Anda di halaman 1dari 134

SKRIPSI

FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, DAN REINFORCING


YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN
MASYARAKAT DALAM POSBINDU PTM DI DESA
TUGUREJO SLAHUNG PONOROGO

Oleh:
AINA TAHTA AFIANA
NIM: 201503003

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
20
SKRIP

FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, DAN


REINFORCING YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT DALAM POSBINDU
PTM DI DESA TUGUREJO SLAHUNG PONOROGO

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh:
AINA TAHTA AFIANA
NIM: 201503003

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
2019

i
iii
i
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT

yang Maha Agung, karena atas Rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

mendukung dalam penulisan skripsi ini, adapun pihak-pihak yang telah

mendukung adalah:

1. Kedua orang tua saya, ibu dan bapak yang telah mendidik saya dan

memberikan doa serta semangat supaya apa yang saya inginkan tercapai.

2. Kakak kandung saya yang selalu menyemangati saya dan mendoakan supaya

skripsi ini cepat selesai.

3. Dosen penguji saya Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes dan dosen

pembimbing saya Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM dan Bapak Cholik

Harun, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi

ini.

4. Semua Dosen Kesmas yang telah memberikan saya ilmu-ilmu yang sangat

bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada semua sahabatku dan temanku yang telah memberikan support dan

bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

v
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aina Tahta Afiana


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 10 September 1996
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Tugunongko, RT/RW 03/04, Ds. Tugurejo,
Kec. Slahung, Ponorogo
Email : ainatahta1509@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 3 Tugurejo (2003-2009)
2. SMPN 2 Tegalombo (2009-2012)
3. SMAN Tegalombo (2012-2015)
4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun (2015-
2019)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing yang Berhubungan

dengan Keikutsertaan Masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo

Slahung Ponorogo”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini:

1. dr Sapto Nugroho selaku kepala Puskesmas Slahung Kabupaten Ponorogo

yang telah memberikan izin dalam pengambilan data awal di Puskesmas

Slahung.

2. Bapak Siswanto selaku kepala Desa Tugurejo Kecamatan Slahung yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di Posbindu PTM Desa

Tugurejo Kecamatan Slahung Ponorogo.

3. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun yang telah memberikan sarana dan prasarana untuk

penelitian.

vi
i
Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun
ABSTRAK
Aina Tahta Afiana

Faktor predisposing, enabling dan reinforcing yang berhubungan dengan


keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung
Ponorogo.

83 halaman + 18 tabel + 5 gambar + 15 lampiran

Latar belakang: Prevalensi PTM berdasarkan Riskesdas tahun 2018 mengalami


kenaikan dibandingkan dengan tahun 2013. Permasalahan PTM yang tinggi dan
dampaknya besar membutuhkan upaya pengendalian faktor resiko PTM dengan
kegiatan Posbindu PTM. Angka kunjungan Posbindu PTM di Desa Tugurejo pada
tahun 2018 masih sangat rendah dibandingkan desa lain di Kecamatan Slahung
yaitu sebesar 1,86%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
predisposing, enabling dan reinforcing yang berhubungan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel
berjumlah 70 orang, dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis
data menggunakan Chi Square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi diri memiliki
p-value 0,035 (RP 1,412; 95% CI 1,023-1,949), jarak rumah memiliki p-value
0,008 (RP 1,507; 95% CI 1,109-2,048), dukungan keluarga memiliki p-value
0,024 (RP 1,452; 95% CI 1,039-2,030).
Analisis: Ada hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan masyarakat dalam
Posbindu PTM. Ada hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan masyarakat
dalam Posbindu PTM. Ada hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan
Posbindu PTM.
Kesimpulan: Motivasi diri yang tinggi, jarak rumah yang dekat dan dukungan
keluarga yang tinggi mempengaruhi keaktifan masyarakat mengikuti Posbindu
PTM.

Kata kunci : Motivasi diri, jarak rumah, dukungan keluarga,


keikutsertaan Posbindu PTM
Kepustakaan : 36 (2009-2018)

x
Public Health
Program STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun
ABSTRACT
Aina Tahta Afiana
Predisposing, enabling and reinforcing factors related to community
participation in Posbindu PTM in Tugurejo, Slahung, Ponorogo.

83 pages + 18 tables + 5 pictures + 15 appendix

Background: The prevalence of PTM based on Riskesdas in 2018 has increased


compared to 2013. The problems of high PTM and high impact require efforts to
control the risk factors of PTM with Posbindu PTM activities. The Posbindu PTM
visit rate in Tugurejo Village in 2018 is still very low compared to other villages
in Slahung Subdistrict, which is 1.86%. The purpose of this study was to
determine the predisposing, enabling and reinforcing factors associated with
community participation in Posbindu PTM in Tugurejo Village, Slahung
Ponorogo.
Method: This type of quantitative research with cross sectional design. The
sample consisted of 70 people, with data collection using a questionnaire. Data
analysis using Chi Square.
Results: The results showed that there was a relationship of self motivation
having a p-value of 0.035 (Rp. 1,412; 95% CI 1,023-1,949), home distance had a
p-value of 0.008 (Rp. 1,507; 95% CI 1,109-2,048), family support had p -value
0.024 (Rp. 1.452; 95% CI 1.039-2.030).
Analysis: There is a correlation between self motivation and community
participation in Posbindu PTM. There is a relationship between the distance of the
house and community participation in Posbindu PTM. There is a family support
relationship with Posbindu PTM participation.
Conclusion: High self-motivation, close distance of house and high family
support influence the community's activity in joining Posbindu PTM.

Keywords: Self-motivation, home distance, family support, Posbindu PTM


participation
Literature: 36 (2009-2018)

x
DAFTAR ISI

Sampul Depan....................................................................................................i
Sampul Dalam...................................................................................................ii
Lembar Persetujuan...........................................................................................iii
Lembar Pengesahan...........................................................................................iv
Lembar Persembahan.........................................................................................v
Halaman Pernyataan..........................................................................................vi
Daftar Riwayat Hidup........................................................................................vii
Kata Pengantar...................................................................................................viii
Abstrak...............................................................................................................x
Daftar Isi............................................................................................................xii
Daftar Tabel.......................................................................................................xiv
Daftar Gambar...................................................................................................xv
Daftar Lampiran.................................................................................................xvi
Daftar Singkatan................................................................................................xvii
Daftar Istilah......................................................................................................xviii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................7
1.5 Keaslian Penelitian.........................................................................9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................12

2.1 Penyakit Tidak Menular (PTM)......................................................12


2.1.1 Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM)........................12
2.1.2 Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular (PTM)........................12
2.2 Pos Pembinaan Terpadu PTM........................................................14
2.2.1 Pengertian Posbindu PTM..................................................14
2.2.2 Klasifikasi Posbindu PTM..................................................15
2.2.3 Manfaat Posbindu PTM......................................................16
2.2.4 Pelaksanaan Posbindu PTM................................................16
2.2.5 Pencatatan dan Pelaporan Posbindu PTM..........................18
2.2.6 Sasaran Kegiatan.................................................................19
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Posbindu
PTM................................................................................................21
2.3.1 Faktor Predisposisi (predisposing factors).........................21
2.3.2 Faktor Pemungkin (enabling factors).................................30
2.3.3 Faktor penguat (reinforcing factors)...................................33
2.4 Kerangka Teori...............................................................................37

BAB 3 KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN..................................38

xii
4.1 Kerangka Konseptual......................................................................38
4.2 Hipotesis Penelitian........................................................................39

BAB 4 METODE PENELITIAN......................................................................41

4.1 Desain Penelitian............................................................................41


4.2 Populasi dan Sampel.......................................................................42
4.3 Tehnik Sampling.............................................................................44
4.4 Kerangka Kerja Penelitian..............................................................45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel..................46
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................49
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................52
4.8 Prosedur Pengumpulan Data...........................................................53
4.9 Tehnik Pengolahan dan Analisis data.............................................54
4.10 Etika Penelitian...............................................................................58

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................60

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................60


5.1.1 Gambaran Umum Desa Tugurejo.......................................60
5.1.2 Gambaran Umum Posbindu PTM Desa Tugurejo..............61
5.2 Hasil Penelitian...............................................................................62
5.2.1 Karakteristik Data Umum...................................................62
5.2.2 Analisis Univariat...............................................................64
5.2.3 Analisis Bivariat..................................................................65
5.3 Pembahasan....................................................................................69
5.3.1 Motivasi Diri di Desa Tugurejo..........................................69
5.3.2 Jarak Rumah di Desa Tugurejo...........................................70
5.3.3 Dukungan Keluarga di Desa Tugurejo................................71
5.3.4 Keikutsertaan Masyarakat di Desa Tugurejo......................72
5.3.5 Hubungan Motivasi Diri dengan Keikutsertaan
Masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo.........73
5.3.6 Hubungan Jarak Rumah dengan Keikutsertaan
Masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo.........75
5.3.7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan
Masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo.........77
5.4 Keterbatasan Penelitian...................................................................80

Bab 6 PENUTUP...............................................................................................81

6.1 Kesimpulan.....................................................................................81
6.2 Saran...............................................................................................81

Daftar Pustaka....................................................................................................83
Lampiran-Lampiran...........................................................................................86

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................ 9


Tabel 4.1 Tabel Definisi Operasional............................................................ 47
Tabel 4.2 Validitas Variabel Motivasi Diri ................................................... 50
Tabel 4.3 Validitas Variabel Dukungan Keluarga ........................................ 51
Tabel 4.4 Reliabilitas Instrumen Penelitian .................................................. 52
Tabel 4.5 Rencana Kegiatan.......................................................................... 53
Tabel 4.6 Coding Variabel Penelitian ........................................................... 54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 62
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 62
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ....................................................................... 63
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan ....................................................................................... 63
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Diri........ 64
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Rumah......... 64
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Dukungan Keluarga....................................................................... 65
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keikutsertaan
Posbindu PTM............................................................................... 65
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Hubungan Motivasi Diri dengan Keikutsertaan
Posbindu PTM............................................................................... 66
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan Jarak Rumah dengan Keikutsertaan
Posbindu PTM............................................................................... 67
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Keikutsertaan Posbindu PTM ....................................................... 68

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Kegiatan Posbindu PTM.................................................18


Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keikutsertaan Posbindu PTM....................................................37
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor Predisposing,
Enabling, dan Reinforcing yang Berhubungan dengan
Keikutsertaan Masyarakat dalam Posbindu PTM di
Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.............................................39
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian.........................................................45
Gambar 5.1 Peta Desa Tugurejo....................................................................60

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi..............................................................................86
Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan.....................................................87
Lampiran 3 Kisi-Kisi Kuesioner....................................................................88
Lampiran 4 Instrumen Penelitian...................................................................89
Lampiran 5 Hasil Output Uji Validitas dan Reliabilitas................................92
Lampiran 6 Distribusi Frekuensi...................................................................100
Lampiran 7 Uji Korelasi (Chi Square)..........................................................102
Lampiran 8 Izin Permohonan Data Awal ke Dinkes.....................................107
Lampiran 9 Izin Permohonan Data Awal ke Puskesmas...............................108
Lampiran 10 Izin Permohonan Uji Validitas Dan Reliabilitas........................109
Lampiran 11 Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas..............................110
Lampiran 12 Izin Penelitian Ke Kesbangpol...................................................111
Lampiran 13 Izin Penelitian Ke Desa Tugurejo..............................................112
Lampiran 14 Surat Balasan Selesai Penelitian................................................113
Lampiran 15 Kartu Bimbingan Tugas Akhir...................................................114

x
DAFTAR SINGKATAN

APE : Arus Puncak Ekspirasi


CBE : Clinical Breast Examination
CC : coefificients of confidance
CERDIK : Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola
stress
CI : Confident Interval
df : degree of freedom
DINKES : Dinas Kesehatan
DKI Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta
IMT : Indeks Massa Tubuh
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Km : Kilometer
L Green : Lawrence Green
Permenkes RI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik
PTM : Penyakit Tidak Menular
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RP : Ratio Prevalensi
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat

xv
DAFTAR ISTILAH

Analysis : analisis
Anomity : tanpa nama
Application : aplikasi
Chi square : uji bivariat untuk skala data nominal dan nominal
Cleaning : pembersihan
Clinical Breast Examination : metode deteksi dini kanker leher rahim
Coding : pengkodean
Coefificients of confidance : taraf keyakinan
Comprehension : memahami
Confident Interval : rentang antara dua nilai
Confidentially : kerahasiaan
Congress : kongres
Cronbach’s alpha : alfa kronbah
Cross sectional : potong lintang
Editing : pengeditan
Enabling factors : faktor pemungkin
Entry : memasukkan data
Evaluation : evaluasi
Expected : nilai yang diharapkan
Fisher exact : uji alternatif chi square
Follow up : lanjutan
Gantt chart : tabel perencanaan
Informed consent : lembar persetujuan
Know : tahu
Non probability sampling : non-random sampling
Predisposing factors : faktor predisposisi
Probability sampling : random sampling
Product moment : untuk mengukur uji validitas
Ratio Prevalensi : prevalensi rasio
Reinforcing factors : faktor penguat
Simple random sampling : pengambilan sampel dengan mudah
Stroke : jenis penyakit tidak menular
Synthesis : sintesis
Tabulating : tabulasi
Value : nilai

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya penyakit tidak menular menjadi permasalahan masyarakat

yang perlu diperhatikan. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit

kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah

penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK). PTM merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia.

PTM dari waktu ke waktu menunjukkan adanya kecenderungan meningkat.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018,

tampak kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes,

hipertensi, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini diprediksi

akan terus berlanjut (Kemenkes RI, 2017).

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi transisi

epidemiologi, jumlah kematian karena penyakit tidak menular semakin

meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun.

Penyakit tidak menular lebih mendominasi dalam 10 penyakit terbesar di

Indonesia. Berdasarkan Congress InaHEA (2018), penyebab kematian

terbesar di Indonesia Tahun 2016 adalah urutan pertama penyakit stroke,

urutan kedua adalah penyakit jantung iskemik, urutan ketiga adalah

tuberkulosis, urutan keempat adalah diabetes, urutan kelima adalah penyakit

diare, urutan keenam adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), urutan

1
2

ketujuh adalah kecelakaan, urutan kedelapan adalah infeksi saluran

pernapasan, urutan kesembilan adalah gagal ginjal kronis, dan kesepuluh

adalah asma (Mboi, 2018).

Prevalensi PTM berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 mengalami

kenaikan dibandingkan dengan tahun 2013. PTM yang mengalami kenaikan

adalah hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi 34,1% pada tahun

2018, stroke mengalami kenaikan dari 7% menjadi 10,9% pada tahun 2018,

diabetes melitus mengalami kenaikan dari 6,9% menjadi 8,5% pada tahun

2018, penyakit gagal ginjal kronik mengalami kanaikan dari 2% menjadi

3,8% pada tahun 2018, dan kanker mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi

1,8% (Kemenkes RI, 2018).

PTM merupakan penyakit yang tidak bisa dideteksi secara dini karena

tidak terdapat gejala yang pasti. PTM biasanya banyak ditemukan dalam

tahap lanjut sehingga terlambat untuk diobati dan berakhir dengan kecacatan

bahkan kematian. Keadaan ini akan menimbulkan beban pembiayaan bagi

penderita, keluarga bahkan negara (Fuadah dan Naning, 2018).

Permasalahan PTM yang prevalensinya tinggi dan dampaknya besar

membutuhkan upaya pengendalian faktor resiko PTM. Upaya pengendalian

faktor resiko yang telah dilakukan adalah melakukan perilaku CERDIK, yaitu

Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet

seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Cek kesehatan secara rutin yaitu

pemeriksaan faktor resiko PTM yang dilakukan melalui Pos Pembinaan


3

Terpadu (Posbindu) PTM yang ada di Desa dan di Puskesmas (Kemenkes RI,

2017).

Prevalensi Desa/Kelurahan di Indonesia yang melaksanakan Posbindu

PTM sebesar 24,3%, dengan prevalensi yang melaksanakan Posbindu

tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 86,5%, sedangkan yang paling terendah

adalah Papua sebesar 1,9%. Sedangkan prevalensi di Jawa Timur sebesar

41,8% (Kemenkes RI, 2017).

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur

yang sudah melaksanakan Posbindu PTM. Prevalensi Kecamatan yang

melaksanakan Posbindu PTM di Kabupaten Ponorogo berdasarkan data dari

DINKES Kabupaten Ponorogo sebesar 54,72%, dengan presentase tertinggi

yaitu 100% terdapat di Kecamatan Sampung, Kecamatan Kunti, Slahung,

Ponorogo Selatan, Sukosari, dan Pudak. Sedangkan presentase terendah

terdapat di Kecamatan Sambit sebesar 11,11% (Dinkes Kabupaten Ponorogo,

2018).

Slahung merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Ponorogo

yang pelaksanaannya sudah mencapai 100%. Peneliti memilih Kecamatan

Slahung yang akan diteliti karena seluruh Desanya sudah mengikuti Posbindu

PTM, sehingga angka keikutsertaannya sudah ada. Sebaliknya peneliti tidak

memilih Kecamatan Sambit yang prosentase Posbindu PTM terendah untuk

diteliti karena keseluruhan Desanya belum mengikuti Posbindu PTM.

Kecamatan Slahung terdiri dari 10 Desa. Angka kunjungan yang

tertinggi adalah Desa Truneng (23,17%), tetapi yang angka kunjungannya


4

paling rendah yaitu Desa Tugurejo sebanyak 1,86% (Puskesmas Slahung,

2018). Angka kunjungan Posbindu PTM di Desa Tugurejo pada tahun 2018

masih sangat rendah dibandingkan dengan Desa yang lain.

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam

melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor resiko PTM serta

tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.

Kegitan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri

masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus dapat

dicegah (Fuadah dan Naning, 2018).

Perilaku seseorang berkunjung ke Posbindu PTM ditentukan oleh tiga

faktor, yaitu predisposing factors (antara lain pengetahuan, sikap,

kepercayaan, nilai, motivasi diri sendiri), enabling factors (antara lain

ketersediaan sarana kesehatan, jarak tempuh), dan reinforcing factors

(dukungan keluarga, teman sebaya, tokoh masyarakat) (Umayana dan Widya

Hary Cahyanti, 2015). Perilaku seseorang yang mempengaruhi keikutsertaan

Posbindu PTM dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh peneliti adalah

motivasi diri sendiri, jarak rumah dan dukungan keluarga.

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang baik dari

dalam maupun dari luar untuk bertindak melakukan sesuatu. Dengan

motivasi, seseorang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan

tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan

manfaatnya (Armista, 2017). Sehingga seseorang yang memiliki motivasi


5

untuk menjaga kesehatan dan memantau kesehatan secara teratur akan

terdorong untuk mengikuti Posbindu PTM.

Akses menuju pelayanan kesehatan juga menjadi faktor yang

menentukan jumlah kunjungan Posbindu PTM, hal ini dikarenakan jarak yang

ditempuh dari tempat tinggal seseorang menuju fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada dapat menjadi faktor pendorong seseorang dalam melakukan suatu

kunjungan, seperti baik buruknya akses menuju ke pelayanan kesehatan, jarak

rumah, dan fasilitas transportasi yang digunakan (Hidawati, 2016). Hal ini,

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ivong Rusdiyanti (2017) bahwa

ada hubungan antara jarak dengan keaktifan kunjungan Posbindu PTM yaitu

p value = 0,034 <0,05 (Rusdiyandi, 2017). Di Desa Tugurejo tempat di

laksanakannya Posbindu PTM adalah di Balai Desa, tetapi jarak antara Balai

Desa dengan rumah penduduk lumayan jauh yaitu sekitar 7 km. Sehingga

untuk menjangkau ke tempat Balai Desa harus menggunakan kendaraan, baik

sepeda motor ataupun bus umum.

Dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan

kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri,

mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh

keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta

mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang

penuh dengan tekanan. Salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat

antara lain adalah kurangnya dukungan dan kepedulian dari anggota keluarga

terhadap pemeriksaan kesehatan secara rutin, sehingga berdampak pada


6

tingkat kunjungan masyarakat ke Posbindu PTM. Hal ini, didukung oleh

penelian yang dilakukan oleh Haniek Try Umayana dan Widya Hari Cahyati

(2015) bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan

penduduk pada kegiatan Posbindu PTM di Kota Semarang yaitu p value=

0,0001<0,05 (Umayana dan Widya Hary Cahyanti, 2015).

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan

Posbindu PTM sudah pernah dilakukan tetapi terdapat variabel yang

membedakan yaitu motivasi diri sendiri terhadap keikutsertaan Posbindu

PTM. Selain itu, di Desa Tugurejo angka keikutsertaannya masih sangat

rendah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “faktor

predisposing, enabling dan reinforcing yang berhubungan dengan

keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

merumuskan masalah “faktor predisposing, enabling dan reinforcing yang

berhubungan dengan keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa

Tugurejo Slahung Ponorogo?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk manganalisis faktor predisposing, enabling dan reinforcing

yang berhubungan dengan keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu

PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

A. Menganalisis hubungan motivasi diri sendiri terhadap

keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo

Slahung Ponorogo.

B. Menganalisis hubungan jarak rumah terhadap keikutsertaan

masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo.

C. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap keikutsertaan

masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Mampu meningkatkan motivasi diri sendiri, jarak rumah dan

dukungan keluarga terhadap keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

1.4.2 Manfaat Praktis

A. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Penelitian ini diharapkan mampu nenambah kepustakaan sebagai

bahan referensi untuk mahasiswa dalam melakukan penelitian

berikutnya.

B. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan evaluasi supaya dapat

meningkatkan motivasi diri sendiri, jarak rumah dan dukungan


8

keluarga terhadap keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM

di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

C. Bagi Diri Sendiri

Sebagai bahan belajar tentang bagaimana motivasi diri sendiri,

jarak rumah dan dukungan keluarga terhadap keikutsertaan

masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian tentang “Faktor predisposing, enabling dan reinforcing yang berhubungan dengan keikutsertaan masyarakat
dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo” merupakan penelitian yang mirip dengan penelitian sebelumnya,
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Perbedaan Peneliti Sebelumnya Peneliti


Ivong Rusdiyanti Haniek Try Umayana Dwi Wigati Ratna Sari dan
dan Widya Hary Mieke Savitri
Cahyati
1 Judul Faktor-faktor yang Dukungan keluarga dan Faktor-faktor yang berhubungan Faktor predisposing,
Penelitian mempengaruhi keaktifan tokoh masyarakat dengan pemanfaatan Posbindu enabling dan
kunjungan Pos terhadap keaktifan Penyakit Tidak Menular (PTM) di reinforcing yang
Pembinaan Terpadu penduduk ke Posbindu wilayah kerja Puskesmas berhubungan dengan
penyakit tidak menular di penyakit tidak menular Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta keikutsertaan
Desa Selatan tahun 2018 masyarakat dalam
Posbindu PTM di
Desa Tugurejo
Slahung Ponorogo
2 Tempat Desa Bulupitu Kecamatan Kota Semarang, tahun Wilayah kerja Puskesmas di Desa Tugurejo
dan Tahun Gondanglegi Kabupaten 2015 Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta Slahung Ponorogo,
Penelitian Malang, tahun 2017 Selatan, tahun 2018 tahun 2019
3 Metode Cross sectional Cross sectional Cross sectional Cross sectional
4 Variabel Variabel Bebas: Variabel Bebas: Variabel Bebas: Variabel Bebas:
Penelitian Jenis kelamin, Dukungan keluarga dan Umur, jenis kelamin, pendidikan, motivasi diri sendiri,
pendidikan, pengetahuan, tokoh masyarakat pekerjaan, pengetahuan, akses ke jarak rumah,

9
Lanjutan tabel 1.1 Keaslian
No Perbedaan Peneliti Sebelumnya Peneliti
Ivong Rusdiyanti Haniek Try Umayana Dwi Wigati Ratna Sari dan
dan Widya Hary Mieke Savitri
Cahyati
pekerjaan, penghasilan, Variabel Terikat: Posbindu PTM, ketersediaan dukungan keluarga
dukungan keluarga, jarak Keaktifan penduduk sarana Posbindu PTM, Variabel Terikat:
ke Posbindu PTM, peran dukungan keluarga, dukungan Keikutsertaan
kader. petugas kesehatan, dukungan Posbindu PTM
Variabel terikat: kader, kebutuhan akan Posbindu
Keaktifan kunjungan ke PTM Variabel Terikat:
Posbindu PTM Pemanfaatan Posbindu PTM
5 Hasil 1. Ada hubungan antara 1. Ada hubungan antara 1. Tidak ada hubungan antara
Penelitian jenis kelamin (p = dukungan keluarga (p umur (p= 0,956)
0,0007) = 0,0001) 2. Ada hubungan antara jenis
2. Tidak ada hubungan 2. Ada hubungan antara kelamin (p= 0,026)
antara pendidikan (p = tokoh masyarakat (p = 3. Tidak ada hubungan antara
0,096) 0,0001) pendidikan (p= 0,585)
3. Ada hubungan antara 4. Ada hubungan antara
pengetahuan (p = pekerjaan (p= 0,000)
0,000) 5. Ada hubungan antara
4. Ada hubungan antara pengetahuan (p= 0,010)
pekerjaan (p = 0,022) 6. Ada hubungan antara akses ke
5. Ada hubungan antara Posbindu PTM (p= 0,013)
penghasilan (p = 7. Ada hubungan antara
0,004) ketersediaan sarana Posbindu
6. Tidak ada hubungan PTM (p= 0,012)

1
Lanjutan tabel 1.1 Keaslian
No Perbedaan Peneliti Sebelumnya Peneliti
Ivong Rusdiyanti Haniek Try Umayana Dwi Wigati Ratna Sari dan
dan Widya Hary Mieke Savitri
Cahyati
antara dukungan 8. Ada hubungan antara
keluarga (p = 0,265) dukungan keluarga (p= 0,037)
7. Ada hubungan antara 9. Ada hubungan antara
jarak (p = 0,034) dukungan petugas kesehatan
8. Ada hubungan antara (p= 0,004)
peran kader (p = 10. Ada hubungan dukungan kader
0,002) (p= 0,000)
11. Ada hubungan kebutuhan akan
Posbindu PTM (p= 0,035)

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Tidak Menular (PTM)

2.1.1 Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang

dianggap tidak dapat ditularkan atau disebarkan dari seseorang kepada

orang lain, sehingga bukan merupakan sebuah ancaman bagi orang

lain. PTM merupakan beban kesehatan utama di negara-negara

berkembang dan negara industri. Kebanyakan PTM merupakan bagian

dari penyakit degeneratif dan mempunyai prevalensi tinggi pada orang

yang berusia lanjut (Irwan, 2018).

2.1.2 Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular (PTM)

Terdapat beberapa jenis penyakit tidak menular yang paling sering

terjadi di masyarakat adalah sebagai berikut:

A. Penyakit jantung

Penyakit jantung merupakan penyakit yang disebabkan oleh

tersumbatnya aliran darah ke jantung oleh lemak. Aliran darah

yang rendah atau lambat menyebabkan jantung kekurangan

oksigen, sehingga merusak sel-sel jantung (Ariani, 2016).

12
1

B. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit atau

kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi

insulin. DM terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang

cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau

jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin

(Ariani, 2016).

C. Kanker

Kanker adalah suatu penyakit akibat pertumbuhan sel-sel

jaringan tubuh yang tidak normal yang kemudian berubah menjadi

sel kanker. Sel-sel kanker dengan berkembang cepat, tidak

terkendali, dan terus membelah diri. Sel-sel itu selanjutnya

menyusup kejaringan sekitarnya dan terus menyebar melalui

jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta

saraf tulang belakang. Kanker memiliki beberapa jenis, yaitu

kanker hati, kanker otak, kanker leher Rahim, kanker payudara,

kanker darah, kanker kulit, dan kanker paru-paru (Ariani, 2015).

D. Stroke

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak, dimana secara mendadak

(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)

timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang

terganggu, yang dapat mengakibatkan kematian dan penyebab


1

utama kecacatan. Stroke dapat menyerang siapa saja mulai dari

anak-anak sampai dewasa (Alchuriyah, 2016).

2.2 Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)

2.2.1 Pengertian Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(Posbindu PTM)

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat

dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor

resiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini

dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM

mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala

pada yang mengalaminya (Kemenkes RI, 2014).

Posbindu PTM merupakan salah satu Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan

preventif dalam pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat

mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Sasaran

kegiatan Posbindu PTM adalah masyarakat yang sehat, beresiko, dan

penyandang PTM berusia ≥15 tahun. Masyarakat diperankan sebagai

sasaran kegiatan, target perubahan, agen perubahan sekaligus sebagai

sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM

menjadi Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM),

dimana kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan

sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan masyarakat (Kemenkes RI,

2014).
1

2.2.2 Klasifikasi Posbindu PTM

Kemenkes RI (2014), mengklasifikasikan Posbindu PTM menjadi

dua, yaitu Posbindu PTM dasar dan Posbindu PTM utama. Berikut

penjelasan dari kedua Posbindu tersebut:

A. Posbindu PTM dasar

Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini

faktor resiko yang dilakukan dengan wawancara tararah melalui

penggunaan instrumen atau formulir untuk mengidentifikasi

riwayat PTM dalam keluarga dan telah diderita sebelumnya,

pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa

Tubuh (IMT), pemeriksaan tekanan darah dan konseling

(Kemenkes RI, 2014).

B. Posbindu PTM utama

Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM

dasar ditambah dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol total,

trigliserida, pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE), konseling

dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) serta Clinical

Breast Examination (CBE), pemeriksaan kadar alkohol dalam

darah dan tes amfetamin urin bagi pengemudi, yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat, tenaga ahli

laboratorium dan lainnya) (Kemenkes RI, 2014).


1

2.2.3 Manfaat Posbindu PTM

Beberapa manfaat dari Posbindu PTM sebagai berikut:

A. Membudayakan gaya hidup sehat dengan berperilaku cek kondisi

kesehatan anda secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin

aktifitas fisik, diet yang sehat dengan kalori seimbang, istirahat

cukup, kelola stress dalam lingkungan yang kondusif di rutinitas

kehidupannya.

B. Mawas diri yaitu faktor resiko PTM yang kurang menimbulkan

gejala secara bersamaan dapat dideteksi dan terkendali secara

dini.

C. Metodologis dan bermakna secara klinis yakni kegiatan dapat

dipertanggung jawabkan secara medis dan dilaksanakan oleh

kader khusus dan bertanggung jawab yang telah mengikuti

pelatihan metode deteksi dini atau edukator PPTM.

D. Mudah dijangkau karena diselenggarakan di lingkungan tempat

tinggal masyarakat/lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu

yang disepakati.

E. Murah karena dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan

biaya yang disepakati/sesuai kemampuan masyarakat (Kemenkes

RI, 2014).

2.2.4 Pelaksanaan Posbindu PTM

Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara,

pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara dilakukan


1

untuk menelusuri faktor resiko perilaku seperti merokok, konsumsi

sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress.

Pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),

lingkar perut, dan tekanan darah. Pemeriksaan faktor resiko PTM

seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan

klinik payudara, arus puncak ekspresi, lesi pra kanker (Inspeksi Visual

asam asetat/IVA positif), kadar alkohol dalam darah, tes amfetamin

urin (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan

dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu dengan

peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang cara

mengendalikan faktor resiko PTM melalui penyuluhan/dialog

interaktif secara massal dan atau konseling faktor resiko secara

terintegrasi pada individu dengan faktor resiko, sesuai dengan

kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam system

pelayanan kesehatan paripurna (Kemenkes RI, 2014).

Sebelum dan setelah kegiatan Posbindu PTM dapat

dilaksanakan kegiatan bersama, seperti senam bersama, bersepeda,

ceramah agama, demo makanan sehat, penyuluhan kesehatan tentang

IVA dan CBE, upaya berhenti merokok, gizi seimbang, dan lain-lain

(Kemenkes RI, 2014).


1

Pelaksanaan Posbindu PTM secara sederhana dapat diuraikan

sebagai berikut:

Pemeriksaan
satu persatu

Tahapan layanan 5 Tahapan layanan 4 Tahapan layanan 3 Tahapan layanan 2 Tahapan layanan 1

Identifikasi Registrasi,
faktor resiko Pemeriksaan Pengukuran TB, pemberian nomor
tekanan darah, Wawancara
PTM, BB, IMT oleh petugas urut/kode yang sama
konseling/edukas gula darah, lingkar perut, serta pencatatan
kolesterol total pelaksana
i, serta tindak analisa lemak Posbindu PTM ulang hasil pengisian
lanjut lainnya dan trigliserida, tubuh Buku monitoring
APE, lain-lain FR-PTM ke Buku
Pencatatan oleh
petugas pelaksana
Posbindu PTM

Gambar 2.1 Proses Kegiatan Posbindu PTM

2.2.5 Pencatatan dan pelaporan Posbindu PTM

Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM

dilakukan secara manual atau menggunakan sistem informasi

manajemen PTM oleh petugas pelaksana Posbindu PTM maupun oleh

petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas mengambil data hasil

pencatatan Posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan dari

petugas pelaksana Posbindu PTM. Hasil pencatatan ini dianalisis

untuk digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi

terkait secara berjenjang (Kemenkes RI, 2014).

Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan Posbindu PTM

merupakan sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian


1

perkembangan kegiatan Posbindu PTM. Laporan hasil kegiatan

bulanan/triwulan/tahunan yang berisi laporan tingkat perkembangan

Posbindu PTM, proporsi faktor resiko PTM, cakupan kegiatan

Posbindu di tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan

Nasional (Kemenkes RI, 2014).

Melalui kegiatan surveilans faktor resiko PTM berbasis

Posbindu PTM, dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus

terhadap faktor resiko PTM secara efektif dan efisien melalui proses

pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi

epidemiologi kepada peserta, penyelenggara program maupun pihak

yang bertanggung jawab terhadap kegiatan Posbindu PTM untuk

dilakukan intervensi dalam rangka pengembangan kegiatan,

pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM (Kemenkes RI,

2014).

2.2.6 Sasaran Kegiatan

Sasaran dalam penyelenggaraan Posbindu PTM dibagi menjadi

3 kelompok yaitu sasaran utama, sasaran antara, dan sasaran

penunjang. Pendekatan terhadap ketiga sasaran tersebut tidak

dilakukan satu persatu berurutan namun harus dilakukan secara

integratif selama proses pelaksanaan (Kemenkes RI, 2014).

A. Sasaran Utama

Sasaran utama merupakan sasaran penerima langsung manfaat

pelayanan yang diberikan, yaitu masyarakat sehat, masyarakat


2

beresiko dan masyarakat dengan PTM berusia mulai 15 tahun ke

atas (Kemenkes RI, 2014).

B. Sasaran Antara

Sasaran antara merupakan sasaran individu/kelompok

masyarakat yang dapat berperan sebagai agen pengubah terhadap

faktor resiko PTM, dan lingkungan yang lebih kondusif untuk

penerapan gaya hidup sehat. Sasaran antara tersebut adalah

petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta, tokoh

masyarakat, anggota organisasi masyarakat yang peduli PTM

(Kemenkes RI, 2014).

C. Sasaran Penunjang

Sasaran penunjang merupakan sasaran individu,

kelompok/organisasi/lembaga masyarakat dan profesi, lembaga

pendidikan dan lembaga pemerintah yang berperan memberi

dukungan baik dukungan kebijakan, teknologi dan ilmu

pengetahuan, material maupun dana, untuk terlaksananya

Posbindu PTM dan keberlanjutannya. Mereka antara lain adalah

pemimpin daerah/wilayah, perusahaan, lembaga pendidikan,

organisasi profesi dan penyumbang dana (Kemenkes RI, 2014).


2

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Masyarakat dalam Posbindu

PTM

Faktor yang mempengaruhi perilaku khususnya yang berkaitan

dengan kesehatan dikenal dengan teori Lawrence Green (1980) menjelaskan

bahwa kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku. Faktor

perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor pokok, yaitu faktor presiposisi, faktor

pendukung, dan faktor pendorong. Setiap individu akan memiliki sikap yang

positif yang mengarah pada penampilan perilaku tersebut menjadi negatif

perilaku yang diharapkan dari seorang individu jika memiliki penampilan

perilaku yang positif dan individu tersebut termotivasi dengan hal-hal bersifat

positif, dan sebaliknya (Subaris, 2016).

Teori Lawrence Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dibentuk atau terbentuk

oleh tiga faktor sebagai berikut (Marimbi, 2009):

2.3.1 Faktor predisposisi (predisposing factors), merupakan faktor yang

mempermudah dan mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

antara lain:

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Sebelum seseorang mengadopsi

perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat


2

perilaku tersebut bagi dirinya, termasuk dalam perilaku

pemanfaatan pelayanan kesehatan. secara garis besar pengetahuan

dibagi kedalam enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat


2

membedakan, menggambarkan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap teori atau rumusan

yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria

yang telah ada (Notoadmodjo, 2003 dalam Nasruddin, 2017).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri

dari 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal meliputi jasmani dan rohani, sedangkan faktor eksternal

yaitu pendidikan, paparan informasi atau media massa, ekonomi,

hubungan sosial, dan pengalaman. Pengetahuan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk dalam hal kesehatan akan

pola hidupnya terutama dalam memotivasi untuk berperan serta

dalam pembangunan kesehatan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan


2

akan lebih terarah dari perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan, dengan pengetahuan yang bagus seseorang menjadi

tertarik untuk mengikuti kegiatan (Mimik, 2013 dalam Novianti,

2018).

Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi keaktifan

dalam mengikuti Posbindu PTM. Seseorang yang memiliki

pengetahuan kurang memiliki kecenderungan untuk tidak aktif

dalam mengikuti kegiatan Posbindu PTM. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Ivong Rusdiyanti (2017) dengan

nilai signifikansi 0,000<0,05 yang artinya ada hubungan antara

pengetahuan dengan keaktifan Posbindu PTM (Rusdiyanti,

2017).

B. Sikap

Sikap menurut (Notoatmodjo, 2003 dalam Febriyanto

2016) merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menurut

(Sunaryo, 2004 dalam Febriyanto 2016) adalah kecenderungan

bertindak dari individu, berupa respon tertutup stimulus ataupun

objek tertentu. Jadi, sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

(Febriyanto, 2016).

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap


2

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap dapat

dibagi dalam berbagai tingkatan, antara lain:

1. Menerima, diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2. Merespon, yaitu dapat berupa memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

3. Menghargai, yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

(Notoatmodjo, 2007 dalam Febriyanto, 2016).

Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan

seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau

gagasan. Sikap juga akan menempatkan seseorang kedalam atau

pemikiran menyukai atau tidak menyukai sesuatu tersebut.

Pengetahuan yang kurang mengenai Posbindu akan

mempengaruhi sikap terhadap Posbindu. Orang yang memiliki

pengetahuan kurang sebagian besar akan bersikap negatif atau

tidak mendukung mengenai Posbindu, sehingga tidak memiliki

sikap yang positif untuk aktif mengikuti Posbindu (Astuti 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mengko (2015)


2

bahwa ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan posyandu

dengan nilai signifikan 0,001<0,5 (Mengko, 2015).

C. Motivasi

Secara sederhana definisi motivasi adalah dorongan.

Menurut Sortell dan Kaluzny (1994) mengartikan motivasi

sebagai perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu terutama dalam berperilaku (Suarli, 2010).

Secara lebih luas, definisi motivasi adalah suatu proses dimana

kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan suatu

rangkaian kegiatan yang mengarah ketercapaiannya tujuan

tertentu. Individu yang berhasil mencapai tujuannya tersebut

maka berarti kebutuhan-kebutuhannya dapat tercapai atau

terpuaskan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai alat penggerak

yang ada di dalam setiap individu untuk mencapai suatu tujuan

yang akan dicapai. Usaha yang diberikan dalam memotivasi

seseorang dilakukan dengan cara memunculkan faktor-faktor

yang mendorong individu berperilaku tertentu (Rangga,

Universitas Paramadina).

Pemanfaatan Posbindu oleh seseorang sangat dipengaruhi

oleh motivasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

meningkatnya motivasi seseorang untuk mengunjungi Posbindu

berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri, yaitu pengetahuan.

Masyarakat yang memiliki pengetahuan baik akan memiliki


2

motivasi yang lebih besar untuk datang ke Posbindu (Astuti,

2015).

D. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan. Pekerjaan

bukanlah sumber keuangan tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2009 dalam

Andryana, 2015). Pekerjaan yang termasuk variabel psikososial

ini, dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan berekasi

terhadap penyakitnya (Purnawan, 2009 dalam Andryana, 2015).

Masyarakat yang berpenghasilan rendah dan

berpendidikan formal rendah yang menimbulkan sikap masa

bodoh dan pengingkaran serta rasa takut yang tidak mendasar.

Masyarakat dengan status tidak bekerja tentu memiliki peluang

ataupun kesempatan yang lebih besar untuk memanfaatkan

pelayanan yang ada karena sebagian besar waktu mereka

habiskan dirumah dibandingkan mereka yang bekerja.

Berdasarkan penelitian Rusdiyanti (2017) bahwa ada hubungan

antara pekerjaan dengan keaktifan kunjungan Posbindu PTM (p

value 0,022<0,05) (Rusdiyanti, 2017).


2

E. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan variabel penting karena

distribusi beberapa penyakit bervariasi menurut jenis kelamin.

Jenis kelamin merupakan faktor internal yang berhubungan

dengan perilaku. Perempuan lebih bersikap positif dalam

mengontrol kesehatan (Sari, 2018). Berdasarkan teori

Notoatmodjo (2011) bahwa perbedaan perilaku berdasarkan jenis

kelamin antara lain cara melakukan kegiatan sehari-hari, dan

pembagian tugas pekerjaan, terkait dengan ketersediaan waktu

(Notoatmodjo, 2011 dalam Sundari, Akademi Kebidanan Ummi

Khasanah).

Perbedaan ini bisa dimungkinkan karena faktor hormonal,

struktur fisik maupun norma pembagian tugas wanita seringkali

berperilaku bedasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki

cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.

Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara perempuan

dan laki-laki dimana perbedaan secara biologi ini dibawa sejak

lahir dan tidak bisa dirubah, dan pada umumnya kurang

menyediakan waktu untuk layanan kesehatan Sundari, Akademi

Kebidanan Ummi Khasanah).

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh tehadap penggunaan

pelayanan kesehatan, perempuan lebih rentan terhadap berbagai

macam penyakit disbanding dengan laki-laki, dan perempuan


2

lebih sensitif terhadap perasaan sakit sehingga perempuan lebih

banyak berkonsultasi dengan petugas kesehatan untuk

pemeriksaan kesehatannya, sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidupnya dengan salah satu cara yaitu mengunjungi dan

memanfaatkan posyandu lansia untuk memeriksakan

kesehatannya. Berdasarkan penelitian Sundari bahwa 90,5%

lansia yang mengunjungi posyandu lansia adalah perempuan

(Sundari, Akademi Kebidanan Ummi Khasanah).

F. Pendidikan

Pendidikan adalah kegiatan membudayakan manusia

muda atau membuat orang muda ini hidup berbudaya sesuai

standar yang diterima oleh masyarakat. Neolaka (2017),

mendefinisikan pendidikan menjadi dua pengertian. Pertama,

pendidikan adalah “latihan”. Segala sesuatu dapat diketahui,

pahami, dan memperoleh keterampilan, serta disikapi dan

dilaksanakan, hanya dengan melakukan latihan terus menerus dan

berkelanjutan. Untuk memperoleh kompetensi harus memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Pengertian yang

kedua, pendidikan adalah proses atau kegiatan membelajarkan

peserta didik untuk mengenal dirinya sendiri bahwa dia memiliki

potensi dalam dirinya (Neolaka, 2017).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor

predisposisi yang mempengaruhi pemanfaatan kesehatan oleh


3

individu. Status pendidikan berpengaruh terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan karena status pendidikan akan

mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan.

Sehingga promosi tentang diadakannya posyandu lansia perlu

digalakkan oleh petugas kesehatan dengan harapan lansia

termotivasi dalam pemanfaatan posyandu lansia (Novianti, 2018).

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

memberikan respon terhadap sesuatu. Orang yang berpendidikan

tinggi akan memberikan respon yang rasional terhadap informasi

yang datang, akan berfikir sejauh mana keuntungan yang

mungkin akan mereka peroleh dari hal tersebut. Tingkat

pendidikan yang rendah akan mempersempit wawasan seseorang

sehingga makin sulit untuk menerima informasi yang bermanfaat

bagi dirinya (Novianti, 2018). Berdasarkan penelitian yang

dilaksanakan oleh Sundari bahwa pendidikan lansia berhubungan

dengan keikutsertaan lansia dalam posyandu. Lansia dengan

pendidikan rendah lebih cenderung memanfaatkan fasilitas

posyandu lansia (Sundari, Akademi Kebidanan Ummi Khasanah).

2.3.2 Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan, artinya bahwa faktor pemungkin

adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan, seperti lingkungan yang jauh atau jarak dari pelayanan


3

kesehatan memberikan kontribusi rendahnya perilaku (Manuntung,

2018). Faktor pemungkin yang mempengaruhi keikutsertaan Posbindu

PTM antara lain:

A. Jarak rumah

Jarak adalah ukuran jauh dekatnya antara tempat yang satu

dengan yang lainnya dan diukur dengan satuan meter. Jarak

tempat tinggal dapat menjadi faktor pendorong karena jauh

dekatnya jarak dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan

aktivitas. Semakin jauh jarak yang ditempuh seseorang dari

tempat tinggal ke pelayanan kesehatan maka semakin banyak

waktu yang dikeluarkan. Semakin jauh jarak tempat tinggal

dengan pelayanan kesehatan akan semakin menurunnya motivasi

seseorang untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan (Nasruddin,

2017).

Tersedianya pelayanan kesehatan tidak lepas dari variabel

jarak terhadap pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dengan

jarak 5 km lebih dimanfaatkan secara maksimal (Nasruddin,

2017). Berdasarkan penelitian Ivong Rusdiyanti (2018) dengan

tingkat signifikansi 0,034<0,05 yang artinya ada hubungan yang

bermakna antara jarak dengan keaktifan kunjungan Posbindu

PTM (Rusdiyanti, 2018).


3

B. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

dan masyarakat (Permenkes RI No 71 Tahun 2013). Fasilitas

merupakan sarana bantuan bagi instansi dan tenaga kesehatan

dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat, keadaan

fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan

pelayanan. Fasilitas menjadi salah satu pertimbangan konsumen

dalam menentukan pilihan. Pada tingkat harga yang sama,

semakin lengkap fasilitas yang disediakan pihak rumah sakit,

maka akan semakin puas pelanggan dan ia akan terus memilih

perusahaan tersebut sebagai pilihan prioritas berdasarkan persepsi

yang ia peroleh terhadap fasilitas yang tersedia (Sukmawati,

2015).

Berdasarkan penelitian Henni (2014 dalam Sukmawati,

2015) bahwa ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan

tingginya motivasi keluarga ke posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Kulo Kabupaten Sidrap (Sukmawati, 2015).


3

2.3.3 Faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perilaku antara lain:

A. Dukungan keluarga

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat

bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat

dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain

yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Cohen dan

Sme 1996, dalam Harnilawati, 2013). Friedman (1998),

mendefinisikan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan

penerimaan keluarga dengan penderita yang sakit. Keluarga juga

berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya dan

anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan (Muhith, 2016).

Semua tahapan dukungan sosial keluarga menjadikan

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal,

sehingga akan meninggalkan kesehatan dan adaptasi mereka

dalam kehidupan. Studi tentang dukungan keluarga telah

mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga,

baik dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti

sangat bermanfaat. Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain

sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok

sosial, kelompok rekreasi, dan praktisi kesehatan. Dukungan


3

sosial keluarga internal dari suami atau istri, dari saudara kandung

atau dari anak (Friedman, 1998 dalam Harnilawati, 2015).

Individu sangat membutuhkan dukungan sosial yang salah

satunya berasal dari dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang

rendah tersebut disebabkan karena anggota keluarga yang bekerja,

sehingga kurang memperhatikan pentingnya pemeriksaan

kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit. Dukungan keluarga

sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

seseorang untuk mengikuti kegiatan Posbindu. Kehadiran

penduduk dalam Posbindu yang rendah dapat dipengaruhi oleh

kurangnya dukungan keluarga (Fallen, 2010 dalam Umayana,

2015).

Dukungan keluarga yang kurang dapat menurunkan

keaktifan seseorang untuk mengikuti Posbindu PTM, dan

sebaliknya dukungan keluarga yang tinggi akan meningkatkan

keaktifan seseorang dalam mengikuti Posbindu PTM. Dukungan

keluarga untuk mendorong seseorang mengikuti Posbindu PTM

adalah dengan mendampingi, mengantar, atau mengingatkan

jadwal kegiatan Posbindu PTM. Apabila ada dukungan dari

keluarga, rasa percaya diri akan bertambah dan memotivasi untuk

mengikuti Posbindu. Dukungan keluarga yang kurang banyak

disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari anggota keluarga

terhadap kegiatan Posbindu. Berdasarkan penelitian Haniek Try


3

Umayana dan Widya Hary Cahyati (2015) bahwa ada hubungan

dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu yaitu p value=

0,0001<0,05 (Umayana, 2015).

B. Dukungan tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat bertugas menggerakkan masyarakat

untuk berpartisipasi secara aktif dan mendukung dengan sumber

daya yang dimiliki terhadap penyelenggaraan Posbindu PTM.

Pimpinan kelompok atau organisasi dan berperan aktif dalam

kegiatan Posbindu PTM sesuai dengan minat dan misi kelompok

atau organisasi tersebut (Haniek, 2015).

Program kesehatan yang telah mendapat dukungan dari

tokoh masyarakat selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat

agar memperoleh dukungan dan partisipasi dari masyarakat.

Perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh ada tidaknya

dukungan tokoh masyarakat di sekitarnya. Selain dukungan tokoh

masyarakat, dukungan tokoh agama juga mempunyai pengaruh di

masyarakat. Selanjutnya tokoh agama dapat menjembatani antara

pengelola program kesehatan dengan masyarakat (Haniek, 2015).

Kepala desa selalu memberikan motivasi pada setiap

pelaksanaan kegiatan di masyarakat, seperti pada Posbindu PTM

akan lebih baik dalam keberlangsungan dari kegiatan Posbindu

PTM tersebut. Namun, desa yang kepala desanya tidak

memberikan motivasi sama sekali dari suatu program akan sulit


3

untuk berkembang. Dukungan motivasi tersebut dapat berupa

pemberian tugas yang selalu memonitor dan disupervisi, selalu

mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi tugas,

kebiasaan kepala desa untuk melakukan peninjauan terhadap

pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM (Haniek dan Widya Hari,

2015). Berdasarkan penelitian Umayana (2015) bahwa ada

hubungan antara dukungan tokoh masyarakat dengan

keikutsertaan Posbindu PTM dengan hasil signifikansi

0,001<0,05 (Umayana, 2015).


2.4 Kerangka Teori
Pengetahuan

Sikap

Motivasi

Faktor Predisposisi Pekerjaan

Jenis Kelamin Keikutsertaan Posbindu PTM

Pendidikan

Jarak Rumah
Faktor Pemungkin
Fasilitas Kesehatan

Dukungan Keluarga
Faktor Penguat
Dukungan Tokoh Masyarakat

Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Posbindu PTM
Sumber: Teori Lawrence Green

Landasan teroritis yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan teori Lawrence Green, dimana keikutsertaan Posbindu

dipengaruhi oleh faktor predisposing (pengetahuan, sikap, motivasi, pekerjaan, jenis kelamin, dan pendidikan), enabling (jarak rumah

dan fasilitas kesehatan) dan reinforcing (dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat).

3
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang dipakai sebagai landasan

berpikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka ini di dapatkan dari konsep ilmu/teori

yang dipakai sebagai landasan penelitian (Rosjidi, 2017). Berdasarkan

kerangka teori yang telah diuraikan, untuk penelitian ini dibuat kerangka

konseptual penelitian yaitu:

1. Variabel bebas: motivasi diri sendiri, jarak rumah dan dukungan keluarga

2. Variabel terikat: keikutsertaan Posbindu PTM

Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti

di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo, sehingga kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

38
3

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi diri sendiri:


Faktor a. Tinggi
Predisposisi b. Rendah

Dukungan Keluarga: Keikutsertaan Posbindu


Faktor Penguat Jarak Rumah:
a. Tinggi PTM:
Faktor
Pemungkin a. Dekat
b. Rendah a. Aktif
b. Jauh b. Tidak aktif

Keterangan:
: berhubungan

: terdiri dari

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor Predisposing, Enabling, dan


Reinforcing yang berhubungan dengan Keikutsertaan masyarakat dalam
Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

Kerangka konseptual penelitian faktor predisposing, enabling, dan

reinforcing yang berhubungan dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo, yang akan diteliti adalah

motivasi diri sendiri, jarak rumah dan dukungan keluarga.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang

diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis merupakan

pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis juga

disebut sebagai dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian

(Sujarweni, 2014). Adapun hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:


4

H1:

1. Ada hubungan motivasi diri sendiri dengan keikutsertaan masyarakat

dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

2. Ada hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik,

karena penelitian analitik bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel

atau menganalisis suatu determinan dari suatu fenomena. Rancangan

penelitian atau desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional study. Rancangan cross-sectional study (potong-lintang)

adalah rancangan penelitian yang mencakup semua jenis penelitian yang

pengukuran variabelnya hanya dilakukan satu kali dalam waktu yang sama.

Kata kunci pada rancangan ini adalah antara variabel bebas dan terikat diukur

pada saat yang sama (Rosjidi, 2017).

Penelitian cross-sectional bertujuan untuk menganalisis hubungan

antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel terikat (efek) dengan

melakukan pengukuran sesaat. Variabel bebas dan terikat dinilai secara

simultan pada satu saat. Satu saat pada rancangan ini adalah antara variabel

dependen dan independen dinilai hanya satu kali secara bersamaan, namun

bukan berarti semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari dan pada

waktu yang sama (Rosjidi, 2017). Penelitian ini mengukur variabel bebas

(motivasi diri sendiri, jarak rumah dan dukungan keluarga) dengan variabel

terikat (keikutsertaan Posbindu PTM) di ukur secara bersama.

41
4

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai karakteristik yang telah ditentukan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni,

2014). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Tugurejo

Slahung Ponorogo yang mengikuti Posbindu PTM dengan umur ≥25

tahun yang berjumlah 81 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Populasi yang terlalu

besar peneliti tidak mungin mengambil semuanya untuk dijadikan

responden, karena keterbatasan data, waktu, dan tenaga, maka peneliti

menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang

diambil harus mewakili populasi dan valid (Sujarweni, 2014). Kriteria

sampel yang diambil sebagai responden adalah kriteria inklusi dan

eksklusi.

A. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Sujarweni,

2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berada di tempat pada saat dilakukan penelitian

2. Bersedia untuk diteliti


4

B. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang memenuhi

kriteria inklusi (Sujarweni, 2014). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dimensia (pikun)

Penelitian ini sampel yang akan diambil adalah masyarakat

Desa Tugurejo Slahung Ponorogo yang mengikuti Posbindu PTM.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

Keterangan:

N = besar populasi

𝑛 = besar sampel

d = tingkat kesalahan

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

81
𝑛 = 1 + 81 (0.05)2

81
𝑛 = 1.2025

𝑛 = 67.36

𝑛 = 70(dibulatkan)

Jadi, besar sampel yang digunakan adalah 70 responden.


4

4.3 Tehnik Sampling

Teknik sampling menurut Sugiyono (2009) merupakan teknik

pengambilan sampel. Teknik sampling terdiri dari dua jenis, yaitu probability

sampling (random sampling) dan non probability sampling (non-random

sampling) (Sujarweni, 2014). Penelitian ini sampling yang digunakan adalah

probability sampling yaitu dengan simple random sampling. Simple random

sampling adalah proses pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara ini

digunakan apabila anggota populasi dianggap homogen (Sujarweni, 2014).

Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dilakukan

dengan cara undian. Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan cara

undian, adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menuliskan nomor urut kehadiran peserta Posbindu PTM pada

kertas kecil, menggulung kertas tersebut, lalu memasukkan ke dalam

botol plastik, kemudian menutup botol plastik dengan plastik dan

memberi sedikit lubang.

2. Mengocok botol dan mengeluarkan satu gulungan kertas. Setiap nomor

yang keluar dicatat dan dijadikan sampel penelitian. Kemudian, gulungan

kertas dimasukkan ke dalam botol kembali. Hal yang sama dilakukan

hingga diperoleh sampel sebanyak 70 responden.


4

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Populasi:
Masyarakat yang mengikuti Posbindu PTM di Desa Tugurejo
yang berumur ≥25 tahun
Variabel Independen:
Motivasi diri sendiri Variabel Dependen: Keikutsertaan dalam kegiatan
Jarak rumah Sampel:
Dukungan Keluarga Simple Random

Desain Penelitian:
Pengumpulan Data:
Cross Sectional
Kuesioner

Pengolahan Data:
Editing, Coding, Entry, Cleaning,
Gambar 4.1 kerangka kerja penelitian

Analisis Data
Chi Square

Interpretasi
1. H0 ditolak, jika p ≤ α (0,05)
2. H0 diterima, jika p> α

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan
4

4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

A. Variabel Bebas (independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sujarweni, 2014). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah motivasi diri sendiri, jarak rumah, dan

dukungan keluarga.

B. Variabel Terikat (dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

akibat, karena adanya variabel bebas (Sujarweni, 2014). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah keikutsertaan Posbindu PTM.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan

untuk memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan

analisis (Sujarweni, 2014). Berikut adalah tabel definisi operasional

dalam penelitian ini:


Tabel 4.1 Tabel definisi operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Hasil Ukur
Variabel Independen
Motivasi diri Motivasi diri sendiri 1. Mengetahui status Kuesioner Nominal 1. Rendah, jika total
sendiri merupakan perasaan kesehatan skor ≤ 50%
atau pikiran yang 2. Pencegahan penyakit 2. Tinggi, jika total
mendorong 3. Mendapatkan data skor > 50%
masyarakat untuk kesehatan
mengikuti Posbindu 4. Peningkatan
PTM di Desa pengetahuan
Tugurejo Slahung 5. Pemeriksaan
Ponorogo 6. Mendapatkan
pengobatan
Jarak rumah Jarak dari rumah Jarak rumah menuju Kuesioner Nominal 1. Jauh, jika ≥ 5 km
menuju tempat tempat dilaksanakannya 2. Dekat, jika < 5
dilaksanakannya Posbindu PTM km
Posbindu PTM
dinyatakan dalam km
(kilometer)
Dukungan Dukungan keluarga 1. Memberikan Kuesioner Nominal 1. Rendah, jika total
keluarga merupakan dukungan informasi, skor ≤ 50%
yang diberikan dari 2. Mendampingi 2. Tinggi, jika total
keluarga kepada 3. Mengantar skor > 50%
anggota keluarga yang 4. Mengingatkan jadwal
mengikuti Posbindu Posbindu PTM
PTM

4
Lanjutan Tabel 4.1 definisi operasional…

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Hasil Ukur
Variabel Dependen
Keikutsertaan Keaktifan masyarakat Frekuensi Daftar Hadir Nominal 1. Tidak aktif, jika < 4x
masyarakat dalam mengikuti mengikuti dalam satu tahun
dalam Posbindu PTM kegiatan Posbindu 2. Aktif, jika ≥ 4x
Posbindu setiap tahun PTM dalam satu dalam satu tahun
PTM tahun (Puskesmas Slahung)

4
4

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pembuatan instrumen harus

mengacu pada variabel penelitian, definisi operasional, dan skala

pengukurannya (Sujarweni, 2014). Instrumen penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, dan kamera.

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sujarweni, 2014).

Instrumen penelitian ini terdiri atas data demografi, motivasi diri sendiri,

jarak rumah dan dukungan keluarga.

Instrumen kuesioner dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data,

terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba untuk melihat pertanyaan dalam

kuesioner yang diisi oleh responden tersebut layak atau belum digunakan

untuk mengambil data. Uji coba yang dikatakan adalah uji validitas dan uji

reabilitas kuesioner yaitu sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu

butir pertanyaan. Skala butir pertanyaan disebut valid, apabila melakukan

apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur yang seharusnya diukur.


5

Skala pengukuran yang tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti,

karena tidak mengukur apa yang seharusnya dilakukan (Sunyoto, 2011).

Penelitian ini variabel yang akan dilakukan uji validitas adalah variabel

motivasi diri sendiri dan variabel dukungan keluarga. Mengukur validitas

menggunakan korelasi product moment (Sujarweni, 2014). Hasil r hitung

dibandingkan dengan r tabel, dimana df = n-2 dengan signifikansi 5%.

Jika r tabel < r hitung maka valid (Sunyoto, 2011).

a. Variabel motivasi diri sendiri

Tabel 4.2 Validitas variabel motivasi diri sendiri


No Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.804 0.5140 Valid
meningkatkan pengetahuan?
2 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.869 0.5140 Valid
mendengarkan penyuluhan dari
petugas kesehatan?
3 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.573 0.5140 Valid
mengetahui berat badan?
4 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.804 0.5140 Valid
mengetahui tinggi badan?
5 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.573 0.5140 Valid
mengetahui tensi darah?
6 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.869 0.5140 Valid
mengetahui kadar gula darah?
7 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.702 0.5140 Valid
mengetahui kadar kolesterol?
8 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.562 0.5140 Valid
mengetahui kadar asam urat?
9 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.869 0.5140 Valid
mengetahui status kesehatan?
10 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.702 0.5140 Valid
mendapatkan konseling?
11 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.422 0.5140 Tidak valid
menjaga kesehatan?
12 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.590 0.5140 Valid
mencegah penyakit tidak menular?
13 Anda mengikuti Posbindu PTM ingin 0.562 0.5140 Valid
mendapakan data kesehatan?
5

Lanjutan tabel 4.2 Validitas variabel motivasi diri sendiri

No Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


14 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk 0.319 0.5140 Tidak valid
mendapatkan pengobatan?
15 Anda mengikuti Posbindu PTM 0.590 0.5140 Valid
karena pelayanan di Posbindu PTM
cepat?
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada variabel

motivasi diri sendiri terdapat 15 pertanyaan. Pertanyaan yang

dinyatakan tidak valid terdapat 2 pertanyaan dikarenakan r hitung < r

tabel. 13 pertanyaan dinyatakan valid dikarenakan r hitung> r tabel,

sehingga layak untuk digunakan penelitian.

b. Variabel dukungan keluarga

Tabel 4.3 validitas variabel dukungan keluarga


No Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 Keluarga anda memberikan informasi 0.725 0.5140 Valid
tentang Posbindu PTM?
2 Keluarga anda memberikan informasi 0.682 0.5140 Valid
tentang adanya program Posbindu
PTM?
3 Keluarga anda memberikan informasi 0.394 0.5140 Tidak Valid
tempat dilaksanakannya Posbindu
PTM?
4 Keluarga anda memberitahukan waktu 0.682 0.5140 Valid
kapan dilaksanakannya Posbindu
PTM?
5 Keluarga anda mengingatkan jadwal 0.639 0.5140 Valid
Posbindu PTM?
6 Keluarga anda menyarankan kepada 0.683 0.5140 Valid
anda untuk berkunjung ke Posbindu
PTM?
7 Keluarga mendukung anda mengikuti 0.682 0.5140 Valid
Posbindu PTM?
8 Keluarga anda mengantar ke tempat 0.682 0.5140 Valid
Posbindu PTM?
9 Keluarga anda bersedia mendampingi 0.467 0.5140 Tidak valid
pada saat anda mengikuti Posbindu
PTM?
5

Lanjutan tabel 4.3 validitas variabel dukungan keluarga


No Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
10 Keluarga anda bersedia mendampingi 0.639 0.5140 Valid
sampai selesai pada saat anda
mengikuti Posbindu PTM?
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada variabel

dukungan keluarga terdapat 10 pertanyaan. Pertanyaan yang

dinyatakan tidak valid terdapat 2 pertanyaan dikarenakan r hitung

< r tabel. 13 pertanyaan dinyatakan valid dikarenakan r hitung> r

tabel, sehingga layak untuk digunakan penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam

suau bentuk kuesioner. Uji Reliabilitas atau uji konsistensi suatu item

pertanyaan dengan membandingkan antara nilai cronbach’s alpha, suatu

item pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha > 0,6

(Sujarweni, 2014).

Tabel 4.4 Reliabilitas Instrumen Penelitian


No Variabel cronbach’s r tabel Keterangan
Pertanyaan alpha
1 Motivasi diri 0.758 0.60 Reliabel
sendiri
2 Dukungan 0.755 0.60 Reliabel
keluarga
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa masing-masing butir

pertanyaan dari variabel motivasi diri sendiri dan dukungan keluarga

dinyatakan reliabel karena cronbach’s alpha > r tabel.


5

4.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tugurejo Kecamatan Slahung

Kabupaten Ponorogo.

4.7.2 Waktu penelitian

Tabel 4.5 Rencana kegiatan


Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan
1 Pengajuan Judul 4 Februari 2019
2 Pengambilan data awal di Dinkes 13-26 Februari 2019
Ponorogo dan Puskesmas
3 Konsul proposal skripsi 28 Februari-4 Mei
2019
4 Ujian proposal skripsi 18 Mei 2019
5 Penelitian 16 -20 Juli 2019
6 Konsul skripsi 23 Juli- 3 Agustus
2019
7 Ujian skripsi 9 Agustus 2019
8 Revisi skripsi 10 Agustus 2019

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Pengambilan data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data tahunan Kabupaten

ponorogo, yaitu jumlah Desa di Kabupaten Ponorogo yang terdapat

Posbindu PTM, dan data bulanan Puskesmas Slahung yaitu data

yang mengikuti Posbindu PTM tiap desa.

4.8.2 Pengambilan data primer

Data primer diperoleh dari kuesioner untuk mengetahui

faktor motivasi diri sendiri, jarak rumah dan dukungan keluarga

terhadap keikutsertaan Posbindu PTM. Pengambilan data primer


5

pada penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mewawancarai

responden secara langsung untuk responden yang tidak bisa

membaca atau responden yang sudah tua, sedangkan responden yang

bisa membaca kuesionernya diisi sendiri.

4.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.9.1 Teknik Pengolahan Data

A. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada

saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul dengan

memeriksa jumlah kuesioner, kelengkapan identitas, lembar

kuesioner, kelengkapan isian kuesioner, serta kejelasan jawaban.

B. Coding

Coding (pengkodean) merupakan pemberian kode atau

angka pada variabel yang diteliti untuk memudahkan

pengolahan data.

Tabel 4.6 Coding variabel penelitian

No Variabel Coding Kategori


1 Motivasi diri 1 Rendah
sendiri 2 Tinggi
2 Jarak rumah 1 Jauh
2 Dekat
3 Dukungan 1 Rendah
keluarga 2 Tinggi
4 Keikutsertaan 1 Tidak aktif
Posbindu 2 Aktif
PTM
5

C. Entry

Entry data (memasukkan data) yaitu memasukkan data

yang telah diperoleh menggunakan fasilitas komputer. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan program Microsoft excel

dan program aplikasi pengolahan data SPSS.

D. Cleaning

Setelah semua data dari setiap sumber data selesai dimasukkan,

perlu pengecekan ulang untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian perlu dilakukan pembetulan.

E. Tabulating

Tabulating (tabulasi) adalah proses pengelompokan

jawaban-jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur. Setelah

jawaban terkumpul, dilakukan kelompokan jawaban yang sama

dengan menjumlahkannya. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan tabulasi data menggunakan program aplikasi

pengolah data statistik.


5

4.9.2 Analisis Data

Data yang sudah diperoleh dianalisis untuk memperoleh kesimpulan

secara umum dari penelitian. Analisis data dalam penelitian ini

yakni:

A. Analisis univariat

Penelitian analisis univariat adalah analisa yang

dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data

hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data

tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, dan

pengolahan data tersebut berubah menjadi informasi yang

berguna, dan pengolahan datanya hanya satu variabel saja,

sehingga dinamakan univariat (Sujarweni, 2014). Penelitian ini

yang akan dianalisis univariat adalah data demografi, motivasi

diri sendiri, jarak rumah, dukungan keluarga dan keikutsertaan

Posbindu PTM dengan distribusi frekuensi (%).

B. Analisis bivariat

Penelitian analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan

dari dua variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui

hubungan antar variabel. Dua variabel tersebut diadu misalnya

dengan mencari hubungan antar variabel X1 dengan Y2.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi

square. Analisis hubungan dengan menggunakan Chi square.


5

Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada

tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α = 0,05),

hubungan dikatakan bermaksa apabila nilai p < 0,05 (Sujarweni,

2014).

Syarat-syarat yang terdapat pada uji chi square adalah

sebagai berikut:

1. Sampel dipilih secara acak

2. Tabel tidak boleh ada 1 nilai harapan ≤5

3. Besar sampel sebaiknya >40

Syarat yang terdapat pada uji chi square apabila tidak memenuhi

syarat digunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact (Dahlan,

2017).

Keputusan hasil uji statistik dengan membandingkan nilai

p (p-value) dan nilai α (0,05), ketentuan yang berlaku adalah

sebagai berikut:

1. Jila p-value ≤ 0,05 berarti H0 ditolak, sehingga antara kedua

variabel ada hubungan yang bermakna.

2. Jika p-value > 0,05 berarti H0 diterima, sehingga antara

kedua variabel tidak ada hubungan yang bermakna.

Untuk melihat keeratan digunakan uji RP (Ratio

Prevalensi) dengan melihat dinilai, sebagai berikut:

a. RP (Ratio Prevalensi) < 1, artinya faktor yang diteliti

merupakan faktor protektif resiko untuk kejadian efek.


5

b. RP (Ratio Prevalensi) > 1, artinya faktor yang diteliti

merupakan faktor resiko.

c. RP (Ratio Prevalensi) = 1, artinya faktor yang diteliti bukan

merupakan faktor resiko.

d. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas

kemaknaan α = 0,05 (5%).

1) Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti

tidak berhubungan

2) Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang

diteliti berhubungan

4.10 Etika Penelitian

Peneliti telah melakukan langkah-langkah atau prosedur yang

berkaitan dengan etika penelitian, terutama yang berhubungan dengan

perlindungan terhadap subjek penelitian, baik berupa manusia, hewan coba,

institusi atau system dalam institusi (Rosjidi, 2017). Etika yang harus

diperhatikan antara lain:

4.10.1 Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden.
5

4.10.2 Confidentially (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah diberikan oleh responden

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok dua tertentu

yang berhubungan dengan penelitian ini dilaporkan pada hasil riset.

4.10.3 Anomity (tanpa nama)

Selama untuk menjaga kerahasiaannya identitas nama

responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data.

Lembar tersebut hanya diberikan kode tertentu.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Ponorogo

Desa Tugurejo merupakan salah satu desa di Kecamatan

Slahung. Adapun batas-batas wilayah Desa Tugurejo Kecamatan

Slahung Ponorogo adalah:

1. Sebelah utara : Desa Wates, Kecamatan Balong

2. Sebelah selatan : Desa Senepo, Kecamatan Ngrayun

3. Sebelah timur : Desa Caluk, Kecamatan Bungkal

4. Sebelah barat : Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo

Gambar 5.1 Peta Desa Tugurejo


Sumber: Profil Desa Tugurejo, 2017

60
6

Berdasarkan profil desa tahun 2017 jumlah penduduk Desa

Tugurejo sebanyak 5017 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk laki-

laki sebesar 2512 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2505 jiwa.

Desa Tugurejo memiliki luas wilayah sebesar 953,098 Ha, yang terdiri

dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Sumber dan Dusun

Tugunongko. Desa Tugurejo sebagian besar dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk area pertanian dan sebagian besar mata pencaharian

penduduk adalah sebagai petani. Desa Tugurejo memiliki beberapa

kelompok sosial yaitu kelompok tani, kelompok pengajian/yasinan, dan

kelompok karang taruna. Selain kelompok sosial, Desa Tugurejo juga

memiliki beberapa budaya yaitu kesenian reog, kesenian reog plog,

karawitan dan juga terdapat sanggar tari untuk anak-anak.

5.1.2 Gambaran Umum Posbindu PTM Desa Tugurejo

Posbindu PTM merupakan satu kegiatan yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya penyakit tidak menular dengan cara cek kesehatan

secara rutin. Masyarakat yang dapat mengikuti Posbindu adalah yang

berumur 15 tahun keatas. Posbindu PTM Desa Tugurejo dilaksanakan

di Balai Kelurahan yang dilaksanakan 4 kali dalam satu tahun, yang

meliputi cek berat badan, tinggi badan, lingkar perut, cek tekanan darah,

kadar gula darah, kadar kolesterol dan kadar asam urat darah. Posbindu

PTM dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tugurejo yang dibantu dari

perawat Puskesmas Slahung.


6

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Data Umum

Data umum menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


jenis kelamin di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 17 24,3
2 Perempuan 53 75,7
Total 70 100,0
Sumber: Data Primer Penelitian, 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan jenis

kelamin. Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53

orang (75,7%).

2. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


usia di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 25-43 tahun 29 41,4
2 44-62 tahun 32 45,7
3 63-81 tahun 9 12,9
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian, 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan usia.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berusia 44-62 tahun sebanyak 32 orang (45,7%).


6

3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


tingkat pendidikan di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak sekolah 6 8,6
2 Tidak tamat SD 17 24,3
3 SD 24 34,3
4 SMP 14 20,0
5 SMA 6 8,6
6 PT 3 4,3
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan tingkat

pendidikan. Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki tingkat pendidikan SD (Sekolah Dasar)

yaitu sebanyak 24 orang (34,3%).

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


pekerjaan di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Buruh tani 1 1,4
2 Petani 60 85,7
3 Wirausaha 2 2,9
4 Pensiunan 0 0
5 IRT 1 1,4
6 Swasta 1 1,4
7 Lainnya 5 7,1
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan

pekerjaan. Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian

besar responden memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu 60 orang

(85,7%).
6

5.2.2 Analisis Univariat

Analisis univariat menyajikan karakteristik responden berdasarkan

variabel bebas yang meliputi motivasi diri, jarak rumah, dukungan

keluarga dan variabel terikat yaitu keikutsertaan Posbindu PTM.

1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi diri sendiri

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi diri


sendiri di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Motivasi Diri Sendiri Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 42 60,0
2 Tinggi 28 40,0
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan

motivasi diri. Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden memiliki motivasi diri yang rendah yaitu

sebanyak 42 orang (60,0%).

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jarak rumah

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jarak rumah


di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Jarak Rumah Frekuensi Persentase (%)
1 Jauh 38 54,3
2 Dekat 32 45,7
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan jarak

rumah. Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki jarak rumah yang jauh yaitu sebanyak 38

orang (54,3%).
6

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

Tabel 5.7 Dsitribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan


keluarga di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 43 61,4
2 Tinggi 27 38,6
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan

dukungan keluarga. Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang rendah

yaitu sebanyak 43 orang (61,4%).

4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan keikutsertaan Posbindu

PTM

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan keikutsertaan


Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.
No Keikutsertaan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak aktif 53 75,7
2 Aktif 17 24,3
Total 70 100,0
Sumber: Data primer penelitian 2019

Terdapat perbedaan proporsi responden berdasarkan

keikutsertaan Posbindu PTM. Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui

bahwa sebagian besar responden tidak aktif dalam mengikuti

Posbindu PTM yaitu sebanyak 53 orang (75,7%).

5.2.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mencari hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji

statistik. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi-Square dan


6

penentuan Ratio Prevalensi (RP) dengan tingkat kepercayaan (CI)

95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut adalah hasil analisis

bivariat penelitian menggunakan aplikasi pengolahan data statistik.

1. Hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan Posbindu PTM di

Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan motivasi diri dengan


keikutsertaan Posbindu PTM di Desa Tugurejo
Slahung Ponorogo.
Keikutsertaan Posbindu PTM
RP
Motivasi Tidak Aktif Total p-
No
diri aktif value 95%
F % F % F % CI
1 Rendah 36 85,7 6 14,2 42 100,0 0,035 1,412
2 Tinggi 17 60,7 11 39,2 28 100,0 (1,023-
1,949)
Sumber: Data primer penelitian 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden

yang tidak aktif mengikuti Posbindu PTM dan memiliki motivasi

diri rendah sebanyak 36 orang (85,7%), sedangkan responden yang

tidak aktif mengikuti Posbindu PTM tetapi memiliki motivasi diri

tinggi sebanyak 17 orang (60,7%). Jadi proporsi responden yang

tidak aktif mengikuti Posbindu PTM lebih banyak pada responden

yang memiliki motivasi diri rendah (85,7%) dibandingkan dengan

responden yang memiliki motivasi diri tinggi (60,7%). Hasil

analisis uji hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan Posbindu

PTM menunjukkan bahwa nilai p = 0,035 < α = 0,05. Maka dapat

diambil kesimpulan secara statistik bahwa ada hubungan motivasi

diri dengan keikutsertaan Posbindu PTM. Nilai RP 95% CI = 1,412


6

(1,023-1,949) > 1, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang

memiliki motivasi diri rendah mempunyai kemungkinan untuk

tidak aktif mengikuti Posbindu PTM sebesar 1,412 kali lebih besar

dibandingkan yang memiliki motivasi diri tinggi.

2. Hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan Posbindu PTM di

Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan jarak rumah dengan


keikutsertaan Posbindu PTM di Desa Tugurejo
Slahung Ponorogo.
Keikutsertaan Posbindu PTM RP
No Jarak Tidak aktif Aktif Total p-
95%
rumah F % F % F % value
CI
1 Jauh 34 89,5 4 10,5 38 100,0 0,008 1,507
2 Dekat 19 54,9 13 40,6 32 100,0 (1,109-
2,048)
Sumber: Data primer penelitian 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden

yang tidak aktif mengikuti Posbindu PTM dan memiliki jarak

rumah jauh sebanyak 34 orang (89,5%), sedangkan responden yang

tidak aktif mengikuti Posbindu PTM tetapi memiliki jarak rumah

yang dekat yaitu sebanyak 19 orang (54,9%). Jadi proporsi

responden yang tidak aktif mengikuti Posbindu PTM lebih banyak

yang jarak rumahnya jauh (89,5%) dibandingkan yang memiliki

jarak rumah dekat (59,4%). Hasil analisis uji hubungan jarak rumah

dengan keikutsertaan Posbindu PTM menunjukkan bahwa nilai p =

0,008 < α = 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan secara statistik

bahwa ada hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan Posbindu

PTM. Nilai RP 95% CI = 1,507 (1,109-2,048) < 1, maka dapat


6

disimpulkan bahwa orang yang memiliki jarak rumah jauh

mempunyai kemungkinan untuk tidak aktif mengikuti Posbindu

PTM sebesar 1,507 kali lebih besar dibandingkan yang memiliki

jarak rumah dekat.

3. Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Posbindu PTM

di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan


keikutsertaan Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung
Ponorogo.
Keikutsertaan Posbindu PTM
Dukungan Tidak Aktif Total p- RP
No
keluarga aktif value 95% CI
F % F % F %
1 Rendah 37 86,0 6 14,0 43 100,0 0,024 1,452
2 Tinggi 16 59,3 11 40,7 27 100,0 (1,039-
2,030)
Sumber: Data primer penelitian 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden

yang tidak aktif mengikuti Posbindu PTM dan memiliki dukungan

keluarga yang rendah sebanyak 37 orang (86,0%), sedangkan

responden yang tidak aktif mengikuti Posbindu PTM tetapi

memiliki dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 16 orang

(59,3%). Jadi proporsi responden yang tidak aktif mengikuti

Posbindu PTM lebih banyak yang memiliki dukungan keluarga

rendah (86,0%) dibandingkan dengan yang memiliki dukungan

keluarga tinggi (59,3%). Hasil analisis uji hubungan dukungan

keluarga dengan keikutsertaan Posbindu PTM menunjukkan bahwa

nilai p = 0,024 < α = 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa


6

ada hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Posbindu

PTM. Nilai RP 95% CI = 1,452 (1,039-2,030) > 1, maka dapat

disimpulkan bahwa orang yang memiliki dukungan keluarga

rendah memiliki kemungkinan untuk tidak aktif mengikuti

Posbindu PTM sebesar 1,452 kali lebih besar dibandingkan yang

memiliki dukungan keluarga tinggi.

5.3 Pembahasan

Masyarakat Desa Tugurejo yang mengikuti Posbindu PTM sebagian

besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53 orang (75,7%).

Kebanyakan dari masyarakat yang mengikuti Posbindu PTM berusia 44-62

tahun sebanyak 32 orang (45,7%) dan berlatar belakang pendidikan tingkat SD

(Sekolah Dasar) yaitu sebanyak 24 orang (34,3%) serta sebagian besar

memiliki pekerjaan sebagai petani sebanyak 60 orang (85,7%).

5.3.1 Motivasi diri di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

Motivasi diri masyarakat di Desa Tugurejo berdasarkan

analisis univariat diperoleh sebagian besar responden memiliki

motivasi diri rendah yaitu sebanyak 42 orang (60,0%). Sedangkan

yang memiliki motivasi tinggi sebesar 28 orang (440,0%).

Motivasi merupakan suatu proses dimana kebutuhan

mendorong seseorang untuk melakukan suatu rangkaian kegiatan yang

mengarah ketercapaiannya tujuan tertentu. Motivasi dapat diartikan

sebagai alat penggerak yang ada di dalam setiap individu untuk

mencapai suatu tujuan yang akan dicapai. Motivasi merupakan faktor


7

pendorong seseorang untuk tercapainya suatu aktifitas (Rangga,

Universitas Paramadina).

Berdasarkan wawancara dengan responden mengenai motivasi

diri. Hasil dari pertanyaan di kuesioner sebagian responden memiliki

motivasi diri yang rendah. Responden yang memiliki motivasi diri

rendah karena tidak mengetahui manfaat cek kesehatan secara rutin.

5.3.2 Jarak rumah di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

Jarak rumah di Desa Tugurejo berdasarkan analisis univariat

diperoleh sebagian responden memiliki jarak rumah yang jauh yaitu

sebesar 38 orang (54,3%). Sedangkan yang memiliki jarak rumah

dekat yaitu 32 orang (45,7%).

Jarak adalah ukuran jauh dekatnya antara tempat yang satu

dengan yang lainnya dan diukur dengan satuan meter. Jarak tempat

tinggal menjadi faktor pendorong karena jauh dekatnya jarak dapat

mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas (Nasruddin,

2017).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menggunakan

kuesioner. Beberapa responden memiliki jarak rumah yang jauh. Jarak

rumah yang jauh mengakibatkan responden memilih cek kesehatan di

fasilitas kesehatan terdekat, seperti Bidan Desa dan Pustu.


7

5.3.3 Dukungan keluarga di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

Dukungan keluarga di Desa Tugurejo berdasarkan analisis

univariat diperoleh sebagian responden memiliki dukungan keluarga

yang rendah yaitu sebesar 43 orang (61,4%). Sedangkan yang

memiliki dukungan keluarga tinggi sebesar 27 orang (38,6%).

Keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota

keluarganya dan selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan (Muhith, 2016). Individu sangat membutuhkan dukungan

keluarga sosial yang salah satunya dari keluarga. Dukungan keluarga

yang rendah tersebut disebabkan karena keluarga yang bekerja,

sehingga kurang memperhatikan pentingnya pemeriksaan kesehatan

dalam upaya pencegahan penyakit. Dukungan keluarga sangat

berperan dalam mendorong minat atau kesediaan seseorang untuk

mengikuti kegiatan Posbindu (Umayana, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai

dukungan keluarga. Hasil dari pertanyaan sebagian responden

memiliki dukungan keluarga yang kurang, hal ini dikarenakan

keluarga sibuk dengan pekerjaannya, sehingga mereka tidak sempat

mengantarkan anggota keluarganya untuk cek kesehatan.


7

5.3.4 Keikutsertaan masyarakat di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

Keikutsertaan masyarakat di Desa Tugurejo berdaarkan

analisis univariat diperoleh sebagian besar masyarakat tidak aktif

mengikuti Posbindu PTM yaitu sebesar 53 orang (75,7%). Sedangkan

yang aktif mengikuti sebesar 17 orang (24,3%).

Posbindu PTM merupakan salah satu Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan

preventif dalam pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat

mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan montoring-evaluasi. Sasaran

kegiatan Posbindu PTM adalah masyarakat ang sehat, beresiko, dan

penyandang PTM berusia ≥15 tahun (Kemenkes RI, 2014).

Faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan Posbindu PTM

yaitu motivasi diri, jarak rumah dan dukungan keluarga yang

mempengaruhi keaktifan masyarakat dalam mengikuti Posbindu PTM.

Masyarakat Desa Tugurejo yang tidak aktif mengikuti Posbindu PTM

dikarenakan mereka memiliki motivasi diri yang rendah, jarak rumah

yang jauh dan dukungan dari keluarga yang rendah, sehingga

masyarakat lebih banyak yang tidak aktif untuk cek kesehatan.

5.3.5 Hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

Hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan Posbindu PTM,

hasil penelitian menunjukkan dari 70 responden 60,0% diantaranya

memiliki motivasi rendah, dari yang memiliki motivasi rendah


7

tersebut sebagian besar tidak aktif mengikuti Posbindu PTM yaitu

sebesar 85,7%. Sementara yang memiliki motivasi tinggi sebesar

40,0%, sebagian besar tidak aktif mengikuti Posbindu PTM yaitu

sebesar 60,7%. Hal ini didukung dengan hasil uji Chi Square dengan

membaca Continuity Correction karena semua sel tidak ada yang <5

yang menunjukkan bahwa nilai p-value 0,035 dan nilai RP sebesar

1,412 (95% CI 1,023-1,949). Hasil tersebut membuktikan bahwa ada

hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan Posbindu PTM di Desa

Tugurejo Slahung Ponorogo. Jadi dapat diartikan bahwa masyarakat

yang memiliki motivasi rendah 1,412 kali lebih tidak aktif mengikuti

Posbindu PTM dibandingkan masyarakat yang memiliki motivasi

tinggi.

Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu dalam berperilaku. Motivasi yang

rendah mendorong seseorang untuk tidak berperilaku (Suarli, 2010).

Secara lebih luas, definisi motivasi adalah suatu proses dimana

kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan suatu rangkaian

kegiatan yang mengarah ketercapaiannya tujuan tertentu. Individu

yang berhasil mencapai tujuannya tersebut maka berarti kebutuhan-

kebutuhannya dapat tercapai atau terpuaskan (Rangga, Universitas

Paramadina).

Motivasi juga dapat diartikan sebagai alat penggerak yang ada

di dalam setiap individu untuk mencapai suatu tujuan yang akan


7

dicapai. Usaha yang diberikan dalam memotivasi seseorang dilakukan

dengan cara memunculkan faktor-faktor yang mendorong individu

berperilaku tertentu (Rangga, Universitas Paramadina). Jadi, motivasi

mempengaruhi seseorang dalam keikutsertaan Posbindu PTM.

Penelitian ini membuktikan dari 60,0% orang yang memiliki motivasi

rendah sebagian besar tidak aktif mengikuti Posbindu PTM yaitu

sebanyak 85,7%.

Diketahui bahwa terdapat responden yang memiliki motivasi

rendah dan tidak aktif mengikuti Posbindu PTM dari hasil wawancara

hal ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang kurang tentang Posbindu PTM. Pengetahuan yang kurang

disebabkan karena sebagian responden hanya berpendidikan tingkat

SD. Tingkat pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi keaktifan

masyarakat untuk mengikuti Posbindu PTM karena masyarakat

kurang memahami manfaat dari Posbindu PTM. Selain itu, sebagian

masyarakat berganggapan apabila sudah melaksanakan cek sekali

sudah tidak perlu dicek kembali.

Responden yang memiliki motivasi diri tinggi dan tidak aktif

mengikuti Posbindu PTM dari hasil wawancara hal ini dikarenakan

jadwal kegiatan Posbindu bersamaan dengan pekerjaan yang tidak

bisa ditinggalkan sehingga mereka lebih memilih bekerja. Sedangkan

responden yang memiliki motivasi diri rendah dan aktif mengikuti

Posbindu PTM dikarenakan memiliki keluarga yang memaksa mereka


7

untuk ikut Posbindu PTM bahkan mereka sampai di antarkan ke tepat

Posbindu PTM.

5.3.6 Hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

Hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan Posbindu PTM ,

hasil penelitian menunjukkan dari 70 responden 54,3% diantaranya

memiliki jarak rumah yang jauh, dari yang memiliki jarak rumah jauh

sebagian besar tidak aktif mengikuti Posbindu PTM yaitu sebesar

89,5%. Sementara yang memiliki jarak rumah dekat (45,7%) sebagian

besar tidak aktif mengikuti Posbindu PTM yaitu sebesar 59,4%. Hal

ini didukung dengan hasil uji Chi-Square dengan membaca Continuity

Correction yang menunjukkan bahwa nilai p-value (0,008) < α (0,05)

dan nilai RP sebesar 1,507 (95% CI 1,109-2,048). Hasil tersebut

membuktikan bahwa ada hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan

masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo. Jadi masyarakat yang memiliki jarak rumah jauh

mempunyai kemungkinan 1,507 kali tidak aktif dalam mengikuti

Posbindu PTM, dibandingkan dengan yang memiliki jarak rumah

yang dekat.

Jarak adalah ukuran jauh dekatnya antara tempat yang satu

dengan yang lainnya dan diukur dengan satuan meter. Jarak tempat

tinggal dapat menjadi faktor pendorong karena jauh dekatnya jarak

dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas. Semakin


7

jauh jarak yang ditempuh seseorang dari tempat tinggal ke pelayanan

kesehatan maka semakin banyak waktu yang dikeluarkan. Semakin

jauh jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan akan semakin

menurunnya motivasi seseorang untuk berkunjung ke pelayanan

kesehatan (Nasruddin, 2017). Jadi jarak rumah mempengaruhi

keikutsertaan Posbindu PTM. Penelitian ini membuktikan dari 54,3%

diantaranya memiliki jarak rumah yang jauh sebagian besar tidak aktif

mengikuti Posbindu PTM yaitu sebesar 89,5%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ivong

Rusdiyanti (2018) yang meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi keaktifan kunjungan Pos Pembinaan Terpadu penyakit

tidak menular di desa tahun 2018 yang salah satu variabel bebasnya

adalah jarak rumah terhadap tempat Posbindu. Penelitian tersebut

menyatakan bahwa p-value dari jarak lebih kecil dari alpha

(0,034<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara jarak dengan

keaktifan kunjungan ke Posbindu PTM. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa jarak rumah akan mempengaruhi kunjungan ke Posbindu PTM.

Nilai odd ratio untuk jarak jauh dengan keaktifan kunjungan ke

Posbindu PTM sebesar 0,396 kali tidak aktif dibandingkan dengan

yang jaraknya dekat.

Hal ini didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan

responden mengenai jarak rumah yang menyebabkan responden

tersebut tidak aktif mengikuti Posbindu PTM. Beberapa responden


7

menyatakan karena jarak rumahnya yang terlalu jauh dengan tempat

dilaksanakannya Posbindu PTM menjadi hambatan bagi mereka untuk

aktif mengikuti Posbindu PTM, maka dibutuhkan kendaraan untuk

menjangkau ke tempat tersebut. Mereka menyatakan tidak bisa

mengendarai sepeda motor sendiri dan harus diantarkan oleh

keluarganya. Karena keluarganya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan

akan menghambat responden untuk aktif mengikuti Posbindu PTM.

Beberapa responden yang memiliki jarak rumah dekat dan

tidak aktif mengikuti Posbindu PTM hal ini dikarenakan mereka

memiliki pekerjaan yang sulit untuk ditinggalkan, jadi mereka

memilih bekerja karena mereka menganggap untuk cek tensi, cek gula

darah, cek kolesterol dan cek asam urat bisa dilakukan di bidan desa

yang bisa dikunjungi kapan saja. Sedangkan beberapa responden yang

memiliki jarak rumah jauh dan aktif mengikuti Posbindu PTM hal ini

dikarenakan mereka mengetahui manfaat dari Posbindu PTM dan bisa

mengendarai sepeda motor sendiri, sehingga mereka rela

meninggalkan pekerjaannya demi kesehatannya.

5.3.7 Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Posbindu PTM di

Desa Tugurejo Slahung Ponorogo

Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Posbindu

PTM, hasil penelitian menunjukkan dari 70 responden 61,4%

diantaranya memiliki dukungan keluarga rendah, dari yang memiliki

dukungan keluarga sebagian besar tidak aktif mengikuti Posbindu


7

PTM yaitu sebesar 86,0%. Sementara yang memiliki dukungan

keluarga tinggi (38,6%) sebagian besar tidak aktif mengikuti Posbindu

PTM yaitu sebesar 59,3%. Hal ini didukung dengan hasil uji Chi-

Square dengan membaca continuity correction karena tidak terdapat

sel yang nilainya <5 yang menunjukkan nilai p-value (0,024) < α

(0,05) dan nilai RP sebesar 1,452 (95% CI 1,039-2,30). Hasil tersebut

membuktikan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

keikutsertaan Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo.

Jadi masyarakat yang memiliki dukungan keluarga rendah akan lebih

tidak aktif mengikuti Posbindu PTM.

Dukungan keluarga yang kurang dapat menurunkan keaktifan

seseorang untuk mengikuti Posbindu PTM, dan sebaliknya dukungan

keluarga yang tinggi akan meningkatkan keaktifan seseorang dalam

mengikuti Posbindu PTM. Dukungan keluarga untuk mendorong

seseorang mengikuti Posbindu PTM adalah dengan mendampingi,

mengantar, atau mengingatkan jadwal kegiatan Posbindu PTM.

Apabila ada dukungan dari keluarga, rasa percaya diri akan bertambah

dan memotivasi untuk mengikuti Posbindu. Dukungan keluarga yang

kurang banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari

anggota keluarga terhadap kegiatan Posbindu (Umayana, 2015). Jadi

dukungan keluarga mempengaruhi keikutsertaan Posbindu PTM.

Penelitian ini membuktikan dari 61,4% diantaranya memiliki


7

dukungan keluarga rendah sebagian besar tidak aktif mengikuti

Posbindu PTM yaitu sebesar 59,3%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwi Wigati Ratna Sari dan Mieke Safitri (2018) yang meneliti tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM

di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta

Selatan yang salah satu dari variabel bebasnya adalah dukungan

keluarga terhadap pemanfaatan Posbindu PTM. Penelitian tersebut

menyatakan bahwa p-value sebesar 0,037 yang berarti ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM,

sedangkan nilai OR sebesar 2,153 artinya responden yang mendapat

dukungan keluarga lebih besar 2,153 akan lebih besar untuk aktif

memanfaatkan Posbindu PTM.

Hal ini didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan

responden mengenai dukungan keluarga. Beberapa responden

keluarganya lupa untuk menginformasikan kapan jadwal diadakannya

Posbindu PTM, dan beberapa responden menyatakan bahwa keluarga

mereka tidak bersedia mengantarkan ke tempat Posbindu PTM dengan

alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Berdasarkan uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakaktifan masyarakat

mengikuti Posbindu PTM disebabkan oleh rendahnya dukungan dari

keluarga.
8

Beberapa responden yang memiliki dukungan keluarga tinggi

dan tidak aktif mengikuti Posbindu PTM hal ini dikarenakan

responden memilih untuk cek tensi, kadar gula darah, kolesterol, dan

lainnya di bidan desa, dengan alasan lebih dekat. Sedangkan beberapa

responden yang memiliki dukungan keluarga rendah dan aktif

mengikuti Posbindu PTM hal ini dikarenakan responden memiliki

motivasi diri yang tinggi. Mereka bersedia datang ke tempat Posbindu

PTM sendiri tanpa harus diantar oleh keluarganya.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Data yang diambil merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner

yang diisi langsung dan diwawancarai oleh peneliti. Terdapat beberapa

kelemahan saat melakukan penelitian yaitu terjadinya recall bias dalam

menjawab pertanyaan. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan

pengecekan jawaban kuesioner dan membandingkannya dengan daftar

hadir yang ada di Posbindu PTM.


BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tentang faktor

predisposing, enabling dan reinforcing yang berhubungan dengan

keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo (p-value = 0,035; RP

= 1,412; 95% CI = 1,023-1,949)

2. Ada hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan masyarakat dalam

Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo (p-value = 0,008; RP

= 1,507; 95% CI = 1,109-2,048).

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan masyarakat

dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung Ponorogo (p-value =

0,024; RP = 1,452; 95% CI = 1,039-2,030).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Informasi dari penelitian tentang faktor motivasi diri, jarak rumah dan

dukungan keluarga yang berhubungan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam Posbidu PTM di Desa Tugurejo Slahung ini

diharapkan agar dapat menjadi referensi yang membantu dalam

81
8

pengerjaan tugas, serta menambah pengetahuan tentang Posbindu

PTM.

6.2.2 Bagi masyarakat Desa Tugurejo Slahung

Masyarakat Desa Tugurejo diharapkan lebih meningkatkan motivasi

diri dengan aktif mengikuti Posbindu PTM untuk mencegah terjadinya

penyakit tidak menular. Selain meningkatkan motivasi diri diharapkan

keluarga meningkatkan dukungannya terhadap anggota keluarga yang

mengikuti Posbindu PTM dengan bersedia mengantarkan ke Posbindu

PTM dan mendampinginya.

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya masih perlu diadakan penelitian yang lebih

lanjut terhadap faktor yang mempengaruhi keikutsertaan masyarakat

dalam Posbindu PTM dengan lebih memperdalam dukungan keluarga

dan menambah variabel bebas dukungan kader kesehatan, untuk

melihat peran kader kesehatan dalam keikutsertaan Posbindu PTM.


8

DAFTAR PUSTAKA

Alchuriyah, Siti dan Chatarina Umbul Wahyuni. 2016. Faktor Resiko Kejadian
Stroke Usia Muda pada Pasien Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Jurnal
berkah epidemiologi, volume 4 nomor 1: 67-73.

Andryana, Ria. 2015. Minat Ibu Mengunjungi Posyandu di Wilayah Kerja


Puskesmas Simpang Baru Kecamatan Tampan. JOM Eisip Volume 2
Nomor 2.

Ariani, Sofi. 2015. Stop Kanker. Yogyakarta: Istana Media.

Ariani, Sofi. 2016. Stop Gagal Ginjal Dan Gangguan Ginjal Lainnya.
Yogyakarta: Istana Media.

Armista, Ayu Mugi. 2017. Pengaruh Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi
XI IPS SMA Yadika Bandar Lampung. Jurnal Universitas Lampung.

Astuti, Emi Dwi. 2015. Gambaran Proses Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Dahlan, Sopiyudin. 2017. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif,


Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Dinas Kesehatan Ponorogo. 2018. Data Posbindu PTM Kabupaten Ponorogo.

Febriyanto, Mukhammad Aminudin Bagus. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan


dan Sikap dengan Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat di MI Sulaimaniyah
Mojoagung Jombang. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya.

Fuadah, Dina Zakiyyatul dan Naning Furi Rahayu. 2018. Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) Pada
Hipertensi (Utilization Of Integrated Posted Cooperation (Posbindu) Of
Non-Communicable Of Patients With Hypertension). Jurnal Ners dan
Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, : 020-028.

Harnilawati. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As-Salam.

Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarya: CV Budi


Utama.
8

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Umum Pos


Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun


2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Republik


Indonesia Tahun 2017.

Manuntung, Alfeus. 2018. Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi.


Malang: Mineka Media.

Marimbi, Hanum. 2009. Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Mboi, Nafsiah. 2018. The Rising Challenges of Non Communicable Diseases.


Jakarta: Congress InaHEA.

Mengko, Viena Victoria., Kandou dan Massie. 2015. Pemanfaatan Posyandu


Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU
Volume 5 Nomor 2B.

Muhith, Abdul dan Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik.


Yogyakarta: CV Andi Offset.

Nasruddin, Nurizka Rayhana, . 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota
Makassar Tahun 2017. Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin, Makassar.

Neolaka, Amos dan Grace Amalia A. Neolaka. 2017. Landasan Pendidikan Dasar
Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok: Kencana.

Novianti, Jumratun Tri. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Partisipasi Lansia Pada Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kassi-Kassi Kota Makassar. Skripsi Ilmu Keperawatan Universitas
Hasanuddin Makassar.

Permatasari, Laksmita Dwi Intan. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


tingkat kehadiran balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

Puskesmas Slahung Ponorogo. 2018. Data Register Posbindu PTM.

Rangga, dan Prima Naomi. 2016. Pengaruh Motivasi Diri Terhadap Kinerja
Belajar Mahasiswa. Jurnal Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas
Paramadina.
8

Rosjidi, Cholik Harun., Laily Isro’in dan Nurul Sri Wahyuni. 2017. Penyusunan
Proposal dan Laporan Penelitian Step By Step. Ponorogo: Unmuh
Ponorogo Press.

Rusdiyanti, Ivong. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan


Kunjungan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Di Desa
(Factors That Influence The Activity Of Visited Integrated Posting Most
Of Diseases In The Village). Healthy-Mu Journal, Volume 1 Nomor 2.

Sari, Dwi Wigati Ratna dan Mieke Savitri. 2018. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posbindu Penyakit Tidak Menular
(PTM) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta
Selatan Tahun 2018. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, Vol.
07, No. 02.

Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan


Praktis. Tasikmalaya: PT Gelora Aksara Pratama.

Subaris, Heru. 2016. Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, dan Modal


Sosial. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Penerbit Gava Media.

Sukmawati, Nunung., Ambo Sakka dan Putu Eka Meiyana Erawan. 2015. Faktor
Yang Berhubungan Dengan Perilaku Lansia Dalam Memanfaatkan
Posyandu Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Landono Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Halu Oleo.

Sundari, Sri dan Putri Mentasi. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keikutsertaan Lansia Dalam Posyandu Lansia. Jurnal Akademi
Kebudanan Ummi Khasanah.

Sunyoto, Danang. 2011. Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan: Analisis Data
Penelitian dengan SPSS untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Umayana, Haniek Try dan Widya Hary Cahyati. 2015. Dukungan Keluarga Dan
Tokoh Masyarakat Terhadap Keaktifan Penduduk Ke Posbindu Penyakit
Tidak Menular. Jurnal kesehatan masyarakat, Nomor 1, : 96-101.
8

LAMPIRAN 1

DOKUMENTASI

Gambar 1. Dokumentasi dalam melaksanakan uji validitas dan reliabilitas

Gambar 2. Dokumentasi dalam melaksanakan penelitian


8

LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : ................................................

Alamat : .................................................

Setelah ,mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan

kewajiban sebagai responden. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh

bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Yang Berhubungan dengan

Keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu PTM di Desa Tugurejo Slahung

Ponorogo”.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa

ada paksaan dari pihak lain.

Ponorogo,….......................2019

Responden

(…………………………….)
8

LAMPIRAN 3

KISI-KISI KUESIONER

No Indikator Nomor Soal


1 Keikutsertaan masyarakat dalam 1
Posbindu PTM
2 Motivasi diri sendiri 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14
3 Jarak rumah 15
4 Dukungan keluarga 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
8

LAMPIRAN 4

INSTRUMEN PENELITIAN

FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT
DALAM POSBINDU PTM DI DESA TUGUREJO SLAHUNG PONOROGO

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tanggal Pengisian :

No responden :

Nama :

Inisial :

Tanggal lahir :

Alamat :

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : Tidak sekolah Tidak tamat SD

SD SLTP

SLTA Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Buruh tani Petani

Wirausaha Pensiunan

IRT Swasta

Lainnya ……
9

B. Keikutsertaan Masyarakat dalam Posbindu PTM


Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Jawaban
1 Berapa kali anda mengikuti Posbindu PTM ……….. x satu tahun
dalam setiap tahunnya?

C. Motivasi Diri Sendiri


Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Jawaban
Iya Tidak
2 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
meningkatkan pengetahuan?
3 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mendengarkan penyuluhan dari petugas
kesehatan?
4 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui berat badan?
5 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui tinggi badan?
6 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui tensi darah?
7 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui kadar gula darah?
8 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui kadar kolesterol?
9 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui kadar asam urat?
10 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mengetahui status kesehatan?
11 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mendapatkan konseling?
12 Anda mengikuti Posbindu PTM untuk
mencegah penyakit tidak menular?
13 Anda mengikuti Posbindu PTM ingin
mendapakan data kesehatan?
14 Anda mengikuti Posbindu PTM karena
pelayanan di Posbindu PTM cepat?
9

D. Jarak Rumah
Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Jawaban
15 Berapa km jarak rumah anda dengan tempat ………….. km
dilaksanakannya Posbindu PTM?

E. Dukungan Keluarga
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Jawaban
Iya Tidak
16 Keluarga anda memberikan informasi tentang
Posbindu PTM?
17 Keluarga anda memberikan informasi tentang
adanya program Posbindu PTM?
18 Keluarga anda memberitahukan waktu kapan
dilaksanakannya Posbindu PTM?
19 Keluarga anda mengingatkan jadwal Posbindu
PTM?
20 Keluarga anda menyarankan kepada anda
untuk berkunjung ke Posbindu PTM?
21 Keluarga mendukung anda mengikuti
Posbindu PTM?
22 Keluarga anda mengantar ke tempat Posbindu
PTM?
23 Keluarga anda bersedia mendampingi sampai
selesai pada saat anda mengikuti Posbindu
PTM?
LAMPIRAN 5
HASIL OUTPUT UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

1. Hasil uji validitas variabel motivasi diri sendiri


Correlations
X X_TOTA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 1 X12 X13 X14 X15 L
1
X1 Pearson 1 .577* .577* 1.000 .577* .577* .600* .327 .577* .600* .32 .327 .327 .167 .327 .804**
**
Correlatio 7
n
Sig. (2- .024 .024 .000 .024 .024 .018 .234 .024 .018 .23 .234 .234 .553 .234 .000
tailed) 4
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X2 Pearson .577* 1 .400 .577* .400 1.000 .472 .472 1.000 .472 .47 .472 .472 .289 .472 .869**
** **
Correlatio 2
n
Sig. (2- .024 .140 .024 .140 .000 .075 .075 .000 .075 .07 .075 .075 .297 .075 .000
tailed) 5
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X3 Pearson .577 *
.400 1 .577 *
1.000 .400 .472 -.094 .400 .472 - .472 -.094 - .472 .573*
**
Correlatio .09 .289

9
n 4
Sig. (2- .024 .140 .024 .000 .140 .075 .738 .140 .075 .73 .075 .738 .297 .075 .026
tailed) 8
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X4 Pearson 1.000 .577*
.577*
1 .577*
.577*
.600*
.327 .577*
.600*
.32 .327 .327 .167 .327 .804**
**
Correlatio 7
n
Sig. (2- .000 .024 .024 .024 .024 .018 .234 .024 .018 .23 .234 .234 .553 .234 .000
tailed) 4
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X5 Pearson .577* .400 1.000 .577* 1 .400 .472 -.094 .400 .472 - .472 -.094 - .472 .573*
**
Correlatio .09 .289
n 4
Sig. (2- .024 .140 .000 .024 .140 .075 .738 .140 .075 .73 .075 .738 .297 .075 .026
tailed) 8
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X6 Pearson .577 *
1.000 .400 .577*
.400 1 .472 .472 1.000 .472 .47 .472 .472 .289 .472 .869**
** **
Correlatio 2
n
Sig. (2- .024 .000 .140 .024 .140 .075 .075 .000 .075 .07 .075 .075 .297 .075 .000
tailed) 5
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

9
X7 Pearson .600* .472 .472 .600* .472 .472 1 .196 .472 1.000 .46 .196 .196 .055 .196 .702**
**
Correlatio 4
n
Sig. (2- .018 .075 .075 .018 .075 .075 .483 .075 .000 .08 .483 .483 .847 .483 .004
tailed) 1
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X8 Pearson .327 .472 -.094 .327 -.094 .472 .196 1 .472 .196 .19 .196 1.000 .600 .196 .562*
** *
Correlatio 6
n
Sig. (2- .234 .075 .738 .234 .738 .075 .483 .075 .483 .48 .483 .000 .018 .483 .029
tailed) 3
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X9 Pearson .577* 1.000 .400 .577* .400 1.000 .472 .472 1 .472 .47 .472 .472 .289 .472 .869**
** **
Correlatio 2
n
Sig. (2- .024 .000 .140 .024 .140 .000 .075 .075 .075 .07 .075 .075 .297 .075 .000
tailed) 5
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X10 Pearson .600*
.472 .472 .600*
.472 .472 1.000 .196 .472 1 .46 .196 .196 .055 .196 .702**
**
Correlatio 4
n
Sig. (2- .018 .075 .075 .018 .075 .075 .000 .483 .075 .08 .483 .483 .847 .483 .004
tailed) 1

9
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X11 Pearson .327 .472 -.094 .327 -.094 .472 .464 .196 .472 .464 1 -.071 .196 .055 -.071 .422
Correlatio
n
Sig. (2- .234 .075 .738 .234 .738 .075 .081 .483 .075 .081 .800 .483 .847 .800 .117
tailed)
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X12 Pearson .327 .472 .472 .327 .472 .472 .196 .196 .472 .196 - 1 .196 .055 1.000 .590*
**
Correlatio .07
n 1
Sig. (2- .234 .075 .075 .234 .075 .075 .483 .483 .075 .483 .80 .483 .847 .000 .021
tailed) 0
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X13 Pearson .327 .472 -.094 .327 -.094 .472 .196 1.000 .472 .196 .19 .196 1 .600 .196 .562*
** *
Correlatio 6
n
Sig. (2- .234 .075 .738 .234 .738 .075 .483 .000 .075 .483 .48 .483 .018 .483 .029
tailed) 3
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X14 Pearson .167 .289 -.289 .167 -.289 .289 .055 .600*
.289 .055 .05 .055 .600*
1 .055 .319
Correlatio 5
n

9
Sig. (2- .553 .297 .297 .553 .297 .297 .847 .018 .297 .847 .84 .847 .018 .847 .246
tailed) 7
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X15 Pearson .327 .472 .472 .327 .472 .472 .196 .196 .472 .196 - 1.000 .196 .055 1 .590*
**
Correlatio .07
n 1
Sig. (2- .234 .075 .075 .234 .075 .075 .483 .483 .075 .483 .80 .000 .483 .847 .021
tailed) 0
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
X_TOTA Pearson .804 **
.869**
.573 *
.804 **
.573*
.869**
.702**
.562*
.869**
.702**
.42 .590*
.562*
.319 .590*
1
L Correlatio 2
n
Sig. (2- .000 .000 .026 .000 .026 .000 .004 .029 .000 .004 .11 .021 .029 .246 .021
tailed) 7
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

9
2. Hasil uji validitas variabel dukungan keluarga

Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y_TOTAL

Y1 Pearson Correlation 1 .196 .378 .196 .873** .327 .464 .464 .196 .464 .725**
Sig. (2-tailed) .483 .165 .483 .000 .234 .081 .081 .483 .081 .002
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Y2 Pearson Correlation .196 1 .378 1.000** .327 .600* .196 .196 .196 .196 .682**
Sig. (2-tailed) .483 .165 .000 .234 .018 .483 .483 .483 .483 .005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Y3 Pearson Correlation .378 .378 1 .378 .289 .289 -.189 -.189 .378 -.189 .394
Sig. (2-tailed) .165 .165 .165 .297 .297 .500 .500 .165 .500 .146
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Y4 Pearson Correlation .196 1.000** .378 1 .327 .600* .196 .196 .196 .196 .682**
Sig. (2-tailed) .483 .000 .165 .234 .018 .483 .483 .483 .483 .005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Y5 Pearson Correlation .873 **
.327 .289 .327 1 .167 .327 .327 .055 .327 .639*
Sig. (2-tailed) .000 .234 .297 .234 .553 .234 .234 .847 .234 .010
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Y6 Pearson Correlation .327 .600* .289 .600* .167 1 .327 .327 .327 .327 .683**
Sig. (2-tailed) .234 .018 .297 .018 .553 .234 .234 .234 .234 .005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

9
Y7 Pearson Correlation .464 .196 -.189 .196 .327 .327 1 1.000** .196 .732** .682**
Sig. (2-tailed) .081 .483 .500 .483 .234 .234 .000 .483 .002 .005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Y8 Pearson Correlation .464 .196 -.189 .196 .327 .327 1.000 **
1 .196 .732 **
.682**
Sig. (2-tailed) .081 .483 .500 .483 .234 .234 .000 .483 .002 .005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Y9 Pearson Correlation .196 .196 .378 .196 .055 .327 .196 .196 1 .196 .467
Sig. (2-tailed) .483 .483 .165 .483 .847 .234 .483 .483 .483 .079
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Y10 Pearson Correlation .464 .196 -.189 .196 .327 .327 .732 **
.732 **
.196 1 .639*
Sig. (2-tailed) .081 .483 .500 .483 .234 .234 .002 .002 .483 .010
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Y_TOTAL Pearson Correlation .725** .682** .394 .682** .639* .683** .682** .682** .467 .639* 1
Sig. (2-tailed) .002 .005 .146 .005 .010 .005 .005 .005 .079 .010
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

9
3. Hasil uji reliabilitas variabel motivasi diri sendiri

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.758 .921 16

4. Hasil uji reliabilitas variabel dukungan keluarga

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.755 .871 11

9
10

LAMPIRAN 6
HASIL OUTPUT DISTRIBUSI FREKUENSI

1. Distribusi frekuensi jenis kelamin


JENIS_KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 17 24.3 24.3 24.3


PEREMPUAN 53 75.7 75.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

2. Distribusi frekuensi usia

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 25-43 29 41.4 41.4 41.4


44-62 32 45.7 45.7 87.1

63-81 9 12.9 12.9 100.0


Total 70 100.0 100.0

3. Distribusi frekuensi pekerjaan


PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BURUH TANI 1 1.4 1.4 1.4


PETANI 60 85.7 85.7 87.1

WIRAUSAHA 2 2.9 2.9 90.0

IRT 1 1.4 1.4 91.4

SWASTA 1 1.4 1.4 92.9

LAINNYA 5 7.1 7.1 100.0


Total 70 100.0 100.0
10

4. Distribusi frekuensi pendidikan


PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK SEKOLAH 6 8.6 8.6 8.6


TIDAK TAMAT SD 17 24.3 24.3 32.9

SD 24 34.3 34.3 67.1

SMP 14 20.0 20.0 87.1

SMA 6 8.6 8.6 95.7


PT 3 4.3 4.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

5. Distribusi frekuensi motivasi diri


MORIVASI_DIRI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid RENDAH 42 60.0 60.0 60.0


TINGGI 28 40.0 40.0 100.0
Total 70 100.0 100.0

6. Distribusi frekuensi jarak rumah


JARAK_RUMAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid JAUH 38 54.3 54.3 54.3


DEKAT 32 45.7 45.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

7. Distribusi frekuensi dukungan keluarga


DUKUNGAN_KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid RENDAH 43 61.4 61.4 61.4


TINGGI 27 38.6 38.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
10

LAMPIRAN 7
HASIL OUTPUT UJI KORELASI (CHI-SQUARE)

1. Hubungan motivasi diri dengan keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu


PTM
Crosstab
KEIKUTSERTAAN_POSBINDU
TIDAK AKTIF AKTIF Total

MORIVASI_DIRI RENDAH Count 36 6 42


% within 85.7% 14.3% 100.0%
MORIVASI_DIRI
TINGGI Count 17 11 28
% within 60.7% 39.3% 100.0%
MORIVASI_DIRI
Total Count 53 17 70
% within 75.7% 24.3% 100.0%
MORIVASI_DIRI

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.710a 1 .017


Continuity Correction b
4.432 1 .035
Likelihood Ratio 5.639 1 .018
Fisher's Exact Test
.024 .018
Linear-by-Linear 5.629 1 .018
Association
N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.80.
b. Computed only for a 2x2 table
10

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for 3.882 1.229 12.259


MORIVASI_DIRI (RENDAH
/ TINGGI)
For cohort 1.412 1.023 1.949
KEIKUTSERTAAN_POSBIN
DU = TIDAK AKTIF
For cohort .364 .152 .870
KEIKUTSERTAAN_POSBIN
DU = AKTIF
N of Valid Cases 70

2. Hubungan jarak rumah dengan keikutsertaan masyarakat dalam Posbindu


PTM
Crosstab
KEIKUTSERTAAN_POSBINDU
TIDAK AKTIF AKTIF Total
JARAK_RUMAH JAUH Count 34 4 38
% within JARAK_RUMAH 89.5% 10.5% 100.0%
DEKAT Count 19 13 32
% within JARAK_RUMAH 59.4% 40.6% 100.0%
Total Count 53 17 70
% within JARAK_RUMAH 75.7% 24.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.559a 1 .003


Continuity Correction b
7.000 1 .008
Likelihood Ratio 8.806 1 .003
Fisher's Exact Test
.005 .004
Linear-by-Linear 8.436 1 .004
Association
N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.77.
10

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.559 a


1 .003
Continuity Correction b
7.000 1 .008
Likelihood Ratio 8.806 1 .003
Fisher's Exact Test
.005 .004
Linear-by-Linear 8.436 1 .004
Association
N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.77.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for 5.816 1.661 20.368


JARAK_RUMAH (JAUH /
DEKAT)
For cohort 1.507 1.109 2.048
KEIKUTSERTAAN_POSBIN
DU = TIDAK AKTIF
For cohort .259 .094 .717
KEIKUTSERTAAN_POSBIN
DU = AKTIF
N of Valid Cases 70
10

3. Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan masyarakat dalam


Posbindu PTM

Crosstab
KEIKUTSERTAAN_POSBI
NDU

TIDAK AKTIF AKTIF Total


DUKUNGAN_KELUAR RENDA Count 37 6 43
GA H % within 86.0% 14.0% 100.0
DUKUNGAN_KELUAR %
GA

TINGGI Count 16 11 27
% within 59.3% 40.7% 100.0
DUKUNGAN_KELUAR %
GA
Total Count 53 17 70
% within 75.7% 24.3% 100.0
DUKUNGAN_KELUAR %
GA

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.472a 1 .011


Continuity Correction b
5.098 1 .024
Likelihood Ratio 6.356 1 .012
Fisher's Exact Test
.020 .013
Linear-by-Linear 6.380 1 .012
Association
N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.56.
b. Computed only for a 2x2 table
10

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for 4.240 1.336 13.453


DUKUNGAN_KELUARGA
(RENDAH / TINGGI)
For cohort 1.452 1.039 2.030
KEIKUTSERTAAN_POSBIN
DU = TIDAK AKTIF
For cohort .342 .143 .818
KEIKUTSERTAAN_POSBIN
DU = AKTIF
N of Valid Cases 70
10

LAMPIRAN 8
10

LAMPIRAN 9
10

LAMPIRAN 10
11

LAMPIRAN 11
11

LAMPIRAN 12
11

LAMPIRAN 13
11

LAMPIRAN 14
11

LAMPIRAN 15
11
11

Anda mungkin juga menyukai