Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS DAYA SAING BIJIH BESI DALAM AKTIVITAS

EKSPOR INDONESIA

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Topik Khusus(TA6010)
di Program Studi Rekayasa Pertmbangan Institut Teknologi Bandung

Oleh
BAMBANG TRIWIDIATMOKO
NIM : 22121008

STUDI REKAYASA PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022

1
ANALISIS DAYA SAING BIJIH BESI DALAM AKTIVITAS
EKSPOR INDONESIA

ABSTRAK
Bijih besi merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan
suatu negara atau wilayah, terutama pada industri baja yang akan berperan penting
dalam pembuatan beberapa produk yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Penelitian ini berisi tentang studi analisis kompetitif atau daya saing industri baja
nasional pada tahun 2016 sampai 2020 dengan beberapa negara lain di dunia, yang juga
mempunyai kebutuhan akan baja. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam
perhitungan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Market Share Index
(MSI). Data yang diolah dalam penelitian ini dipeoleh dari beberapa sumber dan literasi
sekunder, dengan perhitungan metode RCA dan MSI diharapkan dapat menggambarkan
kondisi daya saing produk baja Indonesia dan potensi ke depan dalam perdagangan dan
ekspor antar negara di dunia.
Kata kunci: daya saing, RCI, MSI, bijih besi, baja

ABSTRACT
Iron is a raw material that is needed in the development of a country or a region,
especially in the steel industry which will produce raw materials in the manufacture of
several products that are needed in human life. This paper contains a study of
competitive analysis or the competitiveness of the national steel industry in 2016 to 2020
with several other countries in the world, which also have the same steel needs. In this
paper the methods used in the calculation are Revealed Comparative Advantage (RCA)
and Market Share Index (MSI). The data processed in this paper were obtained from
several sources and secondary literacy, with the calculation of the RCA and MSI
methods, which are expected to describe the competitiveness of Indonesian steel
products and future potential in trade and exports among countries in the world.
Keywords: competitiveness, RCI, MSI, iron ore, steel

2
DAFTAR ISI

1. Revealed Comparative Advantage (RCA) .................................................... 6


2. Market Share Index (MSI). ........................................................................... 7

1. Revealed Comparative Advantage (RCA) .................................................. 11


2. Market Share Index (MSI). ......................................................................... 12

3
I. PENDAHULUAN
Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah bijih
besi. Bijih besi mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan, yang utama
adalah dalam sektor industri, lebih tepatnya yaitu industri baja karena bijih besi
merupakan bahan dasar pembuatan baja, industri merupakan tolak ukur perkembangan
suatu wilayah atau negara. Sektor industri dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat perubahannnya sekarang ini, merupakan salah satu bidang
yang terdampak dari perubahan tersebut. Sehingga tuntutannya tetep harus ikut
berkembang dengan meningkatkan daya saing yang lebih berkualitas lagi untuk tetap
hidup dan berkembang.

Industri baja menjadi salah satu industri yang juga menjadi fokus perkembangan.
Industri ini termasuk industri yang strategis karena mempunyai peran yang sangat
penting dalam menggerakkan pembangunan suatu negara. Semua komponen/peralatan
dalam kehidupan kita sehari-hari hampir didominasi oleh penggunaan bahan baku
baja/besi, baik dalam komposisi yang banyak maupun dalam komposisi yang sedikit
atau hanya sebagai campuran atau pelapis, mulai dari peralatan transportasi, listrik,
kerangka gedung, peralatan dapur, jembatan, dan lebih banyak lagi yang lainnya.

Namun, industri besi baja nasional sedang mengalami gejolak di tengah perannya yang
sangat strategis. Kurangnya pasokan bahan baku membuat pemenuhan kebutuhan
tersebut dilakukan melalui impor. Industri baja nasional dinilai akan sangat sulit
berkembang bila tidak didukung pasokan bahan baku baja impor. Kondisi ini terlihat
hampir 50 persen industri nasional memperoleh bahan baku baja dari luar negeri, karena
ketidakmampuan industri hulu baja nasional dalam memenuhi kebutuhannya. "Industri
Baja Nasional merupakan import processing industry yang artinya industri baja nasional
akan mati jika tidak mendapat pasokan bahan baku baja impor".(Cindar Hari Prabowo
Universitas Indonesia Sindonews, 2022:27-1).

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur daya saing industri besi
baja Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara yang ada di dunia.
Menganalisis dan mengetahui efek komposisi, efek distribusi pasar, efek daya saing
komoditas besi baja terhadap pertumbuhan ekspor komoditas besi baja negara Indonesia.

4
II. LANDASAN TEORI
Industri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan memproses atau
mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Industri Menurut UU No.
5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai tinggi untuk pengunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. Dalam sektor industri dibedakan atas tiga jenis industri yakni
industri besar, industri sedang atau menengah, industri kecil dan rumah tangga. Menurut
G. Kartasapoetra (1987) “Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan-bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bernilai
tinggi”

Daya saing menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan melakukan
sesuatu atau kemampuan bertindak, berlomba/kompetitif. Menurut Porter (1990) daya
saing diidentifikasikan dengan masalah produktifitas, yakni dengan melihat
tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Meningkatnya
produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal dan
tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi.
Menurut World Economic Forum, daya saing nasional adalah kemampuan
perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan.

Ekspor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman barang dagangan ke
luar negeri. Mengekspor adalah mengirimkan barang dagangan ke luar negeri. Menurut
Amir M.S. (2009) ekspor adalah mengeluarkan barang dari peredaran dalam masyarakat
dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing.
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu
(Bambang Triyoso, 2004).

Metode mengukur Daya Saing analisis keunggulan komparatif Revealed Comparative


Advantage (RCA) diperkenalkan pertama kali oleh Bela Balassa pada tahun 1965. Pada
mulanya Balassa menggunakan dua konsep pemikiran, pertama: didasarkan pada rasio
5
impor dan ekspor, dan yang kedua: pada prestasi ekspor relatif. Dengan alasan bahwa
impor lebih peka terhadap tingkatnya perlindungan tarif, dan pada perkembangan
selanjutnya Balassa meninggalkan ukuran yang pertama. Balassa mengevaluasi prestasi
ekspor masing-masing komoditi di negara-negara tertentu dengan membandingkan
bagian relatif ekspor suatu negara dalam ekspor dunia.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Jenis dan desain pada penelitian ini adalah menggunakan data sekunder dengan periode
waktu dari tahun 2016 sampai dengan 2020 . Data ini berupa data industri logam dasar
besi dan baja Indonesia yang diperoleh dari Trade Statistics for International Business
(Trade Map) dan UN Comtrade Database. Data yang digunakan adalah nilai ekspor
komoditi besi baja suatu negara dan total ekspor komoditi besi baja dunia, nilai impor
dan nilai konsumsi suatu negara.

Metode Analisis Data Untuk mengetahui daya saing industri besi baja yang ada di
Indonesia dengan negara-negara di dunia, indikator daya saing industri yang digunakan
adalah nilai ekspor industri di Indonesia, total ekspor industri negara di dunia, kekuatan
industri, dll.

Sedangkan metode yang di gunakan dalam penghitungan ada dua indikator yaitu
Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Market Share Index (MSI).
(1) Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David Ricardo yang
melihat bahwa kedua negara akan mendapatkan keuntungan dari perdagangan
apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk- produk yang memiliki
comparative advantage dalam keadaan autarky (tanpa perdagangan). Balassa
(1965) menemukan suatu pengukuran terhadap keunggulan komparatif suatu
negara secara empiris dengan melakukan penghitungan matematis terhadap data-
data nilai ekspor suatu negara dibandingkan dengan nilai ekspor dunia.
Penghitungan Balassa ini disebut Revealed Comparative Advantage yang
kemudian dikenal dengan Balassa RCA Index.

Beberapa literatur menyebutkan beberapa metode dalam menghitung kekuatan


dan kelemahan suatu negara. Jika suatu negara dapat memproduksi pada tingkat
biaya yang rendah dari pada negara lainnya, maka negara tersebut menjual
6
dengan harga yang rendah, sehingga dapat dikatakan dia memiliki keunggulan
komparatif. Di sisi lain, keungulan komparatif mendeskripsikan kecenderungan
suatu negara untuk mengekspor komoditi unggul dari negaranya dibandingkan
negara lain. Di beberapa literatur menggunakan index Balassa ini untuk
menghitung sektor unggul suatu negara (Serin et al, 2005). Index ini digunakan
untuk menghitung spesialisasi dalam suatu industri yang menggunakan data
perdagangan internasional. RCA dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Dimana:
XiB : Ekspor Indonesia untuk komoditi baja ke padar dunia.
XB : Total ekspor Indonesia ke pasar dunia.
XiA : Ekspor negara-negara komoditi baja ke pasar dunia.
XA : Total ekspor negara-negara ke pasar dunia.

Ketika suatu negara memiliki RCA >1, maka Negara tersebut memeliki
keunggulan komparatif dan spesialisasi pada komoditi tersebut. Ketika memiliki
RCA<1, negara tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif. Semakin tinggi
nilai RCA indexnya maka semakin baik kinerja perdagangan dalam negara
tersebut dan sebaliknya.

(2) Perhitungan Market Share Index (MSI) pada beberapa negara tujuan ekspor baja
mulai tahun 2016 sampai 2020. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih detail
bagaimana kondisi pasar baja Indonesia di negara tujuan ekspor. Rumusnya
adalah:

Dimana:
XiB : Ekspor negara Inodesia untuk produk bijih besi
Miw : Import total produk bijih besi di negara tujuan

7
MSI adalah presentase relatif impor dari beberapa negara pada sektor yang lebih
spesifik dengan nilai yang berkisar antara 0-100. Jika suatu negara tidak memiliki
kuantitas ekspor pada produk tersebut maka dinilai 0, namun nilainya akan
mencapai 100 jika hanya negara tersebut merupakan pengespor tunggal dari suatu
produk. Semakin tinggi MSI mencerminkan semakin besarnya bagian pasar yang
dikuasai negara tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Periode data yang diambil (waktu) yaitu data-data mulai dari tahun 2016 hingga tahun
2020, dari data tersebut kemudian dimasukkan dalam perhitungan yang sudah dijelaskan
dalam metode penelitian yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Market
Share Index (MSI).

Fe-IRON ORE
Trade Commodity
Periode Reporter Partner Trade Value Netweight
Flow Code
(US$) (kg)
2016 Export Indonesia World 7301 $18,073,084 4,622,802

2017 Export Indonesia World 7301 $21,430,378 13,027,168

2018 Export Indonesia World 7301 $15,329,028 8,847,734

2019 Export Indonesia World 7301 $5,798,786 3,359,946

2020 Export Indonesia World 7301 $6,259,786 3,104,928

Total $66,891,062 32,962,578


Tabel 3.1 Data ekspor bijih besi Indonesia ke negara-negara di dunia (2016-2020)

Pada tabel 3.1 menggambarkan data ekspor bijih besi indonesia ke beberapa negara di
dunia dalam kurun waktu tahun 2016 hingga 2020, ekspor bijih besi tertinggi pada tahun
2017. Jika dilihat dalam kurun waktu tersebut nilai mengecil hingga tahun 2020.

8
Trade Commodity
Periode Reporter Partner Trade Value ($)
Flow Code

2016 Export Indonesia World TOTAL $144,489,796,418

2017 Export Indonesia World TOTAL $168,810,042,930

2018 Export Indonesia World TOTAL $180,215,034,437

2019 Export Indonesia World TOTAL $167,682,997,529

2020 Export Indonesia World TOTAL $163,306,485,250

Total $824,504,356,564
Tabel 3.2 Data seluruh ekspor Indonesia ke negara-negara di dunia (2016-2020)

Pada tabel 3.2 yaitu total semua komoditi ekspor indonesia ke beberapa negara di dunia
dari tahun 2016 hingga tahun 2020 yang dinyatakan dalam nilai dollar US. Dengan nilai
tertinggi yaitu di tahun 2018.

Periode
Exporters
2016 2017 2018 2019 2020 Total
World 1,829,504 2,345,948 2,566,897 2,073,754 1,881,621 10,697,724
Tabel 3.3 Data ekspor bijih besi dunia (2016-2020)

Pada tabel 3.3 menunjukkan nilai ekspor bijih besi di dunia dalam kurun waktu tahun
lima tahun (2016 - 2020), dari periode lima tahun tersebut nilai tertinggi ekspor biji besi
dunia pada tahun 2018 sebesar 2.566.897 ton.

Periode
Exporters
2016 2017 2018 2019 2020 Total
World 15,926,878,233 17,564,178,367 19,326,713,983 18,737,613,360 17,503,376,175 89,058,760,118

Tabel 3.4 Data seluruh ekspor dunia (2016-2020)

Pada tabel 3.4 menunjukkan nilai ekspor seluruh komoditi di dunia dalam kurun waktu
lima tahun (2016 hingga 2020), dan nilai tertinggi pada tahun 2018 sebesar $
19,326,713,983.

Selain dari sumber utama bijih besi, bijih besi juga dapat diperoleh dari komoditi lain,
dalam hal ini penulis mencoba memasukkan potensi bijih besi yang terdapat pada

9
komoditas nikel laterit. Nikel laterit terdiri dari beberapa unsur yang salah satunya
adalah unsur besi, dari hasil pengolahan nikel laterit terdapat beberapa hasil akhir
(produk) diantaranya yaitu feronikel, nikel matte dan Nickel Pig Iron (NPI). Dari
beberpa produk yang dihasilkan nikel laterit tersebut penulis mengambil dua produk
sebagai perhitungan yang akan dimasukkan dalam komoditi bijih besi, kedua produk
tersebut adalah feronikel dan NPI, kedua produk ini merupakan hasil akhir nikel laterit
yang memiliki kandungan bijih besi tinggi.

Dalam laporan tahunan ANTAM 2018 disebutkan bahwa feronikel yang meraka
hasilkan mengandung bijih besi sebesar 80% dan nikel sekitar 20%. Sementara pada
produksi salah satu smelter yang menghasilkan produk akhir NPI dalam jurnal yang
dirilis LIPI( Adil Jumali, 2014) menyebutkan bahwa produk NPI yang dihasilkan
mengandung 84% besi dan nikel sekitar 16%. Dari kedua produk nikel tersebut
mempunyai kandungan besi yang cukup tinggi yaitu sekitar 80% dibandingkan produk
akhir nikel laterit yang lainnya.

Fe-IRON ORE Fe-NICKEL


Trade Commodity Total Netweight Trade Value
Periode Reporter Partner Trade Value Netweight Ferro Nickel
Flow Code NPI (kg) (kg) (US$)
(US$) (kg) (kg)
2016 Export Indonesia World 7301 $18,073,084 4,622,802 71,544,000 647,371,200 723,538,002 $2,828,709,317

2017 Export Indonesia World 7301 $21,430,378 13,027,168 251,704,000 455,389,200 720,120,368 $1,184,635,962

2018 Export Indonesia World 7301 $15,329,028 8,847,734 458,528,000 272,151,600 739,527,334 $1,281,258,592

2019 Export Indonesia World 7301 $5,798,786 3,359,946 920,000,000 656,056,800 1,579,416,746 $2,725,847,295

2020 Export Indonesia World 7301 $6,259,786 3,104,928 1,184,000,000 722,803,200 1,909,908,128 $3,850,529,275

Total $66,891,062 32,962,578 2,885,776,000 2,753,772,000 5,672,510,578 $11,870,980,441

Tabel 3.5 Data Ekspor dan Potensi Besi yang Terkandung dalam Nikel Laterit (feronikel & NPI)

Pada tabel 3.5 menggambarkan data ekspor bijih besi indonesia ke beberapa negara di
dunia dalam kurun waktu tahun 2016 hingga 2020 dan data potensi bijih besi yang
terdapat pada nikel laterit dalam kondisi realisasi produksi nasional berdasarkan data
yang tercatat di Kementrian ESDM dengan asumsi bahwa jika dari hasil realisasi
produksi tersebut semua dapat diekspor untuk dapat dihitung nilai daya saing komoditas
tersebut.

10
PRODUKSI
MATERIAL (ton)
2016 2017 2018 2019 2020
Ferro Nickel 89,430 314,630 573,160 1,150,000 1,480,000
Besi (Fe 80%) 71,544 251,704 458,528 920,000 1,184,000

Tabel 3.6 Data produksi feronikel 2016-2020 (Antam, 2018)

PRODUKSI
MATERIAL (ton)
2016 2017 2018 2019 2020
NICKEL PIG IRON (NPI) 770,680 542,130 323,990 781,020 860,480
Besi (Fe 84%) 647,371 455,389 272,152 656,057 722,803

Tabel 3.7 Data produksi NPI 2016-2020 (LIPI, 2014)

Pada tabel 3.6 dan tabel 3.7 menunjukkan data realisasi produksi nikel laterit berupa
feronikel dan NPI dari tahun 2016 sampai 2020 yang tercatat pada MODI ESDM.
Kemudian untuk kandungan besi diasumsikan sesuai dengan persentase dari masing-
masing produk, feronikel dengan 80% besi dan NPI 84 % besi sehingga hasil yang
diperoleh sesuai data yang terdapat di tabel 3.6 dan 3.7 tersebut.

(1) Revealed Comparative Advantage (RCA)


Nilai daya saing bijih besi berdasarkan hitungan metode RCA, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
RCA = ((XiB/XB)/(XiA/XA))
=((66,891,062 /824,504,356,564 )/( 10,697,724/89,058,760,118))
= 0.00008/0.00012
= 0.68
0.68 < 1, nilai RCA lebih kecil dari 1

Dari hasil perhitungan RCA, diperoleh nilai RCA kurang dari 1, artinya untuk
komoditi bijih besi Indonesia tidak mempunyai keunggulan komparatif dan
spesialisasi. Sehingga bijih besi tidak bisa menjadi komoditi yang diandalkan
dalam aktivitas ekspor Indonesia terhadap negara-negara di dunia.

Selain dari data hasil hitung RCA, kita juga dapat melihat bahwa industri
pengolahan atau smelter untuk mineral besi di Indonesia sangat minim sekali, yang

11
mungkin kita semua pernah mendengar salah satunya yaitu PT. Karkatau Steel
Indonesia.

Sementara jika dilihat dari potensi bijih besi di Indonesia, kita punya beberapa
potensi yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia, yang juga masih belum
optimal dieksploitasi. Keterdapatan bijih besi di Indonesia yang dapat ditemukan
dalam beberapa kondisi, yaitu bijih besi primer, besi laterit dan juga pasir besi.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa selain sumber utama bijih besi, dalam
nikel laterit juga terkandung besi. Dalam hal ini penulis mencoba menghitung
RCA dari data perdagangan bijih besi nasional ditambah dengan data realisasi
produksi feronikel dan NPI. Maka diperoleh hasil sebagai berikut :
RCA = ((XiB/XB)/(XiA/XA))
=((11,870,980,441 /824,504,356,564 )/( 10,697,724/89,058,760,118))
= 0.014397717/0.000120120
= 120
120 > 1, Nilai RCA lebih besar dari 1

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai RCA lebih besar dari 1, artinya jika
digabungan bijih besi dan besi dari nikel laterit (feronikel & NPI) maka indonesia
akan menjadi sangat kompetitif untuk bersaing dalam perdagangan bijih besi
dengan negara-negara lain yang ada di dunia. Dalam hitungan ini bijih besi yang
berasal dari nikel laterit dengan kondisi realisasi produksi diasumsikan sama
dengan kondisi jika diekspor dan dihitung bedasarkan data persentase yang
disebutkan sumber datanya.

12
(2) Market Share Index (MSI)
Periode
Negara Aktivitas Total MSI
2016 2017 2018 2019 2020
Ekspor 2,708 16,842 4,734 213 143 24,640
Panama 4.59
Impor 1,293 2,778 111 1,155 31 5,368
Ekspor 12,560 172 379 2 16 13,129
Singapore 0.08
Impor 30,994 29,629 29,010 32,801 33,028 155,462
Ekspor 1,626 3,973 2,787 3,095 488 11,969
Burkina Faso 1.74
Impor 64 4,808 1,075 918 14 6,879
Ekspor 84 193 61 0 4,476 4,814
Australia 0.10
Impor 5,576 9,219 11,766 10,082 12,116 48,759
Ekspor 62 57 2,094 1,707 218 4,138
Japan 0.04
Impor 14,733 17,139 27,826 29,517 16,386 105,601

Tabel 3.8 Beberapa negara tujuan ekspor bijih besi Indonesia

Pada tabel 3.8 menunjukan ekspor-impor beberapa negara yang mempunyai nilai
ekspor bijih besi tinggi dari indonesia. Ekspor dilakukan oleh indonesia dengan
tujuan negara-negara tersebut, semenatara impor diperoleh negara-negara
tersebut dari semua bijih besi yang masuk ke negaranya dengan tidak hanya
terbatas dari indonesia.

Data ekspor-impor tersebut dilakukan dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari
2016 hingga 2020. Nilai ekspor terbesar indonesia dalam kurun waktu tersebut
yaitu pada negara Panama dengan kuantitas 24,640 ton. Namun dalam kurun
waktu lima tahun tersebut dari lima negara tujuan ekspor bijih besi dari indonesia
tidak ada yang stabil dan sangat tidak konsisten dari tahun ke tahun.

Pada kolom yang terakhir tertera nilai MSI dari lima negara tujuan ekspor bijih
besi Indonesia. Nilai MSI tertinggi yaitu pada negara Panama, nilai MSI
merupakan perbandingan antara bijih besi yang diekspor Indonesia dengan nilai
seluruh impor bijih besi yang dilakukan atau diterima oleh negara Panama, nilai
MSI tersebut yaitu 4.59 lebih dari 1, nilai MSI ini baik artinya bagi indonesia
karena berarti Indonesia mampu menguasi pangsa pasar bijih besi negara Panama.
Sementara nilai MSI terendah yaitu negara Autralia, dengan nilai 0.10, artinya
penguasaan pangsa pasar bijih besi Indonesia terhadap Australia sangat kecil
sekali karena kurang dari nilai 1.

13
Dari nilai MSI yang diperoleh Indonesia terhadap lima negara tersebut, jika
dilihat secara menyeluruh Indonesia hanya mampu menguasai pangsa pasar bijih
besi di negara-negara kecil yang belum menjadi atau mengarah ke negara maju,
hal ini sangat wajar karena negara-negara tersebut dilihat dari sisi industri pasti
masih sangat kecil, sehingga kebutuhan akan bijih besi juga kecil, berbeda dengan
negara seperti Australia ataupun Japan yang jika dilihat dari perkembangan
industrinya pasti jauh lebih banyak dan baik sehingga kebutuhan akan bijih besi
juga akan menjadi banyak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Berdasakan dari hasil perhitungan dari metode analisis yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa indonesia belum mampu bersaing dalam industri besi baja dalam
perdagangan antara negara-negara di dunia, berdasarkan hasil metode RCA Indonesia
hanya ada di angka 0,68. Namun jika kita menambahkan dengan menghitung potensi
besi yang terdapat pada nikel naterit, nilai RCA yang diperoleh lebih besar dari angka 1
(120), artinya pada kondisi ini Indonesia mempunyai daya saing yg cukup kompetitif
untuk komoditi besi.

Sedangkan berdasarkan nilai MSI Indonesia menunjukkan angka baik hanya pada
negara-negara yang tingkat indutri bajanya masih rendah, di negara yang tingkat industri
bajanya bagus masih kurang. Dan berdasarkan data dari kementrian ESDM dan BPS
juga menunjukkan kurangnya produk baja dan suplai bahan baku baja (bijih besi)
terhadap kebutuhan besi baja nasional.

SARAN
Perlunya peningkatan aktivitas hulu dari industri baja, yaitu peningkatan produksi
penambangan untuk memenuhi kebutuhan smelter pengolahan bijih besi nasional,
peningkatan produksi baja nasional dengan memperbanyak smelter dan kapasitas
produksi serta melakukan kajian lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi besi yang
terdapat dalam komoditas nikel laterit.

14
DAFTAR PUSTAKA

MODI Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2022.


https://modi.esdm.go.id/nikel_iron. 2022, Jakarta.
Trade Map. Trade Statistics for International Business.
https://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx?nvpm=1%.
UN Comtrade Database. https://comtrade.un.org/data/
Balassa, Bela. 2007. Comparative Advantage by Sector of Industry. University of
California, San Diego
Badan Pusat Statistik. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha
http://www.bps.go.id/pdb.php
Media Industri, 2008. Strategi Memperkuat Industri Baja Nasional. Jakarta.
Laporan ANTAM, 2018. Laporan Tahunan ANTAM 2018 Annual Report. Jakarta.
Jamali, Adil 2014. Proses Dekarburisasi Nickel Pig Iron, Pusat Penelitian Metalurgi,
LIPI.

15

Anda mungkin juga menyukai