Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Olahraga renang adalah salah satu cabang olahraga yang sudah bermasyarakat,
dan dipertandingkan baik di tingkat daerah, nasional, atau internasional. Bahkan di
Indonesia renang dipertandingkan dengan system kelompok umur (“Age Group”)
dimulai dari usia 10 tahun. Disamping itu diselenggarakan juga kejuaraan renang
antar pelajar dimulai dari tingkat Sekolalh Dasar, SLTP, SLTA sampai Perguruan
tinggi.
Memang kalau ditinjau dari segi fungasinya, olahraga renang ini memiliki
peranan yang sangat vital bagi kepentingan hidup manusia.
Fungsi yang pertama, dan dianggap paling vital adalah untuk kepentingan
keselamatan diri. Sudah banyak bukti yang kita dengar dan saksikan bahwa pada
umumnya manusia yang meninggal karena tenggelam baik itu di sungai, rawa,
kolam renang, dan laut disebabkan karena sebagian besar dari mereka tidak bias
berenang.
Fungsi yang kedua dari olahraga renang adalah untuk kepentingan rekreasi.
Olahraga renang dilakukan di air berbeda dengan olahraga lainnya yang biasa
dilakukan didarat. Sehingga olahraga ini menarik bagi yang melakukannya
maupun yang menyaksikan. Karena olahraga ini menarik, maka menimbulkan
kesenangan, kegembiraan, dan kepuasan.
Fungsi yang ketiga adalah untuk kepentingan kesehatan, olahraga renang
memiliki cirri gerak yang berbeda dengan gerak pada cabang olahraga yang
dilakukan didarat, pada olahraga renang, karena dilakukan di air, menurur aktivitas
pernapasan lebih aktif dan teratur sehingga lebih mengaktifkan fungsi paru-paru
dalam pengambilan oksigen. Hal ini akan member dampak yang baik terhadap
pemeliharaan kesegaran jasmani bagi yang melakukannya. Bahkan dokter
menganjurkan berenang bagi orang yang berpenyakit asma sebagai salah satu jalan
terapinya. Ditinjau dari segi gerak, olahraga ini memiliki gerak yang berbeda pula
dengan olahraga yang lainnya. Olahraga didarat dilakukan dengan posisi vertical,
dan mengalami benturan yang cukup kuat dengan tanah. Posisi ini kurang
menguntungkan untuk kelancaran peredaran darah. Sedangkan pada olahraga
renang dilakukan dengan posisi horizontal. Sikap posisi ini disamping lebih
1
menguntungkan terhadap peredaran darah, juga terhindar dari benturan-benturan
yang keras. Olahraga renang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang teratur dan
luwes serta melibatkan seluruh anggota tubuh, sehingga memberikan kesempatan
yang merata dan leluasa terhadap kemungkinan gerak seluruh bagian tubuh,
sehingga baik untuk pembentukan tubuh.
Fungsi yang keempat adalah untuk kepentingan prestasi, kita telah mengetahui
bahwa olahraga renang sudah dipertandingkan baik secara resmi maupun tidak
resmi. Secara resmi misalnya pada kejuaraan tingkat PORDA ( Profesi ), PON
((Nasional ), dan pada tingkat Internasional seperti Asian Games dan Olimpiade.
Sudah disadari oleh setiap daerah atau Negara bahwa olahraga cabang renang
merupakan cabang paling banyak menyumbangkan medali. Oleh karena itu kalau
suatu daerah atau Negara memiliki prestasi yang tinggi pada cabang renang, maka
kesempatan untuk memperoleh medali emas, perak atau perunggu cukup besar. Hal
ini member sumbangan besar terhadap pengumpulan medali emas secara keselurhan.
Fungsi olahraga renang untuk peningkatan prestasi ini, dituntut keterampilan renang
yang sangat tinggi baik segi teknik, daya tahan, kecepatan maupun kekuatan. Untuk
memperoleh keterampilan teknik yang tinggi diperlukan pembinaan sejak dini,
kontinyu, dan sistematis. Untuk memperoleh keterampilan teknik yang baik perlu
ditanamkan penguasaan teknik yang benar sejak dini. Hal ini penting untuk
pengembangan prestasi selanjutnya. Karena teknik yang benar merupakan salah satu
factor yang besar pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi seseorang,
Dengan demikian jelaslah bahwa teknik harus diterapkan atau perlu dikuasai untuk
meningkatkan prestasi siswa. Tetapi bagaimanapun untuk membentuk sikap atau
suatu keterampilan tertentu terhadap seseorang tidaklah mudah. Demikian pula
halnya dalam upaya menerapkan suatu teknik terhadap seseorang, apalagi bagi orang
yang memiliki keterbatasan skilnya. Dalam olahraga renang, seseorang harus
melakukan gerakan atau teknik dengan baik dalam keadaan terapung diatas air, hal
ini akan menyebabkan factor kesulitannya akan meningkat. Pada proses penerapan
teknik dasar pada olahraga renang, akan lebih banyak dialami kesulitan-kesulitan,
karena harus disesuaikan dengan watak dan potensi setiap individu, yang pada
dasarnya berbeda. Dengan demikianbkesulitan dan kemampuan tiap individu akan
berbeda.

2
Atas dasar latar belakang diatas, pada kesempatan ini penulis akan mencoba meneliti
“ Kasus-Kasus Pada Proses Pelajaran Teknik Dasar Renang Gaya Punggung Siswa
SMA Negeri 4 Bandung”.

B. RUMUSAN MASALAH
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, maka penulis merumuskan
maslah pokok dan masalah khusus sebagai berikut:
1. Masalah Pokok
Apakah terdapat kasus-kasus yang timbul pada siswa dalam proses mempelajari
olahraga renang tingkat pemula, khususnya siswa SMA Negeti 4 Bandung?
2. Masalah Khusus
a. Kasus apa saja yang timbul pada siswa SMA Negeri 4 Bandung dalam proses
belajar teknik gaya punggung?
b. Kasus manakah yang paling dominan timbul dalam proses belajar teknik gaya
punggung?

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian dibatasi pada gaya punggung, sedangkan variabelnya meliputi : belajar
meluncur, belajar teknik kaki, teknik lengan, mengambil napas, dan koordinasi
saat berenang.
2. Sumber data dibatasi pada siswa X SMA Negeri 4 Bandung, yang mengikuti
pelajaran renang pada tahun pelajaran 2005/2006 sebanyak 168 orang?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Ingin mengetahui kasus-kasus yang timbul pada kelas X SMA Negeri 4
Bandung dalam proses belajar teknik renang gaya punggung.
2. Ingin mengetahui kasus yang paling dominan timbul selama siswa kelas X SMA
Negeri 4 Bandung melakukan teknik gaya punggung

3
E. Manfaat Penelitian
Data hasil penelitian ini bias menjadikan masukan atau informasi bagi para
pengajar dan pelatih yang terlibat dalam proses belajar mengajar renang, khususnya
gaya punggung, dalam upaya meningkatkan kualitas maupun kuantitas peserta didik
pada olahgara renang gaya punggung.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Gerak


Singger ( 1980 ) merumuskan cirri-ciri khusus dalam belajar yaitu:
1. Belajar ditandai oleh adanya perubahan perilaku
2. Perubahan perilaku it secara relative menetap
3. Perubahan perilaku itu merupakan hasil dari latihan atau pengalaman
Teori belajar seperti teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme dan
teori belajar humanism mempunyai implikasi terhadap belajar keterampilan gerak.
Implikasi teori belajar Behaviorisme menurut Supandi (1986) adalah:
1. Ketermpilan gerak dapat dikembangkan dengan ulangan dan keterampilan gerak
itu harus sistematis, yaitu dari yang termudah berlanjut ke yang lebih kompleks
2. Adanya hadiah atau ganjaran, distribusi waktu, bahan latihan diatur secara nyata
akan menjamin proses belajar yang diharapkan.
3. Hukuman dan kesiapan berpengaruh terhadap kematangan, kesiapan psikologi,
dan kesiapan keterampilan.
4. Kondisi lingkungan fisik dan praktek atau latihan seharusnya sama dengan
kondisi permainan atau pertandingan yang sebenarnya.
5. Perlu adanya alat bantu, pengajaran berprogram, dan mesin belajar tertentu.
6. Guru hendaknya mengusahakan menggunakan penilaian sebagai upaya untuk
menetapkan respon.
Ada dua teori yang mendasari teori belajar kognitivisme yaitu teori Gestalt dari
Whertheiner dan teori belajar Medan dari Kurt Lewin. Secara garis besar teori
Gestalt dijelaskan oleh Oxendine yang dikutip Supandi (1986) adalah :
1. Keterampilan olahraga yang diberikan pada siswa sebagai anak didik, lebih baik
diamati dan dihayati secara keseluruhan daripada bagian demi bagian. Sebelum
keterampilan gerak diberikan harus didahului oleh pertunjukan pendahuluan
seperti demonstrasi, film, slide, perjelasan verbal, dan kaji ulang yang dapat
membantu proses penggabungan bagian-bagian menjadi suatu yang global
2. Pemahaman terhadap gerak harus ada dalam jangkauan siswa. Pemecahan
masalah dalam keterampilan gerak dapat terlaksanan apabila siswa mempunyai
keterampilan dasar yang dapat menyelesaikan pola gerakan yan g kompleks.

5
3. Pemahaman tentang hubungan antar bagian merupakan hal penting dalam
belajar agar dapat menjadi lebih efektif.
Implikasin teori Medan dari Kurt Lewin terhadap belajar yang dikutip
Suwandi (1986) adalah:
1. Guru hendaknya membantu siswanya menyusun tujuan yang
kemungkinan hendak dicapai siswa. Siswa yang mengalami hambatan
dalam mencapai tujuan harus diberikan bantuan yang penekanannya pada
pencapaian waktu, jarak tertentu, atau sejumlah ulangan sebagai tujuan
bagi siswa yang lamban belajar daripada tujuan memenangkan suatu
pertandingan atau hadiah.
2. Situasi harus beriklim social yang menyenangkan seperti interaksi
kelompok.
3. Perilaku siswa tidak semata-mata respons terhadap stimulus dari luar
pribadinya, tetapi juga respon terhadap stimulus dari pribadinya sendiri.
Implikasi teori belajar Humanistik terhadap gerak, menurut Supandi (1986)
adalah:
1. Bahan pelajaran itu hendaknya bermakna atau mempunyai arti bagi
siswa, sehingga ia menganggap bahwa bahan pelajaran itu penting guna
tercapai tujuan.
2. kesehatan, tingkat kelelahan, pengalaman terdahulu.
3. Keuletan siswa dalam belajar merupakan factor penting dalam proses
belajar, keuletan dapat membina konsentrasi yang dapat mengatasi
gangguan yang tidak diharapkan.
4. Proses belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan seperti keadaan suhu,
peralatan, serta factor eksternal lainnya.
5. Membangkitkan motivasi siswa dalam mempelajari bahan pelajaran
yang diberikan guru.

6
B. Teknik Dasar Renang Gaya Punggung
1. Posisi Badan di Permukaan Air
Pada gaya punggung sikap terlentang sudut yang dibentuk antara
kepala dengan permukaan air berkisar diantara 5°-7° di mana sikap
seperti seperti ini sangat penting untuk memperkecil tahanan dari air.
Patokan yang mudah untuk mengambil sikap ini adalah telinga, dada,
dan sedikit ibu jari kaki berada di permukaan air, kemudian lakukanlah
pandangan yang tetap rileks serta tegak lurus ke atas (langit), pandangan
keatas saat berenang berpengaruh terhadap sikap tubuh di permukaan
air.
Irama kaki tidak jauh berbeda dengan gaya bebas, begitu juga dengan
gaya punggung akan membentuk persilangan apabila diperlambat
kecepatannya, gunakan irama “ two beast” dan “six beat kick”
2. Gerakan Tangan
Gerakan tangan pada gaya punggung dimulai dari garis tengah badan
yang diperkirakan berada di atas kepala, ketika kita telah melakukan
“entry” dan didorong oleh salah satu bahu yang berlawanan
mengakibatkan sikap tangan masuk lebih dalam di bawah permukaan
air. Telapak tangan menghadap keluar, sedangkan kedalaman masuknya
tangan ke bawah permukaan air berkisar di antara 25-40 cm. Dengan
kedalaman tersebut untuk meraih air lebih kuat, selanjutnya ambillah
sikap membongkok dari lengan atas dan lengan bawah membentuk sudut
80°-100°, pada sudut sebesar ini perenang dapat melakukan tarikan
tangan dengan kuat. Lanjutkannlah akhir tarikan dengan sikap
mendorong (“push”) dan dorongan akan berakhir pada samping paha.
Kemudian angkatlah tangan dengan tegak lurus dalam sikap yang rileks
ke atas permukaan air, membentuk setengah lingkaran terhadap tubuh
dan pada saat tangan melakukan perputaran di atas tubuh, lakukan lah
gerakan perputaran tangan dimana pada saat masuk permukaan air
telapak tangan menghadap keluar, dan didahului dengan masuknya jari-
jari tangan (kelingking) kepermukaan air.
3. Mengambil Napas
Mengingat posisi badan pada gaya ini menghadap ke atas maka
terdapat beberapa pendapat yaitu bahwa dengan menghadapnya bagian
7
muka ke atas, maka dapat mengambil napas seenaknya, namun menurut
pengalaman cara demikian tidak dapat disalahkan. Akan tetapi dengan
cara mengambil napas seenaknya akan mudah terminum air saat
berenang. Sebaiknya pengaturan napas pada gaya ini dilakukan pada
saat tangan kanan atau kiri melakukan”recovery”
4. Koordinasi Saat Berenang
Gerakan kaki secara kontinyu, teratur naik turun kemudian :
a. Tangan kiri melakukan “entry”, tangan kanan berada disamping paha
b. Tangan kiri setelah kiri setelah melakukan “entry”, kemudian dengan
dorongan bahu sebelahnya mengakibatkan tangan masuk lebih
dalam, dan tangan kiri mulai bergerak naik
c. Tangan kiri terus bergerak dalam, tangan kanan siap untuk
melakukan sikap yang rileks
d. Tangan kiri mulai meraih air, tangan kanan siap keluar dari
permukaan air
e. Tangan kiri mulai mengambil sikap membentuk sudut, tangan kanan
keluar dari permukaan air
f. Tangan kanan memutar telapak tangan kea rah luar sehingga siap
untuk melakukan tarikan (puli), siap melakukan gerakan dorongan
(push)
g. Tangan kanan dengan kelingking sudah mengarah untuk bersiap
melakukan “entry”, tangan kiri bergerak melakukan dorongan
h. Tangan kanan siap melakukan “entry”, tangan kiri siap untuk
mengakhiri dorongan
i. Tangan kanan segera melakukan entry tangan kiri berakhir
melalukan dorongan
j. Tangan kanan melakukan entry, tangan kiri telah berakhir
melakukan dorongan
k. Pada saat tangan masuk lebih dalam ditambah dorongan bahu kiri,
serentak bahu kiri mendorong tangan kanan untuk masuk lebih
dalam, tangan kiri siap untuk melakukan “recovery”
l. Tangan kanan setelah maksimum masuk ke dalam permukaan
air,kemudian tangan kanan siap untuk melakukan tarikan, sedangkan
tangan kiri siap melakukan “recovery”
8
m.Tangan kanan mulai melakukan gerakan tarikan (pull ), tangan kiri
telah keluar dari permukaan air untuk melakukan “recovery”
n. Tangan kiri bergerak ke atas melakukan “recovery”,kemudian
sambil melakukan “recovery”, kelingking mulai di putar untuk siap
“entry”, maka tangan kanan mulai membentuk sudut dimana tangan
kanan melakukan tarikan (pull )
o. Kelingking kiri telah siap mengarah untuk melakukan “entry”,
tangan kanan hamper mengakhiri tarikan
p. Tangan kanan siap melakukan dorongan, tangan kiri dengan
kelingking didepan bergerak menuju permukaan air
q. Tangan kanan bergerak melakukan dorongan, serentak tangan kiri
bergerak menuju permukaan kolam untuk melakukan “entry”
r. Tangan kiri siap melakukan “entry” tangan kanan hamper
menyelesaikan dorongan.

C. Kajian Pustaka
Di dalam proses pembelajaran teknik renang gaya punggung aspek
biomekanik dan teknik-teknik renang gaya punggung, perlu di pahami
oleh setiap siswa, agar siswa dapat menyadari sebab akibat dari
kesalahan gerak yang dilakukannya ( Supandi, 1986 )
Ada beberapa aspek yang berhubungan dengan biomekanik yang
dikemukakan para ahli dalam olahraga renang, terutama untuk
mengkaitkannya dengan membangkitkan daya dorong, agar perenang
dapat bergerak maju secara efisien, dan bagaimana menghindarkan atau
mengurangi bentuk-bentuk tahan (resistensi) sekecil mungkin
Ernest W Maglischo dikutip Dadeng (1987) berpendapat bahwa
tenaga yang berbentuk daya dorong paling efektif diperoleh dari daya
angkat atau “lift”. Pada prinsipnya tenaga tarikan atau “darg force”,
selalu bergerak berlawanan dengan arah kemana benda itu bergerak
maju. Tenaga daya angkat, selalu mendorong dengan arah tegak lurus
terhadap arah dari tenaga tarikan atau “drag force”.
Selain teori daya angkat, olahraga renang juga banyak
memanfaatkan hokum Newton III yang berhubungan dengan gerakan
dimana ada aksi akan berlawanan dengan reaksi. Selain itu dikenal
9
pula teori Proppeller yaitu perenang melakukan aksi seperti halnya
rangkaian putaran baling-baling dengan perubahan arah. Kalau
dibandingkan tenaga tangan dan jari-jari perenang sebagai sayap pada
pesawat terbang. Pada kenyataannya perenang menggunakan tangan
dan kaki seperti halnya baling-baling.
Untuk gerakan maju dapat dipergunakan prinsip-prinsip
Bernoullisdiantaranya:
1. Dorongan pengayuh pada sampan
2. Sayap pesawat terbang
3. Mesin perahu motor, dimana “propulsif” terjadi dibagian belakang perahu
berputar tegak lurus searah dengan jarum jam melalui bilah-bilahnya. Hal
demikian dapat menimbulkan tenaga dorong yang horizontal terhadap
benda tersebut
4. Pada tangan perenang di saat melakukan gerakan tarikan tangan,
menimbulkan tenaga dorong dan membawa tubuh untuk bergerak maju kea
rah horizontal.
Untuk menghasilkan gerakan laju yang cepat dan efisien, maka beberpa para
ahli berpendapat harus menghindarkan atau mengurangi hambatan atau resisten
yang menjadi hambatan daya laju ke depan. Sebagaimana dikemukan oleh para
ahli yang dikutip Dadeng (1987) bahwa bila tahanan percepatan lebih besar dari
hambatan, maka kecepatan akan lebih rendah, dan kalau kedua tahanan itu sama
besar, maka kecepatan akan sama pula.
Secara garis besarnya factor penghambat yang terjadi di air yaitu :
1. Penghambat dari arah depan
2. Penghambat sebagai akibat dari percepatan dorongan kedepan (dari arah
belakang)
Sedangakan bentuk-bentuk hambatan, diantaranya :
1. Hambatan yang timbul akibat bentuk tubuh perenang
2. Besarnya ombak, desain kolam renang
3. Arah hambatan pada tubuh yaitu : tegak lurus, samping, dan belakang.

10
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Metologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang berusaha
untuk menggambarkan atau menjelaskan mengenai segala hal yang telah dan sedang
diselenggarakan dalam kegiatan proses belajar mengajar renang gaya punggung pada
siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengdeskripsikan apa yang terjadi pada
saat ini, didalamnya terdapat upaya deskripsi,pencatatan, analisis dan
menginterprestasikan kondisi-kondisi yang terjadi.
Penelitianin ini dari segi tujuannya merupakan penelitian aksi (action research)
penelitian aksi ini fokusnya pada hal hal yang bersifat aplikasi, bersifat terbatas dan
segera, bukan untuk pengenbangan suatu teori,hasilnya untuk atau penyempurnaan
baik system, metode, maupun dalam menentukan strategi mengajar/melatih olahraga
renang.

B. Sumber Data
Sumber data diperoleh melalui observasi pada proses belajar mengajar renang
gaya punggung siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung, tahun pelajaran 2006/2007,
pada tanggal 1 Agustus- 30 September 2006

C. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung,
tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 8 kelas. Dari 8 kelas tersebut dipilih secara acak 4
kelas, sehingga jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian adalah 168. Adapun
rinciannya sebagai berikut :
1. Kelas X-5 sebanyak 42 orang
2.Kelas X-6 sebanyak 42 orang
3.Kelas X-7 sebanyak 42 orang
4.Kelas X-8 sebanyak 42 orang
Jumlah 168 orang

11
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
observasi. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar
renang berlangsung, selama kurang lebih 2 bulan. Sebagai alat pengumpul data
observasinya dilakukan pada setiap berlangsungnya proses belajar mengajar
renang perindividu, dengan tidak mengabaikan proses pembelajaran penguasaan
teknik renang gaya punggung secara keseluruhan.

E. Teknik Pengolahan Data


Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur pendekatan
kualitatif. Pada garis besarnya teknik analisis yang dilakukan adalah :
1. Pengelompokan data sesuai dengan jenisnya
2. Memaparkan atau memberikan gejala yang teramati
3. Mengungkapkan tafsiran-tafsiran yang dianggap tepat digunakan dengan
mengacu pada teori
4. Menyusun proposisi-proposisi baru

12
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pembelajaran Renang di SMA Negeri 4 Bandung


Pembelajaran renang dilaksanakan di kolam renang Muara yang ukuran kolam
renangyanya 25 m x 15 m. Jadwal penggunaan waktu kolam renang dalam 1 minggu,
yaitu hari senin dan selasa mulai jam 7.00-12.00 WIB.

B. Temuan dan Analisis Kasus Gaya Punggung


Untuk keperluan menafsirkan data yang telah diprosentasikan kedalam katagori
nama data tersebut ditafsirkan, maka dibuat pedoman pengelompokan data sebagai
berikut:
80 – 100 % ditafsirkan Hamper Seluruhnya (HS)
60 – 79,5 % ditafsirkan Sebagai Besar (SB)
40 – 59,5 % ditafsirkan Sebagian (S)
20 – 39,5 % ditafsirkan Sebagian Kecil (SK)
1 – 19,5 % ditafsirkan Sebagian Kecil Sekali(SKS)
(Badruzaman 1992)
Kasus keseluruhan dari gaya punggung ditemukan 31 kasus yang muncul.
Keseluruhan kasus ini terbagi 5 bagian teknik. Adapun rinciannya adalah :

1. Kasus Pada Posisi Badan


Tabel 1. Kasus Pada Posisi Badan
No Kasus Yang Muncul ∑ %
1 Kepala dan muka berada dalam 109 64,88
pemukaan air
2 Telinga dan muka terlalu keluar 122 72,62
permukaan air
3 Dada berada di adalam air 130 77,38
4 Kaki turun ke bawah permukaan air 136 80,95
5 Kondisi badan tegang 145 86,31
6 Pinggang terlalu kebawah 141 83,93
7 Pandangan ke depan 113 67,26

13
Jika Tabel 1 diatas dirubah dalam bentuk grafik batang, maka gambarnya seperti
dibawah ini :
Gambar 1 Kasus Pada Posisi Badan

100
80
60
40
20
0
Kepala dan muka berada dalam

Kondisi badan tegang

Pinggang terlalu kebawah

Pandangan ke depan
Kaki turun ke bawah permukaan air
Telinga dan muka terlalu keluar

Dada berada di adalam air


permukaan air
pemukaan air

Pada bagian posisi badan laitihan gaya punggung ditemukan 7 kasus yang
muncul. Dari 7 kasus di antaranya dilakukan oleh sebagian siswa. Dengan kata lain
pada bagian ini, lebih banyak kasus di langgar oleh siswa. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh posisi badan yang berlawanan dengan posisi badan yang diajarkan
sebelumnya, sehingga mereka memerlukan kondisi penyesuaian lagi. Kelima kasus
tersebut adalah : telinga dan muka terlalu keluar dari permukaan air. Pada kasus seperti
ini biasanya mereka mengangkat kepalanya keatas. Akibat dari sikap ini berkaitan erat
dengan terjadinya kasus dada berada dalam air dan pinggang terlalu kebawah.
Terjadinya kasus kaki turun kebawah permukaan air, juga berkaitan dengan kasus
telinga dan muka terlalu keluar atau karena pandangan ke depan. Kondisi badan tegang
bias berakibat seluruh anggota badan dan kepala lebih dalam masuk ke dalam
permukaan air. Pinggang terlalu kebawah, menyebabkan bentuk posisi badan
membentuk hurup (U) melengkung. Hal ini mengakibatkan posisi badan menjadi tidak
horizontal bahkan akan menghambat daya luncur.

14
2. Kasus Pada Gerakan Kaki
Tabel 2 Kasus Pada Gerakan Kaki
No Kasus Yang Muncul ∑ %
1 Gerakan dimulai dari lutut 149 88,69
2 Pergelangan kaki bengkok 119 70,83
3 Lutut terlalu naik ke luar 132 78,57
4 Gerakan kaki kaku/tegang 154 91,67
5 Gerakan kaki terlalu dalam air 161 95,83
6 Gerakan kaki membuka keluar 126 75,00
Jika Tabel 2, dirubah dalam bentuk grafik yang batang, maka gambarnya akan
seperti dibawah ini :
Gambar 2 Kasus Pada Gerakan Kaki

100
80
60
40
20
0
Gerakan kaki terlalu dalam
Gerakan dimulai dari lutut

Gerakan kaki membuka


Gerakan kaki kaku/tegang
Pergelangan kaki bengkok

Lutut terlalu naik ke luar

keluar
air

Pada latihangerakan kaki ditemukan 6 kasus yang muncul, kasus yang


paling banyak dilakukanoleh sebagian besar siswa (95,83 %) adalah gerakan
kaki terlalu dalam di bawah permukaan air. Akibat dari kasus ini posisi badan
menjadi diagonal sehingga akan menimbulkan hambatan. Disamping itu
cambukan kaki menjadi berkurang, sudah barang tentu daya dorong kakipun
menjadi berkurang.
Kasus kedua yang banyak dilakukuan siswa (91,67 %) adalah gerakan
kaki tegang atau kaku. Akibat dari gerakan ini, cambukan kaki menjadi terbatas,
juga akan menimbulkan otot kaki cepat lelah.
Urutan ketiga kasus yang banyak dilakukan siswa (88,69%) adalah
melukan gerakan kaki dimulai dari lutut. Akibat dari kasus ini akan

15
menimbulkan hambatan yang besar dari kaki. Kasus yang cukup patal (78,57%)
adalah siswa melakuan gerakan kaki dengan lutut lebih tampak terlalu keluar
permukaan air. Akibat dari kasus ini posisi badan menjadi tidak normal,
pinggang turun kebawah, lutut jadi naik keatas, sehinga kaki sulit untuk
membuat cambukan, dan badanpun sulit untuk dapat meluncur.
Ada juga kasus walaupun sebagian siswa (70,73%) ada yang melakukan
gerakan kaki dengan pergelangan kaki membengkok seperti cangkul. Akibat
dari bentuk kaki seperti ini tidak aakan memperoleh cambukan akhir atau
lecutan dari ujung kaki. Padahal kunci cambukan kaki tertumpu pada akhir
cambukannya yaitu terletak pada ujung kaki. Selain itu yang dilakukan oleh
sebagian kecil siswa, melakukan gerakan kaki dengan membuka kearah
samping luar. Akibat dari gerakan kaki seperti ini, tidak akan terjadi
prinsip”propeller” atau baling-baling dari gerakan kaki.

3. Kasus Pada Gerakan Tangan


Tabel 3 Kasus Pada Gerakan Tangan
NO Kasus Yang Muncul ∑ %
1 Pada saat entry, tangan berada jauh di atas samping kepala 128 76,19
2 Pada saat entry, tangan hanya sedikit dibawah permukaan air 139 82,74
± 5-10 cm
3 Pada saat entry, didahului dengan punggung atau telapak 112 66,67
tangan
4 Pada saat pull,tangan tidak dibengkokkan atau hampir lurus 132 78,57
5 Membengkok terlalu kecil ± 40°-60° 78 46,43
6 Pada saat push, tidak disertai dengan tenaga pada lengan atas 70 41,67
dan bawah
7 Akhir dari gerakan push, tangan jauh dari samping paha 80 47,62
8 Pada saat recovery, lengan bengkok 73 43,45
9 Pada saat recovery, lengan lurus namun miring ke samping 145 86,31
luar
10 Lengan lurus, namun terlampau menyilang pada garis badan 57 33,93
11 Pada saat recovery, lengan tegang/kaku 97 57,74

16
Jika Tabel 3, diatas dirubah dalam bentuk grafik batang, maka gambarnya seprti
dibawah ini :
Gambar 3, Kasus Pada Gerakan Tangan

100
80
60
40
20
0

Pada saat push, tidak disertai dengan tenaga

Lengan lurus, namun terlampau menyilang


Pada saat entry, tangan berada jauh di atas

Akhir dari gerakan push, tangan jauh dari


Pada saat entry, tangan hanya sedikit

Pada saat pull,tangan tidak dibengkokkan

Membengkok terlalu kecil ± 40°-60°

Pada saat recovery, lengan lurus namun

Pada saat recovery, lengan tegang/kaku


Pada saat recovery, lengan bengkok
Pada saat entry, didahului dengan
dibawah permukaan air ± 5-10 cm

punggung atau telapak tangan

pada lengan atas dan bawah

miring ke samping luar


atau hampir lurus

pada garis badan


samping kepala

samping paha

Pada latihan gerakan tangan gaya punggung terdapat 11 kasus yang muncul.
Ada 5 kasus yang dominan dilakukan oleh sebagian besar siswa diantaranya adalah
(66,66%) siswa banyak melakukan gerakan tangan saat enrty, letak tangannya
berada jauh diatas samping kepala posisi tangan seperti mengurangi prinsip
pemindahan air, karena tidak ada jangkauan tangan. Akibat yang sama pula bias
ditimbulkan oleh posisi tangan pada saat entry, hanya sedikit dipermukaan air kira-
kira 5-10 cm, dan diakibatkan oleh posisi tangan pada saat entry, telapak tangan
punggung tangan masuk lebih dulu kedalam air dengan posisi ini tangan tidak
dapat meraih air yang maksimal.
Kasus lain yang sebagian besar dilalukan oleh siswa adalah, pada saat akan
melakukan tarikan (pull) lengan, dalam keadaan lurus, bahkan banyak juga yang
lurus. Akibat dari kasus ini, arah renang bias berbelok-belok, juga penggunaan
tenaga dari lengan atas dan lengan bawah tidak terhimpun dalam satu kesatuan.
Resikonya beban terasa lebih berat oleh tangan. Kasus terakhir yang dilakukan
sebagian besar siswa adalah, pada saat recovery posisi lengan lurus kesamping

17
luar. Akibat dari kasus ini tidak dapat memperoleh jangkauan tangan kebelakang
secara maksimal.
Terdapat juga 5 kasus yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah ;
pada saat melakukan pull, posisi lengan membengkok terlalu kecil dengan sudut
kurang lebih antara 40°-60°. Akibat dari bentuk tangan seperti itu posisi tangan
bisa keluar dari permukaan air, sehingga tidak akan terdapat dorongan oleh telapak
tangan. Pada saat push, sebagian siswa melakukan dorongan dengan tidak
menggunakan tenaga yang optimal untuk menekan. Pada kasus ini ada kesan siswa
melakukannya malas atau kurang motivasi dan semangat. Akibat dari kasus ini
tidak akan mendapatkan luncuran yang maksimal. Kasus lain yang bias berakibat
kurangnya daya luncur atau dorongan kedepan adalah, disebabkan pada saat
melakukan push, akhir gerakan tangan tidak sampai disamping paha. Kasus lain
pada saat recovery sebagian siswa melakukan gerakan tangan dengan sikut
membengkok akibat dari sikap ini, dimungkinkan tangan mendapat kesulitan untuk
memperoleh jangkauan yang optimal kebelakang. Ada juga kasus yang dilakukan
oleh sebagian siswa pada saat melakukan recovery, kondisi lengan tegang atau
kaku. Akibatnya akan banyak tenaga dari lengan yang terbuang. Kasus yang
terakhir walaupun hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa adalah : pada saat
recovery lengan lirus namun serong menyilang garis tengah badan, akibat dari
gerakan ini, muka sering tertekan masuk kedalam air oleh bahu.

4. Kasus Pada Pengambilan Napas


Tabel 4. Kasus Pada Pengambilan Napas
No Kasus Yang Muncul ∑ %
1 Dagu menekan dada 96 57,14
2 Bahu menekan muka 85 50,60
3 Mengambil napas tidak saat recovery 139 82,74

18
Jika tabel 4, diatas dirubah dalam maka gambarnya seperti dibawah ini :
Gambar 4. Kasus Pada Pengambilan Napas

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Dagu menekan dada Bahu menekan muka Mengambil napas tidak
saat recovery

Pada saat pengambilan napas, terdapat tiga kasus yang Kasus pada
pengambilan napas ini boleh dikatakan paling sedikit karena pada gaya punggung
posisi mulut sudah berada dipermukaan air, Kasus yang muncul biasanya mereka
tidak mampu mempertahankan posisi mulut berada diatas permukaan air. Seperti
terjadinya kasus pada point 1dagu menekan napas, ia malah menekannya kedada
akibatnya mulut kerendam air. Kasus pada point 2 sebaliknya, muka tertekan oleh
bahu mengakibatkan mulut masuk kedalam air disaat harus mengambil napas.
Kasus yang paling banyak atau sebagian besar dilakukam oleh siswa
adalah, mereka mengambil napas tidak saat recovery, melainkan seenaknya saat
dikehendaki. Walaupun belum ditemukan hasil penelitian pengaruh ini terhadap
kecepatan maupun daya tahan, namun secara teoritis pengambilan napas pada saat
recovery dimungkinkan pengambilan oksigen akan lebih banyak.

5. Kasus Pada Saat Koordinasi


Tabel 5. Kasus Pada Saat Koordinasi
No Kasus Yang Muncul ∑ %
1 Gerakan kaki tidak kontinyu 109 64,89
2 Perputaran lengan kiri dan kanan 137 81,55
terlalu lambat
3 Perputaran lengan terlalu cepat 96 57,14

19
4 Koordinasi kaki, lengan masih belum 157 93,45
belum beraturan

Jika Tabel 5, diatas dirubah dalam bentuk grafik batang, maka gambarnya seperti
dibawah ini :
Gambar 5 Pada Kasus Saat Koordinasi

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Gerakan kaki Perputaran Perputaran Koordinasi kaki,
tidak kontinyu lengan kiri dan lengan terlalu lengan masih
kanan terlalu cepat belum belum
lambat beraturan

Pada saat latihan koordinasi ditemukan empat kasus. Kasus yang paling
dominan dilakukan oleh hampir seluruh siswa adalah pada saat koordinasi kaki dan
lengan. Pada saat ini kebanyakan siswa melakukan seenaknya jadi tidak beraturan.
Akibatnya prinsip baling-baling baik dari kaki maupun dari lengan belum terlihat.
Kasus yang masih sebagian besar dilakukan oleh siswa adalah saat koordinasi
lengan kiri atau kanan terlalu lambat. Pada kasus ini juga tidak akan tampak prinsip
baling-baling dari gerakan lengan, sehingga laju renangan begitu lambat.
Lain lagi dengan kasus sebaliknya, perputaran lengan terlalu cepat dengan
tanpa menghiraukan teknik lengan yang benar. Akibat prinsip mengayuh dari
lengan menjadi hilang.
Kasus yang terakhir walaupun hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa
adalah pada gerakan kaki yang tidak kontinyu disaat berenang. Adakalanya
gerakan kaki iramanya tidak konstan, suatu saat pelan-pelan sekali, bahkan
berhenti tidak melakukan gerakan. Akibatnya daya dorong dari kaki menjadi
berkurang.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Sesuai dengan masalah penelitian yang ingin diketahui yaitu kasus-kasus pada
latihan gaya punggung. Maka dari hasil penelitian ini dapat ditemukan 31 kasus dari
latihan gaya punggung. Adapun rincian kasus-kasus yang terdapat pada gaya
punggung adalah sebagai berikut :
 Pada posisi badan dalam latihan gaya punggung ditemukan 7 kasus, terdapat 5
kasus yang dianggap dominan atau dilakukan oleh sebagian siswa yaitu :
1.Telinga dan muka terlalu keluar dari permukaan air
2.Dada terlalu berada dalam permukaan air
3.Kaki turun ke bawah permukaan air
4.Kondisi badan tegang
5.Pinggang turun ke bawah
 Pada bagian latihan gerakan kaki ditemukan 6 kasus dominan yang dilakukan
oleh sebagian besar siswa adalah gerakan kaki terlalu didalam air.
 Pada bagian latihan gerakan lengan ditemukan 11 kasus, sedangkan kasus
dominan atau yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah 5 kasus yaitu
1. Pada saat melakukan entry, posisi tangan berada jauh diatas samping
kepala
2. Pada saat melakukan entry, posisi tangan hanya sedikit kurang lebih 5
s.d 10 cm berada di bawah permukaan air
3. Pada saat melakukan entry, punggung atau telapak tangan lebih dulu
masuk kepermukaan air
4. Pada saat melakukam pull atau tarikan, posisi tangan tidak
dibengkokkan atau hampir lurus
5. Pada saat melakukan recovery, lengan lurus namun miring kesamping
luar
 Pada bagian latihan mengambil napas terdapat 3 kasus, sedangkan kasus
dominan yang dilakukan sebagian besar siswa adalah mengambil napas
tidak saat melakukan recovery.
 Pada bagian latihan koordinasi ditemukan 4 kasus, sedangkan kasus
dominan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah perputaran
21
lengan kiri dengan lengan kanan tidak beraturan dan pada umumnya
lambat.

B. Saran
1. Diharapkan ada penelitian ulang yang serupa tetapi dengan mengambil sampel
yang berbeda tingkst usianya. Dari hasil penelitian itu diharapkan ada kasus-
kasus lain yang muncul atau kasus-kasus dominan yang berbeda dengan
penelitian ini.
2. Diharapkan para pakar renang baik yang berada dilingkungan perguruan tinggi
maupun tingkat pengurus renang, supaya terus mengali formula-formula baru
khususnya dari segi teknik yang bias disesuaikan dengan kondisi badan Bangsa
Indonesia umumnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

_________________1983. Cara Belajar dan Mengajar Renang. Depdikbud. Direktorat


Jendarl Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, Proyek Pembinaan dan
Permasalahan Olahraga.

_________________1989. Swimming Teccnique, Catching the Wave. Los Angeles.

_________________1984. Cara Praktis Belajar Renang Modern. Prakarsa Belia


Jakarta.

Counsilman, James E. 1986. The Science of Swimming, Swimming Coach and


Proffesor of Education. Indiana University. Bloomington Indiana. London

Hagerman Gene R,et al 1987. Effciency Swimming. A Bantam Book. New York
Harsono.1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. CV Tambak
Kusuma.

Indik K 1983Belajar Renang Jilid I FPOK IKIP Bandung

Katz, Jane. 1981. Swimming for Totaln Fitnes, Dolphin Book & Company,Inc.
Garden City. New York

Kurnia, Dadeng 1987. Pedoman Dasar Membina Olahraga Renang Prestasi. Jakarta

Maglischo, Ernest W 1982. Swimming Faster. Mayfield Publishing Company.


California State University

Singer, Robert N 1980. Motor Learning and Human Performance. The Macmilian
Company Collier-Macmillian Limited. London

Sudjana 1975. Metode Statistik. Tarsito. Bandung

Supandi, dan Laurens S 1986. Teori Belajar Mengajar Motorik. Diktat, FPOK IKIP
Bandung

Surakhmad, Winarno 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Tarsito
Bandung.

23

Anda mungkin juga menyukai