Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 1

Diagnostik Kesulitan Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Setiap siswa berhak memperoleh hasil belajar dengan baik. Namun ada
kendala dalam pembelajarannya. Dimana setiap siswa tidak mempunyai kesamaan
dalam proses pembelajaran. Di setiap sekolah-sekolah yang pada umumnya hanya
ditujukan pada siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata. Sedangkan siswa
yang berkemampuan lebih dan berkemampuan kurang terabaikan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya kesulitan belajar pada siswa-siswa yang berkemampuan
lebih dan berkemampuan kurang.
Untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan
kesulitan belajar pada siswa yang berkemampuan kurang dan berkemampuan
lebih, maka terlebih dahulu guru harus mendiagnosik siswa-siswa yang lain dari
rata-rata itu. Tentunya dalam mendiagnosis hal tersebut, tidak mudah dalam
melaksanakannya. Ada beberapa langkah dalam mendiagnosis siswa yang
kesulitan belajar.
Langkah selanjutnya ini ada beberapa cara untuk mengatasinya. Selain itu,
adanya remedial yaitu suatu bentuk dari tindaklanjut langkah diagnostik atau bisa
disebut penyelesaiannya. Dalam remedial ini adanya suatu kefungsian bagi guru
dalam remedial serta prinsip dari perbaikan yang harus ada dalam langkahlangkah.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
a) Apa yang dimaksud dengan diagnostik dan remidial kesulitan belajar?
b) Bagaimana langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar beserta ilustrasi
kasusnya?
c) Bagaimana tindak lanjut kesulitan belajar beserta ilustrasi kasusnya?
d) Bagaiaman fungsi remedial bagi guru dan prinsip melakukan program
perbaikan?
C.

Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
a) Memahami konsep dasar diagnostik dan remidial kesulitan belajar.
b) Memahami langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar beserta ilustrasi
kasusnya.
c) Memahami tindak lanjut kesulitan belajar beserta ilustrasi kasusnya.

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 2


Diagnostik Kesulitan Belajar

d) Memahami fungsi remedial bagi guru dan prinsip melakukan program


perbaikan.
D.

Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan konsep penelitian tindakan kelas. Secara praktis makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi:
a) Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang langkah-langkah operasional diagnostik dan remidial
kesulitan belajar;
b) Pembaca, sebagai media informasi tentang langkah-langkah operasional
diagnostik dan remidial kesulitan belajar baik secara teoretis maupun
secara praktis.
E.

Prosedur Makalah
Prosedur yang digunakan kami pada makalah ini yaitu menggunakan
metode kepustakaan yaitu mencari sumber dari buku-buku dan artikel, baik secara
konvensional maupun secara elektronik.

BAB II

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 3


Diagnostik Kesulitan Belajar

PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar diagnostik dan remidial kesulitan belajar.
Diagnosis berarti kefasihan dalam membedakan penyakit yang satu
dengan yang lain atau penentuan penyakit dengan menggunakan ilmu (Busono,
1988: 1). Dilihat dari akar katanya, diagnosa atau diagnosis berasal dari kata
Yunani atau Greek dia (apart) dan gigno skein yang berarti mengetahui.
Gnosis berarti pengetahuan/ pengenalan/ ilmu (Busono, 1988: 1).
Tes diagnostik itu sendiri menurut Angelina dan Ch. Enny (Marsetyorini
dan Murwaningtyas, 2012) berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang
dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Dan menurut Mardapi,
hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami
dan yang telah dipahami (Marsetyorini dan Murwaningtyas, 2012). Dari hasil
analisis itu maka diketahui kelemahan-kelemahan siswa dalam mempelajari
pelajaran. Langkah selanjutnya adalah pemecahan kesulitan yaitu diadakannya
pembelajaran remedial.
Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532) diagnotis dapat dan studi
yang diartikan sebagai :
Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit
(weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui
pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya
(symptons);
Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk
menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
yang esensial;
Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang
seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Sedangkan pengertian kesulitan belajar adalah suatu kejadian yang dialami
siswa saat proses pembelajaran itu berlangsung. Penurunan kinerja akademik dan
prestasi belajar di sekolah merupakan contoh yang dapat terlihat dari siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Selain itu juga dapat terlihat dari perilaku yang
ditujukan oleh siswa. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni faktor intern siswa dan faktor
ekstern siswa (Syah, 2008:184).
Dari beberapa teori diagnostik yang dikemukakan oleh beberapa ahli
diatas, dapat kami simpulkan bahwa diagnostik adalah sebuah prosedur untuk
memberikan informasi tentang kondisi seseorang yang membantu penyedia
layanan kesehatan untuk membuat diagnosis. Tes diagnostik menyediakan

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 4


Diagnostik Kesulitan Belajar

informasi tentang apakah seseorang memiliki atau tidak memiliki penyakit


tertentu.
2.1.1
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan
psiko-fisik siswa, yakni (Syah, 2008:185):
a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/ intelegensi siwa;
b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap;
c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
2.1.2
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini
meliputi (Syah, 2008:185):
a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan
perkampungan/
masyarakat,
contohnya:
wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group)
yang nakal.
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Adapun ada faktor khusus yang ikut mempengaruhi kesulitan belajar
siswa. Faktor khusus atau dapat dikatakan sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Yang menurut Reber (Syah, 2008:186),
sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator
adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri
atas:
a) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
b) Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Perlu diketahui, bahwasannya siswa yang mengalami sindrom ini memiliki
potensi IQ yang normal. Selain itu siswa yang mengalami sindrom bahkan
mempunyai IQ diatas rata-rata.
2.2 Langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar beserta ilustrasi kasusnya.
Sebelum adanya suatu pemecahan masalah kesulitan belajar, perlu
diadakannya identifikasi. Upaya ini disebut dengan diagnostik. Ada banyak
langkah-langkah diagnostik, salahsatunya adalah prosedur Weerner dan Senf
(Syah, 2008:187), diantaranya:
2.2.1 Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa
ketika mengikuti pelajaran.

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 5


Diagnostik Kesulitan Belajar

Dengan cara menandai siapa siswa yang diduga mengalami kesulitan. Contohnya
di dalam kelas guru sudah menandai Ojan sebagai siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Diantaranya dapat dilihat dari :
a) Hasil belajar Sejarah yang dicapai Ojan lebih rendah dibawah rata-rata.
b) Hasil belajar Sejarah yang dicapai Ojan sekarang lebih rendah dibanding
sebelumnya.
c) Hasil belajar Sejarah yang dicapai oleh Ojan tidak seimbang dengan usaha
yang telah dilakukan.
d) Lambatnya Ojan dalam melakukan tugas-tugas belajar.
e) Ojan menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan
proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
f) Ojan menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya
membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
g) Ojan menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah
tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
2.2.2 Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
Berkaitan dengan mengidentifikasi secara fisik. Dimana guru juga harus
peka akan hal ini. Karena pada dasarnya setiap siswa memiliki kelebihan dan
kelemahan yang berbeda-beda dalam penglihatan dan pendengarannya dalam
proses pembelajaran. Contohnya siswa Ojan diidentifikasi penglihatan dan
pendengarannya oleh gurunya di kelas, daranya dengan:
a) Identifikasi penglihatan: Guru melakukan pengujian penglihatan kepada
Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk duduk dari jajaran paling
depan sampai jajaran paling belakang.
b) Identifikasi pendengaran: Guru melakukan pengujian pendengaran kepada
Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk duduk dari jajaran paling
depan sampai jajaran paling belakang. Serta guru harus menyesuaikan
volume suaranya.
2.2.3 Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
Hal itu berkaitan dengan latar belakang dan faktor penyebab. Menurut
Umar dan Sartono (Umar dan Sartono, 2001 : 55) mengungkapkan latar belakang
kesulitan, dengan cara :
a) Menganalisis dokomen-dokumen tentang siswa yang bersangkutan yang
mencakup: identitas pribadi, riwayat pendidikan, prestasi belajar, latar
belakang kehidupan keluarga, bakat dan minatnya, kecerdasan, citacitanya, pribadi serta lingkungannya ( social dan kulturalnya), kesehatan
dan hobinya dst.
b) Melakukan wawancara dengan siswa, orang tua siswa yang bersangkutan,
dst.

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 6


Diagnostik Kesulitan Belajar

2.2.4 Memeberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk


mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
Tes dalam bidang tertentu misalnya dalam bidang mata pelajaran Sejarah
dengan materi Hindu-Budha yang diberikan kepada Ojan berupa soal-soal Pilihan
Ganda dan soal Esay
2.2.5 Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Biasanya dalam sekolah mengadakan tes psikologi yang dibantu oleh
klinik psikologi dalam mengukur kemampuan intelegensi (IQ) siswa termasuk
Ojan. Selain itu juga bisa dilakukan sendiri-sendiri, sesuai dengan pernyataan
bahwa untuk keperluan tes IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan
dengan klinik psikologi (Syah, 1999: 175). Dari hasil tes tersebut dapat ditindak
lanjuti berkaitan pemecahan masalah sesuai dengan kesulitan belajar siswa.
Adapun langkah-langkah yang lainnya dalam diagnosis kesulitan belajar
siswa dan pembelajaran remedial dalam materi operasi pada pecahan bentuk
Aljabar sebagai berikut (Marsetyorini dan Murwaningtyas, 2012), dalam hal ini
mungkin tidak menutup kemungkinan digunakan dalam diagnosis kesulitan
belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam pelajaran yang lainnya :
a) Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
b) Melakolisasi letak kesulitan (permasalahan).
c) Identifikasi penyebab kesulitan belajar.
d) Menentukan bantuan dengan pembelajaran remedial.
e) Tindak lanjut dari pembelajaran remedial.
Secara umum langkah-langkah pelaksanaan diasnotik kesulitan belajar
selaras dengan langkah-langkah langkah-langkah bimbingan belajar. Namun
secara khusus, langkah- langkah diasnotik kesulitan belajaritu dapat diperinci
lebih lanjut, mengingat pada hakikatnya hanya merupakan salah satu bagian atau
jenis layanan bimbingan belajar.
Ross dan Stanley (1956:332-341) menggariskan tahapan-tahapan
diagnostic ( the levels of diagnosis) itu sebagai berikut :
1). Who are the pupils having trouble?
siapa saja siswa yang mengalami gangguan?
2). Where are the errors located?
dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokasikan?
3). Why are the errors occur?
mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
4). What remedies are suggested?
penyembuhan-penyembuhan apa yang disarankan?
5). How are errors be prevented?
bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 7


Diagnostik Kesulitan Belajar

2.3 Tindak lanjut kesulitan belajar beserta ilustrasi kasusnya.


Setelah diadakannya diagnosis dalam kesulitan belajar, maka ada langkah
langkah selanjutnya dalam menentukan tindakan. Dalam melakukan tindak lanjut
siswa yang mengalami kesulitan belajar, dilakukan terlebih dahulu beberapa hal
penting, diantaranya (Syah, 2011: 173-175):
2.3.1 Analisis hasil diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar perlu
dianalisis sedemikian rupa, sehingga kesulitan khusus yang dialami siswa yang
berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.
2.3.2 Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang
kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan.
Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikatagorikan menjadi tiga
macam.
a) Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
b) Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan
bantuan orang tua.
c) Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru
maupun orang tua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk
ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus
tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Yang termasuk dalam
lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak
berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami
kedua masalah tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga
memerlukan perawatan khusus.
2.3.3 Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching),
sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :
a) Tujuan pengajaran remedial.
b) Materi pengajaran remedial.
c) Metode pengajaran remedial.
d) Alokasi waktu pengajaran remedial.
e) Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti pengajaran remedial.
2.3.4 Melaksanakan program perbaikan
Pada prinsipnya, program pengajara remedial itu lebih cepat dilaksanakan
tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja., asal
tempat itu memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan)
memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun
patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 8


Diagnostik Kesulitan Belajar

bimbingan dan penyuluhan yang


mendayagunakan ruang bp tersebut.

tersedia

di

sekolah

dalam

rangka

2.4 Memahami fungsi remedial bagi guru dan prinsip melakukan program
perbaikan.
2.4.1 Fungsi remedial bagi guru
Bagi guru itu sendiri, pengajaran remedial memiliki beberapa
fungsi ( Chrisnajanti, 2002: 83) yaitu:
a.
Fungsi korektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar dan
perbaikan segisegi kepribadian siswa,
b.
Fungsi pemahaman yang memungkinkan siswa memahami kemampuan dan
kelemahannya serta memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran
sesuai dengan kondisi siswa,
c.
Fungsi penyesuaian yang memungkinkan siswa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran
sesuai dengan kemampuannya,
d.
Fungsi pengayaan yang memungkinkan siswa menguasai materi lebih
banyak dan mendalam serta memungkinkan guru mengembangkan berbagai
metode yang sesuai dengan karakteristik siswa,
e.
Fungsi akseleratif yang memungkinkan siswa mempercepat proses
belajarnya dalam menguasai materi yang disajikan dan yang terakhir
f.
Fungsi terapeutik yang memungkinkan terjadinya perbaikan segi-segi
kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar.
2.4.2 Prinsip melakukan program perbaikan
Selanjutnya guru melaksanakan program perbaikan. Dalam melaksanakan
program ini, ada beberapa yang harus diperhatikan, diantaranya:
a) Dilaksanakan lebih cepat lebih baik.
b) Dilaksanakan di tempat memungkinkan klien (siswa memerlukan
bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan
tersebut (Syah, 2008: 193).
c) Guru dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan
dan penyuluhan (Syah, 2008: 193).
d) Guru dianjurkan mempertimbangkan penggunanaan model-model
mengajar yang sesui dengan cara mendukung kesulitan belajar siswa
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya kami dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.

Kelompok 7 Bimbingan Konseling 9


Diagnostik Kesulitan Belajar

Diagnosis dalam kesulitan belajar adalah suatu tindakan untuk mengetahui


kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar adalah suatu kejadian yang dialami
siswa saat proses pembelajaran itu berlangsung.
Langkah-langkah dalam diagnosis kesulitan belajar terdiri dari melakukan
observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran, memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar, mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk
mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar,
memeberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa, dan memberikan tes kemampuan intelegensi
(IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Khusus
untuk langkah terakhir itu memerlukan bantuan klinik psikologi.
Setelah mengetahui letak dimana kesulitan belajar itu, maka langkah
selanjutnya adalah penyelesaiannya. Dalam penyelesaiannya serta tindak
lanjutannya, terdiri dari beberapa langkan, diantaranya analisis hasil diagnosis,
menentukan kecakapan bidang bermasalah, menyusun program perbaikan, dan
melaksanakan program perbaikan.
Bagi guru itu sendiri, pengajaran remedial memiliki beberapa fungsi,
diantaranya fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi penyesuaian, fungsi
pengayaan, fungsi akseleratif, dan fungsi terapeutik. Selain itu, dalam usaha
perbaikan harus memperhatikan hal yang penting.
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, kami merumuskan saran sebagai
berikut.
Guru seharusnya peka terhadap apa yang menjadi kesulitan siswa.
Guru tidak menjadikan hal ini adalah hal yang sepele, namun harus dijadikan
hal yang penting.
Harus adanya keprofesionalnya seorang guru dalam bidang bimbingan dan
konseling ini.

Anda mungkin juga menyukai