar bugar seperti buah jeruk di
desanya.

SI PACUL : Wah, bukan main!

SI TOKE : Sebelum melanjutkan percakapan kita ini, saya mau bertanya apakah yang
mengacaukan perhitungan para kapitalis pada suatu KRISIS? Tentulah si kapitalis juga
tidak sama sekali menerima pasif saja dalam usaha mencocokan hasil dengan pemakaian,
produksi dengan konsumsi.

MR. APAL : Memang, Kek, mereka para kapitalis ada memakai perhitungan juga. Tetapi
celaka 13, karena yang punya perusahaan itu banyak sekali orangnya dan berlain-lain
pula kemauannya. Kata pepatah: Kepalanya saja sama berambut, tetapi pendapatnya
berlain-lain. Lagipula menurut paham Sang Profesor tiap-tiap pembeli itu adalah satu
mahluk yang “ekonomis”. Makna kasarnya ialah satu makhluk yang selalu bisa memilih
apa yang patut dibeli menurut kekuatan membelinya dan apa yang tidak. Selalu si
pembeli itu katanya bisa menghitung berapa dia bisa membelanjakan buat makanan atau
barang yang terpenting itu. Buat pakaian dan lain-lain barang yang kurang penting itu.
Buat kaus kaki ialah kemewahan sederhana. Buat palmbeach ialah kemewahan sedang.
Buat auto sedan ialah kemewahan tuan besar. Dalam hal makanan pun beberapa
tingkatnya pula keinginan itu. Bandingkan sajalah keinginan dan pembelanjaan uang buat
nasi sama lombok, nasi sama perkedel, nasi sama corned-beef atau sardin. Nah, menurut
Sang Profesor, si pembeli, sebagai mahluk yang ekonomis tahu benar menyelenggarakan
belanjanya. Dengan begitu konsumsi itu bisa diketahui lebih dahulu. Tetapi dalam
praktiknya si pembelanja itu sama anarkisnya dalam berbelanja dengan si kapitalis yang
menghasilkan. Si pembelanja tak berembuk lebih dahulu dengan teman-temannya. Begitu
pula si kapitalis mengurus hasil menurut perhitungan sendiri-sendiri saja.

118
SI PACUL : Jadi kalau begitu aku sekarang bisa menyimpulkan maksudnya Ekonomi
Teratur atau Rencana Ekonomi itu.

DENMAS : Tampillah ke muka, Cul!

SI PACUL : Rencana Ekonomi ialah usaha merencanakan penghasilan, pembagian hasil,


dan gaji. Kalau gaji tak direncanakan lebih dahulu bagaimana ahli rencana mencocokan
dengan hasil. Lebih dahulu jumlah gaji sekalian buruh mestinya dicocokan dengan
jumlah hasil. Satu liter beras hasil diadukan dehgan 5 sen gaji. Satu kilo kain hasil
dicocokan pula dengan 15 sen, dsb. Kalau jumlah hasil dan jumlah gaji sudah cocok
dalam perhitungan dalam rencana, barulah rencana tadi dipraktikkan.

SI TOKE : Bukankah perkara Hak-Milik dipecahkan lebih dahulu? Bagaimana bisa


diadakan rencana sebelum semua pabrik, bengkel, tambang, kebun dan sebagainya lebih
dahulu dikumpulkan?

SI GODAM : Memangnya semua mata pencaharian lebih dahulu seharusnya dijadikan


harta bersama. Bolehkah saya pakai istilah saya sendiri buat menggambarkan usaha
semacam itu?

MR. APAL : Kalau memang tepat-pendek, apa salahnya, Dam! Apakah istilah yang
hendak kau pakai itu?

SI GODAM : Menyita dan memakai mata-pencaharian itu buat masyarakat, saya mau
pendekan saja dengan istilah: memasyarakatkan.

DENMAS : Kalau begitu bukan saja mata-pencaharian, atau alatpenghasil yang mesti
dimasyarakatkan lagi. Kehidupan sosial sendiri, bukankah mesti dimasyarakatkan pula.
Bagaimana bisa diadakan rencana kalau tiap-tiap pembeli dan penghasil masih berdiri
atas perseorangan?

SI GODAM : Tepat, Denmas. Jadi simpulan Sang Pacul tadi baik kita sempurnakan saja
begini...

119
SI PACUL : Kenapa pula “Sang”, Dam? Bukankah Pacul saja sudah cukup? Tetapi aku
tak akan ambil pusing sama gelaran yang dalam wayang diberikan pada Arjuna itu.
Berilah saja simpulan yang sempurna buat Rencana Ekonomi itu.

SI GODAM : Rencana Ekonomi ialah daya-upaya memasyarakatkan Alat-Penghasil,


Penghasilan, Pembagian Hasil, Gaji, dan Hidup Sosial.

SI TOKE : Jadi lima perkara ada terkandung di dalamnya.

DENMAS : Tepatlah kurasa penetapan Godam tentang Rencana Ekonomi itu! Tetapi aku
mau tahu pula, bagaimanakah hubungan Negara dengan suatu Rencana itu.

MR. APAL : Memang Rencana Ekonomi itu sudah dijalankan di negara komunis, ialah
Rusland. Kemudian di negara fasis, ialah Jerman dan Italia, pun di negara demokratis,
seperti Amerika. Ekonomi Anarkis itu dicoba ditukar dengar Ekonomi (sedikit) Teratur,
ialah dengan NEW DEAL-nya Roosevelt. Berhubung dengan derajat pemusatan
kekuasaan di negara yang demokratis dan tidak demokratis, maka pemusatan kekuasaan
buat mengukur ekonomi adalah bertinggi rendah pula. Di negara komunis semua mata
pencaharian disita oleh Negara. Di Amerika dan negara fasis hak milik diakui terus.

SI PACUL : Terangkan bagaimana tinggi rendahnya kekuasaan mengatur Rencana itu?

MR. APAL : Di Negara Amerika Serikat itu pada lahirnya, ialah menurut undang-undang,
maka hak dan kekuasaan itu memang dibagi-bagi: Pertama antara rakyat dan pemerintah,
kedua antara tiga badan pemerintah, ialah kekuasaan membikin Undang-undang,
menjalankan Undang-undang dan Pengawasan Undang-undang. Ketiga di antara masing-
masing Staat (negara bagian) dan Amerika Serikat.

SI TOKE : Jadi di Amerika, kekuasaan itu tidak begitu terpusat pada pemerintah.
Sebagian juga ada di tangan rakyat, terutama di tangan para hartawan.

MR. APAL : Begitulah dia! Itulah sebabnya maka di Amerika, pemerintah itu tak berani
campur tangan langsung ke dalan urusan Rencana Ekonomi di sana. Para Kapitalis
menerima usul Pemerintah Roosevelt, tetapi mereka kapitalislah yang mempraktikkan

120
ekonomi itu. Simpulan Godam di atas tak berlaku buat Amerika. Di masyarakat fasis,
kekuasaan itu terpaut pada pemerintahnya borjuis kecil. Pemerintah fasis memaksa kaum
kapitalis menjalankan rencana yang dibikin oleh Pemerintah secara fasis. Di masyarakat
fasis simpulan Godam di atas sedikit lebih berlaku daripada di Amerika. Di masyarakat
sosialis, ialah Rusia, pemasyarakatan Alat Penghasil, Penghasilan, Pembagian Hasil,
Gaji, dan Hidup Sosial memang cocok dengan yang dimaksudkan oleh Godam tadi.

SI TOKE : Baik juga Dam, kau uraikan serba sedikit Rencana Ekonomi di Negara
Demokratis, Negara Fasis, dan Negara Komunis tadi.

A. NEW DEAL

SI GODAM : Baik kita tentukan lebih dahulu dalam suasana mana lahirnya NEW DEAL
itu.

MR. APAL : Pada tahun 1929 Kapitalisme Dunia sampai pula ke puncak musim
BAHAGIA-nya. Kita masih ingat bahwa dari masa penghabisan Perang Dunia ke I
sampai kira-kira tahun 1923 Kapitalis Dunia menarik-narik napas. Dari tahun 1923 roda
kapitalisme mulai berputar kencang kian kencang sampai ke tahun 1929. Sesudahnya
tahun 1929 timbul lagi musim kemarau ialah KRISIS yang paling hebat buat Kapitalisme
Dunia. Amerika Negara yang memiliki hampir 100% mas dunia, menghasilkan barang
penting seperti besi baja mesin, minyak tanah, auto, gandum, rata-rata lebih dari 60%
jumlah produksi seluruh dunia dan berpiutang kepada seluruh dunia tiadalah luput dari

121
krisis. Sebelas juta buruh berkeliaran di jalan raya Amerika. Kalau seandainya tiap-tiap
buruh mempunyai satu istri dan satu anak saja, maka lebih kurang 33 juta manusia
terlantar. Artinya 25% dari seluruh penduduk. Di mana letaknya kemakmuran Amerika
itu!

SI GODAM : Dalam keadaan semacam itu Amerika tak mempunyai partai Sosialis yang
membahayakan. Persoalan dalam negeri ialah New Deal atau Old Deal. Kapitalisme
didorong atau Kapitalisme lama dibiarkan.

DENMAS : Baru buat saya terjemahan semacam itu, Dam! Didorong bagaimana dan
dibiarkan bagaimana? Bukankah New Deal itu satu Rencana Ekonomi?

SI GODAM : Memang satu rencana, tetapi rencana secara Amerika. Kapitalisme di sana
memang tak bisa jalan. Tetapi belum lagi remuk. Seperti oto, mesinnya yang penting
masih baik. Cuma bensinnya kebanyakan atau di sana-sini bagian yang rusak. Dia tidak
bisa “start” sendirinya. Mesti didorong lebih dahulu, baru mesinnya kerja lagi ...

SI PACUL : Kalau kubiarkan, Dam, engkau terus menerus mengukir gambaranmu itu,
aku nanti menjadi pusing. Kembalilah engkau kepada contoh yang nyata.

SI GODAM : Kita sudah rundingkan keadaan kapital dalam krisis. Semuanya hasil
melimpah! Mesin pembikin mesin kebanyakan. Mesin pembikin barang-pakai kelebihan.
Barangpakai melimpah. Dalam hal semua barang berlebih itu kaum buruh dalam
kelaparan dan kebutuhan. Sebab dalam keadaan semua berlebih itu, harga barang turun, si
majikan rugi, pabrik ditutup jadi kaum buruh diusir. “Seandainya” kalau 11.000.000 itu
dulu menerima gaji pukul rata 5 dolar saja atau f 12,50 sehari, berapakah merosotnya
jumlah gaji yang diterima kaum buruh Amerika dalam sehari?

SI PACUL : f 137.500.000,- Barangkali lebih dari itu.

SI GODAM : Hitunglah banyak barang yang dibeli dengan f 137.500.000,- sehari saja!
Dengan begitu timbullah pertanyaan dalam pikirannya Presiden Roosevelt & Co.

l. Apakah mesti dibiarkan saja barang yang melimpah itu rusak sendirinya?

122
2. Atau apakah tidak baik dimasukkan uang kembali ke kantong kaum buruh sebanyak f
137.500,000,- sehari?

Kalau jalan pertama yang diturut, maka itu namanya “old deal”, jalan lama, peraturan
lama. Biarkan saja mesin berlebih itu rusak atau lemparkan. Biarkan saja gandum, kain,
kromofon rusak atau dirusakkan saja. Biarkan saja toko yang tak tahan lagi bangkrut.
Carilah akhirnya barang baru yang bisa membangunkan pabrik baru, permintaan baru dan
pembeli baru, seperti “lipstik”, “karet dimamah” dan sebagainya. Dengan adanya
permintaan baru atas barang baru itu, satu atau dua pabrik baru bisa dibangun dan
digerakkan. Roda ekonomi yang berhenti itu siapa tahu bisa bergerak lagi, bisa “start”
lagi seperti oto kita tadi. Akhirnya diharap supaya roda ekonomi bisa berjalan seperti
biasa.

SI PACUL : Itu Old Deal. Itu jalan lama. Kalau jalan baru, New Deal, bagaimana?

SI GODAM : Kalau jalan baru? Seperti dibilang di atas. Masukkan kembali uang ke
dalam kantong perusahaan yang menarik napas karena setengah bangkrut, dan persenkan
uang pada kaum buruh.

SI PACUL : Benar persenkan uang begitu saja?

SI GODAM : Engkau tak dengar berapa uang dicetak, ketika Roosevelt baru diangkat
jadi Presiden? Uang dikasihkan sama bankir yang hampir bangkrut, kepada industri yang
berutang menarik-narik napas. Jadi si bankir yang hampir bangkrut dan industrialis yang
setengah mati bisa hidup kembali. Aku lupa apakah dikasihkan dengan percuma atau
dipinjamkan dengan tak pakai bunga. Tetapi sama saja, Roosevelt isi kantongnya bankir
dan industrialis. Juga dia isi kantongnya tuan tanah yang berutang. Pula isi kantongnya
proletar mesin dan tanah. Aku benar tak bisa tahu apakah semuanya dikasihkan dengan
percuma. Tetapi aku tahu baik juga kalau dikasihkan dengan percuma. Yang aku pasti
tahu, ialah Roosevelt membuka perusahaan baru, ada yang berupa industri buat barang-
pakai. Tetapi terutama dia membuka bangunan baru. Presiden Roosevelt asyik
membangun gedung ini dan gedung itu buat umum, jalan raya, terusan air, taman
(tempat) buat ngaso dsb.

123
SI TOKE : Kalau begitu tiadakah, pertama, industri lama akan mendapat persaingan
hebat dari industri baru, industri bikinan Roosevelt? Kedua, tiadakah nanti akan
terlampau banyak gedung ini dan gedung itu, taman ini dan taman itu?

SI GODAM : Memang begitu, Kek! Sebentar saja sesudah Roosevelt bertindak,


industrialis lama menjerit-jerit dan memprotes terhadap industri baru yang didirikan oleh
Roosevelt. Bukankah perseorangan dan persaingan terus tetap walaupun Amerika
sekarang mempunyai New Deal? Didesak oleh protes itu, sebagai “demokrat” dan dalam
hakikatnya penganut kapitalisme maka Roosevelt mesti indahkan protes kaum
industrialis itu. Aku tak tahu benar pada bagian industrialis mana sebenarnya Roosevelt
memihak. Tetapi bagaimana juga ia tak mau bersaing terus dengan para industrialis yang
terjepit oleh New Dealnya tadi! Dia makin lama makin lari kepada caranya uang, kepada
bangunan ini bangunan itu, sampai gedung, jalan dan kebun yang dibikin itu akhirnya
kebanyakan pula.

MR. APAL : Tetapi kapitalis tanah menyusutkan hasil dan meninggikan harga hasil. Pun
industrialis mengadakan politik restriksi seperti sudah kita kenal juga di Indonesia dan
semua negara yang ada monopoli. Jadi banyaknya kaum buruh direstriki, dibatasi pula.
Dengan begitu maka jumlah gaji dan daya beli terbatas pula.

SI TOKE : Tetapi umumnya roda industri mulai bergerak lagi.

SI GODAM : Memang begitu! Tidak saja “start” tetapi terus jalan. Sesudah jalan maka si
tukang dorong otoindustri tadi, yakni Roosevelt, berhenti. Bukankah ia cuma mendorong
saja. Dorongannya tadi tak perlu diulang lagi karena ketika Perang Dunia Kedua ini
pecah di tahun 1939 maka Perang Dunia itulah yang terus mendorong Kapitalisme
Amerika itu.

SI PACUL : Nah, Dam! Sekarang engkau yang mendorong aku bertanya: “Dengan apa
pula Perang Dunia Kedua itu mendorong industri Amerika?”

SI GODAM : Permintaan Amerika sendiri dan Negara Serikat seperti Inggris, Perancis,
Tiongkok dan Rusia atas bahan makanan dan mesin seperti kapal terbang, oto, kapal

124
perang, tank, meriam dsb, sekarang luar biasa besarnya. Permintaan sebesar itu buat
perang disertai pula oleh keluarnya rakyat dewasa Amerika buat berperang di sekalian
medan perang. Kaum menganggur sekarang semuanya dipakai. Malah mereka tiada lagi
mencukupi. Industri Amerika terpaksa membawa perempuan ke dalam pabrik lebih dari
yang sudah-sudah, didorong oleh besarnya permintaan dari semua penjuru.

SI PACUL : Rupanya engkau Dam, terus didorong oleh “Kapitalisme Didorong” atau
New Deal itu! Hentikanlah menguraikan “Kapitalisme Didorong” itu! Baiklah engkau
berikan pemandangan tentang Rencana Ekonomi fasis.

B. RENCANA EKONOMI FASIS

SI PACUL : Sebelum kudengarkan uraiannya Godam tentang Rencana Ekonomi fasis itu,
aku sudah bisa terka perkara apa yang hendak diselidikinya lebih dahulu.

SI TOKE : Coba tuliskan di atas kertas saja! Gulung saja dahulu kertas itu! Nanti kita
baca bersama-sama, Cul! Kalau-betul terkaanmu itu aku akan kasih gelar engkau ini
“pawang”. Sekarang Dam, tuliskan apa perkara yang hendak kauselidiki lebih dahulu itu!
Nanti kita bandingkan dengan apa yang dituliskan oleh Pacul!

DENMAS : Mari kubuka kedua kertas itu. Lho, sama sama tertulis: SUASANA.

SI TOKE : Cul, Pawang Pacul, engkau betul jempol!

SI PACUL : Cuma perkataan “pawang” itu tak sedap di telinga aku. Aku bukan menerka,
lho. Aku selama ini mempelajari cara Godam berpikir.

MR. APAL : Perkara “suasana” di Jerman sesudah kalah di masa Perang Dunia Pertama
dan sebelum Partai Fasis tahun 1932 naik memegang kendali pemerintah, kita semua
masih ingat. Perkara kemelaratan Rakyat Jerman, tak perlu dikemukakan lagi kekacauan
politik. Pernah malah partai komunis dan sosialis kalau digabungkan bisa mendapat suara
lebih dalam parlemen Jerman. Bencana yang menimpa Jerman, terutama sekali menurut
pahamku ialah karena kedua partai proletar itu tak bisa mengadakan persatuan yang kuat-
jujur buat menentang musuh yang mengancam, yaitu kaum fasis. Partai Fasis di bawah

125
Adolf Hitler akhirnya mendapat kesempatan buat memegang tampuk pemerintah Jerman
pada tahun 1932. Tetapi baiklah Godam saja meneruskan uraian tentang Rencana
Ekonomi Jerman Fasis, yaitu Jerman - Nazi.

DENMAS : Sebelum partai Nazi menjalankan rencananya, apakah “kesukaran” yang


dihadapinya? Cobalah susun dalam satu atau dua kalimat saja, Dam!

SI GODAM : Kesukaran itu ialah “serba salah”, atau alternatif.

DENMAS : Memang di masa sebelum Pemerintah Nazi, pembayaran utang perang


kepada Sekutu “serba-salah” buat Sekutu sendiri. Kalau Jerman tak dipaksa membayar
utang, maka tentulah Jerman yang ditakuti itu bisa lekas bangun kerabali. Kalau Jerman
dipaksa membayar, maka dijumpai perkara “serba-salah” pula.

SI TOKE : Apa pula serba-salahnya, kalau Jerman dipaksa membayar?

DENMAS : Apabila Jerman hendak membayar utangnya dengan uang, maka semua
negara Sekutu menolak uang kertasnya Jerman yang merosot itu. Kalau Jerman
membayar utangnya dengan hasil pabriknya maka Sekutu berteriak-teriak setinggi langit
lantaran pagarnya dibanjiri barang Jerman yang lebih baik tetapi lebih murah dari
barangnya Negara Sekutu sendiri.

SI PACUL : Celaka 13 buat Sekutu! Tetapi yang ditanyakan oleh Denmas tadi ialah
apakah serba-salahnya kedudukan pemerintah Nazi sebelumnya partai Nazi naik
memerintah?

SI GODAM : Perundingan kita memang sedikit menyimpang. Tetapi tiada merugikan


sekali. Bahkan memberikan penerangan lebih baik tentang suasana Jerman, seperti negara
yang kalah perang. Memang Jerman ketika mau merencanakan ekonomi dalam keadaan
“serba-salah”. Kalau dia naikkan gaji kaum buruh Jerman, maka harga barangnya buat
keluar (ekspor) menjadi mahal, akan kalah bersaing di pasar asing. Tetapi kalau dia
turunkan gajinya, maka kekuatan beli rakyat Jerman di pasar dalam negeri akan merosot.
Barang akan bertumpuk- tumpuk, pembeli menjadi kurang.

126
SI TOKE : Memang gaji kaum buruh itu perkara yang amat penting. Kita masih ingat
perundingan kita yang sudah-sudah, bahwa jumlah gaji mestinya sama dengan jumlah
harga barang bukan? Jadi, Dam, apa siasat yang dijalankan oleh Nazi? Ingin pula aku
mengetahuinya.

SI GODAM : Terka saja, Kek! Partai Nazi itu terdiri dari chauvinis, orang mabuk
kebangaaan, congkak terhadap bangsa lain. Mereka digenggam oleh kaum kapitalis
seperti Tiesen & Co dan kaum Ningrat Maha Chauvinis seperti Herman Guring & Co.
Mereka sudah terlampau banyak berdosa terhadap buruh Jerman. Mereka sudah bubarkan
semua kumpulan dan rapat kaum buruh dengan senjata. Mereka berdendam kesumat
terhadap Negara Menang, negara berjajahan.

SI PACUL : Dalam hal memilih, apakah gaji kaum buruh akan diturunkan atau dinaikan
tentulah si Nazi takkan banyak ambil pusing. Tentulah gaji kaum buruh yang dalam
politik itu dimusuhi, diturunkan..

SI GODAM : Memang diturunkan sampai rendah sekali.

SI TOKE : Tetapi kalau begitu kan kekuatan membeli kaum buruh Jerman merosot pula.
Jadinya jumlah harganya barang kelebihan, karena jumlah gaji kekurangan.

SI GODAM : Itulah kecelakaan Rencana Nazi. Tetapi mereka mendapat jalan. Rupanya
jalan itu pendek dan bertaburan intan pula. Tetapi jalan itu berujung di Neraka
peperangan.

SI PACUL : Wah, Dam, gambaran lagi! Buka isi saja Dam, jangan dibungkus-bungkus
begitu dong!

SI GODAM : Begini! Sebab naik atau turunnya gaji tadi serba-salah, maka ekonom Sang
Nazi bikin barang banyak-banyak. Tetapi barang itu bukanlah buat dimakan atau dipakai,
seperti kain, jarum, gunting, mesin jahit dll. Bahkan banyaknya barang semacam ini
disusutkan. Jadi jumlah gaji yang disusutkan itu cocok dengan jumlah harga barang-pakai
yang disusutkan itu pula.

127
DENMAS : Pintar sekali Nazi itu. Gampang, seperti “telur Columbus”, bukan?

SI TOKE : Tetapi kalau barang dipakai disusutkan membikinnya, bukankah banyak


pabrik yang terpaksa ditutup pula? Kalau begitu partai Nazi itu tak akan mengurangi
kaum penganggur yang berjuta-juta itu, melainkan menambah.

SI GODAM : Penganggur yang berjuta-juta itu dibawa masuk pabrik baru, pabrik
membikin kapal terbang baru, seperti Stuka, pabrik pembikin tank baru, senapan baru,
meriam baru, bom baru, pendeknya senjata baru buat memusnahkan sesama manusia.

SI PACUL : Saya mencium-cium Jawa “Baru” di sini, Jawa Jepang! Rupanya dan
namanya juga semua baru, tetapi isinya kolot dan kontra-revolusioner, semuanya
tindakan bersifat kemunduran. Bukankah pembikinan senjata itu menggemparkan dunia,
menimbulkan kecurigaan di dunia lain dan mempertinggi hawa perang?

SI TOKE : Undang-undang ekonomi memang tak terlanggar. Karena jumlah gaji kaum
buruh sama dengan jumlah harga barang dipakai.

SI PACUL : Memangnya meriam raksasa, tank raksasa, stuka dan bom raksasa itu tidak
akan dipakai? Aku lihat Rencana Ekonomi fasis itu kontra-revolusioner terhadap kaum
buruh di dalam negeri dan imperialis terhadap negara luar. Jerman Nazi pasti akan
menerkam negara lain. Yang belum diketahui cuma siapa yang akan diterkamnya lebih
dahulu!

SI GODAM : Itulah yang kumaksudkan dengan jalannya Rencana Nazi! Rupanya pendek
dan bagus. Tetapi membawa ke medan peperangan.

MR. APAL : Bagaimana juga, perlulah kau terangkan, Dam, apa lagi dasar dan tindakan
yang diambil oleh Jerman Nazi. Bukankah pertama pemerintah Nazi lebih banyak
campur tangan dalam hal membereskan perekonomian terhadap kaum kapitalis Jerman
daripada Roosevelt terhadap kaum kapitalis Amerika? Bukankah pula rakyat Jerman
selama membikin alat senjata perang itu masih perlu makanan dan pakaian? Bukankah

128
pula mereka perlu beli makanan dan pakaian lebih mahal kalau mereka mesti beli
makanan dan pakaian yang dimasukkan dari luar negeri?

SI GODAM : Perkara pertama campur tangan terhadap kaum kapitalis, boleh jadi Hitler
secara lahirnya, kelihatan saja lebih berkuasa daripada Roosevelt. Tetapi lahirnya saja
juga Hitler terikat oleh kaum kapitalis walaupun kaum kapitalis itu dipaksa menanam
modalnya dalam perindustrian perang. Bagaimana juga perekonomian Jerman tetap
tinggal kapitalis. Tetapi tentang barang-pakai yang disebut Mr. Apal itu memang adalah
salah satu kunci terpenting pula buat membuka rahasianya Rencana Nazi. Barang-pakai
itu tidak bisa terbatas pada barang pembunuh sesama manusia saja. Barang-pakai seperti
makanan dan pakaian terus perlu buat 70 juta rakyat Jerman itu. Kalau barang itu tak
dibikin, maka rakyat Jerman terpaksa mendatangkan barang itu dari luar. Inilah yang
mereka tak setujui. Politik Nazi kita kenal sebagai autarki, ialah menghasilkan barang
atas dasar kekuatan (bahan dan tenaga) diri sendiri. Sebab tak ada getah tumbuh di
Jerman, maka mereka carilah rumput yang zatnya bisa disaring dan dicampur dengan zat
lain supaya menjadi karet. Karena Jerman amat kekurangan minyak, maka mereka
saringlah minyak itu dari batu arang yang banyak didapat di Jerman. Kalau tak ada ulat
sutera, maka mereka carilah pula tumbuhan yang bisa disaring dan dicampur zatnya
dengan menjadikan sutera. Memang Jerman sudah terkenal sebagai Negara Jempol dalam
hal membikin ERSATZ, ialah barang gantian itu. Rencana ekonomi Nazi memang
dipusatkan ke Ersatz ini. Kalau Jerman Nazi bisa mengadakan barang-pakai itu, berupa
ERSATZ, lebih murah dari barang luar yang dimasukkan, maka akan jayalah siasat
Jerman Nazi.

SI TOKE : Jadi Rencana Ekonomi Nazi dipandang dari penjuru politik bersifat kontra-
revolusioner ke dalam dan imperialistis ke luar. Inilah yang sudah dikatakan oleh Pacul
tadi, bukan? Dari penjuru ekonomi, maka siasat Nazi rupanya berdasarkan penghasilan
“senjata” dan Ersatz.

SI GODAM : Tepat, Kek, semuanya membawa Nazi ke medan perang, bukan?

129
DENMAS : Terang begitu, Dam! Rencana Nazi rupanya rencana perang! Rencana ini
memang cocok dengan semangat JUNKER alias Ningrat Jerman. Rencana Nazi itu dalam
garis besarnya memang jaya, bukan? Dunia hampir takluk pada Jerman Nazi. Kalau
negara yang sudah rusak ekonominya di masa Perang Dunia 1914-1918 seperti Jerman,
dan diremukkan pula selama 14 tahun sesudah perang itu oleh gencatan Sekutu, kalau
Negara yang kurus kering macam itu, dalam lebih kurang 7 tahun saja bisa bangun dan
mengancam seluruh dunia lainnya yang lebih kurang 30 kali besar penduduk Jerman,
bukankah ini berarti Rencana Nazi itu jaya?

SI PACUL : Engkau ini bersabda seperti Zarathustra sendiri, Denmas! Friedrich


Nietzsche akan senyum menerima engkau seperti “übermensch” di Indonesia. Dan Von
Berhardi sendiri akan bangkit dari kuburnya memberi selamat kepada engkau! Bukankah
begitu Raden Mas Panji Singodimedjo? Tetapi untung pula di atas meja saja! Saingannya
sudah tak ada lagi dan kukunya sudah tumpul pula! Ditumpulkan imperialisme Belanda
selama 350 tahun...... Paling banyak juga bisa menangkap cerutunya Van Mock saja!!

DENMAS : Bukan bermaksud Indonesia hendaknya kumau berperang, Cul...... Jangan


bicara begitu, Cul ..... !

SI TOKE : Tetapi Rencana Nazi memang berdasarkan kontrarevolusioner ke dalam dan


imperialis ke luar! Akibatnya ialah peperangan. Sesungguhnya peperangan tak bisa
dihindarkan oleh Rencana yang semacam itu ...... Tetapi bagaimana Rencana Ekonomi
fasis Italia?

SI GODAM : Rencana fasis Italia yang dipastikan buat sekian tahun (5 atau 3 tahun)
seperti di Rusia dan Jerman tak kukenal. Tetapi pasti Mussolini, bapanya aliran fasisme
dunia campur tangan dalam urusan dalamnya kaum kapitalis Italia. Lagipula
perekonomian Italia juga berupa kontrarevolusioner ke dalam dan imperialis ke luar.
Ingatlah saja semua kumpulan dan rapat buruh yang dibubarkan oleh Mussolini dengan
senjata. Betul perindustrian perang Italia tak mengejutkan dan menakutkan dunia seperti
perindustrian Jerman. Tetapi Mussolini juga memusatkan perhatiannya kepada alat
perang seperti kapal terbang yang lebih cepat dan lebih tangkas berjuang. Tampaknya

130
pula kaum kapitalis Italia dan kaum ningrat Italia lebih terkendali oleh Mussolini
daripada kaum kapitalis dan ningrat Jerman oleh Hitler. Tetapi politik dan perekonomian
Italia, ber- atau tak berencana menuju dan tiba pada Perang Dunia juga. Demikianlah
politik ekonominya Jerman Nazi, seperti juga politik ekonominya Italia, yang didasarkan
atas kontra- revolusioner ke dalam dan imperialisme ke luar itu berakhir dengan
keruntuhan!

SI PACUL : Sekarang kita sampai kepada Rencana Ekonomi Sosialis!

SI GODAM : Baiklah dibicarakan dalam pasal khusus.

C. RENCANA EKONOMI SOSIALIS

DENMAS : Sudah sampai kita sekarang ke Rencana Ekonomi berdasarkan Sosialisme.

MR. APAL : Seperti biasa tentulah lebih dahulu kita mesti selidiki dalam suasana
bagaimana Rencana Sosialis itu dijalankan. Pada suasana itulah tergantungnya
KEKUASAAN dan CARA menjalankan rencana itu.

SI PACUL : Suasana itu tentulah berhubungan dengan keadaan ekonomi dan politik,
bukan?

MR. APAL : Benar keadaan sosial dan lain-lain tentulah terbawa oleh keadaan ekonomi
dan politik itu pula. Di Inggris sekarang keadaan politik-ekonomi itu berlainan daripada
di Rusia tahun 1927, ketika Pemerintah Soviet hendak menjalankan rencana ekonomi itu.
Inggris mempunyai Parlemen yang tertua di dunia. Sedangkan Soviet Rusia tahun 1927

131
itu belum mengenal pemerintahan secara parlementer itu. Baru saja 10 tahun Rusia lepas
dari pemerintah Tsar yang sewenang-wenang itu. Inggris mempunyai kelas-tengah yang
sadar dan akan menghalang-halangi suatu tindakan sosialis. Rusia tak mempunyai kelas-
tengah yang kuat seperti di Inggris itu. Inggris mempunyai Industri Berat dan Mesin-
Induk, yakni mesin pembikin mesin yang sempurna buat abad ke 20 ini. Rusia tahun
1927 mesti mulai mengadakan Industri Berat dan Mesin-Induk itu.

SI PACUL : Ringkasnya Inggris sekarang mempunyai Parlemen, Rusia tahun 1927 tak
mengenal Parlemen. Inggris sekarang punya kelas-tengah, ialah kontra-revolusioner
tersembunyi. Rusia tidak atau sedikit mempunyai, kalau dibandingkan dengan Inggris.
Inggris punya Mesin-Induk yang sempurna, Rusia tahun 1927 sama sekali tidak.

SI TOKE : Ya, kalau begitu Inggris tak bisa menyusun Rencana Ekonomi itu secara
langsung, terpusat dan menjalankan rencana itu dengan cepat, yakni kalau kaum borjuis
Inggris yang insaf dan kuat itu mengizinkan rencana sosialistis itu. Rusia (1927) bisa
menyusun dan menjalankan rencana itu dengan tersusun, terpusat pada satu kekuasaan,
ialah kekuasaan Proletar.

MR. APAL : Inggris mesti membagi-bagi kekuasaan itu di antara borjuis-ningrat atau
ningrat-borjuis dengan kaum-tengah dan kaum-buruh. Jadi di sana “seandainya” Rencana
itu disetujui rakyat, maka Parlemen mesti mempunyai sebagian kekuasaan. Kementerian
sebagian pula, Pakbon sebagian lagi. Serikat-tani, para-pembeli (konsumen) dan serikat
kapitalis tak pula boleh ketinggalan. Maklumlah di negara demokratis itu semua
golongan dan sekalian yang berkepentingan tak boleh dilampaui. Semuanya mesti
dirembukkan lebih dahulu dan dimufakati lebih dahulu. Di Soviet Rusia tahun 1927
kaum modal dan ningrat itu sudah lenyap sama sekali. Kaum-tengah, ahli dalam
mengomong dan mengkritik itu sudah tak ada pula kekuasaannya. Partai Komunis yang
memeluk semua kekuasaan dan kekayaan negara dengan lekas dan secara praktis bisa
menyusun rencana sosialistis, menjalankan dengan cepat dan mengawasi serta
memperbaiki jalannya itu menurut kepentingan satu kelas saja, ialah kelas pekerja.

132
SI TOKE : Kalau Inggris sudah melakukan revolusi-sosialnya, apakah kelak
KEKUASAAN dan CARA menjalankan Rencana Ekonomi tak akan sama dengan di
Rusia tahun 1927?

SI GODAM : Juga tidak! Sejarah yang sudah dilalui rakyat dari suatu negara itu terus
mempengaruhi jiwa dan tindakannya rakyat itu. Sejarah politik Inggris akan terus
mempengaruhinya. Tiadalah orang Inggris akan sama sekali lepas dari pengaruh
sejarahnya yang berhubungan dengan iklim negaranya, suasana politik, ekonomi, sosial
dan kebudayaannya di zaman lampau. Memang sejarah dan suasana itu mengubah pula
jiwa dan lakunya rakyat itu. Tetapi karena suasana pada suatu tempat akan terus
berlawanan dari tempat lain, umpamanya karena berlainan iklim saja, maka jiwa dan
lakunya manusia di lain-lain tempat itu akan tetap mempunyai corak sendirinya pula.
Dalam garis besarnya Jiwa dan Lakunya atau watak manusia itu memang sama di seluruh
muka bumi ini. Tetapi dalam garis kecilnya ada berlainan. Perhatikan sajalah Jiwa dan
Lakunya turunan berlainan bangsa itu bersamaan atau hampir bersamaan hak dan
kewajibannya.

SI PACUL : Wah, Dam, rupanya engkau ini lari kencang lagi menurun ke lembah filsafat.
Aku mesti tangkap lengan bajumu dan bawa kembali engkau ke perbandingan Inggris
dan Amerika dalam ekonomi dan politik. Engkau sudah majukan perbedaan dalam hal
bentuknya kekuasaan yang akan menjalankan rencana itu di Inggris dan Rusia. Tetapi
kekuasaan tetap kekuasaan, bukan? Jadi mesti ada pula persamaan isinya pada ke dua
Negara tadi, maka keduanya bisa dinamakan kekuasaan.

SI GODAM : Memang ada! Kekuasaan atas Rencana Ekonomi Sosialis di kedua negara
tersebut sama-sama mengandung tiga kewajiban atau jabatan.

SI PACUL : Apakah jabatan yang tiga itu?

SI GODAM : Pertama, jabatan menyusun rencana. Kedua, mengadakan rencana. Ketiga,


mengawasi rencana.

SI TOKE : Di negara demokratis sudahlah tentu tiga jabatan itu dipisah-pisahkan pula.

133
SI GODAM : Memang begitu. Di negara sosialis seperti Rusia yang diperintahi oleh satu
partai saja betul tiga jabatan itu dibedakan, tetapi tiada dipisah-pisah seperti di negara
demokratis kapitalis itu.

DENMAS : Jadi yang membikin, menjalankan, dan mengawasi orang itu juga. Jadi
umpamanya kalau si A, B, C, D yang menyusun maka si A, B. C, D pulalah yang
menjalankan dan mengawasinya? Akibatnya tiadakah seperti di zaman yang selalu dicela
itu, di mana kekuasaan menangkap, memeriksa perkara, menghukum, dan menjatuhkan
hukuman di tangan satu orang itu juga, atau beberapa biji orang “sekonco”?

SI GODAM : Dalam partai Komunis itu bukannya ada 1 atau 4 orang saja, Denmas. Di
dalam partai itu semua orang tentulah sama-sama berpaham komunis. Tetapi tidak satu
saja pikiran, kemauan, dan perasaan ribuan komunis dalam partai sebesar itu! Lagipula
kalau saya tak salah maka di Rusia pun dipisahkan jabatan menyusun rencana itu dengan
jabatan menjalankan dan mengawasi.

SI PACUL : Bagaimana memisahkannya?

SI GODAM : Saya kurang mendapat keterangan dan banyak kelupaan. Tetapi saya pikir
rencana itu disusun di pusat. Tetapi pengawasan di daerah. Walaupun dipisahkan,
bukanlah pemisahan berlaku seperti di negara kapitalis. Baik di pusat ataupun daerah
yang berkuasa itu ialah satu kelas ialah kelas proletar. Kepentingan mereka adalah satu,
ialah kepentingan kaum proletar. Paham yang dijunjung pun cuma satu saja ialah
komunisme atau sosialisme. Jadi kepentingan sama dan tujuan sama.

SI TOKE : Sekarang sudah sedikit terang bagiku apa badan kekuasaan dan jabatan
(fungsi) masing-masing kekuasaan. Kalau aku tak salah maka jabatan menyusun rencana
itu berbentuk satu Panitia atau Komisi. Jabatan menjalankan rencana itu berbentuk satu
Kementerian. Akhirnya jabatan mengawasi rencana itu berbentuk satu penyelidikan.

SI GODAM : Benarlah begitu!

134
DENMAS : Kalau jabatan menyusun itu berbentuk satu Panitia, maka Panitia semacam
ini mesti diberi kekuasaan penuh buat mencari keterangan yang berhubungan, bukan?
Terutama pula yang berhubungan dengan Ekonomi. Pekerjaan menyusun atau lebih tegas,
pekerjaan menakar ini mestinya pekerjaan ahli.

SI PACUL : Tetapi kalau Jabatan atau Panitia Penyusun sudah membikin suatu Rencana,
siapakah yang mesti memutuskan betul atau tidaknya taksiran Panitia itu?

DENMAS : Tentulah para ahli tadi bersama-sama dengan pengurus industri.

MR. APAL : Pemerintah dan Dewan Perwakilan bukankah mesti ikut pula merundingkan
dan memutuskan benar atau tidaknya Panitia itu?

SI GODAM : Para ahli, para pengurus industri, Kementerian beserta Dewan Perwakilan
Rakyat memang mesti ikut berunding dan memutuskan. Tetapi juga tak boleh lupa wakil
kaum pekerja yang tersusun dalam berbagai Pakbon. Apalagi wakil kaum pemakai
(konsumen) yang jutaan itu tak boleh pula ditinggalkan. Kebanyakan mereka yang
disebut di belakangan ini sudah tersusun dalam koperasi. Ajaklah pula wakil koperasi itu
berunding dan memutus! Ingat bahwa Rencana itu ialah buat masyarakat seluruhnya.
Bukanlah buat satu golongan saja, berapapun besarnya golongan itu.

MR. APAL : Akhirnya Jabatan Pengawas itu mestilah mempunyai penyelidik yang
bepergian ke sana-sini.

SI GODAM : Mestinya begitu.

DENMAS : Sekarang sudahlah terang bagiku Kekuasaan atas Rencana Ekonomi itu.
Nanti akan dirundingkan pula Cara menjalankan rencana itu. Tetapi sebelum itu baik juga
kau berikan sekali lagi ketetapan (definisi) Rencana itu.

MR. APAL : Dulu sudah ditetapkan bahwa Rencana Ekonomi ialah daya upaya
memasyarakatkan Alat-Penghasil, Penghasilan, Pembagian Hasil, Gaji, dan Hidup Sosial.

135
SI GODAM : Benar, definisi ini memang sudah cukup. Tetapi ada definisi yang lebih
penuh dan lebih cocok dipakai menaksir.

SI PACUL : Cobalah sebutkan!

SI GODAM : Rencana Ekonomi ialah urusan perekonomian yang teratur dengan maksud
supaya produksi cocok dengan konsumsi, serta berdasarkan hidup sama-rata dan tolong
bertolong.

SI PACUL : Betul, ekonomi itu mestinya teratur, bukan lagi anarkis seperti di zaman
kapitalisme. Produksi mesti diimbangkan dengan konsumsi. Dengan begitu maka krisis
itu terhindar. Dasarnya ialah sama-rata dan tolong bertolong. Memang ini dasar
sosialisme.

MR. APAL : Kurasa definisi di belakang ini memang lebih praktis, lebih enteng kalau
dipakai buat menaksir! Bukankah yang terutama sekali ialah hasil mesti lebih dahulu
disamakan dengan pemakaian?

SI TOKE : Terang semuanya buat aku. Sekarang CARANYA hitung menghitung dalam
pekerjaan mencocokkan hasil dan pemakaian itu.

SI GODAM : Cara yang gampang dan pasti tentulah tak ada. Rencana yang berarti juga
satu taksiran itu mengandung kesilapan. Sedangkan menaksir banyak telur yang akan
menetas saja bukan satu perkara yang selalu bisa dilakukan dengan tepat. Apalagi
menaksir banyaknya hasil yang mesti tak lebih dan tak kurang dari pemakaian dalam
suatu negara. Menaksir dalam hal ini selalu berarti mencoba menghitung lebih dahulu.

SI PACUL : Teruskan Dam! Tetapi hendaknya lebih mengenai bukti yang nyata.

SI GODAM : Belum bisa aku berbicara nyata-pasti, Cul. Ada lagi satu perkara yang
mesti kukemukakan sebagai petunjuk buat suatu Rencana, Cul.

SI PACUL : Petunjuk apapula lagi, Dam?

136
SI GODAM : Lebih gampang pekerjaan taksir-menaksir buat satu negara yang agak kecil
tetapi mempunyai bahan lengkap, daripada satu negara besar yang penduduknya rapat
dan takaran hidupnya rendah. Gajinya rendah, persaingan antara tenaga dan tenaga amat
hebat.

SI PACUL : Belum kulihat seluruhnya arti kalimat itu. Tetapi sudah kurasa. Bukankah
gaji itu perlu buat membeli hasil? Jumlah harga hasil mesti sama dengan jumlah gaji.
Makin tinggi gaji makin bisa ditinggikan hasil, makin rendah gaji makin susah
meninggikan hasil, bukan?

SI GODAM : Sampai sekian benar, Cul. Simpulan ini boleh kita pakai sebagai pedoman.
Simpulan yang kedua: Sebelum cukup banyaknya industri enteng, susahlah kita
menimbulkan industri berat, Industri-Induk.

SI TOKE : Ini aku bisa tangkap artinya. Sebelum cukup banyak pabrik (pabrik kina,
pabrik kain, obat-obatan, minum dsb), sebelum itu, tentu susah buat mengadakan Mesin-
Induk yang mesti bikin mesin buat pabrik teh, kina, kain, obatobatan, minuman dan lain-
lain itu. Bukankah pula hasil Pabrik-Induk mesti seimbang dengan hasil yang berupa
mesin buat industri ringan?

SI GODAM : Tepat, Kek! Petunjuk yang ketiga ialah industrialisasi, atau rencana
menukar Negara-Pertanian menjadi Negara- Perindustrian. Lambat jalannya pada
permulaan, tetapi semakin lama semakin cepat.

SI TOKE : Mestinya begitu Dam. Tak bisa dilakukan sekali jalan saja. Apa lagi petunjuk
yang perlu diperhatikan? Cobalah sebutkan.

SI GODAM : Penting pula artinya buat Indonesia ialah: negara kecil tak bisa
mengadakan rencana yang sempurna, terpisah dari negara besar. Jadi buat negara kecil
susahlah kalau tak mustahil mengadakan Ekonomi Teratur itu.

SI TOKE : Gampang dimengerti Dam! Bagaimana negara kecil bisa memakai Mesin
Raksasa, mesin modern yang hasilnya melambung cepat dan tinggi, kalau rakyatnya

137
sedikit! Bukankah rakyatnya yang pertama mesti jadi pembeli? Negara asing tak selalu
bisa diharapkan. Negara asing berhak dan mungkin menutup pintu pagarnya sewaktu-
waktu. Satu Rencana Penghasilan yang pasti mesti didasarkan pula atas pembelian, ialah
pemakaian yang pasti. Terlampau kurang pembeli kalutlah Rencana yang
semolekmoleknya di atas kertas itu.

SI PACUL : Kulihat dalam hal jual beli memang engkau jempol juga, Kek. Tidak
percuma rupanya engkau ini bekas-toke!

SI TOKE : Perkara dulu tinggal dulu, Cul! Bukankah aku bangkrut sebab ikut-ikut
Godam pula dalam pergerakan?

SI PACUL : Tak apa bangkrut itu, Kek. Nanti kuusulkan engkau jadi Menteri Rencana
Ekonomi!

SI TOKE : Memangnya aku ini bergerak buat cari pangkat, Cul! Jangan begitu Cul!

MR. APAL : Semua petunjuk itu memang perlu. Sekarang cobalah bentangkan teknik
MENAKSIR itu, yakni menyusun rencana itu.

SI GODAM : Berat rasanya, Pal. Terlampau banyak yang mesti dirundingkan!

SI PACUL : Ambil sari perkara saja, atau perkara sari saja.

SI TOKE : La! Lihat, si Pacul jadi ahli filsafat pula.

SI GODAM : Karena sari Rencana itu ialah menaksir hasil yang cocok dengan
pemakaian, maka perlulah direncanakan:

l. Industri umumnya;

2. Mesin khususnya. Keduanya mesti dicocokkan dengan:

3. Gaji, dan

138
4. Perdagangan masuk dan keluar Negara.

SI TOKE : Mudah kumengerti kalau kau susun begitu, Dam! Mestinyalah yang l) yaitu
industri itu (termasuk juga pertanian), yang tentunya bergantung pada kekuatan 2) mesin
itu, diimbangkan, dicocokan dengan 3) yakni gaji. Bukankah jumlah harga hasil mesti
sama dengan jumlah gaji? Dalam hal kekurangan mesin maka hendaklah kita periksa
hasil atau barang bahan yang bisa dijual di luar negara (ekspor), buat memasukkan
barang-mesin yang kurang buat dibeli (impor). Ringkasnya kita cocokan dengan 4).

SI PACUL : Sekarang laksanakanlah penaksiran itu, Dam!

SI GODAM : Pertama, periksalah industri yang ada, pun periksalah lebih dahulu apakah
suatu pabrik bisa ditukar menghasilkan barang yang lain. Bukankah pabrik oto itu kalau
sedikit ditukar bisa menjadi pabrik mesin kapal terbang? Periksalah lagi apakah satu
cabang industri awak menghasilkan lebih atau kurang buat keperluan Negara. Apakah
harga itu yang dijual dalam negeri. Kalau hasil itu memang lebih murah dan melebihi
keperluan Negara, maka hasil lebih itu boleh dijual di luar negeri buat membeli barang
yang kurang.

SI TOKE : Pendeknya ukurlah kekuatan industri awak. Kalau hasilnya bisa lebih dari
keperluan dan harganya cukup murah, maka keluarkanlah hasil lebih itu buat pembeli
yang kurang, mesin atau barang-pakai. Kalau perlu buat dipakai sendiri atau dijual di luar
negeri tukarlah kalau bisa satu pabrik buat barang ini menjadi pabrik buat menghasilkan
barang lain.

SI GODAM : Sesudah ditinjau kekuatan industri awak ini, cocokkanlah jumlah pekerja
dengan jumlah industri yang ada atau akan diadakan. Kemudian periksalah pula apakah
ada pabrik lapuk. Yang saya maksudkan dengan pabrik lapuk itu ialah pabrik yang lebih
banyak memakan ongkos kalau dipakai daripada merusakkan pabrik itu sama sekali.
Yang lapuk itu baik diruntuhkan saja. Anggaran ongkos pabrik lapuk itu buat
mengadakan hasil baik dipakai saja buat mendirikan pabrik baru.

139
DENMAS : Sebutkanlah juga semua industri yang terutama, Dam, supaya kita sedikit
mendapat pemandangan.

SI GODAM : Aku susun saja begini: Pabrik buat bangunan rumah, gedung, jembatan dll.
Pabrik buat perhiasan rumah, tikar, cat dinding dsb, jam, makanan, minuman dsb. Pabrik
buat kain, benang, pencelupan dll. Pabrik buat pengangkutan, kereta, oto, kapal air dan
udara, baja, besi dll. Tambang arang, minyak, besi, timah, tembaga, bauksit dsb. Pabrik
obat-obatan dll. Di Indonesia juga pabrik teh, kina, kopi, gula, karet dll.

SI TOKE : Cukuplah rasanya kita meninjau kekuatan industri awak. Jadi pabrik yang
kurang ditambah dan pabrik yang menghasilkan lebih dijual hasil lebihnya itu buat
pembeli pabrik yang kurang. Sekarang tinjaulah permintaan (demand) berhubung.
Dengan keperluan pembeli.

SI GODAM : Ingatlah bahwa keperluan itu bertukar kalau takaran hidup itu bertukar
pula.

SI PACUL : Pastikan Dam!

SI GODAM : Kalau seandainya gaji seseorang cuma f 0,50 sehari, bukankah yang
dipikirkannya cuma makanan saja? Kalau gajinya menjadi f 2 barulah dipikirkannya
membeli kain. Kalau takaran hidupnya bertambah pula barulah dia memikirkan membeli
vulpen, sepeda, radio oto dsb. Sepadan dengan naiknya takaran hidup setingkat demi
setingkat bertukarlah pula keinginan dan keperluan si pembeli.

SI TOKE : Memang, bermula sekali dipikirkan oleh si pembeli ialah barang yang paling
dibutuhi. Kemudian baru dipikirkan membeli barang buat setengah kemewahan.
Akhirnya barang buat kemewahan semata-mata.

SI GODAM : Cuma ada satu lagi peninjauan ialah meninjau apakah barang yang
dihasilkan industri awak itu cukup ataukah tidak buat kita?

SI TOKE : Kalau tak cukup bagaimana?

140
SI GODAM : Jika perbedaan ongkos suatu barang yang awak bikin dengan harga pasar
barang itu tetapi dimasukkan dari luar lebih besar dari perbedaan ongkos awak dengan
harga barang itu di pasar awak, maka baiklah barang itu dibikin di negara awak,
walaupun ongkos pada permulaan membikinnya sedikit besar.

SI PACUL : Tegaskan dengan angka, Dam! Amat tinggi tergantung kalau kau susun
begitu!

SI GODAM : Kalau ongkos barang awak umpamanya 18 sen dan jualan barang asing
semacam itu juga di pasar awak 25 sen, jadi perbedaannya adalah 7 sen. Kalau ongkos
barang awak itu 18 sen juga, tetapi jualan di pasar awak cuma 20 sen, jadi bedanya cuma
2 sen, walaupun sudah membikinnya dan ongkos awalnya lebih mahal.

SI TOKE : Semua permulaan itu susah sekali. Lambat betul membikin sesuatu pada
semua permulaan itu. Lagipula banyak barang bahan dibuang-buang. “Waste”, istilah
yang dipakai dalam ekonomi! Sebab itulah ongkosnya tinggi pula. Dengan bertambah
lama pengalaman berkuranglah barang terbuang-buang (waste) tadi. Jadi kalau diteruskan
membikin barang semacam itu besarlah pengharapan kita lambat laun akan mendapatkan
cabang industri nasional, baru, yang baik dan murah hasilnya. Tetapi bagaimana kalau
perbedaan harga tadi sebaliknya?

SI GODAM : Ya, baik kau jawab sendiri, Kek!

SI TOKE : Kalau sebaliknya, bukankah ini berarti barang-barang itu, lantaran bermacam-
macam sebab, tak mengandung harapan akan bisa kita bikin lebih murah dari barang
asing, walaupun pengalaman diperbanyak. Barangkali lantaran bahannya susah didapat,
atau lain-lain sebab. Dalam hal ini, aku pikir baiklah barang semacam itu kita datangkan
dari luar negeri saja! Toh tak ada salahnya bertindak begitu asal saja cocok dengan
undang-undang ekonomi?

SI GODAM : Memang begitu, Kek. Manfaatnya juga banyak buat hubungan baik antara
satu negara dengan negara lain. Perdagangan itu adalah satu perkara yang merapatkan
bangsa dengan bangsa, negara dengan negara. Tak perlu semua barang itu kita sendiri

141
yang membikin. Asal Industri-Induk sempurna di tangan kita, tak ada salahnya kalau
hasil barang industri enteng kita datangkan dari luar. Yaitu kalau ongkos membikinnya
sendiri akan terlampau tinggi dibanding dengan ongkos luar negeri. Tetapi baiklah jangan
kita lanjutkan persoalan ini. Baiklah kita rundingkan sekarang perkara CARA
membagikan gaji. Penting bukan?

SI PACUL : Tentulah penting sekali!

SI GODAM : Awalnya pembagian gaji itu boleh dijalankan atas dua macam. Pertama
pada tingkat sosialisme yang sudah sampai ke tingkat komunisme. Kedua pada tingkat
sosialisme itu sendiri. Pada tingkat komunisme tiap-tiap orang itu bekerja menurut
kecakapannya dan mengambil hasil usahanya. Inilah tingkat tertinggi dan belum tampak
kapan akan tercapainya tingkat ini. Tetapi sebagai pedoman hidup, maka ideal atau
idaman pembagian secara komunis itu perlu senantiasa dipercermin.

SI PACUL : Apakah cara pembagian di tingkat kedua?

SI GODAM : Tingkat ini kita capai apabila kita sampai ke tingkat sosialisme, ialah
apabila semua alat penghasilan dalam kapitalisme sudah dimiliki oleh masyarakat. Pada
tingkat ini mungkin dipakai uang, dan gaji dibayar “menurut kecakapan si Pekerja”. Jadi
si Pekerja masih menerima gaji. Tetapi mungkin pula pemberian itu sebagian berupa gaji
menurut kecakapan, dan sebagian lagi berupa “bagian-sosial”. Yang terakhir ini berarti
bahwa pembagian itu rata buat orang dewasa serta rata pula buat kanak-kanak. Bagian ini
ialah bagian tiap-tiap anggota masyarakat yang kerja. Ini misalnya saja! Tiap-tiap negara
sosialis dalam keadaan istimewa boleh pula mengambil tindakan istimewa. Asal saja kita
jangan lupa akan pedoman komunisme di atas.

SI TOKE : Kita andaikan saja kita memakai sistem kembar, yakni sebagian dibayar
sebagai gaji dan sebagian “bagiansosial”. Barangkali ini cocok dengan tingkat
pertengahan (kompromis). Tetapi bagaimana menaksirnya?

SI GODAM : Agak susah sedikit menerangkannya dengan pendek. Tetapi perlu juga
diberikan garis kasarnya pembagian hartapencaharian Negara berdasarkan sosialisme

142
pada tingkat pertengahan itu. Misalkan satu negara! Andaikan dalam Negara itu ada
25.000.000 keluarga, terdiri dari ibu-bapak dan 2 anak belum baligh.

Andaikan jumlah pencaharian Negara itu setahun 4.500.000.000

Andaikan “bagian-sosial” jumlahnya seharga 2.000.000.000

Andaikan buat kelunturan mesin setahun 500.000.000

Andaikan bunga uang dan sewa dihapuskan jadi 0

Untung yang dibagikan pada kapitalis sudah dihapuskan pula 0

JADI SISA BUAT GAJI 2000.000.000

Yang 2000.000.000 itulah yang akan dibagikan kepada pekerja menurut kecakapan,
kepada 25.000.000 keluarga tadi.

SI TOKE : Jadi gaji itu masih bertinggi berendah menurut kecakapan, bukan? Memang
kalau tak begitu yang rajin jadi malas, sebab manusia sekarang masih mempunyai
semangat perseorangan. Tetapi kalau hasil sudah melambung dan didikan sosialisme
sudah lebih mendalam, maka sistem gaji ini bisa dihapuskan sama sekali. Jadi nanti tiap-
tiap pekerja akan menerima “bagian sosial”-nya. Bukan begitu, Dam? Tetapi bagaimana
rupanya bagian sosial itu?

SI GODAM : Apabila tiap-tiap orang sudah menjalankan kewajibannya sebagai anggota


masyarakat,

maka ibu-bapak mendapat umpamanya 2 x f 4,- (seminggu) = f 8,-

anaknya 2 orang mendapat 2 x f 4,- (seminggu) = f 8,-

bapaknya kerja istimewa f 4,- = f 4,-

JUMLAH(seminggu) = f 20,-

143
Jadi satu bulan 1 keluarga tadi mendapat f 80,- misalnya saja. Bagian setiap keluarga
tentunya mesti berhubungan dengan banyaknya penduduk pula, jumlah hasil negara,
takaran hidup dsb. Ini garis besarnya saja, sebagai contoh. Ada banyak perkara lain yang
bersangkutan. Tetapi bukankah aku menulis brosur lagi kalau kuteruskan?

SI TOKE : Jadi sebagai cermin saja! Bagaimanakah keadaannya Rencana Ekonomi


Indonesia?

SI PACUL : Tunggu dulu, Kek! Engkau ini pada perundingan ini kulihat terlampau giat.
Kalah kegiatan Mr. Apal, Denmas, dan aku dikumpul menjadi satu. Rupanya engkau
tertarik betul oleh Rencana Ekonomi ini. Tetapi mesin sekalipun membutuhkan bensin.
Apalagi Godam, yang tak berhentinya diserang oleh pertanyaan dari kanan kiri.

V. RENCANA EKONOMI UNTUK INDONESIA

SI PACUL : Sekarang kita sudah sampai ke langkah penghabisan. Tibalah waktuaya buat
kita memeriksa semua kemungkinan untuk melaksanakan Rencana Ekonomi itu di
kepulauan Indonesia ini. Baiklah Mr. Apal saja membentangkan suasana politik, ekonomi
dan sosial di Negara ini.

SI TOKE : Cul! Tadi aku kau tuduh aku terlampau giat! Memang kuakui bahwa
semangatku masih meluap. Semua syarat buat menceraikan suasana itu masih segar-
bugar dalam ingatanku. Izinkanlah aku mencoba membentangkannya.

SI PACUL : Benarlah pula usulmu itu, Kek. Bukankah kita ini calon guru kaum proletar
yang sebagian besar itu belum lagi sadar?

SI TOKE : Tentang suasana itu banyak kulihat persamaan Indonesia ini dengan Rusia.
Pertama Rusia tak mempusakai sistem parlementer. Indonesia juga tidak. Kedua, Rusia
tidak mempunyai kelas-tengah yang kuat buat menghalanghalangi tindakan sosialistis.

144
Pun Indonesia tidak mempunyai. Rusia boleh dikatakan tak mempunyai Mesin-Induk,
demikian juga Indonesia.

MR. APAL : Memang semua persamaan yang kau sebutkan itu benar. Tetapi ada
perbedaan besar yang juga berhubungan dengan suasana itu. Pada tahun 1928 (?) ketika
Rusia menjalankan rencana 5 tahun, dia sudah lebih kurang 10 tahun mempunyai
Pemerintah Komunis. Semua kekuasaan ada di tangan kaum proletar. Bagaimana
Indonesia sekarang (27 November '45)? Surabaya, kota perindustrian terbesar di
Indonesia sedang dihancurkan Inggris-Nica dengan pelor dan bom, dari darat, laut dan
udara. Kita sedang membela kemerdekaan kita dengan senjata yang belum sampai 1%
dari senjata musuh banyaknya dan kualitetnya. Bagaimana bisa kita menyusun dan
menjalankan Rencana Ekonomi yang sempurna buat kita?

MR. APAL : Mulanya aku sendiri mau mengusulkan Rencana waktu kita diserang dengan
hebat itu. Tetapi di belakangnya aku mengerti bahwa aku terlampau banyak dipengaruhi
“buku”. Sesudah kucoba berhubungan dengan keadaan yang sebenarnya, maka barulah
aku insyaf bahwa aku terlampau tinggi melayang di awang-awang.

SI PACUL : Kalau kuingat perundingan lampau tentang dasar dan tekniknya Rencana itu,
sebenarnyalah suatu maksud mengadakan Rencana yang sempurna atau setengah
sempurna adalah impian belaka. Kalau ada Rencana dan memang mestinya ada Rencana,
maka rencana itu mestinya tak kurang dan tak lebih dari Rencana Ekonomi Berjuang.

SI TOKE : Tepat, Cul! Sebutkan lagi sarinya dasar dan teknik Rencana itu!

SI PACUL : Dasar Rencana itu ialah mencocokkan produksi dengan konsumsi.


Tehniknya ialah meninjau keadaan : l) industri, 2) kemesinan, 3) gaji dan 4) perdagangan
luar negeri. Baik dalam hal industri berat mauupun industri ringan kita banyak sekali
kekurangan mesin. Barang bahan kita benar pula lebih dari cukup buat dijual di luar
negeri. Jualan itu bisa dibelikan ke mesin yang kurang. Tetapi perdagangan dengan luar
negeri sama sekali terputus. Lagipula perindustrian Indonesia, sebagai pusaka
imperialisme Belanda, amat pincang. Pabrik buat barang-pakai seperti kain dan lain-lain
baru pada tingkat permulaan, tetapi tambang, pabrik dan kebun buat menghasilkan

145
barang yang dijual di luar negeri, seperti teh, kopi, gula, minyak, timah, mas dll lebih
daripada cukup. Di bawah telapak serdadu Jepang banyak pula mesin yang dirusak atau
diangkut ke luar Indonesia. Indonesia dan dunia luar seolah-olah dipisahkan oleh jurang
yang dalam dan lebar. Indonesia kekurangan mesin dan kain, tetapi kebanyakan barang
bahan. Dunia luar sanggup menjual mesin pada kita dan membutuhkan bahan dari kita,
tetapi perniagaan sama sekali terhenti. Jurang tadi tak bisa atau belum bisa dijembatani,
selama Inggris-Nica menyerang Indonesia dan menghancurleburkan kota Indonesia.

DENMAS : Nah, sekarang “Jeruk Bali” yang kau hidangkan, Cul! Segar bugar! Sudah
pandai pula engkau memakai perkataan seolah-olah dan gambaran. Tetapi engkau jangan
memikirkan Rencana Ekonomi yang modern, yang sempurna saja, Cul! Bukankah di
masa perang ini pun kita mesti mengadakan rencana? Istimewanya dalam suasana perang
inilah kita mesti mengadakan rencana.

SI GODAM : Benarlah begitu. Kita mesti tunda rencana besarbesaran dan rencana
bertujuan jauh. Rencana yang akan membawa kita ke zaman sentausa ialah apabila kita
sudah mempunyai Industri Berat, Industri Induk. Apabila kita sudah mempunyai Mesin
Membikin Mesin, yakni mesin pembikin lokomotif, pembikin mesin oto, kapal air dan
kapal terbang, barulah boleh kita tidur dengan perasaan lebih aman dan meninggalkan
anak cucu dan negara kita dengan hati aman tenteram. Sebelum keadaan itu tercapai,
belumlah berapa artinya suatu kemerdekaan, walaupun kita memperoleh kemerdekaan
100% yang kita tuntut itu.

SI PACUL : Tetapi kemerdekaan 100% itu pulalah yang sanggup memberi kesempatan
kepada negara kita buat mendirikan Mesin-Induk dan Industri Berat Nasional bukan?

SI GODAM : Benar Cul. Sebab itu rencana kita sekarang ialah Rencana Ekonomi
Berjuang buat mencapai kemerdekaan 100% itu lebih dahulu. Bermula baiklah
diingatkan suasana sekarang ini, tegasnya ialah suasana dalam perjuangan.

DENMAS : Apa perkara penting yang tampak di matamu dalam suasana berjuang ini,
Dam?

146
SI GODAM : Banyak perkara yang bisa menjadi sebab kemenangan atau kekalahan kita
dalam perjuangan yang mahadahsyat ini. Mahadahsyat dalam hubungannya dengan
banyak kekurangan kita dalam perjuangan. Kekurangan ini kelak akan kuuraikan lebih
jelas dalam brosur bernama Muslihat. Di sini kukemukakan beberapa perkara yang
menguntungkan kita saja. Karena perkara ini langsung bersangkutan dengan pasal
Rencana Ekonomi Berjuang.

SI PACUL : Jadi berhubung dengan Rencana Ekonomi Berjuang ini menurut pikiranmu
ada beberapa perkara yang menguntungkan kita. Cobalah sebutkan atau uraikan pula
perkara itu panjang lebar.

SI GODAM : Belumlah sampai temponya buat menguraikan perkara itu panjang lebar.
Baiklah disebutkan saja semuanya itu. Kalau perlu di sana-sini kutambah ssdikit
penerangan.

SI TOKE : Mulailah, Dam!

SI GODAM : Semuanya ada empat perkara yang nyata menguntungkan kita. Makin
tahan lama kita berjuang, makin nyata pula keuntungannya. Perkara itu:

l. Iklim. Lantaran tak ada musim dingin di Indonesia, tanaman tumbuh 12 bulan setahun,
sedangkan di negara dingin cuma 6 bulan. Makanan mudah disiapkan, direncanakan, dan
pakaian cuma sedikit yang kita perlukan. Di pinggir-pinggir atau pinggang gunung kita
bisa hidup dalam pondok kecil meneruskan perjuangan, menghindarkan pesawat udara.

2. Penduduk Indonesia amat banyak. Buat di belakang dan di depan medan peperangan
lebih dari cukup banyaknya prajurit. Kalau dari rakyat yang 70 juta itu diambil 10%
orang terkuat saja, kita bisa mendapatkan 7 juta prajurit buat garis depan. Yang 7 juta lagi
buat garis belakang. Belum lagi terhitung kaum wanita yang amat penting buat
perjuangan ini.

3. Moral prajurit amat menggembirakan. Semangat buat membela kemerdekaan dan


keikhlasan berkorban buat kemerdekaan belum pernah ternyata dan umum seperti

147
sekarang. Lebih susah buat seseorang pemimpin perang menahan prajuritnya bertarung
daripada menyuruhnya bertarung. Berebut-rebut prajurit yang mau maju ke garis depan,
walaupun senjatanya serba kekurangan.

4. Keadaan internasional amat memuaskan. Belum pernah dunia internasional menaruh


begitu banyak perhatian kepada persoalan kemerdekaan Indonesia daripada sekarang ini.
Secara umum sehari demi sehari terdengar keras kian keras. Sebagian besar kaum buruh
dan sebagian dari kaum liberal dunia semakin menentang imperialisme Inggris-Belanda
dengan perkataan dan perbuatan. Semakin lama rakyat Indonesia berjuang semakin besar
kemungkinan secara umum akan memaksa imperialis Inggris- Belanda menghentikan
penyembelihan besar-besaran di Indonesia.

SI TOKE : Jadi berhubung dengan 4 perkara itu muslihat apakah yang mesti dijalankan
dan Rencana Ekonomi Berjuang manakah yang baik dipakai?

SI GODAM : Terang muslihat berjuang yang baik ialah mundur maju, muslihat gerilya.
Mundur kalau berjumpa dengan yang amat kuat. Maju dan terkam kalau musuh lengah
dan kurang kuat. Ekonomi Berjuang ialah menghasilkan dan mengatur hasil buat perang
lama. Ingatlah makin tahan lama perjuangan ini, makin baik buat kita. Buat musuh makin
silau matanya menentang obor kebenaran, makin lemah urat syarafnya mendengarkan
protes umum di dunia dan makin kosong kasnya buat melanjutkan penyerangan biadab
ini. Akhirnya pemerintah ceroboh imperialis itu akan dijatuhkan oleh protes dan aksi
umum yang ingin damai di dunia ini!

SI TOKE : Apakah perkara ekonomi yang penting buat perang lama?

SI GODAM : Buat rencana yang lebih lanjut periksalah semua syaratnya rencana
ekonomi dalam pasal yang baru kita uraikan, yaitu Rencana Ekonomi Sosialis! Perkara
yang menyolok mata di masa berjuang ini, ialah: l. Menambah makanan dan pembagian
makanan. 2. Mendirikan perusahaan tenun dan membagikan hasilnya. 3. Mendirikan
pondok di tempat aman sebagai persiapan buat penduduk kota. 4. Mengatur pertukaran
barang. 5. Mempersiapkan hubungan dengan luar negeri.

148
SI TOKE : Apakah tindakan yang pertama mesti diambil?

SI PACUL : Saya pikir mengadakan l) Panitia menaksir, 2) Jabatan menjalankan taksiran


atau Rencana, dan 3) Badan Penyelidik.

SI GODAM : Tepat, Cul! Sebenarnya tak perlu saya uraikan lagi apa tindakan sesudah
mengadakan Badan itu yang mesti diambil. Semuanya itu sudah terkandung dalam pasal
rencana ekonomi sosialis tadi. Cukuplah di sini kalau disebutkan bahwa sesudah Badan
Kekuasaan tadi dibentuk, maka hendaklah diadakan penaksiran itu selekas mungkin.

SI TOKE : Sebenarnyalah mesti dicocokan semua hasil makanan, pakaian dan perkakas
perumahan (di luar kota) serta keperluan buat Jawa seluruhnya dengan keperluan dan
permintaan. Kalau ada kekurangan cobalah cari akal buat menambahnya. Barangkali
kebun ini mesti ditanami ini dan pabrik ini mesti ditukar dengan pabrik itu. Sesudahnya
adakanlah pendaftaran buat semua jenis pekerjaan, seperti pekerja besi, kain, kereta,
tambang dll. Tiap-tiap jenis pekerja itu mesti dibagi pula menurut kepandaiannya. Di
antara pekerja besi umpamanya berapa banyak tukang lebur, tukang las dsb. Baru kita
mendapat pandangan tentang banyak dan kesanggupannya kaum pekerja kita. Apabila
kita sudah mempunyai daftar yang sempurna, baru pula kita bisa mengerahkan prajurit
pekerja kita yang perlu, kalau kita sudah mempunyai pendaftaran yang sempurna itu.

SI GODAM : Kalau tindakan tersebut di atas sudah dijalankan di Jawa, sudah tentu
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara akan mengikut. Sebab itu
semua tindakan di Jawa itu mestinya tepat cepat.

SI TOKE : Memang begitu, Dam! Indonesia ini bukan Jawa saja. Memang hubungan kita
dengan seberang kini amat terganggu. Tetapi kalau maksud dan tujuan itu sama,
persatuan dalam mengambil tindakan bisa didapat. Seberang seperti biasa siap setia akan
mengikuti Jawa.

DENMAS : Kalau kita dari awal Republik didirikan bisa sedikit saja memandang ke
depan dan memegang teguh makna dan akibat kemerdekaan itu, maka kita tentu sudah
mempunyai Rencana Ekonomi Berjuang itu. Dengan itu kita akan jaya menangkis

149
serangan Inggris-Nica yang mesti datang menyerang kita. Saya bilang mesti, karena
mengingat kebutuhan imperialisme Inggris-Belanda sesudah Perang Dunia ini dan
mengingat pula sejarah imperialisme Inggris-Belanda dalam 350 tahun di belakang ini, di
seluruh pelosok dunia..

SI PACUL : Memang pengharapan kosong itu terlampau banyak terselit dalam hati
sanubari para pemimpin kita. Tak perlulah nama si pemimpin itu kita sebut. Kita cukup
mengerti artinya persatuan di masa perang ini. Tetapi ingatlah saja perjanjian Inggris
dengan para pemimpin kita di Surabaya dan Magelang. Berapa banyak korban mesti
diberikan sesudah perjanjian itu, karena kita percaya pada suara merdu dan janji muluk
para pejabat yang terdesak itu.

MR. APAL : Memang aku setuju penuh dengan perkataanmu. Tetapi engkau sedikit sesat
kepada simpang diplomasi. Baiklah kita kembali ke bagian ekonomi Rencana Ekonomi
Berjuang itu. Tiadalah akan begitu besar penderitaan mereka yang mesti meninggalkan
rumahnya di kota-kota dan lari tergesa-gesa ke desa-desa. Mereka akan bisa disambut
dengan persediaan makanan dan pomondokan, walaupun amat sederhana sekali. Rakyat
tak akan begitu kacau, kalut, dan prajurit kita tak akan begitu terganggu hatinya melihat
rakyat dalam kesusahan itu. Lagipula jika ada persiapan di luar kota, maka rakyat dalam
kota tak akan begitu berat hatinya meninggalkan rumah tangganya, tempatnya bernaung
berbulan-bulan barangkali sudah bertahun-tahun.

DENMAS : Tak pula kurang pentingnya perkara rencana pakaian. Aku menyaksikan
sendiri seorang pemuda remaja yang mendesak mengikut rombongan pergi menyerang.
Pertama kusaksikan di Banten. Di sana kulihat seorang pemuda pergi menyerang ke
Kebayoran. Kedua, pemuda lain yang “menyerbu” ke Surabaya. Mereka berangkat
dengan tombak bambu dan golok saja. Tak pula mereka tadi memakai pakaian militer.
Bahkan bajupun tak ada dipakainya. Tetapi mereka kembali ke desanya membawa
beberapa pistol di pinggangnya dan tommy-gun di bahunya!

SI PACUL : Bagaimana perasaan Denmas melihat pemuda semacam itu? Mereka itu
satria unggul, bukan?

150
DENMAS : Tetapi aku suka dan sedih! Suka karena belum pernah aku seumur hidup
menyaksikan bakti kesatriaan bangsa Indonesia seperti sekarang. Sedih, melihat prajurit
muda, gagah perkasa itu cuma memakai celana buntung tak bersepatu dan berbaju.
Alangkah baiknya kalau diberi uniform, pakaian militer. Alangkah senang dan girang
hatinya sendiri. Alangkah pula besarnya minat dan keinginan bertarung di antara teman
sedesanya mereka itu, apalagi sesudah melihat temannya pulang membawa oleh-oleh
perang, tanda kemenangan. Rasanya brosur ini sudah terlampau jauh melebihi brosur
yang lain-lain.

SI PACUL : Sebagai penutup ucapkanlah beberapa kalimat, Dam, sebagai simpulan yang
penting.

SI GODAM : Kita di masa penyerangan musuh sekarang dan di hari depan perlu
mengadakan rencana. Bukan buat mengadakan perekonomian yang kuat-kokoh. Buat ini
kita tak diberi kesempatan. Rencana Ekonomi kita ialah buat berjuang semata-mata.
Berjuang mati-matian, karena maksud musuh sudah terang seperti cahaya matahari.
Hendaknyalah dengan cepat tangkas kita mengadakan badan buat mengatur penghasilan
dan pemakaian buat berjuang. Hasil itu mesti dicocokan dengan permintaan. Dalam
pembagian hasil itu, sekarang uang Jepang itu masih dipakai. Tetapi cetakan uang itu
sudah direbut Nica. Uang Jepang itu sangat mengalutkan perekonomian rakyat. Sudah
sampai temponya sekarang buat Pemerintah Republik mengambil tindakan mencegah
merosotnya uang Jepang yang menaikkan harga barang itu dan memutusasakan Rakyat
Jelata. Ada beberapa tindakan yang bisa diambil. Pertama Pemerintah Republik bisa
mencetak uang baru. Kedua, prajurit pekerja dan perang bisa dikasih karcis sesudah
menjalankan kewajibannya. Karcis itu dibolehkan dipakai di pasar dan di toko. Ketiga,
pakai sistem rakyat jelata di zaman Jepang. Karena uang Jepang amat merosot, maka
banyak rakyat di desa yang tak mau lagi menerima uang. Mereka tukarkan telur, ayam,
atau kerbaunya dengan kain. Salah satu, dua, atau ketiganya sistem itu boleh dipakai.
Tetapi boleh atau tidaknya dipakai, perkara sepenting itu, karena mengenai seluruh rakyat
tak bisa diputuskan begitu saja. Lebih dahulu mesti diadakan perundingan yang masak di
antara para wakil rakyat jelata. Di sini cuma bisa dimajukan dasar tindakan itu saja
seperti di atas. Tetapi tindakan keuangan itu mesti lekas diambil supaya semua

151
penceroboh itu mati kutu. Perlulah pula selekas mungkin diadakan hubungan dengan luar
negeri! Maklumlah saudara artinya tindakan ini, andaikan kita sudah siap dengan rencana
ekonomi berjuang. Makanan cukup buat rakyat dan prajurit, pakaian pun sudah mulai
ditenun.Wanita sudah ikhlas mengerahkan tenaganya buat mengurus dapur umum dan
palang merah. Perkakas tenun dengan tak berhentinya berputar oleh tangan wanita yang
ingin menang, ingin merdeka. Pembagian makanan dan pakaian berlaku dengan tetap
teratur diselenggarakan oleh laki-laki/perempuan tua dan muda dalam negeri. Di kaki dan
pinggang gunung, ratusan malah ribuan pondok siap sedia buat menerima penduduk kota
yang terpaksa menyingkirkan diri. Biarlah kaum imperialis membabi buta. Di udara dan
laut mereka bisa menang. Semua kota besar mungkin mereka bisa duduki. Tetapi selama
lembah, dataran, dan lereng gunung terus ditanami menurut rencana ekonomi yang
teratur rapi, selama semangat rakyat seluruhnya masih bulat percaya pada Hak
Kemerdekaannya, selama Tentara Rakyat masih pegang semangatnya yang menyala-
nyala itu, Saudara sekalian, akhirnya musuh mesti akan bertekuk lutut dengan tiada
perjanjian suatu apa. Sebelum imperialis itu meninggalkan pesisir kita belumlah akan kita
sarungkan belati kita ke sarungnya. Kembali kita ke alam kita, ke penghidupan yang
sederhana. Kita bisa dan kita terpaksa berlaku begitu! Dengan hidup sederhana dan
senjata sederhana kita bisa bertahan bertahuntahun. Camkanlah bahwa kekayaan
Indonesia yang istimewa itu mengizinkan kita bertarung lama dengan hidup miskin.
Semua kekayaan dan kemegahan Indonesia itu kelak akan jatuh kembali ke tangan kita
apabila kita sudah menang! Semboyan kita: RENCANA EKONOMI BERJUANG!
KEMERDEKAAN 100%! RENCANA EKONOMI SOSIALISTIS!

152
153

Anda mungkin juga menyukai