Anda di halaman 1dari 18

PENGAUDITAN INTERNAL

KONTROL BAGI INTERNAL AUDIT

OLEH :

KELOMPOK 1

ANGGOTA KELOMPOK:

1. NI KADEK AYU SUARDANI (1902622010478) / 21


2. DEVITA DEWI SYAWALI (1902622010479) / 22
3. DIAH SEPTIARY KURNIA DEWI (1902622010489) / 32

KELAS J MALAM

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AJARAN 2021


KONTROL BAGI INTERNAL AUDIT

1) Definisi Dan Standar Kontrol


Definisi awal
Pentingnya kontrol audit bagi auditor (atau pengecekan internal seperti disebut pertama kali)
diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwasistem pengecekan
internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan audit yangterperinci. Menurutnya
kontrol dapat dibagi menjadi 3 elemen yang terdiri atas: pembagian kerja, penggunaan
catatan akuntansi, dan rotasi pegawai. Menurut George E. Bennett tahun 1930 pengecekan
internal adalah koordinasi dari sistem akun-akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan
sehingga seseorang karyawan selain mengerjakantugasnya sendiri juga secara berkelanjutan
mengecek pekerjaan karyawan yang lainuntuk hal-hal tertentu yang rawan kecurangan.

Definisi Kontrol
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol internal adalah
rencanaorganisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang
diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dankeandalan data
akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatanterhadap kebijakan
manajerial yang telah ditetapkan.

Perluasan SAS 78 atas Definisi AICPA tentang Kontrol Internal.


Kontrol internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris,
manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar
mengenai pencapaian tujuan.
a) Keandalan pelaporan keuangan
b) Efektivitas dan efisiensi operasi
c) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik


Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu luas untuk
tujuanmereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi kontrol administratif
dankontrol akuntansi. Menurut Statement of Auditing Standards atau SAS No 1:

a) Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi , prosedur
dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusanyang tercermin dalam
otorisasi manajemen atas transaksi.
b) Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang berkaitan
dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan, yangdirancang untuk
memberikan keyakinan yang wajar bahwa,
1) Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum aatu khusus
darimanajemen.
2) Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan keuangan
sesuaidengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya
yangb berlakuuntuk laopran tersebut dan untuk menjaga akuntabilitas atas
aktiva.
3) Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
4) Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yangada
pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka akandiambil
tindakan yang tepat. Dari definisi diatas terlihat bahwa definisikontrol
administrasif menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen, sementara
definisi kontrol akuntansi tidak.

Definisi Kontrol bagi Auditor Internal

Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua saranaperusahaanuntuk


meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi
bentuk organisasi, kebijakan, sistem, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun,
perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana dan audit
internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika dirancang
untuk mencapai suatu tujuan. Dan definisikontrol menurut IIA (Institute of Internal Auditors)
yaitu setiap tindakan yang diambilmanajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya
tujuan dan sasaran yang ditetapkan

Standar Kontrol

Standar 2120 – Kontrol

Kegiatan audit internal harus dapat menunjang organisasi dalam melakukan kontrol dengan
melakukan evaluasi pada efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang terus-
menerus.

1) 2120. A1 hasil penentuan risiko aktivitas audit internal harus mengevaluasi kecukupan
dan efektifitas kontrol yang mencakup tata kelola, operasi dan sistem informasi
organisasi

2) 2120. A2 : auditor internal harus memastikan lingkup penetapan tujuan dan sasaran
operasi dan program yang harus sesuai dengan tujuan organisasi secara keseluruhan

3) 2120.A3 : auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk memastikan
kesesuaian hasil dengann tujuan dan sasaran guna menentukan apakah operasi dan
[rogram dilaksanakan sesuai yang diinginkan

4) 2120.A4 : kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi kontrol. Auditor


internal harus memastikan bahwa manajemen telah menetapkan kriteria sesuai dengan
pencapaian tujuan dan sasara.

5) 2120.A4-1 :Pratice advisory melengkapi standart iniuntuk kriteria kontrol dan


memberikan lebih banyak ketentuan khusus

2) Model-Model Kontrol Internal Dan Penggunaan Model Kontrol Pada Audit Internal
Pada asalnya manajemen menggunakan serangkaian fungsi pengujian pengendalian untuk
menentukan kecukupan fungsi Internal Controls organisasi. Kemudian mulailah berkembang
cara pandang baru terkait internal controls khususnya di Amerika Serikat, Kanada dan
inggris. Pada ketiga negara tersebut itulah dikembangkan model iternal controls yang
terintegrasi.
1) Model COSO
Model COSO yang dikembangkan pada awal tahun 1990an ini menghubungkan
pengendalian dengan lingkungan pengendalian diantaranya meliputi budaya organisasi,
sikap orang yang ada didalam organisasi, dan pendekatan organisasi untuk menilai risiko.
Model ini melakukan pengendalian dengan cara menempatkan pengendalian pada
didalam praktek atau pelaksanaan kegiatan organisasi. Moodel COSO mendefinisikan
Internal Controls sebagai sistem yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadai terhadap pencapaian tujuan (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan
informasi keuangan dan (3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model
COSO terdiri atas lima komponen pengendalian intern sebagai berikut:
a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
b) Penentuan Risiko (Risk Assessment)
c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
d) Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)
e) Pengawasan (Monitoring)

Model COSO mensyaratkan adanya pertimbangan untuk kelima komponena.

a) Lingkungan Pengendalian (The Control Environment)


Komponen ini merupakan pondasi awal untuk pengembangan sistem Internal
Controls dengan menyediakan disiplin dan struktur yang bersifat fundamental.
Hal ini diantaranya mencakup: integritas dan nilai etika, Komitmen terhadap
Kompetensi, berfungsinya Auditor, Filosofi Manajemen dan Gaya
Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Pemberian Wenang danTanggung Jawab,
Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiadaan satu atau lebih
unsur yang penting dari lingkungan pengendaliaan akan menyebabkan sistem
tidak efektif, meskipun terdapat kekuatan dari sisi empat komponen pengendalian
internal yang lain. Efektivitas Internal Controls merupakan fungsi dari unsure
lingkungan pengendalain terhadap individual yang menciptakan,
mengadministrasikan, dan memonitor pengendalian. Suatu organisasi perlu
menetapkan lingkungan pengendalian yang dikomunikasikan kepada pegawai dan
diperkuat dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
b) Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Komponen ini merupakan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh
manajemen terhadap risiko terkait dengan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Penilaian risiko organisasi dapat dilakukan melalui identifikasi,
analisis, dan pengelolaan risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan
keuangan yang secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
berlaku umum. Proses penilaian risiko harus mempertimbangkan kejadian dan
keadaan baik yang bersifat eksternal dan internal yang mungkin timbul dan secara
tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi
manajemen dan laporan keuangan. Risiko organisasi dapat berasal dari perubahan
dalam lingkungan operasi, peronil baru, sistem informasi baru, pertumbuhan
organisasi yang cepat, teknologi baru, dan lain-lain.
c) Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Komponen ini berupa kegiatan, kebijakan, prosedur dan praktek yang menjamin
pencapaian tujuan institusi. Kegiatan ini memungkinkan pengambilan berbagai
tindakan yang diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Kegiatan pengendalian berlangsung di seluruh organisasi, semua
tingkatan dan pada semua fungsi yang ada. Kegiatan ini mencakup rentang
kegiatan mulai dari pengesahan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, pengkajian
ulang kinerja, pengamanan aktiva dan pemisahan tugas. Kegiatan pengendalian
yang dapat dilakukan diantaranya penelahaan kinerja, pengolahan informasi,
pengendalian fisik dan pemisahan fungsi.
d) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan
mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan
menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang
mengizinkan orang menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada
menghasilkan laporan-laporan yang berisi informasi mengenai kegiatan
organisasi, keuangan dan informasi yang ada hubungannya dengan kepatuhan,
yang memungkinkan penggunaannya untuk menjalankan dan mengendalikan
organisasi. Informasi ini tidak hanya berhubungan dengan data yang dihasilkan
internal, tetapi juga mengenai peristiwa-peristiwa eksternal, kegiatan-kegiatan dan
kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan
pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam
bentuknya yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai tingkatan dalam
organisasi dan juga ke atas. Semua pegawai harus menerima informasi atau pesan
dari manajemen secara jelas yang menegaskan bahwa tanggung jawab
menjalankan kontrol harus dilakukan secara sangat serius. Pegawai harus
mengerti peran mereka dalam sistem Internal Controls, sama seperti kegiatan
masing-masing secara individual memiliki hubungan dengan pekerjaan orang
lain. Pegawai harus memiliki alat atau media untuk mengkomunikasikan
informasi ke atasan mereka. Mereka juga butuh untuk berkomunikasi secara
efektif dengan pihak luar, seperti halnya pelanggan, pemasok (vendor), pemilik
saham dan regulator.
e) Pemantauan (Monitoring)
Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu
organisasi dapat tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls
untuk menentukan apakah sistem beroperasi seperti yang diinginkan dan
dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan
suatu proses yang menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu.
Pemantuan mencakup personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi
pengendalian dengan dasar yang tepat waktu dalam mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan. Pengawasan ini juga melibatkan unsur eksternal
terhadap Internal Controls yang dilakukan oleh manajemen atau pihak lain di luar
proses serta pelaksanaan metodologi independen seperti prosedur atau standar
cheklist yang biasa dilakukan oleh pegawai dalam proses. Dalam konteks struktur
organisasi, Model COSO menempatkan dalam konteks mengapa pengendalian
tetapi bukan bagaimana atau dimana. Model COSO mengilustrasikan hubungan
antara risiko dan pengendalian serta menekankan pada tanggung jawab
manajemen dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam mencari jalan agar
tujuan dapat dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan kata lain, sebagai
satu dari beberapa strategi peminimalan risiko yang akan diambil oleh pimpinan.
Model COSO secara umum dilihat sebagai model pengendalian keras (hard
controls) karena COSO difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan sistem
tergantung pada aksi manajemen dan menaruh ekspektasi (harapan pada pimpinan
untuk memantau dan mereview kesuksesan mereka dalam mencapai sasaran
tujuan melalui penggunaan atau penerapan Internal Controls yang tepat Model
COSO memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang didesain
untuk memuaskan kebutuhan dari semuakelompok yang berhubungan dengan
Internal Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan internal,
CFO (Chief Financial Officer) akuntan manajemen dam otoritas pengatur.

2) Model COCO
Model COCO dikembangkan oleh CICA (Criteria of Control Board of the Canadian
Institute of Chartered Accountants). Model COCO mencakup empat komponen yaitu:

a) Tujuan (Purpose)
b) Komitmen (Comitment)
c) Kemampuan (Capability)
d) Pengawasan dan Pembelajaran (Learning Monitoring)

3) Elemen-Elemen Sistem Kontrol


Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan analisis komponen-
kompeonen lainnya. Bila digabungkan, elemen-elemen ini akan membentuk sistem kontrol.
Sistem tersebut dapat memiliki subsistem-subsistem dan bisa juga menjadi bagian dari sistem
yang lebih besar, semua sistem itu beroperasi secara harmonis untukmemenuhi satu atau
lebih tujuan bersama. Sistem tersebut bisa berbentuk tertutup atau terbuka. Sebuah sistem
tertutup (closed system) tidak berinteraksi dengan lingkungan sedangkan
sistem terbuka (open system) memiliki interaksi. Sistem tertutup jarang digunakan namun
sejak komputer digunakan secara luas, sistem ini jadi sering digunakan. Auditor internal akan
berhubungan dengan kedua sistem meskipun merekatidak dapat mengabaikan dampak
lingkungan pada sistem kontrol terbuka.

Sistem usaha biasanya lebih kompleks, namun cara kerjanya tetap sama. Sistem lingkaran
tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang persediaan, diseutsistem umpan
balik (feedback system). Seperti halnya yang berlaku pada termostat, keluaran (dalam hal ini
lingkungan) dibandingkan dengan suatu standar sehingga diperoleh respon yang tepat.
Semua sistem operasi memiliki bagian-bagian dasar yangt erdiri atas masukan (input),
pemrosesan (processing), dan keluaran (output).

Masukan Pemrosesan Keluaran

Untuk mengendalikan proses sehingga output tetap memenuhi standar yang digunakan,ada dua
elemdn yang harus ditambahkan control dan umpan balik.

Kontrol

Pemrosesan
Masukan Keluaran

Jadi, dalam sistem produksi:

1) Masukan terdiri dari karyawan, mesin, dan bahan mentah.


2) Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
3) Keluaran adalah produk jadi.
4) Sistem kontrol mencakup kontrol porduksi, yang mengatur arus bahan bakudan jasa, serta
inspeksi keluaran.
5) Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi atau pengamatan
terkomputerisasi.
6) Umpan balik mengomunikasikan varians (penyimpangan) ke elemen pemrosesan.
7) Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk mencapaistandar yang
diinginkan.

Sistem lingkaran tertutup (close-loop system) jangan disamakan dengan sistem terbuka sesuai
dengan pandangan manajemen klasik tentang kontrol untukmeyakinkan bahwa tujuan telah
tercapai. Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha untuk mencapai hasil yang sesuai
dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.

4) Standar-Standar Kontrol Internal, Karakteristik Kontrol, Dan Sarana Untuk


Mencapai Kontrol

Standar-Standar Kontrol Internal


Selain standar operasi yang merupakan bagian dari system kontrol, terdapat kerangka standar
yang harus diikuti system kontrol itu sendiri. Standar-standar ini adalah:

1) Standar-standar Umum
a) Keyakinan yang Wajar: Kontrol harus memberikan keyakinan yangwajar bahwa
tujuan kontrol internal akan dicapai.
b) Perilaku yang Mendukung: Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku yang
mendukung kontrol internal.
c) Integritas dan Kompetensi: Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian kontrol
internal harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas pribadi dan kompetensi
yang memadai untuk melaksanakankontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
d) Tujuan Kontrol: Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, danwajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
e) Pengawasan Kontrol: Manajer harus terus menerus mengawasikeluaran yang
dihasilkan oleh system kontrol mengambil langkah-langkah tepat terhadap
penyimpangan yang memerlukan tindakantersebut.

2) Standar-standar Rinci
a) Dokumentasi: Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan
harusdidokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus siap tersedia.
b) Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan TepatWaktu
c) Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian: Transaksi dankejadian
harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang bertugasuntuk itu.
d) Pembagian Tugas: Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan pemeriksaantransaksi
harus dipisahkan ke masing-masing individu (dan unit).
e) Pegawasan: Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk
memastikan pencapaian tujuan kontrol internal.
f) Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan: Akses harusdibatasi
ke individu yang memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya danorang lain yang mencatat. Aspek
ini harus diperiksa secara periodicdengan membandingkan jumlah yang tercatat
dengan jumlah fisik

Karakteristik Kontrol
Auditor internal dapat mengevaluasi system kontrol dengan menentukan kesesuaiannya
dengan kriteria yang ditetapkan seperti berikut ini:

1) Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sjak awaluntuk
menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya. Kontrol harus tepatwaktu, meskipun
efektivitas biaya juga dipertimbangkan. Manajemen harus mengantisipasi masalah yang
dideteksi kontrol. Tetapi selalu ada “hal-hal yang tidak diketahui” bila terjadi masalah-
masalah yang tidak diharapkan maka harusdiidentifikasi dan ditindaklanjuti tepat waktu.

2) Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yangdiinginkan
dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.Kontrol yang
memberikan keyakinan yang mutlak memang dimungkinkan(walaupun jarang), tetapi
mencapai keyakinan seperti ini bisa melebihi tambahan biaya yang harus membandingkan
biaya yang timbul akibat hal-hal yang bisadicegah, dideteksi, dan dikoreksi oleh sistem
kontrol dengan biaya kontrol terebut.Manajemen tidak hanya harus memerhatikan efektivitas
kontrol, tetapi juga efisiendan keekonomisannya. Kontrol harus ditingkatkan hanya jika
manfaat yangdiberikan lebih besar daripada biaya tambahannya.

Keseimbangan antara hal-hal yang dihasilkan dari kontrol internal dengan proteksitidak
selalu bisa diukur dengan objektif. Beberapa kontrol bisa jadi diwajibkan karena
pertimbangan keamanan, lingkungan, situasi yang sensitif, atau reputasiyang meningkat.
Jadi, dalam beberpa hal, manajemen mungkin perlu menggunakan pertimbangan yang
subjektif saat menentukan ketat tidaknya sistem kontrol yangakan diterapkan.

3) Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yangdiberikan. Manajer
memerlukan kontrol untuk membantu mereka memenuhitanggung jawabnya. Oleh karena
itu, manajer harus memerhatikan tujuan dan pengoperasian kontrol sampai akhir dan bisa
memanfaatkannya.

4) Penerapan
Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai berikut:

a) Sebelum bagian proyek yang mahal dari suatu proyek dikerjakan.


b) Sebelum waktu yang perusahaan tidak bisa untuk kembali.
c) Saat satu tahap operasi berakhir dan tahap yang lain dimulai.
d) Saat pengukuran paling nyaman untuk dilakukan.
e) Saat tindakan korektif yang paling mudah untuk dilakukan.
f) Bila tersedia waktu untuk tindakan perbaikan.
g) Setelah penyelesaian tugas atau penyelesaian sebuah aktivitas yang
mengandungkesalahan.
h) Jika akuntabilitas untuk seumber daya berubah.

5) Fleksibilitas
Keadaan bias berubah sewaktu-waktu. Kontrol yang akan mengakomodasi perubahan seperti
ini tanpa harus berubah lebih disukai untuk menghindarikebutuhan akan adanya perubahan.
Perubahan dalam kontrol untuk menyesuaikandengan perubahan operasi cenderung
menyebabkan lebih banyak kebingungan. Contoh dari kontrol yang fleksibel adalah sistem
anggaran variabel yangmemungkinkan biaya dan kuantitas operasi yang berbeda untuk
tingkat operasiyang berbeda.

6) Menentukan penyebab

Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol tidak
hanyamengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya. Penanganan standar biasdisiapkan
dan dilaksanakan bila kontrol bias menentukan penyebab kesulitan. Tidak ada tindakan
korektif yang benar-benar efektif kecuali bila penyebabnyadiketahui. Misalnya adalah sistem
akuntansi biaya yang memungkinkan berbagaielemen biaya dan kuantitas diidendifikasi dan
dibandingkan dengan standar. Jadi, varians dalam biaya produk atau kuantitas dapat
ditelusuri ke masing-masingelemen jika terjadi penyimpangan dari standar.

7) Kelayakan

Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen. Kontrol tersebut harusmembantu dalam


pencapaian tujuan dan rencana manajemen dan juga harus sesuaidengan karyawan dan
struktur organisasi dari operasi. Kontrol yang paling efisiendan bermanfaat adalah kontrol
berbasis pengecualian, yaitu hanya merespons penyimpangan-penyimpangan yang
signifikan.

8) Masalah-masalah dengan kontrol

Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi. Begitu kontrol mencapai
titik tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias menurun sehingga biaya yang harus
ditanggung menjadi lebih besar dibandingkan manfaat yang semula diinginkan.

Sarana Untuk Mencapai Kontrol

Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsidi dalam
perusahaan adalah:

a) Organisasi
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujuiuntuk orang –
orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapaitujuannya secara efisien dan
ekonomis.

b) Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi pedoman, atau
membatasi tindakan.

c) Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuaidengan
kebijakan yang telah diterapkan.

d) Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasiuntuk
melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik disampingkinerja masing –
masing individu adalah supervisi.

e) Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada
aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan
dalam organisasi.

f) Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil – hasil yang diharapkan yangdinyatakan
dalam bentuk numerik.

g) Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yangditerima. Oleh
karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis

5) Laporan Auditor Internal Tentang Kontrol Dan Audit Komtrol


Adapun auditor internal mengenai kontrol dan audit kontrol, meliputi:
1) Laporan harus merinci tujuan dan lingkup pemeriksaan dan harus akurat, objektif, jelas,
singkat, onstruktif, lengkap, dan tepat waktu
2) Laporan harus merinci kekuatan dan kelemahan filosofi dan fungsi kontrol internal
3) Laporan Harus mengungkapkan ketidaktaatan dengan standar
4) Berisi saran tindakan perbaikan yang dapat diambil untuk menyelesaikan kelemahan
fungsional
5) Laporan harus menyebutkan tindakan korektif yang telah atau belum diambil menyusul
rekomendasi audit dalam audit sebelumya, dan pernyataan tentang risiko dan kerawanan
yang mungkin timbul bila tindakan korektif tidak dilakukan
6) Bahan-bahan penyusunan laporan berasal dari Control SelfAssessment yang dilakukan
manajemen pada berbagai tingkatan dan dari pegawai nonmanajerial yang bisa
memberikan lebih banyak fakta untuk dimasukkan ke dalam laporan.
7) Pihak yang menerima laporan ringkas adalah komite audit organsasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya.
8) Kepala eksekutif audit akan memberikan laporan tindak lanjut ke komite audit

6) Artikel Penelitian Terkait Dengan Kontrol

IDENTITAS JURNAL
JUDUL : Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan
Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada
Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan)
PENULIS : Abdi Saputra
PENERBIT : RISET DAN JURNAL AKUNTANSI Volume 1 Nomor 1
TAHUN TERBIT : February 2017
JUMLAH HALAMAN : 48-55

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kecurangan-kecurangan (Fraud) yang kerap terjadi di
dunia perbankan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif asosiatif dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Penelitian dilakukan di tiga tempat
yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Medan, PT. Bank Negara Indonesia
Syariah Cabang Medan dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dengan menggunakan
teknik pengumpulan data kuisioner. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara
parsial sistem internal kontrol berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan (fraud)
yang berarti bahwa semakin baik sistem internal kontrol maka tingkat kecurangan akan
menurun. Kedua secara parsial audit internal berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecurangan (fraud) berarti semakin baik audit internal dalam sebuah perusahaan maka
tingkat kecurangan (Fraud) akan menurun. Selanjutnya adalah secara parsial penerapan GCG
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan (fraud) yang juga berarti semakin
baik penerapan GCG maka tingkat kecurangan akan menurun

DAFTAR PUSTAKA

Permatasari D, Suwantari, Anggreni, dan Dinitri. 2015. Kontrol Audit


https://www.academia.edu/10988809/audit_internal_kontrol. (Diakses tanggal 14 februari 2022)

Supriadi S. 2017. Model-Model Kontrol Internal.


https://www.academia.edu/35251748/MODUL_MODEL_MODEL_KONTROL_INTERNAL_d
ocx. (Diakses tanggal 14 februari 2022)

Alvin Wijaya, Immanuelsa S.P, Leonardo D.C, Sari. 2017. Audit Internal.
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/2017031060/02Kelompok%201%20Pengauditan
%20Internal%20-%20Kontrol.pdf. (Diakses tanggal 14 February 2022).

Abdi Saputra. 2017. Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada Bank
Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan). RISET DAN JURNAL AKUNTANSI Volume 1
Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai