Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan Karunia-Nya, proposal International Bridge DESIGN COMPETITION (IBDC) The 10th
CEIC yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro ini dapat kami selesaikan. Proposal
ini disusun dengan tujuan untuk memberi penjelasan mengenai model jembatan yang telah
dirancang untuk diikutsertakan dalam International Bridge Design Competition (IBDC) The
10th CEIC. Proposal ini disusun dengan bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu
menyelesaikan proposal ini, yaitu:
1.Andi Indianto, Drs, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan ilmu bimbingan dan semangat selama proses perencanaan perancangan
jembatan.
2.Orangtua yang selalu memberikan dukungan dan sumber semangat bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa kritik dan saran yang membangun sangat penting untuk
mengembangkan proposal ini. Akhir kata, penulis berharap agar proposal ini dapat
mememuhi kriteria penilaian untuk dapat maju ke tahapan selanjutnya. Semoga proposal ini
dapat menjadi sarana baru untuk menemukan inovasi dan mencapai efisiensi dalam dunia
ketekniksipilan Indonesia di masa yang akan datang. Terima kasih.
KJ-XIX
BAB I
PENDAHULUAN
Jembatan adalah sebuah struktur yang dibangun di atas suatu halangan atau rintangan
pemisah dalam suatu rute transportasi, yang digunakan untuk menghubungkan dua sisi yang
terpisahkan dari rute tersebut, yang mana jika struktur tersebut tidak dibangun, rute akan
terpotong dan pengguna rute transportasi tidak dapat menyeberang dari sisi satu ke sisi
lainnya. Halangan atau rintangan ini pada umumnya merupakan sebuah sungai, suatu lembah
curam, atau bahkan rute transportasi lainnya seperti jalan atau rel kereta api. Pengertian ini
didasarkan pada suatu referensi yang diambi dari Cambridge Dictionary, yang mana di
dalamnya definisi jembatan adalah sebagai berikut:
“a structure that is built over a river, road, or railway to allow people and vehicles to
cross from one side to the other”
Oleh karena itu, para engineer khususnya civil engineer dituntut untuk mampu
berinovasi di bidang konstruksi, salah satunya struktur jembatan rangka. kami dari Tim KJ-
XIX mencoba mendesain dan menganalisis struktur jembatan rangka dengan nama
“Jembatan Selaso Serindit”. Jembatan Selaso Serindit terletak di wilayah Kecamatan
Tempuling, Kabupaten Indrgiri Hilir, Riau. Jembatan ini merupakan akses utama transportasi
untuk melewati Sungai Indragiri, yang menghubungkan Kecamatan Paritatah dan Kecamatan
Paritkemang. Menurut kami jembatan yang ada di lokasi tersebut harus diperbarui, karena
jembatan ini menjadi akses utama untuk melewati Sungai Indragiri dan daerah Riau ini
memiliki nilai parameter gempa yang kecil sehingga cocok untuk menggunakan jembatan
pelengkung rangka baja.
Jembatan ini memiliki panjang total 125 meter dan lebar 9 meter. Jembatan yang
dipilih Jembatan Pelengkung Rangka Baja. Jembatan pelengkung lebih ekonomis dan efisien
dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya, keseluruhan bagian pelengkung menerima
tekan sehinggan jembatan pelengkung lebih kuat menahan beban serta bentuk jembatan
pelengkung memeiliki nilai estetika tinggi. Dengan adanya desain konstruksi Jembatan
Selaso Serindit ini diharapkan mampu menjadi solusi dalam merancang sebuah jembatan
yang kuat, kokoh secara struktural, baik terhadap beban gempa dan beban dinamis jembatan
serta jembatan yang efisien dan dapat menjadi landmark di Riau. Adapun kami membuat
proposal perencanaan jembatan “Selaso Serindit” untuk mengikuti International Bridge
Design Competition (IBDC) The 10 th Universits Diponegoro dengan tema “Sustainable,
Futuristic, Iconic and Conservative Bridge for Better Future Development”
1.2. Permasalahan
Didasarkan pada latar belakang, permasalahan yang akan dikaji pada proposal ini
adalah:
1. Bagaimana cara merancang struktur atas Jembatan Rangka Baja dengan
pembebanan
sesuai dengan Term Of Reference/SNI?
2. Bagaimana cara merancang jembatan dengan mempertimbangkan aspek metode
pelaksanaan konstruksi yang aplikatif?
3. Bagaimana cara merancang jembatan yang kuat, kokoh, stabil, efisien, mudah,
aestetis dan tidak merusak lingkungan?
4. Bagaimana desain komponen dan sambungan yang cocok untuk jembatan
pelengkung rangka baja
1.3. Tujuan
Didasarkan pada rumusan masalah, tujuan dari proposal ini adalah:
1. Dapat merancang struktur atas Jembatan Rangka Baja dengan pembebanan yang
sesuai dengan perlombaan
2. Dapat merancang jembatan yang kuat, kokoh, stabil, efisien, tingkat pelaksanaan
yang mudah, aestetis dan tidak merusak lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(sumber : https://images.app.goo.gl/Jqnngmns8zGqfTzL9 )
Model jembatan merupakan bentuk penyederhanaan dari suatu jembatan, dimana skala
yang digunakan dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk dari model jembatan dapat terlihat
proporsional, pembebanan, perencanaan, dan juga analisis yang dilakukan terhadap model
jembatan juga menyesuaikan, sehingga model jembatan yang ada dapat digunakan untuk
melihat kesesuaian antara teori-teori yang digunakan dengan perwujudannya di lapangan.
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu yang ada, tipe jembatan di dunia juga semakin
bervariasi. Desain yang paling umum dan sering digunakan ada 6, yaitu tipe Pratt, Tipe
Howe, tipe Baltimore, tipe Bowstring, tipe Warren dan tipe K-Truss. Berikut ini adalah
ilustrasi dari tipe-tipe jembatan :
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T".
1. Beban Lajur “D” (TD)
Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan menimbulkan
pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan kendaraan yang
sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung pada lebar jalur
kendaraan itu sendiri. Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam
perhitungan jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, Sesuai
dengan SNI 1725:2016 8.3 beban lajur “D” terdiri dari beban terbagi rata (BTR) yang
digabung dengan beban garis (BGT). Untuk lebih jelasnya lihat gambar….. berikut :
Keterangan :
q = intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan (kPa)
L = Panjang total jembatan yang dibebani (meter)
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus
terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m.
Untuk
mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua
yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan pada
bentang lainnya.
Dalam perhitungan, beban lajur “D” harus dikalikan dengan factor beban. Untuk
kegih jelasnya lihat tabel….
Dimana :
Lav : Panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang disambungkan
secara menerus
Lmax : Panjang bentang maksimum dalam kelompok bentang yang
disambungkan secara menerus
Untuk pembebanan truk "T", FBD diambil 30% atau 0,3. Nilai FBD yang dihitung
digunakan pada seluruh bagian bangunan yang berada di atas permukaan tanah. Untuk
bagian bangunan bawah dan fondasi yang berada di bawah garis permukaan, nilai
FBD harus diambil sebagai peralihan linier dari nilai pada garis permukaan tanah sampai
nol pada kedalaman 2 m. Untuk bangunan yang terkubur, seperti halnya gorong-
gorong dan struktur baja-tanah, nilai FBD jangan diambil kurang dari 40% untuk
kedalaman nol dan jangan kurang dari 10% untuk kedalaman 2 m. Untuk kedalaman
antara bisa diinterpolasi linier. Nilai FBD yang digunakan untuk kedalaman yang dipilih
harus diterapkan untuk bangunan seutuhnya
Gambar… Faktor beban dinamis untuk beban T untuk pembebanan lajur “D”
Nilai FBD untuk beban truk dinyatakan persentase. Pada Gambar … merupakan
grafik yang digunakan untuk mencari nilai DLA.
1. Beban Angin
Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas.
Perencanaan jembatan rangka mengacu pada peraturan SNI 1725:2016 9.6
Luas ekivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang masif
dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. untuk jembatan rangka
luas ekivalen ini dianggap 30% dari load yang dibatasi oleh batang-batang
bagian luar. Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh
bangunan atas. Dan apabila suata kendaraan sedang melintasi jembatan, beban
garis merata tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai.
2. Beban Gempa
Dalam suatu perencanaan jembatan harus memperhitungkan beban akibat
pengaruh terjadinya gempa. Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada
keadaan batas ultimate. Pada Jembatan direncanakan dengan kemungkinan
gempa terlampaui adalah 7% dalam 75 tahun. Penentuan gaya gempa
berdasarkan SNI 1725:2016 adalah :
Dimana :
EQ : Gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : Koefisien respons gempa elastis
Rd : Faktor modifikasi respons
Wt : Berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang sesuai
(kN)
Gaya gempa elastis yang bekerja pada struktur jembatan harus dikombinasi
sehingga memiliki 2 tinjauan pembebanan sebagai berikut :
100% gaya gempa pada arah x dikombinasikan dengan 30% gaya gempa
pada arah y.
100% gaya gempa pada arah y dikombinasikan dengan 30% gaya gempa
pada arah x.
3.1 Lokasi
Jembatan Selaso Serindit yang kami buat terdapat di wilayah Kecamatan Tempuling,
Kabupaten Indrgiri Hilir, Riau. Alasan pemilihan lokasi di Riau dikarenakan jarangnya
jembatan yang futuristic dan iconic serta memiliki nilai parameter gempa yang kecil sehingga
cocok untuk menggunakan jembatan pelengkung rangka baja dan menjadikan jembatan ini
menggunakan profil penampang yang tidak besar. Oleh karena itu, kami ingin memberi hal
baru di Riau dengan merencanakan jembatan ini dengan harapan menjadikan jembatan selaso
serindit menjadi jembatan yang futuristic dan iconic yang menjadi landmark di Riau.
Ditinjau dari karakteristik diatas, kami memilih jembatan nomor 3 sebagai desain jembatan.
Dikarenakan memiliki lendutan………..
3.2.2 Filosofi Jembatan
Dalam perencanaan jembatan ini, Tim kami memberi nama Jembatan Selaso
Serindit. “Selaso” diambil dari rumah adat khas di provinsi Riau yaitu “Selaso Jatuh Kembar”
dimana rumah adat ini difungsikan sebagai tempat berkegiatan bersama, sebagai tempat
pertemuan, tetapi tidak digunakan sebagai tempat tinggal pribadi. “Serindit” diambil dari
nama burung serindit yaitu burung khas berasal dari provinsi Riau. Oleh karena itu, harapan
kami memberi nama jembatan “Selaso Serindit” karena jembatan ini berguna untuk semua
orang, dan seperti burung serindit yang indah maka kami berharap jembatan ini menjadi
jembatan yang indah agar bisa menjadi landmark di provinsi Riau.
PLAT LANTAI
Pembebanan Pelat Lantai Jembatan
Beban Mati : Terinput otomatis pada Sap2000
Beban Mati Tambahan :
Lap Aspal & Overlay = b x tebal aspal x berat isi aspal
Lap Aspal & Overlay = 0,65
Beban Hidup
Rasio tul. max (ρmax) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa= 0,0271
Rasio tul. max (ρmax) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 240MPa= 0,0538
Luas tulangan max. tumpuan = 0,0271 x 65 x 20 = 35,23 cm2
Luas tulangan max. lapangan = 0,0538 x 65 x 20 = 69,94 cm2
Tulangan perlu untuk tumpuan = 13,899 cm2>2,99 cm2 dan <35,23 cm2 (ok)
Luas tulangan perlu untuk lapangan = 18,09 cm2>4,94 cm2 dan <69,94 cm2 (ok)
Air hujan = b x tebal genangan air hujan x berat isi air hujan
Air hujan = 2 x 0,05 x 10 = 1 kN/m
Berdasasrkan SNI 1725:2016 8.3.1 beban terbagi rata (BTR) memiliki rumus sebagai berikut
Untuk : L ≤ 30 m : q = 9 kPa
(
L > 30m : q=9,0 0,5+
15
L)kPa
( 15L ) kPa
L > 30m : q=9,0 0,5+
q=9,0 ( 0,5+
125 )
15
kPa = 5,580 kPa
qTD = q x b
qTD = 5,580 x 2 = 11,160 kN/m
Gambar… Input Beban Terbagi Rata pada SAP2000
PTD = (1+DLA) x p x b
PTD = (1+0,3) x 49 x 2 = 127,4 kN
Kombinasi Beban
Merupakan pengaruh beban tersebut tehadap gelagar pada saat keadaan ultimit, sehingga
dapat mendisain profil penampang yang dapat menahan beban tersebut. Pada gambar…
merupakan kombinasi pembebanan yang diberikan pada gelagar.
Gambar… Kombinasi Pembebanan Combo 1 pada SAP2000
V2 M3
Output Case
kN kN-m
COMB1 226,671 426,6636
Tabel..Hasil analisa struktur dengan SAP2000
H 1680 B 170
≤ ≤
tw √ fy 2tf √ fy
Mu < Φ. Mn
426,6636 kNm < 0,9 × 659,66231 kNm
426,6636 kNm < 593,696 kNm OK!!!
rasio
Berdasasrkan SNI 1725:2016 8.3.1 beban terbagi rata (BTR) memiliki rumus sebagai berikut
Untuk : L ≤ 30 m : q = 9 kPa
(
L > 30m : q=9,0 0,5+
15
L )
kPa
( 15L ) kPa
L > 30m : q=9,0 0,5+
q=9,0 ( 0,5+
125 )
15
kPa = 5,580 kPa
qTD = q x b
qTD = 5,580 x 5 = 27,9 kN/m
Gambar… Input Beban Terbagi Rata pada SAP2000
PTD = (1+DLA) x p x b
PTD = (1+0,3) x 49 x 5 = 63,7 kN
Kombinasi Beban
Merupakan pengaruh beban tersebut tehadap gelagar pada saat keadaan ultimit, sehingga
dapat mendisain profil penampang yang dapat menahan beban tersebut. Pada gambar…
merupakan kombinasi pembebanan yang diberikan pada gelagar.
Pembebanan
Beban Mati (DL)
Air hujan = b x tebal genangan air hujan x berat isi air hujan
(
L > 30m : q=9,0 0,5+
15
L )
kPa
(
L > 30m : q=9,0 0,5+
15
L )
kPa
(
q=9,0 0,5+
15
125 )
kPa = 5,580 kPa = 5,580 kN/m²
PTD = (1+DLA) x p
PTD = (1+0,3) x 49 = 63,7 kN
Beban Pejalan Kaki
QTP = 5 kN/m²
Gambar.. Input Beban Pejalan Kaki pada SAP2000
Gaya Rem
Beban Rem : Stringer
Pengaruh pengereman dari lalu lintas rencana diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
horizontal dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan tersebut. Besarnya gaya
rem yang terjadi pada arah horizontal jembatan tersebut tergantung dari panjang total
jembatan sebagai berikut :
V DZ =2,5 V O ( )( )
V 10
VB
ln
z
ZO
Diketahui :
Vo = 13,2 km/jam (Lahan terbuka pada SNI 1725:2016 Tabel 28 hal. 56)
Zo = 1000 mm
VB = 126 km/jam
V10 = 126 km/jam
z = 24 m = 24000 mm
V DZ =2,5 V O ( )( )
V 10
VB
ln
z
ZO
( )
2
VDZ
P D=P B
VB
( )
2
104,8757764
P D=0,0024
126
PD = 1,6627 kN/m²
2. Angin Hisap
Angin Hisap : 50% Angin Tekan
PB = 0,0012 Mpa = 1,2 kN/m² (SNI 1725:2016 Tabel 29)
( )
2
VDZ
P D=P B
VB
( )
2
104,8757764
P D=0,00 12
126
PD = 0,8314 kN/m²
Gempa Y
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan jembatan terhadap
beban gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa secara statik ekivalen.
Lokasi : Riau
Jenis tanah : sedang (asumsi)
a. Menentukan parameter percepatan gempa
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
PGA = 0,114 (Gambar 1 hal 11)
Respon spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar (Ss)
Ss = 0,218 (Gambar 2 hal 12)
Respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar (S1)
S1 = 0,153 (Gambar 3 hal 13)
b. Menentukan faktor situs
Faktor amplifikasi untuk PGA dan periodek 0,2 detik
Fpga = 1,6 (Tabel 3 hal 16)
Fa = 1,6 (Tabel 3 hal 16)
Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik
Fv = 2 (Tabel 4 hal 16)
Detail Sambungan Gelagar Melintang dan Plat Siku. Untuk menentukan jumlah kebutuhan baut
pada sambungn ini, pertama perlu dilakukan analisa perhitungan terhadap kuat geser maupun
kuat tumpu baut.
Kekuatan ijin 1 baut :
- Kekuatan geser baut
Vd = φf x r1 x f ub x Ab
= 0.75 x 0.4 x 825 x 2 x (0.25 x π x 24²)
= 223932,7 N = 223,9327 kN (menentukan)
- Kekuatan tumpu baut
Rd = φf x 2.4 x db x tp x fu
= 0.75 x 2.4 x 24 x 20 x 585
= 505440 N = 505,44 kN
Gaya yang bekerja adalah gaya geser maksimum antara gelagar memanjang dengan melintang.
(Lihat perencanaan gelagar memanjang) dari hasil Sap2000
Pu = 226,671 kN
Yang menentukan adalah Vd = 223,9327 kN (diambil yang terkecil)
Jumlah baut yang diperlukan
n = Pu / Vd
n = 226,671 / 223,9327
n = 1,012228 = 3 buah
Syarat jarak pemasangan antar baut (d = 24 mm)
3d ≤ S ≤ 15tp
1.5d ≤ S1 ≤ (4tp + 100) atau 200 mm
1.25db ≤ S2 ≤ 12tp atau 150 mm
Jadi :
7.2 cm ≤ S ≤ 30 cm
3.6 cm ≤ S1 ≤ 18 cm atau 20 cm
3 cm ≤ S2 ≤ 24 cm
Maka dipakai jarak pemasangan antar baut adalah 100 mm
Jumlah baut
Perhitungan jumlah baut dihitung berdasarkan
resultan gaya yang bekerja pada 2 arah, dimana semua gaya
yang bekerja dirubah menjadi gaya geser.
H = 1000 mm = 1 m
B = 600 mm = 0,6 m
1m
Rx2 = × 8800,37987
0,6 m+ 1m
Rx2 = 5500,23742 kN
Pengaruh beban Vu
B
Vu1 = = ×Vu
B+ H
0,6 m
Vu1 = × 128,155 kN
0,6 m+ 1m
Vu1 = 48,058 kN
H
Vu2 = ×Vu
B+ H
1m
Vu2 = ×128,155 kN
0,6 m+ 1m
Vu2 = 80,097 kN
Gaya resultan
R x = √ (Rx 1+Vu 1)²
R x = √ (3300,14245+ 48,058)²
R x = 3348,2 kN (Sayap)
R y = √ ( Rx 2+Vu 2) ²
R y = √ (5500,23742+80,097) ²
R y = 5580,33442 kN (Badan)
Jumlah baut
Perhitungan jumlah baut dihitung berdasarkan
resultan gaya yang bekerja pada 2 arah, dimana semua gaya
yang bekerja dirubah menjadi gaya geser.
2,5 mB
Rx2 = ×
2,5 m+1,5 m
Rx2 =
Pengaruh beban Vu
B
Vu1 = = ×Vu
B+ H
1,5 mB
Vu1 = ×
2,5 m+1,5 m
H
Vu2 = ×Vu
B+ H
2,5 mB
Vu2 = ×
2,5 m+1,5 m
Gaya resultan
R x = √ (Rx 1+Vu 1)²
R x = √ (Rx 1+Vu 1)²
Rx =
R y = √ ( Rx 2+Vu 2) ²
R y = √ ( Rx 2+Vu 2) ²
Ry =
Sambungan Hanger
SNI 3967:2008, Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe Berlapis untuk Perletakan
Jembatan.
Pembebanan
Dari hasil Analisa struktur didapatkan Reaksi perletakan terbesar = 183,04 ton = 1,8304 MN.
Rotasi = 0,02306 rad dan translasi sebesar 0,02495 m = 24,95 mm
Sa