DOSEN PEMBIMBING:
Prof.Dr.Gusril,M.Pd
Anton Komaini,S.si.,M.Pd
Disusun Oleh:
2020
Review Buku Prof. Dr. Phill.H. Yanuar Kiram
BAB 8
A. Perhatian Awal
Koreksi awal dalam proses pembelajaran motorik dalam upayapencapaian hsail belajar
yang optimal merupakan salah satu aspek yang sangat vital dan strategis. Pengertian vital, dapat
diterjemahkan sebagai suatu aspek yang sangat menentukan kualitas proses belajar. Dengan
pengertian lain, bahwa tanpa koreksi gerakan, seseorang tidak akan mencapai hasil yang optimal.
Banyak sekali kegagaln yang ditemui dalam belajar yang diakibatkan karena
ketidaktepatan di dalam memberikan koreksi terhadap kesalahan gerakan yang terjadi. Dalam
belajar keterampilan motorik olahraga, koreksi merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk
mempercepat pencapain hasil belajar yang baik.
Seperti yang telah dikemukakan,ternyata memberikan koreksi gerakan bukanlah suatu hal
mudah. Dari hasil pengalaman dilapangan ditemui beberapa masalah yang cukup mendasar, antara
lain :
1. Kebanyakan para guru pendidikan jasmani belum memahami hakikat, fungsi, tujuan, dan
cara memberikan koreksi tehadap kesalahan gerakan.
2. Kebanyakan koreksi gerakan yang diberilan belum berdasarkan diagnosis yang tepat.
3. Sebagian besar guru pendidikan jasmani belum memahami dengan baik penyebab
terjaddinya kesalahan gerakan.
4. Kebanyakan koreksi gerakan yang diberikan baru berdasarkan pda pengamatan guru.
Dengan kata lain koreksi gerakan yang diberikan mengabaikan dialog antar guru dan
peserta didik.
5. Kebanyakan para guru pendidikan jasmani belum memahami secara mendasar tentang
pengertian kesalahan.
Pelaksanan koreksi terhdap kesalahan gerakan yang terjadi dalam proses pembelajaran
keterampilan motorik olahraga, pada umumnya dilakukan didahului tanpa diagnosis. Artinya,
koreksi yang diberikan, baru terbatap pada hal-hal yang dapat diamati. Permasalahan lain adalah
bahwa koreksi gerkan yang dilakukan baru terbatas pada kesalahan apa yang baru terjadi,
misalnya dalam lompat jauh. Seoramg peserta didik belum dapat menempatkan kaki tumpuannya
dengan tepat pada balok tumpuan. Biasanya guru peendidikan jasmani mengatakan kepada peserta
didik supaya menempatkan kaki tumpuan yang lebih tepat lagi. Sementara itu, analisis terhadap
kemungkinan penyebab ketidaktepatan penempatan kaki tunpu tersebut diabaikan atau kurang
mendapatkan perhatian.
Koreksi yang diberikan tanpa suatu diagnosis yang cermat, akan cenderung mengarah pada
koreksi yang tidak tepat. Dalam pengertian ini dapat diterjemahkan bahwa diagnosis kesalahan
yang benar merupakan dasar untuk dapat memberikan koreksi yang benar. Koreksi salah atau
kurang relevan dengan kesalahan yang terjadi, mengakibatkan terapi gerakan yang diberikan juga
tidak benar. Kalau demikian keadaanya, maka proses dan produk yang dihasilkan dalam proses
pembelajaran akan mengecewakan.
Mendiagnosis suatu kesalahan gerakan yang terjaddi, dapat diartikan sebagai upaya untuk
menelusuri dan mengetahui penyabab suatu kesalahan. Penelusuran terhadap penyebab kesalahan
yang terjadi dapat berlangsung lama dan tidak terarah, bila guru pendidikan jassmani itu sendiri
tidak memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk itu. Biasanya guru
pendidikan jasmani yang menguasai ilmu pengetahuan yang cukup mendukung dan memiliki
pengalaman yang banyak, maka penelusuran terhadap penyebab kesalahan dapat berlangsung
dengan cepat.
Untuk dapat melakukan diagnosis yang terarah dan tepat sebaiknya guru pendidikan
jasmani, disamping harus memiliki ilmu dan pengalaman, juga membuat suatu daftar penyebab
teijadinya suatu kesalahan, misalnya dalam lompat jauh dapat dibagi atas:
• Awalan,
• Menolak,
• Melayang, dan
• Mendarat.
Untuk setiap bagian tersebut dibuat suatu daftar kemungkinan penyebab terjadinya
kesalahan, misalnya faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam
awalan. Bila faktor-faktor telah dirumuskan, maka kita akan mudah menelusuri penyebab
terjadinya kesalahan. Dalam belajar keterampilan motorik sumber penyebab terjadinya kesalahan
secraa garis besarnya dapat diklasifikasikan atas lima klasifikasi:
1. Faktor kondisi,
2. Faktor koordinasi,
3. Faktor informasi,
4. Faktor motivasi, dan
5. Faktor-faktor persyaratan luar (fasilitas,peralatan,serta sporter).
Masing-masing faktor masi dapat diabgi lagi secara lebih terperinci. Perincian tersebut dapat
dilakukan dalm suatu format, sehingga mempermudahkan bagi guru untuk mengetahui dengan
lebih cepat kesalahan apa yang terjadi dan apa penyebabnya.
Upaya mempertajam diagnosis tentang penyebab terjadinya kesalahan gerakan melalui dialog
dengan peserta didik, sering diabaikan. Hal yang demikian ini dapat diartikan bahwa koreksi
gerakan yang dilakukan hanya merupakan penilaian sepihak, yaitu hanya berdasarkan pada apa
yang dapat diamati oleh guru. Padal seperti sudah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa
penyebab terjadinya kesalahan gerakan sangat erat kaitannya dengan hal-hal yang tidak dapat
diamati dengan mata.
a) Sebgai pedoman atau dasar untuk memberikan koreksi kesalahan yang terjadi,
b) Untuk dapat melokalisasiakan letak kesalahan,
c) Untuk mengidentifikasikan jenis dan faktor yang menyebabkan teijadinya kesalahan, dan
d) Untuk memperkirakan atau menemukan alternaltif-alternatif bantuan untuk perbaikan
kesalahan yang terjadi.
2. Pengertian Kesalahan Gerakan
Kesalahn dapat diartiakn sebagai suatu penyimpangan negatif yang terjadi pada norma-
norma atau ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam belajar ketrampilan
motorik, objek yang diamati adalah kualitas jalannya suatu gerakan. Pengamatan terhadap
jalannya kualitas suatu gerakan dapat diamati dari ciri-ciri koordinasi gerakan.(ciri- ciri koordiansi
gerakan telah diterangkan pada bab terlebih dahulu). Adapun penyimpangan- penyimpangan yang
terjadi dari setiap ciri-ciri koordinasi gerakan dapat dilihat dari dimensi ruang dan waktu.
Pengertian sederhana dari suatu kesalahan adalah suatu pernedaan yang terjadi antara apa
yang harus dicapai dan apa yang telah diraih dalam pelaksanaan suatu gerakan. Artinya, suatu
kesalahan dapat dikatakan telah terjadi apabila tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan tidak
terpenuhi.
Melihat kenyataan yang ditemui dilapangan, ternyata kebanyakan dari guru pendidikan
jasmani, melaksanakan koreksi dan terapi gerakan-gerakan yang salah, belum lagi dilaksanakan
secara mendasar. Ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran itu sendiri. Kebanyakan koreksi dan
terapi gerakan dilaksanakan sekaligus (dalam waktu bersamaan) dan diberikan secara sepintas
lalu.
Konsep ataupun ide dalam proses pendidikan jassmani jangan diterjemahkan sebagai suatu
yang rumit. Konsep dalam pendidikan jasmani misalnya mengaktifkan peserta didik baik secara
fisik maupun psikis untuk melakukan aktivitas fisik atau gerakan sehingga bermanfaat bagi
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Adapun ide, misalnya bermain dan melakukan gerakan
yang benar.
Upaya untuk melaksanakan gerakan-gerakan yang benar bertujuan agar peserta didik
memiliki simpanan motorik yang benar. Dengan pengertian lain meminimalkan simpanan motorik
yang salah. Impikasi dari kedua tuntutan tersebut dapat melakukan pengamatan secara cermat
terhdap pelaksanaan gerakn yang dituntut, untuk selanjutnya harus mampu memberikan koreksi
dan terapi gerakan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Salah satu kelemahan yang dilakukan oleh guru pendidikan jassmani adalah salah dalam
mengklompokkan penyebab kesalahan. Untuk dapat mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan
pengetahuan dan pemahaman terhadap sumber-sumber penyebab terjadinya kesalahan, serta
pengelompokkannya. Pada dasarnya penyebab terjadinya kealahan gerakan dapat dikelpompokan
menjadi lima kelompok.
l. Kemampuan Kondisi
Unsur kemamouan kondisi selalu merupak suatu prasyarat untuk mempelajari suatu
keterampilan motorik. Oleh karena itu, kemampuan kondisi dapat merupakan salah satu penyebab
terjadinya kesalahan. Kemampuan kondisi yang dimaksudkan dalam hal ini meliputi: kekuatan,
kecepatan, kelenturan, dan datya tahan. Kebanyakn guru pendidikan jasmani hanya sering
memberikan intuksi pada peserta didik agar lebih tepat lagi.
Perlu dipahami oleh guru pendidikan jasmani bahwa bentuk-bentuk latihan untuk
mempermudahkan pembentukan daya tahan yang diberikan tidak boleh monoton. Dengan
pengertian lainbbahwa bentuk-bentuk latihan yang diberikan harus bervariasi, sehingga tidak
menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, bahkan sebaliknya dapat membangkitkan
meningkatkan motivasi mereka dalam melaksanakan latihan-latihan yang diberikan. Sehubungan
dengan iti, akan sanagt bermanfaat bila latihan-latihan yang diberikan dalam bentuk
bermain,sehingga tidak membosankan.
2. Kemampuan Koordinasi
Langkah-langkah yang dpat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam melakukan
pengamatan, koreksi dan perbaikan serta pembentukan kemampuan koordinasi sebagai berikut:
a) Tentukan unsur-unsur koordinasi yang dibutuhkan oleh suatu cabang olahraga yang
diajarkan.
b) Tentukan urutan/sistematika undur koordinasi yang dibutuhkan. Urutan tersebut harus
menggambarkan unsur koordinassi mana yang lebih dibutuhkan.
c) Tentukan unsur joordinasi penunjang.
Bila terjasi kesalahan terhadap unsur-unsur pokok dan penunjang sekaligus, maka upaya
perbaiakn harus melakukan terlebih dahulu terhadap unsur pokok.
3. Motivasi
Motivassi merupakan salah satu faktor yang dapat mejadi penyebab terjadinya kesalahan.
Rendahnya motivasi dapat mengakibatkan antara lain:
4. Perayaratan-Persyaratan Luar
Kondisi persyaratan luar seperti fasilitas atau peralatan yang dibutuhkan/digunakan yang tidak
mendukung dapat merupakan sumber penyebab terjadinya kesalahan, misalnya peralatan yang
rusak, ukuran peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik (terlalu
berat, terlalu ringan, terlalu panjang, terlalu pendek dan terlalu besar).
5.Informasi
Suatu gerakan yang ditampilakan merupakan suatu realisasi program gerakan yang
dikontruksi secara psikis. Program gerakan itu sendiri disusun berdasarkan informasi yang
diterima oleh peserta didik. Ketidaklengkapan informasi mengakibatkan program gerakan yang
disusun oleh peserta didik juga tidak lingkap.
Sering kali koreksi kesalahan gerakan diartikan sebagaian keliru oleh kebanyakan guru
pendidikan jasmani. Kekeliruan itu adalah mengartikan koreksi gerakan sebagai terapi gerakan.
Padahal koreksi gerakan merupakan langkah sebelum terapi gerakan diberikan. Untuk mencegah
dan mengatasi kekeliruan tersebur diperlukan pemahaman yang baik tentang pengertian koreksi
gerakan.
Untuk dapat mengarahkan guru pendidikan jasmani dalam memberikan koreksi gerakan
maka terlebih dahulu perlu dipahami fungsi koreksi gerakan tersebut didalam proses
pembelajaran. Fingsi koreksi gerakan, antara lain:
Terapi atayu perbaikan kesalahan gerakan merupakan sesuatu yang selalu menjadi maslah
dalam belajar keterampilan motorik. Permasalahan itu muncul antara lain disbebkan oleh kurang
tepatnya diagnosis kesalahan yang dirumuskan. Konsekuensi logisnya adalah terapi atau
perbaikan yang duberikan tidak relevan dengan kesalahan yang terjadi.
Bila terapi gerkan yang diberikan tidak relevan dengan bentuk dan penyebab kesalahan yang
terjadi, maka perbaikan yang diharapkan tidak akan pernah terjadi, bahkan efek yang lebih
berbahaya adalah munculnya suatu bentuk kesalahan yang lain.
Memberikan koreksi terhdap kesalahan gerakan yang terjadi secara terbatas, maksudnya
adalah tidak memberikan koreksi terhdap banyak aspek dalam waktu yang bersamaan atau dalam
waktu yang berdekatan. Koreksi yang terlalu luas atau terlalu banyak, akan menyulitkan peserta
didik untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Pada dasarnya koreksi gerakan menginformasikan kesalahan yang terjadi. Ini berarti peserta
didik telah melakukan suatu kesalahan. Memberikan koreksi atau menginformasikan suatu
kesalahan, sering dianggap suatu kritikan. Untuk itu perlu diperhatiakan hal-hal sebagai berikut:
Kesalahn-kesalahan yang dilakukan berulang kali tanpa diberikan koreksi dan terapi
gerakan, akan bersifat permanen. Kesalahan yang bersifat permanen ini sangat sulit untuk
dapay diperbaiki. Oleh karenanya, jngan dibiarkan kesalahan tersebut berlarut-larut. Untuk
mencegahnya, maka berikanlah koreksi dan terapi gerakan sesegera mungkin.
Merupakan suatu yang biasa terjadi di dalam belajar keterampilan motorik, bahwa
perbaikan suatu kesalahan akan diikuti oleh munculnya kesalahan baru. Hal ini disebabkan
karena setiap kemampuan dan keterampilan motorik mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi.
Distributed Condition:
Massed Condition
MOTIVASI
Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar kecilnya motivasi yang
dimiliki,motivasi besar menghasilkan prestasi rendah.
TEKNIK VERBAL:
Langkah-Langkah
• Berikan pujian dan jelaskan apa yang dilakukan “yang kamu lakukan tadi benar
melewati lawan sebelah kanan” bagus banget!
• Berikan koreksi tidak memaksa dan sugesti yang kamu lakukan tadi bagus, apalagi
kalau kamu berani membawa sampai di depan gawang, itu lebih bagus lagi”
1. TEKNIK INSENTIF
2. SUPERSTISI: Kepercayaan akan sesuatu yang tidak logis dan ilmiah kurang diterima
3. CITRA MENTAL (MENTAL IMAGE)
UMPAN BALIK
Terjadi secara langsung pada saat melakukan, dan berupa rasa dari gerakan yang
dilakukan.
Gerakan ini salah karena kurangnya koordinasi secara mekanika tubuh (pelaku merasa
tidak enak)
Gerakan ini benar karena baiknya koordinasi secara mekanika (pelaku merasa efisien
& efektif) (Umpan Balik Kinestetik)
• Diperoleh melalui informasi yang dilihat (UB. visual), biasanya dibantu dengan
menunjukkan rekaman saat melakukan
Diperoleh melalui pendengaran (UB. verbal)
Dilakukan oleh guru, pelatih atau teman.
catatan
1. Unpan Balik sangat penting, hendaknya dilakukan dengan segera, namun hendaknya
menunggu sampai waktu berlatih cukup memadai, agar tidak membuang waktu terlalu
banyak”
2. Umpan balik jangan berlebihan
3. Umpan balik bisa dilakukan secara individu dan klasikal
KOREKSI
membetulkan kesalahan merupakan salah satu aspek sangat vital dalam menentukan
hasil belajar secara optimal
Dapat mempercepat dan memperlambat hasil proses belajar
DIAGNOSA
DIAGNOSA KESALAHAN
Artinya: Menelusuri penyebab kesalahan. Diagnosa akan menentukan tepat tidaknya koreksi.
FUNGSI DIAGNOSA
Pertimbangannya adalah:
1. Tingkat usia
2. Tingkat Keterampilan siswa/atlit
3. Tingkat kesulitan gerak yang dihadapi
4. Tingkat interaksi daya fisik yang digunakan
METODE MENGAJAR
Pertimbangannya:
Pertimbangannya:
a. Kompleksifitas gerakan
Pengaruh Latihan keterampilan sebelumnya terhadap Belajar suatu keterampilan yang baru:
1. Positif
2. Negatif
3. Zero
Guru Pendidikan jasmani di sekolah dasar selama ini dianggap hanya sebagai
pelaksana kurikulum yang baku. Artinya hanya melaksananakan kurikulum dengan materi
yang tertulis di dalamnya. Hal ini dianggap wajar bila mereka dibekali dengan pengetahuan
yang cukup mendasasar. Bila tidak maka sasaran pendidikan jasamani menjadi tidak jelas.
Kata Struktur adalah istilah yang telah sering didengar, yang secara sederhana
menggambarkan suatu susunan tertentu.
Struktur dasar gerakan dalam istilah olahraga atau dalam proses pembelajaran motorik
merupakan suatu istilah yang paling penting untuk dipahami. karena struktur dasar gerakan,
motorik dalam olahraga merupakan komopnen-komopnen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. karena kuang memahami akan struktur dasar dari gerakan, maka akan
menjadikan masalah, yang anatara lain :
Guru tidaklah akan dapat memntukan secara jelas pada bagian manakah letak sebenarnya
suatu kesalahan gerakan?
Guru tidak dapat memberikan koreksi gerakan dengan benar atau dengan tepat.
Contoh : seseorang yang berjalan tidak langsung melangkahkan kakinya untuk berjalan,
tetapi didahului dengan gerakan ayunan tangan ataupun kepala.
Contoh : Seseorang yang melompat tidak langsung melakukan gerakan melompat, tetapi
didahului oleh gerakan ayunan tangan diikuti dengan kaki atau gerakan lainnya. Tahap
gerakan utama :
Contoh : Gerakan melangkah pada berjalan disebut tahap utama, gerakan lompatan pada
Tahap akhir :
Contoh : Gerakan akhir dari suatu lompatan disebutkan gerakan akhir, yakni gerakan untuk
Keterangan :