Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Angga Yunanda

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 856330767

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus

Kode/Nama UPBJJ : 15/Pangkal Pinang

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pendidikan anak tunadaksa tujuan pendidikan anak tunadaksa bersifat ganda
(dual purpose), yaitu:
a)Berhubungan dengan aspek rehabilitasi dan pengembangan fungsi fisik,
tujuannya adalah untukmengatasi permasalahan yang timbul sebagai akibat
langsung atau tidak langsung darikecacatannya.
b)Berkaitan dengan pendidikan, tujuannya adalah untuk membantu menyiapkan
peserta didik agarmampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan
sebagai pribadi maupun anggotamasyarakat dalam mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alamsekitar serta dapat
mengembangkan kemampuannya dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikanlanjutan (uu no.2 tahun 1989 tentang uspn dan pp no.72 tentang
plb).Connor (1975) mengemukakan sekurang-kurangnya tujuh aspek yang
perlu dikembangkan pada dirimasing-masing anak tunadaksa melalui
pendidikan, yaitu:
- pengembangan intelektual dan akademik
- membantu perkembangan fisik
- meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
- mematangkan aspek sosial
- mematangkan moral dan spiritual
- meningkatkan ekspresi diri
- mempersiapkan masa depan anak

2. 1.Perawatan dengan obat


Kavale dan Nye (1984) mengemukakan bahwa obat-obatan dapat
mengurangi atau menghilangkan gangguan perilaku, seperti adanya
perbaikan perhatian, hasil belajar dan nilai tes yang baik, serta anak
hiperaktif menuju ke arah perbaikan
2. Modifikasi perilaku
Salah satu teknik yang banyak dilakukan untuk mendorong perilaku
prososial dan mengurangi perilaku antisosial adalah penyesuaian
perilaku melalui operant conditioning dan task analysis (analisis tugas).
Dengan operant conditioning kita mengendalikan stimulus yang
mengikuti respons. Misalnya, seorang anak kecil mengisap ibu jari jika
menonton TV. Orang tua mematikan TV selagi ibu jari di mulut anak
dan menyalakan TV jika ia tidak mengisap ibu jarinya. Dalam hal ini
anak akan belajar jika ia ingin TV menyala maka ia tidak boleh
mengisap ibu jari. Mengisap ibu jari adalah operant yang dikendalikan
oleh stimulus (matinya TV) yang mengikutinya.
Pengondisian operant berdasarkan prinsip dasar bahwa perilaku adalah
suatu fungsi konsekuensi penerapan stimulus positif (TV menyala)
segera setelah suatu respons (matinya TV) merupakan hukuman.
Ada beberapa langkah dalam melaksanakan modifikasi perilaku, yaitu:
a) menjelaskan perilaku yang akan diubah;
b) menyediakan bahan yang mengharuskan anak untuk duduk diam;
c) mengatakan perilaku yang diterima.
Task analysis dilaksanakan dengan cara menata tujuan dan tugas
dengan lengkap, membuat tugas dengan terperinci sehingga anak
dapat melakukannya, barulah anak mengerjakan tugas itu dalam
jangka waktu tertentu, mengadakan pujian bila anak berhasil.

3. Irfan unggul dalam bidang non akademik yaitu memiliki kelebihan dalam bidang
olahraga tetapi sisi lain dia memiliki kelemahan dalam bidang akademik yaitu
sulitnya mengelola bentuk symbol visual dan angka sehingga membuat
perkembangan belajar irfan sedikit tertinggal pemahamannya dibanding teman2
sekelasnya
kesimpulan

Kesulitan irfan yaitu secara akademik karena irfan memiliki gangguan pada visual
spatial processing yg menyebabkan perkembangan belajar irfan sedikit terlambat
dibandingkan dengan teman2 sekelasnya

4. Tes baku dalam proses asesmen kesulitan mengeja sebenarnya dapat


dikembangkan. Akan tetapi di Indonesia belum pernah ada yang
mengembangkan tes diagnosis kesulitan mengeja. Oleh karena itu, para guru
perlu mengadakan asesmen informal. Beberapa teknik yang dapat dipakai antara
lain observasi guru, dikte, analisis salah eja, prosedur cloze, dan tes modalitas
(Munawir Yusuf, 2005: 194). Salah satu asesmen yang mudah dilakukan untuk
mengetahui kemampuan menulis siswa adalah asesmen informal. Asesmen
informal dapat dibuat sendiri oleh guru berdasarkan kemampuan siswa yaitu
menggunakan teknik dikte dan analisis kesalahan eja. Teknik dikte dan analisis
kesalahan eja digunakan untuk mengasesmen kemampuan mengeja dan menulis
ekspresif. Pada kelas rendah (kelas 1-3), teknik dikte dan analisis kesalahan eja
digunakan untuk mengetahui kesalahan mengeja. Menurut Ronald L. Taylor (
2009: 330) menyatakan bahwa: “Spelling is a frequently analyzed component. A
tremendous amount of information can be gleaned from looking at types of
spelling errors. As in the analysis of arithmetic errors, spellingerrors analysis is
also relatively easy because a written product usually available. Perhaps the most
common types of spelling errors are phonological substitutions (such as desishun
for decision) and omissions (such as namly for namely). Other errors included
confused pronunciation (such as denist for dentist), doubling (such as citty for
city), insertions (such as biteing for biting), transpositions (such as friend for
friend), and homonyms (such as see for sea), and unclassified errors.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa mengeja biasanya adalah sebuah
komponen analisis. Sebuah kumpulan informasi dapat dikumpulkan dari tipe-tipe
kesalahan pengejaan seperti halnya pada kesalahan matematika, analisis
pengejaan juga termasuk mudah karena hasil tulisan biasanya telah tersedia.
Kemungkinan terbesar kesalahan pengejaan pada penggantian fonologi
(subtitusi) dan omisi (mengurangi). Kesalahan lainnya termasuk dalam pelafalan,
tulisan ganda, sisipan, penukaran, dan homonim, dan kesalahan yang tidak
terklasifikasikan. Menurut Mulyono Abdurrahman (2010: 233) ada beberapa
kesalahan yang sering dilakukan oleh anak-anak dalam mengeja diantaranya
yaitu:
a. Pengurangan huruf (/bekerja/ ditulis /bkerja/)
b. Mencerminkan dialek (/sapi/ ditulis /sampi/)
c. Mencerminkan kesalahan ucap (/namun/ ditulis /nanum/)
d. Pembalikan huruf dalam kata (/ibu/ ditulis /ubi/)
e. Pembalikan konsonan (/air/ ditulis /ari/)
f. Pembalikan konsonan atau vokal (/berjalan/ ditulis /berjrlan/)
g. Pembalikan suku kata (/laba/ ditulis /bala/) Pada penelitian ini, penilaian
terhadap kemampuan menulis difokuskan pada perolehan nilai benar dalam
menulis kata terutama pada akurasi atau ketepatan menulis dikte kata dengan
konsonan kombinasi. Pemilihan konsonan kombinasi tersebut dari hasil
asessmen. Pemilihan konsonan kombinasi dari frekuensi kesalahan yang
dilakukan oleh siswa.

5. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi


siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan
apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam
mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Dengan
demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru
atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Hasil tes diagnostik
memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan
yang telah dipahami. (Suwarto, 2013)
a. Penaksiran Diagnostik
Menurut Nitko & Brookhart seperti yang dikutip oleh Suwarto (2013) ada
enam pendekatan penaksiran diagnostik terkait dengan masalah
pembelajaran, antara lain:
1. Pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada suatu bidang.
Pendekatan ini digunakan untuk melaporkan profil kekuatan dan kelemahan
siswa dalam mata pelajaran di sekolah. Suatu mata pelajaran sekolah dibagi
ke dalam bagian-bagian, dimana masing-masing bagian dianggap sebagai
ciri atau kemampuan yang terpisah. Penaksiran diagnostik ini sangat
bermanfaat untuk membentuk kelompok-kelompok di kelas, yang
terdiri dari kelompok siswa-siswa kuat dan siswa-siswa yang lemah.
2. Pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat.
Pendekatan ini mengeksplorasi apakah siswa-siswi tertinggal dikarenakan
mereka tidak memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang dibutuhkan
untuk memahami pelajaran yang akan datang. Caranya adalah dengan
membuat suatu hierarki dari suatu target pembelajaran kemudian melakukan
analisis untuk mengidentifikasi prasyarat-prasyarat yang harus dipahami oleh
siswa.
3. Pendekatan mengidentifikasi target-target pembelajaran yang tidak dikuasai.
Pendekatan ini memusatkan penaksiran pada target-target yang penting dan
spesifik dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tes-tes pendek dibuat
untuk mengukur keberhasilan dari masing-masing target pembelajaran.
Informasi-informasi diagnostik yang ingin diperoleh dari pendekatan ini
adalah suatu daftar target pembelajaran yang sudah dikuasai atau tidak
dikuasai.
4. Pendekatan pengidentifikasian kesalahan siswa.
Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan
siswa. Ketika guru mengidentifikasi dan mengklasifikasi kekeliruan siswa,
selanjutnya guru dapat
memberi pelajaran remidi. Mewawancarai siswa adalah cara terbaik untuk
menemukan banyak kekeliruan pada siswa dengan meminta siswa
menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan sebuah soal, menjelaskan
mengapa menjawab seperti itu dan memberitahukan aturan untuk
menyelesaikan suatu soal.
5. Pendekatan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi struktur pengetahuan
siswa dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep adalah cara grafis
untuk merepresentasikan bagaimana seorang siswa memahami hubungan
konsep-konsep yang utama dalam materi pelajaran.
6. Pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk menyelesaikan soal cerita.
Pendekatan ini berpusat pada pendiagnosisan apakah siswa memahami
komponen-komponen soal cerita. Diagnosis di dalam pendekatan ini adalah
untuk mengidentifikasi siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal cerita dan
apakah kekurangan mereka terletak pada pengetahuan linguistik dan faktual,
pengetahuan skematis, pengetahuan strategis, atau pengetahuan algoritmis.

a. Metode remedial pengajaran Individual

Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang


dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru
dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini
guru mempunyai banyak waktu untuk
memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid belajar lebih giat dan
membantu secara langsung murid menghadapi kesulitan- kesulitannya.

Remedial teaching merupakan proses memberikan bantuan pada siswa berupa


perbaikan dalam cara-cara belajar, perbaikan cara-cara mengajar, penyesuaian
materi pelajaran dengan karakteristik siswa, dan mengatasi hambatan-hambatan
siswa dalam belajar melalui pendekatan-pendekatan yang lebih individual. Jadi
yang dimaksud remedial teaching adalah layanan pendidikan yang diberikan
peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai