Anda di halaman 1dari 42

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1


BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………. 4
1. Anatomi Leher ……………………………………………………………………………..4
1.1 Persarafan Leher ……………………………………………………………………. .. 6
1.2 Otot-otot Bagian Leher Depan ……………………………………………………….. 7
1.3 Sistem Aliran Limfe Leher …………………………………………………………… 8
1.4 Vaskularisasi Daerah Leher ………………………………………………………….. 9
2. Tumor Regio Coli ……………………………………………………………………….. 11
2.1 Definisi ………………………………………………………………………………. 11
2.2 Epidemiologi ………………………………………………………………………… 12
2.3 Etiologi ………………………………………………………………………………. 12
2.4 Patologi ………………………………………………………………………………. 13
2.5 Klasifikasi Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan ………………………………… 14
2.5.1 Tumor Leher Medial Kistik ……………………………………………………. 15
2.5.2 Tumor Leher Medial Solid …………………………………………………….. 17
2.5.3 Tumor Leher Lateral Kistik ……………………………………………………. 17
2.5.4 Tumor Leher Lateral Solid …………………………………………………….. 18
2.5.5 Neoplasma …………………………………………………………………….. 19
BAB III CASE REPORT ………………………………………………………………….. 27
BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………………………… 39
DAFTAR PUSTAKA …….…………………………………………………………………
40

0
BAB I

PENDAHULUAN

Leher merupakan bagian tubuh yang terbuka dan karena itulah pembengkakan pada
daerah ini mudah di kenal oleh penderita atau di deteksi selama pemeriksaan rutin. Di
samping itu, lesi servikal congenital, peradangan, dan keganasan relative sering terjadi.
Dengan demikian dokter seringkali berhadapan dengan masalah benjolan baru pada
leher.

Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri dari 2%-
3% dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua kematian kanker.
Total ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500 kasus kanker laring dan 8300
kasus kanker faring. Kebanyakan pasien dengan kanker kepala dan leher (regional nodal
kanker leher memiliki penyakit metastasis pada saatdiagnosis 43% dan metastasis dalam
10%.

Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang seringkali
agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker kepala dan leher
sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini terjadi pada tingkat tahunan
sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru seperti terjadi di saluran aerodigestive atas
atau paru-paru.

Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering,
insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua
usia (Underbrink, 2011). Diagnosis bandingnya sangat luas, karena massa pada leher bisa
berasal dari kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar saliva, dan lain- lain. Penyebabnya
bisa karena kongenital, infeksi, inflamasi, neoplasia (jinak dan ganas), atau metastasis
(Subekti, 2005). Penyebab paling sering massa pada leher adalah karena inflamasi atau
infeksi oleh parasit seperti Toxoplasmosis, jamur, self-limited virus seperti Epstein-Barr virus
(EBV), Cytomegalovirus (CMV), Herpes simplex virus atau bakteri Streptococcus,
Staphylococcus, Mycrobacterium tuberculosis dan Atypical mycrobacterium
(Thander&Jonas, 2004). Sekitar 43 persen dari semua limfadenopati perifer di Negara
berkembang disebabkan oleh karena Tuberkulosis (TB) (Sharma&Mohan, 2004). Prevalensi

1
TB di Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China yaitu hampir 700 ribu
kasus, dengan angka kematian masih tetap 27/100 ribu penduduk

(WHO, 2013).

Pada dewasa penyebab massa pada leher yang juga sering adalah deposit massa sel
ganas pada kelenjar getah bening. Biasanya berasal dari suatu keganasan primer pada kepala
dan leher, paling sering dari Upper Aerodigestive Tract (UAT) (Scott- Brown’s, 2004).
Kebanyakan pasien neoplasma ganas pada kepala dan leher sudah maengalami metastasis
saat didiagnosis (43% pada nodul regional yang berkaitan dan 10% metastasis jauh) (Ridge et
al, 2003). Insiden neoplasma ganas pada kepala dan leher di dunia lebih dari 550.000 kasus
per tahun dengan angka kematian sekitar 300.000 setiap tahunnya (Jemal&Bray, 2011).

Massa pada leher bisa juga disebabkan karena tumor primer meliputi tumorpada
kelenjar saliva dan tumor kelenjar tiroid (Thander&Jonas, 2004). Tumor pada kelenjar saliva
merupakan 6% dari semua kejadian tumor kepala dan leher. Insiden tumor pada kelenjar
saliva secara keseluruhan adalah 1,5 kasus per 100.000 penduduk di Amerika Serikat
(Medscape, 2015). Tumor tiroid secara klinis terdapat pada 4,7% pada populasi dewasa,
angka kejadian keganasan pada nodul tiroid adalah sebesar 5,12% pada pasien dengan nodul
tunggal dan 3% pada pasien dengan nodul multipel (Harahap, 2010). Data dari
American Association of Clinical Endocrinology/American Association of
Endocrine Surgery (2001) menunjukkan karsinoma tiroid merupakan keganasan endokrin
yang sering terjadi, yaitu sekitar 90% dari seluruh keganasan endokrin.

Banyaknya etiologi massa pada leher menyebabkan diagnosis banding massa


pada leher sangat luas. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang sistematis untuk
menegakkan diagnosis massa pada leher dan menentukan rencana penatalaksanaannya
(Underbrink, 2011). Evaluasi pasien dengan massa pada leher harus selalu dimulai dengan
riwayat penyakit, diikuti dengan pemeriksaan kepala dan leher secara lengkap (Subekti,
2005).

2
Salah satu metode diagnostik yang sangat bermanfaat untuk mengevaluasi massa pada leher
adalah pemeriksaan dengan teknik Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) (Harrison et al,
2011). Pemeriksaan FNAB dilakukan pada massa dengan ukuran dominan terutama pada lesi
dengan ukuran >1.0 cm atau pada massa yang menunjukkan pembesaran yang signifikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. ANATOMI LEHER

Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan linea nuchae
superior (diatas), dan incsura jugularis dan tepi superior lavicula (dibawah). Jaringan leher
dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialismembungkus m.sternokleidomastoideus dan
berlanjut ke garis tengah di leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media
membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang
jugamerupakan pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Ke dorsal fasia colli media
membungkus a.carotis communis , v.jugularisinterna dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli
profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli lateral.
Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis (dilindungi oleh vagina
carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus, setinggi cornu superior cartilago
thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna dan a.carotis externa), a.subclavia (bercabang
menjadi a.vertebralis dan a.mammaria interna). Pembuluh darah vena antara lain v.jugularis
externa dan v.jugularis interna.Vasa lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis
(berjalan sepanjangv.jugularis externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang
v.jugularisinterna). Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan.vagus.

Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semuabentuk radang
atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi kekelenjar limfe leher.
Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis tumoradalah kelenjar limfe rangkaian
jugularis interna yang terbentang antara klaviculasampai dasar tengkorak, dimana rangkaian
ini terbagi menjadi kelompok superior,media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain
adalah submental,submandibula, servicalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis
asesorius,skalenus anterior dan supraclavicula. M.sternocleidomastoid membagi daerah leher
menjadi 2 segitiga besar, yaitu : 1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari:

4
 Trigonum sub mental
 Trigonum digastricus
 Trigonum Karotis
 Trigonum Muskulari

Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior: symphisis
mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum ini tertutup oleh
kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.

Gambar 1. Otot Leher

2. Trigonum colli posterior, yang terdiri dari :

 Trigonum oksipitalis.
 Trigonum supraklavikularis.

5
Batas-batas trigonum colli posterior, yaitu anterior: sisi posterior m.sternocleidomastoideus,
inferior : klavicula dan posterior: sisi anterior M. Trapezius. Lantai dari trigonum tertutup
oleh lapisan prevertebra yang terdiri dari semispinalis capitis, levator scapula dan scalenus
medius. Trigonum ini berisi a.subklavia, v.jugularis eksterna, pleksus brakialis dan
cabang-cabang pleksus servikalis.

1.1 PERSARAFAN DAERAH LEHER

Terdapat 4 saraf superfisial yang berhubungan dengan tepi posterior


m.sternocleidomastoid. Saraf-saraf tersebut mempersarafi kulit di daerah yang

bersangkutan. Saraf superfisial yang dimaksud adalah :

1. N. Oksipitalis minor (C2)


2. N. Auricularis magnus (C2 dan C3)
3. N.Cutaneus anterior (cutaneus colli, C2 dan C3). 4. N.Supraklavikularis (C3 dan C4).

Keempat saraf ini berasal dari Nn Servikalis II, III dan IV dan terlindung di bawah otot.
Dalam perjalanan ekstra kranialnya, 4 nervi kranial terletak di daerah M. Digastricus.

Saraf-saraf cranial yang dimaksud:

1. N. Vagus, keluar melalui For. Jugularis, mensarafi : saluran pernafasan dan saluran
pencernaan .
2. N. Glossopharyngeus, keluar bersama N. Vagus , terletak diantara karotis interna dan
jugularis interna. Merupakan saraf motorik untuk M. Stylopharyngeus.
3. N. Asesorius, berasal dari cranial dan C5 atau C6. Merupakan motorik untuk M. SCM
dan M. Trapezius, sedangkan cabang cervicalnya merupakan sensorik.
4. N. Hypoglosus, keluar melalui cranial hypoglosus, merupakan motorik untuk lidah.

6
Gambar 2. Persarafan Leher

1.2 OTOT-OTOT LEHER BAGIAN DEPAN

Otot-otot di bagian ventral leher terdiri dari :

1. M. Digastricus, terdiri dari venter anterior dan posterior. Berjalan dari os temporal ke
arkus mandibula, merupakan landmark yang penting di bagian atas leher. Kedua
venternya dipisahkan oleh tendon intermedius.
2. Mm infrahyoid, disebut juga sebagai STRAP muscles Terdiri dari :
 M. Sterno hyoid : Origo pada manubrium sterni dan berinsersi di os. hyoid. Dekat
origo terpisah, makin ke atas makin bersatu dan didekat insersi bergabung dengan M.
Omohyoid.
 M. Omohyoid :Terdiri dari 2 venter (superior dan inferior). Mulai dari skapula dan
lig. supraskapula berjalan ke atas dan berakhir sebagai tendo intermedius.
 M. Sternothyroid : Merupakan landmark penting dalam pembedahan thyroid untuk
menemukan cleavage plane. Origo terletak di manubrium sterni dan berinsersi di
lamina kartilago thyroid, berjalan menutupi sebagian Gld. Thyroid. Kontraksinya
menyebabkan laryng bergerak ke bawah.
 M. Thyrohyoid: Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi
membrana thyrohyoid, kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid
difiksir oleh otot suprahyoid, kontraksinya akan mengangkat laryng.

Jaringan di leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu:

1. Fasia koli superfisialis membungkus: m. sternokleidomastoidues dan berlanjut ke


garis tengah leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain.

7
2. Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi
yang lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli
superfisialis. Ke dorsal fasia koli media membungkus a. karotis komunis, v. jugularis
interna dan n. vagus menjadi satu.
3. Fasia koli profunda membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan
fasia koli media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila
terjadi infeksi hubungan langsung ke mediastinum.

1.3 SISTEM LIMFE KEPALA-LEHER

Karena sebagian besar keganasaan di daerah kepala dan leher penyebaraan secara limfogen.

Gambar 3. Anatomi Sistem Limfe

8
1.4 VASKULARISASI DAERAH LEHER

Sirkulasi darah arteri

Aliran darah menuju kepala dibawa melalui arteri carotis dan arteri vertebralis. Arteri
vertebralis dalam rongga kepala bersatu membentuk arteri basilaris. Memberikan cabang-
cabangnya pada struktur intracranial, tidak ada cabang-cabang.

o carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna. A. carotis
interna memberikan darahnya pada bagian dalam tenggorokan dan sirkulus ini bervariasi
dan memberikan darahnya pada otak.
o A. meningeal cabang a. carotis eksterna dan a. opthalmica cabang arteri carotis interna
ini tidak cukup memberikan darahnya untuk kebutuhan minimum dari otak. Oleh
karena itu kebutuhan darah otak akan di penuhi terutama oleh a. carotisinterna dan
disusul oleh a. vertebralis.
o A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan vicera dari kepala
dan leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose, sehingga
dengan mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah satu
cabangnya.

9
Gambar 4. Vaskularisasi Arteri Leher

Sirkulasi darah vena

Aliran darah balik dari kepala dan leher dialirkan melalui sistem jugularis (anterior,
eksterna, interna, posterior) dan beberapa plexus venosus (pterygoid, orbital, vertebral,
perilaryngeal, esophageal). Dari semua aliran darah balik ini v. jugularis internalah yang
paling penting. Pleksus brakialis terdiri dari dua sistem yang terpisah, yaitu bagian interna
yang terdapat antara duramater dan tulang, dan bagian exsterna yang mengelilingi lengkung
vertebrae terletak di dalam otot-otot leher dan punggung.

10
Gambar 6. Vaskularisasi Vena Leher

2. TUMOR REGIO COLLI

2.1 DEFINISI

Pengertian tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dari suatu
organ tubuh. Tumor Colli adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di
segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan mandibula
serta dasar tengkorak pada bagian superior. Tumor leher dibagi atas tumor leher medial yang
dapat bersifat solid dan kistik; dan tumor leher lateral yang juga bersifat solid dan bersifat
kistik. Pada 50% kasus benjolan pada leher berasal dari tiroid, 40% benjolan pada leher
disebabkan oleh keganasan, 10 % berasal dari peradangan atau kelainan kongenital.

11
2.2 EPIDEMIOLOGI

Umumnya tumor primer dapat ditemukan kecuali pada 5-15% penderita. Umumnya dari
jumlah tersebut 60% diantaranya tumor primernya tidak pernah ditemukan. Dapat ditemukan
pada kira-kira 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di Amerika Serikat (dan sekitar
6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun 2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker
kepala dan leher didiagnosis pada tahun 2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih
banyak dari laki-laki = 3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan
datang dengan hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.

2.3 ETIOLOGI

 Divertikulum paten duktus tiroglosus

Kelenjar tiroid berasal dari dasar faring pada foramen sekum selama masa kehamilan empat
minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat dengan os. Hyoid.
Divertikulum paten yang disebabkan oleh penurunan ini disebut duktus tiroglosus. Jika
semua atau sebagian dari duktus ini menetap, maka akan terbentuk kista-kista atau sinus-
sinus duktus tiroglosus.

 Anomali celah brankial

Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa karilagenus, berasal dari penyatuaan celah
brankial yang tidak lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid, sedangkan
arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid, dan aritenoid.
Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan dengan meatus akustikus eksternus
berasal dari celah pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir depan m.
sternokleidomastoideus berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus piriformis
berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan. Sinus atau fistel
mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup sebagian. Sisanya akan
membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang.

 Hemangioma dan malformasi vaskuler

Hemangioma mempunyai aktivitas mitosis yang meningkat dan keadaan demikian dianggap
sebagai neoplasma sejati. Malformasi vaskuler tidak seperti hemangioma, mempunyai
kecepatan penggantian sel endothelial yang normal. Lesi yang tinggi akibat kelainan

12
menyolok yang berhubungan dengan sistem arterial dan venousa dan dapat menyebabkan
masalah yang

berbahaya dari adanya perdarahan masif, gagal jantung dan kongestif curah tinggi, dan
anemia hemolitik

 Malformasi limfatik (higroma kistik)

Anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena mengalami
dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan berkembang menjadi
sakus limfatikus. Pada embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus primitive telah sempurna.
Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka timbulah penimbunan cairan
yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini paling sering terjadi didaerah leher,
kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan sublingualis di mulut

2.4 PATOLOGI

Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:

1. Kelainan kongenital
Kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista
dermoid.
2. Inflamasi atau peradangan
Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan
tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik,
penyakit garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher
dijumpai perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella
dan mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma
Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang
terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari
paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor
benigna. Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula
submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di
dalam kelenjar limfe (limfoma maligna), glandula parotidea, glandula
submandibularis, glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah,
saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada

13
umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu
tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat
didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primernya terdapat
ditempat lain di dalam tubuh.

2.5 KLASIFIKASI, MANIFESTASI KLINIS, PENATALAKSANAAN

Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena
timbul dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh
terus merusak bentuk dan organ tempat tumbuh kanker. Neoplasma jinak tumbuh dengan
batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan menekan jaringan
sekitarnya (ekspansif) dan umumnya tidak bermetastase. Klasifikasi patologik tumor dibuat
berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis pada jaringan dan tumor.

Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line mediana :

1. Benjolan di lateral

a) Aneurisma subclavia
b) Iga servikal
c) Tumor badan karotis
d) Tumor clavikularis
e) Neurofibroma
f) Hygroma kistik
g) Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
h) Kista branchiogenic
i) Tumor otot
j) Tumor strnomastoideus
k) Kantung faringeal
l) Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen
m) Lipoma subcutan, dan subfascial
n) Kista sebasea
o) Laringokel

3. Benjolan di Linea mediana


a) Lipoma

14
b) Kista sebasea
c) Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
d) Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter
e) Kista thyroglossus
f) Dermoid sublingual
g) Bursa subhyoid

Setiap tumor di leher perlu di tentukan terlebih dahulu apakah berasal dari tiroid-paratiroid
atau struktur lain. Massa yang bukan berasal dari tiroid atau paratiroid dapat disebabkan oleh
radang dan/atau neoplasma struktur lain.

Pembengkakan pada tiroid dapat berupa kista, struma maupun neoplasma.Pembengkakan


akibat neoplasma misalnya Ca.metastasis, limfoma primer, tumorkelenjar saliva, tumor
sternomastoid, tumor badan carotis. Pembengkakan akibat peradangan meliputi adenopati
infektifakut, abses leher, parotitis. Sedangkan kelainan kongenital meliputi hygroma
kistik, kista ductus tiroglosus, kistadermoid, dan tortikolis. Kelainan vascular meliputi
aneurisma subclavia maupunektasi subclavia.

Pada anak-anak, banyak disebabkan karena kelainan kongenital dan peradangan meliputi
hygroma kistik, kista dermoid, tortikolis, kista brankial,limfadenitis, adenitis virus/bakteri,
neoplasma maligna jarang pada anak(misalnya Limfoma).Pada dewasa muda banyak
disebabkan oleh karena adanya peradangan dankeganasan tiroid misalnya
adenitis/limfadenitis virus/bakteri, limfadenopati dankanker tiroid. Pada usia diatas 40 tahun,
dianggap sebagai suatu keganasan meliputi limfadenopati metastatic limfadenopati primer,
neoplasma primer tiroid.

2.5.1 TUMOR LEHER MEDIAL KISTIK

1. KISTA DUKTUS TIROGLOSUS

Benjolan kista duktus tiroglosus terdapat di sekitar os. Hyoid, di garis tengah, dan ikut
bergerak waktu menelan atau pada penjuluran lidah.

Patofisiologi

Duktus yang menandai jaringan bakal tiroid akan bermigrasi dari foramen sekum di pangkal
lidah ke daerah di ventral laring dan mengalami obliterasi.

15
Obliterasi yang tidak lengkap akan membentuk kista. Kista terletak di garis tengah, di cranial
atau kaudal dari os. Hyoid. Bila terletak di bagian depan tulang rawan dari os. Hyoid
mungkin tergeser sedikit ke paramedian. Jika di tarik kearah kaudal, umumnya teraba atau
terlihat sisa duktus berupa tali halus di subkutis.

Gejala Klinik

Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher, dapat di atas atau
di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa tertekan di tempat
timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan,
tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau menjulurkan
lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm, kadang-kadang lebih besar.9 Bila terinfeksi,
benjolan akan terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya berwarna
merah.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik; yang harus dipikirkan pada setiap
benjolan di garis tengah leher. dilakukan foto Rontgen.9

Tatalaksana

Kelainan ini ditangani dengan ekstripasi seluruh kista dan duktus. Biasanya os hyoid harus
dibelah dulu karena duktus sering menembus os. Hyoid. Kista harus diekstripasi dengan
seluruh sisa duktus sampai ke foramen sekum. Jika ada sisa duktus tertinggal, akan
terbentuk fistel di luka operasi setelah beberapa waktu.

2. KISTA DERMOID

Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional kulit. Di daerah
leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di daerah kepala. Kista ini umumnya kecil
saja, dan biasanya terdapat di sekitar garis tengah. Kista teraba kenyal, berisi cairan seperti
minyak, dan mungkin mengandung unsur adneksa kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari
kulit di atasnya.

Tatalaksana

Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.

16
4. KISTA SEBASEA/ ATEROMA

Merupakan kista kelenjar sebacea, terbentuk akibat sumbatan padam muaranya. Oleh
karena itu ateroma ditemukan di daerah yang mengandung banyak kelenjar sebacea. Kadang
terdapat multiple dalam berbagai ukuran. Produk kelenjar sebacea, yaitu sebum, tertimbun
membentuk tumor yang kurang lebih bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar,
tetapi melekat pada dermis diatasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas
yang disebut pungtata. Isi kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau
asam.

Tatalaksana

Penanganan dari kista ini berupa eksisi. Patut diingat bahwa bila sebagian dinding kista
tertinggal pada eksisi, kista akan kambuh. Bila kista menjadi abses karena infeksi sekunder,
dilakukan incise dan penyinaran.

2.5.2 TUMOR LEHER MEDIAL SOLID

Berasal dari sisa pembentukan tiroid yang tidak turun (tyroid ektopik), dimana tiroid itu ada
tapi tidak turun membentuk tulang rawan tiroid. Pada lobus piramidalis mudah di diagnosis
dengan penurunannya fungsi kedua lobus piramidalis. Kista ini biasanya berbatas tegas dan
tidak berisi cairan (padat).

Tatalaksana

Kista ini tidak boleh di eksisi (operasi) sebab dapat terjadi hipotiroidisme. Bila ditemukan
kista seperti ini dapat di observasi terlebih dahulu, baru dapat dilakukan eksisi.

2.5.3 TUMOR LEHER LATERAL KISTIK

1. HYGROMA KISTIK

Higroma kistik dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan dengan
frekuensi yang sama. Kebanyakan higroma kistik terdapat didaerah leher. Higroma kistik
berasal dari system limf sehingga secara patologi-anatomi lebih tepat disebut limfangioma
kistik. etiologi biasanya disebabkan karena anyaman pembuluh limf yang pertama kali
terbentuk di sekitar pembuluh vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang

17
di daerah tertentu akan berkembang menjadi sakusn limfatikus. Pada embrio usia dua
bulan, pembentukan sakus primitif telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral
tidak terbentuk maka timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi
cairan. Kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan sublingualis di mulut.
Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau
keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik, berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya
halus, lepas dari kulit, dan sedikit melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di
region trigonum posterior koli. Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif
tampak terang sebagai jaringan diafan. Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi
suatu saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala gangguan
pernafasan akibat pendesakan saluran napas seperti trakea, orofaring, maupun laring.

Tatalaksana

Eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan dimaksudkan untuk mengambil


keseluruhan masa kista. Tetapi bila tumor besar dan telah menyusup ke organ penting seperti
trakea, esophagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total sulit dikerjakan. Maka
penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya kista. Kemudian pasca
bedah dilakukan infiltrasi bleomoson subkutan untuk mencegah kekambuhan.

2. LIMFADENITIS TBC

Bacteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai kelenjar
limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan membengkak, dan
mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar didekatnya satu demi satu terkena
radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga
beberapa kelenjar melekat satu sama lain membentuk suatu massa. Bila mengenai kulit
dapat meradang, merah, bengkak,

mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan seperti keju.
Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi membiru, disertai sekret yang jernih.
Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut yang tipis atau berbinti-
bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian
berulang-ulang, kulit seperti ini disebut skrofuloderma

Tatalaksana

Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.

18
2.5.4 TUMOR LEHER LATERAL SOLID

Dapat berasal dari otot, vascular dan Nn.ll

1. Otot

TORTIKOLIS

Terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan traksi pada
kepala untuk melahirkan anak dapat terjadi cedera m. sternokleidomastoideus yang
menimbulkan hematome sehingga terjadi pemendekan otot akibat fibrosis. Dapat juga terjadi
akibat tumor pada m.sternokleidomastoideus. Gambaran klinik dapat dijumpai kepala yang
miring karena m. steronokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali yang kaku. Bila
dibiarkan maka akan menjadi asimetris, tulang belakang akan scoliosis untuk mengimbangi
miringnya vertebra secara servikalis, dan tengkorak pun akan asimetris.

Tatalaksana

Fisoterapi diberikan berupa masase disertai peregangan dengan harapan otot dapat
memanjang. Bila fisioterapi tidak berhasil dilakukan operasi untuk memperpanjang
m.sternokleidomastoid. fisoterapi diteruskan lagi pascabedah agar tidak kambuh lagi

2. Vascular HEMANGIOMA

Di daerah leher, hemangioma biasanya berjenis kavernosa yang merupakan benjolan lunak
yang mengempis bila ditekan dan menggelembung saat dilepaskan lagi. Tumor ini ditangani
dengan ekstirpasi, bila besar perlu persiapan berupa arterigrafi atau flebografi

2.5.5 NEOPLASMA

Neoplasma dapat juga jinak atau ganas, sedangkan yang ganas dapat primer atau sekunder
(metastatik). Masa tumor metastatik dapat dibedakan antara yang terletak di daerah yang
berasal dari supraklavikuler atau retrokalvikuler.

1. NEOPLASMA PRIMER JINAK

Berbagai macam tumor jinak terdapat di laring, termasuk polip dan nodulus pita suara.
Tumor jinak yang paling banyak dijumpai ialah papiloma. Ini dapat terjadi pada anak,

19
penyanyi, dan pengajar karena salah guna suara. Biasanya kelainan yang bertanda suara
parau ini dapat regresi spontan setelah suara diistirahatkan atau ditangani logopedi.

2. NEOPLASMA PRIMER GANAS (LIMFOMA MALIGNUM) a. MORBUS HODGKIN

Morbus Hodgkin merupakan limfoma ganas yang bersifat sistemik dan dapat muncul sebagai
limfoma di leher. Kelenjar biasanya membesar, kenyal, umumnya berpaket, dan tidak
nyeri. Bisa ada gejala umum seperti rasa lelah dan demam malam. Diagnosis ditegakkan
melalui pemeriksaan patologi jaringan melalui biopsi dan pemeriksan histolipatologik.
Limfoma Non-Hodgkin (NHL) adalah kelompok penyakit limfoma ganas yang
heterogen yang juga mungkin muncul pertama sebagai limfoma leher.

b. KARSINOMA KELENJAR TIROID

Karsinoma tiroid timbul dari sel folikel. Kebanyakan keganasan di kelompokan sebagai
jenis karsinoma tiroid berdefisiansi, yang menisfes sebagai bentuk papiler, folikuler, atau
campuran. Jenis keganasan tiroid yang lain adalah karsinoma medularis yang berasal dari sel
farafolikuler yang mengeluarakan kalsitonin (APUO-oma). Karsinoma tiroid agak jarang
di dapat yaitu sekitar 3-5% dari semua tumor maligna. Karsinoma torid didapat pada segala
usia dengan puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun).
Insidens pada pria adalah sekitar 3/100.000/tahun dan wanita sekitar 8/100.000/tahun.
Radiasi merupakan salah satu faktor resiko yang bermakna. Bila radiasi tersebut terjadi pada
usia lebih dari 20 korelasinya kurang bermakna.

Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia

prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, oesofagus, pembuluh darah

besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarnya dua pertiga sampai
tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan
belakang kelenjar tiroid. Tetapi lokasi dan mungkin juga, jumlah kelenjar ini sering
bervariasi.

Embriologi

Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan. Titik dari
pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di pangkal lidah. Endoderm ini
menurun di dalam leher sampai setinggi cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian

20
membentuk dua lobus. Penurunan ini terajdi pada garis tengah. Saluran pada struktur ini
menetap dan menjadi duktus tiroglosus atau lebih sering, menjadi lobus piramidalis kelenjar
tiroid. Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa
kehidupan intraneurin.

Patologi

 Adenokarsinoma Papilare

Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering di temukan (50-
60%). Kebanyakkan sudah disertai pembesaran kelenjar getah bening pada waktu
penderita pertama kali datang memeriksakan diri. Karsinoma ini merupakan kersinoma
tiroid yang paling kronik dan yang mempunyai prongnosa paling baik diantara
karsinoma tiroid yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia
dibawah 40 tahun, wanita dan jenis histologik papilare, penyebaran limfogennya tidak
terlalu mempengaruhi prognosisnya. Faktor prognosis kurang baik dalah usia diatas 45 tahun
dan serta tumor tingkat T3 dan T4. Tumor ini jarang bermetastasis secara hematogen,
tetapi pada 10% kasus terdapat metastasis jauh. Pada anamnesis di temukan keluhan
tentang adanya benjolan pada leher bagian depan. Benjolan tesebut mungkin di temukan
secara kebetulan oleh penderita sendiri atau oleh orang lain. Kadang terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di leher bagian lateral, yaitu penyebaran getah bening yang dahulu
dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor primer biasanya tidak dikeluhkan dan tidak dapat di
temukan secara klinis. Bila tumornya cukup besar, akan timbul keluhan karena desakan
mekanik pada trakea dan oesofagus, atau hanya timbul rasa mengganjal di leher. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tumor biasanya dapat diraba dengan mudah, dan umumnya
dapat pula di lihat. Yang khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan menelan.

Penanganan

Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena adenokarsinoma pepilare pada
umumnya tidak menyerap yodium. Pascatirodektomi total ternyata yodium dapat ditangkap
oleh sel anak sebar tumor papiler tertentu sehingga pemberian pada keadaan itu
yodium radioaktif bermanfaat. Radiasi ekstern dapat diberikan bila tidak terdapat fasilitas
radiasi intern. Metastasis ditanggulangi secara ablasio radioaktif.

 Adenokarsinoma folikuler

21
Adenokarsinoma folikuler meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan didapat terutama pada
wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter besar di tulang seperti di tengkorak
dan humerus, yang merupakan metastasis jauh dari adenokarsinoma folikuler yang tidak di
temukan karena kecil dan tidak bergejala.

Penanganan

Dilakukan dengan cara tiroidektomi total. Karena sel karsinoma ini menangkap yodium,
maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila masih ada tumor yang tersisa maupun
yang terdapat metastasis, maka dilakukan pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi ekstern
untuk metastasis ternyata memberi hasil yang cukup baik.

 Adenokarsinoma meduler

Adenokarsinoma meduler meliputi 5-100% keganasan tiroid dan berasal dari sel para
folikuler, atau sel C yang memproduksitirokalsitonin. Kadang di hasilkan pula CEA
(carsino embryonic antiagen). Tumor adenokarsinoma meduler berbatas tegas dan keras pada
peraabaan. Tumor ini terutama terdapat pada usia di atas 40 tahun tetapi juga di temukan
pada usia yang lebih muda bahkan pada anak, dan biasanya disertai gangguan endokrin
lainnya. Pada sindrom sipple (multiple endocrine neopleasia IIa/MEN IIa
ditemukan kombinasi adenokarsinoma meduler, feokromositoma, dan hiperparatiroid,
sedangkan pada MEN IIb disertai feokromositoma dan neuroma submukosa. Bila di curigai
adanya adenokarsinoma meduler maka dilakukan pemeriksaan kadar kalsitonin darah
sebelum dan sesudah perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau kalsium.

Tatalaksana

Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian yodium radioaktif juga tidak
akan memberi hasil karena tumor ini berasal dari sel C sehingga tidak menangkap dan
menyerap yodium.

 Adenokarsinoma anaplastik

Adenokarsinoma anaplastik jarang ditemukan dibandingkan dengan karsinoma berdeferensi


baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas, terdapat terutama pada usia tua, dan lebih
banyak pada wanita. Sebagian tumor terjadi pada struma nodosa lama yang kemudian
membesar dengan cepat. Tumor ini sering

22
disertai nyeri dan nyeri ahli ke daerah telinga dan suara serak karena infiltrasi ke n.
rekurens. biasanya waktu penderita datang sudah terjadi penyusupan ke jaringan

sekitarnya seperti laring, faring dan oesofagus sehingga prognosisnya buruk. Pada anamnesis
ditemukan struma yang telah di derita cukup lama dan kemudian membesar dengan cepat.
Bila disertai dengan suara parau, harus dicurigai keras terdapatnya karsinoma anaplastik.
Pemeriksaan penunjang berupa foto roentgen toraks dan seluruh tulang tubuh dilakukan
untuk mencari metastasis ke organ tersebut. Prognosis tumor ini buruk dan penderita
biasanya meninggal dalam waktu enam bulan sampai satu tahun setelah diagnosis.

Tatalaksana

Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya dapat dilakukan
biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu-satunya terapi yang bisa diberikan
adalah radiasi ekstern.

 Keganasan lain

Limfoma malignum jarang dijumpai pada kelenjar tiroid yang timbul pada wanita usia
pertengahan sampai tua yang tampil dengan massa thyroidea kenyal difus tak nyeri yang
cepat membesar. Secara histology, biasanya lesi jenis sel besar difus dan penyakit
Hasimoto dapat ditemukan dalam latar belakang pada lebih dari sepertiga pasien. Terapi
terdiri dari tirodektomi dan radiasi. Kelangsungan hidup lima tahun dapat lebih dari 80%
sewaktu tumor terbatas pada glandula thyroidea dan 40% bila penyakit ini juga
ekstrathyroidea.

c. KARSINOMA KELENJAR PARATIROID

 Embriologi dan anaomi

Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm kantong faring ketiga dan keempat. Kelenjar
paratiroid yang berasal dari kantong faring keempat cenderung untuk bersatu dengan kutub
atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid atas. Kelenjar yang berasal dari
kantong faring ketiga merupakan kelenjar paratiroid pada kutub bawah tiroid, dan posisinya
dapat bervariasi. Kelenjar paratiroid ini bisa berkedudukan di posterolateral kutub
bawah kelenjar tiroid, atau di dalam timus, di mediastinum. Kadang kelenjar tiroid berada di
dalam kelenjar tiroid. Biasanya terdapat dua kelenjar pada tiap sisi, meskipun jumlah kelenjar
yang lebih banyak di temukan pada sekitar 15% populasi. Kelenjar paratiroid berwarna

23
kekuningan dan berukuran kurang lebih 3 X 3 X 2 mm, dengan berat keseluruhan sampai 100
mg.

Fisiologi

Kelenjar paratiroid mengelurakan hormone paratiorid (PTH). Sintesis PTH dikendalikan oleh
kadar kalsium di dalam plasma. Sintesis PTH di hambat apabila kadar kalsium rendah
dan juga kadar magnesium dalam plasma yang rendah. PTH bekerja pada tiga
sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsium, yaitu ginjal, tulang dan usus.
Di dalam ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium. Di tulang PTH merangsang
aktivitas osteoplastik sedangkan di usus PTH meningkatkan absorpsi kalsium. Vitamin D
berpengaruh besar dalam metabolisme kalsium. Vitamin ini terdapat didalam diet normal
dan disintesis di kulit. Sinar ultraviolet menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya
mengalami hidroksilasi di dalam hati dan ginjal menjadi vitamin D3 (kasiterol), fungsi
utamanya adalah merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.

Patologi

Kelainan kelenjar paratiroid di tandai dengan peningkatan atau penurunan fungsi.


Hipoparatiroid dapat disebabkan oleh defisiensi PTH yang bersifat autoimun,
berkurangnya pembentukan PTH, atau ketidakmampuan jaringan untuk bereaksi
terhapadap PTH (Pseudo-HipoParatiroidisme). Yang paling sering dijumpai ialah
hipoparatiroidi iatrogenic sesudah tiroidektomi. Sekitar 85% hiperparatiroid primer di
sebabkan oleh adenoma tunggal salah satu kelenjar paratiroid, Pada kasus selebihnya (15%),
hyperplasia terdapat pada semua kelenjar paratiroid. Sebagian kecil adalah adenoma multiple
atau karsinoma paratiorid. Gambaran klinik yang dapat dilihat adalah terdapatnya
hiperkalsemia asimtomatik. Bila ada gejalanya ini dapat berupa kelemahan, nyeri abdomen,
konstipasi, poliuria, kebingungaan, atau nyeri tulang. Kadang ditemukan penyulit berupa batu
ginjal dengan segala akibatnya.

3. DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING

1. Pemeriksaan fisik

A. Inspeksi

 Adanya benjolan di leher depan atau lateral


 Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea

24
B. Palpasi

 Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan ikut
ke atas.
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari jenis patologi
anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu karsinoma berukuran >4
cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.
 Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa tetap
curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan menekan lobus lateral
kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan pada trakea.
 Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara lengkap
 Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula, sternum
serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.

2. Peme riksaan penunjang

A. Laboratorium

 Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.


 Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar
kalsitonin dan vma.

B. Radiologi

 Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan
posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
kalsifikasi.
 Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase
dan pendesakkan trakea.

25
 Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke
esophagus.
 Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda- tanda metastase ke
tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk mengevaluasi staging
dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.

C. Ultrasonogri

Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara klinis belum
dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran KGB. Di samping itu
dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk
penuntun dalam tindakan FNAB.

D. Scanning tiroid 5

Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning ini dapat
memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.

E. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.

4. PROGNOSIS

Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak biasanya mencapai 100%,
dengan kemungkinan rekurensi yang tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak adekuat.
Untuk tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 70% hingga 90%
untuk tumor tahap dini, dan 20% hingga 30% untuk tumor tahap lanjut. Resiko rekurensi
regional dan daerah yang lebih adalah sekitar

26
BAB III

CASE REPORT

Tumor jaringan lunak adalah kelompok heterogen dari lesi jinak dan ganas yang
berkembang dari berbagai elemen ekstraskeletal nonepitel, termasuk jaringan adiposa, otot
polos dan tulang, tendon, tulang rawan, jaringan fibrosa, pembuluh darah, dan struktur
limfatik. Diferensiasi klinis, patologis, dan radiologis dari tumor jaringan lunak seringkali
sulit karena mereka sering bermanifestasi sebagai massa yang tidak nyeri, membesar dan
memiliki banyak gambaran histologis dan pencitraan.

Tumor jaringan lunak pada leher sering dievaluasi dengan pencitraan sebelum biopsi atau
reseksi bedah dilakukan Ahli radiologi harus terbiasa dengan spektrum tumor jaringan lunak
yang terjadi di wilayah ini dan dengan fitur pencitraan khusus yang memungkinkan diagnosis
jenis tumor jaringan lunak tertentu. Selain itu pemeriksaan radiologi dibutuhkan untuk
penentuan diagnosis awal sembari menunggu hasil pemeriksaan PA.

Case Series dilakukan untuk mengevaluasi peran USG, CT dan MRI dalam mendeteksi
tumor jaringan lunak di leher. Penelitian dirancang untuk menentukan diagnosis tumor
jaringan lunak leher menggunakan USG, CT dan MRI dengan pemeriksaan Patologi Anatomi
sebagai gold standard. Sampel penelitian terdiri dari 8 pasien di RS Moewardi. Lima
diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan tiga lainnya berjenis kelamin perempuan dengan
rentang usia 45-70 tahun.

Dari 7 pasien rata rata mengeluh benjolan saat sudah mulai membesar ( 6 bulan - 3
tahun ), dari anamnesa pasien tidak segera datang kerumah sakit saat benjolan di leher masih

27
kecil, pasien mulai datang ke rumah sakit saat sudah mulai muncul gejala nyeri, benjolan
semakin membesar dan merasa sesak nafas.

Saat datang ke rumah sakit, klinisi melakukan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosa. Untuk pemeriksaan gold standar dari tumor leher adalah pemeriksaan Patologi
Anatomi. Pemeriksaan Radiologi juga sangat penting untuk menegak diagnosis Tumor leher.

Pasien pertama laki laki usia 49 Tahun dengan keluhan benjolan di leher sejak 1 tahun
yang lalu yang semakin lama semakin membesar.

Foto Toraks :

Soft Tissue mass di regio colli kanan hingga dinding dada sisi kanan

28
US:

Lesi solid heteroechoic batas tegas tepi irregular di regio colli kanan yang meluas ke
supraclavicular kanan

Non suspisious LN regio colli kiri

Tampak lesi solid (41 HU) batas tidak tegas tepi irregular dengan komponen nekrotik di regio
colli kanan yang pada post kontras tampak kontras enhanscement (74 HU)

Lesi mendesak a. corotis interna kanan dan v. jugularis kanan ke medial. Menginfiltrasi m.
strenocleidomastoideus kanan dan m.scalenus anterior

29
Adenokarsinoma adalah jenis kanker yang tumbuh di kelenjar lendir di dalam
tubuh. Banyak organ yang memiliki kelenjar ini, itulah sebabnya adenokarsinoma dapat
muncul di semua organ tubuh.

Pasien kedua laki laki 56 tahun dengan benjolan di leher kanan sejak 1 tahun yang lalu

Foto Toraks

Soft tissue mass di regio colli kanan yeng terproyeksi setinggi corpus VTh 1-2

US:

Lesi solid heteroechoid batas tidak tegas tepi ireguller di regio colli kanan

30
Tampak lesi solid (37 HU) lobulated disertai komponen nekrotik batas tidak tegas tepi
ireguler di regio colli kanan yang pada post kontras tampak kontras enhancement (61 HU)

Lesi tampak mengobliterasi torus tubarius dan fossa Rosenmuller kanan, meluas ke
nasofaring kanan, thyroid space, yang mendesak arteri carotis kanan ke sisi lateral colli
kanan.

Karsinoma sel skuamosa kepala dan leher (HNSCC) adalah jenis histologis kanker
kepala dan leher yang paling umum. Karsinoma sel skuamosa adalah kanker yang muncul
dari sel tertentu yang disebut sel skuamosa. Sel skuamosa ditemukan di lapisan luar kulit dan
di selaput lendir, yang merupakan jaringan lembab yang melapisi rongga tubuh seperti
saluran udara dan usus. Karsinoma sel skuamosa kepala dan leher (HNSCC) berkembang di
selaput lendir mulut, hidung, dan tenggorokan.

Pasien ke tiga perempuan usia 61 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher sejak 6
bulan yang lalu yang semakin lama semakin membesar

31
Foto Toraks :

Opasitas inhomogen batsa tegas tepi irregular setinggi VC 7- VTh3 sisi kiri yang mendorong
trakea ke sisi kanan

US:

Lesi heteroechoic batas tidak tegas tepi irregular tyroid sinistras di sertai komponen
kalsifikasi didalamnya.

32
Tyroid sinistra: lesi solid batas tidak tegas,tepi ireguler dengan nodul didalamnya yang T1W1
tampak isointense, T2W1 tampak heterointense dan pada post kontras tampak heterogen
kontras enhancement.

Karsinoma tiroid folikuler (FTC) adalah keganasan kelenjar tiroid yang paling sering
kedua setelah kanker papiler dan menyumbang 10-20% dari semua neoplasma tiroid. Tidak
seperti papiler, metastasis terlambat ke kelenjar getah bening, dengan hanya 5-10% pasien
mengalami metastasis nodus pada saat diagnosis. Namun penyebaran hematogen jauh lebih
umum dengan 20%.

33
Pasien ke empat laki laki usia 65 tahun dengan keluhan benjolan di leher kanan sejak 5 tahun
yang lalu.

Tampak lesi hetero echoic batas tidak tegas tepi ireguler di regio thyroid kanan

Tampak lesi solid (39 HU) batas tegas tepi ireguler di thyroid kanan yang pada pemeberian
kontras tampak kontras enhancement (59 HU)

Lesi tampak mendestruksi cartilage thyroid kanan dan menginfiltrasi lumen trakea serta
menyempitkan airway setinggi VC 6-7

34
Pasien ke lima wanita usia 45 tahun dengan keluhan benjolan di leher kanan kiri sejak 3
tahun yang lalu

Thyroid kanan dan kiri : ukuran membesar dengan ukuran > 7 cm, intensitas echoparenkim
meningkat,batas dengan jaringan sekitar jelas, wider than taller

Thyroid kanan dan kiri : ukuran membesar lesi lobulated pada thyroid kanan dan kiri disertai
nekrosis yang pada T1 tampak hipo isointense, T2 tampak hipo-intense dan pada post kontras
tempak heterogenous kontras enhancement

Karsinoma tiroid papiler (PTC) adalah keganasan kelenjar tiroid yang paling umum
dan sering memiliki metastasis nodul saat presentasi. Pencitraan leher pasien dengan

35
karsinoma tiroid papiler melibatkan pemeriksaan tiroid serta penilaian yang cermat terhadap
kelenjar getah bening regional untuk mengetahui adanya metastasis.

Pasien ke enam perempuan usia 69 tahun dengan keluhan benjolan di leher kanan dan kiri
sejak 5 tahun yang lalu.

Tampak lesi heteroechoic dengan batas tidak tegas tepi ireguller di regio colli kanan dan kiri

Tampak lesi solid heterogen (50HU) dengan komponen kalsifikasi batas tergas tepi irregular
setinggi VC 3 –VTh 4 yang pada kontras tampak kontras enhancement (79 HU)

Tampak lesi pada thyroid kanan meluas hingga intrathoracal, lesi tampak menyempitkan dan
mendorong trakea ke sisi kiri

36
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma
diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid
teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik.

Pasien ke tujuh Wanita usia 49 tahun dengan keluhan benjolan di leher kiri sejak 1,5 tahun
yang lalu

Tampak lesi heteroechoic batas tegas tidak tegas tepi ireguller di regio colli kiri

37
Tampak lesi solid (50 HU) di nasofaring bilateral terutama kiri yang mengobliterasi torus
tubarius dan fossa Rosenmuller bilateral, meluas ke parapharyeal space kiri, carotid kiri,
parotid space kiri, orofaring kiri, meninfiltrasi sinus ethmoidalis dan sphenoidalis yang pada
post kontras tampak kontras enhancement (82 HU)

Karsinoma kistik adenoid adalah subtipe histologis dari adenokarsinoma yang langka.
Karsinoma kistik adenoid umumnya dianggap derajat 4 rendah. Tumor memiliki
kecenderungan untuk menyebar ke perineural.

Peran pencitraan dalam pemeriksaan massa leher mencakup

● Lokalisasi

● Karakterisasi

● Kistik atau padat

● Kalsifikasi atau lemak

● Penyengatan dengan media kontras intravena

● Relasi anatomis : posisi relative terhadap pembuluh darah besar, kelenjar tiroid,
kartilago laring

38
● Tanda – tanda keganasan

● Invasi struktur sekitar

● Limfadenopati

39
KESIMPULAN

BAB IV

● USG merupakan tes skrining yang akurat dan non invasive untuk lokalisasi dan
karakterisasi awal suatu massa di leher .

● Diagnostik spesifik dapt sering di tegakkan menggunakan USG, khususnya untuk lesi
kistik.

● USG merupakan modalitas yang sangat baik untuk menentukan aspirasi jarum halus
(fine neddle aspiration, FNS), biopsi atau aspirasi kista

● CT atau MRI digunakan untuk menggambarkan massa leher lebih lanjut, khususnya
untuk massa yang terletak profunda atau yang merupakan penyakit komplek
multifocal, seperti limfadenopaty luas.

● CT atau MRI memungkinkan lokalisasi penempang asal massa, serta penggambaran


relasi anatomis yang baik.

Pencitraan memainkan peran penting dalam diagnosis dan karakterisasi tumor jaringan
lunak nonepitel di leher, dengan memberikan petunjuk tentang kelas tumor, komposisi, luas,
dan keterlibatan struktur yang berdekatan. Meskipun karakteristik pencitraan dari banyak
tumor tersebut tidak spesifik, pertimbangan riwayat klinis bersama dengan temuan pencitraan
dapat membantu membatasi diagnosis banding atau bahkan memungkinkan diagnosis yang
dapat diandalkan dari tumor ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

● Hourani, R., Taslakian, B., Shabb, N. S., Nassar, L., Hourani, M. H., Moukarbel, R.,
Sabri, A., & Rizk, T. (2015). Fibroblastic and myofibroblastic tumors of the head and
neck: comprehensive imaging-based review with pathologic correlation. European
journal of radiology, 84(2), 250–260. https://doi.org/10.1016/j.ejrad.2014.10.017

● Lell, M., Mantsopoulos, K., Uder, M., & Wuest, W. (2016). Bildgebung der Kopf-
Hals-Region [Imaging of the head and neck region]. HNO, 64(3), 189–210.
https://doi.org/10.1007/s00106-016-0140-z

● Pazdrowski, J., Dańczak-Pazdrowska, A., Polańska, A., Kaźmierska, J., Barczak, W.,
Szewczyk, M., Golusiński, P., Adamski, Z., Żaba, R., & Golusiński, W. (2019). An
ultrasonographic monitoring of skin condition in patients receiving radiotherapy for
head and neck cancers. Skin research and technology : official journal of
International Society for Bioengineering and the Skin (ISBS) [and] International
Society for Digital Imaging of Skin (ISDIS) [and] International Society for Skin
Imaging (ISSI), 25(6), 857–861. https://doi.org/10.1111/srt.12745

● Razek, A. A., & Huang, B. Y. (2011). Soft tissue tumors of the head and neck:
imaging-based review of the WHO classification. Radiographics : a review
publication of the Radiological Society of North America, Inc, 31(7), 1923–1954.
https://doi.org/10.1148/rg.317115095

● Santos Armentia, E., Martín Noguerol, T., & Suárez Vega, V. (2019). Advanced
magnetic resonance imaging techniques for tumors of the head and neck. Técnicas
avanzadas de resonancia magnética en patología tumoral de cabeza y
cuello. Radiologia, 61(3), 191–203. https://doi.org/10.1016/j.rx.2018.12.004

● Touska, P., & Connor, S. (2019). Recent advances in MRI of the head and neck, skull
base and cranial nerves: new and evolving sequences, analyses and clinical
applications. The British journal of radiology, 92(1104), 20190513.
https://doi.org/10.1259/bjr.20190513

41

Anda mungkin juga menyukai