BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
a) Apa yang dimaksud dengan diagnostik dan remidial kesulitan belajar?
b) Bagaimana langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar beserta ilustrasi
kasusnya?
c) Bagaimana tindak lanjut kesulitan belajar beserta ilustrasi kasusnya?
d) Bagaiaman fungsi remedial bagi guru dan prinsip melakukan program
perbaikan?
C.
Prosedur Makalah
Prosedur yang digunakan kami pada makalah ini yaitu menggunakan
metode kepustakaan yaitu mencari sumber dari buku-buku dan artikel, baik secara
konvensional maupun secara elektronik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar diagnostik dan remidial kesulitan belajar.
Diagnosis berarti kefasihan dalam membedakan penyakit yang satu
dengan yang lain atau penentuan penyakit dengan menggunakan ilmu (Busono,
1988: 1). Dilihat dari akar katanya, diagnosa atau diagnosis berasal dari kata
Yunani atau Greek dia (apart) dan gigno skein yang berarti mengetahui.
Gnosis berarti pengetahuan/ pengenalan/ ilmu (Busono, 1988: 1).
Tes diagnostik itu sendiri menurut Angelina dan Ch. Enny (Marsetyorini
dan Murwaningtyas, 2012) berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang
dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Dan menurut Mardapi,
hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami
dan yang telah dipahami (Marsetyorini dan Murwaningtyas, 2012). Dari hasil
analisis itu maka diketahui kelemahan-kelemahan siswa dalam mempelajari
pelajaran. Langkah selanjutnya adalah pemecahan kesulitan yaitu diadakannya
pembelajaran remedial.
Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532) diagnotis dapat dan studi
yang diartikan sebagai :
Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit
(weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui
pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya
(symptons);
Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk
menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
yang esensial;
Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang
seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Sedangkan pengertian kesulitan belajar adalah suatu kejadian yang dialami
siswa saat proses pembelajaran itu berlangsung. Penurunan kinerja akademik dan
prestasi belajar di sekolah merupakan contoh yang dapat terlihat dari siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Selain itu juga dapat terlihat dari perilaku yang
ditujukan oleh siswa. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni faktor intern siswa dan faktor
ekstern siswa (Syah, 2008:184).
Dari beberapa teori diagnostik yang dikemukakan oleh beberapa ahli
diatas, dapat kami simpulkan bahwa diagnostik adalah sebuah prosedur untuk
memberikan informasi tentang kondisi seseorang yang membantu penyedia
layanan kesehatan untuk membuat diagnosis. Tes diagnostik menyediakan
Dengan cara menandai siapa siswa yang diduga mengalami kesulitan. Contohnya
di dalam kelas guru sudah menandai Ojan sebagai siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Diantaranya dapat dilihat dari :
a) Hasil belajar Sejarah yang dicapai Ojan lebih rendah dibawah rata-rata.
b) Hasil belajar Sejarah yang dicapai Ojan sekarang lebih rendah dibanding
sebelumnya.
c) Hasil belajar Sejarah yang dicapai oleh Ojan tidak seimbang dengan usaha
yang telah dilakukan.
d) Lambatnya Ojan dalam melakukan tugas-tugas belajar.
e) Ojan menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan
proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
f) Ojan menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya
membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
g) Ojan menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah
tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
2.2.2 Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
Berkaitan dengan mengidentifikasi secara fisik. Dimana guru juga harus
peka akan hal ini. Karena pada dasarnya setiap siswa memiliki kelebihan dan
kelemahan yang berbeda-beda dalam penglihatan dan pendengarannya dalam
proses pembelajaran. Contohnya siswa Ojan diidentifikasi penglihatan dan
pendengarannya oleh gurunya di kelas, daranya dengan:
a) Identifikasi penglihatan: Guru melakukan pengujian penglihatan kepada
Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk duduk dari jajaran paling
depan sampai jajaran paling belakang.
b) Identifikasi pendengaran: Guru melakukan pengujian pendengaran kepada
Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk duduk dari jajaran paling
depan sampai jajaran paling belakang. Serta guru harus menyesuaikan
volume suaranya.
2.2.3 Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
Hal itu berkaitan dengan latar belakang dan faktor penyebab. Menurut
Umar dan Sartono (Umar dan Sartono, 2001 : 55) mengungkapkan latar belakang
kesulitan, dengan cara :
a) Menganalisis dokomen-dokumen tentang siswa yang bersangkutan yang
mencakup: identitas pribadi, riwayat pendidikan, prestasi belajar, latar
belakang kehidupan keluarga, bakat dan minatnya, kecerdasan, citacitanya, pribadi serta lingkungannya ( social dan kulturalnya), kesehatan
dan hobinya dst.
b) Melakukan wawancara dengan siswa, orang tua siswa yang bersangkutan,
dst.
tersedia
di
sekolah
dalam
rangka
2.4 Memahami fungsi remedial bagi guru dan prinsip melakukan program
perbaikan.
2.4.1 Fungsi remedial bagi guru
Bagi guru itu sendiri, pengajaran remedial memiliki beberapa
fungsi ( Chrisnajanti, 2002: 83) yaitu:
a.
Fungsi korektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar dan
perbaikan segisegi kepribadian siswa,
b.
Fungsi pemahaman yang memungkinkan siswa memahami kemampuan dan
kelemahannya serta memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran
sesuai dengan kondisi siswa,
c.
Fungsi penyesuaian yang memungkinkan siswa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran
sesuai dengan kemampuannya,
d.
Fungsi pengayaan yang memungkinkan siswa menguasai materi lebih
banyak dan mendalam serta memungkinkan guru mengembangkan berbagai
metode yang sesuai dengan karakteristik siswa,
e.
Fungsi akseleratif yang memungkinkan siswa mempercepat proses
belajarnya dalam menguasai materi yang disajikan dan yang terakhir
f.
Fungsi terapeutik yang memungkinkan terjadinya perbaikan segi-segi
kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar.
2.4.2 Prinsip melakukan program perbaikan
Selanjutnya guru melaksanakan program perbaikan. Dalam melaksanakan
program ini, ada beberapa yang harus diperhatikan, diantaranya:
a) Dilaksanakan lebih cepat lebih baik.
b) Dilaksanakan di tempat memungkinkan klien (siswa memerlukan
bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan
tersebut (Syah, 2008: 193).
c) Guru dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan
dan penyuluhan (Syah, 2008: 193).
d) Guru dianjurkan mempertimbangkan penggunanaan model-model
mengajar yang sesui dengan cara mendukung kesulitan belajar siswa
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya kami dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.