RANGKUMAN
DISUSUN OLEH :
2019
1. LATHAN
Teori Latihan.
Pengertian latihan adalah aktifitas fisik yang di lakukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh
dan meningkatkan kemampuan fisik. Contoh dari latihan itu sendiri berbenuk latihan fisik,
teknil dll.
Tujuan Latihan.
Target yang harapkan bisa tercapai dengan cara-cara melakukan program, serta dapat
terjadinya otomitasi pada gerakan yang di latih.
1. Pengenalan Air
Dalam belajar berenang pada tahap pertama dan paling utama bagi seorang anak-anak
ataupun seorang pemula yaitu adalah tahap pengenalan air.
Pengenalan air ini bertujuan untuk meminimalisir/menghilangkan rasa takut terhadap air dan
juga lebih mengenalkan sifat-sifat air. Seperti sifat air basah, dingin dan sebagainya.
Pengenalan air sangatlah penting dilakukan, apalagi jika Anda atau anak anda mempunyai
perasaan takut air atau phobia, takut dengan kedalaman air kolam, punya traumatik tentang
keselamatan di air. Tahap pengenalan ini akan sangat berguna untuk hal tersebut.
Profesi sebagai seorang pelatih pada hakikatnya lebih berat daripada tugas seorang Guru.
Tugas seorang pelatih adalah membuat seseorang yang tadinya tidak bisa menjadi harus
Seorang pelatih/coach dalam bidang olahraga, harus mampu memainkan banyak peran. Ada
kalanya ia harus bisa menjadi seorang ayah, guru maupun sahabat. Seorang pelatih harus
bisa memahami atlet-atletnya, menjadi panutan dalam segalah hal, berprilaku yang baik
karena tidak jarang seorang pelatih menjadi rule model buat atlet-atletnya. Perannya sangat
penting dan luas tidak hanya sebatas pada tugasnya dilapangan, nilai-nilai seorang pelatih
akan tetap melekat pada dirinya bahkan sampai diluar lapangan atau diluar tugasnya sebagai
seorang pelatih. Atlet-atletnya akan senantiasa memiliki kesan yang mendalam baik didalam
ataupun diluar lapangan.
Selain sebagai pembuat program latihan, mendampingi dan memimpin saat pertandingan,
Tidak jarang di dalam sebuah tim terjadi persaingan yang tidak sehat antara pemain, semua
itu terbentuk karena biasanya lepas perhatian atau kontrol yang kurang baik dari pelatih
ataupun tim pelatihnya. Jika ini dibiarkan , maka akan berdampak negatif terhadap kondisi
tim itu sendiri. Tugas pelatih adalah bagaimana caranya supaya mampu membentuk dan
menjaga kesetabilan didalam tim sehingga diharapkan terbentuknya tim yang solid didalam
Pemahaman terhadap psikologis pemain diharapkan mampu menjadi salah satu solusi untuk
dapat memadukan tim, dengan memahami karakter masing-masing atlet, pelatih akan lebih
mudah dalam membangun karakter tim yang diinginkan. Pendekatan individu dan
Pelatih yang mampu menjadi panutan dalam timnya, biasanya memiliki power yang lebih
kuat dalam mengatur dan mengondisikan tim dibanding dengan pelatih yang kurang begitu
dihormati.
semakin berkembang. Dengan meningkatkan pengetahuan dalam bidang yang pelatih jalani,
maka kemampuan dalam melatihpun akan semakin meningkat, sehingga akan meningkatkan
dari luar atlet itu sendiri yang meliputi faktor fisik, psikis, teknik, taktik, pelatih, sarana dan
Keberhasilan atlet dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling mendukung antara faktor
Menurut Alderman dalam Sudibyo Seyobroto (1993) menyatakan bahwa penampilan atlet
1. Dimensi kesegaran jasmani meliputi antara lain daya tahan, daya ledak, kekuatan,
3. Dimensi bakat pembawaan fisik meliputi antara lain: keaadan fisik, tinggi badan, berat
sebagainya.
5. PRINSIP LATIHAN
Prinsip-Prinsip Latihan.
Prestasi olahraga tidak akan meningkat jika dalam berlatih tidak berlandaskan prinsip-prinsip
latihan. Banyak orang yang melakukan latihan tetapi sebenarnya mereka tidak melakukan
latihan dengan benar. Sebelum kita bahas latihan lebih lanjut ada baiknya kita ketahui
pengertian latihan.
Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari kerja fisik yang dilakukan berulang-
ulang dengan menerapkan prinsip-rinsip latihan. Adapun yang dimaksud sistematis bahwa
latihan tersebut dilaksanakan secara berencana, teratur, berpola, dan berkesinambungan.
Sedangkan berulang-ulang diartikan bahwa gerakan yang dipelajari dilakukan beberapa kali
sehingga gerakan itu menjadi otomatis dan refleksif dalam koordinasi gerak yang lebih mulus
dan efisien.
Prinsip-prinsip latihan yang akan dikemukakan disini adalah prinsip-prinsip dasar dari
latihan yang perlu diketahui dan diterapkan dalam setiap cabang olahraga. Dengan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip latihan tersebut diharapkan prestasi seorang atlet akan
lebih cepat meningkat. Prinsip-prinsip latihan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
6. KOMPONEN LATIHAN
Komponen-Komponen Latihan.
Komponen latihan adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas (mutu) suatu
latihan dan merupakan kunci keberhasilan dalam menyusun program dan menentukan
beban latihan.
1. INTENSITAS LATIHAN
Intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas suatu rangsang yang diberikan selama
latihan berlangsung (stimulus berupa aktivitas gerak). Hidayat (1990:53) menyatakan,
“Semua gerakan yang eksplosif memerlukan energi yang besar”. Ini berarti pengeluaran
energi merupakan indikasi tingkat intensitas suatu pekerjaan. Tentang intensitas latihan oleh
Moeloek (1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan”. Kemudian
Chu (1989:13) menyatakan, “Intensity is effort involved inperforming a given task”. Jadi
intensitas latihan adalah besarnya beban latihan yang harus diselesaikan dalam waktu
tertentu. Menurut Andersen (1999) pada umumnya, intensitas latihan dimulai 40 sampai
dengan 85% kapasitas fungsional. Pada orang dengan dengan permasalahan jantung,
intensitas latihan dapat ditetapkan antara 40 sampai dengan 60% kapasitas fungsional.
Durasi latihan dapat ditetapkan sesuai dengan respon seseorang terhadap latihan. Sebagai
contoh, seseorang sudah harus merasa pulih dalam satu jam setelah latihan. Terlepas dari
teknik penetapan intensitas dan level intensitas yang dipilih, intensitas latihan tersebut
merupakan intensitas yang dapat dilakukan selama 15 sampai dengan 60 menit. Pada
dasarnya tujuan akhir menentukan besaran intensitas latihan adalah untuk memberikan
petunjuk bagi seseorang tentang intensitas latihan yang akan dapat memberikan manfaat
yang maksimal untuk dirinya sekaligus meminimalisir resiko terjadinya cedera (Slentz, 2004).
Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan komponen
kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu.
Dan intensitas latihan dapat dikalisfikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa
indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan
dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala
intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1)
super maksimal 101% – ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi
terbaik, (3) sub maksimal 80% – 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% – 70% dari
prestasi terbaik, (5)low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik. Cara menghitung
intensitas dengan MR (maximum repeatation), MR push-up atlet dapat dihitung misalnya:
mampu 30 kali, ini berarti intensitas maksimal untuk atlet tersebut 30 kali/100%. Bila pelatih
menginginkan intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu giliran latihan push-
up ditemukan 80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk menghitung denyut nadi yaitu
pertama dihitung DNM (denyut nadi maksimal) dengan rumus: 220 – umur. Kemudian
tentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM dan umur atlet 20 tahun, maka
80% x (220 – 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal). Untuk mengetahui suatu
intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur denyut jantungnya. Cara
mengukur intensitas ini oleh Harsono (1988:115) dijelaskan, “Intensitas latihan dapat diukur
dengan berbagai cara, yang paling mudah adalah dengan cara mengukur denyut jantung
(heart rate)”. Selanjutnya Katch dan Mc Ardle yang dikutip oleh Harsono (1988:116)
menjelaskan:
1) Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut jantung/nadi dengan
rumus: denyut nadu meksimum (DNM) = 220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang
berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.
a. Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20
tahun tersebut taakaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90%
dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b. Untuk olahraga kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang berumur
40 tahun yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaaran intensitas
latihannya sebaiknya adalah70%-85% kaali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut
nadi/menit. Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d 153 denyut nadi/menit
menunjukan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan oraaang yang berumum 40 tahun
tersebut berlatih dalam training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut training
zone.
adalah kemampuan melakukan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali
kerja.
Dihitung atas dasar usia olahragawan dan denyut jatung istirahat (dihitung pada saat pagi
hari, yaitu setelah tidur). Untuk menentukan intensitas berdasarkan kenaikan denyut jantung
dipergunakan grafik yang disebut Training Zone, yaitu dengan menghitung berapa % dari
denyut jantung maksimum (MHR: Maximum Heart Rate).
c. Kecepatan (WaktuTempuh)
Adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan waktu tertentu untuk menempuh jarak
tertentu.
d. Jarak tempuh
Adalah kemampuan seseorang dalam menempuh jarak tertentu dengan waktu tertentu
Adalah jumlah repetisi (ulangan) yang dapat dilakukan seseorang dalam waktu satu menit
Lama singkatnya pemberian waktu untuk recovery dan interval pada umumnya digunakan
untuk menentukan intensitas latihan teknik.
· Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut nadi dengan rumus :
Denyut nadi maksimal (DNM) = 220 -umur (dalam tahun)
2. DURASI LATIHAN
Contoh: Dalam satu sesi/unit latihan perlu waktu selama 2 jam, maka durasi latihan adalah
selama 2 jam.
Dengan demikian durasi latihan adalah jumlah waktu secara keseluruhan dalam satu
sesi/unit latihan mulai dari pembukaan sampai dengan penutup. Durasi latihan inti berkisar
antara 15 sampai dengan 60 menit (Blair, 1995). Durasi waktu ini dibutuhkan untuk
meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Durasi waktu yang diaksanakan berbanding
terbalik dengan intensitas latihan. Latihan dengan intensitas tinggi dan durasi latihan pendek
menimbulkan respons tubuh yang sama dengan latihan dengan intensitas yang rendah dan
durasi yang lama. Latihan selama 5 sampai 10 menit dengan intensitas 90% kapasitas
fungsional tubuh dapat memperbaiki kerja kardiovaskular. Walaupun demikian latihan
dengan intensita tinggi dan durasi yang pendek tersebut tidak dapat diterapkan pada
kebanyakan orang, sehingga lebih disarankan untuk melaksanakan program latihan dengan
intensitas yang sedang dan durasi yang lebih lama (Kraemer, 2004).
Untuk orang yang terbiasa dengan aktivitas yang rendah, durasi yang disarankan adalah 20
sampai dengan 30 menit dengan intensitas (40 sampai dengan 60% kapasitas fungsional).
Penyesuaian durasi dan intensitas latihan didasarkan pada respon fisiologis individu
terhadap latihan, status kesehatan dan tujuan latihan (misalkan: penurunan berat badan).
Pada umumnya pada fase awal durasi latihan dapat bertahap ditingkatkan dari 20 menit
menjadi 45 menit (Blair, 1995).
Recovery adalah waktu istirahat yang diberikan antar set atau repetisi (ulangan) pada saat
latihan berlangsung. Recovery adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga
kembali antara satu dengan elemen bahan latihan elemen berikutnya. Kepekatan
rangsangan densitas tergantung lama dan pendeknya waktu recovery.
Latihan Interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode pengulangan kerja yang
diselingi oleh periode istirahat (Fox,E.L, 1984; Smith,N.J, 1983), atau merupakan
serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan
biasanya dilakukan pada periode istirahat ini (Fox, Bowers & Foss, 1984; Fox & Mathews,
1981). Interval training adalah serangkaian acara latihan fisik yang diulang-ulang yang
diseling dengan periode-periode pemulihan. Latihan fisik ringan biasanya mengisi periode
pemulihannya. Untuk memahami mengapa metode pelatihan ini sedemikian berhasilnya,
maka akan kita mulai dengan uraian mengenai produksi energi dan keletihan selama
kegiatan intermiten ini. Produksi energi selama latihan fisik berlaku juga bagi kegiatan yang
dilakukan secara intermiten maupun yang dilakukan secara kontinyu/terus menerus.
Meskipun demikian, ada satu perbedaan yang sangat penting.
Interval adalah waktu istirahat yang diberikan antar seri, antar sirkuit, atau antar sesi per unit
latihan. Latihan Interval (Interval Training) adalah suatu system latihan yang berganti-ganti
melakukan dengan giat (interval kerja) teratur dan berulang-ulang dengan periode kegiatan
dengan intensitas rendah (periode sela) dalam setiap latihan (Kent dalam Budiwanto,
2004:74).
Latihan interval adalah latihan kondisi yang sangat dianjurkan oleh semua pelatih terkenal
karena dalam mengembangkan daya tahan dan stamina atlet hasilnya sangat positif
(Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:106), Metode latihan lari bermain-main
kecepatan (speed play atau fartlek) adalah suatu system latihan daya tahan untuk
membangun, mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seorang atlet (Hadisasmita dan
Syarifuddin, 1996:105). Menurut Suharno (1993:2) menyatakan bahwa speed
play atau fartlek adalah suatu system latihan daya tahan yang maksudnya adalah untuk
membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh seseorang.
5. REPETISI LATIHAN
Jumlah ulangan yang dilakukan untuk tiap butir latihan (beberapa jenis).
Contoh: Seorang pesilat melakukan tendangan sabit, depan, dan “T” sebanyak-banyaknya
dalam waktu 10 detik mampu melakukan sebanyak 22 kali. Banyaknya interval kerja dalam
satu set. Misalnya, lari 220 yard enam kali berarti satu set dan enam pengulangan.
6. SET LATIHAN
Jumlah ulangan untuk satu jenis butir latihan. Set adalah serangkaian interval kerja dan
pemulihan. Misalnya, lari 220 yard sebanyak enam kali dengan waktu yang telah ditentukan
dengan interval-interval pemulihan yang telah ditentukan pula.
Volume adalah beban latihan yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa
elemen jenis latihan, total waktu latihan, beban berat yang diangkat, jumlah set dalam
latihan interval dan sirkuit sebagai ukuran rangsangan motorik dalam suatu unit latihan.
Begitu juga menurut Suharto (1997:97) menyatakan bahwa pada dasarnya volume latihan
meliputi unsur-unsur: waktu atau lama latihan, jarak tempuh atau berat beban, jumlah
ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu. Dan unsur tersebut
mencerminkan kwantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan.Ukuran
yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat
ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set, dan panjang jarak yang ditempuh. Dalam
latihan harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dua jenis volume (1) volume relatif dan (2)
volume absolut.
9. DENSITAS LATIHAN
Artinya semakin pendek waktu recovery dan interval yang diberikan selama dalam latihan,
maka densitas latihan semakin tinggi. Dengan demikian densitas latihan sangat dipengaruhi
oleh pemberian waktu recovery dan interval.
Ada tiga macam irama latihan, yaitu: lambat, sedang, dan cepat.
Pengertian frekuensi adalah jumlah latihan dalam periode tertentu. Frekuensi adalah ulangan
gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran. Frekuensi tinggi berarti ulangan
gerak banyak sekali dalam satu giliran, sedang frekuensi rendah artinya ulangan gerak
sedikit dalam satu giliran. Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan perhari atau
berapa hari latihan perminggunya.
Pada umumnya frekuensi merupakan jumlah tatap muka latihan yang dilakukan dalam satu
minggu. Frekuensi latihan tergantung dari durasi dan intensitas latihan. Frekuensi latihan
yang dapat dilakukan dapat beberapa laki dalam sehari sampai dengan 5 kali dalam
seminggu tergantung jenis latihan, keadaan fisik dan tujuan latihan (Kraemer et al., 2004).
Pada orang dengan kondisi fisik yang rendah dapat dilakukan latihan dengan intensitas 3
METs selama 5 menit yang dilakukan beberapa kali sehari. Sesorang dengan kapasitas
fungsional 3-5 METs, latihan dapat dilakukan 1-2 kali sehari. Individu dengan kapasitas fisik
>5METs disarankan untuk berlatih 3 kali per minggu pada har yang berselingan. Individu
dengan jenis latihan beban sebaiknya juga berlatih tiga kali dalam semimngu pada hari yang
berselingan. Latihan dengan frekuensi intensif sebaiknya juga dilakukan dengan jenis latihan
beban dan non beban secara bergantian. Hal yang dihindari adalah latihan beban yang
dilakukan lebih dari 5 kali dalam seminggu. Latihan jenis ini dengan frekuensi yang tinggi
meningkatkan resiko cedera ortopedik (Andersen, 1999).
Pengertian sesi/unit adalah materi program latihan yang harus dilakukan dalam satu kali
tatap muka.
Frekuensi : 5 kali/minggu
Agar dalam melakukan latihan dapat berhasil dengan baik dan tercapai prestasi yang
maksimal, maka dalam latihan selain harus memperhatikan beberapa prinsip dasar juga
harus memperhatikan faktor-faktor dari latihan. Menurut Bompa (1990:56) bahwa faktor-
faktor latihan itu meliputi persiapan fisik, persiapan teknik, kejiwaan secara teori harus
tergabung dalam semua program-program olahraga” Mengenai faktor-faktor latihan tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Persiapan Fisik
Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh sangatlah penting, karena tanpa kondisi fisik
yang baik, seorang tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna. Latihan fisik
adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dimana beban
dan intensitas latihan kian hari makin bertambah, Sehingga pada akhirnya memberikan
rangsangan menyeluruh terhadap tubuh dan meningkatkan kemampuan fisik serta mental
secara bersama.
Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikan tekanan fisik pada tubuh secara teratur,
sistematis, dan berkesinambungan, Sehingga meningkatkan kemapuan didalam melakukan
kerja. Sedangkan komponen-komponen kondisi fisik yang harus dilatih dandikembangkan
oleh seorang atlet sebagai penunjang prestasi maksimal adalah Daya tahan kardiovaskular,
Daya tahan kekuatan, kekuatan otot kelentukan, stamina, kelincahan, serta power.
2. Persiapan Teknik
Persiapan teknik adalah kelincahan untuk mempermahir teknik gerakan yang diperlukan agar
atlet mampu melakukan gerakan pada cabang olahraga yang ditekuni, Misalnya teknik
menendang bola, menyundul bola, menerima bola, dan lain sebagainya. Latihan teknik
dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau
perkembangan (neuron muskuler), kesempurnaan teknik gerakan tersebut sangatlah penting
karena akan menentukan gerakan keseluruhan.
3. Persiapan Taktik
Taktik dalam olahraga dapt diartikan siasat yang digunakan untuk memperoleh kemenangan
dengan menggunakan kemampuan teknik individu, fisik, dan mental. Sedangkan persiapan
taktik ini dapat dilakukan denagn berbagai cara:
Jadi pembinaan mental psikologis mempuyai tujuan yang sesuai dengan peningkatan latihan
untuk menghadapi pertandingan. Terbentuknya mental yang tinggi adalah kemapuan atlet
untuk menghadapi situasi yang sulit dan tidak menguntungkan secara sabar dan penuh
pengertian.
Keempat faktor tersebut diatas harus diberikan secara seimbang.Pada umumnya kesalahan
yang dilakukan pelatih adalah mengabaikan faktor psikologis yang sebenarnya sangat
penting karena pelatih hanya terfokus pada persiapan fisik, teknik, dan taktik saja.
1. Kekuatan ( Strenght )
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
2. Endurance.
Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan
peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus
menerus
3. Daya Otot.
Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuata maksimum yang di kerahkan
dalam waktu sependek-pendeknya.
4. Kecepatan.
Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam
bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya.
5. Flexibility.
Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan
pengukuran tubuh secara luas.
6. Kelincahan.
Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. Dari depan kebelakang, kiri
ke kanan, atau samping ke depan.
7. Koordinasi
Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan berbeda kepada gerakan
tunggal.
8. Keseimangan.
Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot sehingga dapat
mengendalikan gerakan dengan baik dan benar.
9. Ketepatan.
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan bebas terhadap suatu
sasaran.
10. Reaksi.
Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi
rangsangan yang di tanggapi lewat indera.
LIEE : Low Intensity Endurance Exercise
Rest.
- Active rest
- Interval training
- Permainan kecepatan
- Cross Country
2. Latihan countinous run dengan itensitas meningkat dapat juga dengan cross country
4. Lactat Tolerance.
- Latihan dengan denyut 185-195/menit
- Lamanya latihan 40detik-2menit.
- Bentuk latihan Interval Training Speed Endurance
5. Aerobic maximal
- 200-206 denyut/menit
- Lamanya latihan 5 menit
- Full speed
- LIEE :
- HIEE :
- VO2MAX :
1. Heredity
2. Umur
3. Sex
4. Postur
5. Training status
6. Tipe latihan
7. Tempat tinggal
8. Temperature
Tapering.
Frekuensi
Mengurangi frekuensi latihan adalah metode lain yang populer untuk mengurangi
beban latihan selama tapering. Beberapa laporan penelitian mengurangi 50 persen
frekuesi latihan pada pre-taper dapat meningkatan performance.
Berdasarkan hasil studi, adaptasi fisiologis dapat dipertahankan dengan menurunkan
frekuensi latihan 30-50 persen untuk pelari terlatih. Akan tetapi disarankan untuk
pelari terlatih tersebut memerlukan frekuensi yang besar untuk mempertahakan
kemampuan berlari yang baik.
Satu temuan mengatakan bahwa, frekuensi latihan dipertahankan 80 persen atau
lebih untuk menghasilkan performa optimal dan mempertahankan kemampuan berlari.
Bila kita menyimak salah satu contoh program latihan marathon bagi pemula adalah
sbb. :
1. Lama Program latihan: 16 Minggu
2. Latihan per minggu: 4 hari istirahat, 3 hari berjalan
3. Jarak tempuh per minggu: 20 – 60 km
4. Jarak tempuh latihan: Mulai 10 km, puncak pada 35 km
5. Kualitas Workouts: Strides , Marathon-Pace Runs (MP)
Di satu pekan minggu terakhir akan dapat dilakukan program latihan sebagai berikut:
Pekan ke : 16 >> Minggu (10-20 km); Senin (pemulihan); Selasa (fartlek/speed play
6-8 km), Rabu (pemulihan), Jumat (3-5 km); Sabtu (hari lomba)
Overkompensasi
Dengan pengaturan volume, intensitas dan pemulihan yang tepat high
performance akan terwujud. Pemulihan menjadi salah satu kunci terjadinya
overkompensasi. Tahap ini disebut juga tahap rebounding, yakni di mana selama
masa istirahat (atau masa pemulihan tubuh), sumber-sumber energi biokemikal bukan
saja diganti (dikompensasi), namun akan pula meningkat sampai melewati keadaan
dan tingkat kondisi semula (initial level) .
Hal ini dimungkinkan dengan cara mengerahkan sumber-sumber cadangan energi
yang ada dalam tubuh kita. Syarat agar terjadinya overkompensasi maksimal, hanya
bisa dicapai kalau stimulus yang diberikan pada latihan cukup tinggi ( minimal 60
persendari kemampuan maksimal pelari).
Stimulus tersebut dilakukan secara teratur berupa rangkaian program seperti di atas,
dan tidak dapat dilakukan tiba-tiba. Bila masa istirahatnya (atau waktu antara dua
stimuli latihan) berlangsung lama, maka overkompensasi akan memudar bahkan
menghilang sama sekali sehingga akan terjadi proses yang disebut involusi. (Bompa,
1994).
Setelah latihan dilakukan, organisme tubuh akan mengalami kelelahan (Fase I).
Karena itu tubuh memerlukan istirahat (Fase II). Tubuh berusaha untuk pulih kembali
(recover) dengan cara : mengisi kembali sumber-sumber energi yang telah kehabisan
‘bensin’ (depleted); memperbaiki kerusakan-kerusakan organisme tubuh (kalau ada)
yang terjadi sewaktu latihan.
Fase istirahat ini disebut masa kompensasi, sumber-sumber biokimia itu tidak hanya
diisi kembali sampai penuh, namun sampai melebihi normal. Adaptation effect ini
disebut overkompensasi (Fase III). Jadi perbaikan performa itu adalah hasil recovery
dan overkompensasi. Ini biasa juga disebut training effect.
Masa pulih asal, tahap ini termasuk pada masa overkompensasi. Terjadinya
overkompensasi sangat bervariasi waktunya, sangat tergantung pada tipe dan
intensitas latihannya serta kondisi atlit. Biasanya antara 6 s/d 26 jam untuk
tercapainya overkompensasi.
Stimuli berlebih, kekuatan berbagai rangsang adalah penting, tetapi kalau melebih-
lebihkan (overemphasize)pemberian intensitas stimuli maksimal, maka atlet akan
mengalami kelelahan yang berlebih pula. Namun training effect yang amat berbeda
akan terjadi apabila maksimal diselingi dengan stimulus latihan yang rendah.
Program latihan renang ini merupakan program latihan untuk dua kali dalam satu tahun musim
lomba dan akan kami uraikan secara umum pada artikel kali ini .Dengan harapan melalui artikel ini
Anda dapat melatih atlet renang Anda lebih baik lagi dan akan menghasilkan atlet-etlet yang
berprestasi.Andapun akan menjadi seorang pelatih yang profesional dan profosional dalam cabang
olahraga renang.
Untuk rangkaian kegiatan pendek berlansung dari pertengahan September sampai April ,sekitar 28
sampai 30 minggu.Sedangkan Musim rangkaian kegiatan panjang dimulai dari April sampai
Agustus,atau 10 sampai 20 minggu .
Adapun segmen –segmen tahunan renang dimulai pada bulan September sebagai berikut
Tujuan latihan daya tahan umum adalah meningkatkan level aerobic dan kebugaran dari tiap-tiap
perenang.
Segmen ini berlangsung 10 minggu.Penekanannya adalah EN 1,menendang dan latihan-latihan
renang.Latihan gaya ganti perorangan di tekankan dengan latihan tahanan menggunakan parasut atau
ember yang direkatkan pada perenang berguna untukmeningkatkan daya tahan.
latihan permulaan secara bertahap diperkenalkan dan berjumlah sekitar 20 % dari volume
latihan total untuk enam minggu selanjutnya .
Latihan renang jarak pendek berjumlah minimal selama periode ini,tetapi jumlah minimal itu
dilakukan setiap hari dan tidak lebih dari 5 % dari latihan total perminggu.Sisa latihan air
adalah EN 1 .
Lari dilakukan 3 x seminggun selama 30 sampai 40 menit sepanjang 6 minggu pertama dari
segmen daya tahan umum .
Latihan pagi dimulai selama minggu 3 dari sesi rangkaian kegiatan pendek dan dalam minggu
2 dari sesi ranakaian kegiatan panjang .
Tujuan adalah meningkatkan daya tahanaerobik dan untuk memaksimalkan permulaan an aerobic.
Penekanan latihan ini yaitu pada perlombaan spesialisasi dari tiap-tiap perenang .
Volume latihan memuncak dan meningkat pada minggu-minggu akhir dari tahap daya tahan
yang khusus ini.Selama musim rangkaian kegiatan pendek ,beban latihan puncak muncul
selama liburan.
Volume latihan berlebih selama satu setengah sampai dua minggu dengan tiap sesi perhari.
Selama musim kegiatan panjang ,periode ini muncul pada satu setengah minggu terakhir bulan
Juni samapi Juli.
Perbedaan pada rangkaian kegiatan panjang adalah bahwa tiga sesi untuk satu hari dilakukan
hanya dua hari dalam satu minggu,Selasa dan Kamis ,tetapi selama tiga minggu.
Setelah latihan dengan beban selesai ,volume latihan kembali jatuh ke level sebelum latihan
dengan beban berlebih .Namun intensitas latihan semakin meningkat.
Tujuan adalah untuk menghasilkan kompensasi super yang bekerja dengan baik untuk
menyiapkan tahap anaerobic.
Renang permulaan berjumlah sekitar 25 persen dari volume total ,kecuali pada tahap beban
berlebih dimana persentasi itu kembali kembali ke angka 15%.
lLatihan kecepatan secara bertahan meningkat dan berjumlah 15 persen dari volume latihan
mingguan.
Perenang jarak pendek dan jarak menengah melakukan kira-kira 10 persen volume latihan yang
berlebih sedikit dibandingkan perenang jarak jauh selama 4 atau 5 minggu dari tahap latihan
daya tahan khusu ini.
Tujuan untuk mengembangkan kecepatan serta berfokus pada latihan kecepatan lomba dan
mempertahankan kebugaran aerobic.
Siklus besar yang memiliki jangka waktu yang panjang dan mempunyai target (2-6 minggu)
SIKLUS MIKRO
Tahapan latihan dengan durasi 5 sampai dengan 10 hari, umumnya rentang waktu siklus mikro dalam
berbagai terminologi adalah 7 hari (1minggu)
Periodesasi merupakan sebuah program latihan dan kompetisi yang disusun sedemikian rupa sehingga
kondisi puncak (peak performance) dapat dicapai pada waktu yang ditetapkan. Selain itu periodesasi
memiliki beberapa fase.
Fase persiapan umum
Tujuan dari persiapan umum adalah persiapan dari jauh jauh hari sebelum pertandingan untuk
menyiapkan kondisi fisik seperti strength, endurance, technique, massa otot dan lain lain
Periode pertandingan/kompetisi
Fase kompetisi
Fase kompetisi ini sendiri adalah untuk memfokuskan atlet menjelang pertandingan, menjaga kondisi
fisik,mental, teknik dan lain lain
periode transisi
Bisa dibilang ini adalah tahapan pemulihan setelah melakukan peak performance dan masa dimana
mencoba menyegarkan tubuh dan siap pemulihan untuk kompetisi besar berikutnya
Secara epistimologi istilah mikro diambil dari bahasa yunani dan latin. Istilah yunani mikro berarti
kecil dan dalam istilah latin siklus merupakan serangkaian fenomena yang terjadi secara teratur. Dalam
metodologi latihan siklus mikro diartikan sebagai suatu program latihan mingguan
Pengulangan bentuk latihan yang sama, yang dilakukan berulang-ulang merupakan hal penting yang
harus dikondisikan dalam mempelajari elemen teknik ataupun pengembangan daripada kemampuan
biomotorik.
REPETITIA MATER STUDIORUM EST
Atau
PENGULANGAN MERUPAKAN KUNCI DALAM PROSES BELAJAR.
1. Tentukan tujuan setiap siklus mikro, khususnya untuk faktor latihan yang dominan.
2. Tentukan tingkatan absolut yang akan digunakan dalam latihan, jumlah jam latihan, volume,
intensitas, dan kompleksitas latihan.
3. Tentukan tingkat usaha relatif untuk siklus mikro ; berapa banyak puncaknya dan pertukaran
acara latihan yang kurang intensif
4. Putuskan sifat-sifat latihan, diartikan kepada jenis metode dan alat latihan yang dipakaiuntuk
setiap jam latihannya.
5. Tentukan hari-hari test dan pertandingan, kalau mungkin di terapkan dipakai berdasarkan
rencana tahunan.
6. Satu siklus mikro sering dimulai dengan intensitas rendah atau menengah dan selanjutnya
ditingkatkan secara berharap.
7. Menjelang pertandingan penting, siklus mikro sebaiknya hanya satu puncak dan itu berselang
antara 3-5 hari kepertandingan utama.
Pelatih juga harus mempertimbangkan apakah atletnya harus melakukan satu atau lebih acara latihan
perhari, berikut waktu dan isi masing-masing acara.
Setiap siklus mikro dimulai dengan pertemuan singkat pelatih dan atletnya.
D. Training Unit
1. Volume Latihan
Volume latihan tidak sama dengan lamanya (durasi) latihan. Bisa saja latihan berlangsung singkat
namun materi latihannya banyak. Atau sebaliknya, latihan berlangsung lama namun hampa dengan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Volume latihan ialah kuantitas (banyaknya) beban latihan dan materi latihan yang dilaksanakan secara
aktif.
Semakin tinggi tingkat prestasi atlet, semakin banyak pula jumlah volume latihan yang harus
dilakukan. Ini bisa berarti pula bahwa ada korelasi yang tinggi antara volume latihan dengan prestasi
yang ingin dicapai oleh atlet.
Volume latihan merupakan ukuran yang menunjukkan kuantitas (jumlah) suatu rangsang yangdapat
ditentukan melalui:
2. Intensitas Latihan
Intensitas latihan ialah besarnya energi yang harus dikeluarkan dalam melaksanakan latihan tersebut.
Yang dilandaskan pada prinsip overload dan yang secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah
repetisi gerakan, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut.
Keluarnya keringat saja belum tentu bisa dipakai sebagai indikasi/patokan intensif tidaknya latihan.
Intensitas latihan mengacu kepada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu
tertentu. Makin banyak kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu, makin tinggi intensitas
latihannya. Berikut adalah skala-skala intensitas:
3. Pemulihan (recovery)
Recovery adalah waktu istirahat yang diberikan antar set atau repetisi(ulangan) pada saat latihan
berlangsung. Prinsip pemulihan merupakan faktor yang amat kritikal dalam pelatihan olah raga dan
harus dianggap sama pentingnya dengan prinsip overload.
Oleh karena itu dalam latihan, pelatih harus dapat menciptakan kesempatan-kesempatan recovery yang
cukup bagi para atletnya pemulihan.
Lamanya recovery tergantung dari kelelahan yang dirasakan atlet dari rangsangan latihan
sebelumnya.Makin sedikit kelelahan yang dialaminya, makin sedikit pula waktu yang perlu
dialokasikan untuk pemulihan.
Kalau recovery antara rangsangan latihan tidak cukup, maka kelelahan akan semakin tinggi (karena
akumulasi asam laktat semakin menumpuk), dan proses-proses adaptasi latihan tidak/akan kecil sekali
akan terjadi.
Perkembangan prestasi atlet bukan semata-mata bergantung pada intensitas latihan, namun juga pada
pemberian istirahat yang cukup seusai latihan, atau antara dua rangsangan latihan sehingga training
effectakan diperoleh usai latihan.
4. Interval Latihan
Interval adalah waktu istirahat yang diberikan antar seri, antar sirkuit, atau antar sesi per unit latihan.
Interval berarti jeda waktu antar latihan.
Contohnya: atlet melakukan pull up 8 repetisi, kemudian istirahat 30 detik, dilanjudkan lagi dengan
pull up 8 repetisi. Istirahat 30 detik dalam contoh di atas merupakan interval latihan.
5. Repetisi Latihan
Repetisi adalah Jumlah ulangan yang dilakukan untuk tiap butir latihan. Pengulangan disini adalah
pengulangan gerakan yang sama yang diulang-ulang.
Contohnya: angkat beban sebanyak 12 repetisi, berarti kita melakukan angkat beban sebanyak 12 kali
angkatan.
Contoh lain semisal kita melakukan push up 10 repetisi, berarti kita melakukan gerakan push up
sebanyak 5 kali gerakan. Dalam latihan standart untuk melakukan repetisi sebanyak 8-12 repetisi.
6. Set Latihan
ketika atlet selesai push up 10 kali (10 reps) lalu istirahat, berarti sudah 1 set. 1 menit kemudian, lanjut
10 reps push up lagi, berarti sudah 2 set. 1 menit istirahat, lanjut 10 reps push-up lagi, berarti sudah 3
set tuh.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa set merupakan kumpulan dari rangkaian
repetisi-repetisi. Dalam latihan standart untuk melakukan set sebanyak 3-5 set.
Keberhasilan dalam menyelesaikan serangkaian butir latihan yang berbeda-beda. Artinya, dalam satu
seri terdiri dari beberapa macam latihan yang secara keseluruhan harus diselesaikan dalam satu
rangkaian.
Contohnya: atlet diberi 1 kali sirkuit yang terdiri dari 8 pos atau 8 macam latihan. Ketika atlet berhasil
melewati pos 1 sampai pos 8, berarti atlet tersebut sudah melakukan 1 kali sirkuit/seri.
8. Durasi Latihan
Ukuran yang menunjukkan lamanya waktu perangsangan (lamanya waktu latihan). Lama latihan
dalam berlatih (pemanasan, inti, dan pendinginan).
Adapun lama latihan untuk prestasi dan olahraga kesehatan adalah sebagai berikut:
Latihan akan kurang manfaatnya apabila tidak sesuai dengan waktu training zone di atas, jadi untuk
menghasilkan hasil yang maksimal durasi latian harus disesuaikan dengan training zone.
8. Densitas Latihan
Pengertian densitas adalah ukuran yang menunjukkan padatnya perangsangan. Artinya semakin
pendek waktu recovery dan interval yang diberikan selama dalam latihan, maka densitas latihan
semakin tinggi.
Dengan demikian densitas latihan sangat dipengaruhi oleh pemberian waktu recovery dan interval.
Densitas latihan (density of training) mengacu kepada hubungan antara latihan dan fase istirahat.
Perkembangan prestasi atlet bukan semata-mata bergantung pada intensitas latihan, namun juga pada
pemberian istirahat yang cukup seusai latihan, atau antara dua rangsangan latihan sehingga training
effect akan diperoleh usai latihan.
Pengertian irama adalah ukuran waktu yang menunjukkan kecepatan pelaksanaan perangsangan. Ada
tiga macam irama latihan, yaitu: lambat, sedang, dan cepat.
Pada umumnya frekuensi merupakan jumlah tatap muka latihan yang dilakukan dalam satu minggu,
jumlah tatap muka dalam latian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok olahraga prestasi dan
kelompok olahraga kebugaran atau kesehatan.
Untuk olahraga yang mengacu pada prestasi frekuensi latiahannya adalah sebanya 3 – 6 kali dalam 1
minggu, sedangkan untuk olahraga kebugaran atau kesehatan frekuensinya adalah 1 – 3 kali dalam 1
minggu.
Dalam frekuensi latihan nantinya akan diperjelas lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan tiap kali
pertemuannya. Semisal, hari pertama adalah olahraga yang mengarah ke daya tahan, hari kedua di
fokuskan ke kekuatan dan sebagainya.
Dalam tiap tatap muka, program latiannya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Contohnya dalam
tatap muka pada hari pertama programnya di fokuskan ke kelentukan, hari kedua materinya di
fokuskan kepada taktik dan strategi bermain.
Materi disini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kondisi atlet/tim. Jadi materi berubah karena
kebutuhan pada waktu saat itu, tentunya materi program latian berubah setelah melakukan evaluasi
(setelah melakukan tes, pertandingan dll).