Anda di halaman 1dari 3

1.

Reabilitas
a. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto &
Yamin, 2014 terkait pemberian terapi oksigen terhadap perubahan saturasi
oksigen melalui pemeriksaan oksimetri pada pasien infark miokard akut
didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh perubahan saturasi oksigen yang
signifikan sebelum pemberian terapi oksigen dengan setelah pemberian terapi
oksigen pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) RSUD Dr. Moewardi di
Surakartayang menunjukkan bahwa dengan pemberian terapi oksigen nasal kanul
dapat mengembalikan saturasi oksigen dari kondisi hipoksia ringan ke kondisi
normal secara bermakna. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Budi & Yamin, 2014 bahwa dari 38 responden yang mendapatkan
terapi oksigen binasal kanul didapatkan sebanyak 32 (84.2%) responden yang
mengalami peningkatan saturasi oksigen dari hipoksia ringan menjadi normal dan
sebanyak 6 (15.8%) responden tetap pada hipoksia ringan.
b. Apakah hasil penelitian menjawab tujuan penelitian?
Iya, hasil penelitian tersebut sesuai dengan tujuan penelitian dengan mengevaluasi
efek dari penggunaan pedoman keperawatan pada pengetahuan dan praktik
perawat dan pada pencapaian kebutuhan pasien gawat darurat pada pasien Acute
Coronary Syindrome (ACS) Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiyanto & Yamin, 2014 terkait pemberian terapi oksigen
terhadap perubahan saturasi oksigen melalui pemeriksaan oksimetri pada pasien
infark miokard akut didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh perubahan saturasi
oksigen yang signifikan sebelum pemberian terapi oksigen dengan setelah
pemberian terapi oksigen pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) RSUD Dr.
Moewardi di Surakarta. menunjukkan bahwa dengan pemberian terapi oksigen
nasal kanul dapat mengembalikan saturasi oksigen dari kondisi hipoksia ringan ke
kondisi normal secara bermakna. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Budi & Yamin, 2014 bahwa dari 38 responden yang mendapatkan
terapi oksigen binasal kanul didapatkan sebanyak 32 (84.2%) responden yang
mengalami peningkatan saturasi oksigen dari hipoksia ringan menjadi normal dan
sebanyak 6 (15.8%) responden tetap pada hipoksia ringan
c. Apa Intervensi Yang Dilakukan? Jelaskan?
Berdasarkan analisis data yang dikumpulkan, dan menggunakan literatur terkait,
peneliti mengembangkan pedoman untuk mengajarkan pedoman pelatihan gawat
darurat pada pasien Acute Coronary Syindrome (ACS) Tradisi pemberian oksigen
didukung oleh AHA (American Heart Association) yang merekomendasikan
intervensi pemberian oksigen merupakan salah satu bagian dari MONA yaitu
Morphine, Oksigen, Nitrat/nitrogliserin dan Aspirin untuk menurunkan nyeri dada
pada ACS (O’Conno, 2010). Pemberian oksigen akan meningkatkan tekanan
perfusi coroner sehingga meningkatkan oksigen pada jaringan jantung yang
mengalami iskemik memperbaiki ketidakseimbangan oksigen dijantung
(Kennedy, 2013).
d. Apa Intervensi Dapat Berjalan Dengan Hasil Yang Diharapkan?
Iyaa, intervensi Ini menunjukkan dampak positif dari pedoman pada
pengetahuan perawat, dan ini dikonfirmasi lebih lanjut melalui analisis Pada
proses penyakit acute coronary syindrome (ACS) akibat kurangnya suplai oksigen
ke miokard, maka kompensasi dari miokard adalah dengan melakukan
metabolisme anaerob agar jantung tetap dapat memberikan suplai oksigen ke
seluruh tubuh. Salah satu tindakan untuk mencegah perluasan infark miokard
adalah dengan pemberian terapi oksigen (Thygesen and Verdy, 2012).

e. Berapa Besar Efek Dari Intervensi Yang Diberikan?


Acute coronary syndrome dapat berpengaruh dengan usia seseorang karena
iskemia dan infark berulang lebih sering dijumpai pada usia lanjut >40 tahun
disebabkan fungsi sistolik ventrikel kiri mengalami penurunan bermakna pada
pasien ACS, pengaruh usia lanjut menjadi lebih berat dua kali lipat karena usia
membuat perubahan pada fungsi endotel vaskuler (Canon CP dkk, 2016). Hal ini
sejalan dengan penelitian Faridah et al, 2016 bahwa kelompok 0.000 dimana
Pvalue < α(0.05) yang artinya ada pengaruh terapi oksigenasi nasal prong
terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala
f. Apakah Intevensi Yang Dilakukan Dalam Artikel Akan Memperoleh Hasil Yang
Sama Jika Intervensi Penelitian Diterapkan Pada Tatanan Praktik?
umur terbayak yang menderita penyakit jantung koroner akut yaitu 56-65 tahun
sebanyak 34 orang. Menurut PERKI, 2015 faktor risiko pada ACS meliputi usia
dan jenis kelamin, didapatkan usia pria >45 tahun dan wanita >55 tahun, riwayat
keluarga dengan penyakit kardiovaskuler dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi diantaranya meliputi hipertensi, hiperlipidemia, DM, gaya hidup, dan
kebiasaan merokok. Perubahan utama yang terjadi pada penuaan dapat disebabkan
oleh penebalan tunika intima yang disertai tunika media yang mengalami fibrosis.
Ketebakan tunika intima meningkat ketika decade keempat dan kemudian menipis
secara bertahap (Cicilia et al, 2017).

Anda mungkin juga menyukai