OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK:
KELAS J MALAM
Definisi Kontrol
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol internal adalah
rencanaorganisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang
diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dankeandalan data
akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatanterhadap kebijakan
manajerial yang telah ditetapkan.
a) Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi , prosedur
dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusanyang tercermin dalam
otorisasi manajemen atas transaksi.
b) Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang berkaitan
dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan, yangdirancang untuk
memberikan keyakinan yang wajar bahwa,
1) Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum aatu khusus
darimanajemen.
2) Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan keuangan
sesuaidengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya
yangb berlakuuntuk laopran tersebut dan untuk menjaga akuntabilitas atas
aktiva.
3) Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
4) Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yangada
pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka akandiambil
tindakan yang tepat. Dari definisi diatas terlihat bahwa definisikontrol
administrasif menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen, sementara
definisi kontrol akuntansi tidak.
Standar Kontrol
Kegiatan audit internal harus dapat menunjang organisasi dalam melakukan kontrol dengan
melakukan evaluasi pada efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang terus-
menerus.
1) 2120. A1 hasil penentuan risiko aktivitas audit internal harus mengevaluasi kecukupan
dan efektifitas kontrol yang mencakup tata kelola, operasi dan sistem informasi
organisasi
2) 2120. A2 : auditor internal harus memastikan lingkup penetapan tujuan dan sasaran
operasi dan program yang harus sesuai dengan tujuan organisasi secara keseluruhan
3) 2120.A3 : auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk memastikan
kesesuaian hasil dengann tujuan dan sasaran guna menentukan apakah operasi dan
[rogram dilaksanakan sesuai yang diinginkan
2) Model-Model Kontrol Internal Dan Penggunaan Model Kontrol Pada Audit Internal
Pada asalnya manajemen menggunakan serangkaian fungsi pengujian pengendalian untuk
menentukan kecukupan fungsi Internal Controls organisasi. Kemudian mulailah berkembang
cara pandang baru terkait internal controls khususnya di Amerika Serikat, Kanada dan
inggris. Pada ketiga negara tersebut itulah dikembangkan model iternal controls yang
terintegrasi.
1) Model COSO
Model COSO yang dikembangkan pada awal tahun 1990an ini menghubungkan
pengendalian dengan lingkungan pengendalian diantaranya meliputi budaya organisasi,
sikap orang yang ada didalam organisasi, dan pendekatan organisasi untuk menilai risiko.
Model ini melakukan pengendalian dengan cara menempatkan pengendalian pada
didalam praktek atau pelaksanaan kegiatan organisasi. Moodel COSO mendefinisikan
Internal Controls sebagai sistem yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadai terhadap pencapaian tujuan (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan
informasi keuangan dan (3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model
COSO terdiri atas lima komponen pengendalian intern sebagai berikut:
a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
b) Penentuan Risiko (Risk Assessment)
c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
d) Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)
e) Pengawasan (Monitoring)
2) Model COCO
Model COCO dikembangkan oleh CICA (Criteria of Control Board of the Canadian
Institute of Chartered Accountants). Model COCO mencakup empat komponen yaitu:
a) Tujuan (Purpose)
b) Komitmen (Comitment)
c) Kemampuan (Capability)
d) Pengawasan dan Pembelajaran (Learning Monitoring)
Sistem usaha biasanya lebih kompleks, namun cara kerjanya tetap sama. Sistem lingkaran
tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang persediaan, diseutsistem umpan
balik (feedback system). Seperti halnya yang berlaku pada termostat, keluaran (dalam hal ini
lingkungan) dibandingkan dengan suatu standar sehingga diperoleh respon yang tepat.
Semua sistem operasi memiliki bagian-bagian dasar yangt erdiri atas masukan (input),
pemrosesan (processing), dan keluaran (output).
Untuk mengendalikan proses sehingga output tetap memenuhi standar yang digunakan,ada dua
elemdn yang harus ditambahkan control dan umpan balik.
Kontrol
Pemrosesan
Masukan Keluaran
Sistem lingkaran tertutup (close-loop system) jangan disamakan dengan sistem terbuka sesuai
dengan pandangan manajemen klasik tentang kontrol untukmeyakinkan bahwa tujuan telah
tercapai. Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha untuk mencapai hasil yang sesuai
dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.
1) Standar-standar Umum
a) Keyakinan yang Wajar: Kontrol harus memberikan keyakinan yangwajar bahwa
tujuan kontrol internal akan dicapai.
b) Perilaku yang Mendukung: Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku yang
mendukung kontrol internal.
c) Integritas dan Kompetensi: Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian kontrol
internal harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas pribadi dan kompetensi
yang memadai untuk melaksanakankontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
d) Tujuan Kontrol: Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, danwajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
e) Pengawasan Kontrol: Manajer harus terus menerus mengawasikeluaran yang
dihasilkan oleh system kontrol mengambil langkah-langkah tepat terhadap
penyimpangan yang memerlukan tindakantersebut.
2) Standar-standar Rinci
a) Dokumentasi: Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan
harusdidokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus siap tersedia.
b) Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan TepatWaktu
c) Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian: Transaksi dankejadian
harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang bertugasuntuk itu.
d) Pembagian Tugas: Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan pemeriksaantransaksi
harus dipisahkan ke masing-masing individu (dan unit).
e) Pegawasan: Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk
memastikan pencapaian tujuan kontrol internal.
f) Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan: Akses harusdibatasi
ke individu yang memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya danorang lain yang mencatat. Aspek
ini harus diperiksa secara periodicdengan membandingkan jumlah yang tercatat
dengan jumlah fisik
Karakteristik Kontrol
Auditor internal dapat mengevaluasi system kontrol dengan menentukan kesesuaiannya
dengan kriteria yang ditetapkan seperti berikut ini:
1) Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sjak awaluntuk
menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya. Kontrol harus tepatwaktu, meskipun
efektivitas biaya juga dipertimbangkan. Manajemen harus mengantisipasi masalah yang
dideteksi kontrol. Tetapi selalu ada “hal-hal yang tidak diketahui” bila terjadi masalah-
masalah yang tidak diharapkan maka harusdiidentifikasi dan ditindaklanjuti tepat waktu.
2) Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yangdiinginkan
dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.Kontrol yang
memberikan keyakinan yang mutlak memang dimungkinkan(walaupun jarang), tetapi
mencapai keyakinan seperti ini bisa melebihi tambahan biaya yang harus membandingkan
biaya yang timbul akibat hal-hal yang bisadicegah, dideteksi, dan dikoreksi oleh sistem
kontrol dengan biaya kontrol terebut.Manajemen tidak hanya harus memerhatikan efektivitas
kontrol, tetapi juga efisiendan keekonomisannya. Kontrol harus ditingkatkan hanya jika
manfaat yangdiberikan lebih besar daripada biaya tambahannya.
Keseimbangan antara hal-hal yang dihasilkan dari kontrol internal dengan proteksitidak
selalu bisa diukur dengan objektif. Beberapa kontrol bisa jadi diwajibkan karena
pertimbangan keamanan, lingkungan, situasi yang sensitif, atau reputasiyang meningkat.
Jadi, dalam beberpa hal, manajemen mungkin perlu menggunakan pertimbangan yang
subjektif saat menentukan ketat tidaknya sistem kontrol yangakan diterapkan.
3) Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yangdiberikan. Manajer
memerlukan kontrol untuk membantu mereka memenuhitanggung jawabnya. Oleh karena
itu, manajer harus memerhatikan tujuan dan pengoperasian kontrol sampai akhir dan bisa
memanfaatkannya.
4) Penerapan
Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai berikut:
5) Fleksibilitas
Keadaan bias berubah sewaktu-waktu. Kontrol yang akan mengakomodasi perubahan seperti
ini tanpa harus berubah lebih disukai untuk menghindarikebutuhan akan adanya perubahan.
Perubahan dalam kontrol untuk menyesuaikandengan perubahan operasi cenderung
menyebabkan lebih banyak kebingungan. Contoh dari kontrol yang fleksibel adalah sistem
anggaran variabel yangmemungkinkan biaya dan kuantitas operasi yang berbeda untuk
tingkat operasiyang berbeda.
6) Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol tidak
hanyamengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya. Penanganan standar biasdisiapkan
dan dilaksanakan bila kontrol bias menentukan penyebab kesulitan. Tidak ada tindakan
korektif yang benar-benar efektif kecuali bila penyebabnyadiketahui. Misalnya adalah sistem
akuntansi biaya yang memungkinkan berbagaielemen biaya dan kuantitas diidendifikasi dan
dibandingkan dengan standar. Jadi, varians dalam biaya produk atau kuantitas dapat
ditelusuri ke masing-masingelemen jika terjadi penyimpangan dari standar.
7) Kelayakan
Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi. Begitu kontrol mencapai
titik tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias menurun sehingga biaya yang harus
ditanggung menjadi lebih besar dibandingkan manfaat yang semula diinginkan.
Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsidi dalam
perusahaan adalah:
a) Organisasi
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujuiuntuk orang –
orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapaitujuannya secara efisien dan
ekonomis.
b) Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi pedoman, atau
membatasi tindakan.
c) Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuaidengan
kebijakan yang telah diterapkan.
d) Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasiuntuk
melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik disampingkinerja masing –
masing individu adalah supervisi.
e) Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada
aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan
dalam organisasi.
f) Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil – hasil yang diharapkan yangdinyatakan
dalam bentuk numerik.
g) Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yangditerima. Oleh
karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis
IDENTITAS JURNAL
JUDUL : Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan
Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada
Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan)
PENULIS : Abdi Saputra
PENERBIT : RISET DAN JURNAL AKUNTANSI Volume 1 Nomor 1
TAHUN TERBIT : February 2017
JUMLAH HALAMAN : 48-55
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kecurangan-kecurangan (Fraud) yang kerap terjadi di
dunia perbankan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif asosiatif dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Penelitian dilakukan di tiga tempat
yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Medan, PT. Bank Negara Indonesia
Syariah Cabang Medan dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dengan menggunakan
teknik pengumpulan data kuisioner. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara
parsial sistem internal kontrol berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan (fraud)
yang berarti bahwa semakin baik sistem internal kontrol maka tingkat kecurangan akan
menurun. Kedua secara parsial audit internal berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecurangan (fraud) berarti semakin baik audit internal dalam sebuah perusahaan maka
tingkat kecurangan (Fraud) akan menurun. Selanjutnya adalah secara parsial penerapan GCG
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan (fraud) yang juga berarti semakin
baik penerapan GCG maka tingkat kecurangan akan menurun
DAFTAR PUSTAKA
Alvin Wijaya, Immanuelsa S.P, Leonardo D.C, Sari. 2017. Audit Internal.
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/2017031060/02Kelompok%201%20Pengauditan
%20Internal%20-%20Kontrol.pdf. (Diakses tanggal 14 February 2022).
Abdi Saputra. 2017. Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada Bank
Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan). RISET DAN JURNAL AKUNTANSI Volume 1
Nomor 1.