Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun tugas mata kuliah
Konstruksi Jembatan 1. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban dari
pembelajaran yang telah penulis laksanakan, sekaligus sebagai salah satu bukti
tertulis dalam tugas yang telah penulis lakukan.
Tugas besar ini berisikan tentang perhitungan perencanaan jembatan rangka
baja yang dimulai dari kelengkapan data teknis jembatan, perhitungan manual serta
perhitungan SAP 2000 sampai dengan gambar jembatan lengkap. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tugas besar ini,
2. Bapak Drs. Ir. Andi Indianto, M.T. selaku dosen mata kuliah Konstruksi
Jembatan 1. serta,
3. Rekan kelompok yang telah bekerja sama dengan baik.
Dengan tersusunnya laporan ini penulis berharap dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis selaku penulis laporan dan
umumnya bagi semua kalangan masyarakat. Oleh karena itu penulis mohon saran
dan kritik dari pihak pembaca yang bersifat membangung jika laporan penulis jauh
dari kesempurnaan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II ................................................................................................................ 4
DASAR TEORI .................................................................................................. 4
iii
BAB III ............................................................................................................. 41
DATA PRADESAIN JEMBATAN ................................................................. 41
3.1. Umum................................................................................................ 41
3.2. Data Pradesain Jembatan .................................................................... 41
BAB IV ............................................................................................................. 43
PERENCANAAN LANTAI JEMBATAN ...................................................... 43
BAB V............................................................................................................... 54
PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN ..................................... 54
BAB VI ............................................................................................................. 90
PERHITUNGAN PERLETAKAN ELASTOMER ........................................ 90
iv
BAB VII ............................................................................................................ 93
PERHITUNGAN ABUTMENT ...................................................................... 93
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari Tugas Besar Konstruksi Jembatan ini adalah
mahasiswa diharapkan mampu mengolah, menganalisa, dan memberikan solusi
terhadap permasalahan yang terjadi pada perencanaan jembatan dengan ilmu yang
telah diberikan agar mendapatkan design konstruksi yang aman, ekonomis, sesuai
kebutuhan, dan menjadi sebuah perencanaan jembatan yang baik dan benar.
2
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dan pelaksanaan pekerjaan tugas jembatan ini dilakukan
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II DASAR TEORI
BAB III DATA PRADESAIN JEMBATAN
BAB IV PERENCANAAN LANTAI JEMBATAN
BAB V PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA
BAB VI PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN
BAB VII PENUTUP
3
BAB II
DASAR TEORI
4
dapat yakni terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah
perbukitan.Dengan adanya jembatan, maka seluruh penduduk dapat dengan mudah
mengakses suatu meningkatkan pertumbuhan perekonomian penduduk, serta
menjadi sebuah karakteristik suatu daerah.
5
lantai jembatan yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana
pada pelat jalan. Trotoar terdiri atas, Sandaran (Hand Rail), Tiang Sandaran
(Rail Post), Peninggi Trotoar (Kerb), dan Slab Lantai Trotoar.
• Slab Lantai Kendaraan : berfungsi sebagai lewatan dan penahan beban
kendaraan ketika lalu lintas sedang berjalan.
• Gelagar (Girder) : terdiri atas gelagar induk/memanjang dan gelagar
melintang. Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan
yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai.
Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang
letaknya melintang arah jembatan.
• Balok Diafragma : memiliki fungsi utama mengakukan girder satu dengan
yang lainnya dari pengaruh gaya beban melintang.
• Ikatan Pengaku (ikatan angina, ikatan melintang) : untuk mendapatkan
kekakuan jembatan pada arah melintang dan menjaga torsi maka diperlukan
adanya ikatan-ikatan angina tersebut. Ikatan angina pada jembatan berfungsi
untuk memberi kekakuan pada jembatan dan meneruskan beban akibat
angin kepada portal akhir.
• Andas : andas bisa disebut juga sendi, yaitu sendi yang diletakkan dibawah
jembatan sebagai tumpuan beban dari bentang jembatan. Andas ada 3
bagian yaitu andas hidup, andas mati dan rol, andas hidup adalah bagian
yang bisa bergerak dan nempel di bentang jembatan, andas mati adalah yang
tertanam ditanah dan rol sebagai poros bearing.
• Tumpuan : karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama
dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan
antara jembatan dengan pondasi utama.
6
• Kepala jembatan (Abutment) adalah bangunan bawah yang terletak di
bagian tepi yang mendukung ujung-ujung bentang tepi bangunan atas.
Bagian-bagian abutment terdiri dari : dinding belakang (Black Wall),
dinding penahan (Breast Wall), dinding sayap (Wing Wall), oprit/plat injak
(Approach Slab), konsol pendek untuk jacking (Corbel), Tumpuan
(Bearing).
• Pondasi jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi
memikul seluruh beban-beban yang bekerja serta melimpahkannya ke
lapisan tanah pendukung. Berdasarkan sistemnya tipe pondasi yang dapat
digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain : Pondasi telapak
(Spread Footing), pondasi sumuran (Caisson), pondasi tiang (Pile
Foundation).
7
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi
jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta apiataupun jalan raya.
Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau
kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari
infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan
(traffic flows). Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas
jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang
melewati ruas jalan tersebut.
8
3. Jembatan Pejalan Kaki atau Penyeberangan (Pedestrian Bridge)
4. Jembatan Darurat
9
2.3.1. Berdasarkan Bahan Konstruksinya
1. Jembatan Kayu (Log Bridge)
10
3. Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge)
11
jembatan rangka baja, ialah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka
batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan untuk
mendistribusikan beban ke setiap rangka-rangkanya. Rangka batang
tersebut terdiri dari batang tarik dan batang tekan.
12
2.3.3. Berdasarkan Bentang Jembatannya
a. Jembatan Bentang Pendek
Jembatan yang memiliki Panjang kurang dari 40 Meter.
b. Jembatan Bentang Menengah
Jembatan yang memiliki panjang bentang kurang dari antara 40 m
sampai 125 meter.
c. Jembatan Bentang Panjang
Jembatan yang memiliki panjang bentang lebih dari 125 meter.
13
1. Tinggi Jagaan (Clearance)
Tinggi jagaan atau clearance adalah jarak jagaan yang diberikan untuk
menghindari rusaknya struktur atasjembatan karena adanya tumbukan dari
benda – benda hanyutan atau benda yang lewat dibawah jembatan.Clearance
diukur dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas
jembatan Besarnya clearance bervariasi, tergantung darijenis sungai dan benda
yang ada di bawah jembatan.Nilai clearance ditentukan sebagai berikut :
▪ C = 0,5 m ; untuk jembatan diatas sungai pengairan
▪ C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan
▪ C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
▪ C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya.
▪ C = 5,0 m ; untuk jembatan jalan layang.
▪ C = 15,0 m ; untuk jembatan diatas laut.
14
3. Bidang Permukaan Jalan Yang Sejajar Terhadap Permukaan
Jembatan
Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan
antara jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan
dari kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan pada
jembatan dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan-
lahan akibat dari tumbukan kendaraan-kendaraan terutama kendaraan berat
seperti Truk atau kendaraan berat lainnya.
Energi kejut yang diberikan pada struktur akan meruntuhkan struktur atas,
seperti girder dan juga lantai kaendaraan. Tentu saja menguranginya maka
diberikan spasi berupa jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh
minimum 5 meter kearahjalan.
15
Gambar 2.14 Trotoar dan Sandaran Jembatan
▪ Trotoar dibuat lebih tinggi dari lantai jembatan minimal 0,25 m dari
permukaan lantai kendaraan, ini dimaksudkan agar kendaraan tidak
menyelonong ke trotoar.
▪ Pada tepi trotoar bagian luar dipasang kerb minimal 0,25 m, ini untuk
menjaga agar kaki pejalan kaki tidak terpeleset ke sungai.
▪ Lebar trotoar (T) minimum 0,5 m.
Untuk menjaga keamanan orang yang lewat diatas trotoar, maka trotoar
harus dipasang sandaran dengan ketentuan sebagai berikut :
16
c. Secara estetika (tidak mengganggu aliran sungai)
Pada daerah transisi atau daerah perbatasan antara bukit dengan lembah
aliran air biasanya berkelok – kelok, karena terjadinya perubahan kecepatan air
dari tinggi ke rendah, ini mengakibatkan bentuk sungai berkelok – kelok dan
sering terjadi perpindahan alur sungai jika banjir datang. Untuk itu penempatan
jembatan sedapat mungkin tidak pada aliran air yang seperti ini, karena
jembatan akan cepat rusak jika dinding sungai terkikis air banjir, dan jembatan
menjadi tidak berfungsi jika aliran air sungai berpindah akibat banjir tersebut.
Pada dasarnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada
belokan jika bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat sungai.Hal tersebut
dilakukan agar tidak terjadi scouring (penggerusan) pada abutment, namun jika
terpaksa dibuat pada bagian belokan sungai maka harus dilakukan perbaikan
dinding sungai dan dasar sungai pada bagian yang mengalami scouring
(penggerusan).
Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk
mendapatkan bentang yang terpendek dengan posisi abutment dan pilar yang
sejajar terhadap aliran air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
gerusan pada pilar, yang akan mempengaruhi kinerja pilar jembatan. Bila
scouring telah terjadi dikhawatirkan pilaryang seharusnya menopang struktur
atas jembatan, akan rusak sehingga secara otomatis akan merusak struktur
jembatan secara keseluruhan.
Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari bentang
yang terpendek diantara beberapa penampang sungai. Karakteristik lokasi
jembatan yang ideal adalah :
▪ Secara geologis lokasi pondasi untuk abutment dan pilar harus baik.
Dibawah pengaruh pembebanan, permukaan tanah yang mendukung
17
harus bebas dari faktor geseran (Slip) dan gelinding (Slide). Pada
kedalaman yang tidak terlalu besar dari dasar sungai terdapat lapisan
batu atau lapisan keras lainnya yang tidak erosif.
▪ Batasan sun gai pada lokasi jembatan hatus jelas dan permukaan air
serendah mungkin, jembatan melintasi sungai secara tegak lurus.
▪ Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan
cukup tinggi terhadap permukaan banjir.
▪ Untuk mendapatkan suatu harga pondasi yang rendah, usahakan
mengerjakan pekerjaan pondasi tidak didalam air sebab pekerjaan
pondasi dalam air mahal dan sulit.
18
Untuk Kondisi:
Untuk Kondisi:
Dimana :
▪ L = Bentang Jembatan
▪ a = Lebar dasar sungai
2.5. Prinsip Perencanaan Jembatan
2.5.1. Perencanaan Berdasarkan Batas Daya Layan (Allowable Stress
Design/ASD)
19
Tegangan izin atau tegangan kerja ditentukan oleh factor keamanan
dengan membatasi tegangan pada material. Sebagai contoh, tegangan izin
tarik untuk baja adalah 0,55 terhadap tegangan leleh. Hasil ini menghasilkan
factor keamanan sebesar 1,8. Kapasitas elemen akan dihitung berdasarkan
level rating inventory atau level rating operating dalam kombinasi beban.
20
kekuatan sampai batas beban. (pengali beban dalam LRFD tidak sama
dengan factor pengali dalam LFD).
Cara perancangan ini konservatif karena adanya factor keamanan
dan Batasan tegangan dalam elemen jembatan untuk kondisi material
masih dalam elastis, dan struktur jembatan dalam kondisi baik.Hal ini
sangat penting untuk dipahami oleh seorang pemeriksa jembatan sehingga
dapat melaporkan temuan di lapangan.
21
Gambar 2.18 Diagram Jenis Pembebanan pada Jembatan
22
1. Strength, yaitu jembatan harus kuat dan stabil memikul seluruh beban
rencana baikbeban lalu lintas ,aksi lingkungan, dan khusus yang bekerja
sesuai umur rencana.
2. Serviceability, yaitu jembatan harus memenuhi standar kenyamanan.
Lendutan yangdirencanakan tidak melebihi lendutan izin serta jembatan
tidak bergetar melampaui batas yang diizinkan.
3. Workability, yaitu bagaimana cara kita memikirkan cara pelaksanaan
dan pembangunan jembatan agar dapat berjalan dengan baik, mudah,
dan lancar. Misalnya, peralatan konstruksi tidak lebih mahal dari harga
jembatannya. Atau, transportasi menuju ke tempat pelaksanaan.
4. Economy, yaitu jembatan dapat menumbuhkan tingkat perekonomian
suatu daerah.
5. Durability, yaitu jembatan yang direncanakan harus kuat, kokoh, dan
tahan lama.
6. Aesthetic, yaitu jembatan harus menjadi suatu landmark suatu daerah.
7. Social, yaitu suatu jembatan dapat menghidupkan kegiatan sosial
masyarakat sekitar.
Diagram alir perecanaan jembatan merupakan proses tahapan yang dapat
dilakukansebelum melakukan perecanaan jembatan sampai dengan proses
perhitungan dimensi jembatan itu sendiri.
23
2.8. Perhitungan Lantai Jembatan
h = tebal pelat lantai
Syarat = h ≥ 200 mm dan h ≥ (100 + 40 L) mm
L = dalam meter
24
▪ Tulangan Pelat
Penulangan pelat harus memenuhi syarat :ρmin ≤ ρ ≤ ρ maks
Banyak Tulangan Pelat : As = ρ × B × d
ρ min =1,4/ fy
ρ maks = 0,75 × ρ balance
25
▪ Tulangan Susut dan Tulangan Bagi
Untuk menahan susut dan tegangan akibat perubahan suhu, perlu
dipasang tulangan susut atau tulangan bagi dalam arah tegak lurus
tulangan utama. Besarnya tulangan susut atau tulangan bagi menurut
SNI 03–2847–2002 pasal 9.12 adalah :
- Untuk tuangan ulir → fy = 400 MPa, As. Susut = 0,0018.b.h
- Untuk tulangan deform → fy = 240 MPa, As. Susut = 0,0020.b.h
- Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas
tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut,
tetapi tidak kurang dari 0,0014
Tulangan susut dipasang maksimum dengan jarak,smak susut =
450 m atau 5 x tebal pelat.
Tulangan bagi ≥ 50 % tulangan pokok.
26
Kriteria Perencanaan Jembatan :
Tahap Perencanaan :
Dalam merencanakan kepala jembatan, kami menggunakan software
SAP2000 versi 14, berikut merupakan tahapan yang kami lakukan saat
perencanaan awal :
a. Perhitungan Dimensi
Dimensi kepala jembatan masih menggunakan sistem trial and
error, kemuudian tentukan as untuk menggambarkannya ke dalam
software SAP2000.
27
b. Pembebanan
28
▪ Pilar Tunggal → h : 5 - 15m
▪ Pilar Masif → h : 5 s/d 25 m , h : 5 s/d 15 m
▪ Pilar Portal atau Perancah → h : 15 s/d 25 m
a. Beban Tetap
- Berat mati dan beban mati tambahan
- Beban hidup atau beban Lalu lintas
29
- Beban Rem
Bekerja pada permukaan lantai /lajur lau lintas searah. Bekerja
arah horizontal pada permukaan lantai jembatan , yang selanjudnya
beban didistribusikan ke struktur penahan ( pilar dan kepala jembatan
). Peninjauannya harus disertakan dengan pengaruh beban lalu
lintas.Besarnya beban rem tergantung pada bentang jembatan.Pengaruh
ini di diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari beban
lajur “D” yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas tanpa dikalikan
faktor beban dinamis. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal
dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 m diatas
permukaan lantai jembatan.
b. Aksi Lingkungan
- Beban Angin
Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh
bangunan atas.Beban angin statik yang bekerja pada dek jembatan
diperhitungkan sebesar luas ekivalen bagian samping jembatan.
Beban kerja dan terfaktor angin yang bekerja pada jembatan didapat
dari persamaan:
TEW = 0,0006 CW (VW)2 Ab [Kn]
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan,
beban garis merata tambahan arah horizontal harus diterapkan pada
permukaan lantai seperti diberikan dengan rumus:
TEW = 0,0012 CW (VW)2 Ab [Kn]
30
Keterangan :
Cw = koefisien seret
Vw = kecepatan angina rencana (m/detik)
e = ekivalen luas jembatan (m2)
Rew = beban angina arah horizontal (kN/m)
H = tinggi kendaraan (m)
Qew = transfer beban angina ke lantai jembatan
(kN/m)
- Beban Tumbukan Kendaraan
a) Pelindung Struktur
Ketentuan pada Pasal 8.10.2 tidak perlu ditinjau jika struktur
jembatan sudah dilindungi dengan salah satu pelindung sebagai
berikut :
• Tanggul
• Palang independen setinggi 1370 mm yang tahan tumbukan
dipasang pada permukaan tanah dalam 3000 mm dari
bagian jembatan yang dilindungi; atau
• Parapet dengan tinggi 1070 mm dipasang minimal 3000
mm dari bagian jembatan yang ingin dilindungi.
31
- Beban Tumbukan Kapal
Jembatan yang menyeberangi laut, selat atau sungai yang besar yang
dilewati kapal, pilar dan pylon jembatan harus diperhitungkan terhadap
tumbukan kapal dari depan dan dari arah samping pilar dan pylon.
Keterangan :
Keterangan :
E = energi kinetik Tumbuk Kapal (tm)
CH = koefisien hidrodinamis masa air yang bergerak bersama kapal,
d = Tinggi bagian yang terendam dalam air (Sarat kapal)
W = tonase perpindahan kapal (t),berat total kapal pada bebanpenuh
Lpp = Panjang bagian yang terendam dalam air
32
- Beban Air Mengalir
Keterangan :
CD = Koefisien seret :
33
- Beban Tumbukan Benda Hanyutan
Keterangan :
M = massa batang kayu = 2 ton
Va = Kecep air permukaan
Va = 1,4 Vs
Jika tidak diketahui ; Va = 3 m/dt
▪ Beban Gempa
34
2.11. Jembatan Rangka Baja
Jembatan rangka baja adalah strukur jembatan yang terdiri dari rangkaian
batang-batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lainnya. Beban dan muatan
yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan pada batangbatang baja
tersebut, sebagai gaya-gaya tekan dan tarik melalaui titik-titik pertemuan batang
(titik buhul). Garis netral tiap-tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling
berpotongan pada satu titik saja untuk menghindari timbulnya momen skunder.
(Asiyanto,2008).
Jembatan baja yaitu jembatan yang mayoritas bahannya dari baja.Sedangkan
konstruksinya dipertimbangkan pada kebutuhan bentang, bisa berbentuk rangka
bisa hanya merupakan baja propil menerus.Struktur jembatan baja rangka batang
mempunyai tipe rangka yang banyak jenisnya.Struktur jembatan rangka batang
dengan material profil-profil baja digunakan pada jembatan dengan bentang yang
relatif panjang.
35
2.11.1. Kelebihan Jembatan Rangka Baja
36
lapangan dapat bekerja dengan cepat dan mudah. Jembatan baja dapat
dikhususkan untuk dibengkokkan atau disesuaikan dengan kondisi- kondisi di
lapangan dengan sempurna. Di mana lokasi berisi sebagian besar dari lumpur dan
bumi lemah, konstruksi dari suatu jembatan baja dapat dilakukan dengan mudah
dan aman karena berat baja hanya 25 - 35 % dari bobot mati struktur beton yang
setara.
Susunan dari struktur jembatan rangka batang ini terdiri dari : Struktur
rangka batang dipasang di bagian kiri-kanan yang merupakan Gelagar Induk, yang
menopang Gelagar Melintang dan gelagar memanjang yang bekerja menahan beban
kerja dari lantai kendaraan, seperti pada gambar berikut :
37
b. Denah bangunan atas dan bawah
38
Gambar 2.30 Contoh Gambar Memanjang
d. Detail Jembatan
39
Gambar 32 Contoh Gambar Detail Sandaran
40
BAB III
DATA PRADESAIN JEMBATAN
3.1. Umum
Sebuah jembatan yang baik adalah jembatan yang telah memenuhi kriteria-
kriteria desain yang menjadi dasar dari pembuatan sebuah jembatan, tentu saja hal
ini disyaratkan untuk menjamin keamanan serta kenyamanan para penggunanya.
Jembatan yang kami rencanakan akan dibangun di daerah Depok, Jawa
Barat. Dengan melihat kondisi penampang sungai melalui profil melintang yang
kami peroleh maka kami menetapkan akan merencanakan suatu jembatan yang
ekonomis sehingga dengan bentang lebar sungai yang ada kami tetapkan jembatan
dengan panjang menggunakan jembatan rangka baja.
Bentang keseluruhan jembatan adalah 60 m, dimana kami akan menggunakan
jembatan jenis rangka baja di sepanjang bentangnya.
41
Gambar 3.1 Potongan Memanjang Jembatan Rangka Baja
42
BAB IV
PERENCANAAN LANTAI JEMBATAN
43
4.2. Acuan
▪ SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
▪ RSNI T-12-2004, “Perencanaan struktur beton untuk jembatan”
▪ Pd T-12-2005-B, “Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja dengan
Menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP)”
▪ SNI 1725-2016, “Pembebanan untuk jembatan”
4.3. Material
▪ Beton untuk lantai jembatan
fc’ : 30 MPa
▪ Mutu baja yang digunakan adalah BJ-41, yaitu :
Fy : 250 MPa
Fu : 410 MPa
▪ Berat isi bahan :
Berat beton bertulang = 25 kN/m3
Berat beton tidak bertulang = 24 kN/m3
Berat aspal = 22 kN/m3
Berat baja = 7,85 kN/m3
▪ Dimensi Floordeck (CSP)
44
4.4. Permodelan Struktur
Luas bidang sentuh roda kendaraan terhadap lantai jembatan = 200 x 500 mm
(SNI 1725-2016, “Pembebanan untuk jembatan” halaman 41).
45
4.5. Pembebanan
e. Beban Mati (DL)
DL = tebal lantai x lebar tinjauan x BI Beton
= 0,214 m x 0,678 m x 2,5 t/m3 = 0,362 t/m
f. Beban Mati Tambahan (SDL)
Aspal = BI aspal x tebal aspal x b
= 2,2 t/m3 x 0,07 m x 0,678 m = 0,104 t/m
Trotoar = BI beton x tebal trotoar x b
= 2,4 t/m3 x 0,25 m x 0,678 m = 0,407 t/m
46
4.6. Analisa Struktur
a. Model Struktur
b. Material Beton
c. Material CSP
47
d. Material Tulangan
e. Penampang Elemen
48
f. Kombinasi Pembebanan
49
Gambar 4.6 Load combination 2 truk
g. Output Momen
50
4.7. Penulangan
a. Luas Tulangan Yang Diperlukan
Luas tulangan perlu untuk tumpuan = 3,04 < 7,177 < 35,36 (OK)
Luas tulangan perlu untuk lapangan = 3,04 < 8,073 < 35,36 (OK)
51
d. Tulangan Tumpuan Atas
Kebutuhan tulangan tumpuan dicukupi oleh tulangan longitudinal
Digunakan D16 dengan As = 2,01 pertulangan
Jumlah tulangan yang diperlukan = 2,01/7,177 = 3,57 ≈ 4 buah
Jarak PKP tulangan tumpuan yang diperlukan = 18,98 cm
Jarak PKP tulangan tumpuan yang digunakan = 15 cm < 18,98 cm
Digunakan tulangan lapangan D16 – 150 mm dengan As = 8,04 cm2
52
Syarat :
53
BAB V
PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN
54
5.2. Data Perencanaan
Panjang jembatan = 60 m
Lebar lantai jembatan =9m
Lebar trotoar =2x1m
Lebar lajur = 2 x 3,5 m
Tinggi rangka =7m
Tebal slab lantai jembatan = 0,25 m
Tebal lapisan aspal + overlay = 0,07 m
Jarak antar cross beam =5m
Jarak antara stringer =2m
5.3. Material
Beton untuk lantai jembatan
- fc’ = 30 MPa
Mutu baja yang digunakan adalah BJ-41, yaitu :
- Fy = 250 MPa
- Fu = 410 MPa
Berat isi bahan :
- Berat Baja = 78,5 kN/m3
- Berat beton bertulang = 25 kN/m3
- Berat beton tidak bertulang = 24 kN/m3
- Berat aspal = 22 kN/m3
Material Properties :
- Modulus elastisitas (E) = 200000 MPa
- Poisson ratio = 0,3
- Koefiseien muai panas = 12 x 10-6 per ºC
55
5.4. Pembebanan
5.4.1. Beban Lalu Lintas
a. Beban Terbagi Rata (BTR)
15
q = 9,0 [0,5 + ] = 6,75 kpa = 0,675 t/m2
60
56
d. Beban Gaya Pengereman
TB = 140 kn/lajur = 14,28 ton/lajur. Beban ini akan bekerja pada
stringer pada satu lajur lalu lintas. Sehingga beban yang diterima oleh
stringer arah memanjang jembatan sebesar = 14,28 / (60 x 5) = 0,05
t/m.
90 19822
= 2,5 x 19,3 x (90) ln ( 2500 ) = 99,9 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
57
5.5. Analisa Struktur Strainger
a. Pemodelan Struktur
b. Material
58
Gambar 5.7 Material Baja
c. Frame Section
d. Pembebanan
Beban Roda Kendaraan (TLL) = 112,5 kN x 1,3 = 146,25 kN
Beban Terbagi Rata (QLL) = 9 kN/m2 x 2 m = 18 kN/m
Beban Garis Terpusat (PLL) = 49 kN/m2 x 1,4 x 2 = 137,2 kN
Berat Sendiri Lantai (QDL) = 0,21 x 24 x 2 = 10,26 kN/m
Berat lapisan aspal (QSDL) = 0,07 x 22 x 2 = 3,08 kN/m
59
Gambar 5.11 Beban Akibat Beban Garis Terpusat
e. Gaya Dalam
60
Gambar 5.15 Diagram Geser
61
Gambar 5.17 Data Hasil Rasio Strainger
62
5.6. Analisa Struktur Cross Beam
a. Pemodelan Struktur
b. Material
63
c. Frame Section
d. Pembebanan
Beban Roda Kendaraan (TLL) = 112,5 kN x 1,3 = 146,25 kN
Beban Terbagi Rata (QLL) = 9 kN/m2 x 5 m = 45 kN/m
Beban Pejalan Kaki (QLL) = 5 kN/m2 x 5 m = 25 kN/m
Beban Garis Terpusat (PLL) = 49 kN/m2 x 1,4 = 68,6 kN
Berat Sendiri Lantai (QDL) = 0,21 x 24 x 5 = 25,66 kN/m
Berat lapisan aspal (QSDL) = 0,07 x 22 x 5 = 7,7 kN/m
Berat Trotoar (QSDL) = 0,25 x 24 x 5 = 30 kN/m
64
Gambar 5.24 Beban Akibat Berat Lapisan Aspal dan Trotoar
Gambar 5.25 Beban Akibat Beban Terbagi Rata dan Pejalan Kaki
e. Gaya Dalam
65
Gambar 5.28 Diagram Momen
66
Gambar 5.31 Data Hasil Rasio Cross Beam
Dari hasil analisis didapatkan rasio sebesar 0,692 < 1 (OK)
67
Batas lendutan statis akibat beban hidup = (1/800) x 9000 = 11,25
mm. Lendutan yang terjadi akibat roda truk = 4,592 mm < 11,25 mm
(OK)
5.7. Analisa Struktur Rangka
a. Pemodelan Struktur
b. Material
• Beton untuk lantai jembatan
fc’ = 30 MPa
• Mutu baja yang digunakan adalah BJ-41, yaitu :
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
• Berat isi bahan :
Berat beton bertulang = 25 kN/m3
Berat beton tidak bertulang = 24 kN/m3
Berat aspal = 22 kN/m3
Berat baja = 7,85 kN/m3
• Material Properties :
Modulus elastisitas (E) = 200000 MPa
Poisson ratio = 0,3
Koefisien muai panas = 12 x 10-6 per ºC
68
c. Frame Section
69
Gambar 5.36 Profil Batang Diagonal
70
Gambar 5.38 Profil Batang Lateral Tepi
71
Gambar 5.40 Profil Cross Beam
72
Gambar 5.42 Profil Strainger
d. Pembebanan
Beban Mati
Beban Mati Pada Strainger Tepi (QDL)
- Lantai Jembatan = 0,21 x 1,5 x 2,4 = 0,77 t/m
Beban Mati Pada Strainger Tengah (QDL)
- Lantai Jembatan = 0,21 x 2 x 2,4 = 1,03 t/m
Beban Mati Tambahan Pada Strainger Tepi (QSDL)
- Trotoar dan aspal = (0,25 x 1 x 2,4)+(0,07 x 0,5 x 2,2) = 0,68 t/m
Beban Mati Tambahan Pada Strainger Tengah (QSDL)
- Lapisan aspal = 0,07 x 2 x 2,2 = 0,31 t/m
73
Beban Angin (Tw)
Tw tanpa kendaraan (Twt)
- pada nodal tepi kiri dan kanan = 0,075 t/m
- pada nodal tengah kiri dan kanan = 0,15 t/m
Tw dengan kendaraan (Twk)
- pada nodal tepi kiri = 0,075 t/m
- pada nodal tengah kiri = 0,15 t/m
74
Gambar 5.46 Beban Mati Tambahan Aspal dan Trotoar
e. Gaya Dalam
75
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Diagonal Tepi
76
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Diagonal Tengah
77
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Bawah
78
Kontrol Kapasitas Batang Atas
79
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Lateral Tepi
80
Kontrol Kapasitas Penampang Ikatan Angin
81
g. Cek Lendutan
82
5.8. Perhitungan Sambungan
83
b. Sambungan Pada Rangka
Sambungan pada rangka batang didasarkan kepada gaya tarik atau
gaya tekan Yang terjadi pada elemen. Besarnya gaya pada elemen
didasarkan pada beban terbagi rata dan beban garis terpusat yang
dibebankan pada daerah sambungan yang ditinjau, ditambah dengan
pengaruh angin yang bekerja pada rangka dan kendaraan.
84
Gambar 5.66 Beban Angin
85
Tabel 5.4 Jumlah Baut Setiap Tittik Buhul
Gaya Diamete r Jumlah Baut Jumlah Baut
Titik
Elemen Batang Baut Diperlukan Jumlah Baut Per Sisi Pelat
Buhul
(Tonf) (mm) Dipasang Simpul
d1 456,4869 30 43 44 22
1
b1 464,8718 30 44 44 22
a1 285,85 30 27 28 14
2 d1 456,487 30 43 44 22
d2 450,793 30 42 44 22
b1 464,872 30 44 44 22
b2 213,009 30 20 20 10
3
d2 450,793 30 42 44 22
d3 373,306 30 35 36 18
a1 285,85 30 27 28 14
a2 520,256 30 49 52 26
4
d3 373,306 30 35 36 18
d4 367,438 30 35 36 18
b2 213,009 30 20 20 10
b3 14,2499 30 1 8 4
5
d4 367,438 30 35 36 18
d5 293,908 30 28 28 14
a2 520,256 30 49 52 26
a3 701,75 30 66 68 34
6
d5 293,908 30 28 28 14
d6 288,114 30 27 28 14
b3 14,2499 30 1 8 4
b4 155,5 30 15 16 8
7
d6 288,114 30 27 28 14
d7 215,931 30 20 20 10
a3 701,75 30 66 68 34
a4 831,78 30 78 80 40
8
d7 215,931 30 20 20 10
d8 210,137 30 20 20 10
b4 155,5 30 15 16 8
b5 250,547 30 24 24 12
9
d8 210,137 30 20 20 10
d9 139,458 30 13 16 8
a4 831,78 30 78 80 40
a5 909,72 30 86 88 44
10
d9 139,458 30 13 16 8
d10 133,664 30 13 16 8
b5 250,547 30 24 24 12
b6 299,107 30 28 28 14
11
d10 133,664 30 13 16 8
d11 61,0128 30 6 8 4
a5 909,72 30 86 88 44
a6 935,838 30 88 88 44
12
d11 61,0128 30 6 8 4
d12 55,2187 30 5 8 4
b6 299,107 30 28 28 14
b7 299,107 30 28 28 14
13
d12 55,2187 30 5 8 4
d13 55,2187 30 5 8 4
86
c. Perencanaan Plat Sambungan
T Pelat = 35 mm
Fy Pelat = 23500tm
Fu Pelat = 40000 tm
d. Kekuatan Baut
Batang tekan diambil contoh titik join 1, gaya batang tekan = 456,49 tonf
▪ Kuat Geser
gaya batang tekan 456,49
n = shear strength 1 surface friction = = 42,98 ≈ 44 buah
10,62
As Plat = t x p – (2 x As Baut)
= 3,5 x 120 – (2 x (2,9 x 3,5))
= 399,7 cm2
𝑃
Ʈ tr = 𝐴 = 1,014 𝑡𝑜𝑛
87
5.9. Perhitungan Tiang Sandaran
Tabel 5.5 Dimensi Detail Tiang Sandaran
Kode Detail h b tw tf
h1 Tinggi tiang sandaran dari trotoar 900
h2 Tinggi trotoar 250
h3 Tinggi pelat lantai 250
h4 Tinggi gelagar melintang 900 400 19 40
h5 Tebal sayap gelagar melintang 900 400 19 40
h6 Lebar profil rangka induk 400 400
a. Data Perencanaan
Mutu BJ – 37
σ ijin = 160 MPa
E Baja = 200000 MPa
88
Geser yang terjadi pada pipa sandaran
D = 0,5 x q x Ls = 176,83 kg
▪ Terhadap Momen
σu < σ ijin
Mu/w < σ ijin
735,53 < 1600 kg/cm2 (OK)
▪ Terhadap Geser
DxS
τ= = 49,23 kg/cm2
l
89
BAB VI
PERHITUNGAN PERLETAKAN ELASTOMER
6.1. Acuan
SNI 3967:2008, Spesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe berlapis
untuk perletakan jembatan. Bentuk Elastomer: SNI 3967:2008, halaman 14.
6.2. Pembebanan
90
Gambar 6.3 Beban Garis Terpusat di Tengah Bentang
Dari hasil reaksi diatas, digunakan nilai rekasi yang terbesar, sehingga
didapatkan nilai-nilai
𝑅 = 265,051 𝑡𝑜𝑛 = 2,65 𝑀𝑁
𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛 2,101 𝑐𝑚
𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = = = 0,0007
1 3000 𝑐𝑚
𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
2
Dari hasil diatas maka bisa di dapatkan tebal elastomer yang digunakan,
lihat tabel elastomer (lingkaran warna merah)
91
Tabel 5.1 Elastomer
Keterangan Elastomer :
Dimensi = (450 x 600) mm
Tebal total = 84 mm (terdiri dari 5 lapis)
Tebal karet = 60 mm
92
BAB VII
PERHITUNGAN ABUTMENT
Diketahui :
Tinggi Abutment = 5,6 meter
Tinggi Backwall = 1,4 meter
Tinggi Pile Cap = 1,2 meter
Lebar Backwall = 0,4 meter
Panjang Perletakan = 0,75 meter
Lebar Badan = 1,1 meter
Lebar Bawah = 3,0 meter
93
7.2. Material
Beton fc’30 Mpa
Modulus elastisitas : 25743 MPa
Poisson ratio : 0,2
Thermal Koeficient : 0,00001
Tulangan longitudinal
fy : 390 MPa
fu : 560 MPa
fye : 510 MPa
fue : 560 MPa
Modulus elastisitas : 200000 MPa
Poisson ratio : 0,3
Thermal Koeficient : 0,000012
Tulangan pengikat
fy : 235 MPa
fu : 382 MPa
fye : 235 MPa
fue : 520 MPa
Modulus elastisitas : 200000 MPa
Poisson ratio : 0,3
Thermal Koeficient : 0,000012
94
7.3. Pemodelan Struktur
Pemodelan struktur menggunakan SAP 2000 diambil dari titik as pada
abutment tersebut.
95
Gambar 7.4 Material Tulangan Bagi
96
Gambar 7.6 Frame Section dan Reinforcement Data Dinding Atas
97
Gambar 7.7 Frame Section dan Reinforcement Data Pondasi
98
Gambar 7.9 Load Pattern
7.4. Pembebanan
a. Koefisien tanah aktif (Ka)
0
Ka = tg 2 (45 − ∅⁄2) = tg 2 (45 − 32,358 ⁄2) = 0,32
99
7.5. Penulangan Abutment
7.5.1. Hasil Run Abutment pada SAP 2000
100
Tabel 7.1 Ringkasan Start Design/Check of Structure
Diameter As Tulangan
Nama
Tulangan (mm) (kgf, cm, C)
Atas
Dinding Atas 22 2,705
Bawah
Atas
Dinding Bawah 22 11,607
Bawah
Atas
Pondasi 32 6,136
Bawah
▪ Penulangan Pondasi
Pondasi atas dan bawah, digunakan tulangan D32
1 1
As tulangan = 4 π D2 = 4 x π x 322 = 804,25 mm2 = 8,04 cm2
As 6,136 cm2
n = As tulangan = = 0,76 tulangan
8,04 cm2
200 cm
a= = 263,16 cm = 2631,6 mm → diambl tulangan D32 – 200
0,76
101
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis “Perhitungan Jembatan Rangka Baja”, dapat disimpulkan
bahwa :
Jenis panjang as
Batang h b tw tf
Profil ke as (cm)
Atas IWF 400 400 50 80 500
Bawah IWF 400 400 30 50 500
Diagonal Tepi IWF 400 400 30 50 790,57
Diagonal IWF 400 400 18 28 790,57
Lateral IWF 300 200 8 12 940
Ikatan Angin IWF 175 125 5,5 8 1064,71
Strainger IWF 450 300 11 18 500
Cross Beam IWF 900 400 19 40 900
102
8.2. Saran
Melakukan pemeliharaan rutin pada jembatan dan pergantian elastomer
secara berkala, agar jembatan dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan umur
rencana.
103
DAFTAR PUSTAKA
Elastomer – MAURER_Elastomeric_Bearings
Pramono, Handi. 2007. Desain Konstruksi Dgn SAP2000 v9. Yogyakarta: Andi
104