Anda di halaman 1dari 10

UPAYA PENINGKATAN TOLERANSI AKTIVITAS

PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT


MELALUI MANAJEMEN ENERGI
DI RUANG INTENSIVE

Jurnal Publikasi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi DIII Keperawatan

Disusun Oleh:

FARIDAH HANAWATI
2016.011.896

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
UPAYA PENINGKATAN TOLERANSI AKTIVITAS
PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT
MELALUI MANAJEMEN ENERGI
DI RUANG INTENSIVE

Faridah Hasnawati1, CemyNur Fitria2, Nanang Sri Mujiono3

1
Mahasiwa DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah
Surakarta
2
Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
JL.Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
*Email: faridahhasnawati@gmail.com

Kata Kunci Abstrak


AMI, toleransi Latar belakang:Penyakit Infark Miokard Akut merupakan sebuah
aktivitas, kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat aliran
managemen darah kebagian otot jantung terhambat atau juga terganggu.
energi. Infark Miokard Akut ini disebabkan adanya penyempitan
ataupun sumbatan pembuluh darah koroner. WHO
memperkirakan pada tahun 2020 penyakit AMI meningkat hingga
11 juta orang. Penyakit AMI mengalami curah jantungnya tidak
mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan kebutuhan
nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas maka
kebutuhan oksigen dan nutrisi meningkat sedangkan curah jantung
tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh maka menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Tujuan: Menyusun resume asuhan
keperawatan gawat darurat dalam upaya peningkatan toleransi
aktivitas pada pasien Infark Miokard Akut melalui manajemen energi
di ruang intensive. Metode: Metode yang digunakanya itu pendekatan
deskriptif dengan strategi studi kasus pada pasien dengan diagnose
AMI yang berada di intensive. Dengan pasien sadar di bangsal HCU
RSUD Pandan Arang Boyolali pada tanggal 21 Januari- 16 Februari
2019. Pasien berjumlah 2 orang. Hasil: Pasien menunjukan
peningkatan toleransi aktivitas setelah diberikan tindakan
keperawatan manajemen energi. Adanya pengaruh tindakan monitor
repson oksigen, monitor asupan nutrisi, monitor istirahat, teknik
perawatan diri dan latihan ambulasi dalam peningkatan toleransi
aktivitas. Tn S (75th)dariskor 1menjadi 4, danTn.S (60th) dariskor 1
menjadi 5. Kesimpulan: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas
dapat tercapai. Tindakan keperawatan monitor respon oksigen,
monitor asupan nutrisi, monitor istirahat, teknik perawatan diri, dan
latihan ambulasi yang dapat mempengaruhi intoleransi aktivitas.
EFFORTS TO INCREASE TOLERANCE ACTIVITIES
IN ACUTE INFARK MIOKARD PATIENTS
THROUGH ENERGY MANAGEMENT
IN INTENSIVE ROOM

Keywords Abstract
AMI, activity Background: Acute myocardial infarction is a condition of death in
tolerance, the myocardium (heart muscle) due to blood flow to the heart muscle
energy is blocked or also disturbed. This acute myocardial infarction is
management. caused by narrowing or blockage of the coronary arteries. WHO
estimates that by 2020 AMI will increase to 11 million people. AMI
has a cardiac output that is unable to meet the body's normal need for
oxygen and nutritional needs. If the patient has a lot of activity, the
need for oxygen and nutrients increases while the cardiac output is
not able to meet the needs of the body, causing problems of activity
intolerance. Objective: To compile an emergency nursing care resume
in an effort to increase the tolerance of activity in patients with Acute
Myocardial Infarction through energy management in intensive
space. Method: The method used was a descriptive approach with a
case study strategy in patients with intensive AMI diagnosis. With
conscious patients in the HCU ward, Pandan Arang Hospital Boyolali
on January 21 to February 16, 2019. The patient numbered 2 people.
Results: Patients showed increased activity tolerance after being
given energy management nursing actions. The influence of oxygen
monitor monitoring measures, monitor nutritional intake, monitor
rest, self-care techniques and ambulation exercises in increasing
activity tolerance. S (75th) of the heart 1 became 4, and TNS (60th)
from axis 1 to 5. Conclusion: Nursing problems in activity
intolerance can be achieved. Nursing actions monitor oxygen
response, monitor nutritional intake, monitor rest, self-care
techniques, and ambulation exercises that can affect activity
intolerance.

1. PENDAHULUAN penyumbatan aliran darah (cellular


Penyakit Infark Miokard Akut influx) dapat pula terjadi karena
disebut juga dengan AMI (Acute produksi mediators dan sitokin
Miokard Infark) adalah sebuah kondisi (chytokines) yang berlebihan pada suatu
kematian pada miokard (otot jantung) peradangan pembuluh darah
akibat aliran darah ke bagian otot (inflamematory vaskular disease), akan
jantung terhambat atau juga terganggu. membuat terjadinya pengaktivan
Infark Miokard Akut ini disebabkan endotesial (endothetial ectivetion).
adanya penyempitan ataupun sumbatan Proses tersebut menyebabkan sistem anti
pembuluh darah koroner. Dan pembuluh radang memproduksi zat penangkal
darah koroner ini adalah pembuluh (foamy macrophages) yang
darah yang memberikan makan serta membungkus bakteri atau zat asing yang
nutrisi ke otot jantung untuk dianggap sebagai pengganggu. Zat
menjalankan fungsinya. Selain itu, penangkal itu dikenal sebagai CPR (C-
Reactive Protein), suatu jenis protein adalah kelompok jantung dan pembuluh
yang diproduksi oleh hati. Bila diproses darah. Dari total 1.069.263 kasus yang
itu terjadi secara terus-menerus atau dilaporkan sebesar 69,51% (743.204
kronis, akibatnya jaringan pembuluh kasus) adalah penyakit jantung dan
darah rusak menjadi jaringan parut pembuluh darah (Profil Kesehatan
sehingga mengeras dan mudah pecah Provinsi Jawa Tengah, 2013).
(Abata, 2014). Di RSUD Pandan Arang
Pada tahun 2002 menurut Badan Boyolali, pasien dengan kasus Infark
Kesehatan Dunia tercatat lebih dari 7 Miokard Akut di ruang intensive
juta orang meninggal akibat Infark sebanyak 70 kasus dari 790 kasus, dan
Miokard Akut di seluruh dunia. Angka yang meninggal ada 5 kasus dalam
ini diperkirkan meningkat hingga 11 juta tahun 2018 (Rekam Medik, 2018).
orang pada tahun 2020. Di Indonesia, Asuhan keperawatan pasien
kasus Infark Miokard Akut semakin Infark Miokard Akut (AMI)
sering ditemukan karena pesatnya memunculkan beberapa masalah
perubahan gaya hidup. Meski belum ada keperawatan, salah satunya yaitu
data epidemiologis pasti, angka intoleransi aktivitas berhubungan
kesakitan/kematiannya terlihat dengan ketidakseimbangan antara suplai
cenderung meningkat. Hasil Survai oksigen miokardium dan kebutuhan,
Kesehatan Nasional tahun 2005 adanya iskemik/nekrotik jaringan
menunjukan tiga dari 1.000 penduduk miokardium yang ditandai dengan
Indonesia menderita infark miocard adanya gangguan frekuensi jantung,
(WHO, 2011). tekanan darah saat beraktivitas, terjadi
Di Indonesia menurut distritmi, dan kelemahan yang umum
Departemen Kesehatan pada tahun 2013 dijumpai pada penderita (Ardiansyah,
sebanyak 478.000 pasien terdiagnosis 2012).
penyakit jantung koroner. Prevalensi Intoleransi aktivitas itu sendiri
Infark Miokard Akut dengan ST-elevasi ialah ketidakcukupan energi psikologis
saat ini meningkat dari 25% ke 40% atau fisiologis untuk mempertahankan
(Depkes RI, 2013). atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
Prevalensi penyakit jantung sehari-hari yang harus atau yang ingin
koroner di Indonesia tahun 2013 pada dilakukan (NANDA, 2018).
usia ≥ 15 tahun berdasarkan wawancara Tujuan yang diharapkan dalam
terdiagnosis dokter sebesar 0,5 % dan manajemen energi : Infark Miocard Akut
yang berdasarkan terdiagnosis dokter yaitu agar terjadi peningkatan toleransi
atau gejala sebesar 1,5 %. Prevalensi pada pasien setelah dilakukan tindakan
penyakit jantung koroner berdasar jenis keperawatan selama di rumah sakit.
kelaminnya, yang di diagnosis dokter Upaya dalam peningkatkan toleransi
atau gejala lebih tinggi pada perempuan aktivitas salah satunya yaitu dengan
yaitu 0,5% dan 1,5%. Sedangkan pada manajemen energi melalui monitor
laki-laki adalah 0,4% dan 1,3%. respon oksigen, tirah baring,
Prevalensi Infark Miokard Akut menurut manganjurkan aktivitas fisik (misalnya
diagnosis dokter atau gejala tertinggi ambulansi), menawarkan bantuan untuk
berada di Nusa Tenggara Timur (4,4%), menstabilkan tidur, teknik relaksasi,
Sulawesi Tengah (3,8%), dan Sulawesi teknik perawatan diri dan periode
Selatan (2,9%). Prevelensi terendah istirahat (NIC-NOC, 2018).
terdapat di Provinsi Riau (0,3%), Menurut Widiyanto, dkk (2014)
sedangkan di Jawa Tengah mencapai dengan judul “Terapi Oksigen Terhadap
1,4% (Riskesdas, 2013). Perubahan Saturasi Oksigen Melalui
Di Provinsi Jawa Tengah Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien
melaporkan data PTM tahun 2013 Infark Miokard Akut (IMA)”
sebanyak 31 kabupaten/kota (88,57%). berdasarkan hasil penelitian yang
Kasus tertinggi penyakit tidak menular dilakukan sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu 29 Pengkajian pada pasien I
(76,3%) responden dan sebanyak 9 dilakukan pada tanggal 30 Januari 2019
(23,7%) adalah responden perempuan. melalui wawancara langsung kepada
Sebagian besar responden mengalami keluarga pasien, observasi langsung
peningkatan saturasi oksigen kembali didapatkan hasil identitas umum : nama
normal (SaO2 95%-100%) setelah Tn. S, 75 tahun, jenis kelamin laki-laki,
diberikan terapi oksigen binasal kanul suku Jawa, pekerjaan pegawai PNS
yaitu sebanyak 32 (84,2%) responden (pensiun), alamat di Pokoh Rt 01/01
dan sebanyak 6 (15,8%) responden tetap Boyolali. Hasil pengkajian pukul 08:00
dengan hipoksia ringan (SaO2 90% - < WIB dengan data subyektif : Tn.S (75th)
95%). mengatakan nyeri dada kiri menjalar ke
Berdasarkan uraian di atas maka leher seperti ditusuk-tusuk, dengan skala
penulis tertarik mengambil studi kasus 8 hilang timbul, pasien merasakan sesak
tentang upaya peningkatan toleransi napas bertambah setelah beraktivitas
aktivitas pada pasien Infark Miokard sedang maupun berat. Tn.S (75th)
Akut melalui manajemen energi di ruang mengatakan mudah lelah, tidak memiliki
intensive. tenaga pada seluruh tubuh, semua
2. METODE PENELITIAN kegiatan dibantu perawat dan keluarga.
Jenis metode penelitian yang Data obyektif : TD : 144/91 mmHg, S :
digunakan adalah metode penelitian 36,8 ͦ C, RR : 30 x/menit, HR :
deskriptif dengan pendekatan case study 89x/menit, SPO2 : 98%. Pemeriksaan
research (studi kasus). Subjek yang penunjang berupa hasil laboratorium
digunakan dalam penelitian yaitu 2 darah rutin tanggal 29 Januari 2019
responden baik laki-laki maupun leukosit 14690 /uL (4.800 - 10.800),
perempuan yang mengalami penyakit Troponin I 0.06 (< 0.01), eritrosit 4.62
STEMI. Penelitian ini dilakukan di 10^6/uL (4.7 - 6.1), FIO2 33.0 %, SPO2
ruang HCU RSUD Pandan Arang 98% (94 - 98) , PH 7.38 (7.35 – 7.45),
Boyolali. Instrumen penelitian dalam pCO2 25 mmol/L (35 – 45), pO2 109
penelitian ini meliputi Nursing kit, alat mmol/L (80 – 100), Base Excess (BEb) -
tulis, format pengkajian asuhan 9.2 mmol/L (0 - 2.5), HCO3 17.8
keperawatan gadar, SOP manajemen mmol/L (22 - 26). Hasil EKG : ST-
energi, dan lembar observasi pasien. Elevasi V4 - V5.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengkajian pada pasien II
A. Hasil dilakukan pada tanggal 09 Februari 2019
melalui wawancara langsung kepada
Pada bab ini akan dibahas pasien, observasi langsung didapatkan
tentang resume asuhan keperawatan hasil identitas umum : nama Tn. S, 60
upaya peningkatan toleransi aktivitas tahun, jenis kelamin laki-laki, suku
pada pasien Infark Miokard Akut melalui Jawa, pekerjaan wirausaha, alamat di
manajemen energi di ruang intensive Surowedanan 05/09 Boyolali. Hasil
yang dilakukan pada tanggal 21 Januari pengkajian 08:30 WIB didapatkan data
2019 s.d 16 Februari 2019 di HCU subyektif : Tn.S (60th) mengatakan
RSUD Pandan Arang Boyolali. nyeri dada kiri saat beraktivitas seperti
Pengkajian ini bersumber dari ditindih dengan skala 6 hilang timbul.
wawancara kepada keluarga pasien, Tn.S (60th) mengatakan badan terasa
pasien sendiri, observasi langsung, lemah, mudah lelah saat beraktivitas,
status rekam medik pasien, keterangan sesak napas, aktivitas pasien sebagian
dokter yang merawat pasien, dari dibantu perawat dan keluarga. Data
perawat jaga dan dari hasil pemeriksaan obyektif : TD : 136/98 mmHg, RR : 25
penunjang laboratorium yang x/menit, HR : 93x/menit, SPO2 : 98 %,
berkaitan dengan pasien. kegiatan tampak dibantu perawat,
aktivitas klien hanya tirah baring,
terlihat tidak nyaman setelah mengatakan tidak merasakan sesak
beraktivitas. Pemeriksaan penunjang napas, tapi masih merasa nyeri dada kiri
berupa hasil laboratorium tanggal 09 skala 2 hilang timbul seperti ditindih.
Februari 2019 leukosit 11800 / uL Respon obyektik pasien mampu
(4800-10800), Troponin I 0.51 (< 0.01), melakukan aktivitas disekitar ruangan
SGOT 39 u/L (< 35), GDS : 166 mg/dL, dengan kedaan umum sedang.
pemeriksaan EKG : ST-Elevasi V1-V3. Analisanya yaitu NOC belum tercapai.
Planning yaitu intervensi manajemen
Berdasarkan data yang energi dilanjutkan.
didapatkan pada Tn.S (75th) dan Tn.S
(60th) didapatkan diagnosa Evaluasi keperawatan pada Tn.
keperawatan yaitu intoleransi aktivitas S (60th) pada tanggal 13 Februari 2019
berhubungan dengan ketidakseimbangan yaitu didapatkan data subyektif berupa
antara suplai dan kebutuhan oksigen Pasien mengatakan saat beraktivitas
yang diamati langsung oleh peneliti tidak merasa lelah maupun sesak napas.
selama ± 5 hari. Tujuan dan kriteria Data obyektif pasien mampu melakukan
hasil (NOC): setelah dilakukan tindakan aktivitas secara mandiri. Kegiatan pasien
keperawatan 5x24 jam, diharapkan dapat dipantau mulai dari ruang intensive
meningkatkan toleransi aktivita dengan sampai ke ruang rawat inap, pasien
kriteria hasil; mampu menjaga mampu duduk ditempat tidur sampai
kebersihan dan tampilan personal, mampu beraktivitas diluar rungan
menunjukan nafsu makan yang adekuat, dengan keadaan umum baik.
dapat mematuhi rejimen terapiutik, Analisanya yaitu NOC tercapai.
menunjukan konsentrasi, dan Planning yaitu intervensi dihentikan.
menunjukan tingkat energi yang stabil.
Intervensi keperawatan yang dilakukan B. Pembahasan
adalah : tingkatkan tirah baring, Infark Miokard Akut (AMI)
anjurkan aktivitas fisik, tenik perawatan adalah sumbatan yang tiba-tiba pada
diri, mengajarkan relaksasi benson, satu atau lebih arteri koroner, jika
monitor asupan nutrisi, monitor respon sumbatan terjadi pada area lebih kecil,
oksigen pasien. Intervensi yang dapat nekrosis jaringan jantung dan
dilakukan pada masalah keperawatan selanjutnya pembentukan jaringan parut
intoleransi aktivitas yaitu manajemen akan terjadi, namun pembuluh darah lain
energi yang meliputi tingkatkan tirah dapat mengambil alih area yang cedera
baring, anjurkan aktivitas fisik, tenik (Roslandl & Mary, 2017).
perawatan diri, mengajarkan relaksasi Berdasarkan analisa data dari
benson, monitor asupan nutrisi, monitor pasien didapatkan nyeri dada yang
respon oksigen pasien (NIC-NOC, merupakan gejala paling umum tanpa
2018). bergantung pada lokasi infark. Infark
Implementasi keperawatan yang anterior sering menimbulkan sesak nafas
telah dilakukan pada Tn. S (75th) pada karena gangguan ventrikel kiri. Infark
tanggal 30 Januari 2019 dimulai sekitar inferior sering menimbulkan mual,
pukul 08.00 WIB sampai selesai dan muntah, diaforesis, dan cegukan. Infark
pada Tn.S (60th) 9 Februari 2019 lateral sering menimbulkan nyeri lengan
dimulai sekitar pukul 09.00 WIB sampai kiri (Rampengan, 2012). Faktor resiko
selesai. disertai dengan proses kimiawi
terbentuknya lipoprotein di tunika
Hasil evaluasi yang dilakukan intima yang dapat menyebabkan
pada hari ke tiga pada Tn.S (75th) pada interaksi fibrin dan patelet sehingga
tanggal 4 Februari 2019 didapatkan hasil menimbulkan cedera endotel pembuluh
Evaluasi keperawatan pada Tn. S (75th) darah koroner. Interaksi ini
pada tanggal 4 Februari 2019 yaitu menyebabkan invasi dan akumulasi lipid
didapatkan data subyektif berupa Pasien yang membentuk plak fibrosa.
Timbunan plak menimbulkan lesi kegagalan jantung dalam memompa
komplikata dapat menimbulkan tekanan darah dan efek jantung ke depan
pembuluh darah dan apabila ruptur terjadinya penurunan COP sehingga
terjadi thrombus. Thrombus yang suplai darah dan oksigen sistemik tidak
menyumbat pembuluh darah adekuat menyebabkan kelelahan dan
menyebabkan aliran darah berkurang, sesak napas (Aspiani, 2014).
sehingga sulpai O2 ke jaringan
miokardium berkurang berakibat Pemeriksaan penunjang
penumpukan asam laktat. Hal ini berdasarkan data laboratorium pasien
menyebabkan nyeri dan perubahan PH mengalami kenaikan troponin I dan
endokardium, akhirnya menyebabkan leukosit. Troponin I merupakan petanda
perubahan sistem konduksi jantung biokimia yang lebih disukai untuk
sehingga jantung mengalami distrimia. mendeteksi jejaks miokard, karena
Iskemia berlangsung 30 menit hampir spesifik absolut jaringan
menyebabkan kerusakan otot jantung miokard dan mempunyai sensivitas yang
ireversibel dan infark (Aspiani, 2014). tinggi, bahkan dapat menunjukkan
adanya nekrosis miokard yang kecil.
Sebuah jantung dengan penyakit Leukosit memegang peran penting
aterosklerosis yang berat pada pembuluh dalam respon inflamasi pada cedera dan
darah koroner menjadi sempit dengan mekanisme perbaikan yang bertujuan
pasokan darah ke jantung akan untuk menggantikan area yang telah
berkurang, pada saat peningkatan nekrosis menjadi kolagen.
aktivitas fisik dapat menimbulkan Meningkatnya leukosit adalah naiknya
masalah jantung karena pembuluh darah kadar kortisol yang terjadi selama reaksi
sudah sakit bukan hanya sempit tetapi stress akut pada IMA, disaat bersamaan
juga tidak dapat melakukan vasodilatasi terjadi kematian miokard akan
yang adekuat. Sehingga pembuluh darah menyebabkan pengeluaran troponin dari
tidak dapat menyuplai cukup oksigen dalam sel otot jantung sehingga troponin
untuk memenuhi demand jantung, dan berada didalam darah dan dapat diukur
keadaan tersebut dapat bermanifestasi keberadaannya (Meidhiyanto dkk,
sebagai keluhan nyeri dada (Berkowitz, 2016).
2013).
Analisa gas darah menghasilkan
Otot jantung yang infark data yakni PH 7.38 (7.35-7.45), PaCO2
mengalami perubahan selama 25 mmol/L (35-45), PaO2 109 mmol/L
penyembuhan. Mula-mula otot jantung (80-100), menyimpulkan bahwa terjadi
mengalami infark tampak memar karena alkalosis repiratorik terkompensasi
darah di daerah sel tersebut berhenti. penuh. Alkalosis respiratorik adalah
Dalam waktu 24 jam timbul oedem sel- suatu keadaan saat darah menjadi basa
sel dan terjadi respon peradangan yang karena pernafasan yang cepat dan dalam
disertai infiltrasi leukosit. Infark menyebabkan kadar karbondioksida
miokardium akan menyebabkan fungsi dalam darah menjadi rendah, disebabkan
ventrikel terganggu karena otot pernafasan yang cepat dan dalam
kehilangan daya kontraksi. Sedang otot (hiperventilasi), yang menyebabkan
yang iskemia mengalami gangguan terlalu banyak jumlah karbondioksida
dalam daya kontraksi secara funsional yang dikeluarkan dari aliran darah.
infark miokardium akan mengakibatkan Penyebab hiperventilasi yang paling
perubahan-perubahan pada daya sering ditemukan adalah kecemasan.
kontraksi, gerakan dinding abdormal,
perubahan stroke volume, pengurangan Manajemen energi adalah
ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik pengaturan energi yang digunakan untuk
dan penurunan volume akhir diastolik mengatasi atau mencegah kelelahan dan
ventrikel. Keadaan ini menyebabkan mengoptimalkan fungsi (NIC-NOC,
2018).
Mengacu pada masalah utama Penatalaksanaan medis penyakit
yang ditegakkan tersebut, NOC yang infark miokard selanjutnya adalah
diambil yaitu energi psikomotor. pemberian terapi oksigen. Terapi
Menurut NIC-NOC (2018) energi oksigen bertujuan untuk
psikomotor adalah dorongan dan energi mempertahankan oksigenasi jaringan
personal untuk mempertahankan nutrisi, tetap adekuat dan dapat menurunkan
keamanan ,dan aktivitas hidup sehari- kerja miokard akibat kekurangan suplai
hari. Indikator dari NOC energi oksigen. Meningkatnya volume oksigen
psikomotor adalah mampu menjaga dalam hal ini FiO2 yang masuk kedalam
kebersihan dan tampilan personal, paru-paru maka secara tidak langsung
menunjukan nafsu makan yang adekuat, juga menambah kapasitas difusi paru
dapat mematuhi rejimen terapeutik, dan meningkatkan tekanan parsial O2
menunjukkan kemampuan dalam (PO2) akan semakin banyak oksigen
menyelesaikan tugas sehari-hari dengan yang dapat diikat oleh hemoglobin untuk
baik, dan menunjukan tingkat energi dihantarkan ke jaringan diseluruh tubuh
yang stabil. Alasan penulis mengambil sehingga dapat mengembalikan saturasi
NOC tersebut yaitu karena diharapkan oksigen ke nilai normal. Pasien yang
pasien mampu untuk menunjukkan mengalami hipoksia memerlukan
status energi dengan baik. pengendalian fraksi oksigen (FiO2) pada
alat terapi oksigen dengan aliran oksigen
NIC yang diambil yaitu sistem arus rendah dibagi menjadi enam
manajemen energi. Menurut NIC-NOC yaitu; 1 l/mnt: FiO2 24-27, 2 l/mnt:
(2018) manajemen energi yaitu FiO2 28-31, 3 l/mnt: FiO2 32-35 l/mnt,
pengaturan energi yang digunakan untuk 4 l/mnt: FiO2 36-39, 5 l/mnt: FiO2 40-
menangani atau mencegah kelelahan dan 44, dan 6 l/mnt: FiO2 44 (Rilantono,
mengoptimalkan fungsi. NIC yang 2012). Disimpulkan bahwa pasien
digunakan yaitu : Tirah baring dengan kategori FiO2 33.3 % mendapat terapi di
semi fowler membantu dalam ruang intensive sebesar 3 liter/menit
menurunkan beban kerja dengan (Widiyanto, dkk. 2014).
menurunkan volume intravaskular
melalui indikasi diuresis berbaring S emi Asuhan keperawatan pemberian
fowler yaitu cara berbaring pada pasien tindakan manajemen energi ini diberikan
dengan posisi setengah duduk yang kepada 2 pasien yaitu Tn.S (75th), dan
bertujuan untuk mengurangi sesak nafas Tn.S (60th). Pemberian tindakan
dan memberikan rasa nyaman, latih manajemen energi kepada 2 responden
pasien miring kanan dan kiri bertujuan tersebut dilakukan dengan cara sama
untuk membatasi aktivitas klien dan yaitu dengan memberikan tindakan
menganjurkan istirahat untuk manajemen energi antara lain tirah
mengurangi kerja jantung (Muttaqin, baring, monitor asupan nutrisi, monitor
2008). respon pemberian oksigen melalui nasal
kanul, dan monitor istirahat. Pada Tn.S
Tirah baring dilakukan untuk (75th) dan Tn.S (60th) setelah diberikan
mengantisipasi supaya tidak terjadi tindakan manajemen energi selama 5
dekubitus dengan melakukan alih baring hari berturut-turut pasien mampu
/ perubahan posisi. Alih baring bertujuan menunjukan toleransi yang cukup baik.
untuk menjaga supaya daerah yang Hal ini mengindikasikan bahwa tindakan
tertekan tidak mengalami luka. Pada manajemen energi terbukti sangat efektif
pasien bedrest alih baring dilakukan dilakukan untuk meningkatkan toleransi
minimal 2 jam, interval yang tepat untuk aktivitas pasien ST-Elevasi Miokard
melakukan alih baring diberikan dengan Akut. Setelah dilakukan tindakan asuhan
mengurangi waktu merubah posisi keperawatan pasein Tn.S (75th) dan
dengan waktu hipoksia (Potter&Perry, Tn.S (60th) ada kekuatan pendukung
2012). yaitu kerjasama yang ditunjukan sangat
baik, pasien mampu melakukan instruksi 1. Penulis menyusun resume
dari perawat, keluarga juga antusias dan keperawatan yang dilakukan
senang hati membantu melakukan selama 5 hari. Dari hasil pengkajian
aktivitas atau tindakan yang diberikan yang didapatkan data pasien
pada pasien. Komunikasi diantara mengatakan sesak napas, dan nyeri
keluarga pasien dan penulis sangat baik, dada kemudian didapatkan masalah
ramah, ada pertukaran informasi, keperawatan yaitu intoleransi
perasaan terjalin dengan baik, dan aktivitas berhubungan dengan
terbuka. ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yaitu
Evaluasi keperawatan pada Tn. melakukan tindakan manajemen
S (75th) pada tanggal 4 Februari 2019 energi yang terdiri dari tirah baring,
yaitu didapatkan data subyektif berupa monitor oksigen, monitor asupan
Pasien mengatakan merasakan nyeri nutrisi, dan perawatan diri. Evaluasi
dada kiri skala 2 hilang timbul seperti yang didapatkan pada Tn.S (75th)
ditindih. Respon obyektik pasien mampu dan Tn.S (60th) yaitu mampu
melakukan aktivitas disekitar ruangan menunjukkan toleransi aktivitas
dengan kedaan umum sedang. yang baik.
Analisanya yaitu NOC belum tercapai. 2. Tindakan manajemen energi
Planning yaitu intervensi manajemen terbukti efektif untuk meningkatkan
energi dilanjutkan. toleransi aktivitas.
Evaluasi keperawatan pada Tn. B. Saran
S (60th) pada tanggal 13 Februari 2019 1. Bagi Rumah Sakit
yaitu didapatkan data subyektif berupa Meningkatkan mutu
Pasien mengatakan saat beraktivitas pelayanan dalam memberikan
tidak merasa lelah maupun sesak napas. asuhan keperawatan secara
Data obyektif pasien mampu melakukan komprehensif pada pasien infark
aktivitas secara mandiri. Kegiatan pasien miokard akut dengan manajemen
dipantau mulai dari ruang intensive energi untuk meningkatkan
sampai ke ruang rawat inap, pasien toleransi aktivitas.
mampu duduk ditempat tidur sampai 2. Bagi Profesi Keperawatan
mampu beraktivitas diluar rungan Memberikan wawasan baru
dengan keadaan umum baik. terhadap pengembangan pada
Analisanya yaitu NOC tercapai. asuhan keperawatan khususnya
Planning yaitu intervensi dihentikan tindakan managemen energi pada
pasien infark miokard akut untuk
C. Keterbatasan Studi Kasus mengatasi intoleransi aktivitas.
Keterbatasan yang dialami oleh 3. Bagi Institusi Pendidikan
penulis dalam melakukan penelitian Sebagai referensi dalam
studi kasus yaitu Penulis hanya ilmu pengetahuan khususnya
melakukan observasi dan tindakan dalam bidang keperawatan pada
keperawatan selama 5 hari, sehingga tindakan managemen energi pada
hasil yang di dapatkan kurang maksimal. pasien infark miokard akut untuk
Intervensi untuk diagnosa intoleransi meningkatkan toleransi Bagi
aktivitas baru bisa di implementasikan Penulis
setelah pasien stabil atau hari ke-2 4. Bagi Penulis
pasien dirawat diruang intensive. Menambah wawasan dan
pengalaman tentang asuhan
4.SIMPULAN
kerawatan pada pasien infark
A. Simpulan
miokard akut.
Penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal diantaranya:
5. REFERENSI Potter, A.G & Perry, P.A. 2012. Buku
Ajar Fundamental
Abata, Qorry ‘Aina. 2014. Ilmu Penyakit Keperawatan: Konsep,
Dalam. Madiun : Yayasan PP Proses, Dan Praktik.
Al-Furqon. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Rampengan, Starry. 2012. Penyebab
Bedah Untuk Nyeri Dada Kardiak dan
Mahasiswa. Yogyakarta Nonkardiak. Vol 20 (1) :
: DIVA Press. 045 - 053.
Aspiani, RY. 2014. Asuhan Kepeawatan Roslandl, CB & Mary TW. 2017. Buku
Gerontik. Jakarta Timur Ajar Keperawatan
: CV Trans Info Media. Dasar, Ed. 10. Jakarta :
Berkowitz, A. 2013. Lecture Notes EGC. Terjemahan dari
Patofiologi Klinik. Textbook Of Basic
Irawan, ed. Tanggerang Nursing, 10 th Ed.
: Binarupa Aksara. Thaler, Malcolm S. 2016. Satu-Satunya
Depkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Buku EKG Yang Anda
Kesehatan Dasar Perlukan, Ed. 8. Jakarta
(RISKESDAS). Jakarta : : EGC. Terjemahan dari
Badan Penelitian dan The Only EKG Book
Pengembanan You’ll Ever Need, 8 Th
Kesehatan. Ed.

Greenberg, Michael I. 2008. Teks Atlas Widiyanto, dkk. 2014. Terapi Oksigen
Kedokteran Terhadap Perubahan
Kedaruratan. Jakarta : Saturasi Oksigen
Erlangga. Melalui Pemeriksaan
Oksimetri Pada Pasien
Meidhiyanto, dkk. 2016. Hubungan Infark Miokard Akut
Jumlah Leukosit (AMI). Prosiding
Terhadap Kadar Konferensi Nasional II
Troponin I Pada Pasien PPNI Jawa Tengah.
Infark Miokard. Vol 5 Hal. 138-143.
(4) : 1545-1551.
WHO. (2011). Epidemiologi Of Non
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Communicable Disease
Keperawatan Klien Report Of WHO
Dengan Gangguan Consultation. Geneva
Sistem Persarafan. Switzerland.
Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai