Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Transistor dan Jenis-jenis

Transistor
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Transistor dan Jenis-jenis Transistor – Transistor adalah komponen semikonduktor yang
memiliki berbagai macam fungsi seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator,
modulator dan lain sebagainya. Transistor merupakan salah satu komponen semikonduktor yang
paling banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian elektronika. Boleh dikatakan bahwa hampir
semua perangkat elektronik menggunakan Transistor untuk berbagai kebutuhan dalam
rangkaiannya. Perangkat-perangkat elektronik yang dimaksud tersebut seperti Televisi, Komputer,
Ponsel, Audio Amplifier, Audio Player, Video Player, konsol Game, Power Supply dan lain-lainnya.

Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang fisikawan yang berasal Amerika Serikat pada
akhir tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar. Mereka adalah  John Bardeen, Walter Brattain, dan
William Shockley. Dengan penemuan tersebut, perangkat-perangkat elektronik yang pada saat itu
berukuran besar dapat dirancang dalam kemasan yang lebih kecil dan portabel (dapat dibawa
kemana-mana). Ketiga fisikawan tersebut mendapatkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1956 atas
penemuan Transistor ini. Namun sebelum ketiga fisikawan Amerika Serikat tersebut menemukan
Transistor Bipolar, seorang fisikawan Jerman yang bernama  Julius Edgar Lilienfeld sudah
mempatenkan Transistor jenis Field Effect Transistor di Kanada pada tahun 1925 tetapi Julius Edgar
Lilienfeld tidak pernah mempublikasikan hasil penelitiannya baik dalam bentuk tulisan maupun
perangkat prototype-nya. Pada tahun 1932, seorang inventor Jerman yang bernama Oskar Heil juga
mendaftarkan paten yang hampir sama di Eropa.

Seiring dengan perkembangannya, Transistor pada saat ini telah dirancang telah berbagai jenis
desain dengan fitur aliran arus dan pengendali yang unik. Ada jenis Transistor yang berada dalam
kondisi OFF hingga terminal Basis diberikan arus listrik untuk dapat berubah menjadi ON sedangkan
ada jenis lain yang berada dalam kondisi ON hingga harus diberikan arus listrik pada terminal Basis
untuk merubahnya menjadi kondisi OFF. Ada juga Transistor yang membutuhkan arus kecil dan
tegangan kecil untuk mengaktifkannya namun ada yang hanya memerlukan tegangan untuk
mengoperasikannya. Ada lagi Transistor yang memerlukan tegangan positif untuk memicu
pengendalinya di terminal Basis sedangkan ada Transistor yang memerlukan tegangan negatif
sebagai pemicunya.
Baca juga : Fungsi, Struktur dan Cara Mengukur Transistor.

Jenis-jenis Transistor
Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu Transistor Bipolar
dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang paling utama diantara dua
pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias Input (atau Output) yang digunakannya.
Transistor Bipolar memerlukan arus (current) untuk mengendalikan terminal lainnya sedangkan
Field Effect Transistor (FET) hanya menggunakan tegangan saja (tidak memerlukan arus). Pada
pengoperasiannya, Transistor Bipolar memerlukan muatan pembawa (carrier) hole dan electron
sedangkan FET hanya memerlukan salah satunya.
Berikut ini adalah jenis-jenis Transistor beserta penjelasan singkatnya.

1. Transistor Bipolar (BJT)


Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya memerlukan perpindahan
muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif untuk mengisi kekurangan electon atau hole di
kutub positif.   Bipolar berasal dari kata “bi” yang artinya adalah “dua” dan kata “polar” yang artinya
adalah “kutub”. Transistor Bipolar juga sering disebut juga dengan singkatan BJT yang
kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.

Jenis-jenis Transistor Bipolar

Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP. Tiga Terminal
Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan Emitor.

 Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan
positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar
dari Kolektor ke Emitor.
 Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan
negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar
dari Emitor ke Kolektor.

Simbol Transistor Bipolar (BJT) dapat dilihat di gambar atas.

2. Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)


Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat menjadi FET ini adalah jenis
Transistor yang menggunakan listrik untuk mengendalikan konduktifitasnya. Yang dimaksud dengan
Medan listrik disini adalah Tegangan listrik yang diberikan pada terminal Gate (G) untuk
mengendalikan aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke terminal Source (S). Transistor
Efek Medan (FET) ini sering juga disebut sebagai Transistor Unipolar karena pengoperasiannya
hanya tergantung pada salah satu muatan pembawa saja, apakah muatan pembawa tersebut
merupakan Electron maupun Hole.
Jenis-jenis Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect Transistor (JFET), Metal
Oxide Semikonductor Field Effect Transistor (MOSFET) dan Uni Junction Transistor (UJT).

 JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medanyang menggunakan


persimpangan (junction) p-n bias terbalik sebagai isolator antara Gerbang (Gate) dan
Kanalnya. JFET terdiri dari dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-channel) dan JFET Kanal N (n-
channel). JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang masing-masing terminal tersebut diberi
nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
 MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medan
yang menggunakan Isolator (biasanya menggunakan Silicon Dioksida atau SiO2) diantara
Gerbang (Gate) dan Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis konfigurasi yaitu MOSFET
Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-masing jenis MOSFET ini juga terbagi
menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri
dari tiga kaki terminal yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
 UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang digolongkan sebagai Field Effect
Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga menggunakan medan listrik atau tegangan
sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT mememiliki dua terminal
Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT digunakan khusus sebagai pengendali
(switch) dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat seperti jenis transistor lainnya.
Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya – Resistor merupakan salah satu komponen yang paling
sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika
menggunakannya. Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai
resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam
suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau
Resistansi Resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg
Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.

Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja
berdasarkan Hukum Ohm. Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, silakan baca : Pengertian,
rumus dan bunyi Hukum Ohm.

Jenis-jenis Resistor
Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Fixed
Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.

A. Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau
Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka. Anda dapat
membaca artikel : Cara Menghitung Nilai Resistor berdasarkan Kode Angka dan Kode Warna.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :

Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya
diantaranya adalah :

Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)

Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang dicampur dengan
bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai resistansi yang
diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai
hambatannya.

Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion
Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan daya 1/10W sampai 2W.

Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)

Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat isolator yang
dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin
banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film
Resistor ini adalah dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga
rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.

Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1Ω
sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon
Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar dari -55°C hingga 155°C.

Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)


Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat
Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar  dan
ketebalan spiral logam.

Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara jenis-jenis
Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film Resistor).

B. Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai
dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan
Trimpot.

Bentuk dan Simbol Variable

Resistor : 

Potensiometer

Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah
dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai
Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.

Rheostat

Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang
tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan
penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.

Preset Resistor (Trimpot)


Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis
Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan
tidak memiliki Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil
untuk dapat memutar porosnya.

C. Thermistor (Thermal Resistor)


Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu
(Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis
Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive
Temperature Coefficient).

Bentuk dan Simbol Thermistor :

D. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dipengaruhi oleh
intensitas Cahaya yang diterimanya. Untuk lebih jelas mengenai LDR, Silakan baca : Pengertian
LDR dan Cara Mengukurnya.
Bentuk dan Simbol

LDR : 

Fungsi-fungsi Resistor
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :

 Sebagai Pembatas Arus listrik


 Sebagai Pengatur Arus listrik
 Sebagai Pembagi Tegangan listrik
 Sebagai Penurun Tegangan listrik
Pengertian High Pass Filter (HPF) atau
Tapis Lolos Atas
Dickson Kho Teori Elektronika

Pengertian High Pass Filter (HPF) atau Tapis Lolos Atas – High Pass Filter atau biasanya disingkat
dengan HPF adalah Filter atau penyaring frekuensi yang dapat melewatkan sinyal frekuensi tinggi
dan menghambat atau memblokir sinyal frekuensi rendah. Dengan kata lain, sinyal Frekuensi tinggi
akan lebih mudah melewati High Pass Filter (HPF) sedangkan sinyal frekuensi rendah akan
dihambat atau dipersulit untuk melewatinya. HPF yang ideal adalah HPF yang sama sekali tidak
melewatkan sinyal dengan frekuensi dibawah frekuensi cut-off. Pada dasarnya, High Pass Filter
(HPF) adalah kebalikan dari Low Pass Filter (LPF). Dalam bahasa Indonesia, High Pass Filter
disebut juga dengan Tapis Lolos Tinggi, Tapis Pelewat Tinggi atau Penyaring Lolos Atas.
Tapis Lolos Tinggi atau High Pass Filter ini dapat dibuat dengan menggunakan komponen pasif
seperti Resistor dengan Kapasitor atau Induktor. High Pass Filter yang dibuat dari Resistor dan
Kapasitor disebut dengan High Pass RC Filter sedangkan High Pass Filter atau HPF yang terbuat
dari Resistor dan Induktor disebut dnegan High Pass RL Filter. Filter Pasif yaitu filter yang
menggunakan komponen pasif ini tidak memiliki elemen penguat seperti Transistor dan Op-Amp
sehingga tidak memiliki perolehan penguatan sinyal, oleh karena itu tingkat OUTPUT-nya selalu
kurang dari tingkat INPUT-nya.

Dua Jenis Konfigurasi Utama High Pass Filter


Seperti yang disebutkan sebelumnya, terdapat dua konfigurasi utama pada High Pass Filter (HPF)
Pasif atau Penyaring Lolos Atas Pasif ini yaitu High Pass RC Filter (Resistor-Capasitor) dan High
Pass RL Filter (Resistor-Inductor). Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai kedua
konfigurasi High Pass Filter Pasif ini.

High Pass RC Filter


High Pass RC Filter atau Penyaring Lolos Atas RC adalah rangkaian penyaring frekuensi yang
terdiri dari komponen pasif yaitu Resistor (R) dan Kapasitor (C) yang meneruskan sinyal frekuensi
tinggi tetapi menghambat atau memblokir frekuensi rendah. Untuk membuat Penyaring RC ini,
Kapasitor (C) ditempatkan secara seri dengan sinyal INPUT rangkaian dan Resistor (R) ditempatkan
secara paralel atau sejajar dengan sinyal INPUT seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini :

Dari rangkaian High Pass RC Filter diatas, Kapasitor (C) yang merupakan komponen reaktif ini akan
menawarkan resistansi yang berbeda terhadap sinyal frekuensi yang berbeda yang masuk
melaluinya. Resistansi Kapasitor akan tinggi terhadap sinyal frekuensi rendah atau sinyal DC
sedangkan resistansi rendah terhadap sinyal frekuensi tinggi. Karena dengan karakteristik kapasitor
yang beresistansi tinggi terhadap sinyal frekuensi rendah atau sinyal DC, Kapasitor tersebut akan
menghalangi sinyal frekuensi rendah untuk melewatinya sehingga hanya sinyal frekuensi tinggi saja
yang berhasil melewati kapasitor tersebut. Kapasitor jenis ini juga berfungsi sebagai Kapasitor
kopling (Coupling Capasitor) karena melewatkan sinyal AC tetapi memblokir sinyal DC.

High Pass Filter merupakan penyaring frekuensi yang banyak digunakan diberbagai jenis rangkaian,
salah satunya adalah rangkaian Mikrofon. Mikrofon adalah perangkat yang memerlukan daya DC
agar dapat beroperasi dan membutuhkan sinyal AC seperti suara manusia dan musik sebagai sinyal
INPUT-nya. Dengan kata lain, sinyal DC hanya sebagai daya agar dapat mengoperasikan mikrofon
namun tidak boleh muncul pada OUTPUT yang bersinyal AC (Audio). Jadi, untuk meneruskan sinyal
Audio yang berbentuk sinyal AC dan memblokir sinyal DC, kita memerlukan rangkaian High Pass
Filter (HPF) atau Penyaring Lolos Atas.
Baca juga : Pengertian Low Pass Filter (LFP) atau Tapis Lolos Bawah. 

Cara Membuat High Pass RC Filter

Setelah kita mengetahui cara kerja sebuah High Pass Filter, kita dapat merangkai sendiri rangkaian
High Pass Filter. Untuk membuat rangkaian High Pass Filter, kita memerlukan sebuah Resistor dan
Kapasitor. Dalam contoh ini, kita akan menggunakan Resistor 10KΩ dan Kapasitor Keramik yang
bernilai 10nF. Rangkaiannya dapat kita lihat di gambar diatas (Rangkaian HPF RC Filter).

Rumus High Pass RC Filter

Rumus yang digunakan untuk menemukan titik cut-off Frekuensi dari rangkaian RC High Pass Filter
adalah :
f = 1/2πRC

Dimana :

f = Frekuensi dalam satuan Hz


π = 3.14
R = Nilai Resistor dalam satuan Ohm (Ω)
C = Nilai Kapasitor dalam satuan Farad (F)

Diketahui

π = 3.14
R = 1KΩ atau 1000Ω
C = 10nF atau 10 x 10-9 atau 0.000000001F
f=?

Penyelesaian

f = 1/2πRC
f = 1/2 (3.14)(1000)(0.000000001)
f = 15.923,57 Hz atau sekitar 15,9KHz

Rangkaian High Pass RC filter diatas akan melewatkan frekuensi diatas 15.923,57Hz dan
melemahkan atau memblokir frekuensi dibawah 15.923,57Hz. Semakin jauh dan rendah dari
15.923,57Hz, semakin besar pelemahannya.

Dengan demikian, apabila kita memasukan sinyal AC 100Hz ke rangkaian High Pass RC Filter
tersebut, Kapasitor akan melemahkan atau memblokir sinyal tegangan ini dan tidak akan melalui
jalur OUTPUT. Kondisi ini dapat kita lihat dengan menggunakan Osiloskop. Namun apabila kita
memasukan sinyal AC 20KHz, sinyal ini tidak akan dilemahkan atau diblokir sehingga akan dengan
mudah melewati kapasitor yang ada pada rangkaian tersebut, hal ini dikarenakan resistansi pada
Kapasitor sangat rendah pada frekuensi tinggi sehingga frekuensi tinggi yang melewatinya tidak
akan mengalami gangguan atau pelemahan sama sekali.

High Pass RL Filter


High Pass RL Filter adalah High Pass Filter yang terdiri dari Resistor dan Induktor yang dapat
meneruskan sinyal Frekuensi Tinggi tetapi melemahkan atau memblokir sinyal frekuensi rendah.
Untuk merangkaian Rangkaian High Pass RL Filter ini, Induktor ditempatkan secara paralel dengan
sinyal sumber daya yang memasuki rangkaian sedangkan Resistor ditempatkan secara seri dengan
sinyal INPUTnya seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:
Rangkaian diatas adalah rangkaian High RL Filter yang dapat melewati sinyal frekuensi tinggi dan
melemahkan sinyal frekuensi rendah. Sama seperti Kapastior, Induktor juga merupakan komponen
reaktif yang dapat berubah resistansi-nya tergantung pada sinyal frekuensi yang melaluinya.
Induktor akan melewati sinyal frekuensi rendah dengan resistansi yang rendah sedangkan frekuensi
tinggi yang melalui akan dihambat atau dilemahkan dengan resistansi yang tinggi. Dengan
demikian, sinyal frekuensi rendah akan mudah melewati Induktor sedangkan sinyal frekuensi tinggi
akan dilemahkan atau diblokir sebagai OUTPUT pada rangkaian High Pass Filter ini.

Rangkaian diatas menggunakan prinsip kerja Reaktansi Induktif. Perlu diingat bahwa arus akan
mengambil jalur yang resistansinya paling rendah. Karena Induktor menawarkan resistansi yang
tinggi terhadap sinyal frekuensi tinggi, sinyal frekuensi tinggi tidak akan melalui Induktor dan akan
mengambil jalur alternatif yang menawarkan resistansi rendah, yaitu jalur ke OUTPUT pada
rangkaian RL Filter ini. Di satu sisi, sinyal frekuensi rendah akan melewati jalur ke Induktor karena
Induktor menawarkan resistansi yang rendah untuk sinyal frekuensi rendah.

Cara Membuat High Pass RL Filter

Untuk membangun sebuah rangkaian High Pass RL Filter, kita memerlukan sebuah Resistor dan
sebuah Induktor. Kita dapat melihat hasilnya dengan menggunakan Osiloskop sedangkan sumber
sinyal frekuensinya dapat kita gunakan sebuah alat yang disebut dengan Function Generator atau
Signal Generator. Pada contoh ini, kita akan menggunakan Resistor 10KΩ dan Induktor 470mH.
Konfigurasi rangkaiannya dapat kita lihat seperti pada gambar diatas.

Rumus High Pass RL Filter

Rumus yang digunakan untuk menemukan titik cut-off Frekuensi dari rangkaian RL adalah :

f = R / 2πL

Dimana :

f = Frekuensi dalam satuan Hz


π = 3.14
R = Nilai Resistor dalam satuan Ohm (Ω)
L = Nilai Induktor dalam satuan Henry (H)

Diketahui

π = 3.14
R = 10KΩ atau 10.000Ω
L = 470mH atau 0,47H
f=?

f = R / 2πL
f = 10.000 / 2 (3.14)(0.47)
f = 3.387,99 atau sekitar 3,39kHz.

Ini berarti semua Frekuensi diatas 3,39KHz akan dilewati tanpa adanya pelemahan sedangkan
sinyal frekuensi dibawah 3,39KHz akan dilemahkan atau diblokir. Semakin rendahnya frekuensinya
dari 3,39KHz, semakin besar pelemahannya.
LAMPU LED, BOHLAM, NEON : PERBEDAAN,
PENGGUNAAN, KELEBIHAN SERTA
KEKURANGAN.

Perkembangan teknologi yang semakin meningkat masa kini menciptakan banyak produk untuk
memperluas pilihan consumen untuk menciptakan suasana ruang dengan pencahayaan yang
beragam. Oleh karena itu agar tidak kebingungan, maka dalam artikel ini akan diulas sedikit
mengenai klasifikasi dari 3 jenis lampu yang paling sering digunakan, yaitu: lampu LED, Bohlam,
dan Neon.

1.Lampu LED (Light Emitting Diode)


a) Cara kerja

Cara kerja LED adalah menghasilkan cahaya dengan cara mengubah energi listrik menjadi energi
cahaya (transduser). Dengan cara kerja ini, maka lampu LED dapat langsung memancarkan cahaya
secara maksimal, tidak memerlukan waktu pemanasan seperti bohlam, dan juga tidak menimbulkan
panas seperti pada bohlam ataupun neon.

b) Kelebihan

 Lampu LED tidak memerlukan waktu warm-up (pemanasan) untuk mendapatkan terang
yang maksimal
 Efisiensi listrik yang paling tinggi diantara jenis-jenis lampu lainnya. Energi yang
dibutuhkan hanya sekitar 10% dari lampu pijar.
 Dapat disetel untuk berubah warna
 Dikarenakan bentuknya hanya merupakan dioda kecil, maka volume lampu jauh lebih kecil,
dan dapat diletakkan dimanapun.
 Fleksibilitas lampu.
 Tahan lama
 Tidak mengandung bahan berbahaya
 Temperature lampu yang lebih dingin dibandingkan jenis lampu lain sehingga tidak
merusak rumah lampu atau area disekitar lampu.
c) Kekurangan

Hampir tidak ada kekurangan yang berarti yang dimiliki oleh lampu LED, oleh karena itu, dengan
harga lampu LED yang semakin kompetitif dan penggunaannya yang semakin beragam dan
meluas, maka jenis lampu ini amat laris di pasaran.

d)Pemakaian

Dengan berbagai kelebihannya, lampu jenis ini juga amat sering digunakan pada interior. Contoh
paling umum, lampu LED digunakan sebagai hidden lamp pada ceiling ataupun backdrop dinding.
Lampu ini juga sering digunakan untuk general light. Dengan intensitas warna lebih tinggi
dibandingkan bohlam dan lebih rendah dibandingkan halogen/ neon, maka lampu LED dapat
digunakan untuk berbagai jenis ruang.
2. Lampu Bohlam
a) Cara Kerja

Lapu pijar atau lampu bohlam in bekerja dengan cara menyalurkan arus listrik melalui filamen yang
kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubingi filamen panas tersebut
menghalangi kontak langsung dengan udara sehingga filamen dapat bertahan lama karena tidak
terkena oksidasi.

b) Kelebihan

Lampu bohlam adalah jenis lampu yang pertama kali ditemukan oleh Thomas Alva Edison. Oleh
karena itu, jenis lampu ini masih menjadi lampu yang paling dikenal oleh masyarakat. Harga di
pasaran juga jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan jenis lampu lainnya.

c) Kekurangan

 Tidak efisien dalam penggunaan listrik dikarenakan energi yang digunakan cukup besar.
 Panas yang dihasilkan cukup besar. Pada beberapa kondisi, panas yang dihasilkan oleh
bohlam digunakan sebagai pemanas ruangan untuk kandang hewan.
 Kaca yang rawan pecah dapat melukai orang yang berada disekitarnya.
3. Lampu Neon
a) Cara Kerja

Lampu neon bekerja dengan cara menggunakan lecutan listrik untuk mengaktifkan fosfor didalam
tabungnya. Dalam lampu neon, arus mengalir melalui konduktor gas. Lampu neon biasa disebut
juga dengan lampu pendar. Bentuknya yang beragam menjadi suatu ciri khas pada jenis lampu ini.

b) Kelebihan

– cahaya yang dihasilkan lebih terang bila dibandingkan dengan lampu bohlam

– tahan lama

– Daya listrik yang diperlukan lebih hemat

– bentuk tabung dapat divariasikan menjadi tulisan ataupun gambar.

c) Kekurangan

 Harga cukup mahal


 Instalasi lebih rumit

Anda mungkin juga menyukai