Anda di halaman 1dari 196

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA

DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN GIZI BALITA DI POSYANDU


KELURAHAN SUKASARI KECAMATAN TANGERANG
KOTA TANGERANG TAHUN 2011

SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)




Oleh:
NITA KURNIA
107101001911


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, November 2011

Nita Kurnia, NIM : 107101001911

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang Tahun 2011

xxiv + 124 halaman + 30 tabel, 2 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
Partisipasi masyarakat adalah suatu bentuk keterlibatan secara aktif dari
masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Dalam bidang kesehatan, salah satu partisipasi
masyarakat adalah pemantauan pertumbuhan berat badan balita di Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu), dengan tolak ukur, melihat jumlah balita yang ditimbang dibandingkan jumlah balita
seluruhnya (D/S). Hasil laporan Puskesmas Sukasari tahun 2010, angka D/S paling rendah
terdapat di Kelurahan Sukasari yaitu 15%. Angka tersebut masih jauh dibawah target Nasional
yaitu 80%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-raktor yang berhubungan dengan
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Tahun 2011, yang dilaksanakan pada bulan Juli-
Oktober dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini
berjumlah 90 ibu balita. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, analisis bivariat untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji
statistik chi square serta analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling dominan
berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan gizi di posyandu
dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita berpartisipasi
tidak aktif terhadap pelayanan gizi di Posyandu (53,3%). Berdasarkan analisis bivariat
diketahui bahwa umur ibu, tingkat pengetahuan ibu, persepsi ibu terhadap sarana di Posyandu,
persepsi ibu terhadap sikap kader tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi
ibu balita dalam pemanfaatan gizi di posyandu Kelurahan Sukasari. Sedangkan tingkat
pendidikan, status pekerjaan ibu, jarak dari rumah ke Posyandu, dukungan tokoh masyarakat
dan kebutuhan yang dirasakan ibu terhadap pelayanan gizi di Posyandu memiliki hubungan
yang bermakna dengan partisipasi ibu balita terhadap pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
Kelurahan Sukasari pada tahun 2011. Selanjutnya, berdasarkan analisis multivariat diketahui
bahwa jarak dari rumah ke Posyandu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan


iii

dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah untuk para ibu
balita agar memaksimalkan penggunaan sarana di Posyandu untuk memantau perkembangan
dan pertumbuhan balitanya, dan sangat pentingnya dukungan dari tokoh masyarakat setempat
untuk memotivasi ibu balita datang ke Posyandu. Untuk PuskesmasSukasari disarankan agar
meningkatkan pembinaan kader, menambah keberadaan Posyandu dekat dengan rumah warga.
Untuk Dinas Kesehatan kota Tangerang disarankan dapat memberikan pembinaan Posyandu
untuk meningkatkan motivasi dan kualitas pelayanan yang diberikan di Posyandu.

Daftar Bacaan: 57 (1990-2010)























iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, November 2011

Nita Kurnia, NIM : 107101001911

Factors Associated with Participation of Toddler Mother That Used of Nutrition Services
in Posyandu in Sukasari Village Tangerang Subdistrict of Tangerang City at 2011

xxiv + 124 pages, 30 tables, 2 charts, 5 attachments

ABSTRACT

Community participation is a form of active involvement of communities in all
aspects of life. In the field of health, community participation is one of growth monitoring
weight infants in the IHC (Integrated Health Center), with the benchmark, see the number of
infants who weighed under five compared to the amount of total (D / S). The results reported
Sukasari Health Center in 2010, the number D / S are the lowest in the Village Sukasari of
15%. This figure is still well below the national target of 80%.
This study aims to determine the factor-raktor associated with the participation of
mothers of toddlers nutrition service utilization in the IHC Urban Village District Sukasari
Tangerang, Tangerang City Year 2011, which was held in July-October with a cross-sectional
study design. The research sample consists of 90 mothers toddlers. Data analysis in this study
consisted of univariate analysis to determine the frequency distribution of each variable,
bivariate analysis to determine the relationship between independent and dependent variables
using chi-square statistical tests and multivariate analysis to determine the most dominant
factors associated with participation in the toddler's mother use of nutrition services at
posyandu by using multiple logistic regression test.
The results showed that most mothers do not actively participate toddlers to
nutrition services in the IHC (53.3%). Based on bivariate analysis is known that maternal age,
level of knowledge of mothers, maternal perception of facilities in integrated health, maternal
perception of the attitude of cadres do not have a meaningful relationship with the toddler's
mother's participation in the utilization of nutrients in posyandu Village Sukasari. While the
level of education, maternal employment status, distance from home to the IHC, the support of
community leaders and the perceived needs of mothers of nutrition services at IHC have a
significant association with the participation of a toddler's mother to the use of nutrition
services in integrated health Sukasari Village in 2011. Furthermore, based on multivariate
analysis is known that the distance from home to the IHC is the most dominant factors


v

associated with toddler's mother's participation in the utilization of nutrition services at IHC
Village Sukasari Tangerang Tangerang District in 2011.
Based on this research, the advice can be given is for the mothers in order to
maximize the use of children in integrated health facilities to monitor the development and
growth of babies, and so the importance of support from local community leaders to motivate
mothers to come to Posyandu toddlers. To PuskesmasSukasari suggested that increased
formation of cadres, increase the presence of IHC residents close to home. To Tangerang city
Health Department can provide guidance IHC suggested to increase the motivation and quality
of services provided in the IHC.

Reading List: 57 (1990-2010)
























vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA
TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN GIZI BALITA DI POSYANDU
KELURAHAN SUKASARI KECAMATAN TANGERANG
KOTA TANGERANG TAHUN 2011


Telah disetujui, diperiksa, dan layak diujikan dihadapan pembimbing Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Jakarta, November 2011





Drs. M. Farid Hamzens, Msi
Pembimbing 1





Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes
Pembimbing 2



vii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 4 November 2011
Mengetahui,
Penguji I,


Drs. M. Farid Hamzens, Msi

Penguji II,


Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes


Penguji III


Frima Elda, SKM, MKM


viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA
Nama : Nita Kurnia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 23 November 1989
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jln. KS. Tubun No.21 Rt. 04/03 Koang Jaya Kota Tangerang,
15112
Email : blosso_saggy@yahoo.com
Nomor Hp : 085692663640

PENDIDIKAN FORMAL
1994-1995 : TK Islam Al Masum Tangerang
19952001 : SD Negeri Pasar Baru 1 Tangerang
2001-2004 : SMP Negeri 2 Tangerang
2004-2007 : SMA Negeri 2 Tangerang
2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat.











ix

KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Warohmatullah Wabarokatuh
Puji serta syukur dipanjatkan kehadorat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya sehingga laporan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi Balita di Posyandu
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Tahun 2011 ini dapat
terselesaikan pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam dilimpahkan kepada junjungan
Nabi kita Rasulullah saw yang slalu memberikan cahaya dan petunjuk bagi kita semua.
Laporan skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir yang harus dipenuhi oleh penulis
pada semester delapan dan Alhamdulillah selesai pada awal november semester sembilan.
Dalam penulisan laporan ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan sehingga
diperlukan masukan-masukan utuk penyempurnaan di masa yang akan datanng.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prof.Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin,
Sp.And.
2. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, dr. Yuli Prapanca Satar, MARS
3. Mama yang tak hentinya selalu memberikan semangat dan mendoakan saya dalam setiap
waktunya dan Kakek tercinta karena dari hasil pensiunnya saya bisa menikmati proses
kuliah.
4. Bapak Drs. Farid Hamzens, M.Si sebagai pembimbing fakultas yang selalu memberikan
arahan dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi.
5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, nasihat, motivasi, dan saran-saran yang sangat berarti sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat dan semoga dapat siaplikasikan dalam kehidupan penulis.
7. Uwa, Tante, Om, Kakak kakak sepupu, adik adik sepupu yang selalu memberikan
semangat dan doa.


x

8. Kakak dan adik kelas di kampus yang mengarahkan dan menghibur setiap harinya
9. Kepala Puskesmas Sukasari dan mba Dwi sebagai TPG Posyandu yang sangat membantu
berkordinasi di lapangan serta Ibu kader dan Ibu-ibu responden yang telah menyempatkan
waktu untuk membantu dalam proses pengisian kuesioner.
10. Teman teman seperjuangan POEM (Putri cc Oneng, Ratih cc Eyang dan Ria cc Mpok)
yang saling berbagi, memberikan semangat dan bersama kalian selalu ada canda dan tawa.
Teman teman Integrasi C untuk kebersamaan dan kekompakanya slama satu semester,
teman teman Kelas Gizi Kesmas untuk kerjasamanya didalam kelas.
11. Teman teman kosan Cheryl-Haykal (Tami, Kak Iha, Elva, Ani, Neng Atih, Arum, Euis,
Uji, Lilik, Vina dan Ami) terima kasih untuk canda,tawa dan kebersamaannya selama ini.
Dan seluruh pihak yang belum sempat disebutkan, terima kasih atas bantuannya.
Semoga hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua pembaca.
Terakhir kritik dan saran sangat penulis harapkan demi tercapainya perbaikan di masa yang
akan datang.

WassalamuAlaikum Warahmatullah Wabarakatuh




Ciputat , November 2011
Penulis

xii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAK.... ii
ABSTRACT.. iv
LEMBAR PERSETUJUAN. vi
LEMBAR PENGESAHAN... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL.. xx
DAFTAR BAGAN. xxiii
DAFTAR LAMPIRAN.. xxiv
BAB I PENDAHULUAN.. 1
1.1 Latar Belakang .... 1
1.2 Rumusan Masalah .. 8
1.3 Pertanyaan Penelitian.. 9
1.4 Tujuan Penelitian.. 11
1.4.1 Tujuan Umum .... 11
1.4.2 Tujuan Khusus .. 11
1.5 Manfaat Penelitian.. 13
1.5.1 Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota 13
xiii

Tangerang.
1.5.2 Bagi Masyarakat di Wilayah Puskesmas Sukasari
Kota Tangerang...........................................................
13
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 14
1.5.4 Bagi Peneliti. 14
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15
2.1 Posyandu.... 15
2.1.1 Konsep Dasar Posyandu 15
2.1.2 Tujuan Penyelenggaran Posyandu....... 15
2.1.3 Sasaran Posyandu. 16
2.1.4 Kegiatan Gizi Posyandu... 17
2.1.5 Perkembangan Posyandu. 19
2.1.6 Cakupan Penimbangan Balita.. 21
2.2 Partisipasi Masyarakat... 22
2.2.1 Pengertian................................ 22
2.2.2 Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat............ 25
2.2.3 Tahap-Tahap Partisipasi... 26
2.3 Perilaku Kesehatan. 27
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu
Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi Balita di
31
xiv

Posyandu...
2.4.1 Umur Ibu...... 31
2.4.2 Pendidikan Ibu. 33
2.4.3 Status Bekerja Ibu.... 34
2.4.4 Tingkat Pengetahuan Ibu 35
2.4.5 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu.. 37
2.4.6 Persepsi Ibu tentang Kelengkapan Sarana di
Posyandu.
38
2.4.7 Persepsi Ibu tentang Kader Kesehatan... 39
2.4.8 Dukungan Tokoh Masyarakat.. 40
2.4.9 Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita terhadap
Pelayanan Gizi di Posyandu
40
2.5 Kerangka Teori...... 41
BAB III Kerangka Konsep dan Definisi Operasional... 43
3.1 Kerangka Konsep... 43
3.2 Definisi Operasional...... 46
3.3 Hipotesis 49
BAB IV Metodologi Penelitian.. 51
4.1 Desain Penelitian... 51
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian. 51
4.2.1 Lokasi Penelitian..... 51
4.2.2 Waktu Penelitian.. 52
xv

4.3 Populasi dan Sampel.. 52
4.3.1 Populasi.... 52
4.3.2 Sampel.. 52
4.4 Instumen Penelitian 54
4.5 Uji Coba Instrumen 54
4.6 Pengumpulan Data. 55
4.7 Pengolahan Data.... 55
4.8 Analisis Data.. 56
4.8.1 Analisis Data Univariat 56
4.8.2 Analisis Data Bivariat.. 56
4.8.3 Analisis Multivariat. 57
BAB V HASIL... 59
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.... 59
5.1.1 Keadaan Geografis... 59
5.1.2 Keadaan Demografi.... 59
5.2 Analisis Univariat..... 62
5.2.1 Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu.....
62
5.2.2 Umur Ibu.. 62
5.2.3 Pendidikan Ibu. 63
5.2.4 Status Bekerja Ibu 64
5.2.5 Tingkat Pengetahuan Ibu. 65
xvi

5.2.6 Jarak tempuh dari Rumah ke Posyandu. 65
5.2.7 Persepsi Ibu Tentang Sarana di Posyandu... 66
5.2.8 Persepsi Ibu Terhadap Sikap Kader Kesehatan. 66
5.2.9 Dukungan Tokoh Masyarakat.. 67
5.2.10 Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita terhadap
Pelayanan Gizi di Posyandu..
68

5.3 Analisis Bivariat...... 69
5.3.1 Hubungan Antara Umur Ibu dengan Partisipasi Ibu
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu.....
69
5.3.2 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi
Ibu Balita dalam Pemanfaatan Gizi di Posyandu.
70
5.3.3 Hubungan Antara Status Bekerja Ibu dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu
71
5.3.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu
72
5.3.5 Hubungan Antara Jarak Tempuh ke Posyandu
dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu.
73
xvii

5.3.6 Hubungan Antara Persepsi Ibu Tentang Sarana di
Posyandu dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
74
5.3.7 Hubungan Antara Persepsi Ibu Tentang Sikap Kader
Kesehatan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu.

75
5.3.8 Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat
dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu..
76
5.3.9 Hubungan Antara Kebutuhan yang Dirasakan Ibu
Balita terhadap Pelayanan di Posyandu dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu.
77
5.4 Analisis Multivariat..... 79
5.4.1 Faktor Paling Dominan Berhubungan Dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu.......
79
BAB VI PEMBAHASAN..... 86
6.1 Keterbatasan Penelitian.... 86
6.2 Gambaran Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari.
86
xviii

6.3 Umur Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
89
6.4 Pendidikan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu
Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu.
91
6.5 Status Bekerja Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi
Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu.

94
6.6 Tingkat Pengetahuan Ibu dan Hubungannya dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi
di Posyandu...
96
6.7 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu dan Hubungannya
dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu.
99
6.8 Persepsi Ibu tentang Sarana di Posyandu dan Hubungannya
dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu..
101
6.9 Persepsi Ibu tentang Sikap Kader Kesehatan dan
Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu..
103
6.10 Dukungan Tokoh Masyarakat dan Hubungannya dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi
di Posyandu..
106
xix

6.11 Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita terhadap Pelayanan
di Posyandu dan Hubungan dengan Partisipasi Ibu Balita
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
108
6.12 Analisis Multivariat. 111
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN... 114
7.1 Simpulan.... 114
7.2 Saran... 116
DAFTAR PUSTAKA... 120
LAMPIRAN














xx

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman
Tabel 1.1 Presentase Balita menurut Tempat Penimbangan
Enam Bulan Terakhir dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten, Riskesdas 2007..
4
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian.. 46
Tabel 5.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di
Kelurahan Sukasari Tahun 2010..
60
Tabel 5.2 Distribusi Penduduk Kelurahan Sukasari
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010.
60
Tabel 5.3 Jumlah Posyandu Puskesmas Sukasari Tahun
2010
61
Tabel 5.4 Distribusi Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011..
62
Tabel 5.5 Distribusi Ibu Balita Menurut Umur Ibu di Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Tahun 2011.
63
Tabel 5.6 Distribusi Ibu Balita Menurut Pendidikan di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011..

63
Tabel 5.7 Distribusi Pendidikan Ibu Balita Berdasarkan
Kategori Rendah dan Tinggi di Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Tahun 2011
64
Tabel 5.8 Distribusi Ibu Balita Menurut Status Bekerja di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011
64
Tabel 5.9 Distribusi Ibu Balita Menurut Tingkat Pengetahuan
tentang Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
65
xxi

Tabel 5.10 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jarak Tempuh dari
Rumah ke Posyandu di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011..
65
Tabel 5.11 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Persepsi Ibu
tentang Sarana di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011..
66
Tabel 5.12 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Persepsi Ibu
tentang Kader di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011..
67

Tabel 5.13
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Dukungan Tokoh
Masyarakat di Posyandu KelurahanSukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011..
67
Tabel 5.14
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Kebutuhan yang
Dirasakan terhadap Pelayanan di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Tahun 2011.
68
Tabel 5.15

Hubungan Antara Umur Ibu dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Tahun 2011

69
Tabel 5.16
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011.
70
Tabel 5.17
Hubungan Antara Status Bekerja Ibu dengan
Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011


71
xxii

Tabel 5.18
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
72
Tabel 5.19
Hubungan Antara Jarak Tempuh ke Posyandu dengan
Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
73
Tabel 5.20
Hubungan Antara Persepsi Ibu tentang Sarana dengan
Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011.
74
Tabel 5.21
Hubungan Antara Persepsi Ibu tentang Sikap Kader
dengan Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
75
Tabel 5.22
Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat
dengan Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
76
Tabel 5.23
Hubungan Antara Kebutuhan yang Dirasakan Ibu
Terhadap Pelayanan di Posyandu dengan Partisipasi
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Kelurahan Sukasari KecamatanTangerang,Kota
Tangerang Tahun 2011.
78
Tabel 5.24 Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang Akan
Masuk Model Multivariat.
80
Tabel 5.25
Hasil Pemodelan Prediksi Partisipasi Ibu ke
Posyandu...
81
Tabel 5.26
Hasil Uji Interaksi.
82
Tabel 5.27
Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
KelurahanSukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011.
83



xxiii

DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi Balita di
Posyandu..................
44
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 42


















xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Jurusan
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari KesBang Kota Tangerang
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Lampiran 4 Keusioner
Lampiran 5 Analisis Univariat, Bivariat, dan Multivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Dalam hal ini,
derajat kesehatan masyarakat dapat ditentukan dengan beberapa indikator,
diantaranya adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu
(AKI), dimana jika AKB dan AKI naik maka derajat kesehatan masyarakat
masih rendah dan sebaliknya (Depkes,2009). Berbagai faktor dapat
mempengaruhi naik dan turunnya AKB dan AKI, diantaranya belum
dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu secara optimal
oleh masyarakat. Posyandu merupakan salah satu wujud pemberdayaan
masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan tujuan
mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan (Widiastuti,2006).
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah salah satu bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes, 2006). Dalam hal ini
dibutuhkan upaya perbaikan gizi masyarakat selain sebagai program yang
tersendiri juga terintegrasi dalam program kesehatan lain. Salah satu bentuk
integrasi tersebut adalah kegiatan upaya perbaikan gizi di Posyandu diantaranya
2

kegiatan penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan gizi, PMT (Pemberian Makanan Tambahan), pemberian vitamin A,
dan pemberian tablet Fe. Sasaran dari program ini adalah bayi, Balita, ibu hamil
dan WUS (wanita usia subur) (Depkes RI, 2006).
Kegiatan gizi di Posyandu terbukti memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan status gizi masyarakat. Pernyataan ini didukung dengan
asumsi bahwa Posyandu merupakan salah satu pendekatan yang tepat untuk
meningkatkan status gizi Balita (Adisasmito, 2007). Ditambah lagi kenyataan
bahwa Posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk
penimbangan Balita yaitu sebesar 78,3% jika dibandingkan pelayanan kesehatan
lainnya (Depkes RI, 2008). Posyandu juga diakui memberikan kontribusi yang
besar terhadap keberhasilan penurunan prevalensi masalah gizi kurang yang
menunjukkan penurunan dari 23,2% pada tahun 2003 menjadi 18,4% pada tahun
2007 (Supari, 2009).
Keberhasilan Posyandu dalam mendukung peningkatan status gizi
masyarakat tidak seiring dengan peningkatan kualitas Posyandu. Meskipun
secara kuantitas jumlah Posyandu mengalami peningkatan dari 267.000
Posyandu pada tahun 2010 yang tersebar di lebih dari 70.000 desa di seluruh
Indonesia (Depkes RI, 2010), tetapi dari segi kualitas Posyandu yang ada masih
ditemukan beberapa masalah antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan
kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006). Padahal dengan adanya
Posyandu dapat mengembangkan sistem kesehatan daerah (Doherty,2004)
3

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20102014, yaitu
meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun, menurunnya angka
kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, menurunnya angka
kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, dan
menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak Balita menjadi 15% (Depkes,
2007).
Untuk itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI melalui Surat Nomor:
443/1334/SJ tanggal 8 Juni 2005, tentang programprogram Kesehatan dasar dan
Penyakit menular antara lain meminta untuk segera melakukan revitalisasi dan
optimalisasi Posyandu. Dalam surat tersebut, Mendagri meminta agar pemerintah
Provinsi segera mengembangkan langkahlangkah kegiatan antara lain
meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan Kader, meningkatkan
pemenuhan kelengkapan sarana dan prasarana, meningkatkan peranserta
masyarakat, kemitraaan dengan swasta dan dunia usaha (Mendagri, 2005).
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk
mengetahui adanya hambatan pertumbuhan (growth faltering) secara dini.
Pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh banyak faktor baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita adalah konsumsi
makanan, pelayanan kesehatan dasar, dan pola asuh. Sedangkan penyebab tidak
langsungnya adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu,
4

yang dalam pelaksanaannya masyarakat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.
Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat.
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor (Supariasa,2001). Untuk
itu, tingkat pasrtisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan Posyandu juga sangat
berpengaruh dalam mengurangi masalah gizi kurang dan gizi buruk. Untuk
mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat
diperlukan. Dalam Riskesdas 2007, dinyatakan tempat penimbangan dalam 6
bulan terakhir di Provinsi Banten yang tergambar pada tabel 1.1 berikut ini.


Tabel 1.1
Presentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan Terakhir
dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Riskesdas 2007
Kabupaten/Kota
Tempat Penimbangan Anak
RS Puskesmas Polindes Posyandu
Pandeglang 2,2 3,4 0,0 92,2
Lebak 2,9 2,9 1,2 92,4
Kab. Tangerang 4,0 4,6 1,2 65,3
Serang 3,7 5,3 3,7 79,9
Kota Tangerang 7,5 10,3 7,5 55,1
Kota Cilegon 4,0 2,0 1,3 88,1
Banten 3,8 4,4 2,2 80,3
Sumber : Riskesdas, 2007
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Posyandu masih merupakan tempat
terbanyak dipilih sebagai tempat penimbangan balita (80,3%), dan hal ini berlaku
di semua kabupaten/kota di Provinsi Banten. Tempat penimbangan terendah
untuk Posyandu berada pada Kota Tangerang sebesar (55,1%) dan menunjukkan
5

bahwa Posyandu sebagai pilihan penimbangan balita lebih sedikit di daerah
perkotaan dibanding pedesaan, dan terjadi kecenderungan penurunan fungsi
Posyandu sebagai tempat penimbangan balita dengan meningkatnya status sosial
ekonomi keluarga (Riskesdas,2007). Sehingga dapat dikatakan, tingkat
partisipasi aktif masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu sebagai tempat
penimbangan masih rendah terutama di daerah perkotaan.
Dalam hal ini, cakupan penimbangan balita di Posyandu yang ditunjukkan
oleh presentase jumlah balita yang datang per jumlah balita keseluruhan (D/S)
merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita,
cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi
kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A,
semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang
(Depkes, 2009).
Setelah mengetahui kekurangan gizi pada balita yang menyebabkan
mereka tidak bisa tumbuh optimal dan di masa depannya kemungkinan tidak bisa
bersaing, maka perlu diperhatikan peringatan dari Allah SWT sebagaimana
tersurat dalam Al-Quran surat An-Nisaa ayat 9:
_>,l _ l . _. `l> `,: !. -. l > , l. 1`.,l <
l1,l .,.. _
Yang artinya Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
6

mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar. (QS. An-Nisa: 9)
Menurut Departemen Kesehatan jika balita datang ke Posyandu (D) sama
dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu (S) maka kesadaran
masyarakat untuk menimbang anak balita baik, hal ini dilihat dari kehadiran
balita di Posyandu dan dapat memberikan gambaran tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan penimbangan. Menurut Departemen Kesehatan,
rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah jarak yang jauh (faktor
geografi), tidak adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi), biaya yang
tidak terjangkau (faktor ekonomi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan
fasilitas (faktor budaya) (Depkes, 2002).
Gambaran perilaku masyarakat dalam memanfaatakn sarana pelayanan
kesehatan yang ada didaerahnya dapat terlihat dari tingkat keberhasilan program
Posyandu yaitu cakupan penimbangan balita di Posyandu (Mamdy dalam
Juarsa, 2004). Sedangkan menurut teori Andersen dalam Sudarti (2008) tentang
model perilaku dan akses untuk pelayanan medis menjelaskan bahwa pelayanan
kesehatan memiliki tiga faktor yang berperan yaitu faktor predisposisi
(demografi, struktur sosial dan pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan),
faktor pendukung (jarak tempuh dari rumah ke Posyandu dan persepsi individu
terhadap pelayanan kesehatan), dan faktor kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan
oleh masyarakat). Sehingga dapat dikatakan Pemanfaatan Posyandu merupakan
7

suatu perilaku kesehatan ibu dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya
termasuk balita (Yamin, 2003).
Kota Tangerang adalah salah satu kota di wilayah provinsi Banten. Dinas
Kesehatan Kota Tangerang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah (Pemda)
Kota Tangerang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan program kesehatan
termasuk didalamnya program gizi masyarakat melalui pengembangan
Posyandu. Tetapi pada kenyataannya tingkat partisipasi masyarakat D/S
(perbandingan antara jumlah anak yang ditimbang dibandingkan dengan seluruh
anak yang berada di wilayah tersebut) belum memenuhi target indikator yang
ditetapkan yaitu masih 44,65% secara keseluruhan di Kota Tangerang pada tahun
2010 sedangkan target nasional adalah 80%. Berdasarkan hasil pendataan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang, diantara 13 kecamatan yang ada di Kota Tangerang,
kecamatan Tangerang merupakan kecamatan dengan tingkat (D/S) paling rendah
dan di kecamatan Tangerang terdapat 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas
Tanah Tinggi dengan tingkat (D/S) 23,72% dan Puskesmas Sukasari yang
terendah tingkat (D/S) nya yaitu 21,29%. Sedangkan Puskesmas Sukasari
memiliki 6 wilayah kelurahan dan kelurahan dengan tingkat D/S terendah yaitu
kelurahan Sukasari dengan angka partisipasi 15% (Dinkes Kota Tangerang ,
2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan partisipasi Ibu balita terhadap pemanfaatan
pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang tahun 2011.
8

1.2 Rumusan Masalah
Cakupan penimbangan balita di Posyandu ditunjukkan oleh presentase
jumlah balita yang datang per jumlah balita keseluruhan (D/S) dan merupakan
indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang.
Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi
cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
Kasus kurang gizi dan gizi buruk terkadang sulit ditemukan di masyarakat,
salah satu penyebabnya adalah karena si ibu tidak membawa anaknya ke pusat
pelayanan kesehatan. Salah satu indikator pemanfaatan pelayanan kesehatan
adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan Posyandu. Dimana
pemanfaatan Posyandu merupakan suatu perilaku kesehatan ibu dalam
memelihara kesehatan anggota keluarganya termasuk balita
Kota Tangerang merupakan salah satu kotamadya di Provinsi Banten
yang cakupan kunjungan Posyandunya terendah yaitu 55,1% menurut data hasil
Riskesdas 2007, hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat
dalam memanfaatkan Posyandu sebagai tempat penimbangan masih rendah
secara umum dan belum mencapai target yang ditentukan oleh Departemen
Kesehatan sebesar 80%.
Dari 13 kecamatan yang ada di Kota Tangerang, Kecamatan Tangerang
merupakan kecamatan yang memiliki cakupan kunjungan Posyandunya
terendah yaitu 20,93%. Kecamatan Tangerang terbagi dalam dua wilayah
Puskesmas yaitu Puskesmas Tanah Tinggi dan Puskesmas Sukasari. Dari dua
9

Puskesmas tersebut presentase D/S yang paling rendah yaitu Puskesmas Sukasari
dengan cakupan 21,9% pada tahun 2010. Sedangkan Puskesmas Sukasari
memiliki 6 wilayah kelurahan dan Kelurahan Sukasari dengan tingkat D/S
terendah yaitu 15%. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi Ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang tahun 2011.



1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran partisipasi Ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan
gizi Balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011?
2. Bagaimana gambaran karakteristik ibu Balita (umur, pendidikan dan
pekerjaan ibu) di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011?
3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu Balita tentang Posyandu Balita di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
4. Bagaimana gambaran persepsi ibu Balita tentang jarak dari rumah ke
Posyandu, di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011?
10

5. Bagaimana gambaran persepsi ibu Balita tentang Kader dan Kelengkapan
Sarana pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
6. Bagaimana gambaran dukungan tokoh masyarakat dalam kegiatan
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang 2011?
7. Bagaimana gambaran kebutuhan yang dirasakan ibu Balita dalam
pelayanan Posyandu Balita di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang tahun 2011?
8. Bagaimana hubungan karakteristik ibu Balita (umur, pendidikan dan
pekerjaan ibu) dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
9. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu Balita tentang Posyandu Balita
dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
10. Bagaimana hubungan persepsi ibu Balita tentang Kader dan Kelengkapan
Sarana pelayanan di Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
11. Bagaimana hubungan dukunga Tokoh Masyarakat dengan partisipasi Ibu ke
Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
tahun 2011?
11

12. Bagaimana hubungan kebutuhan yang dirasakan ibu Balita dalam
pelayanan Posyandu Balita dengan partisipasinya ke Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
13. Apakah faktor paling dominan yang berhubungan dengan partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran secara mendalam tentang hal hal yang
mempengaruhi partisipasi Ibu balita terhadap pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu Wilayah kerja Puskesmas Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang Tahun 2011.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran partisipasi Ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan gizi Balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang tahun 2011?
2. Diketahuinya gambaran karakteristik Ibu Balita (umur, pendidikan, dan
pekerjaan ibu) di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011.
3. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu Balita tentang Posyandu
Balita di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
tahun 2011.
12

4. Diketahuinya gambaran persepsi ibu Balita tentang jarak dari rumah ke
Posyandu, di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011.
5. Diketahuinya gambaran persepsi ibu Balita tentang Kader dan
Kelengkapan Sarana pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
6. Diketahuinya gambaran dukungan tokoh masyarakat dalam kegiatan
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang 2011?
7. Diketahuinya gambaran kebutuhan ibu Balita dalam pelayanan gizi di
Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
tahun 2011.
8. Diketahuinya hubungan karakteristik ibu Balita (umur, pendidikan dan
pekerjaan ibu) dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
9. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu Balita tentang Posyandu Balita
dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
10. Diketahuinya hubungan persepsi ibu Balita tentang Kader dan
Kelengkapan Sarana pelayanan gizi di Posyandu dengan partisipasinya
ke Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011.
13

11. Diketahuinya hubungan dukunga Tokoh Masyarakat di Posyandu dengan
partisipasi Ibu ke Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang tahun 2011.
12. Diketahuinya hubungan kebutuhan yang dirasakan ibu Balita dalam
pelayanan Posyandu Balita dengan partisipasinya ke Posyandu di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
13. Diketahuinya faktor yang paling berhubungan dengan partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.2 Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi sehingga
dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka perencanaan
kegiatan selanjutnya khususnya pada program gizi dan promosi
kesehatan.
1.5.3 Bagi Masyarakat di Wilayah Puskesmas Sukasari Kota Tangerang
Hasil penelitian ini secara tidak langsung memberikan informasi
dan pemahaman kepada masyarakat khususnya ibu-ibu balita tentang
pemanfaatan Posyandu, serta mendukung program perbaikan gizi.

1.5.4 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14

Memberikan tambahan pustaka tentang gambaran pemanfaatan
Posyandu oleh Ibu Balita sehingga dapat mendeteksi dan meningkatkan
status gizi balita dalam menanggulangi masalah gizi yang ada.
1.5.5 Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan referensi dan rekomendasi oleh peneliti
lain untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya khususnya terkait
pemanfaatan Posyandu.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Alasan dilakukannya penelitian ini karena berdasarkan hasil pendataan
oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang, tingkat partisipasi masyarakat di
Posyandu yang dinyatakan dalam D/S di wilayah Puskesmas Sukasari
menunjukkan angka terendah yaitu 21,9%. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui gambaran secara mendalam faktor-faktor yang berhubungan dengan
partisipasi Ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program studi
Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan akan
dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober tahun 2011 menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.


BAB II
15

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu
2.1.1 Konsep Dasar Posyandu
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang diselenggarakan dan dikelola dari, oleh,
untuk masyarakat guna memberikan kemudahan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). UKBM adalah wahana pemberdayaan
masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh,
dari, dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas,
lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya (Depkes RI, 2006).
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang
bersifat non-instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi
yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat (Depkes RI, 2006).

2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut
(Sembiring, 2004):
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (Ibu
Hamil, melahirkan dan nifas).
16

2. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS), sebagai salah satu upaya mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan keluarga berencana (KB)
beserta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat
sehat sejahtera.

2.1.3 Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan,
sehingga semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) terutama (Depkes RI, 2006) :
1. Bayi (dibawah satu tahun)
2. Balita (dibawah lima tahun)
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Program Posyandu ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas
pertumbuhan dan kesehatan ibu dan anak.



2.1.4 Kegiatan Gizi di Posyandu
17

Kegiatan gizi di Posyandu merupakan salah satu kegiatan utama dan
umumnya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.
Kegiatan yang dilakukan meliputi penimbangan berat badan, pencatatan
hasil penimbangan pada KMS (kartu menuju sehat) untuk deteksi dini
gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian
vitamin A, dan pemberian tablet Fe. Khusus untuk ibu hamil dan nifas
ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk yang
bertempat tinggal di daerah gondok endemic. Apabila setelah dua kali
penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas
(Depkes RI, 2006). Secara berlebih, kegiatan gizi yang ada di Posyandu
dijelaskan seperti dibawah ini.
a. Penimbangan Berat Badan Balita
Penimbangan berat badan dilakukan oleh kader terhadap Balita
dengan menggunakan alat timbangan berupa dacin untuk balita maupun
timbangan injak. Penimbangan Balita dilakukan pada saat hari buka
Posyandu. Dalam sistem lima meja dalam Posyandu, kegiatan
penimbangan ini dilakukan pada meja kedua.
b. Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
Hasil penimbangan berat badan yang dilakukan akan dicatat pada
KMS (kartu menuju sehat) yang akan menilai status gizi balita dan
mendeteksi secara dini jika terjadi gangguan pertumbuhan. KMS adalah
kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain
18

mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir
sampai anak berusia 5 tahun (Depkes RI, 2009).
Jenis informasi pada KMS berupa berat badan balita, pemberian
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif untuk bayi 0-6 bulan, imunisasi yang telah
diberikan, pemberian vitamin A, penyakit yang pernah diderita anak, dan
kemampuan yang harus dimiliki anak sesuai tingkat usianya seperti
kemampuan merangkak, duduk, dan sebagainya.
Catatan atau informasi pada KMS merupakan alat pemantau
keadaan balita yang dapat dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan
kepada ibu/keluarga balita. Selain itu dapat pula dijadikan acuan untuk
memberikan rujukan baik ke pelayanan kesehatan yang ada di Posyandu
maupun ke Puskesmas.
c. Penyuluhan Gizi
Penyuluhan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader kepada
ibu/keluarga Balita. Penyuluhan dilakukan melalui pendekatan
perorangan, sehingga bukan merupakan penyuluhan kelompok. Meskipun
demikian, kader dan petugas kesehatan dapat melaksanakan penyuluhan
kelompok pada hari buka Posyandu atau di luar Posyandu.
Topik penyuluhan yang biasanya diberikan berupa cara memantau
pertumbuhan balita, tanda anak gizi buruk dan penangananya, Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI), pemberian ASI eksklusif dan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI), manfaat vitamin A dan zat besi serta akibat
jika kekurangan, dan materi terkait gizi lainnya.
19

Dalam melakukan penyuluhan gizi biasanya digunakan alat bantu
berupa media lembar balik, poster, leaflet/brosur, lembar simulasi, lembar
kasus, alat peraga (food model) dan sebagainya.
d. Pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
Pemberian PMT dilakukan oleh kader pada saat hari buka
Posyandu. PMT yang diberikan dapat berasal dari sumbangan masyarakat
atau pun dari pihak Puskesmas sebagai program. Makanan tambahan
yang biasanya diberikan berupa bubur kacang hijau, biskuit, telur, susu,
dan makanan lainnya.
e. Pemberian Vitaminn A dan Tablet Fe
Pemberian vitamin A di Posyandu diberikan pada bulan Februari
dan Agustus setiap tahun yang disebut bulan vitamin A. Vitamin A
didapatkan dari Puskesmas yang akan disalurkan melalui petugas
kesehatan atau kader yang sudah terlatih kepada balita yang hadir.
Pemberian tablet Fe di Posyandu dilakukan kepada ibu hamil
selama masa kehamilan, yaitu sebanyak sembilan kali. Pemberian tablet
Fe dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader Posyandu yang sudah
terlatih.
2.1.5 Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing masing Posyandu tidak sama, dengan
demikian pembinaan yang dilakukan untuk masing masing Posyandu juga
berbeda. Posyandu dibedakan menjadi 4 tingkatan (Depkes RI, 2006) yaitu:

20

1. Posyandu Tingkat Pratama
Merupakan Posyandu yang kegiatannya masih belum optimal dan belum
bisa melaksanakan kegiatan rutinnya setiap bulan serta jumlah kader
sangat terbatas yaitu kurang dari lima orang. Intervensi yang dapat
dilakukan dengan memotivasi masyarakat serta menambah jumlah
kader.
2. Posyandu Tingkat Madya
Merupakan Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kader 5 orang atau lebih,
tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50%.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan cakupan dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Tingkat Purnama
Merupakan Posyandu yang frekuensi pelaksanaannya lebih dari 8 kali
per tahu, rata rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih,
cakupan program utamanya lebih dari 50% sudah dilaksanakan, serta
sudah ada program tambahan dana sehat yang dikelola oleh masyarakat
yang pesertanya masih terbatas.
4. Posyandu Tingkat Mandiri
Merupakan Posyandu yang sudah bisa melaksanakan programnya secara
mandiri, cakupan program utamanya sudah bagus serta sudah ada
21

program tambahan. Dana sehat dan telah menjangkau lebih dari 50%
Kepala Keluarga (KK).

2.1.6 Cakupan Penimbangan Balita
Dalam pelaksanaan Posyandu terdapat dua hal penting yang menjadi
sasaran. Pertama adalah perilaku masyarakat untuk membawakan anaknya
ke Posyandu dan yang kedua adalah perhatian daerah termasuk perangkat
desa. Ukuran perilaku masyarakat ini dapat dilihat dari hasil cakupan, yang
salah satunya adalah cakupan penimbangan balita (Mamdy dalam Juarsa,
2004).
Cakupan penimbangan (D/S) balita di Posyandu adalah jumlah anak
balita yang datang ke Posyandu dan baru pertama kali ditimbang pada
periode waktu tertentu yang dibandingkan dengan jumlah anak balita yang
berada di wilayah Posyandu pada periode waktu yang sama (Depkes RI,
1996). Hasil cakupan penimbangan bertujuan sebagai salah satu alat untuk
memantau status gizi balita, yang dapat dimonitor dari berat badan hasil
penimbangan yang tercatat didalam kartu menuju sehat (KMS). Disamping
itu KMS juga dapat dipergunakan sebagai alat intervensi oleh petugas atau
kader, tetapi juga ibu ibu. Sebagai alat intervensi langsung, KMS berperan
sebagai sarana penyuluhan, dan secara tidak langsung berperan
memperbaikin keadaan yang ditemukan melalui penjelasan dan penyuluhan
tambahan serta jika perlu memberika pengobatan (FKM UI dan Depkes
dalam Eddy, 1999).
22

Pencapaian hasil kegiatan di Posyandu dapat dilihat melalui Balok
SKDN (S= jumlah anak balita yang ditimbang, K= jumlah anak balita yang
memilki KMS, D= jumlah anak balita yang datang ditimbang berat
badannya, N=jumlah anak balita yang menunjukkan kenaikan berat
badannya). Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang
digunakan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya
memanfaatkan Posyandu sebagai sarana pemeliharaan kesehatan, khususnya
anak balita (Depkes RI dalam Juarsa, 2004).

2.2 Partisipasi Masyarakat
2.2.1 Pengertian
Secara umum partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk
keterlibatan secara aktif dari masyarakat dalam segala bidang kehidupan.
Hal ini berkaitan dengan pengertian partisipasi yang dikemukakan dalam
kamus besar Bahasa Indonesia tahun 2005 yang menyatakan partisipasi
sebagai hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan (Pusat Bahasa,
Depdiknas 2005).
Menurut Notoatmodjo (2007), partisipasi masyarakat adalah ikut
sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan
permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri baik masalah
keluarga ataupun masyarakat itu sendiri.
23

Berdasarkan deklarasi Alma Ata tahun 1978 , partisipasi dianggap
sebagai proses aktif dimana hubungan kerjasama ditetapkan antara
pemerintah dan penduduk dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk mencapai otonomi daerah yang
lebih baik dan kontrol infastruktur dan teknologi dalam pelayanan kesehatan
primer (Vasquez et al:32 dalam Murphy, 2006). Selebihnya, Partisipasi
berarti dimana masyarakat setempat bertanggung jawab untuk mendiagnosis
dan bekerja untuk memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri dan
masalah pembangunan (Morgan dalam Murphy, 2006).
Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk
perilaku. Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita
dalam program Posyandu, yang mewujudkan dengan membawa anak
mereka untuk ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap
bulan, karena perilaku keluarga sadar gizi (keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya) salah
satunya dapat dilihat dari indikator menimbang berat badan balita secara
teratur ke Posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila minimal
ada empat kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara berturut-turut
dalam enam bulan dan dikatakan tidak baik apabila kurang dari empat kali
secara berturut-turut ke Posyandu dalam enam bulan (Depkes RI, 2006).
Posyandu adalah wadah yang paling tepat untuk peran serta
masyarakat tersebut, karena dengan adanya peran serta dari masyarakat
secara teratur dan berkesinambungan maka akan terciptanya kesehatan yang
24

optimal bagi masyarakat. Posyandu dapat dikatakan sebagai sarana
partisipasi atau peran serta masyarakat dalam usaha peningkatan kesehatan
masyarakat (Sembiring, 2004).
Didalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu
kontribusi dan sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada
dana dan financial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga), dan ide
(pemikiran). Hal ini dapat diwujudkan didalam 4M, yaitu manpower
(tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu,
beras,batu, dan sebagainya), mind (idea atau gagasan) (Notoatmodjo, 2007).
Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat atau peran serta
masyarakat sehingga diatur dalam UU nomor 36 2009 Bab XVI,
dicantumkan tentang peran serta masyarakat dan salah satu pasalnya yaitu
pasal 174 ayat (1) yang menyatakan bahwa masyarakat memiliki
kesempatan untuk berperan serta dalam rangka membantu mempercepat
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, artinya
peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat khususnya dalam
pembangunan dilindungi oleh undang-undang.
Hal ini terkait dengan kasus kurang gizi dan gizi buruk yang
terkadang sulit ditemukan di masyarakat, salah satu penyebabnya adalah
karena si ibu tidak membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan yang
salah satunya Posyandu. Akibatnya bermunculan berbagai kasus kesehatan
masyarakat bermula dari kekurangan gizi yang terlambat terdeteksi pada
25

banyak balita seperti diare, anemia pada anak, dan lain lain di beberapa
provinsi di Indonesia (Sudarti, 2007).

2.2.2 Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat
Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan,
partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan
tersebut. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat dapat menciptakan
fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan
adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme
(Notoatmodjo,2007):

1. Community felt need
Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti
bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga adanya
pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, yang belum
dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan
masyarakat dan untuk masyarakat.
2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan pasrtisipasi
masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat. Hal
ini berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat
sendiri.
26

3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri.
Artinya tenaganya dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh anggota
masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi
masyarakat dalam pelayanan kesehatan adalah terciptanya suatu pelayanan
untuk masyarakat, dari masyarakat, dan oleh masyarakat.

2.2.3 Tahap-Tahap Partisipasi
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau
menumbuhkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan dua cara
(Notoatmodjo,2007):
1. Partisipasi dengan paksaan
Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu
program, baik melalui perunadang-undangan, peraturan-peraturan
maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan
mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget karena
dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak
akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi
Yaitu suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran, sukar
ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai
hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi
27

ini dimulai dengan penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Persyaratan utama masyarakat untuk
berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi, masyarakat sulit untuk
berpartisipasi disegala program. Timbulnya motivasi harus dari
masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya merangsangnya saja. Untuk
itu, pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang
tumbuhnya motivasi.

2.3 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik
yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Salah satu bentuk perilaku kesehatan
disini adalah partisipasi ibu balita dalam program gizi di Posyandu, yang
diwujudkan dengan membawa anak balita mereka untuk ditimbang berat badannya
ke Posyandu secara teratur setiap bulannya.
Perilaku manusia adalah sangat kompleks, dilihat dari berbagai sudut
pandang. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor
faktor, baik dari dalam maupun dari luar subjek (Notoatmodjo,2005).
Menurut teori Ronald M. Andersen (1995) dalam jurnalnya Revisting the
Behavioral Model and Access to Medical Care:Does It Matter? , detrminan
28

perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam pola penggunaan pelayanan
kesehatan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut yaitu perbedaan angka kesakitan, karakteristik
demografi penduduk dan faktor sosial dan budaya. Suatu pendekatan konseptual
yang banyak digunakan dalam survey pemanfaatan pelayanan dokter adalah model
perilaku yang dikembangkan bersama koleganya (Andersen dan Newman,1973;
Aday dan Andersen 1974; Andersen,dkk,1975 dalam Notoatmodjo, 2007).
Menurut model ini keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh:
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Komponen predisposisi (pendorong) seseorang untuk menggunakan
pelayanan kesehatan. Komponen ini disebut predisposisi karena faktor-faktor
pada komponen ni menggambarkan karakteristik perorangan yang sudah ada
sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini
menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berprilaku dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan (Wibowo,1992). Andersen membagi
komponen predisposing ini berdasarkan karakteristik pasien ke dalam tiga
bagian meliputi ciri demografi,struktur sosial, keyakinan terhadap pelayanan
kesehatan (health beliefs) (becker,1995). ). Misalnya, seorang ibu membawa
anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu anaknya akan dilakukan
penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya.


29

2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Komponen enabling adalah suatu kondisi atau keadaan yang
memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Andersen
membaginya ke dalam 2 kelompok yaitu sumber daya keluarga dan sumber
daya masyarakat. Variablevariable kemampuan individu untuk menggunakan
pelayanan kesehatan yang diestimasi berdasarkan sumber daya keluarga adalah
penghasilan dan simpanan, asuransi kesehatan, dan kemampuan membeli jasa
pelayanan, sedangkan yang termasuk dalam sumber daya masyarakat antara
lain dilihat dari jumlah pelayanan kesehatan yang ada, lokasi tempat pelayanan
kesehatan termasuk harga pelayanan kesehatan (Andersen, 1995). Pada model
ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan
sumber-sumber di dalam masyarakat contohnya dukungan dari tokoh
masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Dari segi kesehatan masyarakat agar masyarakat mempunyai perilaku
sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan
kesehatan. Misalnya seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu tidak
hanya karena dia tahu dan sadar akan manfaat melainkan juga ibu tersebut
dapat dengan mudah memperoleh sarana dan fasilitas, misalnya jarak dan
akses yang cepat menuju Posyandu (Sudarti, 2008).
3. Faktor Kebutuhan
Terdapatnya kondisi kondisi predisposising dan enabling pada diri
seseorang juga memerlukan adanya kebutuhan (need) agar memanfaatkan
30

pelayanan kesehatan. Kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Need adalah suatu rangsangan atau adanya alasan atau dorongan
tertentu bagi seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Komponen
need meliputi antara lain penelitian individu tentang penyakitnya tersebut
(derajat kesehatannya, gejala gejalanya, jumlah dari individu tidak dapat
bekerja dan keadaan bebas dari penyakit berat) dan jawaban atas penyakit
tersebut (langsung pergi ke dokter dan secara teratur memeriksakan
kesehatannya) (Becker, 1955 dalam Sudarti, 2008). Misalnya, dengan memiliki
KMS, ibu balita termotivasi datang ke Posyandu untuk menimbang anaknya
pada bulan berikutnya guna melihat perkembangan pertumbuhan berat badan
anaknya sehingga ibu Balita merasakan perlu dan butuh datang ke Posyandu.
Selanjutnya, tim kerja kesehatan dari WHO merumuskan determinan
perilaku ini sangat sederhana. Mereka mengatakan bahwa mengapa seseorang
berprilaku karena adanya beberapa alasan pokok (determinan) yaitu
(Notoatmodjo,2005):
1. Pemikiran dan perasaan
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat
diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau berprilaku. Misalnya, seorang ibu
akan membawa anaknya ke Puskesmas untuk memperoleh imunisasi, akan
didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya, dan sumber daya atau
uang yang tersedia dan sebagainya.
31

2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
(personal references), yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat
setempat.
3. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Andersen,
sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana
atau fasilitas).
4. Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
perilaku seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor sosio budaya
merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini
dapat dilihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda
karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang
khas.

2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi Balita di Posyandu
2.4.1 Umur Ibu
Umur dapat mempengaruhi seseorang berperilaku. Kematangan
dalam mengambil keputusan salah satunya dipengaruhi oleh faktor umur,
semakin bertambah umur secara psikologis maka kedewasaan seseorang
dalam bertindak semakin baik. Hurlock (1998) dalam Yamin 2003)
menggambarkan bahwa umur ibu yang memiliki balita dikelompokkan
dalam tiga kategori, yaitu usia muda (<20 tahun), dewasa dini (20-29
32

tahun) dan dewasa madya (30-40 tahun). Dengan kata lain bahwa semakin
dewasa umur seseorang, maka akan semakin baik perilakunya. Demikian
juga dengan umur ibu, semakin dewasa umurnya maka akan semakin
meningkat motivasinya dalam memanfaatkan Posyandu (Siagian,1995).
Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena
kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari
di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006). Umur orang tua
terutama ibu yang relatif muda, cenderung untuk mendahulukan
kepentingan sendiri. Sebagian besar ibu yang masih muda memiliki sedikit
sekali pengetahuan tentang gizi dan pengalaman dalam mengasuh anak
(Budiyanto,2002).
Ibu yang relatif muda cenderung kurang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam mengasuh anak sehinnga umumnya mereka mengasuh
dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tuanya terdahulu.
Sebaliknya pada ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima
dengan senang hati tugasnya dan sebagai ibu yang lebih berumur
cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu
sehingga akan mempengaruhi pula terhadap kualitas dan kuantitass
pengasuhan anak (Hurlock, 1999).
Umur akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang seiring
dengan perkembangan fisik dan mental orang tersebut sehingga
perilakunya akan semakin matang dengan bertambahnya umur
(Gunarsa,2000). Penelitian Anderson dan Andersen (1972). Mc Kinlay
33

(1972) dan Aday Eichhorn (1972) dalam Sudarti (2008) mengenai
penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa
pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia
sangat muda (anak-anak) dan berusia tua (Sudarti, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Yamin (2003) menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemanfaatan pelayanan
Posyandu Baita. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita
yang berusia > 30 tahun memiliki tingkat pemanfaatan posyandu baik
dibandingkan dengan kelompok usia ibu 30 tahun.
2.4.2 Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
oleh pemberi bahan atau materi kepada sasaran guna mencapai perubahan
tingkat lalu (Notoatmodjo,1993 dalam Arinta, 2010).
Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya
atau jenis pendidikan yang dialami seseorang (Khomsan, 2007).
Pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku
sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan
orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya
dan sebagainya (Soetjiningsih (1995) dalam Khalimah (2007).
34

Menurut Phenix dalam Harianto (1992) bahwa pendidikan adalah
suatu proses di mana manusia membina perkembangan manusia lain
secara sadar dan berencana. Sebagaimana di kemukakan oleh Spencer
1859 dalam Harianto (1992), orang tua yang berpendidikan rendah akan
sulit beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari kegiatan yang
dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi dalam kegiatan pelaksanaan
Posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harianto (1992) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan
responden dengan partisipasi masyarakat (D/S).
Dalam penelitian Anderson and Andersen (1972) dan Aday and
Eichhorn (1972) bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal
biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan (Greenly, 1980) dalam
Sudarti (2008).

2.4.3 Status Bekerja Ibu
Menurut Pandji Anoraga (1998) dalam Khalimah (2007), kerja
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa
nermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak
disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang
hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang
dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih
memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.
35

Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tantang faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakhadiran Ibu Balita dan Penggunaan Posyandu di
Kecamatan Bogor Barat (1989) membuktikan bahwa ada faktor pekerjaan
(status pekerjaan) ibu berhubungan signifikan dengan penggunaan
Posyandu. (Sudarti, 2008).
Pekerjaan memilki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan
serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki
keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni, 1994 dalam
Gabriel, 2008). Hal ini sesuai menurut Khomsan (2007) bahwa pekerjaan
termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga.. dengan
adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut
relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki
pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak
dapat dipastikan.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup
padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu.
Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga
semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke
Posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang
menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk
berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil
penelitian kualitatif di Kota Denpasar yang dilakukan Widiastuti (2006)
36

juga ditemukan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa
anaknya ke Posyandu untuk di timbang.

2.4.4 Tingkat Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang melakukan
pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan
bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada
seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan Rogers (1974) yang
dikutip (Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
melakukan perilaku yang baru bagi dirinya, lebih dahulu dalam diri orang
tersebut akan terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awerness (kesadaran), yakni kesadaran seseorang dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yaitu mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation, proses menimbang baik dan buruk stimulus bagi pribadi
4. Trial, mencoba perilaku baru dari hasil evaluasi stimulus
5. Adoption,seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan gizi adalah segala bentuk informasi yang berkaitan
dengan pangan dan gizi. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi
37

melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi,
radio, surat kabar, dan orang lain (teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan
lain-lain) (Khomsan et al, 2009). Dalam penelitian Maharsi (2007),
pengetahuan ibu berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu.
Penelitian lain juga dikemukakan oleh Hutagalung (1992), antara
pengetahuan ibu dengan perilaku ibu menimbangkan anaknya di Posyandu
memiliki hubungan yang bermakna secara statistik.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Sudarti
(2008) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ni, dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran tidak berlangsung lama.

2.4.5 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Yang dimaksud dengan jarak dalam penelitian ini adalah ukuran
jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu
dimana adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di
wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) dalam
Khalimah (2007), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua
benda atau tempat yaitu jarak antara rumah denga tempat Posyandu.
38

Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah (2007), letak Posyandu
sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat,
ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai
rakyat, pos rukum tetangga (RT) atau rukun warga (RW) atau pos lainnya.
Hal ini agar jarak Posyandu tidak terlalu jauh sehingga tidak menyulitkan
masyarakat untuk menimbang anaknya.
Dari beberapa hasil penelitian, bahwa faktor jarak ternyata
memberikan kontribusi terhadap seseorang dalam melakukan suatu
tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002)
bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu
(<10 menit) berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan
yang jarak tempuhnya jauh ( 10 menit).
2.4.6 Persepsi Ibu tentang Kelengkapan Sarana di Posyandu
Menurut penelitian Hutagalung (1992) menunjukkan bahwa
persepsi ibu terhadap kelengkapan Posyandu dengan perilaku
menimbangkan anak ke Posyandu mempunyai hubungan yang bermakna,
yang berarti semakin lengkap kelengkapan Posyandu maka semakin sering
ibu menimbangkan anaknya ke Posyandu.
Hasil penelitian tentang kelengkapan sarana, fasilitas dan kegiatan
Posyandu dibuktika oleh penelitian yang berkesimpulan bahwa semakin
lengkap sarana yang digunakan di Posyandu, semakin sering ibu
menimbangkan anaknya di Posyandu (Sihol H,1992).
39

Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI
(1989) menyebutkan sarana dan prasarana mempengaruhi proses
penyuluhan kader UPGK (Unit Pelayanan Gizi Keluarga). Studi di Jakarta
di temukan dari 1.978 posyandu, 57,8% menerima bantuan alat masak,
37,9% menerima kursi dan meja, 91,8% menerima sarana pencatatan dan
pelaporan dan 92% menerima sarana penyuluhan (Sihotang dan Rianto
Adi,1989).

2.4.7 Persepsi Ibu tentang Kader Kesehatan
Menurut Depkes RI (2005), kader adalah anggota masyarakat yang
dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun
masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat pelayanan kesehatan dasar. Jadi, kader Posyandu sebagai
penyelenggaraan utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu.
Keterampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang
terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai
balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal
ini mendorong para ibu-ibu rajin berkunjung ke Posyandu (Azwar,1996
dalam Khalimah,2007).
40

Berdasarkan hasil penelitian Eddy (2000) menyatakan bahwa
kemampuan ataupun keterampilan kader mempunyai hubungan paling
kuat dengan cakupan penimbangan balita. Penelitian Sambas (2002) juga
ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader
dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu.
Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto (1989) tentang Faktor-faktor
Yang mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita dalam Penggunaan
Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, membuktikan bahwa persepsi ibu
tentang perilaku kader merupakan faktor yang memudahkan ibu dalam
menimbangkan anaknya ke Posyandu.

2.4.8 Dukungan Tokoh Masyarakat
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku
keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa
tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik juga untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo
(2005) yang menyatakan bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara
sector kesehatan dengan masyarakat.
Keterlibatan tokoh masyarakat (ketua RW/RT) sebagai pendukung
kegiatan Posyandu sangat dibutuhkan. Menurut hasil penelitian
(Sudarti,1990 dalam Yamin, 2003) di Kabupaten Tangerang menunjukkan
bahwa pada daerah dimana tokoh masyarakatnya berpartisipasi aktif dan
41

memberikan perhatian terhadap kader menghasilkan kegiatan Posyandu
yang maju.

2.4.9 Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita dalam Pelayanan Gizi di
Posyandu
Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan Posyandu
adalah hal-hal yang dirasakan informan sehinnga informan menginginkan
pelayanan Posyandu. Sedangkan pemanfaatan pelayanan Posyandu adalah
tindakan ibu balita membawa anaknya menggunakan semua pelayanan
kesehatan di Posyandu (Sudarti,2008).
Ibu yang memanfaatkan Posyandu merasakan kebutuhan akan
pelayanan Posyandu karena adanya keinginan yang kuat dari ibu untuk
mengetahui dan memahami tentang perkembangan gizi anaknya,
imunisasi gratis dan lokasi Posyandu tidak jauh dari tempat tinggal ibu.
Faktor kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga telah dibuktikan
oleh Setyowati (2000) di Kota Pontianak yang menyimpulkan bahwa
variabel kebutuhan merupakan paling dominan dengan pemanfaatan
pelayanan pengobatan. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori
Anderson (1972) bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi
keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan adalah komponen
need.
Sementara menurut Martoatmodjo dalam Hutagalung (1992),
dalam situasi kini tentang isi dan pelaksanaan kegiatan Gizi dalam PHC
42

(Primary Health Care) atau Posyandu, mengemukakan bahwa alasan
sebagian besar ibu balita (69-90%) yang menimbangkan anaknya adalah
ingin mengetahui berat badan anaknya.

2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari
teori Andersen (1995) dalam jurnalnya berjudul Revisting the Behavioral Model
and Access to Medical Care: Does it Matter? , Lawrence Green (1980),
Notoatmodjo (2005) dan Sudarti (2008) tentang faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor kebutuhan yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Kerangka teori tersebut dapat dilihat
pada bagan dibawah ini.


















43

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi Balita di Posyandu















Sumber : Modifikasi Teori Andersen (1995), Teori Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2005), dan Sudarti (2008).



Faktor Predisposisi
- Jenis Kelamin
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Ras/Suku
Faktor Pendukung
- Jarak tempuh dari rumah ke
pelayanan kesehatan
- Persepsi individu tentang pelayanan
kesehatan
- Sumber Daya Masyarakat
Faktor Kebutuhan
- Kebutuhan yang dirasakan individu
dalam pelayanan kesehatan
Partisipasi Ibu Balita
dalam Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu
44

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan modifikasi teori Ronald M. Andersen (1995) dalam Journal of
Health and Sosial Behavior, dan teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2005), dan Sudarti (2008) ada 3 faktor yang yang berpengaruh terhadap perilaku
pencarian/ pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor kebutuhan. Faktor predisposisi dapat menggambarkan fakta
bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda-beda disebabkan karena adanya perbedaan ciri individu
seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ras/suku. Faktor
pendukung yaitu fasilitas kesehatan seperti jarak tempuh dari rumah ke Posyandu
yang termasuk sumber daya keluarga, persepsi individu terhadap sarana dan kader
kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat yang termasuk dalam sumber daya
masyarakat. Faktor yang terakhir adalah kebutuhan yang dirasakan ibu balita
terhadap pelayanan Posyandu karena orang tua akan termotivasi dan akhirnya
merasa membutuhkan Posyandu sebagai sarana pemantauan tumbuh kembang anak
Balitanya setiap bulan.
Penelitian ini berdasarkan pada teori yang dikemukakan diatas, tetapi tidak
semu variabel penelitian. Variabel jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat
homogen dimana semua respondennya ibu balita, variabel ras/suku tidak diteliti
karena masyarakatnya termasuk masyarakat denagn suku/ras yang homogen.
45

Berdasarkan kerangka teori diatas dengan segala keterbatasannya, maka
peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam
melakukan penelitian seperti di bawah ini.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian


















Faktor Predisposisi
- Umur Ibu
- Pendidikan Ibu
- Status Bekerja Ibu
- Tingkat Pengetahuan Ibu
Faktor Pendukung
- Jarak tempuh dari rumah ke
Posyandu

- Persepsi Ibu tentang sikap kader &
kelengkapan sarana di Posyandu

- Dukungan Tokoh Masyarakat
Faktor Kebutuhan
- Kebutuhan yang dirasakan Ibu
balita dalam pelayanan di Posyandu
Partisipasi Ibu
Balita dalam
Pemanfaatan
Pelayanan Gizi
Posyandu
46

Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi ibu balita terhadap
pemanfaatan pelayanan Posyandu sebagai variabel dependen berhubungan dengan
faktor umur ibu, pendidikan ibu, status bekerja ibu, tingkat pengetahuan ibu, jarak
tempuh dari rumah ke Posyandu, persepsi ibu terhadap sarana di Posyandu, persepsi
ibu tentang kader kesehatan, dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam
pelayanan di Posyandu sebagai variabel independen.

47

3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Partisipasi Ibu
Balita dalam
pemanfaatan
pelayanan gizi di
Posyandu
Peran serta Ibu dalam
membawa anak balita (usia 0-
59 bulan) ke Posyandu untuk
ditimbang berat badannya dan
mendapat pelayanan gizi
dalam 6 bulan terakhir
Wawancara
& Observasi
Kuesioner
& Buku
KMS
0= Tidak Aktif, jika < 8 kali
berturut-turut
1= Aktif, jika 8 kali berturut-
turut
(Sambas,2002)
Ordinal
2. Umur Ibu Bilangan usia ibu saat
dilakukan penelitian dihitung
berdasarkan tanggal lahir
Wawancara Kuesioner 0= Muda, jika < 30 tahun
1= Tua, jika 30 tahun
(Yamin,2003)
Ordinal
3. Pendidikan Ibu Jenjang sekolah formal
terakhir yang pernah ditempuh
oleh ibu
Wawancara Kuesioner 0= Rendah, jika responden
tamat SMP atau lebih
rendah
1= Tinggi, jika responden
tamat SMA atau lebih
tinggi
(Sambas, 2002)
Ordinal
4. Status bekerja
Ibu
Kegiatan rutin yang dilakukan
dalam upaya mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan.
Wawancara Kuesioner 0= Bekerja, jika ibu memiliki
kegiatan rutin untuk
menghasilkan uang
1= Tidak Bekerja, jika ibu tidak
memiliki kegiatan rutin
untuk menghasilkan uang
(Depkes RI, 2008)



Ordinal
48

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
5. Tingkat
pengetahuan Ibu
Penguasaan responden
mengenai Posyandu yaitu
frekuensi pelaksanaan
kegiatan, program, manfaat
dan sasaran kegiatan Posyandu
Wawancara Kuesioner 0= Kurang, jika total skor
<median
1= Baik, jika total skor
median
(Sambas,2002)
Ordinal
6. Jarak tempuh
dari rumah ke
Posyandu
Penilaian Ibu balita mengenai
jarak dari rumahnya ke
Posyandu berdasarkan waktu
yang dipakai
Wawancara Kuesioner 0= Jauh, jika 10 menit
1= Dekat, jika < 10 menit
(Sambas, 2002)
Ordinal
7. Persepsi Ibu
tentang
kelengkapan
sarana di
Posyandu
Anggapan responden terhadap
peralatan yang tersedia pada
saat pelaksanaan Posyandu
(Timbangan dan
sarung,pencatatan, meja, KMS,
ruang tunggu, PMT, media
penyuluhan dan poster)
Wawancara Kuesioner 0= Tidak lengkap, jika total
skor < median
1= Lengkap, jika total skor
median
(Yamin, 2003)
Ordinal
8. Persepsi Ibu
tentang sikap
kader kesehatan
Tingkat kepuasan ibu terhadap
pelayanan yang dilakukan oleh
kader di Posyandu meliputi
ketepatan waktu, keramahan,
keterampilan menimbang,
keterampilan melakukan
pancatatan, keterampilan
memberikan informasi
kesehatan
Wawancara Kuesioner 0= Kurang, jika total skor <
median
1= Baik, jika total skor
median
(Yamin, 2003)
Ordinal















49

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
9. Dukungan
Tokoh
Masyarakat
Partisipasi tokoh masyarakat
yang mendukung kelancaran
kegiatan Posyandu berupa
anjuran dan partisipasi aktif
saat hari buka/setelah
Posyandu
Wawancara Kuesioner 0= Kurang, jika total skor <
median
1= Baik, jika total skor
median
(Yamin, 2003)
Ordinal
10. Kebutuhan yang
dirasakan ibu
balita dalam
pelayanan di
Posyandu
hal-hal / sesuatu yang
dirasakan oleh respnden
sehingga responden
menginginkan pelayanan
Posyandu.
Wawancara Kuesioner 0= Rendah, jika total skor <
median
1= Tinggi, jika total skor
median
(Setyowati, 2001)
Ordinal
51

3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya memanfaatkan
pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011.
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya memanfaatkan
pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011.
3. Ada hubungan antara status bekerja ibu balita dengan partisipasinya
memanfaatkan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan partisipasinya
memanfaatkan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
5. Ada hubungan antara jarak tempuh dari rumah ibu balita dengan partisipasinya
memanfaatkan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
6. Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang kader dan kelengkapan sarana di
Posyandu dengan partisipasinya memanfaatkan pelayanan gizi balita di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011.
7. Ada hubungan antara dukungan Tokoh Masyarakat di Posyandu dengan
partisipasi Ibu memanfaatkan pelayanan gizi balita di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011.
52

8. Ada hubungan antara kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam pelayanan di
Posyandu dengan partisipasinya memanfaatkan pelayanan gizi balita di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011.



















53

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengambilan
data variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan.
Penelitian ini bersifat analitik karena akan melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen yang diteliti adalah umur
ibu, pendidikan ibu, status bekerja ibu, tingkat pengetahuan ibu, jarak tempuh dari
rumah ke Posyandu, persepsi ibu tentang sarana di Posyandu, persepsi Ibu tentang
kader kesehatan, dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam pelayanan di
Posyandu . Desain cross sectional berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi balita di Posyandu di Kelurahan Sukasari Kota
Tangerang Tahun 2011.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang. Alasan pemilihan tempat dikarenakan
Kelurahan Sukasari termasuk Kelurahan yang paling rendah tingkat D/S
nya.


54

4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni sampai Oktober tahun
2011.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai
balita berusia 0-59 bulan yang tinggal di Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang pada saat penelitian dilakukan.
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu balita yang mempunyai balita
berusia 0-59 bulan yang tinggal di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang yang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner.
Perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus uji hipotesi
beda dua proporsi (Ariawan, 1998) yaitu:



Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
2
1

= 0,05 (derajat kemaknaan 1,96)


1
= Kekuatan uji 80 %
P = Proporsi rata-rata = (P
1
+ P
2
)/2 = 61,25 %

2
2 1
2
2 2 1 1 1 2 / 1
) (
) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2
P P
P P P P z P P z
n


55


1
P
= Proporsi partisipasi kurang ke Posyandu berdasarkan
pendidikan tinggi (64,4%)

2
P
= Proporsi partisipasi kurang ke Posyandu berdasarkan
pendidikan rendah (33,6%)
( Nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian Sambas, 2002)
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel minimal
sebanyak 41 sampel kemudian dikalikan dua menjadi 82 keluarga. Untuk
menjaga bila ada ketidaklengkapan data, maka besar sampel ditambah 10%
sehingga besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 orang ibu balita.
Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling
(sampel acak sederhana) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun frame sampling (kerangka sampel) yang berisi daftar nama
seluruh ibu dari keluarga balita berusia 0-59 bulan di Kelurahan Sukasari.
2. Melakukan pengambilan secara acak (pengundian) terhadap beberapa ibu
dari keluarga balita sebagaimana terdaftar dalam kerangka sampel sampai
terambil 90 orang ibu balita. Nama-nama ibu balita yang terambil
merupakan sampel dalam penelitian ini. Apabila ada ibu yang
mempunyai 2 balita, maka yang dijadikan sampel adalah balita yang
usianya lebih muda.



56

4.4 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrument penelitian yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah observasi KMS untuk data sekunder dan
kuesioner yang berisi tentang umur ibu, pendidikan ibu, status bekerja ibu, tingkat
pengetahuan ibu, jarak tempuh dari rumah ke Posyandu, persepsi ibu tentang sarana
di Posyandu, persepsi Ibu tentang kader kesehatan, dan kebutuhan yang dirasakan
ibu balita dalam pelayanan di Posyandu untuk mengetahui partisipasi ibu balita
terhadap pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu.

4.5 Uji Coba Instrumen
Instrument adalah yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh
data. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk
menguji validitas dan realibilitas instrument ini dilakukan uji coba kuesioner
kepada 10 ibu yang mempunyai balita yang berada di luar lokasi penelitian, tetapi
mempunyai karakteristik serupa dengan lokasi penelitian. Uji coba dilakukan di
Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.
Pertanyaan yang tidak valid dilakukan validitas isi dengan cara
memperbaiki pertanyaan yang tidak jelas dengan membuat kalimat yang singkat
dan jelas sesuai dengan isi atau makna pertanyaan, validitas isi dilakukan dengan
berkonsultasi kepada pembimbing dan membaca literatur atau kepustakaan.


57

4.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, responden yang terpilih
diminta kesediaannya untuk mengisi sendiri kuesioner yang dibagikan. Jenis data
yang dikumpulkan meliputi data primer berupa data partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan Posyandu, umur ibu, pendidikan ibu, status bekerja ibu,
tingkat pengetahuan ibu, jarak tempuh dari rumah ke Posyandu, persepsi ibu
tentang sarana di Posyandu, persepsi Ibu tentang kader kesehatan, dukungan tokoh
masyarakat, dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam pelayanan di Posyandu
menggunakan instrumen kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji coba
kuesioner untuk mengetahui tingkat reabilitas dan validitas setiap pertanyaan yang
diterima. Dan untuk memperkuat data, peneliti mengambil data sekunder yaitu
melihat KMS balita untuk mendukung keakuratan data primer.

4.7 Pengolahan Data
Proses yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel
dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut:
1. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi
kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner.
2. Menyunting data (data editing), yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat
kelengkapan jawabannya, sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam
komputer.
3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu membuat
template sesuai dengan format kuisioner yang digunakan
58

4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam
template yang telah dibuat.
5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik
kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan
demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.

4.8 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data univariat, bivariat,
dan multivariat.
4.8.1 Analisa Data Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi
frekuensi masing-masing variabel baik variabel independen maupun variabel
dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4.8.2 Analisa Data Bivariat
Analisa data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan
yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen Pada
analisa ini digunakan uji chi square dengan rumus:
(O - E)
2

X
2
=
E
dF = (k-1)(b-1)

59

Keterangan:
X
2
= Chi square
O = Nilai observasi
E = Nilai Ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara
dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0.05 dan dikatakan
tidak bermakna jika mempunyai nilai p> 0.05.
4.8.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
beberapa variabel bebas dan variabel terikat pada waktu yang bersamaan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel independen yang paling
dominan berhubungan dengan variabel dependennya. Analisis multivariat
yang digunakan adalah regresi logistik berganda model prediksi yang
merupakan salah satu analisis yang menghubungkan satu atau beberapa
variabel independen dengan sebuah variabel dependen kategorik yang
bersifat dikotom/binary. Uji regresi logistik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model prediksi dengan tujuan untuk memperoleh model yang
terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik memprediksi
kejadian variabel dependen. Pada model ini semua variabel independennya
dianggap penting. Maka proses estimasi dapat dilakukan dengan beberapa
60

koefisien regresi logistik sekaligus. Adapun langkah-langkah dalam
permodelan ini adalah:
1. Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen
dengan variabel dependennya. Apabila hasil uji bivariatnya mempunyai
nilai p value<0.25 atau p value>0.25 tetapi secara substansi merupakan
variabel yang penting, maka variabel tersebut masuk kandidat model dan
dilanjutkan ke analisis multivariat.
2. Memilih variabel yang masuk ke dalam model dengan mempertahankan
variabel yang hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan p
value0.05. Untuk variabel yang p>0,05 dikeluarkan satu persatu secara
bertahap dimulai dari nilai p value paling besar.
3. Melakukan uji interaksi sesama variabel independen, apabila secara
substansi diduga terjadi interaksi antara variabel independen. Penentuan
variabel interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika substantif.
Pengujian interaksi dilihat dari kemaknaan uji statistik (p value0.05).
Bila variabel mempunyai nilai bermakna, maka variabel interaksi
penting dimasukkan dalam model.
4. Model terakhir dan interpretasikan.



61
BAB V
HASIL

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Sukasari merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kota Tangerang dari 30 Puskesmas yang ada di Kota Tangerang. Lokasi
Puskesmas terletak di jalan Veteran no 1, Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang. Puskesmas Sukasari memiliki 6 Kelurahan
dengan 46 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sukasari.
Kelurahan Sukasari merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Tangerang yang terdiri dari 5 RW dan 10 RT dan 765 Kepala Keluarga (KK)
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Sukasari adalah sebagai
berikut:
- Sebelah barat dengan Kelurahan Sukarasa
- Sebelah timur dengan Kelurahan Sukaasih
- Sebelah utara dengan Kelurahan Babakan
- Sebelah selatan dengan Kelurahan Cikokol
5.1.2 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Sukasari tahun 2010 terdiri dari
penduduk 1873 laki-laki dan 1537 penduduk perempuan. Adapun distribusi
penduduk di Kelurahan Sukasari dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
62

Tabel 5.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan
Sukasari Tahun 2010
Usia Jumlah
0-12 bulan 63
1-5 tahun 97
6-10 tahun 453
11-20 tahun 819
21-30 tahun 801
31-50 tahun 1.177
> 50 tahun 589
Total 3.410
Sumber:Profil Puskesmas Sukasari Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar penduduk
berada pada rentang umur 31-50 tahun yaitu sebanyak 1.177 penduduk
Mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Sukasari adalah
Islam. Sedangkan suku yang ada di Kelurahan Sukasari adalah dari berbagai
suku karena sebagian besar penduduknya adalah pendatang atau urban.
Adapun tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Sukasari sebagian
besar adalah SMA atau sederajat yaitu 714, sebagaimana terlihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Penduduk Kelurahan Sukasari Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2010
Pendidikan Jumlah
Tidak Pernah Sekolah 4
Tidak Tamat SD 6
Tamat SD 231
Tamat SLTP/Sederajat 543
Tamat SLTA/Sederajat 714
Perguruan Tinggi 258
Jumlah 1756

63

Salah satu indikator untuk melihat besarnya peran serta masyarakat
diantaranya adalah dengan melihat rasio kader aktif dengan jumlah kader
Posyandu. Pada tahun 2010 di Puskesmas Sukasari didapatkan rasio 79,31%
antara kader aktif dengan jumlah kader. Selain itu indikator yang dapat
digunakan adalah rasio jumlah balita yang datang ke Posyandu dengan
jumlah seluruh balita yang ada, pada tahun 2010 yaitu 24,69%. Pencapaian
kedua ratio tersebut masih jauh dibawah target yang seharusnya mencapai
80%. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta masyarakat di bidang
kesehatan masih kurang.
Tabel 5.3
Jumlah Posyandu Puskesmas Sukasari Tahun 2010
No Kelurahan Jumlah
Posyandu
Jenis Posyandu
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Sukarasa 15 9 5 1 -
2 Sukasari 5 2 3 - -
3 Sukaasih 4 - 4 - -
4 Babakan 8 3 5 - -
5 Cikokol 12 5 6 1
6 Kelapa Indah 2 - 2 - -
Jumlah 46 19 25 2 -

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa Puskesmas Sukasari
memiliki 46 Posyandu yang tersebar di 6 kelurahan. Diantaranya adalah 19
Posyandu Purnama, 25 Posyandu Madya, hanya ada 2 Posyandu Purnama,
dan belum ada Posyandu mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang.


64

5.2 Analisis Univariat
Pada hasil analisis univariat ini akan digambarkan frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen.

5.2.1 Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Distribusi partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Ibu Balita dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu
Jumlah (n) Presentase (%)
Tidak Aktif (<8 kali berturut-turut) 48 53,3
Aktif (8 kali berturut-turut) 42 46,7
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.4 Diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
besar partisipasi ibu balita ke Posyandu tidak aktif (< 8 kali berturut-turut)
yaitu sebesar 53,3% dan yang aktif berpartisipasi ( 8 kali berturut-turut)
yaitu sebesar 46,7%.

5.2.2 Umur Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan umur di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
65

Tabel 5.5
Distribusi Ibu Balita Menurut Umur Ibu di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Umur Ibu Jumlah (n) Presentase (%)
< 30 tahun 52 57,8
30 tahun 38 42,2
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
besar berumur < 30 tahun yaitu sebesar 57,8% dan yang berumur 30 tahun
yaitu sebesar 42,2%.
5.2.3 Pendidikan Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan pendidikan di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Balita Menurut Pendidikan di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Pendidikan Ibu Jumlah (n) Presentase (%)
Tidak Sekolah 1 1,1
SD 14 15,6
SMP 24 26,7
SMA 35 38,9
PT 16 17,8
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.6 Diketahui bahwa dari 90 ibu balita, ibu balita
yang tidak pernah sekolah hanya ada 1 orang (1,1%), yang hanya tamat SD
ada 14 orang (15,6%), yang tamat SMP ada 24 orang (26,7%), yang tamat
SMA ada 35 orang (38,9%) dan ibu balita yang tamat perguruan tinggi ada 16
orang (17,8%).
66

Sedangkan distribusi pendidikan ibu balita berdasarkan kategori
rendah dan tinggi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.7
Distribusi Pendidikan Ibu Balita Berdasarkan Kategori Rendah dan
Tinggi di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Tahun 2011
Pendidikan Ibu Jumlah (n) Presentase (%)
Rendah 39 43,3
Tinggi 51 56,7
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.7 Diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
berpendidikan tinggi yaitu sebesar 56,7% dan yang berpendidikan rendah
sebesar 43,3%.
5.2.4 Status Bekerja Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan status pekerjaan ibu di Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Distribusi Ibu Balita Menurut Status Bekerja di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Status Bekerja Ibu Jumlah (n) Presentase (%)
Bekerja 32 35,6
Tidak Bekerja (IRT) 58 64,4
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, yang
memiliki status tidak bekerja yaitu sebesar 35,6% dan yang memiliki status
bekerja hanya sebesar 64,4%.

67

5.2.5 Tingkat Pengetahuan Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan tentang
posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.9
Distribusi Ibu Balita Menurut Tingkat Pengetahuan tentang Posyandu di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Tingkat Pengetahuan Ibu Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang 39 43,3
Baik 51 56,7
Total 90 100

Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
tingkat pengetahuan ibu tentang Posyandu adalah baik yaitu sebesar 56,7%
sedangkan yang tingkat pengetahuannya kurang sebesar 43,3%.

5.2.6 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Distribusi ibu balita berdasarkan jarak tempuh dari rumah ke Posyandu
di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.10
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jarak Tempuh dari Rumah ke
Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Jarak Tempuh ke Posyandu Jumlah (n) Presentase (%)
Jauh 37 41,1
Dekat 53 58,9
Total 90 100
68

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, ibu balita
jarak tempuh dari rumah ke Posyandu dekat yaitu sebesar 58,9% dan jarak
tempuh yang jauh sebesar 41,1%.

5.2.7 Persepsi Ibu tentang Sarana di Posyandu
Distribusi ibu balita berdasarkan persepsi ibu terhadap sarana di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun
2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.11
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Sarana di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Sarana di Posyandu Jumlah (n) Presentase (%)
Tidak Lengkap 41 45.6
Lengkap 49 54.4
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.11 Diketahui bahwa dari 90 ibu balita, memiliki
persepsi terhadap sarana yang lengkap di Posyandu sebesar 54,4% sedangkan
yang memiliki persepsi tentang sarana tidak lengkap di Posyandu sebesar
45,6%.

5.2.8 Persepsi Ibu tentang Sikap Kader Kesehatan
Distribusi ibu balita berdasarkan persepsi ibu balita terhadap sikap
kader di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

69

Tabel 5.12
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Sikap Kader di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Persepsi Ibu terhadap Kader Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang 24 26,7
Baik 66 73,3
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
besar memiliki persepsi baik terhadap sikap kader di Posyandu adalah sebesar
73,3% dan persepsi kurang terhadap sikap kader di Posyandu adalah 26,7%.

5.2.9 Dukungan Tokoh Masyarakat
Distribusi ibu balita berdasarkan dukungan tokoh masyarakat untuk
kegiatan Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.13
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Dukungan Tokoh Masyarakat di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Tokoh Masyarakat Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang 34 37,8
Baik 56 62,2
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
besar berpendapat bahwa dukungan tokoh masyarakat terhadap kegiatan
Posyandu sebagian tergolong baik yaitu sebesar 62,2% dan dukungan tokoh
masyarakat yang kurang sebesar 37,8%.

70

5.2.10 Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita dalam Pelayanan Gizi di
Posyandu
Distribusi ibu balita berdasarkan kebutuhan yang dirasakan terhadap
pelayanan di Posyandu KelurahanSukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.14
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Kebutuhan yang Dirasakan dalam
Pelayanan di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Kebutuhan Jumlah (n) Presentase (%)
Rendah 33 36,7
Tinggi 57 63,3
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari 90 ibu balita, sebagian
besar merasakan kebutuhan tinggi dalam pelayanan di Posyandu sebesar
63,3% dan sebesar 36,7% merasakan kebutuhan yang rendah terhadap
pelayanan di Posyandu.











71

5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
Independen dengan dependen yang dianalisis melalui uji Chi Square.

5.3.1 Hubungan Antara Umur Ibu dengan Partisipasi Ibu dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara umur ibu dengan partisipasi ibu balita
dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat dilihat pada tabel 5.15
berikut ini:
Tabel 5.15
Hubungan Antara Umur Ibu dengan Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Umur Ibu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
< 30 tahun 27 51,9 25 48,1 52 100
0,874
(0,378 2,024)
0,920 30 tahun 21 55,3 17 44,7 38 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berumur < 30 tahun
yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu sebesar 51,9%, sedangkan ibu yang berumur 30 tahun yang
berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
sebesar 55,3%.
72

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,920. Hal ini
menunjukkan Pvalue > 0,05 artinya pada =5% tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur ibu dengan partisipasi ibu dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu.

5.3.2 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat dilihat pada tabel
5.16 , berikut ini:
Tabel 5.16
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Pendidikan
Ibu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Rendah 15 38,5 24 61,5 39 100
0,341
(0.144-0,809)
0.024 Tinggi 33 64,7 18 35,3 51 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah
yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu sebesar 38,5%, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi yang
berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
sebesar 64,7%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,024.
Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05, artinya pada =5% ada hubungan yang
73

signifikan antara pendidikan ibu dengan partisipasi dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 0,341 (0,144-0,809),
artinya ibu balita yang pendidikannya rendah memiliki peluang 0,341 kali
untuk berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu dibandingkan dengan ibu yang pendidikannya tinggi.

5.3.3 Hubungan Antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi Ibu Balita
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara status bekerja ibu dengan partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat dilihat pada tabel
5.17 , berikut ini:
Tabel 5.17
Hubungan Antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi dalam Pemanfaatan
Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Status
Bekerja Ibu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Bekerja 28 87,5 4 12,5 32 100
13,300
(4,090-43,252)
0.000 Tidak Bekerja 20 34,5 38 65,5 58 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki status
bekerja yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu sebesar 87,5%, sedangkan ibu yang memiliki status tidak bekerja
yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
74

Posyandu sebesar 34,5%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai
Pvalue 0,000. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05, artinya pada =5% ada
hubungan yang signifikan antara status bekerja ibu dengan partisipasi dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Poosyandu.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 13,300 (4,090-43,252),
artinya ibu balita dengan status bekerja memiliki peluang 13,300 kali untuk
berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
dibandingkan dengan ibu balita dengan status tidak bekerja.

5.3.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi Ibu
Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan ibu dengan
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat
dilihat pada tabel 5.18 , berikut ini:
Tabel 5.18
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Kurang 25 64,1 14 35,9 39 100
2,174
(0,924 5,115)
0.115 Baik 23 45,1 28 54,9 51 100
Total 31 53,3 42 46,7 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
75

pelayanan gizi di Posyandu sebesar 64,1%, sedangkan ibu yang memiliki
tingkat pengetahuan baik yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu sebesar 45,1%. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue 0,115. Hal ini menunjukkan Pvalue >0,05, artinya
pada =5% tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
ibu dengan partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Poosyandu.

5.3.5 Hubungan Antara Jarak Tempuh ke Posyandu dengan Partisipasi Ibu
Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara jarak tempuh ke Posyandu dengan
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat
dilihat pada tabel 5.19 , berikut ini:
Tabel 5.19
Hubungan Antara Jarak Tempuh ke Posyandu dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Jarak
Tempuh ke
Posyandu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Jauh 32 86,5 5 13,5 37 100
14,800
(4,877-44,912)
0,000 Dekat 16 30,2 37 69,8 53 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tempat
tinggal jauh dari Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu sebesar 86,5%, sedangkan ibu yang memiliki
tempat tinggal dekat yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
76

pelayanan gizi di Posyandu sebesar 30,2%. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue 0,000. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05, artinya
pada =5% ada hubungan yang signifikan antara jarak rumah ibu dengan
partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 14,800 (4,877-44,912),
artinya ibu balita dengan jarak rumah jauh dari Posyandu memiliki peluang
14,800 kali untuk berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan
gizi di Posyandu dibandingkan dengan ibu dengan jarak rumah dekat dari
Posyandu.

5.3.6 Hubungan Antara Persepsi Ibu Tentang Sarana di Posyandu dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara persepsi ibu tentang sarana di Posyandu
dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu
dapat dilihat pada tabel 5.20 , berikut ini:
Tabel 5.20
Hubungan Antara Persepsi Ibu tentang Sarana dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Sarana di
Posyandu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Tidak
Lengkap
25 61,0 16 39,0 41 100
1,766
(0,761-4,099)
0,264
Lengkap 23 46,9 26 53,1 49 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

77

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan persepsi tentang
sarana tidak lengkap yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu sebesar 61,0 %, sedangkan ibu dengan persepsi
terhadap sarana lengkap yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu sebesar 46,9%. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue 0,264. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05, artinya
pada = 5% tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi ibu tentang
sarana di Posyandu dengan partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Poosyandu.

5.3.7 Hubungan Antara Persepsi Ibu Tentang Sikap Kader Kesehatan dengan
Partisipasi Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara persepsi ibu tentang sikap kader di
Posyandu dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
posyandu dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut ini:
Tabel 5.21
Hubungan Antara Persepsi Ibu Tentang Sikap Kader dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Persepsi Ibu
terhadap
Sikap Kader
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Kurang 17 70,8 7 29,2 24 100
2,742
(1,004-7,485)
0,077 Baik 31 47,0 35 53,0 66 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

78

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan persepsi kurang
tentang sikap kader yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu sebesar 70,8 %, sedangkan ibu dengan persepsi
baik tentang sikap kader yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu sebesar 47,0%. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue 0,077. Hal ini menunjukkan Pvalue >0,05, artinya
pada =5% tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi ibu tentang
sikap kader di Posyandu dengan partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan
gizi di Posyandu.

5.3.8 Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi Ibu
Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara dukungan tokoh masyarakat dengan
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat
dilihat pada tabel 5.22 , berikut ini:
Tabel 5.22
Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Tahun 2011
Dukungan
Tokoh
Masyarakat
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Kurang 13 38,2 21 61,8 34 100
0,371
(0,154-0,894)
0,043 Baik 35 62,5 21 37,5 56 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

79

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara dukungan tokoh
masyarakat dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu diperoleh bahwa
diantara 34 responden yang tokoh masyarakatnya kurang mendukung,
terdapat 13 responden (38,2%) yang tidak aktif berpartisipasi ke Posyandu.
sedangkan diantara 56 responden yang tokoh masyarakatnya mendukung
baik, terdapat 35 responden (62,5%) yang tidak aktif berpartisipasi ke
Posyandu. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,043. Hal ini
menunjukkan Pvalue < 0,05 artinya pada =5% ada hubungan yang
signifikan antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita
dalam memanfaatkan pelayanan gizi di Posyandu.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 0,371 (0,154-0,894),
artinya ibu balita yang tokoh masyarakatnya kurang mendukung memiliki
peluang 0,371 kali berpartisipasi tidak aktif dibandingkan ibu balita yang
tokoh masyarakatnya mendukung baik.

5.3.9 Hubungan Antara Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita terhadap
Pelayanan di Posyandu dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu

Hasil analisis bivariat antara kebutuhan yang dirasakan ibu balita
terhadap pelayanan di Posyandu dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu dapat dilihat pada tabel 5.23 ,
berikut ini:


80

Tabel 5.23
Hubungan Antara Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Terhadap Pelayanan di
Posyandu dengan Partisipasi dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari KecamatanTangerang,
Kota Tangerang Tahun 2011
Kebutuhan
terhadap
Pelayanan di
Posyandu
Partisipasi dlm
Pemanfaatan Pelayanan
Gizi Total OR
(95% CI)
P.
Value Tidak
Aktif
Aktif
N % N % N %
Rendah 12 36,4 21 63,6 33 100
0,333
(0,137-0,812)
0,025 Tinggi 36 63,2 21 36,8 57 100
Total 48 53,3 42 46,7 90 100

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara kebutuhan terhadap
pelayanan di Posyandu dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu diperoleh
bahwa diantara 33 responden dengan kebutuhan rendah terhadap pelayanan
di Posyandu , terdapat 12 responden (36,4%) yang tidak aktif berpartisipasi
ke Posyandu. Sedangkan diantara 57 responden dengan kebuthan yang tinggi
terhadap pelayanan di Posyandu , terdapat 36 responden (63,3%) yang
tidak aktif berpartisipasi ke Posyandu. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue 0,025. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05 artinya
pada =5% ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan terhadap
pelayanan di Posyandu dengan partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan
pelayanan gizi di Posyandu.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 0,333 (0,137-0,812),
artinya ibu balita dengan kebutuhan rendah terhadap pelayanan di Posyandu
memiliki peluang 0,333 kali berpartisipasi tidak aktif dibandingkan ibu
balita dengan kebutuhan tinggi terhadap pelayanan di Posyandu.
81

5.4 Analisis Multivariat
5.4.1 Faktor Paling Dominan Berhubungan Dengan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor paling
dominan yang berhubungan dengan partispasi ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota
Tangerang tahun 2011 menggunakan uji regresi logistik berganda dengan
model prediksi yaitu dengan cara menseleksi variabel independennya, maka
tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Variabel Kandidat yang Akan Masuk Model
Untuk melihat model multivariat terlebih dahulu dilakukan analisis
bivariat antara umur, pendidikan, status bekerja, pengetahuan, jarak
tempuh, persepsi tentang sarana, persepsi tentang sikap kader, persepsi
terhadap kebutuhan yang dirasakan terhadap pelayanan di Posyandu, dan
dukungan tokoh masyarakat dengan variabel partisipasi ibu balita ke
Posyandu. tahapan analisis multivariat yang dilakukan adalah melakukan
pemilihan kandidat yang akan masuk model. Dalam penelitian ini ada dua
variabel yang akan diuji sebagai kandidat yang akan masuk model yaitu
pengetahuan dan jarak. Untuk memilih kandidat model, hanya variabel
yang memiliki Pvalue < 0,25 yang akan dimasukkan dalam model
multivariat. Hasil pemilihan kandidat model dapat dilihat pada tabel 5.24,
berikut ini:

82

Tabel 5.24
Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang Akan Masuk Model
Multivariat
No Variabel P-Value
1 Umur 0,920
2 Pendidikan 0,024*
3 Pekerjaan 0,000*
4 Pengetahuan Gizi 0,155*
5 Jarak 0,000*
6 Persepsi terhadap Sarana 0,264
7 Persepsi Terhadap Sikap Kader 0,077*
8 Kebutuhan yang dirasakan ibu 0,043*
9 Dukungan tokoh Masyarakat 0,025*

Berdasarkan tabel 5.24 diperoleh bahwa diantara 9 variabel
independen, terdapat 7 variabel yang akan masuk kedalam model adalah
variabel pengetahuan dan jarak.

2. Pembuatan Model Prediksi Penentu Perilaku Sadar Gizi
Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara
bersama-sama. Variabel independen dimasukkan ke dalam model,
kemudian variabel yang nilai Pwald-nya tidak signifikan (Pwald > 0,05)
dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari variabel dengan
nilai Pwald-nya yang terbesar. Hasil pembuatan model dapat dilihat pada
tabel 5.25, sebagai berikut:




83

Tabel 5.25
Hasil Pemodelan Prediksi Partisipasi Ibu ke Posyandu

Variabel
Pvalue
Model 1
Model
2
Model
3
Model
4
Model
5
Model
6
Pendidikan 0,423 0,402 0,380 - - -
Pekerjaan 0,110 0,121 0,128 0,071 0,070 -
Pengetahuan
Gizi
0,007 0,007 0,006 0,007 0,011 0,009
Jarak 0,006 0,004 0,002 0,003 0,001 0,000
Sikap kader 0,213 0,216 0,239 0,225 - -
Dukungan
Toma
0,493 0,419 - - - -
Kebutuhan 0,726 - - - - -

Berdasarkan tabel 5.25, diperoleh hasil bahwa pada penelitian ini
memiliki enam model, model pertama menunjukkan bahwa variabel
pendidikan, pekerjaan, sikap kader, dukungan tokoh masyarakat dan
kebutuhan memiliki pvalue > 0,05 dan variabel kebutuhan memiliki nili
Pvalue paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak
mengikutsertakan variabel kebutuhan. Kemudian pada model kedua, hasil
analisis menunjukkan bahwa variabel dukungan tokoh masyarakat
memiliki nilai Pvalue paling besar sehingga tidak diikutsertakan pada
pemodelan selanjutnya. Pada pemodelan ketiga, hasil analisis
menunjukkan bahwa variabel pendidikan memiliki Pvalue paling besar
yang lebih dari Pvalue > 0,05 sehingga tidak diikutsertakan pada
pemodelan berikutnya. Selanjutnya pada hasil analisis pemodelan
keempat, variabel persepsi ibu terhadap sikap kader memiliki Pvalue >
0,05 paling besar sehingga tidak dimasukkan dalam pemodelan
84

berikutnya. Pada pemodelan kelima, dari hasil analisis terdapat variabel
pekerjaan dengan Pvalue > 0,05 sehingga pada pemodelan berikutnya
tidak diikutsertakan. Selanjutnya pada pemodelan terakhir yaitu
pemodelan keenam, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan gizi dan jarak tempuh dari rumah ke Posyandu memiliki
Pvalue berturut-turut sebesar 0,009 dan 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel pengetahuan gizi dan jarak tempuh dari rumah ke
Posyandu diduga memiliki hubungan dengan partisipasi ibu balita
terhadap pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.

3. Uji Interaksi
Uji interaksi adalah uji untuk mengetahui interaksi antar variabel.
Dalam uji interaksi pemilihan vasriabel yang berinteraksi antar variabel
independen didasarkan substansi. Berdasarkan variabel yang mungkin
berinteraksi adalah variabel pengetahuan gizi dan jarak tempuh ke
Posyandu. hasil uji interaksi dapat dilihat pada tabel 5.26, sebagai
berikut:
Tabel 5.26
Hasil Uji Interaksi
No Variabel P-value
1 Pengetahuan gizi*Jarak 0,999

Dari hasil uji interaksi pengetahuan gizi dengan jarak di peroleh
Pvalue sebesar 0,999 hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara
85

pengetahuan gizi dengan jarak tempuh dari rumah ke Posyandu (Pvalue >
0,05).


4. Penyusunan Model Akhir
Setelah dilakukan analisis, ternyata pengetahuan gizi dan jarak
merupakan faktor resiko utama terjadinya partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan palayanan gizi di Posyandu maka modelnya dapat dilihat
pada tabel 5.27, sebagai berikut:
Tabel 5.27
Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu KelurahanSukasari Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang Tahun 2011
Variabel B Wald Pwald OR 95% CI
Pengetahuan Gizi 1,559 6,897 0,009 4,753 1,485-15,212
Jarak 3,151 23,484 0,000 23,363 6,532-83,566
Constant -3,016 18,357
-2 LogLikelihood = 86,296
Negelkerke R Square = 0,461 Pvalue = 0,000

Berdasarkan tabel 5.27, diketahui variabel pengetahuan gizi dan
jarak terbukti berhubungan signifikan dengan partisipasi ibu balita ke
Posyandu. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR pengetahuan adalah
4,753 artinya semakin kurang pengetahuan gizi ibu balita maka
berpeluang untuk berpastisipasi tidak aktif ke posyandu sebesar 4,753
kali dibandingkan dengan ibu balita yang memiliki pengetahuan baik.
Sedangkan variabel jarak, berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR
jarak adalah sebesar 23,363 artinya ibu balita yang memiliki tempat
tinggal dengan jarak yang jauh dari Posyandu berpeluang untuk
86

berpartisipasi tidak aktif sebesar 23,363 kali dibandingkan dengan ibu
balita yang memiliki tempat tinggal dengan jarak yang dekat ke
Posyandu.
Dari hasil nilai OR kedua variabel yang diduga berhubungan
dengan partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
tahun 2011 dapat diketahui variabel-variabel mana yang paling besar
berhubungan dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Semakin besar nilai OR
maka semakin besar pula pengaruhnya. Berdasarkan tabel 5.27, tersebut
terlihat bahwa OR Jarak yang paling besar nilainya. Dengan demikian
jarak merupakan variabel yang paling berhubungan dengan partisipasi ibu
balita dalam memanfaatakan pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan
Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011. Dari hasil
uji analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Logit partisipasi ibu ke Posyandu= -3,016 + (1,559*pengetahuan gizi) +
(3,151*jarak)
Dengan model persamaan tersebut maka dapat memperkirakan
partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan gizi di Posyandu
dengan menggunakan variabel pengetahuan gizi dan jarak dari rumah ke
Posyandu. persamaan tersebut menunjukkan bahwa partisipasi ibu balita
dalam memanfaatkan pelayanan gizi di Posyandu akan berubah menjadi
tidak aktif sebesar 1,559 kali jika ibu balita memiliki pengetahuan
87

kurang, partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan gizi di
Posyandu akan berubah menjadi tidak aktif sebesar 3,151 kali jika ibu
balita memiliki jarak yang jauh dari rumah ke Posyandu. Semakin besar
nilai beta (B) maka semakin besar hubungannya dengan partisipasi ibu
balita dalam memanfaatkan pelayanan gizi di Posyandu.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa koefisien
determinan (negelkerke R square) menunjukkan nilai 0,461 artinya
bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 46,1% variasi
variabel dependen partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan
gizi di Posyandu. Dengan demikian, variabel pengetahuan gizi dan jarak
hanya dapat menjelaskan variasi variabel partisipasi ibu balita ke
Posyandu sebesar 46,1%. Sedangkan 53,9% dijelaskan oleh variabel
lainnya.
86
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu penelitian ini hanya
sebatas melihat ada tidaknya hubungan, tidak sampai pada tahap untuk mencari
hubungan sebab akibat antar variabel dependen dengan independen karena kedua
variabel diteliti pada saat bersamaan dengan menggunakan desain studi cross
sectional.

6.2 Gambaran Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di
Posyandu Kelurahan Sukasari
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan perasalahan-permasalahan masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri
baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai satu bentuk perilaku. Salah
satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam program gizi di
Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anaknya untuk ditimbang berat
badan ke Posyandu secara teratur setiap bulan. Target yang ingin dicapai oleh
Nasional adalah 80% dapat berpartisipasi dengan aktif ke Posyandu.
87

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita yang
berpartisipasi tidak aktif lebih banyak dibandingkan dengan ibu balita yang
berpartisipasi aktif ke Posyandu. Ibu balita yang berpartisipasi aktif ke
Posyandu di Kelurahan Sukasari sebesar 46,7%, angka ini belum mencapai target
yang sudah ditetapkan Nasional yaitu 80%. Hal ini menunjukkan masih
rendahnya tingkat partisipasi masyarakat untuk membawa anak balitanya datang
ke Posyandu. Padahal, menurut Khomsan (2007), kunjungan balita secara rutin
ke Posyandu sangat dianjurkan karena di Posyandu setiap balita akan dimonitor
berat badannya melalui penimbangan, sehingga akan diperoleh trend berat
badan dari bulan ke bulan. Apabila terjadi trend yang menurun atau berat badan
balita di bawah dibawah garis merah, maka Posyandu diharapkan dapat
memberikan nasihat gizi atau memberikan makanan tambahan, sehingga trend
berat badan yang menurun dapat dicegah.
Angka partisipasi yang aktif ke Posyandu di Kelurahan Sukasari lebih
rendah bila di bandingkan dengan hasil penelitian Sambas (2002) di Kelurahan
Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan 57,7% ibu balita yang
berpartisipasi aktif ke Posyandu dan Penelitian Soeryoto (2001) di Kecamatan
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan proporsi ke Posyandu dengan
cakupan lebih rendah yaitu 48,1% daripada di Kelurahan Sukasari Kota
Tangerang. Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun lokasi penelitian
berbeda, tingkat partisipasi masyarakat dalam menimbangkan anak balita ke
Posyandu tidak berbeda jauh dan masih tetap dibawah target Nasional yaitu
sebesar 80%.
88

Sedangkan untuk data dari Riskesdas 2007, cakupan penimbangan di
seluruh Indonesia adalah 45,4% yang menandakan cakupan di Indonesia masih
jauh dibawah standar Nasional yaiitu 80%. Hal ini dapat disebabkan karena
adanya kecenderungan makin tinggi umur anak, makin rendah cakupan
penimbangan rutin. Jika menurut tipe daerah presentase penimbangan balita di
rumah sakit dan Puskesmas lebih banyak di perkotaan dari pada di pedesaan.
Namun sebaliknya presentase penimbangan di polindes dan posyandu lebih
banyak di pedesaan dibandingkan perkotaan. Ada daerah perkotaan (47,5%)
dibanding didaerah pedesaan (44,1%). Cakupan penimbangan rutin tidak banyak
berbeda menurut tingkat pendidikan, kepala keluarga, maupun tingkat
pengeluaran per kapita. Perbedaan hanya 8,7% untuk tingkat pendidikan
Partisipasi ibu balita ke Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah umur ibu, pendidikan iibu, status bekerja ibu, tingkat
pengetahuan ibu, jarak tempuh dari rumah ke Posyandu, persepsi ibu terhadap
sarana dan sikap kader di Posyandu, dukungan tokoh masyarakat dan kebutuhan
yang dirasakan ibu terhadap pelayanan di Posyandu.
Berdasarkan hasil analisa data, pada hasil penelitian ini menunjukkan
lima faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari, yaitu pendidikan ibu, status
bekerja ibu, jarak tempuh dari rumah ke posyandu, dukungan tokoh masyarakat
dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita terhadap pelayanan gizi di posyandu.
Selanjutnya pada tahap analisis multivariat diketahui bahwa koefisien
0,461 yang artinya bahwa variabel tingkat pengetahuan dan jarak tempuh dari
89

rumah ke Posyandu hanya dapat menjelaskan variasi variabel partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu sebesar 46,1%. Sedangkan
54,9% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini,
misalnya variabel jumlah anak, status menikah, kepemilikan KMS, perilaku
petugas kesehatan, pendapatan keluarga, dan lain sebagainya.

6.3 Umur Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal. Umur
berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang
dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor
pendidikannya (Sedioetama, 2006). Menurut Kresno (1997) dalam Dharmawati
(2010) umur adalah salah satu aspek sosial yang berpengaruh terhadap perilaku.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita di Kelurahan Sukasari
lebih banyak pada kelompok umur < 30 tahun. Berdasarkan hasil penelitian juga
diketahui bahwa presentasi ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke
Posyandu lebih banyak pada ibu balita berumur < 30 tahun dibanding dengan
ibu yang berumur 30 tahun. Hal tersebut juga didukung oleh Hurlock dalam
Gabriel (2008) bahwa faktor usia yang muda juga cenderung menjadikan ibu
untuk mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan ananknya
sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi.
90

Begitu juga Sunyoto dalam Arinta (2010) mengatakan adanya
pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan terhadap
hal baru semakin rendah dikarenakan orang yang termasuk dalam golongan tua
memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga
diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Dengan demikian, ibu
yang memiliki kedua umur tersebut cenderung akan mempengaruhi perilaku
mereka yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam memanfaatakan pelayanan gizi
di Posyandu.
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara umur ibu balita dengan partisipasi ibu dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu dengan nilai p= 0,920 ( p > 0,05).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yamin (2003) yang
menyebutkan bahwa perilaku ibu dalam pemanfaatan posyandu dipengaruhi
oleh umur ibu, artinya semakin bertambah usia ibu semakin rutin pemanfaatan
Posyandu. Hasil ini juga tidak sejalan dengan penelitian Eddy (2000), yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara umur ibu dengan
cakupan penimbangan.
Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan partisipasi ibu balita
dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor lain, seperti pengetahuan yang dimiliki ibu balita. Dengan pengetahuan
yang kurang yang dimiliki ibu balita mengenai Posyandu, maka ada
kecenderungan berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku yaitu ibu balita
tidak berpartisipasi aktif ke Posyandu. Sebagaimana Notoatmodjo (2003)
91

mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang, karena dengan perilaku yang tidak didasari
pengetahuan akan sulit dipertahankan kelanggengannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999) yaitu Ibu
yang relatif muda cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman
dalam mengasuh anak sehinnga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak
didasarkan pada pengalaman orang tuanya terdahulu. Sebaliknya pada ibu yang
lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai
ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hatitugasnya
sebagai ibu sehingga akan mempengaruhi pula terhadap kualitas dan kuantitass
pengasuhan anak.

6.4 Pendidikan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya (Soetjiningsih(1995) dalam Khalimah (2007).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
berpendidikan tinggi dibanding dengan ibu balita yang berpendidikan rendah.
92

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan ibu dengan partisipasinya ke Posyandu dengan nilai p= 0,024
(p < 0,05). Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Eddy (2000) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pendidikan ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu. Begitu juga dengan hasil
penelitian Hidayati (2010), tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu
dengan partisipasinya ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Harinto (1992) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
pendidikan responden dengan partisipasi mereka ke Posyandu.
Penelitian ini berhubungan karena ibu yang memiliki pendidikan tinggi
kemungkinan akan mempunyai pekerjaan di luar rumah sehingga akan
mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu secara Rutin.
Sebagaimana hal tersebut diperkuat oleh Marsigit (2004) yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan memberikan peluang kepada ibu rumah tangga
untuk mendapatkan pekerjaan sehingga waktunya di dalam rumah akan semakin
sedikit dan berdampak negatif pada pemeliharaan kesehatan anak dan keluarga.
Tetapi menurut penelitian Nuraprilyanti (2009), Idwar (2001) dan
Ladifire (2009). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
pengetahuan seseorang. Hal ini juga terkait dengan partisipasi ibu dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu. Ibu yang memiliki pendidikan dan
pengetahuan tinggi akan memiliki pengertian yang baik mengenai pentingnya
ibu membawa anak balitanya ke Posyandu sehingga akan mempunyai kesadaran
yang tinggi terhadap upaya peningkatan perubahan perilaku.
93

Selain itu pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak
pula pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya, jika pendidikan rendah,
maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,
informasi, dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Tetapi dari hasil yang didapatkan, ternyata ibu balita yang berpendidikan
tinggi lebih banyak yang tidak memanfaatkan Posyandu, berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, ibu balita yang berpendidikan tinggi akan cenderung
memiliki pekerjaan di luar rumah, sehingga tidak sempat membawa anaknya ke
Posyandu melainkan membawa anaknya ke rumah sakit, rumah sakit ibu dan
anak (RSIA) atau klinik untuk menimbang anaknya bersamaan dengan waktu
imunisasi pada hari ibu tidak bekerja. Sehingga hal tersebut yang menyebabkan
ibu balita tidak aktif untuk datang ke Posyandu. Hal ini sejalan dengan
penelitian Anderson and Andersen (1972) dan Aday and Eichorn (1972) yang
mengatakan dalam teorinya bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal
biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan (Greenly,1980), dalam hal
ini ahli kesehatan di perkotaan lebih cenderung untuk mendatangi rumah sakit
daripada Posyandu.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan perhatian
lebih pada ibu balita yang berpendidikan rendah agar mereka dapat lebih mudah
memahami manfaat datang ke Posyandu sehingga timbul perilaku yang lebih
baik dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu untuk mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan balitanya.
94

6.5 Status Bekerja Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Salah satu penyebab seseorang tidak berpartisipasi baik ke Posyandu
adalah karena pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu
yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan
Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa presentase ibu balita yang
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang bekerja
dibanding dengan ibu balita yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang
bekerja tidak mempunyai peluang baik untuk berkunjung ke Posyandu
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tedapat hubungan yang
signifikan antara pekerjaan ibu balita dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu dengan nilai p= 0,000 (p < 0,05).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sambas
(2002) di Kelurahan Bojongherang bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel pekerjaan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke
Posyandu.Begitu juga berdasarkan penelitian Nurul (2010) yang menunjukkan
tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu. Namun, hal ini sama dengan hasil penelitian
Hidayat yang dikutip dalam penelitian Sambas (2002) yang menyatakan adanya
95

hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku responden ke
Posyandu.
Adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu balita yang bekerja
tidak mempunyai waktu luang sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan ibu
maka semakin sulit ibu datang ke Posyandu. Asumsi lain kemungkinan karena
Posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja yaitu diselenggarakan
mulai jam 09.00 hingga 12.00 WIB pada hari kerja sehingga ibu yang bekerja
tidak dapat membawa anaknya ke Posyandu. Pendapat ini didukung oleh hasil
penelitian Widiastuti (2006) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja
menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang karena
faktor bekerja penghambat ibu balita dalam memanfaatkan penimbangan anak
balitanya di Posyandu.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat
akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Pada
umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi
aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang tidak
bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan
ibu yang bekerja.
Asumsi lainnya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendapatan
keluarga. Seseorang yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan
keluarga yang cukup. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan partisipasi ibu
balita ke Posyandu mengalami penurunan karena ada kemungkinan mereka
96

yang memiliki pendapatan yang cukup akan lebih memilih pelayanan kesehatan
yang lain dibanding ke Posyandu. Sebagaimana dikatakan Tuti (1989) bahwa
pendapatan yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar
bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan kesempatan
untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan sesuai dengan keinginannya.
Hal ini dihubungkan dengan tersedianya biaya baik untuk pengobatan,
pemeliharaan kesehatan, maupun pencegahan penyakit. Dapat pula
dihubungkan dengan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang
tersedianya fasilitas pelayanan yang modern. Penelitian ini sejalan dengan
model sistem kesehatan (Andersen, 1974) di dalam struktur sosial pekerjaan
merupakan karakteristik predisposisi yang menyebabkan individu mempunyai
kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan salah satunya partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan gizi di Posyandu.

6.6 Tingkat Pengetahuan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita
dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menempatkan pengetahuan
sebagai faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku sesorang. Pengetahuan seseorang akan
suatu program kesehatan akan mendorong orang tersebut mau berpartisipasi
didalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
97

memiliki pengetahuan kurang dibanding dengan ibu balita yang memiliki
pengetahuan baik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan partisipasi ibu balita
dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu dengan nilai p= 0,115 (p >
0,05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) bahwa
pengetahuan ibu tidak berhubungan secara bermakna dengan kehadiran ibu
balita ke Posyandu. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Maharsi (2007), Hutagalung (1992) dan Juarsa (2004) yang mengatakan bahwa
ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan partisipasi ke
Posyandu.
Hasil penelitian ini pun tidak sejalan dengan penelitian Soeryoto (2001)
di kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, menyimpulkan bahwa
pengetahuan tentang Posyandu dapat menyebabkan orang menggunakan
Posyandu dan sebaliknya kebiasaan menggunakan pelayanan Posyandu akan
menambah pengetahuan tentang merka tentang Posyandu. Dengan pengetahuan
yang baik akan membentuk sikap yang positif terhadap program Posyandu,
yang kemudian akan diikuti dengan perilaku positif pula yaitu dengan
datangnya ibu balita ke Posyandu untuk menimbangkan anaknya atau dengan
kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin sering kehadiran ibu
balita untuk menimbangkan anaknya ke Posyandu.
Hal ini tidak sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2007)
tentang faktor pengetahuan yang berpengaruh pada perilaku seseorang. Dan
98

menurut pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan seseorang memiliki
5 tingkatan, tingkatan terendah adalah tahu (know) yang diartikan sekedar dapat
menyebutkan, tingkatan kedua dan ketiga yaitu memahami dan
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut. Bila dikaitkan dengan
pendapat Notoatmodjo tersebut, maka pengetahuan ibu balita di Kelurahan
Sukasari hanya baru pada tingkatan pengetahuan paling rendah yaitu ibu balita
hanya tahu saja tetapi belum dipahami secara mendalam serta belum
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang diketahui tersebut.
Pada dasarnya, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari dengan
pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah
pengetahuan. Namun, pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-mata
berdasarkan pengetahuan, tetapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang
sangat kompleks. (Notoatmodjo dkk,1985).
Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, dari variabel
pengetahuan gizi diperoleh nilai OR= 4,753 (1,485-15,212), artinya ibu balita
yang memiliki pengetahuan kurang memiliki peluang 4,753 kali untuk
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan dengan ibu balita yang
memiliki pengetahuan gizi baik. Hasil ini memberikan gambaran bahwa tingkat
pengetahuan yang tinggi bukanlah jaminan bagi ibu balita untuk melakukan
tindakan menggunakan Posyandu jika tidak diikuti dengan kemauan yang
99

tinggi. Sebaliknya kemauan tidak akan pernah ada untuk menggunakan
Posyandu jika tingkat pengetahuan ibu balita masih rendah. (Ridwan, 1990) .

6.7 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu dan Hubungannya dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian kesehatan individu
masyarakat adalah keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat
(Idwar, 2000). Jarak dalam penelitian ini adalah ukuran jauh dekatnya dari
rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu dimana adanya kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat diwilayahnya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa presentasi ibu balita yang
berpartispasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
bertempat tinggal jauh dari Posyandu dibandingkan dengan ibu balita yang
bertempat tinggal dekat dari Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempuh dari rumah ke Posyandu
dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
dengan nilai Pvalue = 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Sambas (2002) yang menunjukkan tidak ada hubungan bermakna
antara variabel persepsi jarak tempuh dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke
Posyandu. Artinya, tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang
mempunyai persepsi jarak tempuh dekat dengan yang mempunyai persepsi
jarak tempuh jauh untuk mengunjungi Posyandu.
100

Dalam penelitian ini, Ibu balita yang datang ke Posyandu dalam
melakukan penimbangan melakukannya dengan mempertimbangkan adanya
perbedaan persepsi jarak tempuh diantara mereka. Dalam hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Ongko, Gani dan Wibowo dalam Tukiman (1994) mereka
berpendapat bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak dengan tempat
pelayanan kesehatan, dan juga dalam penelitian Harinto (1992) juga
menyatakan ada hubungan bermakna antara jarak rumah responden ke
Posyandu. Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian (Pradianto, 1989) di
daerah Bogor yang menyatakan adanya perbedaan bermakna antara jarak dari
rumah ke Posyandu dalam menggunakan Posyandu.
Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, variabel jarak
tempuh dari rumah ke Posyandu yang diduga paling berhubungan dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang.
Berdasa rkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 23,363 (6,532-83,566),
artinya ibu balita yang memiliki jarak yang jauh dari rumah ke Posyandu
memiliki peluang 23,363 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu
dibandingkan ibu balita yang jarak rumahnya dekat dari Posyandu. Semakin
besar nilai OR maka semakin besar hubungan faktor tersebut dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu.
Menurut Ladifire (2009), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Disamping itu perilaku yang
dilakukan seseorang dengan didasari pengetahuan akan lebih melekat pada
101

perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Keadaan tersebut mengindikasikan
bahwa tempat Posyandu berada belum sepenuhnya dekat dengan masyarakat.
Menurut Kroeger (1983 dalam Setyowati, 2001), bahwa keterjangkauan
masyarakat (jarak) akan fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi pemilihan
akan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut Teori Andersen (1975)
dalam Sudarti (2008) bahwa jarak merupakan komponen kedua yaitu suatu
kondisi yang memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Mengingat jarak yang jauh ke Posyandu dapat dijadikan alasan untuk tidak
datang ke Posyandu, apalagi jika sarana transportasi yang tidak mendukung
akan menambah keengganan ibu balita untuk datang ke Posyandu. Oleh karena
itu pembangunan Posyandu harus mempertimbangkan faktor jarak sehingga
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat khususnya ibu balita.

6.8 Persepsi Ibu tentang Sarana di Posyandu dan Hubungannya dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Ketersediaan sarana yang ada di Posyandu dapat mempengaruhi
pengguna untuk datang ke Posyandu. Fasiltas pelayanan yang dimaksud adalah
fasilitas yang terkait dengan kesehatan bayi atau balita yaitu Kesehatan Ibu dan
Anak (penimbangan), imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare
serta pemberian makanan tambahan. Sedangkan fasilitas sarana terkait dengan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan posyandu antara lain
timbangan dan sarungnya, meja, ruang tunggu, KMS, media penyuluhan
(poster) Hutagalung (1992)
102

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa presentase ibu balita yang
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
memiliki persepsi sarana tidak lengkap di posyandu dibanding dengan ibu balita
yang memiliki persepsi sarana lengkap di Posyandu hasil uji statistik juga
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi ibu
terhadap sarana di Posyandu dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu dengan nilai p= 0,264 ( p > 0,05).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hutagalung (1992)
yang melaksanakan penelitian di Sulawesi tengah mengatakan bahwa semakin
lengkap sarana yang digunakan di Posyandu semakin sering ibu menimbang
anaknya di Posyandu. Begitupula dengan penelitian Yamin (2003) di daerah
Puskesmas Limus Nunggal yang menyatakan semakin lengkap fasilitas yang
terdapat di Posyandu semakin tinggi tingkat partisipasi ibu dalam pemanfaatan
Posyandu.Penelitian ini pun tidak sejalan dengan penelitian Etty (2002) yang
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara sarana dengan kegiatan gizi di
Posyandu.Tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian Toha (1990) pada
penelitiannya di Kotamadya Ujung Pandang yang mengatakan tidak terdapat
hubungan bermakna antara penggunaan posyandu dengan sarana.
Tidak adanya hubungan antara persepsi ibu terhadap sarana di Posyandu
dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu kemungkinan karena sebagian ibu
balita yang menggunakan Posyandu melihat bahwa kelengkapan sarana di
Posyandu kurang lengkap. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sarana
yang ada belum lengkap, seperti dibeberapa posyandu belum menyediakan 5
103

meja sehingga pada saat ibu balita datang ke Posyandu tidak teratur dalam
melaksanakan pelayanan, masih ada yang belum memakai timbangan dacin
yang bisa berdampak kurang akurat pada saat penimbangan berat badan, hal ini
dapat berdampak terhadap ketidak aktifan ibu balita datang ke Posyandu.
Menurut peneliti, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan Posyandu
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap pemanfaatan
posyandu tersebut. Fasilitas dapat memberikan suatu daya tarik bagi
masyarakat untuk mendatanginya. Masih banyaknya Posyandu yang belum
memiliki fasilitas antara lain media penyuluhan, alat peraga atau poster kurang
memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat, sehingga ada
kecenderungan pada masyarakat tidak memahami betul apa masalah anaknya
dan apa yang harus dilakukan untuk megatasi masalah tersebut. Demikian pula
PMT (pemberian makanan tambahan) dapat menjadi suatu daya tarik tersendiri
bagi masyarakat terutama yang tidak mampu untuk pergi ke posyandu.

6.9 Persepsi Ibu tentang Sikap Kader Kesehatan dan Hubungannya dengan
Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Ibu balita yang mendapat pembinaan dari kader akan berpartisipasi
dengan baik ke Posyandu, karena mereka akan merasa diakui dan diperhatikan
keberadaannya oleh pengelola Posyandu sehingga ruin datang ke Posyandu
(Sambas, 2002).
Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa presentase ibu balita yang
berpartispasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
104

memiliki persepsi baik terhadap sikap kader di Posyandu dibanding dengan ibu
balita yang memiliki persepsi kurang terhadap sikap kader di Posyandu. Hasil
uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi ibu terhadap kader di Posyandu dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu dengan nilai p= 0,077 (p > 0,05). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara perilaku kader dengan kunjungan ibu bakita ke
Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Hutagalung (1992),
Eddy (2000) dan Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pembinaan dari kader dengan partisipasi masyarakat dalam menimbang
anak balitanya ke Posyandu.
Tidak adanya hubungan kemungkinan dipengaruhi oleh keterampilan
kader itu sendiri. Kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan
Posyandu mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
Posyandu. Sebagaimana teori Azwar dalam Khalimah (2007) mengatakan
bahwa keterampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
sistem pelayanan di posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil
akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang memiliki balita, sehingga
terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu
balita rajin berkunjung ke Posyandu.
Dalam Islam juga dikatakan bahwa individu dan lingkungannya harus
saling menyokong dalam hal penghambatan diri pada Allah, sehingga yang
muncul adalah lingkaran kebajikan yang saling mendukung dalam kesalehan
105

(Sumantri, 2010). Sebagaimana dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 2 yang
artinya:



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.(Q.S Al-Maidah:2)
Ayat tersebut jika dikaitkan dengan perilaku kader disini adalah, kader
Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu, mereka memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk membantu orang-orang di Posyandu dengan
segala kemampuan yang dimilikinya, karena dalam persaudaraan diharuskan
dapat saling tolong menolong sehingga dapat meningkatkan kesalehan.
Selanjutnya pendapat Judd dalam Juarsa (2004) yang menyatakan
bahwa keaktifan kader berhubungan dengan lama dan metode pelatihan yang
didapat, dukungan masyarakat dan pembinaan kepala desa. Hal ini
menunjukkan bahwa malalui pelatihan yang baik dan tepat dapat meningkatkan
106

kemampuan kader dalam mengelola Posyandu sehingga berdampak positif
terhadap partispasi ibu dalam penimbangan balita di Posyandu.

6.10 Dukungan Tokoh Masyarakat dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu
Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu
Tokoh Masyarakat merupakan bagian dari masyarakat sehingga
perilaku keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya.
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara
sektor kesehatan dengan masyarakat. Jadi, tokoh masyarakat sangat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam berpartisipasi ke Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
melihat dukungan tokoh masyarakat baik terhadap kegiatan Posyandu dibanding
ibu balita yang melihat dukungan tokoh masyarakat kurang terhadap kegiatan
Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita
dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu dengan nilai p= 0,043 (p <
0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sambas (2002) bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat
dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Hutagalung (1992) bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara partisipasi tokoh masyarakat dengan perilaku menimbang
anaknya ke Posyandu.
107

Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu
RT/RW. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari beberapa
ibu balita diketahui bahwa ketika pagi setiap bulan tepatnya pada hari H
pelaksanaan kegiatan Posyandu, ibu RT/RW akan mengumumkan kegiatan
Posyandu dengan pengeras suara dari masjid atau musholla untuk
memberitahukan bahwa pada hari itu ada kegiatan Posyandu yang dilakukan
seperti biasanya.
Sebagaimana Soedarti (1998 dalam Juarsa (2004) juga mengemukakan
dalam penelitiannya bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat
menghasilkan kemajuan kegiatan Posyandu, Kegiatan Posyandu dilaksanakan
oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika tokoh
masyarakat setempat tidak berpartisipasi/ terlibat dalam kegiatan Posyandu, ada
kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan menggunakan Posyandu.
Seseorang yang mengerjakan sesuatu perbuatan dengan ikhlas, Allah
akan membalasnya dengan kebaikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam
Al-quran, yang berbunyi:
_. ..> !..| .. > ...l | < _.- l _s _,.l.-l _
Artinya: dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta Alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6).
Ayat diatas menegaskan bahwa dan barang siapa yang berjihad yaitu
mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh hingga ia
108

bagaikan hamba berlomba dalam kebajikan, maka sesungguhna manfaat dan
kebaikan jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Jika maksud dari ayat tersebut
dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa apabila tokoh
masyarakatnya memiliki perilaku yang baik terhadap kegiatan Posyandu,
sehingga mereka mau menggunakan kemampuannya untuk melaksanakan amal
sholeh yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada ibu-ibu
balita di Posyandu, maka Allah akan membalas kebaikan tokoh masyarakat
tersebut denga lebih baik dari apa yang dikerjakannya.
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif
dan dukungan fasilitas saja, melainkan perlu perilaku contoh para tokoh
masyarakat, tokoh adat dan petugas kesehatan. Jadi, apabila kegiatan yang
diselenggarakan masyarakatnya melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakatnya
yang disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut maka mereka akan tertarik juga
untuk berpartisipasi didalamnya.

6.11 Kebutuhan yang Dirasakan Ibu Balita terhadap Pelayanan di Posyandu dan
Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan
Gizi di Posyandu
Menurut Sudarti (2008) ibu yang memanfaatkan Posyandu merasakan
kebutuhan akan pelayanan Posyandu karena adanya keinginan yang kuat dari
ibu untuk mengetahui dan memahami tentang perkembangan gizi anaknya,
imunisasi gratis dan lokasi Posyandu tidak jauh dari tempat tinggal ibu.
109

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa presentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
merasakan kebutuhan yang tinggi terhadap pelayanan di Posyandu dibanding
dengan ibu balita yang merasakan kebutuhan yang rendah terhadap pelayanan
di Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara kebutuhan yang dirasakan ibu balita terhadap pelayanan di
Posyandu dengan partisipasi ibu dalam pemanfaatan pelayanan gizi di
Posyandu dengan nilai Pvalue = 0,025. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Hutagalung (1992) yang menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara kebutuhan pelayanan di Posyandu dengan perilaku ibu dalam
menimbang anaknya di Posyandu. Dalam penelitian Suwandono (1990) dalam
Hutagalung (1992) mengemukakan bahwa pada desa yang program
penimbangannya ditata dengan baik serta kegiatannya dibakukan, secara
statistik terjadi perbaikan status gizi anak serta para peserta penimbangannya
pun lebih tinggi.
Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tuti (1989)
menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara persepsi jenis pelayanan
dengan indeks kunjungan dan menunjukkan semakin tidak sesuai jenis
pelayanan di Posyandu semakin rendah penggunaan Posyandu tidak terbukti
karena jenis pelayanan yang ada di Posyandu cukup sesuai dengan kebutuhan
ibu balita.
Dalam Islam juga dijelaskan tentang kedudukan anak, dalam Al-Quran
ditemukan beberapa penjelasan tentang kedudukan anak terhadap orang tuanya,
110

salah satunya anak sebagai kesenangan hidup di dunia, hal ini disebutkan dalam
Surat Ali Imran/3:14, yang berbunyi:
_,` _!.ll `> , :l _. ,!..l _,.,l ,L..1l :L.1.l
_. > .l _,>l ...l .-. ,>l l : _...
:,>l !,..l < .:..s _`.`> ,!:.l _
dijadikan terindah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda bertumpuk
dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah lading.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (QS.AliImran:14)
Makna dari ayat tersebut yaitu anak sebagai kesenangan dalam hidup
oleh karena itu para orang tua juga harus memperhatikan kehidupan anak secara
fisik, mental dan juga kesehatan, salah satu cara dengan berkunjung ke
Posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkemangan balitanya setiap
bulan.
Faktor kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga telah dibuktikan oleh
Setyowaty (2000) di Kota Pontianak yang menyimpulkan bahwa variabel
kebutuhan merupakan paling dominan dengan pemanfaatan pelayanan
pengobatan. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori Anderson dalam
Setyowati (2001) bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi keputusan
untuk menggunakan pelayanan kesehatan adalah komponen need dimana faktor
kebutuhan keluarga akan pelayanan kesehatan berhubungan dengan
111

pemanfaatan pelayanan pengobatan, bahkan faktor kebutuhan merupakan faktor
yang lebih penting dibandingkan dengan faktor kemampuan. Kebutuhan
seorang individu atau sekelompok masyarakat akan dipengaruhi oleh kesadaran
dirinya akan sebuah manfaat untuk dirinya sendiri dan juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan sekitar. Dengan kata lain melalui Posyandu ibu dapat
mengetahui perkembangan berat badan dan gizi anaknya. Selain itu
keberadaan makanan, imunisasi dan pelayanan gratis merupakan pemicu
kebutuhan tersebut.
6.12 Analisis Multivariat
Setelah melakukan seleksi kandidat model, selanjutnya diperoleh tujuh
variabel independen dengan nilai p < 0,25 dari hasil analisis bivariat yang
masuk ke model awal analisis multivariat untuk dianalisis yaitu pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan gizi, jarak, sikap kader, dukungan tokoh masyarakat dan
kebutuhan. Dari ketujuh variabel tersebut setelah dilakukan analisis multivariat
regresi logistik dan secara bertahap melakukan pemodelan dengan
mengeluarkan satu per satu variabel sampai memperoleh dua variabel yang
berhubungan bermakna dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan gizi di Posyandu yang mempunyai nilai p waldnya < 0,05. Kedua,
variabel tersebut adalah jarak dan pengetahuan, kemudian kedua variabel
tersebut dilakukan uji interaksi dan hasilnya tidak ada variabel yang
berinteraksi.
Pengetahuan dengan OR= 4,753 kali (95%CI: 1,485-15,212) dan Pvalue
= 0,009. Artinya, semakin kurang pengetahuan gizi ibu balita maka berpeluang
112

untuk berpastisipasi tidak aktif ke posyandu sebesar 4,753 kali dibandingkan
dengan ibu balita yang memiliki pengetahuan baik. Sedangkan variabel jarak,
berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR jarak adalah sebesar 23,363 artinya
ibu balita yang memiliki tempat tinggal dengan jarak yang jauh dari Posyandu
berpeluang untuk berpartisipasi tidak aktif sebesar 23,363 kali dibandingkan
dengan ibu balita yang memiliki tempat tinggal dengan jarak yang dekat ke
Posyandu.
Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng atau berkelanjutan daripada perilaku yang
didasari oleh pengetahuan. Menurut Saifuddin (1998), upaya peningkatan
partisipasi masyarakat, pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Artinya, semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka kesadaran untuk mengunjungi Posyandu semakin besar atau
tingkat partisipasi menjadi aktif.
Green dalam Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa peran serta
masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu sangat dipengaruhi dengan
pengetahuan masyarakat. Dalam penelitian ini yaitu seorang ibu akan membawa
anaknya dan menimbang di Posyandu bila ibu balita mengetahui dan mengerti
manfaat pelayanan yang diberikan Posyandu. Dan pada dasarnya seseorang
akan mendatangi Posyandu bila ia mengetahui manfaat yang didapatkannya
sekalipun jarak yang ditempuh jauh dari rumah ke Posyandu.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa jarak dari rumah ke Posyandu
yang dekat, tidak menjamin ibu balita untuk berpartisipasi aktif jika tidak diikuti
113

dengan adanya tingkat pengetahuan yang tinggi dari ibu balita. Sebaliknya,
jarak yang jauh ke Posyandu tidak akan menjadi masalah jika diikuti dengan
tingkat pengetahuan ibu yang tinggi sehingga ibu balita tetap datang ke
Posyandu meskipun jarak dari rumah ke Posyandu harus menggunakan
kendaraan atau membutuhkan waktu cukup lama (lebih dari 10 menit) untuk
memanfaatkan pelayanan gizi di Posyandu.
Artinya hubungan antara kedua variabel merupakan persyaratan untuk
kemungkinan berubahnya perilaku Ibu Balita dari tidak menggunakan menjadi
menggunakan Posyandu sebagai sarana perawatan kesehatan anaknya serta
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya setiap bulan.
Hasil yang sama terdapat di dalam penelitian (Bertnard and
Welmus,1990) dalam penelitiannya tentang pencarian pengobatan ke Pusat
pelayanan kesehatan oleh ibu-ibu yang anaknya menderita diare selama dua
minggu terakhir di Columbia, yang menyimpulkan bahwa faktor pencarian jenis
pelayanan pengobatan sangat berkorelasi positif dengan faktor pengetahuan,
yang diduga mempengaruhi perubahaan perilaku.




114
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Gambaran ibu yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan
gizi di Posyandu lebih banyak yaitu (53,3%) dibandingkan ibu yang
berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu (46,7%).
Hal ini membuktikan bahwa sebagian dari ibu yang memiliki balita dari 0-59
bulan di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
berpartisipasi tidak aktif.
2. Gambaran karakteristik ibu balita antara lain sebagai berikut:
a. Ibu balita yang berumur < 30 tahun lebih banyak (57,8%) dibandingkan
ibu balita yang berumur 30 tahun (42,2%).
b. Ibu balita yang memiliki pendidikan tinggi lebih banyak ( 56,7%)
dibandingkan ibu balita yang memiliki pendidikan rendah (43,3%).
c. Ibu balita yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga lebih banyak (64,4%)
dibandingkan ibu yang bekerja (35,6%)
3. Ibu balita yang memiliki pengetahuan baik (56,7%) lebih banyak
dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang (43,3%).
115

4. Ibu balita yang memiliki jarak tempuh yang dekat dari rumahnya ke
Posyandu (58,9%) lebih banyak dibandingkan ibu balita yang memiliki jarak
yang jauh dari rumah ke Posyandu (41,1%).
5. Ibu balita yang memiliki persepsi terhadap sarana yang lengkap (54,4%)
lebih banyak dibandingkan dengan ibu balita yang memilki persepsi tidak
lengkap terhadap sarana di posyandu (45,6%).
6. Ibu balita yang memiliki persepsi baik terhadap sikap kader di Posynadu
(73,3%) lebih banyak dibandingkan ibu balita yang memiliki persepsi kurang
terhadap sikap kader di Posyandu (26,7%).
7. Ibu balita yang melihat dukungan tokoh masyarakat baik terhadap kegiatan
di Posyandu (62,2%) lebih banyak dibandingkan ibu balita yang melihat
dukungan tokoh masyarakat kurang (37,8%).
8. Ibu balita yang merasakan kebutuhan yang tinggi terhadap pelayanan di
Posyandu (63,3%) lebih banyak dibandingkan ibu balita yang merasakan
kebutuhan yang rendah terhadap pelayanan di Posyandu (36,7%).
9. Hubungan karakteristik ibu balita dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu antara lain sebagai berikut:
a. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan partisipasi
ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu (p= 0,024) di
Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
b. Ada hubungan yang bermakna antara status bekerja ibu dengan
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
116

(p= 0,000) di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
tahun 2011.
10. Ada hubungan yang bermakna antara jarak tempuh dari rumah ke Posyandu
dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu
(p= 0,000) di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang
tahun 2011.
11. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan tokoh masyarakat dengan
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu (p=
0,043) di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun
2011.
12. Ada hubungan yang bermakna antara kebutuhan yang dirasakan ibu balita
terhadap pelayanan di Posyandu dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu (p= 0,025) di Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang tahun 2011.
13. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang tahun 2011 adalah jarak dari rumah ke Posyandu.

7.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Perlu adanya dukungan dari seluruh masyarakat yang ada di Kelurahan
Sukasari dengan berpartisipasi aktif datang ke Posyandu pada hari buka
Posyandu bagi mereka yang termasuk sasaran kegiatan Posyandu yaitu
117

ibu yang memiliki balita, agar dapat menggunakan semaksimal mungkin
sarana yang tersedia di Posyandu untuk memantau perkembangan dan
pertumbuhan balitanya.
b. Perlunya pembuktian contoh teladan (role model) dari tokoh masyarakat,
pranata sosial dan agama karena sangat dibutuhkan dalam memotivasi ibu
balita untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, misalnya dengan cara
kedatangan tokoh masyarakat ke Posyandu dan mengumumkan hari buka
Posyandu setiap bulannya.

2. Bagi Puskesmas Sukasari Kota Tangerang
a. Perlu meningkatkan pembinaan kader dan motivasi kepada kader agar
menjalankan perannya terutama pada sasaran yang tidak datang ke
Posyandu melalui kunjungan rumah dan pemberian informasi kepada
sasaran di luar hari Posyandu.
b. Perlu ditelaah lebih lanjut waktu buka Posyandu yang sesuai jika ada ibu
balita ditempat tersebut yang lebih banyak bekerja di pagi hari, misalnya
membuka Posyandu di sore hari dengan catatan petugas yang bertugas
sore hari dibebastugaskan keesokan harinya.
c. Posyandu harus dapat berapresiasi dengan aspek ekonomi, sosial dan
masyarakat dalam memberikan pelayanan masyarakat lainnya seperti
arisan dan pengajian.
118

d. Perlu dipertimbangkan jarak dari rumah ke Posyandu untuk
dikembangkan Posyandu baru atau pemilihan lokasi Posyandu yang
tepat.
e. Perlu meningkatkan pengetahuan dengan penyuluhan konsep tentang
Posyandu sehingga masyarakat lebih mengerti dan lebih memahami
pengertian dan manfaat Posyandu sehingga partisipasi dalam kunjungan
Posyandu tidak drop out serta perlu adanya kesadaran dari masyarakat
secara berkala.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
a. Perlu adanya pembinaan melalui pelatihan peningkatan kemampuan
petugas Puskesmas yang melaksanakan pembinaan posyandu untuk
meningkatkan motivasi dan kualitas pelayanan yang diberikan terutama
upaya-upaya promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan pada saat
Posyandu)
b. Perlu meningkatkan upaya untuk melengkapi sarana Posyandu terutama
penambahan fasilitas media dan model penyuluhan (promosi kesehatan)
berupa alat peraga, poster dan gambar, sehingga setiap Posyandu
memiliki fasilitas untuk penyuluhan serta program pembinaan kader
melalui training khususnya dalam aspek pencatatan dan pelaporan.

4. Bagi Peneliti Lain
119

a. Perlu dilakukan penelitian lain yang bersifat kualitatif disertai kuantitatif
untuk menggali pendapat-pendapat baik dari masyarakat, kader kesehatan
maupun petugas kesehatan terkait pelayanan gizi di Posyandu sehingga
dapat memberikan gambaran dalam upaya perbaikan gizi kesehatan
masyarakat.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan variabel-variabel
lain yang diduga berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu, yang belum diteliti pada
penelitian ini misalnya variabel pendapatan, kepemilikan KMS,
dukungan keluarga, jumlah anak, status menikah, budaya dan lain
sebagainya.
120
DAFTAR PUSTAKA


Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Al-Quran dan Terjemahannya. 2002. Semarang: Penerbit CV. Asy-Syifa.

Anderson, Ronald M. 1995. Revisting the Behavioral Model and Access to Medical
care: Does It Matter?. Journal of Health and Social Behavior University of
California at Los Angeles.

Arinta, Fitriyah Rahayu 2010. Partisipasi Ibu Kader Dalam Program Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Kaitannya dengan Tingkat
Kepatuhan Ibu Balita. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas
Ekologi Manusia. IPB.

Azwar. Azrul. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binarupa.

Becker, H Marshall & Lois A Maiman. 1995. Model-Model Perilaku Kesehatan dalam
Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Editor Muhazam, penerbit UI-Press,
Jakarta

Becker, M.H., ed. 1974. The Heath Belief Model and Personal Health Education
Monograph. Diakses dari http://www.enotes.com//, pada Tanggal 22 Mei
2011 Pukul 22.00 WIB

Birwin, Alib. 2001. Karakteristik Keluarga yang Berhubungan dengan Status Gizi
Kurang Pada Balita yang Berkunjung ke Posyandu di Desa Bojong Baru
Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Jawa Barat Tahun 2001. Tesis.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI

Budiyanto, M. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah

Conyers. 1991. Theory of Public Participant. Diakses dari http://digital
collection/jiunkpe/d3/pari/2002/bawean/chapter2.pdf, pada tanngal 25 Mei
2011 pukul 21.25 WIB

Departemen Kesehatan RI,2002. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan. Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI, Jakarta
121

________, 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Depkes RI, Jakarta

________, 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan. Depkes RI, Jakarta

________, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Depkes RI, Jakarta

________, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007.
Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta

________, 2009. Buku Saku Gizi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. 2003. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Dalam Negerri RI. 2001. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
No.411.3/1116/SJ, tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu. Jakarta: Medagri
RI

Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka

Dinas Kesehatan Kota Tangerang.2010. Profil Kesehatan Dinas Kota Tangerang Tahun
2009.

Dirjen Bina Kesehatan masyarakat.2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta:
Depkes RI

Doherty,J and R.Govender. 2007. The Cost-Effectiveness of Primary Care Service in
Developing Countries: A Review of International Literature. Diakses dari
http://www.dcp2.org// , pada tanggal 6 Mei 2011 Pukul 11.00 WIB.

Donabedian, Avedis. 2005. Evaluating the Quality of Medical Care. Journal of
Milkbank Memorial Fund. Blackwell Publishing

Eddy, 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Penimbangan Balita di
Posyandu Kabupaten Aceh Timur Tahun 1999. Tesis. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI.

122

Greenly, R James.1980. sosialstructural and Phychological Aspects of The Utilization of
Health Services, dalam Assessing The Contribution of The Social Sciences to
Health, Edited: M. Harvey Brenner, dkk. Westview Press Inc, United States of
America

Gunarsa, S. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Agung Mulia.

Harianto, Bambang. 1992. Hubungan Karakteristik Ibu Balita dan Lingkungan
Posyandu dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program UPGK. Tesis.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hutagalung, Sihol P. 1992. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam
Menimbangkan Anaknya di Posyandu Kotip Palu, Propinsi Sulawesi Tengah.
Tesis. Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat UI

Juarsa, Kodiat. 2004. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Cakupan Penimbangan
Balita di Posyandu Wilayah I Kabupaten Pandeglang Tahun 2004. Tesis.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI

Khalimah, Umi. 2007. Hubungan Antara Karakteristik dan Sikap Ibu Balita dengan
Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati
Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Khomsan, Ali. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian IPB Bogor

Laporan Tahunan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang 2010.

Lestari, Cinta. 2010. Manajemen Puskesmas dan Posyandu Diakses dari
http://cintalestari.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-puskesmas-dan-
posyandu/, pada tanggal 2 Februari 2011, pukul 14.02 WIB

Maharsi, Retno. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Balita
Datang ke Posyandu di Wilayah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi Tahun
2007. Tesis. Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat UI.

123

Ministry of Health. 2009. Revitalizing Primary Health Care, Country Experience:
Indonesia. MOH, Indonesia.

Murphy, Jill. 2006. The Impact of the Basic Integrated Health System (SIBASI) program
on participation in, Access to and Quality of Healthcare Among Public Health
Care Users in El Salvador.Research Report. Equity and HealthProgramme
Initiative.

Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
Rhineka Cipta

Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta

Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta.

Pradianto, Tuti. 1989. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita
Dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat. Tesis. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI.

Robbins, S. P. (2003) Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Sambas, Gun-gun. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ib-ibu
Anak Balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur.
Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI.

Sedioetama, Achmad Djaeni. 2006. Imu Gizi Jilid untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.
Jakarta: Dian Rakyat.

Sedioetama, Achmad Djaeni. 2006. Imu Gizi Jilid untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.
Jakarta: Dian Rakyat.

Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2010. Ibu Negara Resmikan 1000
Posyandu di Kota Tangerang. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/index.php/berita. pada tanggal 28 Januari 2011
124

Sembiring, Nasab. 2004. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat dalam
Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Jurnal: Bagian Kependudukan
dan Biostatistik FKM UI.

Shaikh, Babar T dan Juanita Hatcher. 2004. Health Seeking Behavior and Health Service
Utilization in Pakistan; Challenging the Policy Makers. Jurnal of Public
Health Advance Access Published

Sudarti, Kresno. 2008. Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu di Kelurahan
Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kodya Jakarta Timur Tahun 2007.
Tesis. Program Studi Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI

Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2000. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Thaha, Ridwan M. 1990. Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek Penggunaan
Posyandu Oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang. Tesis. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI.

Tjiong, Roy and Protus Tanahundaru.2010. Health Reform: Revitalizing Indonesias
Integrated Service Post. Diakses dari http://www.thejakartapost.com// , pada
Tanggal 22 Mei 2011, Pukul 10.23 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36.2009. Kesehatan. Jakarta: Diakses dari
www.google.com pada tanggal 01 Juni 2011, pukul 13.23 WIB.

Widiastuti, I Gusti AAM, 2006. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota Denpasar,
Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jurnal:
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

William E. Bertrand And Bethan F.Welmus: Maternal Knowledge, Attitude, and
Practice As Predictors of Dearhoel Desiase In Young Children. International
Journal of Epidemiology, Vol.12 No.2, 1990.

Yamin, Ahmad. 2003. Analisis Perbedaan Faktor Yang Berkontribusi Terhadap
Pemanfaatan Posyandu oleh Pengunjung Rutin dan Tidak Rutin dalam
Konteks Keperawatan Komunitas di Wilayah Kecamatan Limus Nunggal,
Baros dan Cikundul Kota Sukabumi Tahun 2002. Tesis. Program Studi Ilmu
Keperawatan Pasca Sarjana UI




KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sebagai persyaratan tugas akhir, Saya Nita Kurnia mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sedang melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi di Posyandu Kelurahan Sukasari
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Tahun 2011. Untuk itu saya memohon kesediaan ibu
untuk (BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA) mengisi kuesioner ini. Kejujuran Ibu dalam
menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban ibu akan saya rahasiakan.
Demikian Lembar persetujuan ini saya buat. Atas perhatian dan kerja sama ibu, saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.










Responden Peneliti





.









No. Responden :
:

A. Indentitas Responden
1. Nama Ibu :
2. Umur Ibu :
3. Nama Anak :
4. Umur Anak :
5. Alamat :
6. No. telp/HP :


B. PENDIDIKAN
NO PERTANYAAN
Kode
(Diisi Peneliti)
1.
Apa pendidikan terakhir Ibu?
a. Tidak sekolah d. Tamat SMA
b. Tamat SD e. Tamat Perguruan Tinggi
c. Tamat SMP
[ ] B1
C. STATUS BEKERJA
NO PERTANYAAN
Kode
(Diisi Peneliti)
1.
Apa pekerjaan ibu?
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Usaha (dalam lingkungan rumah/di luar rumah)
c. Ibu rumah tangga
d. Pegawai Swasta
e. Lainnya, sebutkan.
[ ] C1
D. PENGETAHUAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dibawah Ini yang Menurut Anda Benar!
NO PERTANYAAN
Kode
(Diisi Peneliti)
1.
Apa yang dimaksud dengan Posyandu?
a. Wadah peran serta masyarakat khususnya dalam bidang
kesehatan
b. Wadah peran serta masyarakat dalam bidang keamanan
[ ] D1
2.
Menurut ibu, tujuan dari penimbangan balita adalah
a. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Mengetahui berat badan anak
c. Mengetahui apakah anak sehat



[ ] D2



3.
Menurut ibu, anak umur berapakah yang perlu ditimbang?
a. Anak balita (0-5 tahun)
b. Bayi saja (0-1 tahun)
c. Semua anak
[ ] D3
4.
Menurut ibu, kapan seharusnya anak pertama kali ditimbang?
a. Sejak lahir
b. Kapan saja
[ ] D4
5.
Biasanya anak balita rutin ditimbang di Posyandu adalah
a. Seminggu sekali
b. Sebulan sekali
[ ] D5
6.
Menurut ibu, kegiatan apa saja yang dilaksanakan di Posyandu?
(Jawaban Boleh lebih dari 1)

a. Penimbangan Balita d. Imunisasi
b. Pemberian Vitamin A e. Pemeriksaan Ibu Hamil
c. Pelayanan KB

[ ] D6
7.
Bila anak balita ibu terlihat sudah sehat dan gemuk, apakah
masih perlu ditimbang di Posyandu?
a. Ya
b. Tidak
[ ] D7
8.
Setelah anak umur 5 tahun, menurut ibu apakah anak tersebut
masih harus ditimbang?
a. Ya
b. Tidak
[ ] D8
9.
Menurut ibu, program apa yang sebaiknya dilakukan di
Posyandu agar anak balita tidak mudah sakit?
a. Menimbang berat badan anak secara rutin
b. Imunisasi
[ ] D9
10.
Apa tujuan pemberian makanan tambahan bagi anak balita di
Posyandu?
a. Agar anak tidak rewel
b. Mencukupi kebutuhan gizi anak
[ ] D10

E. JARAK TEMPUH (Observasi rumah responden)
1. Menurut pendapat ibu, bagaimana jarak dari rumah ke
Posyandu?
a. Dekat
b. Jauh
[ ] E1
2. Berapa menit kira-kira perjalanan dari rumah ke Posyandu?
a. Kurang dari 10 menit
b. Lebih dari 10 menit
[ ] E2
3. Biasanya ibu datang ke Posyandu, menggunakan apa?
a. Berjalan kaki
b. Memakai kendaraan
[ ] E3




F. PERSEPSI IBU TERHADAP KELENGKAPAN SARANA di POSYANDU
1. Menurut Ibu, Apakah ruang tunggu Posyandu di tempat ibu
nyaman?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak ada ruang tunggu Posyandu
[ ] F1
2. Menurut ibu, apakah barang-barang tersebut di bawah ini
tersedia di Posyandu?
(jawaban dari responden konfirmasikan dengan data sekunder
di Posyandu/pengamatan langsung)
a. Meja, kursi
b. Tanda tulisan di meja
c. Poster/Gambar
d. Dacin/timbangan gantung
e. Sarung timbangan
f. Buku SIP
g. PAUD
[ ] F3
3. Bagaimana pendapat ibu tentang sarana/fasilitas yang ada di
Posyandu?
a. Baik
b. Tidak baik
[ ] F4

G. PERSEPSI IBU TERHADAP KADER KESEHATAN
1. Menurut ibu, bagaimanakah pelayanan yang diberikan pada
saat penimbangan?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Sedang
d. Kurang


[ ] G1
2. Apakah di Posyandu ibu mendapat penjelasan atau anjuran dari
kader agar tetap mempertahankan kesehatan anaknya dan
supaya tetap rajin menimbang?
a. Ya
b. Tidak
[ ] G2
3. Menurut pengamatan ibu, bagaimana tindakan kader pada
waktu menimbang anak?
a. Sangat Terampil c. Kurang Terampil
b. Terampil d. Tidak Terampil
[ ] G3
4. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap kader pada waktu
melayani penimbangan balita?
a. Sangat ramah c. Kurang Ramah
b. Ramah d. Tidak ramah
[ ] G4



5. Menurut ibu, bagaimana keterampilan kader dalam melakukan
pencatatan hasil penimbangan balita pada KMS?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Kurang terampil
d. Tidak terampil
[ ] G5

H. KEBUTUHAN YANG DIRASAKAN IBU BALITA TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN di POSYANDU
Petunjuk pengisian Jawaban Berikut (beri tanda ceklis (V) pada kolom yang sesuai
dengan pendapat ibu)
SS artinya Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
S artinya Anda Setuju dengan pernyataan
TS artinya Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
STS artinya Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan

No. PERNYATAAN SS S TS STS
Kode
(Diisi Peneliti)
1.
Menurut saya, Posyandu bermanfaat
dalam memantau pertumbuhan anak
saya
[ ] H1
2.
Saya merasa bahwa bayi/balita saya
perlu ditimbang berat badannya di
Posyandu setiap bulan
[ ] H2
3.
Bila terdapat tetangga ibu yang
memilki bayi/balita sehat menolak
diajak oleh kader ke Posyandu untuk
menimbang balitanya. Bagaimana
pendapat ibu?

[ ] H3
4.
Bila ada tetangga ibu yang mengatakan
bahwa tanpa menimbangkan anaknya
setiap bulan, ibu tetap tahu kesehatan
anaknya. Bagaimana pendapat ibu?
[ ] H4
I. PARTISIPASI KE POSYANDU
1. Berapa kali anak ibu dibawa ke Posyandu dalam 12 bulan
terakhir ini?
(Observasi KMS)







[ ] I1



J. DUKUNGAN TOKOH MASYARAKAT
1. Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu pernah mendapat
ajakan/anjuran dari tokoh masyarakat (RT/RW) untuk hadir ke
Posyandu?
a. Pernah
b. Tidak pernah
[ ] J1
2. Apakah tokoh masyarakat (RT/RW) hadir dan terlibat aktif
dalam kegiatan Posyandu?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
[ ] J2

LAMPIRAN 4
ANALISIS UNIVARIAT

Partisipasi_ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Aktif 48 53.3 53.3 53.3
Aktif 42 46.7 46.7 100.0
Total 90 100.0 100.0


Umur_ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Muda 52 57.8 57.8 57.8
Tua 38 42.2 42.2 100.0
Total 90 100.0 100.0


Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 39 43.3 43.3 43.3
Tinggi 51 56.7 56.7 100.0
Total 90 100.0 100.0


Status_Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kerja 32 35.6 35.6 35.6
Tidak Bekerja 58 64.4 64.4 100.0
Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 39 43.3 43.3 43.3
Baik 51 56.7 56.7 100.0
Total 90 100.0 100.0





Jarak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jauh 37 41.1 41.1 41.1
Dekat 53 58.9 58.9 100.0
Total 90 100.0 100.0


Persepsi_thd_Sarana

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Lengkap 41 45.6 45.6 45.6
Lengkap 49 54.4 54.4 100.0
Total 90 100.0 100.0


Persepsi_thd_Kader

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 24 26.7 26.7 26.7
Baik 66 73.3 73.3 100.0
Total 90 100.0 100.0


Toma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 34 37.8 37.8 37.8
Butuh 56 62.2 62.2 100.0
Total 90 100.0 100.0











ANALISIS BIVARIAT

Umur_ibu * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Umur_ibu Muda Count 27 25 52
% within Umur_ibu 51.9% 48.1% 100.0%
Tua Count 21 17 38
% within Umur_ibu 55.3% 44.7% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Umur_ibu 53.3% 46.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .098
a
1 .754

Continuity Correction
b
.010 1 .920

Likelihood Ratio .098 1 .754

Fisher's Exact Test

.832 .461
Linear-by-Linear
Association
.097 1 .755

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.73.
b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Umur_ibu (Muda / Tua) .874 .378 2.024
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif .940 .638 1.384
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif 1.075 .684 1.689
N of Valid Cases 90




Pendidikan * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Pendidikan Rendah Count 15 24 39
% within Pendidikan 38.5% 61.5% 100.0%
Tinggi Count 33 18 51
% within Pendidikan 64.7% 35.3% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Pendidikan 53.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.116
a
1 .013

Continuity Correction
b
5.107 1 .024

Likelihood Ratio 6.173 1 .013

Fisher's Exact Test

.019 .012
Linear-by-Linear
Association
6.048 1 .014

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.20.
b. Computed only for a 2x2 table



Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan (Rendah / Tinggi) .341 .144 .809
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif .594 .381 .928
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif 1.744 1.115 2.726
N of Valid Cases 90




Status_Kerja * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Status_Kerja Kerja Count 28 4 32
% within Status_Kerja 87.5% 12.5% 100.0%
Tidak
Bekerja
Count 20 38 58
% within Status_Kerja 34.5% 65.5% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Status_Kerja 53.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 23.290
a
1 .000

Continuity Correction
b
21.208 1 .000

Likelihood Ratio 25.527 1 .000

Fisher's Exact Test

.000 .000
Linear-by-Linear
Association
23.031 1 .000

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.93.
b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Status_Kerja (Kerja / Tidak Bekerja) 13.300 4.090 43.252
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif 2.538 1.739 3.704
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif .191 .075 .486
N of Valid Cases 90






Pngetahuan * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Pngetahuan Kurang Count 25 14 39
% within Pngetahuan 64.1% 35.9% 100.0%
Baik Count 23 28 51
% within Pngetahuan 45.1% 54.9% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Pngetahuan 53.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.207
a
1 .073

Continuity Correction
b
2.489 1 .115

Likelihood Ratio 3.236 1 .072

Fisher's Exact Test

.090 .057
Linear-by-Linear
Association
3.171 1 .075

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.20.
b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Pngetahuan (Kurang / Baik) 2.174 .924 5.115
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif 1.421 .969 2.085
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif .654 .402 1.065
N of Valid Cases 90






Jarak * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Jarak Jauh Count 32 5 37
% within Jarak 86.5% 13.5% 100.0%
Dekat Count 16 37 53
% within Jarak 30.2% 69.8% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Jarak 53.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 27.747
a
1 .000

Continuity Correction
b
25.531 1 .000

Likelihood Ratio 30.140 1 .000

Fisher's Exact Test

.000 .000
Linear-by-Linear
Association
27.438 1 .000

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.27.
b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Jarak (Jauh / Dekat) 14.800 4.877 44.912
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif 2.865 1.866 4.399
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif .194 .084 .446
N of Valid Cases 90






Persepsi_thd_Sarana * Partisipasi_ibu

Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Persepsi_thd_Sarana Tidak
Lengkap
Count 25 16 41
% within Persepsi_thd_Sarana 61.0% 39.0% 100.0%
Lengkap Count 23 26 49
% within Persepsi_thd_Sarana 46.9% 53.1% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Persepsi_thd_Sarana 53.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.767
a
1 .184

Continuity Correction
b
1.248 1 .264

Likelihood Ratio 1.775 1 .183

Fisher's Exact Test

.208 .132
Linear-by-Linear
Association
1.748 1 .186

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.13.
b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Persepsi_thd_Sarana (Tidak Lengkap /
Lengkap)
1.766 .761 4.099
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif 1.299 .884 1.910
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif .735 .462 1.170
N of Valid Cases 90






Persepsi_thd_Kader * Partisipasi_ibu

Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Persepsi_thd_Kader Kurang Count 17 7 24
% within Persepsi_thd_Kader 70.8% 29.2% 100.0%
Baik Count 31 35 66
% within Persepsi_thd_Kader 47.0% 53.0% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Persepsi_thd_Kader 53.3% 46.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.027
a
1 .045

Continuity Correction
b
3.125 1 .077

Likelihood Ratio 4.139 1 .042

Fisher's Exact Test

.057 .037
Linear-by-Linear
Association
3.982 1 .046

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.20.
b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Persepsi_thd_Kader (Kurang / Baik) 2.742 1.004 7.485
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif 1.508 1.049 2.168
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif .550 .283 1.068
N of Valid Cases 90




Toma * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Toma Kurang Count 13 21 34
% within Toma 38.2% 61.8% 100.0%
Butuh Count 35 21 56
% within Toma 62.5% 37.5% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Toma 53.3% 46.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.005
a
1 .025

Continuity Correction
b
4.077 1 .043

Likelihood Ratio 5.037 1 .025

Fisher's Exact Test

.031 .022
Linear-by-Linear
Association
4.949 1 .026

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.87.
b. Computed only for a 2x2 table



Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Toma (Kurang / Butuh) .371 .154 .894
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak Aktif .612 .381 .982
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif 1.647 1.072 2.530
N of Valid Cases 90





Kebutuhan * Partisipasi_ibu
Crosstab

Partisipasi_ibu
Total

Tidak Aktif Aktif
Kebutuhan Kurang Count 12 21 33
% within Kebutuhan 36.4% 63.6% 100.0%
Butuh Count 36 21 57
% within Kebutuhan 63.2% 36.8% 100.0%
Total Count 48 42 90
% within Kebutuhan 53.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.029
a
1 .014

Continuity Correction
b
5.000 1 .025

Likelihood Ratio 6.080 1 .014

Fisher's Exact Test

.017 .012
Linear-by-Linear
Association
5.962 1 .015

N of Valid Cases
b
90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.40.
b. Computed only for a 2x2 table



Risk Estimate

Value
95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for Kebutuhan (Kurang /
Butuh)
.333 .137 .812
For cohort Partisipasi_ibu = Tidak
Aktif
.576 .352 .943
For cohort Partisipasi_ibu = Aktif 1.727 1.127 2.646
N of Valid Cases 90



ANALISIS MULTIVARIAT
Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 6.116 1 .013
Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Toma 5.005 1 .025
Kebutuhan 6.029 1 .014
Overall Statistics 36.820 7 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 44.402 7 .000
Block 44.402 7 .000
Model 44.402 7 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 79.965
a
.389 .520
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Pendidikan -.490 .611 .643 1 .423 .613 .185 2.030
Status_Kerja 1.270 .795 2.549 1 .110 3.560 .749 16.917
Pngetahuan 1.802 .662 7.405 1 .007 6.059 1.655 22.179
Jarak 2.286 .832 7.552 1 .006 9.838 1.926 50.242
Persepsi_thd_
Kader
.819 .657 1.553 1 .213 2.267 .626 8.215
Toma -.408 .594 .471 1 .493 .665 .208 2.131
Kebutuhan .230 .656 .123 1 .726 1.258 .348 4.554
Constant -3.734 1.367 7.465 1 .006 .024

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak, Persepsi_thd_Kader,
Toma, Kebutuhan.







Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 6.116 1 .013
Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Toma 5.005 1 .025
Overall Statistics 36.745 6 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 44.278 6 .000
Block 44.278 6 .000
Model 44.278 6 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 80.088
a
.389 .519
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Pendidikan -.510 .608 .702 1 .402 .601 .182 1.979
Status_Kerja 1.223 .790 2.399 1 .121 3.398 .723 15.973
Pngetahuan 1.781 .655 7.401 1 .007 5.934 1.645 21.406
Jarak 2.177 .765 8.096 1 .004 8.821 1.969 39.517
Persepsi_thd_Kader .814 .657 1.532 1 .216 2.256 .622 8.181
Toma -.462 .573 .652 1 .419 .630 .205 1.935
Constant -3.441 1.072 10.302 1 .001 .032

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak,
Persepsi_thd_Kader, Toma.



Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1



Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875


Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 6.116 1 .013
Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Overall Statistics 36.365 5 .000

Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 43.625 5 .000
Block 43.625 5 .000
Model 43.625 5 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 80.742
a
.384 .513
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.

Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 37 11 77.1
Aktif 11 31 73.8
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Pendidikan -.535 .609 .772 1 .380 .585 .177 1.932
Status_Kerja 1.188 .780 2.317 1 .128 3.279 .711 15.132
Pngetahuan 1.806 .651 7.690 1 .006 6.086 1.698 21.810
Jarak 2.279 .752 9.182 1 .002 9.765 2.236 42.640
Persepsi_thd_Kader .774 .657 1.385 1 .239 2.167 .598 7.861
Constant -3.731 1.019 13.411 1 .000 .024

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak, Persepsi_thd_Kader.







Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
b. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Overall Statistics 36.122 4 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 42.850 4 .000
Block 42.850 4 .000
Model 42.850 4 .000


Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 81.516
a
.379 .506
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.


Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Status_Kerja 1.373 .761 3.256 1 .071 3.945 .888 17.520
Pngetahuan 1.663 .620 7.190 1 .007 5.275 1.564 17.791
Jarak 2.252 .752 8.977 1 .003 9.510 2.179 41.499
Persepsi_thd_Kader .792 .653 1.473 1 .225 2.208 .615 7.934
Constant -4.051 .952 18.109 1 .000 .017

a. Variable(s) entered on step 1: Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak, Persepsi_thd_Kader.



Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1






Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875


Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Overall Statistics 34.864 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 41.362 3 .000
Block 41.362 3 .000
Model 41.362 3 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 83.005
a
.368 .492
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by
less than .001.


Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 33 15 68.8
Aktif 6 36 85.7
Overall Percentage

76.7
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Status_Kerja 1.379 .761 3.283 1 .070 3.973 .893 17.664
Pngetahuan 1.554 .608 6.538 1 .011 4.732 1.437 15.576
Jarak 2.401 .747 10.340 1 .001 11.040 2.554 47.714
Constant -3.526 .825 18.270 1 .000 .029

a. Variable(s) entered on step 1: Status_Kerja, Pngetahuan,
Jarak.








Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Overall Statistics 32.985 2 .000


Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 38.070 2 .000
Block 38.070 2 .000
Model 38.070 2 .000


Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 86.296
a
.345 .461
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.


Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 32 16 66.7
Aktif 5 37 88.1
Overall Percentage

76.7
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper
Step 1
a
Pngetahuan 1.559 .594 6.897 1 .009 4.753 1.485 15.212
Jarak 3.151 .650 23.484 1 .000 23.363 6.532 83.566
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper
Step 1
a
Pngetahuan 1.559 .594 6.897 1 .009 4.753 1.485 15.212
Jarak 3.151 .650 23.484 1 .000 23.363 6.532 83.566
Constant -3.016 .704 18.357 1 .000 .049

a. Variable(s) entered on step 1: Pngetahuan, Jarak.




ANALISIS MULTIVARIAT
Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 6.116 1 .013
Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Toma 5.005 1 .025
Kebutuhan 6.029 1 .014
Overall Statistics 36.820 7 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 44.402 7 .000
Block 44.402 7 .000
Model 44.402 7 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 79.965
a
.389 .520
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Pendidikan -.490 .611 .643 1 .423 .613 .185 2.030
Status_Kerja 1.270 .795 2.549 1 .110 3.560 .749 16.917
Pngetahuan 1.802 .662 7.405 1 .007 6.059 1.655 22.179
Jarak 2.286 .832 7.552 1 .006 9.838 1.926 50.242
Persepsi_thd_
Kader
.819 .657 1.553 1 .213 2.267 .626 8.215
Toma -.408 .594 .471 1 .493 .665 .208 2.131
Kebutuhan .230 .656 .123 1 .726 1.258 .348 4.554
Constant -3.734 1.367 7.465 1 .006 .024

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak, Persepsi_thd_Kader,
Toma, Kebutuhan.







Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 6.116 1 .013
Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Toma 5.005 1 .025
Overall Statistics 36.745 6 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 44.278 6 .000
Block 44.278 6 .000
Model 44.278 6 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 80.088
a
.389 .519
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Pendidikan -.510 .608 .702 1 .402 .601 .182 1.979
Status_Kerja 1.223 .790 2.399 1 .121 3.398 .723 15.973
Pngetahuan 1.781 .655 7.401 1 .007 5.934 1.645 21.406
Jarak 2.177 .765 8.096 1 .004 8.821 1.969 39.517
Persepsi_thd_Kader .814 .657 1.532 1 .216 2.256 .622 8.181
Toma -.462 .573 .652 1 .419 .630 .205 1.935
Constant -3.441 1.072 10.302 1 .001 .032

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak,
Persepsi_thd_Kader, Toma.



Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1



Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875


Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 6.116 1 .013
Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Overall Statistics 36.365 5 .000

Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 43.625 5 .000
Block 43.625 5 .000
Model 43.625 5 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 80.742
a
.384 .513
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.

Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 37 11 77.1
Aktif 11 31 73.8
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Pendidikan -.535 .609 .772 1 .380 .585 .177 1.932
Status_Kerja 1.188 .780 2.317 1 .128 3.279 .711 15.132
Pngetahuan 1.806 .651 7.690 1 .006 6.086 1.698 21.810
Jarak 2.279 .752 9.182 1 .002 9.765 2.236 42.640
Persepsi_thd_Kader .774 .657 1.385 1 .239 2.167 .598 7.861
Constant -3.731 1.019 13.411 1 .000 .024

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak, Persepsi_thd_Kader.







Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Persepsi_thd_Kader 4.027 1 .045
Overall Statistics 36.122 4 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 42.850 4 .000
Block 42.850 4 .000
Model 42.850 4 .000


Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 81.516
a
.379 .506
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.


Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 35 13 72.9
Aktif 9 33 78.6
Overall Percentage

75.6
a. The cut value is .500


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Status_Kerja 1.373 .761 3.256 1 .071 3.945 .888 17.520
Pngetahuan 1.663 .620 7.190 1 .007 5.275 1.564 17.791
Jarak 2.252 .752 8.977 1 .003 9.510 2.179 41.499
Persepsi_thd_Kader .792 .653 1.473 1 .225 2.208 .615 7.934
Constant -4.051 .952 18.109 1 .000 .017

a. Variable(s) entered on step 1: Status_Kerja, Pngetahuan, Jarak, Persepsi_thd_Kader.



Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1






Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875


Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Status_Kerja 23.290 1 .000
Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Overall Statistics 34.864 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 41.362 3 .000
Block 41.362 3 .000
Model 41.362 3 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 83.005
a
.368 .492
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by
less than .001.


Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 33 15 68.8
Aktif 6 36 85.7
Overall Percentage

76.7
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)

Lower Upper
Step
1
a

Status_Kerja 1.379 .761 3.283 1 .070 3.973 .893 17.664
Pngetahuan 1.554 .608 6.538 1 .011 4.732 1.437 15.576
Jarak 2.401 .747 10.340 1 .001 11.040 2.554 47.714
Constant -3.526 .825 18.270 1 .000 .029

a. Variable(s) entered on step 1: Status_Kerja, Pngetahuan,
Jarak.








Logistic Regression

Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 90 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Aktif 0
Aktif 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table
a,b


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 0 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 48 0 100.0
Aktif 42 0 .0
Overall Percentage

53.3
a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .211 .399 1 .527 .875
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pngetahuan 3.207 1 .073
Jarak 27.747 1 .000
Overall Statistics 32.985 2 .000


Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 38.070 2 .000
Block 38.070 2 .000
Model 38.070 2 .000


Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 86.296
a
.345 .461
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.


Classification Table
a


Observed
Predicted

Partisipasi_ibu
Percentage
Correct Tidak Aktif Aktif
Step 1 Partisipasi_ibu Tidak Aktif 32 16 66.7
Aktif 5 37 88.1
Overall Percentage

76.7
a. The cut value is .500



Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper
Step 1
a
Pngetahuan 1.559 .594 6.897 1 .009 4.753 1.485 15.212
Jarak 3.151 .650 23.484 1 .000 23.363 6.532 83.566
Constant -3.016 .704 18.357 1 .000 .049

a. Variable(s) entered on step 1: Pngetahuan, Jarak.

Anda mungkin juga menyukai