Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGARUH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP


PERKEMBAKANGAN KEBUDAYAAN INDONESIA

Di susun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti intermediate training (lk2)
Hmi Cabang Bandung

Ditulis oleh:

Hengki setiawan

Himpunana Mahasiswa Islam (HMI)

(Islamic Association Of University Students)

Cabang OKU Timur

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, karena
atas limpahan dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar
hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Saya sangat tertarik untuk mengajukan Judul Pengaruh Sejarah Pendidikan
Terhadap Perkembangan Kebudayaan Indonesia. Banyak kesulitan dan hambatan
yang saya hadapi dalam membuat makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan
serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada : ALLAH SWT karena berkat rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu saya menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan
bermanfaat bagi saya dan pembaca pada umumnya.

OKU Timur, 17 Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Batasan Makalah .................................................................................... 2
D. Tujuan Makalah ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sejarah, pendidikan, dan islam ............................................. 3
B. Sejarah pendidikan islam ...................................................................... 5
1. Era Pendidikan Pada Zaman Kerajaan Sampai Sekarang ................. 6
2. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Walisongo .............................. 9
3. Kurikulum Pendidikan Di Indonesia ................................................ 13
C. Peran Pendidikan Dalam Mewariskan Kebudayaan Indonesia .................. 17

BAB III PENUTUP


A. kesimpulan ........................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
yang diberikan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu,
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu pendidikan yang layak. Pendidikan memiliki peranan sangat
penting dalam pembangunan bangsa, yaitu mengoptimasi potensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang dimiliki oleh pesertadidik, mewariskan nilai-nilai budaya dari
generasi ke generasi agar tidak tercabut dari akar budaya dan kehidupan berbangsa
dan bernegara, mengembangkan daya adaptabilitas untuk menghadapi perubahan
situasi masa depan bangsa dan negara, baik intensitas maupun persyaratan yang
diperlukan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial,
dan membentuk masyarakat terpelajar sebagai salah satu syarat terbentuknya
masyarakat maju, mandiri, demokratis, sejahtera, dan bebas kemiskinan.
Pemerintah juga mengeluarkan berbagai kebijakan lainnya untuk menjamin
terlaksananya perluasan dan pemerataan akses pendidikan, seperti Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan Nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sejarah, pendidikan, dan Islam
2. Bagaimana sejarah pendidikan Islam di Indonesia
3. Bagaimana peran pendidikan dalam mewariskan kebudayaan Indonesia

C. Batasan Makalah
Agar makalah ini lebih fokus, dan supaya tidak melebar maka batasan
dalam makalah ini hanya membahas tentang pengarug sejarah terhadap
perkembangan kebudayaan Indonesia.

D. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian sejarah, pendidikan, dan Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam mewariskan kebudayaan
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam


Kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah, yang berarti pohon. Dalam
sebuah teori ada yang mengatakan, bahwa sejarah juga seperti pohon, yaitu tumbuh,
berkembang, berubah, dan kemudian mati, bahkan ada yang belum berubah, tetapi
sudah keburu mati.
Sejarah menurut istilah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lmpau yang
didukung oleh bukti bukti yang nyata. Selanjutnya terdapat teori yang mengatakan,
bahwa kata sejarah merupakan terjemahan dari bahasa inggris, historyyang berasal
dari bahasa yunani, istoria, yang berarti ilmu. Kata istoria, oleh filsuf yunani seperti
Aristoteles diartikan sebagai suatu penelaahan secara sistematis mengenai
seperangkat gejala alam. Dalam pengertian yang digunakan, history diartikan sebagai
masa lampau umat manusia.1
Selanjutnya dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta
mengatakan bahwa sejarah sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) kesustraan
lama:silsilah, asal-usul; (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau, (3) ilmu pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian daan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau. 2
Adapun sejarah menurt beberapa ahli sejarah: (1) sejumlah perubahan, kejadian
dan peristiwa dalam kenyataanya sekitar kita; (2) cerita tentang perubahan, kejadian
dan peristiwa yang merupakan realitas kehidupan; (3) ilmu yang bertugas yang
menyelidiki perubahan, kejadiaan dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Sedangkan pengertian Pendidikan dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata
education yang dapat di artikan upbringing (pengembangan), teaching (pengajaran),
pedagogy (pembinaan). Dalam bahasa Arab, kata pendidikan merupakan terjemahan
dari kata Al Tarbiyah yang dapat di artikan proses menumbuhkan dan
1
Rustam E. Tambaruka, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat,(Yogyakarta:,Rineka Cipta,1999), cet i,hlm.1-2.
2
W.J.S.Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia,1982), hlm.646

3
mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang, baik secara fisik, psikis,
sosial, maupun spiritual3.
Pendidikan menurut istilah adalah proses mengubah sifat dan tingkah laku
seseorang yang dengan pengajaraqn agar pemikirannya lebih terbuka. Menurut Omar
Muhamad Al-Toumy Al-Syaibani berpendapat bahwa pendidikan adalah proses
mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam
sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi
di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.4
Menurut Hasan Langgulung berpendapat bahwa, pendidikan adalah suatu
proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola
pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.5
Pengertian Islam adalah secara harfiah, Islam berasal dari bahasa Arab, salima,
yang antara lain berarti to be safe (terpelihara) and sound (terjaga). Pengertian secara
istilah adalah ajaran agama yang membawa misi mendamaikan dan menyelamatkan
manusia yang didasarkan 6. Menurut mahmud syaltot mantan rektor dan guru besar
universitas Al-Azhar, berpendapat bahwa Islam adalah agama yang di turunkan Allah
yang ajaran-ajarannya dalam bentuk pokok-pokok syariatnya diberikan pada nabi
Muhammad SAW dan menugaskan kepadanya untuk disampaikannya kepada seluruh
umat manusia dan mendakwahkannya. Menurut Harun Nasution, guru besar teologi
Islam berpendapat Islam adalah pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan

3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Prenada Media,2006), cet,
I, hlm.10-11.
4
Muhanad Al-atoumy al-syaibani, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bulan Bintang,1979),
hlm.399.
5
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1962), hal 46.
6
Mahmud syaltot,Al-Islam Aqidah Wa Syariah,(mesir:Dar al-qalam,1966) cet III.

4
hanya mengenai satu segi tapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia,
sumbernya al-quran dan hadits.7

B. Sejarah Pendidikan Islam


Sejarah pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek
dan komponen pendidikan yang pernah terjadi dan dilakukan pleh umat Islam dengan
berpedoman dengan pada ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang terdapat dalam Al-
Quran dan Al-Sunah, serta sumber-sumber lainnya yang tidak bertentangan dengan
Al-Quran dan Al-Sunah tersebut.
Berbagai komponen dan aspek pendidikan yang dikaji dalam sejarah
pendidikan ini selain dilihat dari segi waktu dan tempatnya berbagai komponen
pendidikan tersebut dirumuskan dan dilaksanaka, juga dilihat dari orang atau pelaku
yang mengadakan atau merumuskannya, latar belakang, maksud, dan tujuanya.
Berbagai komponen atau aspek pendidikan tersebut bersumber pada data-data dan
fakta-fakta yang dapat di pertanggungjawabkan secara akademik tentang keberadaan
dan kesahihannya.
Sumber-sumber data dan fakta tersebut berupa tulisan seperti manuskrip,
piagam, surat perjanjian, surat keputusan, dan pengumuman, dan dapat berupa
rekaman, foto, gambar, lukisan, bangunan, bersejarah, seperti masjid, lembaga
pendidikan, pusat penelitian, museum, istana, benteng, bendungan, dan juga pakaian,
alat-alat rumah tangga, alat-alat musik, peralatan perang, peralatan bekerja, peralatan
ibadah, dan upacara keagamaan, kuburan, artefak, dan masih banyak lagi.
Dengan sumber sejarah itulah, sejarah pada umumnya, dan sejarah pendidikan
Islam disusun. Dengan demikian, ilmu sejarah Islam memiliki kebudayaan yang sama
dan sebangun dengan ilmu-ilmu sosial Islam lainnya, seperti Sejarah Islam, Psikologi
Islam, Ekonomi Islam, Polotik Islam, dan Hukum Islam. Maka sejarah ilmu
pendidikan Islam merupakan produk atau hasil ijtihad manusia yang dibimbing oleh
ajaran Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-Quran dan Al-Sunah.

7
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,Jilid I,(Jakarta:Universitas
Indonesia,1978), cet IV,hlm.24.

5
1. Era pendidikan pada zaman kerajaan sampai sekarang
a. Zaman Kerajaan
Pada zaman kerajaan Samudera Pasai, Ibnu Batutah menuturkan bahwa ia
sangat mengagumi akan keadaan Kerajaan Pasai, dimana rajanya sangat alim
begitu pula dalam ilmu agamanya, dengan menganut paham mazhab syafi’i.
Menurut ibnu batutah, sistem pendidikan yang berlaku di zaman keraan
samudera pasai yaitu:
1. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah Fiqih
Mazhab Syafi”I,
2. Sistem pendidikan secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah,
3. Biaya pendidikan agama beersumber dari negara.
Adapun kerajaan yang simpatik terhadap pendidikan di Indoesia antara
lain: Kerajaan Demak, Mataram, Perlak, Aceh Darussalam, Serambi Mekah.
Lembaga pendidikan yang ada di dalam kerajaan tersebut yaitu: Masjid,
Pesantren, Madrasah.
b. Zaman Penjajahan
Penjajahan Belanda, pada tahun 1893 timbulah diferensiasi pengajaran
Bumi Putera, dan pendidikan menengah. Kemudian VOC, pada tahun 1881
terbentuklah pendidikan kejuruan, antara lain: Sekolah Pertanian, Pertukangan,
Teknik, Dagang Kejuruan Kewanitaan, Keguruan, Penjajahan Jepang, pada
tahun 1942 terbentuknya pendidikan antara lain: Pendidikan Dasar, Pendidikan
Lanjutan (SMP), Pendidikan Menengah, Pendidikan Kejuruan, Pendidikan
Tinggi.
c. Orde Lama
Pemerintah orde lama dalam pemerintah Ir. Soekarno, dengan mendirikan
departemen agama, pendidikan agama setelah kemerdekaan Indonesia
dilakukan secara formal institusional. 8 Pemerintah orde lama mengeluarkan
undang-undang nomor 12 tahun 1950 yang didalamnya mengatur tentang
pendidikan agama di sekolah negri baik yang ada dikementrian agama maupun

8
Karel A . Stembrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, (Jakarta:LP3ES, 1994), cet.II, hlm.62.

6
dikementrian pendidikan dan kebudayaan. Pada zaman orde lama juga telah
terlahir lembaga lembaga pendidikan islam yang baru antara lain seperti:
pendidikan guru agama(PGA) pendidikan islam negeri(PHIN) madrasah wajib
belajar(MWB).
d. Orde Baru
Pada orde baru masuklah pendidikan islam kedalam sistem pendidikan
nasional pada zaman pemerintahan sooeharto. Hal ini di mulai dengan lahirnya
surat keputusan bersama tiga mentri(SKB 3 mentri), yaitu mentri pendidikan
nasional, mentri agama, dan mentri dalam negeri. Lahirlah Undang-undang
nomor 2 tahun 1989 yang memasukkan pendidikan Islam mulai dari taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggisebagian dari sistem pendidikan nasional
yang berhak mendapat perlakuan yang sama dalam bidang regulasi, bantuan
keuangan, dan sumber daya manusia. Pada orde baru sudah terbentuk
perguruan tinggi antara lain: universitas indonesia(UI), Universitas Gajah
Mada(UGM), Institu Teknologi Bandung(ITB), dan institut pertanian
bogor(IPB).
e. Zaman Reformasi
Pada zaman reformasi jatuhnya presiden soeharto dan di gantikannya Bj
Habibe, dan dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2005 tentang
sertifikat guru dan dosen. Dan kebijakan tentang penungkatan anggaran
pendidikan Islam. Kebijakan ini misalnya terlihat pada ditetapkannya anggaran
pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara(APBN) yang didalamnya termasuk gaji guru,dan dosen, biaya
operasional pendidikan, beasiswa bagi siswa kurang mampu, pengadaan buku
gratis, pengadaan infrastruktur, sarana prasarana, media pembelajaran,
peningkatan sumber daya manusia bagi lembaga pendidikan yang bernaung di
bawah kementrian agama dan Kementrian Pendidikan Nasional. Adapun total
anggaran pendidikan seluruhnya (20% dari APBN) sebanyak 240 triliun.
Adanya program wajib belajar 9 tahun, yakni bahwa setiap anak
Indonesia wajib memiliki pendidikan minimal dengan tamat sekolah lanjut

7
pertama(SMP) atau tsanawiyah. Adanya penyelenggara Sekolah Bertaraf
Nasional(SBN), Sekolah Bertaraf Internasional(SBI), yang memiliki visi, misi,
tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana, pengelolaan
manajemen, evaluasi, lainnya harus standar nasional dan internasional.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK/tahun 2004) dan
Kurikulum Tingkat Satuanpendidikan(KTSP/tahun 2006). 9
Di era reformasi ini telah lahirlah peraturan pemerintah nomor 199 tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi:
1. Standar isi (kurikulum)
2. Standar mutu lulusan
3. Standar proses pembelajaran
4. Standar pendidikan dan tenaga kependidikan
5. Standar pengelolaan
6. Standar sarana prasarana
7. Standar pembiyaan
8. Standar penilaian10
f. Zaman Milenea
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia
pendidikan dari pendidikan konvensional (tatap muka) ke arah pendidikan
yang lebih terbuka. Dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa
mendatang akan lebih bersifat dua arah, kompetitif, multidisipliner, serta
tingginya produktivitas.
Di era milennial, kecenderungan dunia pendidikan antara lain:
berkembangnya model belajar jarak jauh (Distance Learning), mudahnya
menyelenggarakan pendidikan terbuka, sharing resource bersama antar
lembaga pendidikan, perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya (guru,
dosen, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada

9
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (jakarta: Logos Wacana Ilmu,,1999), cet
I,hlm.48-49.
10
Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005).

8
sekedar rak buku. Lembaga pendidikan akan menghadapi sebuah perubahan
yang signifikan akibat proses digital ini. Ini menjadi sebuah peluang dan cara
untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus tantangan bagi dunia
pendidikan di Indonesia

2. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Walisongo


Metode yang dilakukan Walisongo adalah:
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat
kehidupan rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan
mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang.
Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak
merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik
hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia
membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun
1419.11
b. Sunan Ampel (Raden Rahmad)
Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim yang tertua,
ia membangun mengembangkan pondok pesantren di daerah Ampel Denta
yang berawa-rawa. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada
pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang
sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara
para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut
kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan
Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi, namun pada para
santrinya, beliau hanya memberikan pengajaran sederhana yang

11
Qamar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,
PT Gelora Aksara Pratama.

9
menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang
mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling,
moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum-
minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotika, dan tidak
berzina.
c. Sunan bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel
Denta. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang
memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia
menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur.
Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai
mencari sumber air di tempat-tempat gersang.
Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’. Sangat mirip
dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama
dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah
SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer
melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan
Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga.
Sunan Bonang mengubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan
estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator
gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang.
Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan
pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati adalah
salah satu karya sunan bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang
adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah
menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.

d. Sunan Drajat (Raden Qasim)


Beliau menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Beliau

10
mendirikan pesantren yang bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran,
Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil
cara langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Tembang macapat
Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Ia menggubah sejumlah suluk, di
antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta, beri makan
pada yang lapar, beri pakaian pada yang telanjang”.Gamelan Singomengkok
adalah salah satu peninggalannya yang terdapat di Musium daerah Sunan
Drajat, Lamongan.12
e. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam
ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara
walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas
ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut
ilmu dari berbagai daerah di Nusantara. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan gurunya Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat.
Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Cara-cara berdakwah Sunan
Kudus adalah sebagai berikut:
1) Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
2) Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama
islam
3) Tut Wuri Handayani
4) Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung
diubah. 13
Selain masjid, Sunan Kudus juga mendirikan padasan tempat wudlu
dengan pancuran yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca
kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha.
f. Sunan Giri (Ainul Yaqi Atau Raden Paku)

12
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kncana Prenada Media, 2010), hlm.10
13
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.308.

11
Beliau mendirikan pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti,
Selatan Gresik. Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat
pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan
masyarakat. Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas
dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul
Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti
Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan
Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang bernuansa Jawa
namun syarat dengan ajaran Islam.
g. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus
sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Ia memilih kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah penyebaran Islam, antara lain dengan
wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian
dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik
perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah
tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada awalnya mereka
tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah
tokoh seniman wayang
Sunan Kalijaga jugalah yang menciptakan Baju takwa, perayaan
sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi
Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin
serta masjid.
h. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan
Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal
di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan
agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan
keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah
kesukaannya.

12
Sunan Muria dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan
berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya
pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria
berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah
satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti. 14
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati sebelum meletakkan dasar agama Islam dan bagi
perdagangan orang Islam, terlebih dahulu telah menunaikan rukun ke-5 naik
haji ke Mekkah sebelum tiba di Kerajaan Sultan Demak. sebagai haji yang
shaleh dan sebagai mufasir yang mengenal percaturan dunia ia mendapat
sambutan hangat di kerajaan itu.
Kemudian setelah itu pindah ke Banten, dan ia berhasil
menggantikan Bupati Pasundan di situ, dan mengambil alih pemerintahan
atas kota pelabuhan tersebut. Dengan awal langkah inilah ia memenfaatkan
tahtanya untuk menyebarkan agama Islam, terutama meng-Islamkan Jawa
Barat.15

3. Kurikulum Pendidikan di Indonesia


a. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Saat itu mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru
dilaksanakan pada 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka
pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di

14
Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Jawa, (Yogyakarta: Graha
Pustaka, 2009), hlm.166.
15
Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 3, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2009), hlm.55.

13
muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan
pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.16
b. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum
sebelumnya, merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas
seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964,
namanya Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan
Soeharto. Bersifat politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi

16
Sairin, Weinata, Pendidikan yang Mendidik. (Jakarta:Yudhistira, 2001), hlm.211

14
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
e. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito,
Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu,
kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO
(management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.
f. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 disempurnakan”.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).17
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya
memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975
dan 1984. Namun, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil.
Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa
dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya
bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
h. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sebagai pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis
kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan

17
Mohammad Thoha, Horizon Pendidikan Isalam, (Pena Salsabila, 2013), hlm.50

15
kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar
menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
i. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu
pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada Kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai
kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).18
j. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan
dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di
materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.

18
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm.4.

16
C. Peran Pendidikan Dalam Mewariskan Kebudayaan Indonesia
1. Hubungan antara Pendidikan dengan Kebudayaan Indonesia
Pendidikan amatlah penting dalam berubahnya kebudayaan, pendidikan
merupakan sebuah subsistem bagi kebudayaan dan system tersendiri yang berada
diluarnya, yang menunjang pembentukan, pengembangan, dan pelestarian
kebudayaan. Sebagai subsistem, pendidikan merupakan bagian penting dari
kebudayaan, berfungsi sebagai pengarah kebudayaan dan sekaligus mekanisme
pewarisan nilai-nilai budaya.
Pendidikan dan kebudayaan saling mempengaruhi, hal tersebut dapat
dilihat pada pendidikan baik formal maupun non formal, merupakan sarana
untuk mewariskan budaya. Setiap masyarakat mewariskan kebudayaannya
kepada generasi yang lebih muda agar tradisi kebudayaannya bias tetap hidup
dan berkembng, melalui pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah
untuk mengajarkan kebudayaan kepada anak didiknya dari generasi ke kenerasi
selanjutnya. Karena kebudayaan ittu sebagai suatu yang kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaann, seni, akhlak, hukum, kebiasaan-kebiasaan,dan
kemampuan lain yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan itu dapat
mengubah kebudayaan menjadi tingkah laku yang baik.
Secara filosofisnya pendidikan berasal dari budaya manusia yang telah
mengakar. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan karena proses
pendidikan terjadi didalam lingkungan manusia yang berbudaya. Untuk itu nilai-
nilai kebudayaan harus diterapkan melalui pendidikan. Para generasi muda wajib
menjadi orang-orang berpendidikan yang bermoral dan berakhlak mulia.
Pendidikan dan budaya harus selaras dan mewujudkan kembali tradisi kehidupan
yang saling gotong royong, musyawarah dan melestarikan nilai-nilai budaya
daerah sebagai identitas bangsa yang tidak bisa punah.
Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia untuk berperilaku
sebagai mahluk berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan
kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara

17
keseluruhan. Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan ketrampilan pada
anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sosial
masing-masing dalam masyarakat. Metode perngenalan budaya kepada peserta
didik dilakukan dengan cara mengajak anak didik untuk membuat sejumlah
kreasi tentang kekayaan tradisi bangsa yang kita punya. Seperti yang dilakukan
salah satu sekolah nasional plus yang ada di Medan, anak-anak tingkat SMA
dituntut untuk membuat kreatifitas dalam hal kesenian melalui lagu dan tarian
daerah Sumatra Utara seperti lagu dan tarian daerah batak Toba, Karo,
Simalungun, Pak-Pak, Mandailing dan sebagainya 19.
Secara prakteknya, hal ini benar-benar sangat berhasil menumbuhkan
kecintaan akan budaya tradisional kita karena mereka dituntut untuk secara
langsung mengaplikasikannya baik secara individu maupun kelompok.
Penerapan ini cukup optimal untuk menumbuhkan sikap dan pandangan generasi
muda agar terus memupuk kecintaan akan budayanya. Toh apa yang mereka
terapkan malah memberi kebanggaan tersendiri terhadap kerja keras mereka
untuk terus berlatih bahasa daerahnya dan terus melestarikan budaya itu sejak
dari mudanya.
Meskipun di lembaga pendidikan ini mayoritas terdiri dari keturunan
Tionghoa, Pendidikan adalah media untuk mengajarkan anak didik sejak dini
akan kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Dikembalikannya budaya dalam
ranah pendidikan sebenarnya belum menjamin penerapan pelestarian budaya
melalui pendidikan. Namun hal yang patut diperhatikan adalah pola
pembelajaran dan pembudayaan pengenalan budaya bangsa melalui pendidikan
menjadikan mereka memiliki rasa yang menyatu dengan budayanya.
Metode pengajaran pendidik harus mampu mengajak mereka untuk
berkreatifitas dan menjadikan budaya yang telah ada semakin menjadi berwarna.
Dengan kata lain, meng-cover kembali warisan budaya itu dengan nuansa yang
berbeda. Saatnya anak muda menjadi penerus yang kreatif dan cinta budaya.

19
Abudin Nata, Pendidikan Islam Di Indonesia: Tantangan Dan Peluang, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1424 H./2004 M), hal.76

18
Selain itu, pendidik harus selalu memberi pandangan dan juga pekerjaan rumah
yang menuntut untuk mengenal budayanya sendiri dan dapat
mengimplementasikannya sebagai warisan yang patut dilestarikan dari generasi
ke generasi. Dengan demikian, pendidikan merupakan jembatan untuk
mengajarkan anak murid akan warisan budayanya yang mungkin saja dapat
dijadikan sebagai daya tarik wisata dan kekayaan yang bernilai tinggi di mata
dunia
Namun mereka tetap memiliki minat yang tinggi untuk belajar tentang
lagu dan tarian semisal batak toba. Biasanya guru yang mengajarkan mata
pelajaran kesenian, memberi anak murid sejumlah tugas praktek belajar lagu dan
tarian daerah yang ada di Sumatera Utara. Penerapan tersebut benar-benar
ampuh dalam menanamkan nilai seni dan budaya bagi anak didik.
Pendidikan ada untuk memberi arah dan pandangan yang lebih baik akan
budaya manusia itu sendiri. Tanpa pendidikan, budaya itu sendiri pun akan
kehilangan arahan. Hal ini diakibatkan oleh sifat budaya yang dinamis. Bisa
dibuktikan dengan seiring melajunya waktu, arus globalisasi yang
mempengaruhi budaya manusia. Hal ini menjadi tolak ukur agar pendidikan pun
dijadikan sebagai controller atas nilai-nilai budaya manusia yang semakin bebas
tanpa kendali.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan dan kebudayaan saling mempengaruhi, hal tersebut dapat dilihat
pada pendidikan baik formal maupun non formal, merupakan sarana untuk
mewariskan budaya. Setiap masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada generasi
yang lebih muda agar tradisi kebudayaannya bias tetap hidup dan berkembng, melalui
pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajarkan
kebudayaan kepada anak didiknya dari generasi ke kenerasi selanjutnya.
Karena kebudayaan ittu sebagai suatu yang kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaann, seni, akhlak, hokum, kebiasaan-kebiasaan,dan
kemampuan lain yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan itu dapat mengubah
kebudayaan menjadi tingkah laku yang baik. Secara filosofisnya pendidikan berasal
dari budaya manusia yang telah mengakar. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan karena proses pendidikan terjadi didalam lingkungan manusia yang
berbudaya.

B. Saran
Untuk itu nilai-nilai kebudayaan harus diterapkan melalui pendidikan. Para
generasi muda wajib menjadi orang-orang berpendidikan yang bermoral dan
berakhlak mulia. Pendidikan dan budaya harus selaras dan mewujudkan kembali
tradisi kehidupan yang saling gotong royong, musyawarah dan melestarikan nilai-
nilai budaya daerah sebagai identitas bangsa yang tidak bisa punah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Prenada


Media,2006), cet, I.
Abudin Nata, Pendidikan Islam Di Indonesia: Tantangan Dan Peluang, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1424 H./2004 M).
Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Jawa, (Yogyakarta:
Graha Pustaka, 2009)
Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 3, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009), .
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,(Jakarta:Universitas
Indonesia,1978), cet IV
Karel A . Stembrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, (Jakarta:LP3ES, 1994), cet.II,.
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1962),
Mahmud syaltot,Al-Islam Aqidah Wa Syariah, (mesir:Dar al-qalam,1966) cet III.
Mastuhu,Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (jakarta: Logos Wacana
Ilmu,,1999), cet I
Mohammad Thoha, Horizon Pendidikan Isalam, (Pena Salsabila, 2013),
Muhanad Al-atoumy al-syaibani, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bulan
Bintang,1979),.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Remaja
Rosdakarya, 2004),.
Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005).
Qamar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, PT Gelora Aksara Pratama.
Rustam E. Tambaruka, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat,(Yogyakarta:,Rineka Cipta,1999), cet i
Sairin, Weinata, Pendidikan yang Mendidik. (Jakarta:Yudhistira, 2001),

21
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), .
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kncana Prenada Media, 2010),
W.J.S.Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia,1982),

22

Anda mungkin juga menyukai