Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pengampu : Drs. Muhammad Arif, M.Pd

REKAYASA IDE
Memanfaatkan Kearifan Nasional dalam Pemecahan Konflik Multikulturalisme
yang Terjadi di Tengah-tengah Masyarakat

DISUSUN OLEH:

DICY CHANDRA TARIGAN

(NIM: 6193311020)

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJAR
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kasih
karunia-Nya saya bisa menyelesaikan laporan rekayasa ide. Saya sebagai penulis merasa
bersyukur dan bangga atas penyertaan Tuhan kepada saya. Saya juga berterimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah atas dukungannya saya bisa menyelesaikan laporan
rekayasa ide ini.

Rekayasa ide ini dimaksudkan sebagai gagasan pikiran terkait dengan permasalahan
multikulturalisme yang terjadi di masyarakat saat ini. Dengan membaca rekayasa ide ini,
pembaca diharapkan dapat memahami dan mengerti tentang gagasan pemikiran yang
dimuat di dalamnya.

Dalam penulisan rekayasa ide ini, saya menyadari masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu saya sangat mengharapkan masukan dan saran demi
kesempurnaan rekayasa ide ini. Demikianlah rekayasa ide ini saya buat, semoga rekayasa
ide ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.

Pekanaru, 18 November 2021

DICY CHANDRA TARIGAN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I - PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Rasionalisasi Permasalahan/Isu..................................................................................... 1


1.2 Tujuan Rekayasa Ide .................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Rekayasa Ide .................................................................................................. 2

BAB II – IDENTIFIKASI PERMASALAHAN MULTIKULTURALISME ............. 3

2.1 Masalah multikulturalisme yang terjadi di Indonesia ................................................... 3


2.2 Identifikasi Permasalahan ............................................................................................. 5

BAB III – SOLUSI DAN PEMBAHASAN/IDE ............................................................ 6


BAB IV – PENUTUP ........................................................................................................ 6

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 7


3.2 Saran ............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan/Isu

Multikultural akhir-akhir ini mulai diperbincangkan di berbagai kalangan


berkenaan dengan merebaknya konflik etnis di negara ini. Multikultural yang dimiliki
Indonesia dianggap faktor utama terjadinya konflik. Konflik berbau SARA yaitu suku,
agama, ras, dan antargolongan yang terjadi di Aceh, Ambon, Papua, Kupang, Maluku
dan berbagai daerah lainnya adalah realitas yang dapat mengancam integrasi bangsa di
satu sisi dan membutuhkan solusi konkret dalam penyelesaiannya di sisi lain. Hingga
muncullah konsep multikulturalisme.

Istilah multikulturalisme digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang


tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan
tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya
(multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dalam arti ini keberagaman
bukan sekedar keberagaman suku, ras, ataupun agama, melainkan keberagaman bentuk-
bentuk kehidupan, termasuk di dalamnya adalah kelompok-kelompok subkultur, seperti
gay-lesbian, para pecinta prangko, punk, suckerhead, dan lainnya. Argumen inti
multikulturalisme bahwa setiap bentuk kehidupan memiliki nilai yang berharga pada
dirinya sendiri. Maka setiap bentuk kehidupan layak untuk hidup dan berkembang
seturut dengan pandangan dunianya, namun tetap dalam koridor hukum legal yang
berlaku (bukan hukum moral).

Multikulturalisme dijadikan sebagai acuan utama terbentuknya masyarakat


multikultural yang damai. Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural.
Adanya masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut.
Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri, sebagaimana
bangsa Indonesia yang unik dan rumit karena kemajemukan suku bangsa, agama, bangsa,
maupun ras. Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang
berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang
multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat Indonesia pada tingkat nasional
dan lokal.

1
1.2 Tujuan Rekayasa Ide

a. Menyelesaikan permasalahan dengan membuat suatu solusi (ide)


b. Memahami multikulturalisme dalam ruang lingkup masyarakat pasca kolonial
c. Memahami peran calon pendidik dalam menghadapi multikulturalisme

1.3 Manfaat Rekayasa Ide

Dapat lebih memahami inti dari seminar daring yang telah dilakukan, dan mahasiswa
mampu menuangkan ide untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam multikulturalisme
dalam ruang lingkup masyarakat, serta memahami perannya sebagai calon pendidik dalam
menghadapi multikulturalisme.

2
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN MULTIKULTURALISME

2.1 Masalah Multikulturalisme yang terjadi di Indonesia

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa


macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan
konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat
serta kebiasaan. Multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia pada dasarnya merupakan
akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana setiap pulau
tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari
masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri.
Hal ini menyebabkan keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam. 

Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan


masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan
nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya
masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di
masyarakat, hal ini terjadi karena kebanyakan masyarakat Indonesia belum memahami
apa itu konsep multikulturalisme dan tiap sukunya memiliki identitas diri yang sangat
kuat. Hal ini menyebabkan tiap suku saling mempertahankan budayanya sendiri dan
membentuk perisai bagi suku lain sehingga kurang terbentuknya ikatan sosial antar suku
yang satu dengan suku yang lain. Sebagai contoh, orang Aceh yang tinggal di pulau Jawa
kemudian menjadi pengusaha sukses akan cenderung memilih dan menerima pegawai
yang merupakan orang Aceh walaupun ketrampilannya kurang (jauh di bawah)  orang
Jawa yang juga melamar pekerjaan di perusahaan tersebut.

Fenomena tersebut terjadi karena sesama masyarakat Aceh memiliki ikatan/


hubungan emosional yang sangat kuat serta kecenderungan untuk mempertahankan
identitas yang tinggi. Hal seperti inilah yang membuat masyarakat Indonesia mudah
dipecah belah, mudah diadu domba, mudah di rusak, karena pada diri setiap masyarakat
Indonesia belum memiliki rasa identitas yang kuat sebagai masyarakat indonesia, belum

3
memiliki kedekatan/ikatan emosional dengan sesama masyarakat indonesia. Mereka
hanya memiliki identitas yang kuat dan ikatan emosional antar sesama suku mereka
(misal antar orang Jawa dengan orang Jawa), bukan  antar suku Jawa dengan suku
lainnya. Dari fenomena ini terlihat bahwa dari berbagai macam suku yang ada di
Indonesia, ternyata beberapa masyarakat dari tiap sukunya belum dapat memahami,
menerima, dan menghargai suku lainnya yang berbeda darinya. Padahal mereka berada
dalam satu nama, satu wilayah, satu bangsa, satu bahasa, yaitu Indonesia.

Keanekaragaman suku bangsa yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan


bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai
tambah di mata dunia. Namun, di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi
besar menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena
itu, kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah
terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi
di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan
adat, seperti konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah,
Papua, dan lain-lain.

Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan hukum


terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam.
Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal. Masyarakat Dayak
yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang
diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara
mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda
Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian
pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh perkelahian antara
pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus Kota Poso.
Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan
Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.

Dari beberapa kasus permasalahan multikulturalisme tersebut terlihat


betapa perbedaan mampu memicu munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang
disikapi dengan antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan

4
banyak orang. Oleh karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman benar-
benar perlu diperhatikan.

2.2 Identifikasi permasalahan

Dari kasus-kasus yang telah dipaparkan, terrlihat betapa perbedaan mampu memicu
munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi justru akan
menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh karena itu, bagaimana kita
bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu diperhatikan.

5
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN/ IDE

Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi di antara
etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah atau bisa kita sebut sebagai
kearifan nasioanal adalah cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita
merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk sama-sama menghadapi bangsa
penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di tahun 1928. Saat itu kita mengakui
Indonesia sebagai identitas bersama, yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan kebudayaan
di antara suku bangsa yang ada. Nasionalisme Indonesia pun terbentuk dalam wujud
pengakuan bahasa, tanah air, dan kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi
kolonialisme Belanda semakin menampakkan hasilnya.

Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila disepakati sebagai dasar
negara dan petunjuk/arah kehidupan bangsa. Kompleksitas keragaman masyarakat dan
budaya di Indonesia pun bisa diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh
para founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru. Disebut negara
nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang bisa hidup
berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Multikulturalisme itu sangatlah penting. Selain kita dapat memahami,


menerima dan menghargai keragaman budaya yang ada, kita juga dapat memperkuat
ikatan emosional antar suku dari budaya yang berbeda. Dengan menerima keragaman
budaya, kita tidak lagi memandang perbedaan budaya menjadi sesuatu yang ‘berbeda’
melainkan menjadikan perbedaan tersebut sebagai keragaman untuk memperkaya
budaya. Disamping itu, sebagai calon pendidik hendaknya memberi solusi apabila terjadi
konfilk multikulturalisme di tengah-tengah masyarakat.

4.2 Saran

Diharapkan ide terhadap solusi permasalahan atau konflik multikulturalisme di


tengah-tengah masyarakat ini dapat direalisasikan, yang dimana nantinya akan
memberikan dampak dan pemahaman yang benar, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya konflik akibat keragaman.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kymlicka Will, 2003, Kewargaan Multikultural, Jakarta: LP3ES Indonesia

Laning, Vina Dwi, 2007, SOSIOLOGI Kelas XI, Klaten, Cempaka Putih.

Tafsiran Furnivall oleh Nasikun dalam Nasikun. 2006. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta:
Rajawali Press

Ubaedillah A, 2016, Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education, Jakarta: ICCE

Anda mungkin juga menyukai