Anda di halaman 1dari 91

Statistik Produksi

PETERNAKAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN


Politeknik Statistika STIS, Jl. Otista No. 64C Jakarta
ORGANISASI DI PUSAT

Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV


Ssesuai SE Kementerian
PANRB No. 384 Tahun 2019
Subdit Stat
1. Seksi Penyiapan tentang
Direkt STPHP 2. Seksi Pengolahan
Langkah Strategis dan
Peternakan 3. Seksi Evalap
Konkret Penyederhanaan
1. Seksi Penyiapan
Deputi Bidang
Direkt SP2K
Subdit Stat 2. Seksi Pengolahan
Birokrasi
Statpro Perikanan 3. SekSesi Evalap mulai 31 Desember 2020
1. Seksi Penyiapan jabatan Struktural Eselon
Disekt Stat Subdit Stat
Industri Kehutanan
2. Seksi Pengolahan III dan IV akan disetarakan
3. Seksi Evalap
ke jabatan fungsional.
ORGANISASI DI PROVINSI

Eselon II Eselon III Eselon IV


Ssesuai SE Kementerian
Bagian TU PANRB No. 384 Tahun 2019
Bidang Stat Seksi Stat
tentang
Sosial Pertanian Langkah Strategis dan
Bidang Stat Seksi Stat Konkret Penyederhanaan
Produksi Industri Birokrasi
BPS Provinsi
Bidang Stat Seksi Stat mulai 31 Desember 2020
Distribusi PEK jabatan Struktural Eselon
Bidang III dan IV akan disetarakan
Nerwilis
ke jabatan fungsional.
Bidang
IPDS
ORGANISASI DI KAB/KOTA

Eselon III Eselon IV


Ssesuai SE Kementerian
Subbag TU PANRB No. 384 Tahun 2019
tentang
Seksi Stat Langkah Strategis dan
Sosial
Konkret Penyederhanaan
Seksi Stat
Produksi
Birokrasi
BPS
Kab/Kota mulai 31 Desember 2020
Seksi Stat
Distribusi jabatan Struktural Eselon
Seksi
IV akan disetarakan ke
Nerwilis jabatan fungsional.
Seksi
IPDS
LATAR BELAKANG

Pembangunan sektor pertanian diperlukan statistik pertanian yang


berkualitas tinggi
o Data sektor pertanian ditangani oleh Direktorat STPHP dan Direktorat SP2K
o Data pokok diperoleh dari Sensus Pertanian & Survei Pertanian Antar Sensus
(Sutas)

Pengembangan lebih fokus pada Direktorat STPHP


o Data SP2K tidak kalah penting dan strategis sebagai informasi ketersediaan
protein hewani bagi penduduk
• Daging sapi -> kebijakan impor, krusial/sensitif secara ekonomis/politis
• Perikanan -> illegal fishing, pencemaran air, dll
• Kehutanan -> illegal logging, paru-paru dunia
LATAR BELAKANG

Data SP2K cenderung underperformed


o Konvensional, tidak press release, time lag lama, penyediaan data agregat
o Data sosek kurang mendapat atensi yang memadai
o Menyebabkan sangat terbatas untuk memonitor TPB/SDGs khususnya tujuan
nomor 2, 5, 6, 12, 14, 15 (FAO)
o Perlu sejumlah terobosan: eksploitasi dan pemanfaatan teknologi informasi
ISSUE

Eko Taufik Wibowo, Direktur Utama Berdikari:


"Kemungkinan pekan depan sudah mulai pengapalan pertama dan
tiba awal Desember 2019, sekitar 280 ton."
Importasi daging sapi dari negara Amerika Selatan ini dilakukan
untuk menstabilisasi harga. Meski harganya cenderung lebih tinggi
dibanding daging kerbau asal India, Eko optimistis masyarakat
tetap berminat mengonsumsi daging Brasil dengan harga pasaran
senilai Rp. 80.000 per kg.
Data sementara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan
kebutuhan total daging sapi mencapai 686.271 ton. Namun,
produksi sapi dalam negeri diperkirakan hanya mencapai 404.590
ton atau setara dengan 2,25 juta ekor sapi.
ISSUE

28 Juni 2019
Defiyan Cori, Ekonom dari Konstitusi
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada:

“ ...adanya kelebihan produksi (penawaran)


ayam, sehingga membuat harga anjlok...
faktanya harga daging ayam di berbagai
pasar tetap tinggi, yang berarti
mengindikasikan penyebabnya bukan
karena kelebihan produksi (over supply)”
https://republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/pts8iw453/ekonom-selisih-harga-ayam-peternak-dan-pasar-tak-wajar
ISSUE

11 Juli 2019

Tjahya Widayanti, Direktur Jenderal


Perdagangan Dalam Negeri. Kemendag:
“Akan ada evaluasi Permendag Nomor 96
Tahun 2018 tentang harga acuan, koordinasi
dengan Kementan sedang dilakukan”

Musbar Maesdi, Ketua Asosiasi Peternak


Layer Nasional:
“Salah satu usul yang disampaikan peternak
evaluasi harga acuan adalah pelaksanaan
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190712/99/1123308/harga-acuan-telur-ayam-bakal-dievaluasi
penyelarasan secara berkala dengan melihat
pada dinamika harga jagung sebagai
komponen terbesar pakan unggas”
ISSUE

Mendapatkan Data Optimalisasi Keseimbangan Kesejahteraan


Peternakan yang pemanfaatan data produksi daging, produsen dan
berkualitas peternakan telur, dan susu. konsumen.
(lengkap, akurat, dan
up to date).
STATISTIK PETERNAKAN
I. PENDAHULUAN

❶ Subsektor peternakan memberikan


konstribusi pada perekonomian
nasional
▪ Menyerap tenaga kerja
▪ Menyumbang PDB pada sektor pertanian

❷ Peningkatan subsektor peternakan


secara langsung akan meningkatkan
status gizi masyarakat
▪ Untuk pemenuhan kalori dan protein
hewani (daging, telur, dan susu)
▪ Mencegah stunting
▪ Meningkatkan kualitas SDM
I. PENDAHULUAN

❶ Kegiatan peternakan dilakukan oleh Perusahaan, Rumah Tangga,


dan Unit Lain (NRT)
❑ Untuk mendapatkan populasi dan produksi hasil peternakan harus
memperhatikan ketiga unit amatan tersebut
❷ Data Perusahaan dikumpulkan rutin setiap tahun
❑ Perusahaan Ternak Besar dan Kecil, Perusahaan Sapi Perah, Perusahaan
Unggas, dan RPH/TPH
▪ Pengumpulan data perusahaan peternakan bertujuan untuk memperoleh data
struktur usaha peternakan disamping populasi ternak yang diusahakan
perusahaan
▪ Pengumpulan data melalui RPH/TPH (dahulu keurmaster) untuk memperoleh
data pemotongan ternak dan produksi hasil pemotongan
I. PENDAHULUAN

❸ Data Rumah Tangga dan NRT dilakukan melalui sensus dan survei.
❑ Sensus Pertanian (setiap tahun berakhiran 3)
▪ Menghasilkan jumlah rumah tangga peternakan dan populasi ternak yang
digunakan sebagai benchmark survei-survei peternakan berikutnya.
❑ Pendataan Lengkap Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK, tahun 2011)
▪ Menghasilkan jumlah unit pemelihara sapi potong sapi perah, dan kerbau serta
populasi ketiga jenis ternak tersebut beserta rumpun, jenis kelamin, kelompok
umur, dan karakteristik lainnya
❑ Survei yang pernah dilakukan: SPN, EPT, SOUT, SUTAS

❹ Kegiatan lain Terkait Data Peternakan yang dilakukan BPS, tetapi


tidak melalui Subdit Statistik Peternakan
❑ SUSENAS -> menghasilkan konsumsi daging, telur, dan susu (di rumah angga)
❑ Survei BAPOK -> menghasilkan konsumsi daging, telur, dan susu (lengkap)
❑ Laporan Ekspor dan Impor -> keluar/masuk data ternak dan produk hasil peternakan
❑ Survei Harga, Survei NTP, Survei MPP, Survei Neraca (PDB)
II. DATA PETERNAKAN
Laporan
Tahun Sensus Survei Keterangan
(rutin)
2003 √ ST2003 - 16 jenis ternak
2004 √ - SOUT2004 13 jenis ternak
2005 √ - -
2006 √ - SPN2006 11 jenis ternak/ungga
2007 √ - SPN2007 11 jenis ternak/ungga
2008 √ - SPN2008 11 jenis ternak/ungga
2009 √ - -
2010 √ - EPT2010 12 jenis ternak/ungags
2011 √ SPSK EPT2011 3 jenis yaitu sapi potong, sapi perah, dan kerbau
2012 √ - EPT2012 12 jenis ternak/unggas
2013 √ ST2013 ST2013-SPP ST2013 = 16 jenis dan SPP = 27 jenis
2014 √ - SOUT2014 12 jenis ternak/ungags
2015 √ - EPT2015 12 jenis ternak/ungags
2016 √ - EPT2016 12 jenis ternak/ungags
2017 √ - SOUT2017 12 jenis ternak/ungags
2018 √ - SUTAS2018 36 jenis ternak/unggas
√ = Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan (LTT, LTU, LTS) dan Pemotongan Ternak Triwulanan (RPH/TPH)
II. DATA PETERNAKAN

Pengumpulan data melalui survei tergantung kebutuhan dan


biaya yang tersedia. Survei peternakan yang telah dilakukan:
1. Survei Rumah Tangga Peternakan Nasional (SPN), Tahun 2006, 2007, dan 2008
2. Estimasi Populasi Ternak (EPT), Tahun 2010, 2011, dan 2012
3. Survei Struktur Ongkos Usaha Peternakan (SOUT), Tahun 2014 dan 2017
4. Survei Pertanian Antar Sensus Pertanian (SUTAS), Tahun 2018
5. Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI/AGRIS), Tahun 2020, 2021, 2022, 2024, 2025, dst

▪ Survei-survei tersebut di atas (khususnya nomor 1, 2, dan 3)


bertujuan menghasilkan “parameter” mutasi atau dinamika
ternak dan produktivitas.
Parameter mutasi digunakan untuk memperkirakan populasi ternak dari rumah
tangga pada waktu yang akan datang
Populasi ternak dari perusahaan peternakan dan digabung dengan hasil SPN/EPT
menghasilkan data populasi secara menyeluruh dan lengkap.
II. DATA PETERNAKAN

Data Yang Dikumpulkan


1 ❑ Populasi dan mutasi atau dinamika ternak
❑ Produksi (telur, susu, karkas/daging, dan
lainnya seperti kulit, jeroan, kaki, dan ekor)
❑ Struktur ongkos usaha peternakan

Periode Pengumpulan
2 ❑ Rutin: 1. Triwulanan
(RPH/TPH) dan 2. Tahunan Unit Observasi
(Perusahaan Peternakan)
❑ Sensus (setiap tahun yang
3 ❑ Rumah Tangga -> sensus dan survei
❑ Perusahaan -> laporan tahunan
berakhiran 3) ❑ RPH/TPH -> laporan triwulanan
❑ Survei (Insidentil sesuai
kebutuhan dan biaya) Contoh
Survei Struktur Ongkos, Survei
Parameter
Sensus Estimasi
Populasi Populasi akhir
tahun t-1
Ternak Ternak
Unggas
Besar Kecil
Survei SPN + EPT+
Sapi Potong Babi Ayam Ras ST2013-STU/SOUT2017
Pedaging +
Sapi Perah Kambing Ayam Ras
Data Survei
Petelur
Perusahaan Perusahaan
Kerbau Domba Ayam Buras
Kuda Kelinci Itik Populasi
Itik manila

Produksi
Daging Pt x Am x % K
Telur Pt x p x %BP Produksi
Susu Pt x m x %BP
Lainnya Perkiraan
III. PENGUMPULAN DATA
Contoh Penggunaan Rumus Mutasi Untuk Estimasi Populasi
𝑃𝑡 = [𝑃0 1 + 𝐵 + 𝐿 + 𝑇 − 𝐽 − 𝑀 − 𝑃 − 𝐾 ]
Diketahui “parameter” mutasi sapi 𝑃2014 = [𝑃2013 1 + 𝐵 + 𝐿 + 𝑇 − 𝐽 − 𝑀 − 𝑃 − 𝐾 ]
potong hasil SOUT2017 adalah P2013 adalah populasi awal pengamatan pada tahun 2013,
sebagai berikut: berdasarkan dinamika ternak akan diperoleh jumlah ternak
pada akhir tahun pengamatan. Selanjutnya populasi akhir
P0 = Stok Awal = 100%
pengamatan tahun 2013 dianggap sama dengan populasi
B = Pembelian = 10,71%
awal pengamatan tahun 2014, dan seterusnya.
L = Kelahiran = 21,51%
T = Pertambahan Lain = 1,99% P2014 = [12.689.939 (1+10,71%+21,51%+1,99%++23,91%+1,26%+2,74%+1,44%)]
J = Penjualan = 23,91% = 13.306.670
M = Kematian = 1,26%
P2015 = [13.306.670 (1+10,71%+21,51%+1,99%++23,91%+1,26%+2,74%+1,44%)]
P = Pemotongan = 2,74%
= 13.953.374
K = Pengurangan Lain = 1,44%
P2016 = [13.953.374 (1+10,71%+21,51%+1,99%++23,91%+1,26%+2,74%+1,44%)]

3
Hasil ST2013, jumlah populasi sapi
potong adalah 12.689.939 ekor.
Berapa estimasi populasi sapi
= 14.631.508
Dan seterusnya sehingga pada tahun 2020 diperoleh angka 18.549.762
Catatan: Pada tahun 2014, 2015, 2016 belum ada parameter SOUT2017. Parameter
potong pada tahun 2020? yang ada adalah hasil ST2013-STU sehingga pada tahun 2020 tidak sama persis.
III. PENGUMPULAN DATA
Contoh Penggunaan Rumus Mutasi Untuk Estimasi Populasi
𝑃𝑡 = [𝑃0 1 + 𝐵 + 𝐿 + 𝑇 − 𝐽 − 𝑀 − 𝑃 − 𝐾 ]
Setelah diperoleh estimasi populasi pada tahun 2020 (18.549.762 ekor) maka harus
ditambah dengan populasi sapi potong yang berada di perusahaan dan unit lain.
Hasilnya adalah populasi utuh pada tahun 2020 yang mencakup semua unit
pemelihara sapi potong.
1. Pada rumus mutasi di atas, ada ternak (sapi)
Lalu, berapa est prod daging thn 2020? yang dijual dan ada yang dibeli. Ternak yang
telah dewasa, jika dijual tentu akan dipotong.
Produksi Karkas = Pt x Am x %K Jika menjual pada umur masih muda misal
Pt = Populasi total tahun ke-t kurang dari 2 tahun maka akan dipelihara oleh
Am = proporsi pemotongan peternak lain (pembelian).
%K = rata-rata prod daging per ekor (kg)
2. Di ruta ada ternak tua/afhir, jentan dewasa yg

3
Prod Daging = 18.549,762 x 2,74% x 169,11 (Kg)
= 85.952.436 Kg
siap dipotong (selain pemacek), dan jantan
muda yg bisa dipotong (data empiris).
POTENSI PRODUKSI DAGING = Prod Riil +
= 85.952,43 Ton (riil)
No.1 + No.2
III. PENGUMPULAN DATA
Tujuan Kegiatan Pengumpulan Data Peternakan
Perusahaan (LTT, LTS, LTU)
1 ❑ Populasi Ternak
❑ Produksi Hasil Peternakan (telur, susu, daging)
❑ Struktur ongkos usaha perusahaan

Rumah Potong Hewan (RPH/TPH)


2 ❑ Jumlah ternak dipotong
❑ Produksi hasil pemotongan

Rumah Tangga
3 ❑ Estimasi populasi dan mutasi/dinamika ternak di rumah tangga
❑ Estimasi produksi hasil peternakan
❑ Parameter produktivitas lainnya
III. PENGUMPULAN DATA
Petugas yang Terlibat
Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)
1 ❑ Distribusi kuesioner (jika pihak perusahaan yang mengisi)
❑ Wawancara dan mengisikan pada kuesioner perusahaan/RPH/TPH
❑ Melaporkan kepada BPS Kako (Kasi Statistik Produksi)

Pegawai BPS Kabupaten/Kota


2 ❑ Distribusi kuesioner (jika pihak perusahaan yang mengisi)
❑ Wawancara dan mengisikan pada kuesioner perusahaan/RPH/TPH
❑ Melaporkan kepada BPS Kako (Kasi Statistik Produksi)

Mitra Statistik
3 ❑ Untuk survei rumah tangga seperti SOUT, SUTAS dan Sensus
Pertanian
❑ Mitra melakukan wawancara kepada rsponden rumah tangga
❑ Menyerahkan dokumen hasil pencacahan
III. PENGUMPULAN DATA
Metodologi
Cacah Lengkap (Sensus)
1 ❑ Diberlakukan untuk perusahaan berbadan hukum (PT, CV,
Firma, Koperasi, BUMN/BUMD, Yayasan)
❑ Diberlakukan untuk RPH/TPH

Periode Data
2 ❑ Referensi waktu setahun yang lalu -> untuk perusahaan
❑ Triwulanan -> untuk RPH/TPH
❑ Saat pencacahan dan setahun yang lalu -> untuk survei rumah
tangga
* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Jenis Dokumen
Daftar LTT
1 ❑ Digunakan untuk mengumpulkan data perusahaan peternakan ternak
besar dan ternak kecil berbadan hukum (1 daftar untuk 1 perusahaan)
❑ Ternak besar meliputi sapi potong dan kerbau sedangkan ternak kecil
meliputi kambing, domba, dan babi

Daftar LTS
2 ❑ Digunakan untuk mengumpulkan data perusahaan peternakan
sapi perah berbadan hukum (1 daftar untuk 1 perusahaan)

Daftar LTU
3 ❑ Digunakan untuk mengumpulkan data perusahaan peternakan
unggas berbadan hukum (1 daftar untuk 1 perusahaan)
❑ Unggas yang dicatat adalah ayam ras pedaging, ayam ras
petelur, ayam kampung (ayam buras), itik, dan burung puyuh
* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan
Ternak Besar dan Ternak Kecil (Daftar LTT)

❑ Daftar-LTT digunakan untuk mendapatkan keterangan rinci mengenai perusahaan


peternakan ternak besar dan ternak kecil

❑ Ternak besar meliputi sapi potong, kerbau dan kuda sedangkan ternak kecil meliputi
kambing, domba dan babi

❑ Keterangan yang dikumpulkan adalah:


▪ Keterangan umum perusahaan (nama dan alamat, kegiatan utama, jenis badan hukum,
perijinan, permodalan, luas lahan yang digunakan, dan tahun mulai beroperasi,
▪ Jumlah pekerja dan pengeluaran untuk pekerja,
▪ Pengeluaran bahan bakar dan pelumas, listrik dan air, pakan, obat-obatan, serta lainnya
▪ Mutasi dan nilai mutasi ternak per triwulan dan selama setahun
▪ Pendapatan dan penerimaan lain
▪ Populasi ternak pada tanggal 31 Desember
* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan
Ternak Besar dan Ternak Kecil (Daftar LTT)

Daftar LTT-2020 (klik disini)


* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan
Sapi Perah (Daftar LTS)

❑ Daftar-LTS digunakan untuk mendapatkan keterangan rinci mengenai perusahaan


peternakan sapi perah

❑ Keterangan yang dikumpulkan adalah:


▪ Keterangan umum perusahaan (nama dan alamat, kegiatan utama, jenis badan hukum,
perijinan, permodalan, luas lahan yang digunakan, dan tahun mulai beroperasi,
▪ Jumlah pekerja dan pengeluaran untuk pekerja,
▪ Pengeluaran bahan bakar dan pelumas, listrik dan air, pakan, obat-obatan, serta lainnya
▪ Mutasi dan nilai mutasi sapi perah selama setahun dibedakan jantan dan betina
▪ Produksi susu dan penerimaan lain
▪ Populasi sapi perah pada tanggal 31 Desember
* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan
Sapi Perah (Daftar LTS)

Daftar LTS-2020 (klik disini)


* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan
Unggas (Daftar LTU)
❑ Daftar-LTU digunakan untuk mendapatkan keterangan rinci mengenai perusahaan
peternakan unggas

❑ Unggas meliputi ayam ras pedaging, ayam ras petelur, ayam kampung (buras), itik,
dan burung puyuh

❑ Keterangan yang dikumpulkan adalah:


▪ Keterangan umum perusahaan (nama dan alamat, kegiatan utama, jenis badan hukum,
perijinan, permodalan, luas lahan yang digunakan, dan tahun mulai beroperasi,
▪ Jumlah pekerja dan pengeluaran untuk pekerja,
▪ Pengeluaran bahan bakar dan pelumas, listrik dan air, pakan, obat-obatan, pembelian
DOC/DOD, serta lainnya
▪ Pembelian dan penjualan ungags per bulan selama setahun
▪ Produksi GPS, PS, FS, ungags siap potong, telur, dan unggas afhir serta penerimaan lain
▪ Populasi ternak pada tanggal 31 Desember
* PERUSAHAAN PETERNAKAN *
Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan
Unggas (Daftar LTU)

Daftar LTU-2020 (klik disini)


* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❶ METODOLOGI
❑ Periode pengumpulan data pemotongan ternak yang dikumpulkan
dari RPH dan TPH (dahulu keurmaster) adalah triwulanan.
❑ Responden pada RPH/TPH adalah petugas atau pegawai RPH/TPH
❑ Metode pengumpulan data RPH/TPH dilakukan dengan pencacahan
lengkap di seluruh Indonesia
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❶ METODOLOGI
▪ RPH adalah semua tempat pemotongan hewan/ternak selain unggas yang mempunyai
bangunan permanen/semi permanen yang khusus digunakan untuk tempat pemotongan
hewan/ternak dan telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Rumah Potong Hewan.
Responden pada RPH adalah petugas RPH setempat.

▪ TPH adalah suatu tempat pemotongan hewan/ternak, baik mempunyai bangunan maupun
tidak, dan biasanya terdapat pencatatan pemotongan, termasuk jagal dan pedagang yang
melakukan pemotongan ternak pihak lain secara rutin dan bukan untuk konsumsi sendiri.

▪ Keurmaster adalah tenaga paramedik pemerintah yang telah mengikuti pelatihan tentang uji
daging, dan bertugas di Rumah Potong Hewan (RPH), serta ditunjuk oleh Dinas
Peternakan/Dinas yang membidangi fungsi peternakan atas nama bupati/walikota yang
selanjutnya memiliki kewenangan untuk melaksanakan uji daging.
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❶ METODOLOGI
❑ Penjelasan tambahan, tugas keurmaster:
▪ Pemeriksaan dokumen hewan, pengawasan perlakuan hewan saat penerimaan dan
pengistirahatan dan pemeriksaan kesehatan Ante Mortem.
▪ Pengawasan teknis penyembelihan, pengulitan, pengeluaran jeroan dan
pemeriksaan Post Mortem
▪ Pengawasan kebersihan ruang produksi, peralatan, higiene personal, penanganan
karkas dan pelaporan
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❷ PENGUMPULAN DATA
❑ Satu Daftar RPH/TPH digunakan untuk mencatat satu direktori RPH/TPH
❑ Data yang dikumpulkan dalam Daftar-RPH adalah data pemotongan ternak per
bulan per jenis ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan babi)
❑ Data yang dicatat mencakup:
• Jumlah ternak yang dipotong,
• Rata-rata berat dan harga ternak hidup serta rata-rata berat dan harga produksi hasil
pemotongan (karkas, daging, jeroan, kulit basah, dan lainnya)
• Alasan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif
• Asal ternak yang dipotong, kepemilikan ternak yang dipotong, dan pemotongan di luar
RPH/TPH
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❸ DAFTAR RPH/TPH
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❸ DAFTAR RPH/TPH
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar RPH/TPH)

❸ DAFTAR RPH/TPH
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar KPPT)

❹ DAFTAR KPPT (Kalender Pencatatan Pemotongan Ternak)


❑ KPPT adalah lembar kerja (alat bantu) berupa kertas ukuran plano yang
digunakan untuk mencatat jumlah pemotongan ternak per hari (per tanggal) di
suatu RPH/TPH
❑ Jika jenis ternak yang dipotong banyak, maka dalam satu RPH/TPH dapat
menggunakan beberapa lembar KPPT karena 1 KPPT hanya muat untuk mencatat
4 jenis ternak atau 4 rumpun sapi
❑ Berdasarkan Daftar KPPT, jumlah ternak yang dipotong selama satu bulan disalin
ke dalam Daftar RPH/TPH. Rekap satu bulan juga dikirim ke server BPS melalui
Aplikasi CAPI.
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar KPPT)

Pencatatan pemotongan antar RPH/TPH


berbeda-beda. Ada yang dicatat pada blanko
yang dicetak, buku kecil (notes), papan tulis
(whiteboard), ada yang hanya menggunakan Informasi dan data yang
lembaran kertas seadanya dicatat pun tidak seragam.

Tidak semua RPH/TPH


mempunyai catatan
ternak yang dipotong BPS memberikan Kalender
secara lengkap dan rapi Pencatatan Pemotongan Ternak
(Daftar KPPT) kepada seluruh
RPH/TPH sejak tahun 2017. Supaya
data yang diisikan pada Daftar
RPH/TPH tidak ada yang terlewat
dan data yang dihasilkan sama.
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar KPPT)

❹ DAFTAR KPPT (Kalender Pencatatan Pemotongan Ternak)

Daftar KPPT diisi oleh


Petugas di RPH/TPH
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar KPPT)

Pengisian yang
salah:
Harga sudah diisi
selama satu bulan
* PEMOTONGAN TERNAK *
Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak
(Daftar KPPT)

Contoh pengisian
yang salah
IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN

PENGOLAHAN
1 ❑ Pengolahan dilakukan dengan Aplikasi Pengolah
Data berbasis web yang dibagun oleh Subdit IPD
❑ Data perusahaan diolah di BPS RI dan data
RPH/TPH diolah di BPS Provinsi
❑ Mulai tahun 2020, data KPPT diolah dengan
Aplikasi CAPI dimana sebelumnya tidak diolah
karena hanya sebagai alat bantu mencatat
pemotongan

PUBLIKASI DATA
2 ❑

Buku Statistik Perusahaan Peternakan Ternak Besar dan Kecil
Buku Statistik Perusahaan Peternakan Sapi Perah
❑ Buku Statistik Perusahaan Peternakan Unggas
❑ Buku Statistik Pemotongan Ternak
❑ Buku Direktori Perusahaan Peternakan dan RPH/TPH
❑ Buku Statistik Peternakan Dalam Angka
IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN

Website: peternakan.bps.go.id/rph Jumlah


RPH: 639
TPH: 563
Dinas: 120

Progress Entri RPH/TPH


Triwulan II Tahun 2019
(per 1 Agustus 2019 15.30 WIB)

98,73%
Monitoring Pengolahan RPH/TPH Pada Dashboard
IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN

Pemanfaatan Data:
Internal: Penyusunan PDB/PDRB setiap Triwulan
Eksternal: Data Konversi berat hidup ternak menjadi karkas/daging dalam
penghitungan supply-demand daging sapi dan kerbau .

Web BPS Untuk Mempublikasikan Data Peternakan


IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN
TABEL DATA PERUSAHAAN
1 ❑ Jumlah Perusahaan Peternakan “Ternak Besar/Kecil, Sapi Perah,
Unggas” Menurut Provinsi dan Kegiatan Utama
❑ Jumlah Pekerja Perusahaan Peternakan “Ternak Besar/Kecil, Sapi
Perah, Unggas” Menurut Provinsi dan Status Pekerja
❑ Jumlah Ternak dan Mutasi Menurut Propinsi dan Jenis Ternak
❑ Nilai Pendapatan dan Penerimaan Lain Menurut Provinsi dan Jenis
Pendapatan
❑ dan lain-lain

TABEL DATA RPH/TPH


2 ❑ Jumlah Ternak yang Dipotong di RPH/TPH Menurut Provinsi dan Jenis Ternak
❑ Jumlah Produksi Daging Sapi/Kerbau/Kuda/Kambing/Domba/Babi yang
Dipotong di RPH/TPH Menurut Provinsi dan Triwulan
❑ Jumlah Pemotongan Sapi/Kerbau Produktif Menurut Provinsi dan Alasan
Pemotongan
❑ Jumlah Pemotongan Ternak Menurut Provinsi dan Asal Ternak
❑ Jumlah Pemotongan Ternak Menurut Provinsi dan Kepemilikan Ternak
❑ dan lain-lain
IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN
TABEL DATA PETERNAKAN DALAM ANGKA
3 ❑ Populasi Sapi Potong/Sapi Perah/Kerbau Menurut Provinsi Pada
Tahun 2014 s.d. 2020
❑ Parameter Mutasi Sapi Potong/Sapi Perah/Kerbau Menurut
Provinsi Bersadarkan SOUT2017
❑ Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2020
❑ Hasil Penghitungan Supply Daging/Susu/Telur 2020
❑ dan lain-lain

TABEL DIREKTORI PERUSAHAAN DAN RPH/TPH


4 ❑

Direktori Perusahaan Peternakan Menurut Provinsi
Direktori Rumah Potong Hewan Menurut Provinsi
❑ Direktori Tempat Pemotongan Hewan Menurut Provinsi
❑ dan lain-lain
IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN
CONTOH DATA PETERNAKAN PADA PRODUK BPS

Produk Domestik Bruto,


Informasi yang disediakan:
PERTUMBUHAN EKONOMI 2013-2018 (%)
6.00 5.56 5.52
4.88 5.03 5.07 5.17
5.00 4.58
5.08 5.01 4.45
4.00 3.753.87
4.20 4.24 NASIONAL
3.00 3.57 3.72 3.91
3.37 PERTANIAN
2.00
PETERNAKAN
1.00

0.00
2013 2014 2015 2016 2017 2018

STRUKTUR EKONOMI 2018 (%)

PETERNAKAN: 1,49
PERTANIAN: 12,54
NASIONAL
IV. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN
CONTOH DATA PETERNAKAN PADA PRODUK BPS
Informasi yang disediakan:
Statistik Perusahaan Unggas,
2018 (terbit April, 2019) STRUKTUR ONGKOS 2018 (%)
Lainnya Upah/Gaji
Obat
3,23 16,95 21,95
Pakan
57,87

PRODUKSI DOC:
ribu ekor
1.204.871
POPULASI 31 Desember 2018
Ayam Bibit Petelur Ayam Bibit Pedaging FS Ayam Petelur
4.969 7.398 8.352
ribu ekor ribu ekor ribu ekor
V. TAHAP KEGIATAN
Persiapan (Oktober 2019 – Januari 2020)
PROSES BISNIS
Menyempurna-
Menyiapkan Menyempurnakan
Mencetak kan program
direktori daftar isian
daftar isian pengolahan
perusahaan (register/ kuesioner)
(aplikasi)

Pelaksanaan Lapangan (Januari - Maret 2020)

Mengirimkan daftar isian


Pengumpulan data dan dan direktori ke BPS
pengawasan Provinsi
BPS Provinsi

Pengolahan (Maret – April 2020) JIKA ONLINE

Mengirimkan Editing, coding dan


Validasi dan kompilasi
dokumen ke pusat entry data di pusat
hasil pengolahan
pengolahan pengolahan

Penyajian (April – Mei


2020)

Diseminasi (buku dan soft Tabulasi dan


file) yang di unggah pada penyusunan
www.bps.go.id publikasi
V. TAHAP KEGIATAN
A. PERSIAPAN

❶ Melakukan pemutakhiran direktori Perusahaan Peternakan


dan RPH/TPH
❑ Hasilnya dijadikan target pencacahan dan alokasi
dokumen
• Menambahkan nama dan alamat Perusahaan Peternakan dan RPH/TPH
yang “Baru Berdiri” atau baru ditemui di lapangan dan belum tercantum
dalam direktori
• Menghapus nama dan alamat Perusahaan Peternakan dan RPH/TPH yang
telah tutup atau tidak ada kegiatan/tidak beroperasi lagi
• Meakukan matching direktori dengan instansi terkait atau sumber lain
V. TAHAP KEGIATAN
A. PERSIAPAN

❷ Jumlah perusahaan hasil pemutakhiran direktori digunakan


sebagai perkiraan pencetakan kuesioner
❸ Kuesioner dan daftar direktori hasil pemutakhiran dikirim ke
BPS Provinsi untuk selanjutnya didistribusikan ke BPS
Kabupaten/Kota
❹ Setiap perusahaan akan dikirimkan sebanyak 3 (tiga) set
kuesioner
Satu set untuk pertinggal di Perusahaan dan dua set untuk dikirim kembali ke BPS
Propinsi melalui BPS kabupaten/Kota dan selanjutnya 1 (satu) dikirim ke BPS RI
V. TAHAP KEGIATAN
B. PELAKSANAAN

❶ Pengumpulan data dilakukan terhadap semua perusahaan


peternakan berbadan hukum dengan mengisi kuesioner sesuai
catatan administrasi yang ada di perusahaan dan atau dengan
mewancarai penanggung jawab perusahaan peternakan
❷ Pengumpulan data pemotongan ternak dilakukan secara lengkap
terhadap seluruh RPH dan keurmaster
❸ Daftar-RPH diisi dengan menyalin dari catatan pemotongan ternak
di RPH dalam Daftar KPPT serta mewancarai kepada pengelola
RPH/keurmaster yang bertugas di RPH
❹ Di kabupaten/kota yang tidak ada RPH/TPH data pemotongan
diperoleh dari Dinas Peternkan atau Dinas Yang Membidangi
Fungsi Peternakan
V. TAHAP KEGIATAN
C. JADWAL

Data Pencacahan Pengiriman Pengolahan Publikasi


Perusahaan Mei -
Tahun 2019 Jan - Juni‘20 Feb - Juli’20 Mart - Agst‘20 Juni’20
RPH/TPH
2020
I Apr - Mei’20 Mei - Jun’20 Mei - Juli’20
II Jul - Agust’20 Agst - Sep’20 Agst - Okt’20 Mei -
III Okt - Nop’20 Nop - Des’20 Nop‘11 - Jan’20 Juni’21
IV Jan - Feb‘21 Feb - Mar’21 Feb - April’21
VI. INDIKATOR
(1. PARAMETER POPULASI)

❶ Parameter Populasi adalah proporsi setiap komponen mutasi


ternak tarhadap stok awal ternak yang dipelihara di rumah tangga
selama setahun yang lalu
❷ Khusus ayam ras pedaging adalah proporsi jumlah ayam ras
pedaging yang dijual, mati, pengurangan lain dan penambahan lain
terhadap DOC yang dibeli
❸ Penghitungan parameter populasi ternak terkini berdasarkan
SOUT2017 (sebelumnya berasal dari SPN2006, SPN2007, SPN2008,
PSPK2011, EPT2010, EPT2011, EPT2012, ST2013-STU tahun 2014)
VI. INDIKATOR
(1. PARAMETER POPULASI)

Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai parameter mutasi


ternak hasil survei:
1. Parameter mutasi hanya menggambarkan parameter ternak yang
diusahakan di rumah tangga
2. Jika suatu wilayah tidak terdapat unit perusahaan peternakan
yang berbadan hukum, maka parameter ternak pat
menggambarkan parameter ternak di wilayah tersebut
3. Jangan menggunakan parameter mutase ternak untuk
mengestimasi populasi ternak yang jauh ke depan.
VI. INDIKATOR
(1. PARAMETER POPULASI)

Estimasi populasi ternak di rumah tangga dapat dihitung melalui


dinamika atau mutasi ternak selama satu tahun, dengan formula sbb:

Pt+1 = Populasi ternak tahun ke-(t+1)


Pt = Populasi Ternak Tahun ke-t (Populasi Ternak Stok Awal)
B = Parameter PemBelian
L = Parameter KeLahiran atau Penetasan
T = Parameter Pen(T)ambahan Lain
J = Parameter PenJualan
M = Parameter KeMatian
P = Parameter Pem(P)otongan
K = Parameter Peng(K)urangan Lain
VI. INDIKATOR
(1. PARAMETER POPULASI)
Populasi ternak di Populasi Suatu Wilayah Tahun ( t + 1 )
Populasi ruta tahun t+1
ternak di (P(t+1))
Jenis Ternak rumah tangga Estimasi Populasi Populasi
tahun t menggunakan Lain- Jumlah
Rumah Perusahaa
(Pt ) Parameter Hasil lain*) (4)+(5)+(6)
tangga n
ST2013-SUT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
Kuda
Ayam Buras
Ayam Petelur
Ayam Pedaging
Itik
VI. INDIKATOR
(2. PARAMETER PRODUKSI)

Parameter Produksi Ternak:


❑ Produktivitas ternak per ekor (rata-rata) Produksi daging:
▪ Produksi susu sapi per ekor per tahun (m) Populasi ternak (Pt) x (% K) x (Am)
▪ Produksi telur per ekor per tahun (p)
Produksi susu:
[ayam buras, ayam ras petelur, itik, dan itik manila]
Populasi sapi perah (Pt) x (%BP) x (m)
❑ Proporsi karkas adalah rata-rata persentase
berat karkas terhadap total berat ternak hidup Produksi telur:
Populasi Unggas (Pt) x (%BP) x (p)
❑ Proporsi betina produktif (BP) adalah
persentase jumlah ternak betina dewasa
(SOUT-2017) terhadap total ternak yang
diusahakan rumah tangga
Am = paramater pemotongan
%K = proporsi berat karkas atau daging per ekor
VI. INDIKATOR
PENGHITUNGAN SUPPLY DAGING AYAM RAS
LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN UNGGAS
SENSUS PERTANIAN 2013
Cakupan : Perusahaan Ayam Pedaging
(Berbadan Hukum) Cakupan : rumah tangga usaha pertanian
Frekuensi Data : Tahunan Frekuensi Data : 10 tahunan
Metode : Sensus Metode : Sensus

Hasil : Hasil :
Populasi, Produksi,Tenaga Kerja, Struktur Ongkos, DOC yang Dihasilkan, DOC yang Populasi Ternak (P0), DOC yang Dibeli
Dijual

Perkiraan Populasi
Unggas Pedaging

SURVEI STRUKTUR ONGKOS


USAHA PETERNAKAN 2017
Cakupan : rumah tangga usaha peternakan
Frekuensi data 3 tahunan
Metode : Survei
Hasil :
Parameter Pemotongan (%Am), Berat Ayam yang Dijual per Ekor
(AW), P, %B, %D, %BP,

Perkiraan Produksi Daging Ayam


VI. INDIKATOR
HASIL SOUT2017
Ayam Ras Pedaging

PENJUALAN
95,46%
RATA-RATA BERAT
AYAM RAS PEDAGING
YANG DIJUAL
1,70
KEMATIAN kg/ekor
4,42%
VI. INDIKATOR
POLA DISTRIBUSI DAGING AYAM RAS
VI. INDIKATOR
POLA DISTRIBUSI DAGING AYAM RAS
Provinsi MPP Total Provinsi MPP Total

(1) (2) (1) (2)


Aceh 19.81 Nusa Tenggara Barat 19.96
Sumatera Utara 17.12 Nusa Tenggara Timur 52.41
Sumatera Barat 24.31 Kalimantan Barat 21.06
Riau 19.18 Kalimantan Tengah 46.27
Jambi 42.42 Kalimantan Selatan 13.19
Sumatera Selatan 25.99 Kalimantan Timur 24.39
Bengkulu 57.52 Kalimantan Utara 66.83
Lampung 31.74 Sulawesi Utara 34.91
Kep. Bangka Belitung 23.48 Sulawesi Tengah 34.89
Kepulauan Riau 39.00 Sulawesi Selatan 47.51
DKI Jakarta 19.79 Sulawesi Tenggara 41.88
Jawa Barat 28.86 Gorontalo 35.76
Jawa Tengah 30.95 Sulawesi Barat 69.28
DI Yogyakarta 29.41 Maluku 30.15
Jawa Timur 30.36 Maluku Utara 34.71
Banten 30.75 Papua Barat 41.74
Bali 46.33 Papua 49.87
Indonesia 24.68
VI. INDIKATOR
PENGHITUNGAN SUPPLY TELUR AYAM RAS
LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN UNGGAS SENSUS PERTANIAN 2013
Cakupan : Perusahaan Unggas (Berbadan Hukum) Cakupan : rumah tangga usaha pertanian
Frekuensi Data : Tahunan Frekuensi Data : 10 tahunan
Metode : Sensus Metode : Sensus
Hasil : Populasi, Produksi, Tenaga Kerja, Struktur Ongkos Hasil : Populasi Ternak (P0)

REGISTRASI TERNAK ANTAR SURVEI STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN 2017


WILAYAH
Hasil : Cakupan : rumah tangga usaha peternakan
Ekspor Ternak (Et), Impor Frekuensi data 3 tahunan
Ternak (It) Metode : Survei
Hasil : Parameter Pemotongan (%Am),
Berat Ayam yang Dijual per Ekor (AW), P, %B, %D, %BP

Perkiraan Populasi Unggas Petelur


Populasi Unggas Petelur di Perusahaan di Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga* (Pt)

Perkiraan Populasi Unggas Petelur

Produksi Telur di Perusahaan Produksi Telur di Rumah Tangga dan Non-Rumah Tangga**

Perkiraan Produksi Telur


VI. INDIKATOR
PENGHITUNGAN SUPPLY TELUR AYAM RAS

* = P0 (1 + %L + %B + %T – %M – %P – %J – %K)
** = Pt x P x LP x %BP

Keterangan :
* = Perkiraan Populasi Unggas Petelur di Rumah Tangga
** = Perkiraan Produksi Telur di Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga
Dimana :
%L = Parameter Kelahiran/Penetasan
%B = Parameter Pembelian
%T = Parameter Penambahan Lain
%M = Parameter Kematian
%P = Parameter Pemotongan
%J = Parameter Penjualan
%K = Parameter Pengurangan Lain
P = Produktivitas per 1000 Ekor per Tahun
LP = Lama Produksi dalam satu tahun
%BP = Persentase Betina Produktif Terhadap Populasi
VI. INDIKATOR
HASIL SOUT2017
PENJUALAN
Ayam Ras Petelur
20,41%
PEMBELIAN
KEMATIAN 35,67%
4,24%
PENETASAN
PEMOTONGAN 0,55%
0,34%
+
PENAMBAHAN LAIN
+
0,89%
-
PENGURANGAN LAIN

- 0,62%

PRODUKTIVITAS AYAM RATA-RATA LAMA PERIODE % BETINA PRODUKTIF


RAS PETELUR PRODUKSI TELUR TERHADAP POPULASI

814 Butir
per 1000 ekor 266 Hari 71,88%
POLA DISTRIBUSI TELUR AYAM RAS
VI. INDIKATOR
VI. INDIKATOR

POLA DISTRIBUSI TELUR AYAM RAS


MPP MPP
Provinsi Provinsi
Total Total
(1) (2) (1) (2)

Aceh 18.70 Nusa Tenggara Barat 25.73


Sumatera Utara 30.09 Nusa Tenggara Timur 25.20
Sumatera Barat 36.23 Kalimantan Barat 10.56
Riau 23.73 Kalimantan Tengah 31.91
Jambi 26.08 Kalimantan Selatan 8.83
Sumatera Selatan 11.97 Kalimantan Timur 12.84
Bengkulu 25.14 Sulawesi Utara 23.11
Lampung 23.48 Sulawesi Tengah 10.12
Kep. Bangka Belitung 21.38 Sulawesi Selatan 28.16
Kepulauan Riau 27.68 Sulawesi Tenggara 13.41
DKI Jakarta 22.49 Gorontalo 16.57
Jawa Barat 23.72 Sulawesi Barat 26.90
Jawa Tengah 17.51 Maluku 32.10
DI Yogyakarta 26.48 Maluku Utara 25.22
Jawa Timur 12.07 Papua Barat 21.13
Banten 27.70 Papua 9.10
Bali 43.33 Indonesia 26.80
VII. KONSEP DEFINISI

Perusahaan Peternakan
adalah unit usaha yang mengusahakan ternaka baik untuk pembibitan
maupun budidaya dengan badan hukum PT, CV, Firma, Koperasi, BUMN,
atau Yayasan
Pembibitan Ternak
adalah kegiatan pemeliharaan ternak dengan tujuan utama pembibitan/
pengembangbiakan ternak
Budidaya Ternak
adalah kegiatan pemeliharaan ternak dengan tujuan utama pembesaran/
penggemukan ternak
VII. KONSEP DEFINISI

Rumah Tangga Pemelihara Ternak


adalah rumahtangga yang salah satu atau lebih anggotanya melakukan
pemeliharaan ternak, tanpa melihat jumlah ternak dan tujuan
pemeliharaan.

Kematian
adalah jumlah ternak yang mati karena sakit atau kecelakaan seperti
tertabarak kendaraan, terbenam, dimakan binatang buas, dan dimusnahkan.
Mati karena dipotong/disembelih tidak termasuk dalam kategori mati,
tetapi termasuk kategori Pemotongan
VII. KONSEP DEFINISI

Pengurangan Lain
adalah pengurangan ternak yang disebabkan oleh:
• Ternak yang diberikan kepada pihak lain sebagai bantuan, hibah atau
bagi hasil
• Penyerahan kembali ternak yang dibagi hasilkan kepada pemilik
• Ternak yang hilang karena dicuri atau sebab lain

Kelahiran/Penetasan
adalah lahir/menetas hidup, yaitu ternak yang dilahirkan/dieteaskan
menunjukkan tanda-tanda kehidupan antara lain: jantung berdenyut,
bernafas dan bergerak. Kelahiran tetap dicatat, walaupun pada saat
pencacahan anak maupun induknya sudah tidak ada lagi (karena dijual,
dipotong, dll)
VII. KONSEP DEFINISI

Penambahan Lain
adalah penambahan ternak selain pembelian dam kelahiran/penetasan,
misalnya:
• ternak yang diterima dari pihak lain sebagai bantuan, hibah, dan bagi hasil
• penerimaan dari pengembalian ternak bagi hasil

Stok Awal
adalah jumlah ternak yang dikuasai oleh rumah tanggapada saat setahun yang
lalu (dihitung satu tahun mundur mulai dari satu hari sebelum pencacahan)

Siklus Ayam Ras Pedaging


adalah rentang waktu dimulai dari saat DOC (Day Old Chick) dibeli, dipelihara/
digemukkan, dan sampai akhirnya dijual.
VII. KONSEP DEFINISI

RPH (Rumah Potong Hewan)


adalah semua tempat pemotongan hewan atau ternak selain unggas, bagi konsumsi
masyarakat yang mempunyai bangunan permanen atau semi permanen yang khusus
digunakan untuk tempat pemotongan hewan/ternak yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai Rumah Potong Hewan.

TPH (Tempat Pemotongan Hewan)


adalah suatu tempat pemotongan hewan/ternak, baik mempunyai bangunan maupun
tidak, dan biasanya terdapat pencatatan pemotongan, termasuk jagal dan pedagang
yang melakukan pemotongan ternak pihak lain secara rutin dan bukan untuk konsumsi
sendiri.

Keurmaster
adalah tenaga paramedik pemerintah yang telah mengikuti pelatihan tentang uji
daging, dan bertugas di Rumah Potong Hewan (RPH), serta ditunjuk oleh Dinas
Peternakan/Dinas yang membidangi fungsi peternakan atas nama bupati/walikota
yang selanjutnya memiliki kewenangan untuk melaksanakan uji daging.
VII. KONSEP DEFINISI

Aktif adalah RPH/TPH yang berproduksi secara


komersial atau melakukan pemotongan ternak

Tutup sementara adalah RPH/TPH yang berhenti berproduksi


atau tidak melakukan pemotongan biasanya direncanakan akan
kembali berproduksi kurang dari 1 (satu) tahun.
Baru adalah RPH atau TPH yang baru dicatat atau ditambahkan
pada direktori target walaupun RPH atau TPH tersebut sudah lama
berdiri/ beroperasi/melakukan pemotongan.
Tutup adalah RPH atau TPH yang secara fisik sudah
tidak ada misalnya dibongkar atau alih kegiatan dari
melakukan pemotongan ternak.
Belum berproduksi adalah RPH atau TPH yang baru
berdiri tetapi belum menghasilkan produksi atau belum
melakukan pemotongan ternak secara komersial.
VII. KONSEP DEFINISI

PEMOTONGAN TERNAK TERCATAT


adalah pemotongan ternak yang dilakukan di Rumah Potong
Hewan (RPH) dan Rumah Potong Unggas (RPU) baik milik
pemerintah maupun swasta, tempat pemotongan lain (Tempat
Pemotongan Hewan/TPH), serta pemotongan di luar
RPH/RPU/TPH yang dilaporkan kepada Dinas yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.

??? PEMOTONGAN TERNAK TIDAK TERCATAT


adalah pemotongan yang dilakukan oleh
orang perorangan yang tidak dilaporkan
kepada Dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan setempat.
VII. KONSEP DEFINISI

JIKA DI KABUPATEN/KOTA TIDAK ADA RPH/TPH maka data pemotongan ternak


ditanyakan kepada Dinas Peternakan atau Dinas yang Membidangi Fungsi
Peternakan.

Pemotongan yang dicatat dalam Daftar KPPT dan Daftar RPH/TPH


adalah pemotongan (baik yang dilakukan di dalam atau di luar RPH/TPH)
yang DILAPORKAN kepada atau DICATAT oleh Petugas RPH/TPH/Dinas
yang Membidangi Fungsi Peternakan.
CATATAN
KHUSUS Jika ada petugas/pegawai RPH/TPH yang mencatat pemotongan ternak
di luar RPH/TPH maka data pemotongannya dicatat sebagai pemotongan
di luar RPH/TPH pada dokumen RPH tempatnya bertugas.

Jika ada petugas/pegawai Dinas Peternakan yang mencatat pemotongan


ternak di luar RPH/TPH maka:
- Jika ada RPH/TPH di Kab/Kota, data pemotongan dicatat sebagai pemotongan
di luar RPH/TPH pada RPH/TPH terdekat dengan lokasi kantor dinasnya.
- Jika tidak ada RPH/TPH di Kab/Kota, data pemotongan dicatat sebagai
pemotongan di luar RPH/TPH.
Sapi Potong VIII. STATISTIK HASIL
(PSPK2011 vs ST2013)

PSKP2011
ST2013 1 14.805.053 ekor
12.686.239 ekor

PSPK2011
597.135 ekor PSPK2011
2 Sapi Perah
1.305.016 ekor Kerbau

3
ST2013
444.266 ekor
ST2013
1.109.636 ekor
VIII. STATISTIK HASIL
(RPH/TPH 2019)
*Data Triwulan I
ACEH
RIAU
18 RPH KEP. RIAU JAMBI

3 TPH 9 RPH 3 RPH 9 RPH


4 Kab. Tanpa 10 TPH 2 TPH 1 TPH
RPH/TPH 1 Kab. Tanpa 3 Kab. Tanpa 2 Kab. Tanpa
RPH/TPH RPH/TPH RPH/TPH SUMATERA
SUMATERA SELATAN
UTARA

21 RPH 5 RPH
4 TPH 15 TPH
7 Kab. Tanpa 7 Kab. Tanpa
RPH/TPH
RPH/TPH
KEP. BANGKA
SUMATERA BELITUNG
BARAT
6 RPH
25 RPH 14 TPH
BENGKULU LAMPUNG
54 TPH 0 Kab. Tanpa
1 Kab. Tanpa 8 RPH 7 RPH RPH/TPH
RPH/TPH 1 TPH 20 TPH
3 Kab. Tanpa 5 Kab. Tanpa
RPH/TPH RPH/TPH
VIII. STATISTIK HASIL
(RPH/TPH 2019)
*Data Triwulan I
DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR

4 RPH 60 RPH 89 RPH 154 RPH


4 TPH 82 TPH 34 TPH 47 TPH
3 Kab. Tanpa 0 Kab. Tanpa 0 Kab. Tanpa 1 Kab. Tanpa
RPH/TPH RPH/TPH RPH/TPH RPH/TPH

BANTEN

15 RPH
7 TPH
0 Kab. Tanpa
RPH/TPH

DI BALI NUSA NUSA


YOGYAKARTA TENGGARA TENGGARA
11 RPH BARAT TIMUR
6 RPH 41 TPH
0 TPH 38 RPH 22 RPH
0 Kab. Tanpa 19 TPH 7 TPH
1 Kab. Tanpa RPH/TPH
RPH/TPH 0 Kab. Tanpa 3 Kab. Tanpa
RPH/TPH RPH/TPH
VIII. STATISTIK HASIL
(RPH/TPH 2019)
*Data Triwulan I
KALIMANTAN
UTARA

2 RPH
0 TPH
KALIMANTAN
BARAT
3 Kab. Tanpa
RPH/TPH
7 RPH
56 TPH KALIMANTAN
TIMUR
4 Kab. Tanpa
RPH/TPH 9 RPH
KALIMANTAN
0 TPH
TENGAH 2 Kab. Tanpa
RPH/TPH
5 RPH
12 TPH KALIMANTAN
SELATAN
0 Kab. Tanpa
RPH/TPH 9 RPH
1 TPH
3 Kab. Tanpa
RPH/TPH
VIII. STATISTIK HASIL
(RPH/TPH 2019)
*Data Triwulan I
GORONTALO
SULAWESI UTARA
8 RPH
19 TPH 2 RPH
0 Kab. Tanpa 2 TPH
RPH/TPH 12 Kab. Tanpa
RPH/TPH
SULAWESI SULAWESI
BARAT TENGAH

2 RPH 14 RPH
1 TPH 13 TPH
3 Kab. Tanpa 2 Kab. Tanpa
RPH/TPH RPH/TPH
SULAWESI SULAWESI
SELATAN TENGGARA

55 RPH 9 RPH
37 TPH 12 TPH
0 Kab. Tanpa 6 Kab. Tanpa
RPH/TPH RPH/TPH
VIII. STATISTIK HASIL
(RPH/TPH 2019)
*Data Triwulan I

PAPUA BARAT
MALUKU UTARA

1 RPH 3 RPH
12 TPH 4 TPH
5 Kab. Tanpa 9 Kab. Tanpa
RPH/TPH
RPH/TPH

PAPUA

MALUKU
1 RPH
17 TPH
2 RPH 24 Kab.
12 TPH Tanpa
RPH/TPH
6 Kab. Tanpa
RPH/TPH
TANTANGAN
DARI STAKEHOLDER
5 Agustus 2019
I Ketut Diarmita
(Dirjen PKH, Kementan RI):

“Untuk itu kebijakan


pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan harus
didasarkan pada data dan
informasi yang akurat, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, Ditjen PKH
kerjasama dengan BPS untuk Satu
Data, agar metode yang digunakan
oleh Ditjen PKH sama dengan
BPS”
29 Oktober 2019
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo:

“BPS dan Kementan harus saling


menunjang untuk menemukan data
yang akurat. Karena dengan akurasi,
semua kegiatan dan program bisa berjalan
dengan baik. Karena itu mulai hari ini saya
yakin penyusunan data rampung dalam
waktu yang cepat."

"Saya bahagia hari ini karena BPS merespon


positif dan memberikan dukungan
sepenuhnya agar data bisa kita sesuaikan.
Intinya data pertanian mengikuti BPS."
26 April 2016

Joko Widodo (Presiden RI):

“.... Urusan data pegangannya hanya


satu sekarang di BPS. Dari data yang
akurat akan lahir kebijakan yang efektif,
kebijakan yang betul-betul bener, tidak
meleset karena memang datanya betul-
betul akurat dan detail ”

http://sinarharapan.net/2016/04/7778/
BPS Menjamin Kerahasiaan Data yang Diberikan
(UU No. 16 Tahun 1997 pasal 21)

Terima Kasih
bpshq@bps.go.id
Jl. dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710
peternakan@bps.go.id
(021) 3841195, 3842508, 3810291 Badan Pusat Statistik (Page)

(021) 3857046 @bps_statistics

Anda mungkin juga menyukai