Anda di halaman 1dari 126

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI

IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH


KERJA KELURAHAN 23 ILIR PALEMBANG
TAHUN 2019

Oleh

INTAN PARIWARA
15.13201.11.15

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2019
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI
IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH
KERJA KELURAHAN 23 ILIR PALEMBANG
TAHUN 2019

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
INTAN PARIWARA
15.13201.11.15

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2019
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 10 Juli 2019

INTAN PARIWARA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam


Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019
(xv + 84 halaman, 14 tabel, 2 bagan, 6 lampiran)

Partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu merupakan salah satu faktor
pendukung yang sangat diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan anaknya. Hal ini
dapat dilihat dari keaktifan orang tua membawa anaknya ke Posyandu dapat dilihat
dari tren partisipasi masyarakat yang tergambar dari perbandingan antara jumlah anak
yang ditimbang dengan seluruh anak yang ada diwilayah Posyandu tersebut. Tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu minimal harus mencapai 80% maka
dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah.
Penelitian ini bertujuan diketahuinya Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23 Ilir
Palembang Tahun 2019. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14-24 Juni 2019.
Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan survei analitik
menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita berjumlah 469 orang di Posyandu diwilayah kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang. Sampel penelitian berjumlah 82 orang dipilih dengan tehnik
proportional random sampling. Data penelitian ini didapat menggunakan kuesioner,
selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat
kemaknaan (α = 0,05).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan (p value
= 0,011), pendidikan (p value = 0,031), dan tidak ada hubungan pekerjaan (p value
= 0,138) sikap (p value = 0,269), pada partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu
di Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.
Disarankan untuk mengikutsertakan peran keluarga balita dalam
mendukung partisipasi ibu balita serta meningkatkan sosialisasi yang berkaitan
dengan masalah kesehatan balita.

Kata Kunci : Partisipasi ibu, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap.


Referensi : 31 (2011-2019)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, 10 July 2019

INTAN PARIWARA

Factors Associated With Participating in Underfive Mothers in Posyandu


Activities in the Work Area of 23 Ilir Palembang Health Center in 2019
(xv + 84 pages, 14 tables, 2 charts, 6 attachments)

Maternal participation in children under five in Posyandu activities is one of


the supporting factors that is very necessary for monitoring the growth of their
children. This can be seen from the activity of parents carrying their children
keposyandu which can be seen from the trend of community participation illustrated
by the comparison between the number of children weighed and all children in the
posyandu area. The level of community participation in the Posyandu activities
results must be at least 80%, so it is said that community participation in monitoring
the growth and development of body weight is very low.
This study aims to find out the Factors Associated with the Participation of
Mother Under-fives in Posyandu Activities in the Work Area of 23 Ilir Palembang
Health Center in 2019. The study was conducted on 14 - 24 June 2019 in the work
area of 23 Ilir Palembang Health Center in 2019. This research was a quantitative
study with an analytical survey approach using a cross sectional design. The
population of this study were all mothers who had toddlers totaling 469 people at the
Posyandu in the working area of the 23 Ilir Palembang Health Center. The research
sample was 82 people selected by proportional random sampling technique. The data
of this study were obtained using a questionnaire instrument, then analyzed by using
the chi square test with significance level (α = 0.05).
Analysis of this study showed that knowledge (p = 0.011), education (p =
0.031), employment (p = 0.138) attitude (p = 0.269), on maternal participation in
children under five in Posyandu activities in 23 Ilir Palembang Health Center 2019.
The conclusion of this study is that there is a relationship between knowledge,
education, and mother's participation and there is no relationship between work and
attitude with mother's participation. It is suggested that the Puskesmas pay more
attention to and increase the counselor and socialization in the form of leafleats or
banners about things related to health problems experienced by toddlers.

Keywords : Mother’s participation, knowledge, education, employment,attitude.


Reference : 31 (2011-2019)

iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Intan Pariwara

Tempat/Tanggal Lahir : Raman Jaya, 22 Maret 1997

Nomor Pokok Mahasiswa : 15132011115

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Desa Raman Jaya Kec. Belitang II Kab. Oku Timur

Kode Pos : 32185

Nama Orang Tua

- Ayah : Sugeng, S.E

- Ibu : Ermawati

Handphone : 081279060015

Gmail : Intanpariwara73@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 1 Raman Jaya Tahun 2003-2009

2. SMP Negeri 1 Belitang II Tahun 2009-2012

3. SMA Negeri 1 Belitang Tahun 2012-2015

4. STIK Bina Husada Palembang Tahun 2015-2019

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan kepada :

Kedua orang tuaku tercinta Papa (Sugeng) dan Mama (Ermawati)


terima kasih sudah senantiasa mendo’akanku, selalu memberi semangat,
memberi kasih sayang yang tidak terhingga, serta memberikan nasehat
dan dukungan baik moral maupun material agar saya dapat menyelesaik
an skripsi ini sehingga akhirnya saya dapat mempersembahkan skripsi
ini untuk kalian. Adikku tersayang (Mutiara Sari dan Indra Berlian),
Nenekku, Mbahku saya ucapkan terima kasih atas do’any, semangat dan
dukungan yang telah diberikan.

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu dan kemudahan, maka apabila


kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah kamu
berharap”. (QS. AL-Insyirah: 6-8)

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.
Dengan selesainya penelitian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dewi Suryanti, SST, M.Kes sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.dr. Chairil Zaman,
M.Sc selaku Ketua STIK Bina Husada, Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan kemudahan
dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Yanuardi
Yazid, M.Sc selaku penguji satu dan Ibu Atma Deviliawati, SKM, M.Kes selaku
penguji dua dalam penyusunan skripsi, dan Ibu Ilustri, S.Psi, M.Kes selaku
pembimbing akademik selama mengikuti pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada.
Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan
bagi siapa saja yang membacanya.
Palembang, 10 Juli 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMANJUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS.................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO............................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................... 7
1.4.1Tujuan umum ...................................................................... 7
1.4.1 Tujuan khusus .................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 8
1.5.1 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang.................................... 8
1.5.2 Bagi Ibu ............................................................................. 8
1.5.3 Bagi STIK Bina Husada Palembang.................................. 9
1.5.4 Bagi peneliti....................................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Puskesmas ................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Puskesmas ........................................................ 10
2.1.2 Tujuan Puskesmas .............................................................. 11
2.1.3 Fungsi Puskesmas .............................................................. 13
2.1.4 Kedudukan Puskesmas....................................................... 12
2.1.5 Wilayah kerja Puskesmas................................................... 14
2.1.6 Program kesehatan Puskesmas........................................... 15
2.2. Posyandu ..................................................................................... 16
2.2.1 Sejarah Posyandu ............................................................... 16
2.2.2 Pengertian Posyandu .......................................................... 17
2.2.3 Tujuan Posyandu ................................................................ 18

x
2.2.4 Sasaran Posyandu............................................................... 19
2.2.5 Fungsi Posyandu ................................................................ 19
2.2.6 Pelaksanaan sistem lima meja Posyandu ........................... 20
2.2.7 Manfaat Posyandu .............................................................. 22
2.2.8 Lokasi ................................................................................. 25
2.2.9 Proses pembentukan Posyandu .......................................... 25
2.2.10 Kegiatan Posyandu........................................................... 27
2.2.11 Pembinaan dan pengawasan Posyandu ............................ 30
2.2.12 Tingkat perkembangan Posyandu .................................... 31
2.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu dalam
Kegiatan Posyandu...................................................................... 33
2.3.1 Peran serta masyarakat dalam Posyandu............................ 33
2.3.2 Partisipasi Ibu dalam kegiatan Posyandu ........................... 38
2.3.3 Pengetahuan (knowledge)................................................... 49
2.3.4 Sikap (attitude)................................................................... 41
2.3.5 Pekerjaan ............................................................................ 44
2.3.6 Pendidikan.......................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian......................................................................... 51
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 51
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 52
3.3.1 Populasi penelitian ............................................................. 52
3.3.2 Sampel penelitian ............................................................... 52
3.3.3 Teknik pengambilan sampel............................................... 54
3.3.4 Kriteria sampel ................................................................... 54
3.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 56
3.5 Definisi Operasional.................................................................... 57
3.6 Hipotesis...................................................................................... 58
3.7 Pengumpulan Data ...................................................................... 59
3.7.1 Data primer......................................................................... 59
3.7.2 Data sekunder..................................................................... 59
3.8 Alat Pengumpulan Data .............................................................. 60
3.9 Teknik Pengolahan Data ............................................................. 60
3.10Analisis Data ............................................................................... 62
3.10.1 Analisis univariat.............................................................. 62
3.10.2 Analisis bivariat................................................................ 62

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Puskesmas....................................................... 64
4.4.1 Sejarah singkat Puskesmas 23 Ilir Palembang ................... 64
4.1.2 Visi dan Misi Puskesmas 23 Ilir Palembang ...................... 65
4.1.3 Letak geografis ................................................................... 65

xi
4.1.4 Fasilitas pelayanan kesehatan............................................. 66
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 68
4.2.1 Hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi Ibu ....... 71
4.2.2 Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi Ibu ......... 72
4.2.3 Hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi Ibu............ 73
4.2.4 Hubungan antara sikap dengan partisipasi Ibu................... 74
4.3 Pembahasan .................................................................................. 75
4.3.1 Hubungan antara pengetahuan pada partisipasi Ibu
Balita dalam kegiatan Posyandu di Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019...................................................... 75
4.3.2 Hubungan antara pendidikan pada partisipasi Ibu
Balita dalam kegiatan Posyandu di Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019...................................................... 77
4.3.3 Hubungan antara pekerjaan pada partisipasi Ibu
Balita dalam kegiatan Posyandu di Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019...................................................... 78
4.3.4 Hubungan antara sikap pada partisipasi Ibu Balita
dalam kegiatan Posyandu di Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019 ..................................................... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan....................................................................................... 83
5.2 Saran............................................................................................. 84
5.2.1 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang .................................... 84
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang .................................. 84
5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


2.1 Penelitian Terkait .................................................................................. 47
3.1 Menentukan Ukuran Sampel Setiap Posyandu yang ada di
Wilayah Kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019 .................. 54
3.2 Definisi Operasional............................................................................. 57
4.1 Pimpinan Puskesmas 23 Ilir dari Tahun 1997-sekarang ...................... 64
4.2 Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang ................. 65
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Partisipasi
Ibu dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019 ....................................................................... 69
4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pengetahuan
Ibu dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019........................................................................ 69
4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan
Ibu dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23
Ilir Palembang Tahun 2019 ................................................................. 70
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pekerjaan
Ibu dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23
Ilir Palembang Tahun 2019.................................................................. 70
4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Sikap Ibu
dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019 ....................................................................... 71
4.8 Hubungan antara Pegetahuan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu diWilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019 ....................................................................... 71
4.9 Hubungan antara Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019 ....................................................................... 72
4.10 Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019........................................................................ 73
4.11 Hubungan antara Sikap dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir
Palembang Tahun 2019 ....................................................................... 74

xiii
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman


2.1 Kerangka Teori......................................................................................... 50
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 56

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran :

1 : Kuesioner
3 : Hasil Uji Normalitas
4 : Hasil Uji Chi square
5 : Surat Selesai Penelitian
6 : Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, sesuai UU Nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan. Program prioritas Pembangunan kesehatan pada periode tahun

2015 - 2019 dilaksanakan melalui program Indonesia sehat dengan mewujudkan

paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional.

Upaya mewujudkan paradigma sehat ini dilakukan melalui pendekatan keluarga dan

gerakan masyarakat hidup sehat/Germas (Kemenkes RI, 2017: 7).

Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus

didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan

tercermin dalam program kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya

menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya

seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial, dan pemerintah juga memiliki peranan

yang cukup besar. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang

kesehatan adalah posyandu (Kemenkes, RI 2017: 43).

1
Who Health Organization (WHO 2005) yang telah ditetapkan pada keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri

Penilaian Status Gizi Anak. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status gizi yang

didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U). Pemantauan Status Gizi

(PSG) tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan menyatakan

bahwa persentase gizi buruk pada balita usia 0 - 59 bulan di Indonesia adalah 3,8%,

sedangkan persentase gizi kurang adalah 14%. Hal tersebut tidak berbeda jauh

dengan hasil PGS tahun 2016 yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan

sebesar 3,4% dan persentase gizi kurang sebesar 14,43%. Provinsi dengan persentase

tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah

Nusa Nenggara Timur, sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Bali

(Profil Kesehatan Indonesia 2017: 180).

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa tahun 2012

kematian bayi dibawah usia 5 tahun mencapai 6,6 juta jiwa atau hampir 18.000 orang

setiap hari. Risiko seorang anak untuk meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun

untuk kawasan Eropa sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup dan di Afrika sekitar 8 kali

lebih tinggi dari kawasan Eropa (95 per 1000 kelahiran hidup). Sedangkan di

kawasan Asia, khususnya Asia Selatan adalah 50 per 1000 kelahiran hidup (WHO,

2013: 1).

Angka kematian ibu dan anak (KIA) di Indonesia masih tergolong tinggi

kendati sudah dilakukan berbagai upaya, khususnya penyelenggaraan posyandu.

Mengenai hal ini, Millennium Development Goals melakukan evaluasi sebagaimana

2
yang ditulis dalam sains.kompas.com. Hasilnya, tingkat kematian ibu dan anak masih

tinggi dengan jumlah kasus kematian yang dicanangkan oleh PBB, yaitu 305 per

100.000 kelahiran, sedangkan PBB sendiri mencanangkan kasus KIA hanya sebatas

102 per 100.000 kelahiran. Pada laman tersebut juga dipaparkan penyebab kematian

ibu dan anak berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan

Indonesia /AIPI (Kurnia, 2019: 49).

Berdasarkan SDKI 2012, AKABA Indonesia sekitar 40 per 1000 kelahiran

hidup, sedangkan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 37 per 1000 kelahiran hidup.

Untuk kota Palembang tahun 2016, jumlah kematian balita sebanyak 56 orang balita

per 29.521 kelahiran hidup atau 1,9 per 1000 kelahiran hidup. Untuk Kota Palembang

tahun 2017, jumlah kematian balita sebanyak 8 orang balita (6 lain - lain, 2 DBD, dan

1 diare) per 27.876 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang 2016 -

2017: 11)

Pada tahun 2017 jumlah posyandu di Indonesia adalah sebanyak 294,428

posyandu dan sebanyak 169.087 atau sekitar 57,43% posyandu aktif. Posyandu aktif

adalah posyandu yang mampu melaksanakan kegiatan utamanya secara rutin setiap

bulan (KIA : ibu hamil, ibu nifas, bayi, balita, KB, imunisasi, gizi, pencegahan dan

penanggulangan diare) dengan cakupan masing - masing minimal 50% dan

melakukan kegiatan tambahan (Profil Kesehatan Indonesia 2017: 54).

Pada tahun 2017 diseluruh Puskesmas Kota Palembang terdapat 902 posyandu,

dari posyandu purnama sebesar 52,33% sedangkan posyandu pratama masih

berjumlah 6,10%. Sedangkan posyandu aktif di Kota Palembang tahun 2017 adalah

3
645 posyandu aktif, Kecamatan Seberang Ulu I memiliki jumlah posyandu yang

terbanyak yaitu 64 posyandu dibandingkan dengan Kecamatan lain, Kecamatan Ilir

Barat II memiliki jumlah posyandu yang paling sedikit yaitu 10 posyandu, sedangkan

di Kecamatan Bukit Kecil yang termasuk dalam Puskesmas 23 Ilir dan Merdeka

memiliki jumlah posyandu aktif yaitu 25 posyandu Puskesmas 23 ilir yaitu 14

posyandu dan Puskesmas Merdeka yaitu 11 posyandu. (Profil Dinkes Kota

Palembang 2017: 49).

Pada tahun 2017 yang mendapat cakupan pos pelayanan terpadu dari 41

Puskesmas di Kota Palembang cakupan yang tertinggi di Puskesmas Multi Wahana

sebesar 2,457 orang dengan presentase 99.19%, cakupan yang terendah di Puskesmas

Punti Kayu sebesar 68,26% dan di Puskesmas 23 Ilir Palembang yaitu 1,271 orang

dengan presentase yaitu 86,82% (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2017: 140 -

141).

Anak yang masuk dalam kategori balita adalah anak berusia 1 hingga 5 tahun.

Para ahli mengatakan bahwa usia ini adalah usia yang sangat penting, khususnya

dalam pertumbuhan otak anak. Oleh karena itu, para pakar menyebut fase ini dengan

istilah golden age atau masa keemasan. Karena pada tiga tahun pertama masa

pertumbuhan manusia, otak manusia berkembang hingga 90%. Sisanya, akan

berkembang secara bertahap. Sangat dianjurkan kepada orang tua pada saat anak

memasuki usia balita untuk memberikan mereka stimulasi untuk mengoptimalkan

otak anak. (Kurnia, 2019: 57).

4
Menurut Kemenkes (2013) posyandu merupakan salah satu bentuk dan upaya

kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan

bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita

(Oktiawati, 2016: 2).

Pada tahun 1975 Departemen Kesehatan RI, pemerintah menetapkan sebuah

kebijakan bernama Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Di sisi lain,

dikembangkannya posyandu oleh Presiden Soeharto tahun 1986 pada saat itu

diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Kurnia, 2019: 11).

Partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu merupakan salah satu faktor

pendukung yang sangat diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan anaknya. Hal ini

dapat dilihat dari keaktifan orang tua membawa anaknya keposyandu yang mana

dapat dilihat dari tren partisipasi masyarakat yang tergambar dari perbandingan antara

jumlah anak yang ditimbang dengan seluruh anak yang ada diwilayah posyandu

tersebut. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu hasilnya minimal

harus mencapai 80% maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini

akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader

posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya

atau pola pertumbuhan berat badannya dalam (Wilianarti dkk, 2017: 1).

Penelitian terkait oleh Nila Eriza Sativa (2017), “Faktor - faktor aktor yang

Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu Dusun Mlangi

5
Kabupaten Sleman” dapat disimpulkan bahwa dari 77 responden ibu balita di

posyandu dusun Mlangi Kabupaten Sleman, lebih banyak memiliki pendidikan tinggi

(SMA, Perguruan Tinggi) yaitu sejumlah 44 orang (57,1%), mayoritas ibu bekerja

sebanyak 50 orang (64,9%), mayoritas pengetahuan baik dan kurang tentang

posyandu sebanyak 26 orang (33,8%), ibu balita mengatakan kader berperan aktif

sebanyak 53 orang (68,8%), mayoritas ibu aktif ke posyandu sebanyak 41 orang

(53,2%), mayoritas ibu memiliki sosial ekonomi tinggi sebanyak 41orang (51,9%)

dalam (Sativa, 2017: 1).

Berdasarkana pengumpulan data awal melalui wawancara dari pihak pemegang

program posyandu balita pada tahun 2018 di Puskesmas 23 ilir terbagi Kelurahan 23

Ilir dan 24 Ilir dengan 14 Posyandu yaitu 11 Posyandu di Kelurahan 24 Ilir dan 3

Posyandu di Kelurahan 23 Ilir. Di Posyandu Kelurahan 23 Ilir sebesar 469 balita

yaitu Posyandu Mawar Merah yaitu 90 balita, Posyandu Melati yaitu 182 balita,

Posyandu Bougenvil yaitu 197 balita, Dengan persentase 98,9% dari target

70%, cakupan Posyandu balita di Puskesmas 23 Ilir. Berdasarkan data tersebut maka

peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan

dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23

Ilir Palembang Tahun 2019.

6
1.2 Rumusan Masalah

Diketahuinya faktor - faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita

dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Faktor - faktor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Diketahuinya faktor - faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita

dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

1.4.2 Tujuan khusus

1) Diketahuinya distribusi frekuensi (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan

sikap) terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja

Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

2) Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

3) Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

4) Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

7
5) Diketahuinya hubungan antara sikap dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan

dalam pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan serta meningkatkan peran

serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang.

1.5.2 Bagi Ibu

Memberikan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya kegiatan Posyandu

bagi ibu balita dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan

Posyandu.

1.5.3 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan sumber bacaan

baik buku maupun jurnal untuk dapat menambah referensi literatur di Perpustakaan

dan meningkatkan keilmuan bagi mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

STIK Bina Husada Palembang khususnya informasi tentang faktor - faktor yang

berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu.

1.5.4 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan

pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah, sebagai penerapan ilmu

8
yang telah didapat selama dibangku kuliah dan dapat dipergunakan untuk masa yang

akan datang serta sebagai syarat untuk kelulusan program pendidikan strata I.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kesehatan masyarakat yang termasuk dalam

area AKK (Administrasi Kebijakan Kesehatan) yang bertujuan untuk mengetahui

faktor - faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan

Posyandu. Pada bulan 14 – 24 Juni 2019 diwilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang Tahun 2019. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian

kuantitatif dengan pendekatan survei analitik menggunakan kuesioner. Pelayanan ke

Posyandu balita selama 1 tahun terakhir yaitu tahun 2018 adalah 469 orang. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 82 orang responden, Posyandu di wilayah kerja

Kelurahan Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2019. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode cross sectional, sampel diambil

menggunakan teknik accidental sampling. Data primer dikumpulkan dengan

kuesioner dan dianalisis menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat

kemaknaan (α = 0,05).

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit atau pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang

bertempat di kecamatan - kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan

rumah sakit dan klinik - klinik kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan

rakyat. Puskesmas juga merupakan instansi pemerintah yang wajib bertanggung

jawab atas kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap

kecamatannya, terlebih lagi pada daerah - daerah pedalaman yang sulit untuk

menjangkau wilayah rumah sakit dikarenakan akses terhadap infra struktur desa yang

masih sangat kurang (Suhadi dan Rais, 2015: 7).

(Ryadi, 2016: 20), Puskesmas adalah suatu unit kesatuan organisasi kesehatan

terkecil dan terdepan secara fisik, fungsional, dan administratif dalam sistem

kesehatan nasional untuk tujuan :

a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat setempat di daerah

tertentu.

b) Bertanggung jawab terhadap tercapainya status kesehatan masyarakat setempat.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung

memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah

10
kerja tertentu dalam membentuk usaha - usaha kesehatan pokok (dr. Azrul Azwar

MPH, 1980 dalam Suhadi dan Rais, 2015: 7).

Definisi Puskesmas menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004

adalah UPTD Kesehatan/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayahkerja itu sendiri (Suhadi dan Rais, 2015: 8).

Pengertian Puskesmas menurut Permenkes No 75 tahun 2014 Pusat Kesehatan

Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya (Suhadi dan Rais, 2015: 8).

2.1.2 Tujuan Puskesmas

Tujuan Puskesmas itu sendiri yaitu mendukung tercapainya pembangunan

kesehatan Nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan untuk

hidup yang sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas itu,

agar dapat terwujud derajat kesehatan yang merata (Suhadi dan Rais, 2015: 8).

Berikut wilayah kerja Puskesmas yaitu :

1) Kecamatan

2) Kepadatan penduduk

3) Luas daerah

4) Keadaan geografik

5) Infrastruktur

11
6) Sasaran penduduk 30.000 jiwa.

Untuk wilayah yang sulit dijangkau oleh Puskesmas pusat makan didirikan

PusBan atau disebut Puskesmas Pembantu. Pelayanan kesehatan yang bersifat

sederhana dan berfasilitas menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan

Puskesmas yang ruang lingkupnya kecil, seperti di 2 - 3 desa.

Fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan yang berwawasan

kesehatan yaitu lebih mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan, berupaya menggerakan

lintas sektoral dan dunia kerja agar menyelenggarakan pembangunan yang

berwawasan kesehatan. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama,

menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang artinya secara

menyeluruh terpadu dan kesinambungan dimulai dari pelayanan kesehatan

perorangan dan kemudian pelayanan kepada masyarakat (Suhadi dan Rais, 2015: 9).

2.1.3 Fungsi Puskesmas

Menurut Suhadi dan Rais (2015: 9) fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :

1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan

12
pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2) Pusat pemberdaya kesehatan

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut

menetapkan, menyelenggarakan dan memantau program kesehatan. Pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakat dengan memperhatikan

kondisi dan situasi, khusunya sosial budaya masyarakat setempat.

3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas

meliputi :

a) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah kesehatan yang bersifat pribadi (private

goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan

perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public

goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

13
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan

kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya.

2.1.4 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan Puskesmas sebagai Sistem Kesehatan Nasional yang merupakan

sebagai sarana pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Sebagai sistem

kesehatan Kabupaten/Kota, yang bekerja sebagai unit pelaksana teknis dinas yang

bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan

Kota/Kabupaten. Dalam sistem Pemerintahan Daerah sebagai unit pelaksana teknis

dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, dan juga sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama (Suhadi

dan Rais, 2015: 9).

2.1.5 Wilayah kerja Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi kecamatan atau berdasarkan kriteria faktor

kepadatan penduduk, luas wilayah, keadaan geografik, dan keadaan infrastruktur

lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja

Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintahan Daerah Tingkat II,

sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati, dengan

pertimbangan saran teknis di Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi.

14
Untuk kota besar wilayah kerja Puskesmas dapat hanya satu kelurahan,

sedangkan Puskesmas di Ibukota Kecamatan merupakan Puskesmas rujukan, yang

berfungsi sebagai pusat rujukan dari Puskesmas kelurahan yang juga mempunyai

fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas rata-

rata 30.000 penduduk. Luas wilayah yang masih efektif untuk sebuah Puskesmas di

daerah pedesaan adalah suatu areacdengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah

kerja dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km (Triwibowo dan

Pusphandani, 2015: 242).

Untuk wilayah yang sulit dijangkau oleh Puskesmas pusat makan didirikan

PusBan atau disebut Puskesmas Pembantu. Pelayanan kesehatan yang bersifat

sederhana dan berfasilitas menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan

Puskesmas yang ruang lingkupnya kecil, seperti di 2-3 desa (Suhadi dan Rais, 2015:

8).

2.1.6 Program kesehatan Puskesmas

Menurut Satrianegara (2014: 104) Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan

sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok disetiap

Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang

lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan ibu dan anak (KIA)

2) Keluarga Berencana

3) Usaha peningkatan gizi

4) Kesehatan lingkungan

15
5) Pemberantasan penyakit menular

6) Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan

7) Penyuluhan kesehatan masyarakat

8) Usaha kesehatan sekolah

9) Kesehatan olahraga

10) Perawatan kesehatan masyarakat

11) Usaha kesehatan kerja

12) Usaha kesehatan gigi dan mulut

13) Usaha kesehatan jiwa

14) Kesehatan mata

15) Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)

16) Pencatatan pelaporan sistem informasi kesehata

17) Kesehatan usia lanjut

18) Pembinaan pengobatan tradisional.

2.2 Posyandu

2.2.1 Sejarah Posyandu

Dalam pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari kesejahteraan umum,

meyangkut kesehatan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah pada tahun 1970an

mempertimbangkan percepatan terwujudnya kesehatan masyarakat. Departemen

Kesehatan RI pada tahun 1975 pemerintah menetapkan sebuah kebijakan bernama

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Kebijakan PKMD ini memiliki

16
prinsip yang sama tentang posyandu. Dalam pelaksanaannya, PKMD melibatkan

peranan masyarakat strategi pembangunan kesehatan yang menggunakan prinsip

swadaya masyarakat dan gotong royong, dengan harapan masyarakat dapat menolong

dirinya sendiri, minimal tahu tindakan apa yang harus dilakukan saat mereka

mengalami gangguan kesehatan yang melibatkan masyarakat, petugas kesehatan dan

sektor terkait dengan kebijakan pemerintahan tersebut. Lokasi pertama kali di

Kabupaten Banjarsari Jawa Tengah, dengan kegiatan yaitu : perbaikan gizi,

penanggulangan diare, layanan pengobatan, keluarga berencana, dan imunisasi

(Kurnia, 2019: 11).

Pada tahun 1984, pemerintah mencanangkan kegiatan posyandu (pos pelayanan

terpadu) instruksi bersama Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN, dan Menteri Dalam

Negeri. Perkembangan posyandu di era 1980an dikembangkannya posyandu oleh

Presiden Soeharto diharapkan dapat menurunkan angka kematian AKI, AKB, dan

AKABA yang begitu besar pada saat itu. Tahun 1984 posyandu baru dilaksanakan

untuk pertama kalinya yaitu di Yogyakarta bertepatan dengan Hari Kesehatan

Nasional. Dilakukan secara masal oleh Presiden Soeharto sebagai kepala negara

Republik Indonesia pada saat itu. Sejak saat itu keberadaan posyandu semakin

meningkat khususnya pedesaan.

2.2.2 Pengertian Posyandu

Menurut Kemenkes (2013), Posyandu merupakan salah satu bentuk dan upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan

bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada

17
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, anak balita dan

menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Masyarakat yang menjadi petugas

pelaksana Posyandu disebut kader. Dengan adanya Posyandu dan sistem

penyelenggaranya, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan bahkan

dihilangkan, juga kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dapat betul-

betul terjadi demi menggapai kemajuan bangsa (Oktiawati, 2016: 2).

UKBM adalah pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan

masyarakat, dikelola dari, oleh dan untuk rakyat dan dijalankan secara swadaya

dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait.

Bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam hal pemerolehan pengetahuan

dan keterampilan mengenai kesehatan (Kurnia, 2019: 2).

2.2.3 Tujuan Posyandu

a) Tujuan umum

Posyandu diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi,

ibu, pasangan usia subur dan untuk mengurangi, bahkan menghilangkan angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Ditegaskan oleh

Departemen Kesehatan RI mengenai pelaksanaan Posyandu ini (Kurnia, 2019: 28).

b) Tujuan khusus

1) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB,

dan AKABA.

18
2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan posyandu,

terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

3) Meningkatkan cakupan dan jangkauan kesehatan dasar, terutama yang

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

2.2.4 Sasaran Posyandu

Menurut (Kurnia, 2019: 31) Prioritas pelayanan Posyandu sasaran utamanya

adalah seluruh masyarakat atau keluarga :

1) Bayi

2) Anak balita

3) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui

4) Wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia subur ( PUS)

2.2.5 Fungsi Posyandu

Menurut Kurnia, 2019: 31 fungsi posyandu sebagai berikut yaitu :

1). Sebagai wadah untuk memberdayakan masyarakat dalam hal pemerolehan dan

keterampilan kepada masyarakat, khususnya mengenai kesehatan kemudian

masyarakat yang sudah mendapatkan informasi dapat menyebarkan kepada

masyarakat lainnya, terutama berkaitan dengan mempercepat penurunan AKI,

AKB, dan AKABA

2). Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, yang berkaitan

dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

19
2.2.6 Pelaksanaan sistem lima meja Posyandu

Lima langkah kegiatan Posyandu adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

pada hari buka Posyandu. Langkah 1 sampai 4 dilaksanakan oleh kader, sedangkan

langkah 5 oleh petugas sector yaitu petugas kesehatan, PLKB atau sektor yang

lainnya. Lima langkah kegiatan bukan berarti benar-benar harus ada 5 meja karena ini

hanyalah merupakan sistem kegiatan ini artinya 5 jenis kegiatan, dan bisa saja tidak

semua kegiatan menggunakan meja yang sesungguhnya (Waryana, 2016: 382).

Menurut (Waryana, 2016: 384) Alur kegiatan Posyandu dengan sistim 5 meja

yaitu :

1) Meja 1 pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui

2) Meja 2 penimbangan balita

3) Meja 3 pencatatan hasil penimbangan

4) Meja 4 penyuluhan ibu berdasarkan hasil penimbangan anaknya. Memberikan

pelayanan gizi kepada ibu balita serta ibu hamil.

5) Meja 5 pelayanan kesehatan, imunisasi, KB, pokja oralit.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yaitu :

a) Kegiatan di meja 1

1). Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu - ibu yaitu nama bayi/balita

tersebut ditulis pada secarik kertas yang kemudian diselipkan pada

KMSnya. Apaila balita merupakan peserta baru, berarti KMS baru

diberikan, merupakan peserta baru, berarti KMS baru diberikan, nama anak

20
ditulis pada KMS dan secarik kertas yang kemudian diselipkan pada

KMSnya.

2). Selain itu, kader juga mendaftar ibu hamil : yaitu nama ibu hamil tersebut

ditulis pada formulir atau register ibu hamil apabila ibu hamil tidak

membawa balita, langsung dipersilahkan menuju ke kegiatan 4.

b) Kegiatan di meja 2

1) Kader di kegiatan 1 meminta orang tua balita untuk membawa bayi

/balitanya dan menyerahkan KMS kepada kader di kegiatan 2.

2) Kader dikegiatan 2 menimbang dan mencatat hasil penimbangan

bayi/balita tersebut pada secarik kertas yang diselipkan dalam KMS.

c) Kegiatan di meja 3

1) Setelah ditimbang, kader meminta keluarga balita menyerahkan KMS dan

kertas catatan kepada kader di kegiatan 3m, setelah itu kader memindahkan

catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak

tersebut.

2) Kader menyerahkan KMS kepada keluarga balita yang kemudian menuju

ke kegiatan 4.

d) Kegiatan di meja 4

1) Kader yang bertugas menerima KMS anak dari keluarga balita. Kader

membaca data KMS anak tersebut dan membacakan menjelaskan data

KMS tersebut.

21
2) Kader kemudian memberikan penyuluhan kepada keluarga balita, baik

dengan mengacu pada data KMS maupun pada hasil terhadap anaknya.

3) Apabila tidak ada petugas kesehatan dikegiatan 5/pelayanan, kader dapat

melakukan rujukan ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB, atau Puskesmas

apabila ditemukan masalah pada balita, ibu hamil atau ibu menyusui.

4) Selain itu kader juga dapat memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan

dasar, misalnya : pemberian makanan tambahan (PMT), tablet tambah

darah (pil besi), vitamin A, Oralit dan sebaginya.

e) Kegiatan di meja 5

Khusus untuk kegiatan ini utamanya hanya dapat dilakukan oleh petugas

kesehatan, bidan, atau PLKB yang memberikan layanan antara lain:

1) Imunisasi

2) Keluarga Berencana (KB)

3) Pemberian tablet tambah darah, vitamin A, dan obat-obatan lainnya.

2.2.7 Manfaat Posyandu

a) Bagi Masyarakat

Menurut (Oktiawati, 2016: 5) Manfaat dari Posyandu yaitu:

1). Masyarakat akan mendapatkan berbagai macam informasi melalui

penyuluhan dan diskusi tentang kesehatan bagi ibu, bayi, dan balita.

2). Masyarakat yang memiliki balita akan terpantau pertumbuhan anaknya

sehingga tidak mengalami gizi kurang maupun gizi buruk.

22
3). Bayi dan balita akan mendapatkan kapsul vitamin A kurang maupun gizi

buruk .

4). Bayi akan memperoleh imunisasi lengkap.

5). Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan akan mendapatkan tablet

tambah darah (Fe) serta imunisasi tetanus Toksoid (TT).

6). Ibu pasca melahirkan akan memperoleh vitamin A dan tablet tambah darah

(Fe).

7). Masyarakat dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan

ibu, bayi dan anak balita.

8). Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu setelah

melahirkan dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke

Puskesmas terdekat.

b) Bagi Kader, Pengurus, dan Tokoh Masyarakat

Menurut (Kurnia, 2019: 33) Manfaat Posyandu yaitu : orang-orang yang

direkrut untuk melaksanakan kegiatan Posyandu diwilayah kerja masing-masing.

Sedangkan tokoh masyarakat di ikut sertakan sebagai pengawasan sekaligus pihak

yang bertanggung jawab atas pelaksanan Posyandu.

Menurut (Oktiawati, 2016: 6) Baik kader maupun tokoh masyarakat dituntut

paham dalam :

1) Mendapatkan pelatihan berbagai informasi yang dibutuhkan, khusunya

tentang kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

23
2) Mendapatkan bimbingan teknis dari petugas kesehatan setempat sebagi

bekal dalam pelaksanaan posyandu dapat berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak balita dan kesehatan ibu.

c) Bagi Puskesmas

Menurut (Kurnia, 2019: 35) Manfaat Posyandu bagi Puskesmas yaitu:

1) Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sendiri bukan hanya sekedar

pusat pelayanan kesehatan saja, baik perorangan primer maupun

masyarakat primer tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

2) Dapat memberikan kemudahan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang terjangkau.

3) Dapat lebih mendekatkan Puskesmas dengan masyarakat yaitu melalui

pelayanan dan pemecahan permasalahan yang berhubungan dengan

kesehatan.

d) Bagi Sektor lain

Menurut (Kurnia, 2016: 36) Manfaat Posyandu bagi sektor lain yaitu :

1) Dapat memberikan kesempatan untuk membantu permasalahan dasar

masyarakat lebih spesifik, baik permasalahan kesehatan maupun sosial.

2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan sesuai dengan

tupoksi masing - masing sektor.

24
2.2.8 Lokasi

Posyandu berlokasi dikawasan wilayah kerja Puskesmas, oleh karena itu

pelaksanaan posyandu biasanya diadakan di tempat - tempat seperti : Kelurahan, balai

desa, atau kantor RW atau RT (Kurnia, 2019: 36).

2.2.9 Proses pembentukan Posyandu

Menurut (Kurnia, 2019: 41) Gagasan utama pembentukan Posyandu adalah

memberikan akses semudah mungkin kepada masyarakat terhadap informasi dan

layanan kesehatan. Hal ini dilator belakangi dengan tingginya kasus kematian ibu dan

anak, kurangnya kesadaran akan kesehatan dikalangan masyarakat, maraknya

masyarakat yang terjangkit diare, semuanya merujuk kepada kurangnya kesadaran

akan kesehatan dan hidup sehat. Ditambah lagi kasus kematian ibu dan anak yang

jumlahnya cukup memprihatinkan angka kelahiran pun dinilai cukup tinggi, oleh

karena itu, posyandu dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.

Adapun tahapan - tahapan dalam pembentukan Posyandu tersebut sebagai

berikut :

1) Pendekatan Internal

Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan para petugas/aparat,

sehingga bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta membina Posyandu.

Upaya untuk meningkatkan layanan secara professional, Pimpinan Pimpinan

Puskesmas harus memberikan motivasi dan keterampilan kepada pada petugas

Puskesmas sehingga mampu bekerja bersama untuk kepentingan masyarakat.

25
2) Pendekatan Eksternal

Tujuan pendekatan eksternal adalah upaya mempersiapkan para pemangku

kepentingan. Mereka berasal dari tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung

penyelenggaraan Posyandu. Dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan

moril, finansial dan material seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat, bantuan

dana, tempat penyelenggaraan serta peralatan Posyandu.

3) Survey Mawas Diri (SMD)

Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of

belonging) melalaui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang

dimiliki. SDM dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan petugas

Puskesmas, aparat pemerintahan desa/kelurahan. Pelatihan yang diselenggarakan

mencakup penetapan responden, metode wawancara sederhana, penyusunan dan

pengisian daftar pertanyaan serta pengolahan hasil pengumpulan data. Pengumpulan

data dengan wawancara dilakukan terhadap sekurang - kurangnya 30 (tiga puluh)

kepala keluarga yang terpilih secara acak dan bertempat tinggal di lokasi yang akan

dibentuk Posyandu. Hasil dari SMD adalah data tentang masalah kesehatan serta

potensi masyarakat yang ada di desa/kelurahan.

4) Musyawarah Masyarakat Desa

Peserta MMD adalah anggota masyarakat setempat. Materi pembahasan adalah

hasil SMD serta data kesehatan lainnya yang mendukung. Hasil yang diharapkan dari,

MMD adalah ditetapkannya daftar urutan masalah dan upaya kesehatan yang akan

26
dilakukan sesuai dengan konsep Posyandu yaitu : KIA, KB, imunisasi, gizi, dan

penanggulangan diare.

5) Pembentukan dan Pemantauan Posyandu

2.2.10 Kegiatan Posyandu

Menurut (Kurnia, 2019: 48) dalam kegiatan Posyandu terdapat kegiatan sebagai

berikut :

A. Kesehatan Ibu dan Anak

a) Ibu hamil, adapun layanan yang di dapat oleh ibu hamil yaitu :

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

2) Memberikan imunisasi tetanus toksoid

3) Mengukur tekanan darah dan mengukur lingkar lengan atas guna

memantau nilai status gizi ibu hamil

4) Pemberian zat besi atau Fe oleh leader posyandu

5) Mengikuti sesi konseling tentang perencanaan kelahiran juga disebut

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) untuk

mendapatkan informasi tentang bagaimana melahirkan dengan aman

dan selamat

6) Diadakannya kelas ibu hamil, yang diberikan selama kelas

berlangsung adalah : Penyuluhan, perawatan payudara, dan pemberian

asi, beragam pola makan ibu hamil, peragaan perawatan bayi baru

lahir.

27
b) Layanan Bagi Ibu Nifas dan Menyusui

1) Penyuluhan penggunaan KB

2) Pemberian ASI

3) Pemberian vitamin A dan tablet besi

4) Pemeriksaan payudara

5) Pemeriksaan pengukuran tinggi fundus uteri dilengkapi dengan

pemeriksaan lochia

6) Pemeriksaan kesehatan yang dapat menjaga dan meningkatkan

kesehatan ibu dan bayi.

c). Layanan Bagi Bayi dan Balita

1) Penimbangan berat badan

2) Penentuan status pertumbuhan

3) Pemeriksaan kesehatan bayi dan balita

4) Pemberian imunisasi

5) Mendeteksi dini tumbuh kembang anak

B. Pemberian Layanan Keluarga Berencana (KB)

UU Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk

mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pelayanan KB yang dapat dilakukan adalah

28
pemberian kondom, pil, KB IUD, KB Implan, kontrasepsi progestin, kontrasepsi

mantap/sterilisasi.

Indikator KB adalah Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific

Fertility Rate (ASFR), dan unmet need. Target nasional indikator tersebut tahun 2015

adalah CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19 tahun sebesar 30/1000 perempuan usia

15 - 19 tahun dan unmet need 5% (Kemenkes, 2013).

Peraturan Pemerintah RI nomor 87 tahun 2014 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana dan sistem informasi

keluarga, program keluarga berencana (KB) merupakan strategi untuk mengurangi

kematian ibu dengan kondisi 4T yaitu: terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20

tahun), terlalu sering melahirkan terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua

melahirkan (diatas usia 35 tahun). Program KB bertujuan untuk meningkatkan

kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang

lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin, Kemenkes,

2015 dalam (Oktiawati, 2016: 33).

1) Pemberian Layanan Imunisasi

Encarta 2007 dalam (Kurnia, 2019: 71), Imunisasi disebut juga dengan

vaksinasi yaitu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap penyakit

seperti bakteri atau virus yang telah dijinakkan. Tujuan dari imunisasi adalah untuk

memberikan perlindungan bagi tubuh terhadap serangan penyakit, dan juga untuk

melindungi dari zat - zat berbahaya yang ada di lingkungannya, seperti polusi dan

29
juga berbagai kuman yang bersarang dimana - mana. Beberapa penyakit yang dapat

ditangkal setelah imunisasi yaitu : cacar, campak, gondok, polio, difteri, tetanus,

batuk rejan.

2) Pemberian Layanan Gizi

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan

gizi menyebabkan beberapa efek serius seperti : kegagalan pertumbuhan fisik, tidak

optimalnya perkembangan dan kecerdasan, penurunan produktivitas, menurunnya

daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan dan

kematian (Oktiawati, 2016: 64).

3) Penanggulangan Diare

Menurut (Oktiawati, 2016: 74) Diare umumnya dapat dilihat dari jumlah cairan

yang keluar melalui buang air besar (BAB) yang lebih banyak dari cairan yang masuk

dan frekuensi jumlah BAB lebih dari tiga kali sehari. Pencegahannya : beri minum

misalnya oralit (minuman yang mengandung ion). Pencegahan diare lainnya yaitu :

1) Menggunakan air bersih yang cukup

2) Cuci tangan dengan sabun

3) Buang tinja bayi dan anak-anak yang tepat

4) Imunisasi campak.

2.2.11 Pembinaan dan pengawasan Posyandu

Pembinaan Posyandu dilaksanakan melalui pengorganisasian oleh kelompok

kerja operasional (pokjanal). Pokjanal melakukan kegiatan berupa pengawasan dan

pembinaan seluruh fungsi dan kinerja penyelenggaraan Posyandu. Pelaksanaannya

30
dilakukan dari tiga aspek manajemen yaitu melalui aspek program, kelembagaan, dan

SDM. Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berjenjang dari hulu ke hilir

yaitu : dimulai dari tingkat pusat, provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, hingga tingkat

kelurahan/desa (Kurnia, 2019: 105).

Pokjanal membangun hubungan dengan berbagai program seperti : Badan

Perbaikan Gizi Daerah (BPGD), Tim Upaya Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK),

Pokja BKB, Forum PAUD, Tim Pangan dan Gizi, Badan Ketahanan Pangan. Untuk

pembiayaan seluruh kegiatan pokjanal diambil dari APBN, APBD Provinsi dan

APBD Kab/kota. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan operasional pokjanal yaitu

kesekratariataan, pembinaan, supervisi, bimbingan teknis, seluruh penyelenggaraan

posyandu, termasuk dukungan biaya operasinal kader (Kurnia, 2019: 108).

2.2.12 Tingkatan perkembangan Posyandu

Menurut, Kurnia, 2019: 109) Tingkat perkembangan Posyandu yaitu :

1) Posyandu Tingkat Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu tingkat terbawah karena Posyandu

ini dinilai belum bisa mandiri, sehingga penyelenggaraan posyandu belum berjalan

dengan baik dan secara reguler. Selain itu jumlah kader posyandu sangat sedikit yaitu

kurang dari lima orang. Untuk meningkatka Posyandu ini perlu dukungan masyarakat

yaitu dengan memberikan motivasi kepada masyarakat mengenai penyelenggaraan

Posyandu.

31
2) Posyandu Tingkat Madya

Posyandu tingkat madya adalah Posyandu setingkat di atas pratama. Dengan

jumlah sudah memiliki minimal lima kader, kegiatan sudah berjalan secara regular

diselenggarakan lebih dari 8 kali dalam setahun. Dalam pelaksanaan cakupan lima

kegiatan Posyandu belum maksimal (kurang dari 50%). Intervensi yang dapat

dilakukan adalah meningkatkan kinerja kader dan perlu keterlibatan tokoh

masyarakat sebagai motivator bagi para kader Posyandu.

3) Posyandu Tingkat Purnama

Posyandu tingkat purnama adalah Posyandu yang sudah lebih baik

dibandingkan tingkat madya dapat melaksanakan kegiatan utamanya lebih dari 50%

dan ditambah program tambahan. Kegiatan posyandu sudah dilakukan lebih dari 8

kali per tahunnya. Posyandu purnama mendapatkan kucuran dana sehat untuk

menyokong kegiatan Posyandu di wilayah kerjanya dan dikelola oleh masyrakat yang

pesertanya kurang dari 50% kepala keluarga (KK). Untuk meningkatkan peringkat

Posyandu purnama perlu adanya intervensi antara lain:

a). Sosialisasi tentang program dana sehat kepada masyarakat

b). Pelatihan dana sehat, agar dapat menumbuhkan dana sehat yang kuat dengan

cakupan yang lebih luasyaitu lebih dari 50% jumlah KK diwilayah kerja

posyandu. Peserta pelatihan yaitu: para tokoh masyarakat, pengurus dana sehat

kelurahan/desa, dan juga kader posyandu sebagai pelaksana kegiatan posyandu.

32
4). Posyandu Tingkat Mandiri

Posyandu tingkat mandiri sudah dapat melaksanakan kegiatan Posyandu lebih

dari 8 kali dalam setahun. Tingkat mandiri juga dapat melaksanakan lebih dari 50%

kegiatan utamnya dan mampu menyelenggarakan program tambahan dan

memperoleh sokongan dana untuk menunjang kegiatan Posyandu yang dikelola oleh

masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah

kerja posyandu. Intervensi tingkat ini bukan berupa pelatihan lahi, melainkan lebih

kepada pembinaan, khusunya dalam mengelola dana sehat. Tujuannya untuk menjaga

kesinambungan kegiatan Posyandu dan pengelolaan dan dengan baik. Selain itu

bentuk intervensi lainnya denga menyelenggarakan program tambahan selain lima

kegiatan utama Posyandu.

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu dalam Kegiatan

Posyandu

2.3.1 Peran serta masyarakat dalam Posyandu

Menurut (Waryana, 2016: 369) peningkatan peran serta masyarakat untuk

mendukung kegiatan Posyandu dapat dilakukan melalui :

1). Pembentukan suatu lembaga atau unit pengelola posyandu didesa yang

anggotanya dipilih dari masyarakat, dengan tugas untuk mengelola secara

professional penyelenggaraan posyandu, termasuk memperhatikan masalah

ketenagaan, sarana dan pembiayaan bagi kelangsungan posyandu yang

bersumber dari masyarakat.

33
2). Pemberian penghargaan kepada kader berupa dana hibah atau pinjaman modal

usaha bagi kader yang kinerjanya baik sebagai suatu perangsang agar terus

tekun dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dimasukkan pula sebagai

menjalankan tugasnya. Hal ini dimasukan pula sebagai upaya pemberdayaan

ekonomi kader.

3). Pemberian bantuan pembiayaan untuk menyelenggarakan Posyandu yang

bersumber dari dana masyarakat, seperti zakat dan sumbangan keagamaan yang

sejenis, maupun pemberian bantuan sarana dasar untuk pelaksanaan mutu

Posyandu secara menyeluruh.

4). Pemberian bimbingan dalam rangka pengelolaan Posyandu maupun kegiatan

langsung berupa pelayanan seperti konseling dan rujukan yang dapat

meningkatkan mutu posyandu secara menyeluruh.

5). Kemitraan yang dapat diwujudkan dengan cara membentuk dan memperkuat

jejaring antar dan atau beberapa posyandu yang diselenggarakan oleh berbagai

organisasi kemasyarakatan, baik yang berada dalam satu desa atau sebutan lain,

ataupun pada wilayah yang lebih luas. Dalam kemitraan, inti kegiatannya dapat

berupa pelayanan langsung maupun bentuk lainnya yang berkaitan dengan

peningkatan fungsi posyandu, seperti pelatihan, orientasi, temu kerja, temu

konsultasi, sarasehan, supervisi, dan evaluasi serta penggerakan peran serta

masyarakat agar memperlihatkan posyandu sebagai unit pelayanan yang

membantu keluarga dalam pengembangan kualitas generasi masa depan.

34
A) Peranan partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam

bentuk menjalin kemitraan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin

kemitraan diantara masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan

berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, sampai

dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan

infrastruktur kesehatan (Notoatmodjo, 2010 dalam Subaris, 2016: 36).

Menurut Suharto dalam (Waryana, 2016: 190) Partisipasi masyarakat adalah

keterlibatan individu-individu anggota masyarakat untuk bertanggung jawab baik

mental maupun emosi terhadap tujuan pembangunan desa.

Menurut Dubois dan Miley (1992) dalam (Subaris, 2016: 36), ada tiga alasan

utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting :

a) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta program - program lain akan gagal.

b) Masyarakat akan mencapai proyek atau program jika merasa dilibatkan dalam

proses persiapan dan perencanaannya karena mereka akan lebih mengetahui

seluk beluk terhadap program tersebut.

c) Karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila

masyarakat dilibatkan pembangunan masyarakat mereka sendiri.

35
Sastropoetro (1988) dalam (Subaris Heru, 2016: 36), menyebutkan ada 10 buah

alasan tentang alasan pentingnya partisipasi :

1) Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai

2) Dengan partisipasi pelayanan atau servis dapat diberikan dengan biaya yang

murah

3) Partisipasi memiliki dasar yang sangat berarti untuk peserta karena menyangkut

kepada harga dirinya

4) Partisipasi merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya

5) Partisipasi mendorong timbulnya rasa tanggungjawab

6) Partisipasi menjamin, suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah

dilibatkan

7) Partisipasi menjamin, bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan benar

8) Partisipasi menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang

terdapat didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian

9) Partisipasi membebaskan orang dari ketergantungan kepada keahlian orang lain

10) Partisipasi lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan,

sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya.

B) Bentuk - bentuk kegiatan partisipasi

Dusseldrop, 1981 dalam (Waryana, 2016: 193) Bentuk - bentuk kegiatan

partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa :

1) Menjadi anggota kelompok - kelompok masyarakat

2) diri pada kegiatan diskusi kelompok

36
3) Melibatkan diri pada kegiatan - kegiatan organisasi untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat yang lain

4) Menggerakkan sumberdaya masyarakat

5) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan

6) Memanfaatkan hasil - hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

C) Faktor - faktor yang berhubungan dengan partisipasi

Solomon dalam Dubois dan Miley (1992) dalam (Subaris Heru, 2016: 46)

Faktor-faktor kontekstual seperti struktur ekonomi dan politik, nilai dan kepercayaan,

serta definisi peran, secara langsung atau tidak langsung mendukung atau

menghambat pemberdayaan. Yang dimaksud hambatan tidak langsung adalah bias,

stereotype, diskriminasi dan stigmatisasi. Sedangkan hambatan langsung adalah

keterampilan yang belum berkembang, dan sumber daya manusia yang dihasilkan

dari diskriminasi, struktur yang menghambat pendanaan atau adanya sanksi politik,

karena menjadi kendala alokasi sumber daya.

Watson dalam Adi (2003) dalam (Subaris Heru, 2016: 47) menjelaskan bahwa

hambatan-hambatan partisipasi berasal dari kepribadian individu, adalah

1) Kestabilan (homeostatis)

2) Kebiasaan (Habit)

3) Hal yang utama (primary)

4) Seleksi ingatan dan persepsi (selective perception and retention)

5) Ketergantungan (dependence)

6) Superego

37
7) Rasa tidak percaya diri (self - distrusr)

8) Rasa tidak „aman‟ dan regresi (insecurity and regression)

2.3.2 Partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu

Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya

bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama

masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita (Profil

Kesehatan RI 2017: 53).

Upaya meningkatkan peran dan fungsi Posyandu bukan hanya bertanggung

jawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk

kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain

sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak

masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat (Profil Kesehatan RI 2017: 54)

Pofil Kesehatan RI 2017: 54, kegiatan Posyandu. Kegiatan utama mencakup

yaitu :

1) Kesehatan ibu dan anak

2) Keluarga berencana

3) Imunisasi

4) Gizi

5) Pencegahan dan penanggulangan diare

38
Dalam Kurnia, 2019. Penelitian ini hasil ukur akan dihitung dengan kategori yaitu :

1) Aktif jika dalam 1 tahun terakhir ≥ 8x kunjungan

2) Tidak aktif jika 1 tahun terakhir < 8x kunjungan

2.3.3 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Achmadi, 2016: 117).

Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba (Triwibowo & Pusphandani, 2015: 36).

Menurut Notoatmodjo (2014: 138), Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

39
2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum, rumus, metode dan prinsip dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen - komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan dan mengelompokan.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi - formulasi yang ada.

40
6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Menurut Budiman dan Riyanto (2013: 11) dalam membuat kategori tingkat

pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti

masyarakat umum, yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%

2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%

Dalam penelitian ini hasil ukur akan dihitung dengan kategori :

1) Baik jika nilainya > 50%

2) Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%

2.3.4 Sikap (attitude)

Sikap adalah derajat efek positif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis.

Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap

dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka

terhadap suatu obyek. Sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang tersembunyi

yang terjadi secara disadari (Priyoto, 2015: 231).

41
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulasi atau obyek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakam suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku

(Achmadi, 2016: 118).

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2014: 141 - 142)

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Menurut Arikunto (1998) dalam Aspuah (2013) skoring untuk penarikan

kesimpulan ditentukan dengan membandingkan skor maksimal, skor maksimal 5 kali

jumlah soal. Cara menentukan skor yang dicapai adalah :

Skor yang dicapai


Skor = x 100%
Skor Maksimal

Kategori baik : 76 - 100 persen

Kategori cukup baik : 56 - 75 persen

Kategori kurang baik : 40 - 55 persen

Kategori tidak baik : < 40 persen

Dalam penelitian ini hasil ukur akan dihitung dengan kategori :

1) Baik : > (14,07) Mean

2) Tidak baik : ≤ (14,07) Mean (Hastono, 2016)

42
Menurut Budiman dan Riyanto (2013: 18), pengukuran sikap berbeda dengan

pengukuran pengetahuan jika peneliti ingin melakukan kajian mengenai sikap, maka

yang digunakan adalah skala Likert. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam menyusun pertanyaan dalam kuesioner sikap.

Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Ada

dua bentuk skala Likert yaitu pernyataan Positif yang diberi skor : 5, 4, 3, 2, dan 1.

Sementara pernyataan Negatif diberi skor : 1, 2, 3, 4, dan 5.

Makna dari skor diatas adalah seperti berikut ini :

1) Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) :5

Setuju (S) :4

Kurang Setuju (KS) :3

Tidak Setuju (TS) :2

Sangat Tidak Setuju :1

2) Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) :1

Setuju (S) :2

Kurang Setuju (KS) :3

Tidak Setuju (TS) :4

Sangat Tidak Setuju :5

43
Menurut Hastono (2016: 100) untuk mengetahui suatu data berdistribusi

normal, ada 3 (tiga) cara untuk mengetahui yaitu :

1) Dilihat dari grafik histogram dan kurva normal, bila bentuknya menyerupai bel

shape, berarti distribusi normal.

2) Menggunakan nilai Skewness dan standar errornya, bila nilai skewness dibagi

standar errornya menghasilkan angka ≤ 2, maka distribusinya normal.

3) Uji kolmogorov smirnov, bila hasil uji tidak signifikan (Pvalue > 0,05) maka

distribusi normal. Namun jika uji kolmogorov sangat sensitif dengan jumlah

sampel, maksudnya untuk jumlah sampel yang besar uji kolmogorov cenderung

menghasilkan uji yang signifikan (yang artinya bentuk distribusinya tidak

normal

Dalam penelitian ini hasil ukur yang akan dihitung dengan kategori sebagai berikut :

1) Baik : > Mean (14,07)

2) Tidak baik : ≤ Mean (14,07)

2.3.5 Pekerjaan

Menurut (Mubarak, 2011), pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang

dirancang untuk dikerjakan oleh satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan

gaji menurut kualifikasi dan berat - ringannya pekerjaan tersebut. Lingkungan

pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut (Achmadi, 2013), bekerja itu dalam arti yang sangat mendasar adalah

kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mempertahankan hidup seseorang atau

44
sekelompok orang dalam suatu lingkungan tertentu dimana melalui kegiatan tersebut

mereka dapat menemukan jati diri (ektensi) mereka, Karl max mengatakan bahwa

bekerja merupakan aktivitas yang sangat hakiki bagi manusia mengekspresikan

segala sasaran, kebebasan manusia beraksi, sarana, menciptakan produksi, dan

membentuk jaringan sosial.

Dalam penelitian ini hasil ukur yang akan dihitung dengan kategori sebagai berikut :

1). Bekerja

2). Tidak Bekerja

2.3.6 Pendidikan

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni : Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

prosespembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara (Waryana, 2016: 321).

Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu

penting untuk menunjang program - program kesehatan yang lain. Lawrence Green

menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor

pokok yaitu faktor predisposisi, faktor yang mendukung, dan faktor yang

memperkuat atau mendorong atau penguat. Oleh sebab itu pendidikan dalam

kesehatan upaya intervensi perilaku harus diarahkan pada tiga faktor pokok tersebut

(Notoatmodjo, 2014: 109).

45
(UU RI No. 13 Tahun 2015) Penelitian ini hasil ukur akan dihitung dengan

kategori :

1) Tinggi jika ≥ SMA

2) Rendah jika < SMA

46
2.4 Penelitian Terkait

Tabel 2.1
Penelitian Terkait
No Nama Peneliti Desain Peneliti Hasil Peneliti Perbedaan Penelitian
dan Judul
Peneliti
1. Penelitian Penelitian ini adalah Hasil penelitian Desain penelitian
yang dilakukan deskriptif korelasi, ini menunjukan menggunakan metode
oleh Nila Eriza penelitian ini responden kuantitatif dengan
Sativa (2017) dilakukan untuk dengan pendekatan survei
“Faktor-faktor menganalisis korelasi pengetahuan analitik melalui studi
yang antara variabel baik dan kurang cross sectional sampel
Berhubungan independen (faktor baik (33,8%), dalam penelitian 96
dengan pengetahuan, tingkat orang responden.
Keaktifan Ibu pendidikan, pekerjaan, pendidikan Variabel yang diteliti
Balita dalam peran kader, dan tinggi (57,1%), yaitu : pengetahuan,
Kegiatan sosial ekonomi) dan bekerja (64,9%), pendidikan, pekerjaan,
Posyandu di variabel dependen kader berperan sikap, peran kader
Dusun Mlangi (keaktifan kunjungan aktif (68,8%), dengan partisipasi ibu
Kabupaten ibu ke posyandu). sosial ekonomi dalam kegiatan
Sleman” Pendekatan yang tinggi (51,9%), Posyandu di wilayah
digunakan adalah responden aktif kerja Kelurahan 23 Ilir
Cross Sectional yaitu keposyandu Palembang 2019.
variabel sebab dan (53,2%).
akibat. Populasi dalam
penelitian sebanyak
77 orang secara
Proportional Random
Sampling.
Pengambilan data
menggunakan
kuesioner. Hubungan
kedua variabel di uji
dengan menggunakan
rumus Chi-Square.
2. Penelitian Penelitian ini bersifat Ada hubungan Desain penelitian
yang dilakukan observasional yang bermakna menggunakan metode
oleh Nur Ain Deskriptif dengan antara usia, kuantitatif dengan
Oliviana pendekatan Cross tingkat pendekatan survei
Hasan (2013) Sectional. Populasi pengetahuan, analitik melalui studi
“Faktor-faktor dalam penelitian ini tingkat pekerja, cross sectional sampel

47
yang adalah seluruh ibu tingkat dalam penelitian 96
Berhubungan yang mempunyai pendidikan dan orang responden.
dengan balita (bayi usia 1-5 dukungan tokoh Variabel yang diteliti
Partisipasi Ibu tahun) pemilihan masyarakat yaitu : pengetahuan,
Balita dalam sampel penelitian ini dengan pendidikan, pekerjaan,
Kegiatan menggunakan total partisipasi ibu sikap, peran kader
Posyandu di sampling. Yang balita dalam dengan partisipasi ibu
Kelurahan menjadi variabel kegiatan dalam kegiatan
Kayumerah bebas adalah faktor posyandu Posyandu di wilayah
Kecamatan internal (usia, kerja Kelurahan 23 Ilir
Limboto pengetahuan) dan Palembang 2019.
Kabupaten faktor eksternal
Gorontalo”. (pendidikan, status
pekerjaan dukungan
tokoh masyarakat) dan
variabel terikat adalah
: partisipasi ibu.
Pengambilan data
menggunakan
kuesioner. Pengujian
hipotesis penelitian uji
statistic dengan uji
Chi Square.
3. Penelitian Desain penelitian ini Hasil penelitian Desain penelitian
yang dilakukan menggunakan metode ini ada pengaruh menggunakan metode
oleh Ita (2015) kuantitatif, jenis antara status kuantitatif dengan
dengan judul penelitian survey bekerja ibu, pendekatan survei
“Faktor – analitik dengan tingkat analitik melalui studi
faktor yang pendekatan cross pengetahuan ibu cross sectional sampel
Mempengaruhi sectional. Sampel dan kebutuhan dalam penelitian 96
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini yang dirasakan orang responden.
Balita ke berjumlah 130 ibu ibu balita dalam Variabel yang diteliti
Posyandu balita. Tehnik pelayanan yaitu : pengetahuan,
Kuncursari di pengambilan sampel diposyandu, pendidikan, pekerjaan,
Dukuh accidental sampling, sedangkan umur sikap, peran kader
Tegaltandan dan sampel berjumlah ibu, pendidikan dengan partisipasi ibu
Desa 64 responden ibu dan jarak dalam kegiatan
Banguntapan diwilayah kerja posyandu tidak Posyandu di wilayah
Kabupaten Kencursari di Dukuh ada pengaruh, kerja Kelurahan 23 Ilir
Bantul Tegaltandan Desa dan status Palembang 2019.
Banguntapan bekerja ibu lebih
Kabupaten Bantul. berpengaruh 7

48
kali terhadap
partisipasi ibu
balita ke
posyandu
Kencuransari I
4. Penelitian Desain penelitian ini Hasil penelitian Desain penelitian
yang dilakukan adalah penelitian non- ini peran kader menggunakan metode
oleh Laksmita experimental dengan di posyandu kuantitatif dengan
(2018) “Faktor pendekatan cross wilayah kerja pendekatan survei
– faktor yang sectional. Populasi Puskesmas analitik melalui studi
Berhubungan dalam penelitian ini Sangkrah cross sectional sampel
dengan adalah seluruh ibu termasuk dalam penelitian 96
Tingkat yang mempunyai anak kategori baik orang responden.
Kehadiran usia 0-59 bulan yang yaitu 228 Variabel yang diteliti
Balita di bertempat tinggal di responden yaitu : pengetahuan,
Posyandu wilayah kerja (83,8%), pendidikan, pekerjaan,
Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah dukungan sikap, peran kader
Puskesmas sebanyak 3236 balita. keluarga 234 dengan partisipasi ibu
Sangkrah” Pemilihan sampel responden dalam kegiatan
menggunakan (86,0%), Posyandu di wilayah
proportional random motivasi ibu 225 kerja Kelurahan 23 Ilir
sampling sebanyak responden Palembang 2019.
272 responden. (82,7%), dan
Analisis bivariat status pekerja
menggunakan chi- 190 responden
square. (69,9%).

49
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pendapatan keluarga
4. Pengetahuan
5. Sikap
sdfghjkl
6. Riwayat penyakit
keluarga

Faktor Pendukung
1. Biaya
2. Informasi kesehatan Perilaku Kesehatan
3. Pelayanan kesehatan
4. Media informasi

Faktor penguat
1. Keluarga
2. Teman
3. Guru
4. Petugas Kesehatan

Sumber : Priyoto (2015)

50
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan

survei analitik dan metode cross sectional atau studi potong lintang. Menurut

Notoatmodjo (2018: 37) cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor - faktor resiko dengan efek, dengan suatu pendekatan,

observasi atau dengan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach) artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan. Dengan subyek penelitian ini untuk memberikan gambaran secara lebih

jelas tentang masalah pada subyek pengumpulan data, data akan dilanjutkan dengan

metode kuantitatif untuk menjelaskan atau mengetahui faktor - faktor yang

berhubungan dengan partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi Posyandu di wilayah kerja

Kelurahan 23 Ilir Palembang. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 14 -

24 Juni Tahun 2019.

51
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018: 115) Populasi merupakan keseluruhan objek yang

ingin diteliti. Bailey (1978) menyatakan populasi atau universe ialah jumlah

keseluruhan dari unit analisis, sedangkan Spiegel (1961) menyatakan pula bahwa

populasi adalah keseluruhan unit (yang telah ditetapkan) mengenai dan dari mana

informasi yang diinginkan (Yusuf, 2014: 147). Pada penelitian ini yang menjadi

populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang berjumlah 469 orang di

Posyandu diwilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

3.3.2 Sampel penelitian

Menurut Yusuf (2014: 150) secara sederhana dapat dilakukan, bahwa sampel

adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Sebagian

dan mewakili dalam batasan di atas merupakan dua kata kunci dan merujuk kepada

semua ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing - masing

karakteristiknya. Seandainya populasi itu mempunyai 10 karakteristik atau ciri

tertentu, maka sebagian dan mewakili dalam hal ini hendaklah mencakup kesepuluh

karakteristik tertentu, dan dari masing - masing karakteristik diambil dari sebagian

kecil sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam menentukan besarnya ukuran

sampel. Disamping itu perlu diperhatikan pula teknik analisis yang akan digunakan

sehingga data yang terkumpul dapat diolah dengan teknik yang tepat.

52
Pada penelitian ini jumlah sampel diperoleh berdasarkan rumus Slovin

(Riduwan, 2013:71) sebagai berikut :

N
n=
2
N.d + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d² = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Maka besar sampel dihitung menggunakan rumus :

N
n=
N.d² + 1

469
n=
469.0,1² + 1

469
n=
5,69

s = 82,42 = 82

Dari perhitungan diatas, maka jumlah sampel sebanyak 82 responden.

Menentukan ukuran sampel dengan teknik proportional random sampling, teknik ini

merupakan pengembangan dari stratified random sampling, dimana jumlah sampel

masing - masing strata sebanding dengan jumlah anggota populasi pada masing -

53
masing stratum populasi (Yusuf, 2014: 162). Secara sederhana dapat digunakan

rumus :

Jumlah masing - masing kelompok


Sampel = x Besar Sampel
Jumlah total

Tabel 3.1
Menentukan ukuran sampel setiap Posyandu yang ada di wilayah kerja
Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2018

No Nama Posyandu Jumlah Perhitungan Jumlah


populasi sampel
1 Mawar Merah 90 90/469 x 82 = 15,73 16
2 Melati 182 182/469 x 82 = 31,82 32
3 Boegenvil 197 197/469 x 82 = 34,44 34
Jumlah 82
Sumber : Laporan bulanan Posyandu Kelurahan 23 Ilir Palembang 2018

3.3.3 Teknik pengambilan sampel

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu

pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan pengambilan

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian (Notoatmodjo, 2018: 125)

3.3.4 Kriteria sampel

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri - ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang di dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018:

130).

54
Kriteria inkluasi penelitian ini adalah :

1) Ibu yang tinggal di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang

2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian

3) Ibu dalam keadaan sehat yang bisa berkomunikasi dengan peneliti

4) Memahami bahasa Indonesia, dan

5) Ada pada saat penelitian.

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri - ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018: 130).

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah

1) Ibu yang tidak tinggal di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang

2) Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian

3) Ibu dalam keadaan sakit dan tidak bisa berkomunikasi dengan peneliti

4) Tidak memahami bahasa Indonesia, dan

5) Tidak ada pada saat penelitian.

55
3.4 Kerangka Konsep

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
Partisipasi Ibu dalam
2. Pendidikan
Kegiatan Posyandu
3. Pekerjaan
4. Sikap

56
3.5 Definisi Operasional

Bagan 3.2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional ukur

1. Partisipasi Perilaku seorang Wawancara Kuesioner 1. Aktif jika Ordinal


ibu dalam ibu yang dalam 1 tahun
kegiatan membawa terakhir ≥ 8x
posyandu anaknya ke kunjungan
Posyandu setiap 2. Tidak aktif
bulan untuk jika 1 tahun
kegiatan terakhir < 8x
Posyandu kunjungan
(Kurnia,
2019: 110)
2. Pengetahuan Tingkat Wawancara Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
pemahaman nilainya >
yang dimiliki 50%
oleh seorang ibu 2. Kurang Baik
tentang kegiatan jika nilainya
Posyandu yang ≤ 50%
diketahui nilai
jawabannya (Budiman dan
terhadap Riyanto,
sejumlah 2013: 11)
pertanyaan
3. Pendidikan Pencapaian Wawancara Kuesioner 1. Tinggi jika ≥ Ordinal
tingkat SMA
pendidikan 2. Rendah, jika
formal yang < SMA
dapat (UU RI No.
diselesaikan 13 Tahun
oleh ibu 2015)
4. Pekerjaan Status kegiatan Wawancara Kuesioner 1. Bekerja Ordinal
ibu 2. Tidak
menghasilkan Bekerja
pendapatan
untuk memenuhi

57
kebutuhan
sehari-hari
5. Sikap Respon ibu Wawancara Kuesioner 1. Baik : jika Ordinal
terhadap skor > mean
pernyataan yang (15,23)
diberikan 2. Tidak baik :
tentang kegiatan jika skor ≤
Posyandu mean (15,23)
(Hastono,
2016)

3.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan (Sugiyono, 2016: 63).

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1) Ada hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi ibu dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

2) Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

3) Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

4) Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

58
3.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2016: 224).

3.7.1 Data primer

Data primer adalah sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi

utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di

lapangan (Sumantri A, 2011: 226). Sumber data penelitian ini diperoleh dari data

primer yaitu data yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang diberikan langsung

kepada responden penelitian. Berupa kuesioner tentang partisipasi ibu dalam kegiatan

posyandu, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap, peran kader.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden dengan cara

menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan yang terstruktur dilakukan sesuai

kebutuhan yang diperlakukan untuk variabel bebas dan terikat.

3.7.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari

dan mengumpulkan. Data sekunder terkait dengan sumber selain dokumen langsung

yang menjelaskan tentang suatu gejala. Informasi (subjek) adalah salah satu sumber

sekunder, sebagai sumber bergerak yang dapat memberikan keterangan mendalam

(indepth) terkait dengan permasalahan yang diteliti selain itu, juga data yang sudah

tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan (Sumantri A, 2011: 224).

59
Data sekunder dalam penelitian ini dari Profil, laporan bulanan data cakupan

kunjungan posyandu di wilayah kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang dan jumlah

responden penelitian.

3.8 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah.

Jenis penelitian berupa angket, checklist, pedoman wawancara, pedoman

pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium dan lain-lain. Pemilihan instrumen

penelitian sangat ditentukan oleh : objek penelitian, sumber data, waktu, dan

danayang tersedia, jumlah tenaga peneliti, teknik yang akan digunakan untuk

mengolah data (Saryono, 2012: 85).

Alat pendukung pegumpulan data dalam penelitian ini adalah Kuesioner yang

berfungsi untuk pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti kepada informan

untuk keperluan peneliti. Peneliti menggunakan kuesioner dari penelitian terdahulu

yaitu Masroah “Faktor – faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu yang

mempunyai bayi dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Lago

Tahun 2010.

3.9 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018: 176-178) proses pengolahan data ini melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

60
1) Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan,,

penyunting (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

2) Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng

“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat

berguna dalam memasukan data (data entry).

3) Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

“software” komputer. Software computer ini bermacam-macam, masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu program yang paling

sering digunakan untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS.

4) Pembersihan Data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidak lengkapan, dan selanjutnya kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

61
3.10 Analisis data

Menurut Yusuf (2014: 225) analisis data merupakan salah satu langkah dalam

kegiatan penelitian yang sangat menentukan ketepatan dan keabsahan hasil

penelitian. Menurut Notoatmodjo (2018: 182-183) analisis data suatu penelitian,

biasanya melalui prosedur bertahap antara lain :

3.10.1 Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis

datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar

deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari tiap variabel.

Dalam penelitian ini data univariat nya berupa distribusi frekuensi dari

pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap, dan partisipasi ibu dalam kegiatan

posyandu.

3.10.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis bivariat ini dilakukan beberapa tahap

yaitu :

a) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi silang

antara dua variabel yang bersangkutan.

62
b) Analisis dari hasil uji statistik (chi-square test, Z tes, t test dan sebagainya).

Melihat dari hasil uji statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan 2

variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.

c) Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan melihat Odd

Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan

antara dua variabel yang diuji.

Menurut di dalam buku Sugiyono (2017: 107) rumus dasar dari chi square

kuadrat adalah :

( )

Keterangan :

X2 : Chi Kuadrat

f0 : Frekuensi Observasi

fh : Frekuensi Harapan

Dalam penelitian ini derajat kepercayaan yang digunakan tersebut adalah 95%

dengan α sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika Pvalue ≤ 0,05 disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) atau menunjukan ada

hubungan antara variabel yang diteliti sedangkan, jika Pvalue > 0,05 berarti hasil

perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara variabel yang diteliti.

63
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas

4.1.1 Sejarah singkat Puskesmas 23 Ilir Palembang

Puskesmas 23 Ilir merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di Kecamatan

Bukit Kecil yang terletak di Jl. Datuk M Akib No. 100. Berdiri pada tahun 1984

(Proyek Inpres) dan sudah direnovasi pada tahun 2006 dan pada 2017 Puskesmas 23

Ilir Palembang mengalami renovasi kembali.

Puskesmas 23 Ilir mempunyai 2 wilayah kerja yang terdiri dari, yaitu :

Kelurahan 23 Ilir dan Kelurahan 24 Ilir. Dengan luas wilayah 6043 KM dan sebagian

besar penduduknya bermukim di rumah susun (8 Blok wilayah 23 Ilir

Selama berdirinya Puskesmas 23 Ilir telah beberapa kali mengalami pergantian

pimpinan dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Pimpinan Puskesmas 23 Ilir dari Tahun 1997 - sekarang

No Nama Pimpinan Periode Tahun


1 Dr. Fade Fatimah 1997 – 1998
2 Dr. Yulia Darlina 1999 – 2006
3 Drg. Lasma Evy Lani, M.Kes 2006 – 2009
4 Drg. Endah Wulandari 2009 - 2015
5 Dr. Hj. Salmah Hamid, MM 2015 – 2018
6 Ferri Sinatra, SKM, M.Si 2018 – Sekarang
Sumber : Profil Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2018

64
4.1.2 Visi dan Misi Puskesmas 23 Ilir Palembang

4.1.2.1 Visi

Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di wilayah kerja

Puskesmas 23 Ilir Palembang.

4.1.2.2 Misi

1) Meningkatkan kemitraan pada semua pihak

2) Meningkatkan profesionalisme seluruh petugas Puskesmas

3) Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima

4) Memasyarakatkan Paradigma Sehat dan memberdayakan Masyarakat/Kelu

arga dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada

4.1.3 Letak geografi

Wilayah kerja Puskesmas 23 Ilir terdiri dari dataran rendah dan pinggiran

sungai (Parit Besar). Puskesmas 23 Ilir terletak ditepi jalan untuk mencapai

Puskesmas 23 Ilir relatif lebih mudahkarena dilalui oleh kendaraan umum dan juga

dengan berjalan kaki, sehingga transportasi lancar karena letaknya ditengah Kota.

Tabel 4.2
Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang

No Kelurahan Jumlah Posyandu


1 23 Ilir 3
2 24 Ilir 11

Puskesmas 23 Ilir mempunyai batas wilayah :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan 20 Ilir

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan 22 Ilir

65
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan 18 Ilir

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan 26 Ilir

4.1.4 Fasilitas pelayanan kesehatan

a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA/KB)

 Ibu hamil (Bumil), Ibu Bersalin (Bulin), Ibu nifas (Bufas), Ibu menyusui

Busui)

 KB melayani IUD, Implant, Pil, Suntikan dan Kondom

b) Pelayanan Pengobatan

 Pengobatan umun

 Pengobatan gigi

 Rujukan

c) Penyuluhan Kesehatan

 Penyuluhan di Puskesmas

 Penyuluhan di Posyandu

 Penyuluhan di SD/SLTP

 Penyuluhan di Kelurahan

d) Pelayanan Laboratorium

 Pemeriksaan HB

 Pemeriksaan Trombosit

 Tes kehamilan

 Pemeriksaan Protein urin

 Pemeriksaan Golongan darah

66
 Pemeriksaan Dahak BTA

e) Gilingan Emas

1). Gizi

 Pemberian Vit. A dan garam beryodium

 Uji klinik garam beryodium

 Konsultasi balita BGM dan Obesitas

2). Pelayanan Imunisasi (Setiap hari kamis)

 BCG

 Polio

 DPT,HB,HIB ( Pentavalent)

 Hepatitis B

 Campak

 TT calon pengantin & TT Bumil

 Anti Tetanus Serum

3). Pelayanan Sanitasi

 Memberikan konsultasi / penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan

 Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, sarana air bersih,

pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

f) Klinik IMS

Klinik ini dimulai pada Tahun 2009 bekerjasama dengan Global Fun (GF)

Puskesmas 23 Ilir ini mempunyai wilayah kerja yang merupakan daerah rawan untuk

67
kasus IMS Wilayah kerja Puskesmas 23 Ilir penduduknya sangat dinamis dan

merupakan daerah transit (Khusus Rusun).

Program IMS melayani:

 Kegiatan Kespro

 P2 Kelamin

 Penyuluhan

 Sero Survei (kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota)

g) Lain-lain

 Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS (FDC)

 Pelayanan pengobatan Kusta

 Pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekali

 Usaha kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD, SMP

 Pelaksanaan BIAS dilakukan 1 tahun sekali pada murid kelas 1,2 dan kelas

3 SD.

4.2 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian di peroleh distribusi frekuensi responden menurut semua

variabel penelitian, baik variabel dependen (partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu)

maupun dari variabel independen (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan sikap)

yang dikumpulkan dalam tabel dan teks seperti dibawah ini :

68
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Partisipasi Ibu dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

Variabel Partisipasi Ibu dalam


No Frekuensi (F) Persentase (%)
Kegiatan
1 Aktif 30 36,6
2 Tidak Aktif 52 63,4
Total 82 100,0
Sumber :Penelitian Pariwara Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel partisipasi

ibu dalam kegiatan Posyandu, yang menunjukan bahwa dari 82 responden, responden

yang aktif partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu sebanyak 30 responden (36,6%)

lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak aktif partisipasi ibu dalam

kegiatan Posyandu sebanyak 52 responden (63,4%).

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pengetahuan Ibu dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

No Variabel Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Baik 33 40,2
2 Kurang Baik 49 59,8
Total 82 100,0
Sumber :Penelitian Pariwara Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel

pengetahuan, yang menunjukan bahwa dari 82 responden, responden yang

menyatakan memiliki pengetahuan baik sebanyak 33 responden (40,2%) lebih sedikit

69
dibandingkan dengan responden yang menyatakan memiliki pengetahuan kurang baik

berjumlah 49 responden (59,8%).

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan Ibu dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

No Variabel Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Tinggi 30 36,6
2 Rendah 52 63,4
Total 82 100,0
Sumber :Penelitian Pariwara Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel pendidikan ,

yang menunjukkan bahwa dari 82 responden, responden dengan pendidikan tinggi

sebanyak 30 responden (36,6%), lebih sedikit dibandingkan responden dengan

pendidikan yang rendah sebanyak 52 responden (63,4%).

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pekerjaan Ibu dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

No Variabel Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Bekerja 39 47,6
2 Tidak Bekerja 43 52,4
Total 82 100,0
Sumber :Penelitian Pariwara Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel pekerjaan

yang menunjukan bahwa dari 82 responden yang bekerja sebanyak 39 responden

(47,6%) lebih banyak dibandingkan dengan responden tidak bekerja berjumlah 43

responden (52,4%).

70
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Sikap Ibu dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

No Variabel Sikap Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Baik 44 53,7
2 Kurang Baik 38 46,3
Total 82 100,0
Sumber :Penelitian Pariwara Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel sikap, yang

menunjukan bahwa dari 82 responden yang menyatakan memiliki sikap baik

berjumlah 44 responden (53,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

menyatakan memiliki sikap kurang baik berjumlah 38 responden (46,3%).

4.2.1 Hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi Ibu

Tabel 4.7
Hubungan antara Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

Partisipasi Ibu
Variabel Jumlah
No Aktif Tidak Aktif P Value OR
Pengetahuan
N % N % N %
1 Baik 18 54,5 15 45,5 33 100 0,011 3,700
2 Kurang Baik 12 24,5 37 75,5 49 100
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Sumber : Penelitian Pariwara Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.7 Didapatkan hasil yang menunjukan bahwa dari 82

responden, responden yang memiliki pengetahuan baik dan menyatakan aktif dalam

partisipasi ibu berjumlah 18 responden (54,5%), lebih besar dibandingkan dengan

71
responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi menyatakan aktif dalam

partisipasi ibu berjumlah 12 responden (24,5%). Sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan baik tetapi menyatakan tidak aktif dalam pasrtisipasi ibu berjumlah 15

responden (45,5%), lebih kecil dibandingkan pengetahuan kurang baik tetapi

menyatakan tidak aktif dalam partisipasi ibu berjumlah 37 responden (75,5%).

Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,011, ini berarti ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu

di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR = 3,700 artinya ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik mempunyai

peluang 3,700 kali lebih tinggi untuk tidak aktif dalam partisipasi ibu.

4.2.2 Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi Ibu

Tabel 4.8
Hubungan antara Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

Partisipasi Ibu
Variabel Jumlah
No P Value OR
Pendidikan Aktif Tidak Aktif
N % N % N %
1 Tinggi 16 53,3 14 46,7 30 100 0,031 3,102
2 Rendah 14 26,9 38 73,1 52 100
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Sumber : Penelitian Pariwara Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.8 Didapatkan hasil yang menunjukan bahwa dari 82

responden, responden yang memiliki pendidikan tinggi dan menyatakan aktif dalam

partisipasi ibu berjumlah 16 responden (53,3%), lebih besar dibandingkan dengan

72
responden yang memiliki pendididikan rendah tetapi menyatakan aktif dalam

partisipasi ibu berjumlah 14 responden (26,9%). Sedangkan responden yang memiliki

pendidikan tinggi tetapi menyatakan tidak aktif dalam partisipasi ibu berjumlah 14

responden (46,7%), lebih kecil dibandingkan pendidikan rendah tetapi menyatakan

tidak aktif dalam partisipasi ibu berjumlah 38 responden (73,1%).

Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,031, ini berarti ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu di

wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR = 3,102 artinya ibu yang memiliki pendidikan rendah mempunyai peluang

3,102 kali lebih tinggi untuk tidak aktif dalam partisipasi ibu.

4.2.3 Hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi Ibu

Tabel 4.9
Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

Partisipasi Ibu
Variabel Jumlah
No P Value
Pekerjaan Aktif Tidak Aktif
N % N % N %
1 Bekerja 18 46,2 21 53,8 39 100 0,138
2 Tidak Bekerja 12 27,9 31 72,1 43 100
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Sumber : Penelitian Pariwara Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.9 Didapatkan hasil yang menunjukan bahwa dari 82

responden, responden yang memiliki pekerjaan dan menyatakan aktif dalam

partisipasi ibu bekerja berjumlah 18 responden (46,2%), lebih besar dibandingkan

73
dengan responden yang tidak bekerja tetapi menyatakan aktif berjumlah 12 responden

(27,9%). Sedangkan responden yang bekerja tetapi menyatakan tidak aktif dalam

partisipasi ibu berjumlah 21 responden (53,8%), lebih kecil dibandingkan dengan

responden tidak bekerja tetapi menyatakan tidak aktif dalam partisipasi ibu berjumlah

31 responden (72,1%).

Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,138, ini berarti tidak ada hubungan

yang bermakna antara pekerjaan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

4.2.4 Hubungan antara sikap dengan partisipasi Ibu

Tabel 4.10
Hubungan antara Sikap dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Kelurahan 23
Ilir Palembang Tahun 2019

Partisipasi Ibu
Variabel Jumlah
No P Value
Sikap Aktif Tidak Aktif
N % N % N %
1 Baik 19 43,2 25 56,8 44 100 0,269
2 Kurang Baik 11 28,9 27 71,1 38 100
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Sumber : Penelitian Pariwara Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.10 Didapatkan hasil yang menunjukan bahwa dari 82

responden, responden yang memiliki sikap baik dan menyatakan aktif dalam

partisipasi ibu berjumlah 19 responden (43,2%), lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memiliki sikap kurang baik tetapi menyatakan aktif dalam partisipasi

ibu berjumlah 11 responden (28,9%). Sedangkan responden yang memiliki sikap

74
kurang baik tetapi menyatakan tidak aktif dalam partisipasi ibu berjumlah 25

responden (56,8%), lebih kecil dibandingkan sikap kurang baik tetapi menyatakan

tidak aktif dalam partisipasi ibu berjumlah 27 responden (71,1%).

Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,269, ini berarti tidak ada hubungan

yang bermakna antara sikap dengan partisipasi ibu yang memiliki balita dalam

kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan antara pengetahuan pada partisipasi Ibu Balita dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis hasil uji statistik didapatkan p value = 0,011 ini

berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi ibu balita

dalam kegiatan posyandu di Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019. Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR = 3,700 artinya ibu yang memiliki pengetahuan

kurang baik mempunyai peluang 3,700 kali lebih tinggi untuk tidak aktif dalam

partisipasi ibu.

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam

bentuk menjalin kemitraan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin

kemitraan diantara masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan

berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, sampai

dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan

infrastruktur kesehatan (Notoatmodjo, 2010 dalam Subaris, 2016: 36).

75
Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya

bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama

masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita (Profil

Kesehatan RI 2017: 53).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sativa (2017)

dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Balita dalam

Kegiatan Posyandu di Dusun Mlangi Kabupaten Sleman”. Hasil analisis statistik

dengan menggunakan uji statistic Chi Square didapatkan nilai p 0,000 artinya

terdapat hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi ibu balita.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi

bahwa pengetahuan yaitu salah satu faktor untuk memotivasi suatu perilaku atau

mempermudah terjadinya perilaku seseorang serta apabila ibu mempunyai

pengetahuan yang kurang terhadap partisipasi ibu dalam posyandu, maka ibu tersebut

akan membuat keputusan yang salah dalam hal partisipasi ibu dalam kegiatan

posyandu. Selain itu mereka juga bisa selalu memantau pertumbuhan dan

perkembangan bayinya setiap bulannya. Ketidak aktifan seorang ibu dalam mengikuti

kegiatan Posyandu disebabkan ketidaktahuan ibu akan pentingnya ikut serta dalam

kegiatan Posyandu, adanya pengetahuan yang kurang dan informasi yang kurang juga

menyebabkan ibu tidak pernah membawa bayinya ke Posyandu setiap bulan.

76
4.3.2 Hubungan antara pendidikan pada partisipasi Ibu Balita dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis bivariat hasil uji statistik didapatkan p value = 0,031

ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019. Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 3,102 artinya ibu yang memiliki pendidikan

rendah mempunyai peluang 3,102 kali lebih tinggi untuk tidak aktif dalam partisipasi

ibu.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni : Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Waryana, 2016: 321).

Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu

penting untuk menunjang program - program kesehatan yang lain. Lawrence Green

menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor

pokok yaitu faktor predisposisi, faktor yang mendukung, dan faktor yang

memperkuat atau mendorong atau penguat. Oleh sebab itu pendidikan dalam

kesehatan upaya intervensi perilaku harus diarahkan pada tiga faktor pokok tersebut

(Notoatmodjo, 2014: 109).

77
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015)

dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu

Kuncursari I di Dukuh Tegaltandan Desa Banguntapan Kabupaten Bantul” Hasil

analisis statistik dengan menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan nilai p

0,848 artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan partisipasi ibu balita.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa

pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap partisipasi ibu yang

mempunyai bayi dalam kegiatan Posyandu, responden yang tidak aktif dalam

kegiatan Posyandu lebih banyak terdapat yang di pendidikan rendah dibandingkan

dengan yang berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan rendah akan lebih sulit

memahami dan menyadari akan pentingnya kegiatan Posyandu dibandingkan dengan

ibu yang berpendidikan tinggi. Pendidikan yang kurang memadai dapat menyebabkan

informasi yang diterima juga sangat kurang, keterampilan mereka juga sangat terbatas

sehingga menyebabkan ibu tidak membawa bayinya ke Posyandu. Seorang ibu yang

berpendidikan tinggi biasanya lebih aktif dalam membawa bayinya ke Posyandu,

karena jenjang pendidikan yang dicapai seorang ibu dapat mempengaruhi perilaku

ibu dalam mengikuti suatu kegitan seperti Posyandu.

4.3.3 Hubungan antara pekerjaan pada partisipasi Ibu Balita dalam kegiatan Posyandu

di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019.

Berdasarkan hasil analisis bivariat hasil uji statistik didapatkan p value = 0,138

ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara yang memiliki pekerjaan dengan

78
partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang Tahun 2019.

Menurut (Mubarak, 2011), pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang

dirancang untuk dikerjakan oleh satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah

dan gaji menurut kualifikasi dan berat-ringannya pekerjaan tersebut. Lingkungan

pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut (Achmadi, 2013), bekerja itu dalam arti yang sangat mendasar adalah

kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mempertahankan hidup seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu lingkungan tertentu dimana melalui kegiatan tersebut

mereka dapat menemukan jati diri (ektensi) mereka, Karl max mengatakan bahwa

bekerja merupakan aktivitas yang sangat hakiki bagi manusia mengekspresikan

segala sasaran, kebebasan manusia beraksi, sarana, menciptakan produksi, dan

membentuk jaringan sosial.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015)

dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu

Kuncursari I di Dukuh Tegaltandan Desa Banguntapan Kabupaten Bantul” Hasil

analisis statistik dengan menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan nilai p

0,025 artinya terdapat hubungan antara pekerjaan dengan partisipasi ibu balita.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa

ibu yang tidak bekerja lebih teratur kunjungan Posyandu dari pada ibu yang bekerja.

Disebabkan ibu yang bekerja, pada saat kegiatan Posyandu berlangsung merupakan

79
jam kerja yang tidak bisa ditinggalkan sehingga jarang ibu bekerja dapat berkunjung

ke Posyandu.

4.3.4 Hubungan antara sikap pada partisipasi Ibu Balita dalam kegiatan Posyandu di

wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis bivariat hasil uji statistik didapatkan p value = 0,269

ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan Puskesmas 23 Ilir

Palembang Tahun 2019.

Sikap adalah derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu

obyek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini

sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak

suka terhadap suatu obyek. Sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang

tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari (Priyoto, 2015: 231).

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam

bentuk menjalin kemitraan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin

kemitraan diantara masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan

berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, sampai

dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan

infrastruktur kesehatan (Subaris, 2016: 36).

80
Upaya meningkatkan peran dan fungsi posyandu bukan hanya tanggung jawab

pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader.

Peran kader dalam penyelenggaraan posyandu sangat besar karena selain sebagai

pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat

untuk datang ke posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (Profil

Kesehatan RI 2017: 54)

Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Menyatakan sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk

reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,

mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan

sosial menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan

predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi

sikap dan tindakan yang sering kali jauh berbeda (Kholid, 2015: 23).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sativa (2017)

dengan judul “ Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Balita dalam

Kegiatan Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten Sleman” Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan nilai p 0,099 artinya tidak ada

hubungan antara sikap dengan partisipasi ibu balita.

Menurut hasil penelitian teori dan penelitian terkait maka peneliti berasumsi

bahwa sikap atau tingkah laku yang dapat suatu penyebab terhadap partisipasi ibu

balita. Apabila ibu dapat menunjukan sikap baik merespon dan menerima terhadap

suatu resiko dalam berpartisipasi pada kunjungan Posyandu dapat meningkatkan

81
kesehatan balita, namun sebaliknya ibu yang tidak menunjukkan sikap yang tidak

baik dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan tingkat kunjungan balita ke

Posyandu.

82
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang Tahun 2019. ( p value 0,011).

2) Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang Tahun 2019). (p value 0,031).

3) Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan partisipasi

ibu balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang Tahun 2019. (p value 0,138).

4) Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan partisipasi ibu

balita dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Kelurahan 23 Ilir

Palembang Tahun 2019. (p value 0,269).

83
5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan maka beberapa saran dapat dikemukakan

sebagai berikut :

5.2.1 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan untuk lebih

memperhatikan pentingnya partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu untuk lebih

meningkatkan penyuluh dan sosialisasi dalam bentuk leafleat atau spanduk tentang

hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya berpartisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu

untuk lebih mengerti dan memiliki kemauan untuk lebih memanfaatkan Posyandu.

5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Bagi STIK Bina Husada Palembang diharapkan sebagai acuan dan menambah

referensi literatur di perpustakaan dan bagi mahasiswa/i program studi kesehatan

masyarakat dalam kegiatan Posyandu balita, serta program studi lainnya yang

berhubungan dengan pentingnya partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu dan

menjalin kerjasama kepada pihak terkait seperti : Puskesmas dan instansi lainnya.

5.2.3 Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pengembangan bagi

peneliti selanjutnya untuk membahas tentang program Posyandu balita yang ada di

Puskesmas. Sehingga dapat ditemukan penyebab yang berhubungan dengan

partisipasi ibu balita selain bersumber dari masyarakat.

84
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2013.
Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta

Aspuah, Siti. 2013.


Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Nuha Medika:
Yogyakarta

Budiman dan Agus Riyanto. 2013.


Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2016.


Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2016. (http://dinkes.palemb
ang.go.id/, diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 10.30 WIB)

__________________________.2017.
Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2016. (http://dinkes.palemb
ang.go.id/, diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 12.00 WIB)

Hastono, Sutanto Priyo. 2016.


Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Rajawali Pers: Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2016.


Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. (http://www.depkes.go.id/, diakses
pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 14.15 WIB)

_____________________.2017.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. (http://www.depkes.go.id/, diakses
pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 16.05 WIB)

Kurnia, Rohmat. 2019.


POSYANDU Pedoman Pelaksanaan Posyandu, Kesehatan Masyarakat Desa
dan Kelurahan. Bee Media Pustaka: Jakarta Timur

Mubarak, Wahid Iqbal. 2011.


Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasinya dalam Kebidanan.
Salemba Medika: Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018.
Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

__________________.2012
Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Rineka Cipta: Jakarta

__________________.2014
Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Rineka Cipta: Jakarta

Nur, Ain Oliviana Hasan. 2013.


Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo (Online) Jurnal, S1Keperawatan UNG.
http://kim.ung.ac.id, diakses pada 16 Maret 2019 pukul 18.20 WIB

Oktiawati, Anisa, Erna Julianti dan Regina Natalia. 2016.


Pedoman Pelaksanaan Posyandu. Nuha Medika: Yogyakarta

Permata, Laksmita Dwi Intan. 2018


Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kehadiran Balita
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah. (http://eprints.ums.ac.id,
diakses pada tanggal 1 April 2019 pukul 10.20 WIB)

Priyoto. 2015.
Perubahan dalam Perilaku Kesehatan. Graha Ilmu: Yogyakarta

Profil Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2019

Puspitasari, Ita. 2015


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu
Kuncursari I di Dukuh Tegaltandan Desa Banguntapan Kabupaten Bantul. htt
p://digilib.unisayogya.ac.id, diakses pada 5 Mei 2019 pukul 16.00

Riduwan. 2013.
Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta: Bandung

Ryadi, Alexander Lucas Slamet. 2016.


Ilmu Kesehatan Masyarakat. ANDI: Yogyakarta

Sativa, Nila Eriza. 2017.


Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten Sleman (online).
http://digilib.unisayogya.ac.id, diakses pada 18 Maret 2019 pukul 11.15
WIB

Satrianegara, M. Fais.2014.
Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan : Teori dan Aplikasi dalam
Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Salemba Medika: Jakarta

Subaris, Heru. 2016.


Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat, dan Modal Sosial. Nuha
Medika: Yogyakarta

Sugiyono. 2016.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&O. Alfabeta: Bandung

Suhadi dan Rais Kardi. Muh, 2015.


Perencanaan Puskesmas. CV. Trans Info Media: Jakarta

Sumantri, Arif. 2011.


Metodelogi Penelitian Kesehatan. Kencana: Jakarta

Triwibowo, Cecep dan Mitha Erlisya Pusphandani. 2015.


Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha Medika: Yogyakarta

UU RI NO 13 Tahun 2015
UU RI NO 13 Tahun 2015. http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id, diaks
es tanggal 12 Mei 2019 pukul 15.40 WIB

Yusuf, A Muri. 2013.


Metode Penelitian Kuaantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Prenada
Grup: Jakarta

Waryana. 2016.
Promosi Kesehatan Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Nuha
Medika: Yogyakarta
UJI NORMALITAS

SIKAP

Descriptives

Statistic Std. Error

SIKAP Mean 15.23 .329

95% Confidence Interval for Lower Bound 14.58


Mean
Upper Bound 15.89

5% Trimmed Mean 15.15

Median 16.00

Variance 8.872

Std. Deviation 2.979

Minimum 11

Maximum 23

Range 12

Interquartile Range 5

Skewness .203 .266

Kurtosis -.935 .526


Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

SIKAP .176 82 .000 .933 82 .000

a. Lilliefors Significance Correction


ANALISIS UNIVARIAT

Frequencies

PARTISIPASI IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid AKTIF 30 36.6 36.6 36.6

TIDAK AKTIF 52 63.4 63.4 100.0

Total 82 100.0 100.0


Frequencies

PENGETAHUAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 33 40.2 40.2 40.2

KURANG BAIK 49 59.8 59.8 100.0

Total 82 100.0 100.0


Frequencies

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TINGGI 30 36.6 36.6 36.6

RENDAH 52 63.4 63.4 100.0

Total 82 100.0 100.0


Frequencies

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BEKERJA 39 47.6 47.6 47.6

TIDAK BEKERJA 43 52.4 52.4 100.0

Total 82 100.0 100.0


Frequencies

SIKAP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 44 53.7 53.7 53.7

KURANG BAIK 38 46.3 46.3 100.0

Total 82 100.0 100.0


ANALISIS BIVARIAT
CROSSTABS /TABLES=PENGETAHUAN PENDIDIKAN PEKERJAAN SIKAP BY PARTISIPASI_IBU
/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PENGETAHUAN * 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%


PARTISIPASI IBU

PENDIDIKAN * 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%


PARTISIPASI IBU

PEKERJAAN * PARTISIPASI 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%


IBU

SIKAP * PARTISIPASI IBU 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%


PENGETAHUAN * PARTISIPASI IBU

Crosstab

PARTISIPASI IBU

AKTIF TIDAK AKTIF Total

PENGETAHUAN BAIK Count 18 15 33

Expected Count 12.1 20.9 33.0

% within PENGETAHUAN 54.5% 45.5% 100.0%

KURANG BAIK Count 12 37 49

Expected Count 17.9 31.1 49.0

% within PENGETAHUAN 24.5% 75.5% 100.0%

Total Count 30 52 82

Expected Count 30.0 52.0 82.0

% within PENGETAHUAN 36.6% 63.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 7.678 1 .006

b
Continuity Correction 6.437 1 .011

Likelihood Ratio 7.673 1 .006

Fisher's Exact Test .010 .006

Linear-by-Linear Association 7.584 1 .006

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,07.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for 3.700 1.438 9.522


PENGETAHUAN (BAIK /
KURANG BAIK)

For cohort PARTISIPASI IBU 2.227 1.245 3.986


= AKTIF

For cohort PARTISIPASI IBU .602 .401 .904


= TIDAK AKTIF

N of Valid Cases 82
PENDIDIKAN * PARTISIPASI IBU

Crosstab

PARTISIPASI IBU

AKTIF TIDAK AKTIF Total

PENDIDIKAN TINGGI Count 16 14 30

Expected Count 11.0 19.0 30.0

% within PENDIDIKAN 53.3% 46.7% 100.0%

RENDAH Count 14 38 52

Expected Count 19.0 33.0 52.0

% within PENDIDIKAN 26.9% 73.1% 100.0%

Total Count 30 52 82

Expected Count 30.0 52.0 82.0

% within PENDIDIKAN 36.6% 63.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 5.720 1 .017

b
Continuity Correction 4.638 1 .031

Likelihood Ratio 5.666 1 .017

Fisher's Exact Test .031 .016

Linear-by-Linear Association 5.650 1 .017

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,98.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PENDIDIKAN 3.102 1.208 7.968


(TINGGI / RENDAH)

For cohort PARTISIPASI IBU 1.981 1.133 3.465


= AKTIF

For cohort PARTISIPASI IBU .639 .421 .969


= TIDAK AKTIF

N of Valid Cases 82
PEKERJAAN * PARTISIPASI IBU

Crosstab

PARTISIPASI IBU

AKTIF TIDAK AKTIF Total

PEKERJAAN BEKERJA Count 18 21 39

Expected Count 14.3 24.7 39.0

% within PEKERJAAN 46.2% 53.8% 100.0%

TIDAK BEKERJA Count 12 31 43

Expected Count 15.7 27.3 43.0

% within PEKERJAAN 27.9% 72.1% 100.0%

Total Count 30 52 82

Expected Count 30.0 52.0 82.0

% within PEKERJAAN 36.6% 63.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 2.935 1 .087

b
Continuity Correction 2.201 1 .138

Likelihood Ratio 2.948 1 .086

Fisher's Exact Test .110 .069

Linear-by-Linear Association 2.899 1 .089

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,27.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PEKERJAAN 2.214 .885 5.538


(BEKERJA / TIDAK
BEKERJA)

For cohort PARTISIPASI IBU 1.654 .919 2.977


= AKTIF

For cohort PARTISIPASI IBU .747 .529 1.055


= TIDAK AKTIF

N of Valid Cases 82
SIKAP * PARTISIPASI IBU

Crosstab

PARTISIPASI IBU

AKTIF TIDAK AKTIF Total

SIKAP BAIK Count 19 25 44

Expected Count 16.1 27.9 44.0

% within SIKAP 43.2% 56.8% 100.0%

KURANG BAIK Count 11 27 38

Expected Count 13.9 24.1 38.0

% within SIKAP 28.9% 71.1% 100.0%

Total Count 30 52 82

Expected Count 30.0 52.0 82.0

% within SIKAP 36.6% 63.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 1.781 1 .182

b
Continuity Correction 1.220 1 .269

Likelihood Ratio 1.797 1 .180

Fisher's Exact Test .251 .135

Linear-by-Linear Association 1.759 1 .185

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,90.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for SIKAP (BAIK / 1.865 .743 4.683


KURANG BAIK)

For cohort PARTISIPASI IBU 1.492 .817 2.725


= AKTIF

For cohort PARTISIPASI IBU .800 .576 1.110


= TIDAK AKTIF

N of Valid Cases 82
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai