Anda di halaman 1dari 202

PENGARUH NILAI TAMBAH EKONOMI (EVA), NILAI

TAMBAH PASAR (MVA) DAN RASIO NILAI BUKU (PBV)


TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PADA
PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2016-2020.

The Influence Of Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) And
Book Value Ratio (PBV) On The Rate Of Share Return In Coal Mining Sub Sector
Companies Listed On The Indonesia Stock Exchange 2016-2020

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh :
Nama : Narita Berliany Gusman
NIM : 21218247

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Puji Syukur atas ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah limpah kepada Nabi

Muhammad SAW. Karena Rahmat serta Karunia dari Sang Pencipta penulis mampu

menyelesaikan Skripsi ini diwaktu yang tepat. Adapun judul yang penulis ambil

dalam Skripsi ini adalah sebagai berikut :

“Pengaruh Nilai Tambah Ekonomi (EVA), Nilai Tambah Pasar


(MVA) Dan Rasio Nilai Buku (PBV) Terhadap Tingkat
Pengembalian Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan
Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-
2020”

Selain itu penulis memberikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ibu/bapak:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, MT selaku Rektor

Universitas Komputer Indonesia.

2. Yth. Ibu Assoc. Prof. Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., AK., CA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth. Ibu Dr. Linna Ismawati, SE, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Manajemen dan selaku Dosen Penguji Sidang Dua Universitas Komputer Indonesia

i
4. Yth. Ibu Windi Novianti SE., MM. selaku Dosen Penguji satu dan Dosen

Wali Universitas Komputer Indonesia

5. Yth. Ibu Lia Yulianti, SE., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Universitas

Komputer Indonesia.

6. Kepada Kedua Orang Tua yang telah memberikan do’a, dukungan, serta

bantuan materil yang telah diberikannya.

7. Kepada Andika Puri Prayoga, yang telah menemani penulis selama proses

pembuatan skripi, memberikan dukungan, dan perhatian.

8. Teman – Teman MN- 6 2018, yang selalu memberikan semangat kepada

penulis.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih

banyak kepada semua pihak yang telah berjasa dalam pembuatan Laporan ini dan

harapan semoga dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak.

Bandung, Mei 2022

Penulis,

Narita Berliany Gusman


21218247
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian5
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………………………………………………….17

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian8


BAB II
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Economic Value Added (EVA)
2.1.2 Market Value Added (MVA)
2.1.3 Price To Book Value (PBV)
2.1.4 Return Saham
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
BAB III
3.1 Objek Penelitian
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Desain Penelitian
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

1.1 Data Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book Value
(PBV) dan Return Saham pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.................................................7

1.2 Tabel Pelaksanaan Penelitian........................................................................................19

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu...........................................................................................33

3.1 Tabel Desain Penelitian………………………………………………………………53

3.2 Tabel Operasionalisasi Variabel...................................................................................57

3.3 Tabel Populasi Perusahaan...........................................................................................61

3.4 Tabel Sampel Perusahaan.............................................................................................63

3.5 Tabel Tingkat Keeratan Korelasi.................................................................................74

3.6 Tabel Pedoman Koefisien Korelasi..............................................................................75


DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Paradigma Penelitian…….……………………………………………….…48


3.1 Gambar Desain Penelitian............................................................................................55
3.2 Gambar Paradigma Analisis Jalur................................................................................68
3.3 Gambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Parsial....................................82
3.4 Gambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Simultan.................................84
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertambangan merupakan salah satu penopang utama pembangunan

ekonomi dalam suatu negara,sektor pertambangan sekarang ini menjadi salah satu

sektor utama yang menggerakan roda perekonomian di Indonesia, oleh karena itu

banyak peluang yang sangat besar bagi Indonesia karena bahan tambang akan

selalu dibutuhkan oleh manusia, juga potensi geologis Indonesia yang sangat

tinggi dan tentu nya membuat demand mineral yang melonjak.Pertambangan

termasuk kedalam salah satu sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

(BEI) ,dan di bagi menjadi beberapa sektor di antaranya sektor pertambangan

batu bara, sektor pertambangan minyak dan gas bumi dan sektor pertambangan

logam mineral dan lainnya.

Berdasarkan data strategis Badan Pusat Statistik tahun 2012, sektor

pertambangan merupakan salah satu sektor yang menarik dan menjadi 2 sektor

utama penggerak roda perekonomian di Indonesia. Sepanjang tahun 2009, sektor

pertambangan mencatat pertumbuhan yang signifikan dengan prosentase

pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 0,7% dan mengalami peningkatan hingga

4,5% pada tahun 2009. Pertambangan batubara menempati posisi strategis dalam

perekonomian nasional. Pertambangan batubara memiliki peran yang besar

sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi primer, dan bahan baku

1
2

industri. Berdasarkan data statistik World Coal Institute pada tahun 2011,

Indonesia menduduki peringkat ke lima sebagai produsen batubara keras dengan

total 376 juta ton dan menduduki peringkat pertama sebagai eksportir batubara

dengan total 309 juta ton. Sebagai salah satu negara terbesar penghasil dan

pengekpor batubara di dunia, hal ini berarti bahwa prospek batubara di Indonesia

sangat cerah. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja perusahaan batubara

khususnya kinerja keuangan penting untuk dilakukan.

Persaingan antar perusahan dan antar negara tersebut berlangsung secara

bebas dan ketat karena banyak bermunculan perusahaan asing di dalam negeri

yang disebabkan oleh semakin tipisnya batas antar negara. Dalam kondisi

persaingan yang semakin ketat tersebut, perusahaan harus mampu meningkatkan

kinerjanya. Kinerja perusahaan sangat tergantung pada bagaimana manajemen

mengelola keuangan dan melaksanakan akitivitas perusahaan tersebut. Oleh

karena itu, pihak manajemen dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan

dan profesionalismenya. Hal ini bertujuan agar manajemen mampu mencapai

tujuan-tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya Kinerja keuangan

akan memberikan gambaran kepada calon investor tentang bagaimana kondisi

keuangan suatu perusahaan, sehingga calon investor dapat mengambil keputusan

yang tepat dalam berinvestasi.

Akan tetapi penelitian ini memfokuskan pada 6 perusahaan sektor

pertambangan sub sektor Batu Bara yang terdaftar di BEI yaitu, PT Adaro Energy

Indonesia Tbk , PT. Bukit Asam (persero) Tbk, PT. Atlas Resources Tbk, , PT
3

Delta DuniaMakmurTbk. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. Dan PT Resource

Alam Indonesia Tbk.Bursa Efek Indonesia memiliki peran besar bagi

perekonomian suatu negara karena bursa efek menjalankan dua fungsi sekaligus

yaitu, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Di lain pihak, kinerja keuangan

menjadi hal yang sangat penting di perhatikan. Karena dengan kinerja keuangan

yang baik akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya di sektor

tersebut. Rudianto (2013 ; 186)

Pasar modal berperan bagi para pengusaha untuk mengembangkan usahanya

dengan mengambil kesempatan untuk mendapat tambahan dana dari pihak

eksternal. Maka dari itu masyarakat ikut andil dan diharapkan dapat berpartisipasi

dan membantu pergerakan ekonomi melalui jual beli saham di pasar modal.

Menurut Novianti dan Romansyah (2013) “.Saham merupakan bukti kepemilikan

atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroen terbatas (PT). Pemilik saham

perusahaan disebut juga sebagai pemegang saham merupakan pemilik

perusahaan. Masyarakat juga dapat ikut serta dengan menanamkan modalnya atau

berinvestasi saham melalui pasar modal pada perusahaan yang dirasa akan dapat

menguntungkan mereka.

Perusahaan akan lebih mudah danmerasaterfasilitasidenganadanyapasar modal

untuk mendapatkan / memperoleh dana usahamereka. Karena di dalampasar

modal initerdapatseseorang yang akan berinvestasi atau disebutjuga sebagai

investor danmenanamkan modalnya tidak hanya untuk tujuan jangka pendek,


4

tetapi juga tujuan jangka panjanghaliniakan meningkatnya kualitas perusahaan

danmenciptakan kesempatan lapangan kerja yang lebih luas, serta dapat

meningkatkan pajak bagi pemerintah sehingga dapat mendorong perekonomian

nasional agar menjadi lebih maju.

Terlebih di jaman yang modern ini, dimana perkembangan teknologi semakin

canggih sehingga minat serta pengetahuan masyarakat terhadap pasar modal

semakin meningkat, yang mengakibatkan banyak dari masyarakat atau pengusaha

yang ingin berinvestasi saham agar mendapatkan tingkat pengembalian / Return

yang menguntungkan terutama pada perusahaan Sektor Tambang yang berada di

Bursa Efek Indonesia.

Menurut Novianti dan Hakim (2015) “Investor dapat mengidentifikasi

berbagai faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya jumlah nilai return dari

suatu saham. Salah satu faktor yang dapat diidentifikasi pengaruhnya terhadap

return saham adalah faktor kinerja keuangan perusahaan”Setiap investor tentunya

mengharapkan keuntungan berupa return saham pada saat berinvestasi di pasar

modal. Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan

atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham

melalui suatu portofolio. Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan

merupakan pertimbangan utama bagi investor.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian saham

perusahaan, yang pertama adalah Economic Value Added (EVA). Menurut


5

Octavianti, O (2018) Economic Value Added (EVA) adalah ukuran keberhasilan

manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi

perusahaan. EVA akan menunjukkan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan

telah memberikan tambahan nilai kepada pemilik perusahaan dengan cara

memaksimalkan modal.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah, F., & Santoso, B.

H. (2018) menyimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh

signifikan terhadap Return Saham. tetapi berbanding kebalik dengan penelitian

yang dilakukan oleh Silitonga, W.P., Ramdhani, R.A., & Nugroho, R. (2019)

menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Return Saham.

Faktor lain untuk mengetahui seberapa pengaruhnya terhadap Return Saham

adalah dari Market Value Added (MVA). Menurut Mutmainah, F., & Santoso , B.

H. (2018) Market Value Added (MVA) merupakan alat ukur eksternal yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan

dana. Market value added adalah perbedaaan antara nilai dari perusahaan (hutang

dan ekuitas) dengan total investasi modal ke dalam perusahaan.Rasio ini

digunakan untuk memperlihatkan perbedaan antara modal yang dimasukkan

investor dengan apa yang mereka peroleh, karena seharusnya memaksimalkan

nilai MVA menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan kekayaan

pemegang saham. MVA adalah indikator untuk mengukur seberapa besar


6

perusahaan dapat memanfaatkan modal dari investor dan seberapa besar

perusahaan telah menciptakan kekayaan untk investornya.

Faktor lain yang diyakini dapat mempengaruhi Return Saham adalah Price to

Book Value (PBV). Menurut Satwiko, R., & Agusto, V. (2021) Price to book

value merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur

kinerja harga pasar saham terhadap nilai buku dari ekuitas perusahaan. Semakin

tinggi rasio price to book value, menunjukkan bahwa perusahaan mampu

menambah nilai perusahaan melalui peningkatan harga pasarnya. Penelitian yang

dilakukan oleh Ristyawan, M. R. (2019) menyatakan bahwa Price to Book Value

(PBV) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Return Saham. Namun

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Satwiko & Agusto(2021) yang

menyatakan bahwa Price to Book Value memiliki pengaruh negatif terhadap

Return Saham.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan dilakukan dengan mengambil 6

sampel pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masuk

kedalam sektortambang, diantaranya PT Adaro Energy Indonesia Tbk , PT. Bukit

Asam (persero) Tbk, PT. Atlas Resources Tbk, ,PT Delta Dunia MakmurTbk. PT

Indo Tambangraya Megah Tbk. Dan PT Resource Alam Indonesia Tbk.

Dengan demikian peneliti mengolah data Economic Value Added (EVA),

Market Value Added (MVA), Price to Book Value (PBV) dan Return Saham,

sebagai berikut.
7

Tabel 1.1
Data Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book Value (PBV)
dan Return Saham pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

EVA MVA RETURN


PBV
NO. NAMA PERUSAHAAN TAHUN (DALAM (DALAM TAHUN SAHAM
(X)
JUTAAN) JUTAAN) (%)
2016 394325,11 32369795 1,06 2017 10%
1 2017 573321,50 55815505 1,22 2018 -35%
  ADRO
  (PT Adaro Minerals 2018 565556,29 60197582 0,72 2019 28%
  Indonesia Tbk) 2019 399408,10 42189485 0,68 2020 -8%
 
2020 211487,31 37199676 0,67 2021 57%
2 2016 2041347,75 17981888 0,70 2017 -2%
PTBA 2017 5469303,95 24685570 2,38 2018 75%
(PT Bukit Asam 2018 5572925,41 40127223 2,84 2019 -38%
  Energi Tbk) 2019 3512831,40 35372753 1,54 2020 6%
  2020 1637082,42 24450957 1,86 2021 -4%
2016 145804,68 11446141 1,6 2017 23%
ITMG 2017 277172,58 21209823 2,67 2018 -2%
3
(PT Indo Tambangraya Megah
  2018 320574,57 28972407 1,84 2019 -43%
Tbk)
 
  2019 119656,32 19091213 0,97 2020 21%
 
 
2020 68389,84 10425818 1,16 2021 47%
2016 99763654,57 1973374 5,25 2017 40%
4
2017 108448243,3 7107282 3,42 2018 -27%
  DOID
  (PT Delta Dunia 2018 120305600,6 7112667 1,33 2019 -47%
  Makmur Tbk) 2019 86433788,38 3974274 0,39 2020 26%
 
2020 -1442589,374 1905463 0,86 2021 -25%
2016 9096732,123 885079 0,44 2017 8%
5 KKGI 2017 -13531387,54 1860083 1,58 2018 9%
  (PT Resource Alam
  Indonesia Tbk) 2018 -12601154,71 1865075 1,26 2019 -33%
    2019 3251188,665 1265078 0,75 2020 13%
   
2020 -7172723,418 1045070 1,07 2021 -1%
2016 -28040,29 1415 22,2 2017 88%
6 ARII
  (PT Atlas Resource 2017 -22626,92 1796 5,57 2018 -8%
  Tbk) 2018 -28970,70 3305 18,57 2019 -22%
   
    2019 -33504,05 2360 3,19 2020 -44%
2020 -22369,13 1670 2,61 2021 -37%

: Gap Empiris, Fenomena (X1 – Y)


8

: Gap Empiris, Fenomena (X2 – Y)

: Gap Empiris, Fenomena (X3 – Y)

: Return Saham (Y)

: Penurunan Kinerja Perusahaan, Fenomena

Berdasarkan pada tabel 1.1 diatas, fenomena dan fakta dilapangan dalam

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book Value

(PBV) dan Return Saham setiap perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

Meskipun begitu, dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan

diatas dominan mengalami penurunan.

Seperti pada tabel Economic Value Added (EVA) yang rata-rata terjadi pada

tahun 2019-2020 perusahaan mengalami penuruan nilai EVA. Seperti contoh pada PT

Bukit Asam Energi Tbk, hal tersebut disebabkan karena laba tahun berjalan / laba

bersih perusahaan tersebut menurun, yang akhirnya membuat perhitungan EVA nya

juga turut mengalami penurunan.

Lalu selanjutnya ada pada perusahaan PT Adaro Minerals

Indonesia Tbk yang nilai EVA nya turut mengalami penurunan, hal tersebut

disebabkan karena laba tahun berjalan / laba bersih ADRO pada tahun 2020 menurun

dibandingkan tahun 2019. Dimana, pada tahun 2020 ADRO mendapatkan laba lebih

rendah dan turun drastic dari tahun 2019. Penurunan tersebut didominasi oleh

penurunan pendapatan usaha yang signifikan.


9

Dilansir dari stocksetup.kontan.co.id hal tersebut diakibatkan perlambatan

ekonomi serta penurunan minat pembeli di Negara pengimpor utama. Penurunan

yang terjadi tersebut berimbas pada harga batubara global. Dikarenakan biaya modal

yang meningkat dan menurunnya daya beli dari masyarakat yang menyebabkan

perhitungan EVA nya ikut menurun, hal ini berakibat pula pada penurun nilai PBV

pada PT Adaro Minerals Indonesia Tbk di tahun 2020 di karenakan permintaan batu

bara turun pada semester I/2020 menurut bisnis.com

Lalu selanjutnya ada penurunan pada tabel MVA juga rata-rata terjadi pada

tahun 2020. Seperti pada tabel, PT Atlas Resource pada tahun 2018 nilai MVA nya

mengalami penurunan yang disebabkan karena para investor menarik modalnya

kembali atau menjual sahamnya yang menyebabkan harga saham perusahaan tersebut

menurun dari tahun ke tahun dikarenakan para pemegang saham lebih banyak yang

melepaskan sahamnya dari pada yang berminat membeli, dan berdampak pada

perhitungan MVA nya yang ikut menurun juga.

Menurut kontan.co.id PT Atlas Resource Tbk mengalami kerugian karena

nilai perusahaan (EVA) menurun di tahun 2020 di karenakan adanya penurunan

pendapatan perusahaan di tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan,

pendapatan PT Atlas Resource Tbk mengalami penurunan di tahun 2019 , hal ini

berakibat pula pada PBV perusahaan di tahun 2019-2020 yang menurun.

Begitupun dengan PT Resource Alam Indonesia Tbk yang didasarkan karena

harga sahamnya menurun dikarenakan banyak pemegang saham yang melepaskan


10

sahamnya atau dengan kata lain modal yang berasal dari investor kepada perusahaan

tersebut berkurang yang menyebabkan perhitungan MVA nya ikut menurun. Terlebih

dilansir dari kontan.co.id pada perusahaan KKGI investor asing melakukan pelepasan

saham yang sangat besar yang menyebabkan produksi dan penjualan mengalami

penurunan yang signifikan.

Lalu selanjutnya pada variabel PBV terjadi penurunan rata-rata pada tahun

2019. Hal tersebut tidak lepas dari EVA dan MVA yang terjadi pada rata-rata tahun

2019 dan 2020 yang turut mengalami penurunan. Karena kedua hal ini pun dapat

menyebabkan nilai perusahaan menurun. Contohnya, jika laba bersih perusahaan

tersebut menurun dan hutang perusahaan tersebut meningkat, hal ini akan membuat

nilai perusahaannya menurun. Lalu MVA yaitu modal yang berasal dari pasar, karena

jika banyak investor yang menarik modalnya dari perusahaan tersebut otomati harga

saham perusahaan tersebut ikut turun, dan imbasnya kakan berdampak pada nilai

perusahaan tersebut karena banyak investor yang tidak tertarik lagi terhadap

perusahaan tersebut.

Lalu dilansir juga dari www.cnbcindonesia.com kinerja IHSG pada tahun

2019 hingga akhir tahun 2020 menjadi yang terburuk dalam 3 tahun terakhir setelah

minus hampir mencapai angka 2%. Hal tersebut disebabkan oleh investor asing yang

melakukan aksi jual bersih sebesar atau dalam kata lain dikarenakan keluarnya dana

dari pasar modal. Dan faktor yang lain juga karena nilai tukar rupiah yang melemah.

Dan hal terebut akan berdampak terhadap harga saham perusahaan dan tingkat
11

pengembalian saham atau yang biasa dikenal dengan Return Saham akan mengalami

pnurunan atau bahkan sampai terjadi kerugian.

Data empiris diatas menunjukkan fenomena yang terjadi antara teori dan fakta

dilapangan. Ini berpengaruh pada indikator-indikator Economic Value Added (EVA),

Market Value Added (MVA), Prie to Book Value (PBV) dan Return Saham.

Economic Value Added (EVA) pengaruhnya terhadap return saham secara teori jika

EVA positif maka akan menambah nilai perusahaan berdasarkan laba yang

ditambahkan dari biaya modal sehingga return yang dihasilkan tinggi. Market Value

Added (MVA) atau nilai tambah yang berasal dari pasar yang tinggi akan

menciptakan ekspektasi investor untuk berinvestasi dengan melihat nilai perusahaan

dikurangi biaya yang diinvestasikan. Begitu pula dengan teori Price to Book Value

(PBV), nilai PBV yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut dapat

menaikkan nilai perusahaannya dimata investor, sehingga wajar jika investor banyak

yang melirik kepada perusahaan tersebut. Tetapi jika nilai perusahaan tersebut

melambung terlalu tinggi juga investor harus hati-hati karena bisa saja sewaktu-waktu

ada hal yang tidak diinginkan terjadi kepada perusahaan tersebut dan menyebabkan

nilai perusahaan tersebut turun sesuai nilai bukunya atau menurunnya harga saham

karena sudah melambung terlalu tinggi.

Keterkaitan tersebut menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian

lebih dalam lagi mengenai Economic Value Added (EVA), Market Value Added

(MVA), Price to Book Value dan Return Saham, begitu pun dengan keterkaitannya
12

satu sama lain. Maka dari itu penulis tertarikuntuk membahas variabel-variabel

tersebut dengan judul :

“Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) Dan Price to

Book Value (PBV) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Sub Sektor

Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2016-2020.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka

indentifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Penurunan kinerja EeconomicValue Added (EVA), Market Value Added

(MVA), Price to Book Value (PBV) dan Return Saham pada rata-rata setiaptahun

yang ditelitipadaperusahaan PT Adaro Energy Indonesia Tbk , PT. Bukit Asam

(persero) Tbk, PT. Atlas Resources Tbk, ,PT Delta DuniaMakmurTbk. PT Indo

Tambangraya Megah Tbk. Dan PT Resource Alam Indonesia Tbk. pada tahun

2016, 2017, 2018, 2019,2020 dikarenakan kinerja perusahaan dan menurunnya

nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi.

2. Berkurangnya laba dan meningkatnya biaya modal yang disebabkan oleh

inflasi yang meyebabkan EVA turun dan harga saham pun ikut turun sehingga

Return Sahamnya juga ikut turun.


13

3. Menurunnya MVA dikarenakan berkurangnya Modal yang diberikan oleh

pasar karena kinerja perusahaan yang jelek pada setiap tahunnya sehingga

investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut

4. Terjadinya penurunan rata-rata Price to Book Value (PBV) yang dikarenakan

nilai bukunya terlalu besar dibandingkan harga saham sehingga membuat investor

tidak tertarik pada perusahaan tersebut

5. Tahun 2016, 2017, 2018,2019 dan 2020 rata-rata Return Saham pada

perusahaan yang terdaftar di subsektor batu bara mengalami penurunan.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Nilai Tambah Ekonomi (EVA) pada Perusahaan

Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

2. Bagaimana perkembangan Nilai Tambah Pasar (MVA) pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

3. Bagaimana perkembangan Price Book Value (PBV) pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

4. Bagaimana perkembangan Tingkat Return Saham pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020.
14

5. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market

Value Added (MVA) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

6. Seberapa besar pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Price to Book

Value (PBV) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.

7. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Price to

Book Value (PBV) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

8. Seberapa besar pengaruh Nilai Tambah Ekonomi (EVA), Nilai Tambah Pasar

(MVA) dan Price Book Value (PBV) terhadap Return Saham baik secara

parsial ataupun simultan pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa hal-

hal yang berkaitan dengan permasalahan mengenai Economic Value Added (EVA),

Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham

pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.


15

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui perkembangan Nilai Tambah Ekonomi (EVA) pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020

2. Untuk Mengetahui perkembangan Nilai Tambah Pasar (MVA) pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020

3. Untuk Mengetahui perkembangan Price to Book Value (PBV)pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020

4. Untuk Mengetahui perkembangan Tingkat Return Saham pada Perusahaan

Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

5. Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market

Value Added (MVA) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

6. Untuk mengetahui pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Price to

Book Value (PBV) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

7. Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Price to

Book Value (PBV) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020


16

8. Untuk Mengetahui besarnya pengaruh Nilai Tambah Ekonomi (EVA), Nilai

Tambah Pasar (MVA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Tingkat

Return Saham baik secara parsial ataupun simultan pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020.

1.4 Kegunaan Peneltian

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagi tambahan informasi dan

bahanpertimbangan terhadap pengambilan keputusan dengan mengetahui kinerja

perusahaan di masa lalu untuk dijadikan salah satu pedoman bagi perusahaan

khususnya bagi pemimpin perusahaan sebagai pengambilan keputusan agar tidak

salah mengambil keputusan di masa yang akan datang.

2. Investor

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor agar

dapat mengambil keputusan dan dapat menjadi acuan dalam berinvestasi, agar

meminimalisir risiko kerugian dalam berinvestasi, dan mendapatkan keuntungan yang

diinginkan.
17

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk mengembangkan

pengetahuan yang ada, mendapatkan pengalaman dan mengetahui permasalahan yang

terjadi di perusahaan serta dapat memajukan ilmu manajemen keuangan yang sudah

ada untuk diterapkan di kehidupan nyata.

2. Peneliti Lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi

peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, data penelitian diambil dari Bursa Efek Indonesia

melalui website www.idx.co.id dan Annual Report / Laporan Keuangan dari website

resmi perusahaan dan unit yang diteliti yaitu sebanyak 30 sampel dari 6 perusahaan

Sektor Tambang yang terdaftar di BEI. Untuk mendapatkan data serta informasi yang

dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang

terkait dengan data laporan keuangan Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

Lokasi yang dipilih antara lain sebagai berikut :

1. PT Adaro Energy Tbk


18

2. PT Bukit AsamEnergi Tbk

3. PT Indo TambangrayaMegah Tbk

4. PT Delta DuniaMakmur Tbk

5. PT Resource Alam Indah Tbk

6. PT Altas Resource Tbk

Pengambilan data melalui situs resmiIndonesian Stock Exchange (IDX)

yaituwww.idx.co.id. Dan juga dapat dari Indonesian Stock Exchange (IDX) Kota

Bandung yang beralamat di Jalan PH. H. Mustofa No.33 telepon (022) 20524208

Email: kantorperwakilan.bandung@idx.co.id.
19

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan sekiranya untuk menyelesaikan penelitian ini selama kurun

waktu 6 (enam) bulan. Adapun jadwal penelitian penulis sebagai berikut :

1.2 Tabel Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Waktu Kegiatan

April Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. ACC
Judul

2. Bimbingan
Usulan
Penelitian
(UP)

3. ACC
Usulan
Penelitian

4. Seminar
Usulan
Penelitian
(UP)
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added)

2.1.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)

Rudiyanto (2013) menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA)

sebagai alternatif Return on Investment, adalah pengukur kinerja keuangan

perusahaan yang dapat dengan mudah diintegrasikan dalam aktivitas sehari-hari,

karena semua pengurangan biaya dan kenaikan pendapatan ada dalam istilah EVA

pengurangan biaya dalam suatu periode sama dengan kenaikan EVA dalam

periode yang sama.

Menurut Mutmainah, F., & Santoso, B. H. (2018) EVA merupakan

keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan

untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan -

harapan para pemegang saham dan kreditur. Dengan perhitungan EVA diharapkan

akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih

realistis.

Menurut Octavera, Putri, dan Abdilla (2016) “Economic Value Added

(EVA) merupakan keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal

yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara

20
21

adil harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur.” (Octavera, Putri, &

Abdilla, 2016).

Maka dari definisi diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

Economic Value Added (EVA) adalah suatu metode untuk mengukur seberapa baik

kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai tambah / laba ekonomi. laba ekonomi

dalam suatu perusahaan yang dinyatakan manakala perusahaan mampu memenuhi

semua biaya operasi dan biaya modal. EVA merupakan keuntungan operasional

setelah pajak dikurangi biaya modal, yang digunakan untuk menilai kinerja

perusahaan.

2.1.1.2 Tolak Ukur dan Cara Meningkatkan Economic Value Added (EVA)

Adapun rumus yang digunakan dalam mencari Economic Value Added menurut

Octavianti, O (2018) yaitu:

𝐸𝑉𝐴 = 𝑁𝑂𝑃𝐴𝑇 − 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒𝑠

Keterangan

NOPAT : Net Operating After Tax

Capital Charge : Weighted Average Cost Capital × Invested Capital

Berdasarkan rumus EVA, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan

manajemen dalam mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA,

yaitu:
22

1. Net Operating After Tax (NOPAT)

Menurut Stewart (2013), “NOPAT merupakan kumpulan total laba yang

tersedia untuk memberikan pengembalian uang tunai ke semua modal yang

menyediakan modal bagi perusahaan (penyedia dana)”. Adapun rumus

NOPAT menurut Kaddafi dan Heikal (2014) adalah sebagai berikut :

𝑁𝑂𝑃𝐴𝑇 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 − (1 − 𝑡𝑎𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑒)

Keterangan

EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak

Tax Rate : Tarif Pajak

2. Weighted Average Capital (WACC)

Menurut Brigham dan Joel F. Houston (2009), WACC adalah rata-rata

tertimbang dari komponen-komponen seperti baiaya hutang, saham

preferen dan ekuitas biasa. Menurut Keown, Scott, John, dan Petty (2010)

WACC adalah rata-rata tertimbang dari seluruh biaya modal yang

ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini adalah perhitungan WACC :

𝑊𝐴𝐶𝐶 = [ሺD × rdሻሺ1 − taxሻ+ ሺE × reሻ]


23

Keterangan

Total hutang
Tingkat Modal (D) : ×100 %
Total Hutang dan Ekuitas

Beban bunga
Cost of Debt (rd) : ×100 %
Total hutang jangka panjang

Total ekuitas
Tingkat Ekuitas : ×100 %
Total Hutang dan Ekuitas

Lababersih setelah pajak


Cost of Equity (re) : ×100 %
Total ekuitas

beban pajak
Tingkat Pajak : ×100 %
Total laba bersih setelah pajak

Menurut rudiyanto (2006) dalam (Sari & Wijayantini, 2018) penilaian

kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan metode EVA dapat dikelompokkan

ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut :

a. Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif pada posisi ini berarti manajemen

perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi

perusahaan

b. Nilai EVA = 0 Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam

titik impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak

mengalami kemajuan secara ekonomi

c. Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif pada posisi ini berarti tidak

terjadi proses penambahan nilai ekonomis bagi perusahaan, dalam arti laba
24

yang dihasilkan tidak dapat memenuhi harapan para kreditor dan pemegang

saham perusahaan (investor).

2.1.1.3 Manfaat Economic Value Added (EVA)

Manfaat yang diperoleh dari penerapan pendekatan Economic Value Added

(EVA) pada suatu perusahaan menurut Rudianto (2013:222) dalam Wahyudi, R.,

Thoyib, M., & Sriwijaya, D. J. A. P. N. (2018) adalah :

1. Pengukur kinerja keuangan yang lansung berhubungan secara teoritis dan empiris

pada penciptaan kekayaan pemegang saham, di mana pengelolaan EVA yang

lebih tinggi mengakibatkan harga saham yang lebih tinggi pula.

2. Pengukuran kinerja keuangan yang memberikan solusi tepat, dalam artian EVA

selalu meyakinkan para pemegang saham, yang dapat membuatnya menjadi satu-

satunya rasio keuangan yang dapat diandalkan.

3. Suatu kerangka yang mendasarkan sistem baru yang lengkap untuk manajemen

keuangan perusahaan yang membimbing semua keputusan, dari anggaran

operasional tahunan sampai penganggaran modal, perencanaan strategis dan

bahkan akuisisi.

4. Metode yang mudah sekaligus efektif untuk diajarkan bahkan pada pekerja yang

kurang berpengalaman.
25

5. Metode ini merupakan pilihan utama karena terdapat ukuran kinerja perusahaan

yang benar-benar menyatukan kepentingan manajer dengan kepentingan

pemegang saham, dan menyebabkan manajer berpikir serta bertindak layaknya

pemilik.

6. Suatu kerangka yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan

pencapainnya pada investor, dan investor dapat menggunakan EVA untuk

mengidentifikasi perusahaan mana yang mempunyai prospek kinerja lebih baik

di masa mendatang.

7. Labih penting lagi, EVA merupakan suatu sisten internal corporate governance

yang memotivasi semua manajer dan pegawai untuk bekerja sama lebih erat dan

penuh antuisi demi menghasilkan kinerja terbaik.

2.1.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)

Sebagai alat pengukur kinerja keuangan, EVA memiliki keunggulan dibanding

dengan ukuran kinerja konvensional lainnya. Beberapa keunggulan EVA tersebut

menurut Rudianto (2013: 224) dalam Wahyudi, R., Thoyib, M., & Sriwijaya, D. J. A.

P. N. (2018) yaitu :

1. EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham

di mana EVA digunakan sebagai ukuran operasi dari manajemen yang

mencerminkan keberhasilan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang

saham atau investor.


26

2. EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi

tanpa tambahan modal dana / modal, mengeksposur pemberian pinjaman

(piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi.

3. EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua

masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasi

sehari-hari.

EVA memiliki beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi dari beberapa

keunggulan tersebut. Beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi menurut

Rudianto (2013: 224) dalam Wahyudi, R., Thoyib, M., & Sriwijaya, D. J. A. P. N.

(2018) antara lain :

1. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya

modal sendiri dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan ketika

melakukan perhitungan sahamnya.

2. Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja, sedangkan untuk

mengukur kinerja perusahaan secara optimum, perusahaan harus diukur

berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.

2.1.2 Nilai Tambah Pasar (Market Value Added)

2.1.2.1 Pengertian Market Value Added (MVA)

Menurut Sari dan Wijayantini (2018) “Nilai pasar mencerminkan

keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan


27

modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih

besar. Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin baik”

Nilai Tambah Pasar Merupakan penghitungan yang menunjukkan selisih

antara nilai pasar perusahaan dan modal yang dikontribusikan oleh investor, dan

menunjukkan jumlah dari semua klaim modal yang dimiliki terhadap perusahaan

ditambah nilai pasar dari hutang dan ekuitas (Ahmad, I., Alam, M. S., & Yameen,

M. 2019).

Market Value Added (MVA) merupakan alat ukur eksternal yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan

dana. Market value added adalah perbedaaan antara nilai dari perusahaan (hutang

dan ekuitas) dengan total investasi modal ke dalam perusahaan (Mutmainah, F., &

Santoso , B. H. 2018)

Maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa definisi dari Market Value

Added (MVA) adalah selisih antara nilai pasar saham dengan total modal yang

diberikan investor ke dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk

memperlihatkan perbedaan antara modal yang dimasukkan investor dengan apa

yang mereka peroleh, MVA adalah indikator untuk mengukur seberapa besar

perusahaan telah menciptakan kekayaan untuk investornya.

2.1.2.2 Tolak Ukur dan Perhitungan Market Value Added (MVA)


28

Persamaan Nilai Tambah Pasar menurut Sari dan Wijayantini (2018)

adalah sebagai berikut :

𝑀𝑉𝐴 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑒𝑑 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙

Keterangan

Nilai pasar saham : Jumlah saham beredar × Harga saham

Invested Capital : Total utang + Ekuitas

Modal yang diinvestasikan atau Invested Capital adalah jumlah dari

seluruh pembiayaan perusahaan dan tidak termasuk pinjaman kepada pihak ketiga

tanpa bunga seperti utang usaha, utang pajak, biaya yang belum dibayar dan

sebagainya (non-interest-bearing liabilities). Invested Capital merupakan hasil

jumlah ekuitas dengan utang yang dikenai bunga (Manurung, 2011).

Dari paparan tersebut menurut Sari dan Wijayantini (2018) penilaian

kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dalam indikator sebagai berikut :

a. Jika Market Value Added (MVA) > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil

meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana


29

b. Jika Market Value Added (MVA) < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak

berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh

penyandang dana.

2.1.3 Price To Book Value (PBV)

2.1.3.1 Pengertian Price To Book Value (PBV)

Price to book value merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan

untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai buku dari ekuitas

perusahaan. Semakin tinggi rasio price to book value, menunjukkan bahwa

perusahaan mampu menambah nilai melalui peningkatan harga pasarnya (Satwiko,

R., & Agusto, V. 2021).

Price to Book Value (PBV) adalah perbandingan antara harga pasar dan

saham dengan nilai buku.Jika suatu perusahaan menilai PVB satu maka menunjukkan

bahwa pasar saham lebih besar dari pada perusahaan buku menunjukkan bahwa nilai

pasar saham lebih besar dari nilai buku perusahaan. (Hidayat, M. S., & Thamrin, H.

2019).

Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Price to Book Value (PBV) adalah

hasil dari perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar

saham perusahaan. Price to Book Value juga merupakan rasio untuk menunjukkan

seberapa besar nilai perusahaan dari apa yang ditanamkan oleh pemegang saham.
30

PBV yang tinggi biasanya mencerminkan kualitas kinerja perusahaan tersebut baik

dan pertumbuhannya cukup pesat.

2.1.3.2 Pengukuran Price to Book Value (PBV)

Menurut Hidayat, M. S., & Thamrin, H. (2019). Price to Book Value

merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja nilai pasar saham

terhadap nilai bukunya. Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus :

PBV = Harga Per Lembar Saham


Nilai Buku Per Lembar Saham

Harga Per Lembar Saham = Harga Per Lembar Saham Akhir Tahun (Closing Price)

Nilai Buku Per Lembar Saham = Jumlah Ekuitas


Jumlah Saham Beredar

1. Jika nilai PBV lebih dari 1 maka nilai perusahaan tersebut di pasar saham lebih

tinggi daripada nilai buku perusahaan tersebut. Berarti semakin bagus juga nilai

perusahaan tersebut dimata investor.

2. Jika nilai PBV kurang dari 1 maka perusahaan tersebut masih dianggap murah

atau nilai perusahaan tersebut di pasar saham lebih rendah dari nilai bukunya.

2.1.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price to Book Value (PBV)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Price to Book Value (PBV), Menurut

Radiman, R. (2018) ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi Nilai Perusahaan /

PBV antara lain :


31

1. Ukuran perusahaan

2. Pertumbuhan perusahaan

3. Keunikan perusahaan

4. Nilai aktiva

5. Dividen

6. Pengehematan pajak

7. Struktur modal

8. Fluktuasi nilai tukar

9. Keadaan pasar modal

2.1.4 Tingkat Pengembalian Saham (Return Saham)

2.1.4.1 Pengertian Return Saham

Menurut Sudiyatno dan Irsyad (2011) dalam (Sudarsono & Sudiyatno,

2016) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi return saham seperti

informasi yang bersifat fundamental maupun teknikal. Adapun pembagian total

pengembalian saham menurut Tandelilin (2010) yaitu :

Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut


return. Sumber-sumber dari return investasi terdiri dari dua komponen
utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen
return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh
secara periodic dari suatu investasi. Sedangkan capitan gain (loss)
merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham) yang
bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. (Tandelilin, 2010:
9-201).
32

Return saham merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan

perusahaan sehingga para pemegang saham memiliki hak klaim atas deviden maupun

asset perusahaan dengan prioritas setelah hak klaim pemegang saham lain dipenuhi

jika terjadi likuiditas (Purwanti, S., Chomsatu, Y., & Masitoh, E. (2015).

Return saham adalah keuntungan atau kerugian nilai suatu saham dalam

periode tertentu yang biasanya dikutip dalam persentase. Ini terdiri dari capital gain

serta pendapatan yang diterima investor dari saham tersebut. Capital gain diperoleh

dari selisih harga saham selama dua periode waktu dibagi dengan harga belinya

(Okech, T. C., & Mugambi, M. 2016).

Definisi Return saham yang dikemukakan oleh Sundjaja dan Balian (2013:36)

dalam Ayi, Y. O. T., & Subagio, S. (2019) adalah total laba atau rugi yang diperoleh

investor dalam periode tertentu yang dihitung dari selisih antara pendapatan atas

investasi pada masa sekarang dengan pendapatan investasi pada masa lalu.

Maka Return Saham dapat disimpulkan adalah hasil yang diperoleh dari

kegiatan investasi. Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan

dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi.

2.1.4.2 Pengukuran Return Saham

Adapun rumus untuk mencari Return Saham menurut Silitonga, W.P.,

Ramdhani, R.A., & Nugroho, R. (2019) yaitu :


33

Return Saham = (Pt – Pt-1)


Pt-1

Pt = Harga Saham Akhir Periode

Pt-1 = Harga Saham Akhir Periode Tahun Sebelumnya

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

1 Silitonga, W.P., The Effect regresi Total Asset Ratio dan Variabel Mengguna
Ramdhani, of linier Price Earning Ratio Ecnomic Value kan
R.A., & Economics berganda berpengaruh Added dan variabel
Nugroho, R.
Value signifikan terhadap Market Value Total
(2019).
Added, Return Saham Added sebagai Asset
Market sedangkan Economic variabel Ratio dan
Value Value Added dan independen (X), Price
Added, Total Market Value Added dan variabel Earning
Asset Ratio, secara parsial tidak Return Saham Ratio
and Price berpengaruh sebagai variabel sebagai
Earning signifikan terhadap dependen (Y) variabel
Ratio on Return Saham. independe
Stock Return n lainnya
(X)
2 Mutmainah, F., Pengaruh Analisis hanya Economic Variabel Mengguna
& Santoso, B. H. EPS, RI, regresi Value Added secara Ecnomic Value kan
(2018). EVA, MVA linier parsial berpengaruh Added dan variabel
dan PER berganda signifikan terhadap Market Value lain yaitu
terhadap Return saham Added sebagai EPS, RI
Return sedangkan yang variabel dan PER
Saham lainnya yaitu Earning independen (X), sebagai
34

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

Perusahaan Per Share, Residual dan variabel variabel


Otomotif Income, Market Return Saham independe
Value Added dan sebagai variabel n (X)
Price Earning Ratio dependen (Y)
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham.

3 Ayi, Y. O. T., & Analisis Analisis Hasilnya Variabel Mengguna


Subagio, S. Pengaruh regresi menunjukkan Ecnomic Value kan
(2019). Economic linier Economic Value Added, Market Earning
Value Added berganda Added, Price To Value Added Per Share,
(EVA), Book Value, Price dan Price to Price
Market Earning Ratio dan Book Value Earning
Value Added Profitabilitas sebagai variabel Ratio dan
(MVA), berpengaruh independen (X), Profitabilit
Price To signifikan terhadap dan variabel as sebagai
Book Value return saham LQ45, Return Saham variabel
(PBV), sedangkan Market sebagai variabel independe
Earning Per Value Added tidak dependen (Y). n (X)
Share (EPS), berpengaruh Unit yang lainnya
Price signifikan terhadap diteliti yaitu
Earning return saham LQ45 LQ45
Ratio, dan
Profitabilitas
terhadap
Return
Saham LQ45
yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
(BEI) tahun
2010-2018
4 Badaruddin, B., Analisis Teknik Hasilnya Variabel Hanya
Sadeli, Y. A., Economic analisis menunjukkan bahwa Ecnomic Value mengguna
Fauzi, A., & Value Added Regresi Economic Value Added dan kan 2
Bugis, J.N. (EVA) dan Berganda Added (EVA) Market Value variabel
(2017). Market berpengaruh negatif Added sebagai independe
Value Added signifikan terhadap variabel n (X)
(MVA) return saham independen (X),
35

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

terhadap sedangkan Market dan variabel


Return Value Added (MVA) Return Saham
Saham berpengaruh positif sebagai variabel
signifikan terhadap dependen (Y)
return saham.
5 Oktavianti, O Pengaruh Analisis Return On Menggunakan Mengguna
(2018) Return On regresi Investment (ROI), Economi kan
Investment linier Earning Per Share Value Added variabel
(ROI), berganda (EPS) dan Economic sebagai ROI dan
Earning Per Value Added (EVA) variabel EPS
Share (EPS) secara parsial tidak independen sebagai
dan berpengaruh terhadap (X) dan variabel
Economic return saham, variabel independe
Value Added sedangkan secara Return Saham n (X)
(EVA) simultan tidak sebagai lainnya
terhadap berpengaruh secara variabel
Return signifikan terhadap dependen (Y)
Saham pada return saham.
Perusahaan
Otomotif
yang
terdaftar di
BEI pada
Tahun 2013-
2016
6 Satwiko, R., & Economic Analisis Economic Value Variabel Mengguna
Agusto, V. Value regresi Added, Debt to Economic kan
(2021) Added, linier Equity Ratio, Total Value Added, indikator
Market berganda Assets Turnover, Net Market Value lainnya
Value Profit Margin dan Added dan dalam
Added, dan Earning Per Share Price to Book kinerja
Kinerja tidak berpengaruh Value sebagai keuangan
Keuangan terhadap return variabel seperti
terhadap saham. tetapi Market independen Debt to
Return Value Added dan (X), dan Equity
Saham Return On Equity variabel Ratio,
memliki pengaruh Return Saham Total
positif terhadap sebagai Assets
Return Saham, variabel Turnover,
sedangkan Price to dependen (Y). Net Profit
Book Value memiliki Margin
36

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

pengaruh negatif dan


terhadap Return Earning
Saham. Per Share
7 Apriyani, A., & The Effect Analisis EVA, OSS, COO Menggunakan Mengguna
Pulungan, N. A. Of deskriptif, secara simultan dapat EVA sebagai kan
F. (2020) Economic koefisien berpengaruh variabel variabel
Value Added jalur dan signifikan terhadap independen OSS dan
(EVA) on analisis MVA. Sedangkan (X) COO
Price to jalur secara parsial EVA sebagai
Book Value dan COO tidak variabel
The Role Of berpengaruh independe
Institutional signifikan terhadap n (X)
Ownership MVA lainnya.
In Retail Dan
Sector mengguna
Companies kan MVA
Listed On sebagai
The variabel
Indonesia dependen
Stock (Y)
Exchange
8 Sofyan, W. W., Pengaruh Data Economic Value Menggunakan Hanya
& Naomi, P. EVA, OSS Panel Added (EVA) variabel EVA mengguna
(2020) dan COO mempunyai pengaruh sebagai kan 1
terhadap negatif dan signifikan variabel variabel
MVA pada efek terhadap Price independen independe
Perusahaan to Book Value (X) n (X). Dan
otomotif di PBV
BEI sebagai
variabel
dependen
(Y)

9 Aryani, F., & The Effect Analisis Earning Per Share Menggunakan Mengguna
Syawalliawaty, of Earning Regresi memiliki pengaruh variabel MVA kan
N. P. (2021) Per Share linier positif dan signifikan sebagai Earning
and Market berganda terhadap Return variabel Per Share
Value Added Saham tetapi Market independen sebagai
on Stock Value Added tidak (X) dan variabel
Return in memiliki pengaruh Return Saham independe
Property and terhadap Return sebagai n (X)
37

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

Real Estate Saham. Variabel lainnya.


Companies dependen (Y)
Listed on the
Indonesia
Stock
Exchange
2017-2019
10 Ristyawan, M. R. Pengaruh Analisis Return On Equity Menggunakan Mengguna
(2019) Return On Kuantitatif (ROE) mempunyai Price To Book kan Return
Equity pengaruh negatif Value (PBV) On Equity
(ROE), Debt signifikan terhadap sebagai (ROE),
to Assets Stock Return, Debt to variabel Debt to
Ratio Assets Ratio (DAR) independen Assts
(DAR), tidak berpengaruh (X), dan Ratio
Price to positif signifikan Return Saham (DAR) dan
Book Value terhadap Stock sebagai Net Profit
(PBV) dan Return, Price to Book variabel Margin
Net Profit Value (PBV) dan Net dependen (Y) (NPM)
Margin Profit Margin (NPM) sebagai
(NPM) mempunyai pengaruh variabel
terhadap positif signifikan independe
Return terhadap Stock n (X)
Saham Return lainnya.
Perusahaan
Sektor
Perkebunan
yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
periode
2011-2017
11. Sobahi. I. N., Pengaruh Uji Economic Value Menggunakan Price to
Enas. E., Economic Regresi Added (EVA) tidak Economic Book
Herlina. E., Value Added sederhana berpengaruh terhadap Value Added Value
(2019) dan Market dan Nilai dan Market (PBV)
Value Added Berganda Perusahaan. Market Value Added sebagai
terhadap Value Added (MVA) sebagai vairabel
Nilai tidak berpengaruh variabel dependen
Perusahaan terhadap Nilai Indeoenden (Y)
Perusahaan. (X)
38

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

Economic Value
Added (EVA) dan
Market Value Added
(MVA) tidak
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
12 J. I Wayan dan The Effect Analisis Economic Value Economic Return on
P.I.B. Anom of Financial regresi Added berpengaruh Value Added, Investment
(2020) Performance linear positif signifikan Market Value , Earning
on Stock berganda terhadap return Added, Return Per Share,
Return at saham dan Market Saham Opertional
Manufacturi Value Added Cash Flow
ng Company berpengaruh tidak
of Indonesia signifikan terhadap
Stock return saham
Exchange

13. Bina Andhika The Analysis Regresi Economic Value Economic -


dan Irni Yunita of The data panel Added berpengaruh Value Added,
(2016) Influence of tidak signifikan Market Value
Economic terhadap return Added, Return
Value Added saham dan Market Saham
and Market Value Added
Value Added berpengaruh tidak
toward Stock signifikan terhadap
Return return saham

14 Sari Octavera, Analisis Analisis Economic Value Economic Debt to


Siska Lusia Pengaruh regresi Added berpengaruh Value Added, Equity
Putri, dan Penilaian linear tidak signifikan Return Saham Ratio,
Mohammad Kinerja berganda terhadap return Return on
Abdilla (2016) Keuangan saham Asset
Dengan
Menggunaka
n Metode
Tradisional
(DER, ROA)
dan Metode
39

No Nama Peneliti/ Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian

Konsep Baru
(EVA)
Terhadap
Return
Saham
15 Warizal, Return On Analisis Economic Value Economic Return on
Nirwanti, A.B. Invesment regresi Added berpengaruh Value Added, Investment
Setiawan (2019) (ROI), linear signifikan terhadap Return Saham
Economic berganda return saham
Value Added
(EVA) Dan
Return
Saham

2.2 Kerangka Pemikiran

Setiap keputusan investasi seseorang akan bergantung kepada informasi yang

diberikan oleh perusahaan di tambah pada era saat ini adanya teknologi yang canggih

perusahaan merasa terfasilitasi dengan adanya pasar modal untuk mendapatkan /

memperoleh dana usaha mereka. Tentunya investor akan menganalisa terlebih dahulu

terhadap perusahaan yang akan ditanamkan modal investasi tersebut apakah

perusahaan tersebut layak dan menguntungkan untuk dijadikan tempat berinvestasi

atau tidak. Karena semakin banyak dana yang di investasikan di pasar modal, maka

kemungkinan keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi, dari data tersebut
40

investor dapat melihat dan menilai bagaimana performa nilai perusahaan dari

beberapa faktor.

Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added) adalah suatu metode yang

timbul akibat investasi dengan menghitung laba setelah dikurang pajak dan biaya

modal dengan harapan mensejahterakan para pemegang saham. Metode ini

memperkenalkan metode keuangan untuk mengukur laba suatu perusahaan agar

memperoleh laba yang tinggi jika perusahaan meninjau semua biaya operasi dan

biaya modal. Berdasarkan teori di atas analisis EVA mampu memberikan nilai

perusahaan dilihat dari pengembalian atas modal dan seluruh biaya modal

perusahaan. Dengan adanya nilai EVA tersebut maka perusahaan dapat memperbaiki

kinerja perusahaan, terutama dalam modal perusahaan

Nilai tambah yang mengukur perbedaan antara nilai perusahaan dan modal

yang diinvestasikan dapat dianalisis melaui Nilai Tambah Pasar atau Market Value

Added (MVA). MVA digunakan untuk menganalisis suatu perusahaan dapat

memaksimalkan kekayaan para pemegang sahamnya. Bagi calon investor informasi

tersebut sangat penting untuk keamanan modal yang akan mereka investasikan pada

perusahaan yang akan mereka pilih. Dengan begitu para investor akan lebih mudah

memilih perusahaan mana yang akan mereka tanamkan modalnya dan mampu

memberikan keuntungan bagi para investor. Begitupula untuk perusahaan dengan

adanya analisis MVA perusahaan diharapkan dapat bersaing dengan baik di pasar

modal
41

Price to Book Value (PBV) adalah hasil perbandingan antara harga pasar

saham dengan nilai buku per lembar saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan

seberapa mahal/murah perusahaan tersebut di pasar. Jika nilai PBV tinggi maka

perusahaan tersebut dikategorikan kedalam perusahaan mahal karena harga sahaam

melebihi dari nilai buku perusahaan tersebut. Dengan tolak ukur yaitu jika hasil dari

PBV lebih dari 1 maka harga perusahaan tersebut di pasar modal dapat dibilang lebih

mahal daripada nilai bukunya, tetapi jika hasil dari PBV kurang dari 1 maka harga

saham perusahaan tersebut masih terbilang murah dilihat dari nilai bukunya.

2.2.1 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham

Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu metode rasio keuangan

untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam memberikan nilai tambah dari

modal yang ditanamkan oleh para pemegang saham. Perusahaan dengan EVA yang

tinggi cenderung dapat lebih menarik investor untuk menanamkan modalnya di

perusahaan tersebut, semakin tinggi EVA semakin tinggi pula nilai perusahaan

tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Mutmainah & Santoso (2018) yang

menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap

Return Saham.

2.2.2 Pengaruh Nilai Tambah Pasar (MVA) Terhadap Return Saham


42

Ukuran kumulatif suatu kinerja keuangan dengan besarnya nilai tambah pada

modal yang diberikan oleh investor dengan mencerminkan Nilai Pasar inilah yang

disebutkan Nilai Tambah Pasar. Semakin besar nilai pasar hal ini akan menambah

nilai pada harga saham yang secara langsung akan meningkatkan Tingkat

Pengembalian Saham yang diharapkan.

Secara teori MVA yang tinggi akan membuat harga saham perusahaan

tersebut ikut tinggi, dan tentunya akan menyebabkan tingkat Return Saham ikut naik.

Jadi kekayaan pemegang saham akan bertambah jika MVA bertambah melalui

peningkatan Capital Gain dari meningkatnya harga saham, maka Return saham yang

diperoleh pemegang saham juga akan meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Badaruddin,et al (2017) yang menyatakan bahwa Market Value

Added (MVA) berpengaruh positif signifikan terhadap Return Saham.

2.2.3 Pengaruh Price Book to Value (PBV) Terhadap Return Saham

Price to Book Value merupakan rasio untuk menunjukkan seberapa besar nilai

perusahaan dari apa yang ditanamkan oleh pemegang saham. PBV yang tinggi

biasanya mencerminkan kualitas kinerja perusahaan tersebut baik dan

pertumbuhannya cukup pesat. PBV yang tinggi diharapkan akan menghasilkan

Return yang tinggi pula. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ristyawan, M. R. (2019) yang menyatakan bahwa Price to Book Value berpengaruh

Positif terhadap Return Saham.


43

2.2.4 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added

(MVA)

Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mempunyai

pengaruh yang kuat, hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya Market Value

Added (MVA) merupakan cerminan dari Economic Value Added (EVA). Perusahaan

yang memiliki Economic Value Added (EVA) tinggi biasanya akan mempengaruhi

Market Value Added (MVA) nya. Karena Market Value Added (MVA) merupakan

modal dari eksternal / pasar. Investor tentunya akan memberikan modalnya terhadap

perusahaan pilihan nya jika kinerja perusahaan tersebut baik. Salah satu indikator

untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu menggunakan Economic Value Added

(EVA) atau dalam kata lain seberapa baik perusahaan dalam menciptakan nilai

tambah / laba ekonomis. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sofyan & Naomi (2020).

2.2.5 Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Price to Book Value

(PBV)

Market Value Added (MVA) merupakan pemanfaatan perusahaan dalam

mengelola modal yang ada atau yang diberikan oleh investor dari faktor eksternal /

pasar. Memaksimalkan Market Value Added (MVA) tentunya akan membuat nilai

perusahaan tersebut dimata investor akan semakin baik / meningkat. Dan hal tersebut

akan mempengaruhi Price to Book Value perusahaan tersebut.


44

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sobahi. I. N., Enas. E.,

Herlina. E., (2019) bahwa Market Value Added (MVA) mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap Price to Book Value (PBV).

2.2.6 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Price to Book Value

(PBV)

Economic Value Added (EVA) sangat berpengaruh terhadap keputusan

investor dalam memilih perusahaan yang cocok untuk menginvestasikan modalnya.

Jika Economic Value Added (EVA) baik / tinggi tentu investor akan sangat tertarik

untuk menginvestasikan modalnya, dengan demikian semakin banyak investor yang

berinvestasi di perusahaan tersebut tentu nilai perusahaannya juga ikut naik. Jadi ada

Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan

dengan indikatornya Price to Book Value. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Apriyani & Pulungan (2020).

2.2.7 Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA)

dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to

Book Value (PBV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham.

dijelaskan bahwa Economic Value Added (EVA) dapat mempengaruhi Return Saham,

karena adanya peningkatan Economic Value Added (EVA) dapat memberikan

dampak positif terhadap harga saham perusahaan tersebut


45

Adaapun faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian saham

atau Return Saham adalah Market Value Added (MVA). karena harga pasar saham di

pasar modal mencerminkan kinerja internal perusahaan. Market Value Added (MVA)

adalah selisih antara nilai pasar saham dengan total modal yang diberikan investor ke

dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk memperlihatkan perbedaan antara

modal yang dimasukkan investor dengan apa yang mereka peroleh. Jika MVA positif

otomotatis akan mempengaruhi harga saham, secara tidak langsung jika harga saham

naik maka Return Sahamnya pun ikut meningkat

Ada juga faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Return Saham adalah Price

to Book Value, adalah rasio yang dapat mempengaruhi Return Saham. semakin tinggi

Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan bahwa semakin baik pula

perusahaan namun dilihat juga dari prospek dan kinerja perusahaan, Jika PBV

meningkat otomatis nilai perusahaan dimata imvestor akan ikut meningkat juga, dan

hal ini akan mempengaruhi harga sahamnya yang kemudia akan berdampak pada

peningkatan Return Saham.

Hal ini sejalan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayi & Subagio

(2019) menjelaskan bahwa secara simultan Economic Value Added (EVA), Market

Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Return Saham.

Ketiga indikator ini yang dapat digunakan para pemodal atau investor dalam

melihat daya tarik dari saham. berdasarkan teori, hubungan dan penelitian
46

sebelumnya maka penulis memiliki asumsi, dan dibuatlah paradigma atau kerangka

berpikir sebagai berikut :

Gambar 2.1
Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian


47

Hipotesis penelitian adalah angapan dasar penelitian terhadap suatu

masalah yang sedang dikaji (Umi Narimawati 2020:2) jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan landasan teoritis di atas, hipotesis penelitian dapat

dinyatakan sebagai berikut:

H1 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Return Saham

pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

H2 : Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap Return Saham

pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

H3 : Price to Book Value (PBV) berpengaruh terhadap Return Saham pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

H4 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Market Value

Added (MVA) pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.


48

H5 : Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap Price to Book

Value (PBV) pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

H6 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Price to Book

Value (PBV) pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

H7 : Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan

Price to Book Value (PBV) secara simultan berpengaruh terhadap Return

Saham Periode 2016-2020


BAB III

METEDEOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Ermaya, A. Y., Iqbal, M., & Putri, F. C. (2016) Metode penelitian

adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat

data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan

menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor -faktor yang

berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu

kebenaran data-data yang akan diperoleh.

Oleh karena itu objek penelitian yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Economic Value Added (EVA) (X1), Market Value Added (MVA) (X2) dan

Price to Book Value (PBV) merupakan variabel bebas (Variabel Independen)

2. Return Saham (Y) merupakan variabel terikat (Variabel Dependen).

Menurut Nazir (2011:52) dalam Setiawan (2019) metode deskrptif adalah satu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu subjek, suatu keadaan, suatu

pandangan atau pun kejadian pada masa sekarang.

Maka dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memberikan

jawaban atau gambaran tentang:

49
50

1. Bagaimana perkembangan Nilai Tambah Ekonomi (EVA) pada Perusahaan

Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

2. Bagaimana perkembangan Nilai Tambah Pasar (MVA) pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

3. Bagaimana perkembangan Price Book Value (PBV) pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

4. Bagaimana perkembangan Tingkat Return Saham pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020.

Menurut Umi Narimawati, et al (2010:29) dalam Indriani (2019) metode

verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu

cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan ditempat lain dengan

mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.

Menurut Sugiyono (2017:20) dalam Pujiati (2018) metode verifikatif dapat

diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini metode verifikatif digunakan untuk memberikan jawaban

atau gambaran tentang:


51

5. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market

Value Added (MVA) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

6. Seberapa besar pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Price to Book

Value (PBV) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.

7. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Price to

Book Value (PBV) pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2016-2020.

8. Seberapa besar pengaruh Nilai Tambah Ekonomi (EVA), Nilai Tambah Pasar

(MVA) dan Price Book Value (PBV) terhadap Return Saham baik secara

parsial ataupun simultan pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Ermaya, Iqbal, & Putri (2016) Metode Penelitian adalah suatu teknik

atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data

primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya

ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-

pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan

diperoleh.
52

Iffan & Yulianti (2017) mendefinisikan metode penelitian sebagai berikut : “Metode

penelitian adalah suatu metode yang dilakukan untuk meneliti dan menyelesaikan

suatu masalah yang terjadi”

Menurut Linna Ismawati (2017): “Metode verifikatif digunakan untuk menguji

faktorfaktor determinan kinerja keuangan”.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati, Sri Dewi

Anggadini, dan Linna Ismawati (2010: 29) yaitu Metode verifikatif yaitu memeriksa

benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa

perbaikan yang telah dilaksanakan ditempat lain dengan mengatasi masalah yang

serupa dengan kehidupan.

Bentuk peneilitan verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan

perhitungan statistik (Moh. Nazir, 1999 : 63 dalam Rizki Zulfikar 2008)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam desain penelitian perlu untuk menentukan tahapan atau prosedur

penelitian, hal tersebut dinilai sangat penting karena untuk melakukan penelitian tentu

harus terencana agar dapat berjalan dengan sistematis, rencana atau tahapan tersebut

dimaksudkan untuk mendatkan data yang relevan dan dapat dipercaya. Adapun

langkah-langkah desain penelitian, menurut Umi Narimawati (2010:30).

Berdasarkan penjelasan diatas maka desain penelitian ini adalah sebagai berikut :
53

1. Mencari sumber permasalahan penelitian dengan melakukan survey awal untuk

menentukan fenomena yang terjadi yaitu mengenai Pengaruh Economic Value

Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV)

terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Tambang yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada Economic Value Added (EVA),

Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return

saham pada Perusahaan Sektor Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

3. Menetapkan rumusan masalah tentang bagaimana perkembangan Economic

Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book Value (PBV)

dan Return Saham serta seberapa besar pengaruh Economic Value Added

(EVA) terhadap Market Value Added (MVA), Market Value Added (MVA)

terhadap Price to Book Value (PBV), Economic Value terhadap (EVA)

terhadap Price to Book Value (PBV) serta Economic Value Added (EVA),

Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return

Saham pada Perusahaan Sektor Tambang yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020

4. Menetapkan tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana perkembangan

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book

Value (PBV) dan Return Saham, serta seberapa besar pengaruh Economic

Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA), Market Value
54

Added (MVA) terhadap Price to Book Value (PBV), Economic Value terhadap

(EVA) terhadap Price to Book Value (PBV) serta seberapa besar pengaruh

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to

Book Value (PBV) terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Tambang

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

5. Pengajuan hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi

yang didukung oleh teori pada Economic Value Added (EVA), Market Value

Added (MVA), Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan secara

parsial dan simultan terhadap Return Saham.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang

digunakan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Economic Value Added

(EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV)

sedangkan untuk variabel terikatnya adalah Return Saham pada Perusahaan

Sektor Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan

data. Dalam penelitian ini sumber data menggunakan data sekunder yaitu dari

annual resport tahunan perusahaan dan dari website www.idx.co.id. Sampel

yang digunakan yaitu berjumlah 30 sampel dari 6 perusahaan. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dari studi pustaka dan

dokumentasi.

8. Melakukan analisis data dengan menggunakan desktiptif verifikatif mengenai

perkembangan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),


55

Price to Book Value (PBV) dan Return Saham pada Perusahaan Sektor

Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian dengan menarik kesimpulan atas jawaban

terhadap rumusan masalah berdasarkan hasil analisis berupa informasi

mengenai solusi dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

Maka data yang akan di ambil memiliki tujuan untuk mendapatkan jawaban-

jawaban dari masalah yang terjadi di lapangan, penulis membuat tabel desain

penelitian agar mengetahui metode yang digunakan tiap-tiap tujuan dimana

mengetahui perkembangan rasio nilai tambah ekonomi (eva), nilai tambah pasar

(mva) dan rasio nilai buku (pbv) terhadap tingkat pengembalian saham yang dimana

data waktu menggunakan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1
Desain Penelitian

Desain Penelitian
Tujuan Penelitian
Jenis Metode yang Time
Unit Analisis
Penelitian digunakan Horizon

Perusahaan Sub
Untuk mengetahui
Sektor
perkembangan Nilai
Pertambangan
Tambah Ekonomi (EVA) Time Series
Batubara Yang
pada Perusahaan Sub Deskriptif dan Cross
Deskriptif Terdaftar Di
Sektor Pertambangan dan survey Sectional
Ursa Efek
Batubara Yang Terdaftar (Data Panel)
Indonesia
Di Bursa Efek Indonesia
(Periode 2016-
Periode 2016-2020
2020)

Untuk mengetahui Deskriptif Deskriptif Perusahaan Sub Time Series


perkembangan Nilai Sektor dan Cross
56

Pertambangan
Tambah Pasar (MVA)
Batubara Yang
pada Perusahaan Sub
Terdaftar Di
Sektor Pertambangan Sectional
dan survey Ursa Efek
Batubara Yang Terdaftar (Data Panel)
Indonesia
Di Bursa Efek Indonesia
(Periode 2016-
Periode 2016-2020
2020)

Perusahaan Sub
Untuk mengetahui Sektor
perkembangan Price Book Pertambangan
Value (PBV) pada Time Series
Batubara Yang
Perusahaan Sub Sektor Deskriptif dan Cross
Deskriptif Terdaftar Di
Pertambangan Batubara dan survey Sectional
Ursa Efek
Yang Terdaftar Di Bursa (Data Panel)
Indonesia
Efek Indonesia Periode (Periode 2016-
2016-2020 2020)

Perusahaan Sub
Untuk mengetahui Sektor
perkembangan Tingkat Pertambangan
Return Saham pada Time Series
Batubara Yang
Perusahaan Sub Sektor Deskriptif dan Cross
Deskriptif Terdaftar Di
Pertambangan Batubara dan Survey Sectional
Ursa Efek
Yang Terdaftar Di Bursa (Data Panel)
Indonesia
Efek Indonesia Periode (Periode 2016-
2016-2020 2020)

Untuk mengetahui Perusahaan Sub


pengaruh Economic Value Sektor
Added (EVA) terhadap Pertambangan
Time Series
Market Value Added Deskriptif Batubara Yang
dan Cross
(MVA) pada Deskriptif dan Terdaftar Di
Sectional
Pertambangan Batubara Verifikatif Ursa Efek
(Data Panel)
Yang Terdaftar Di Bursa Indonesia
Efek Indonesia Periode (Periode 2016-
2016-2020. 2020)

Perusahaan Sub
Untuk mengetahui Sektor
pengaruh Market Value Pertambangan
Added (MVA) terhadap Time Series
Deskriptif Batubara Yang
Price to Book Value (PBV) dan Cross
Deskriptif dan Terdaftar Di
pada Pertambangan Sectional
Verifikatif Ursa Efek
Batubara Yang Terdaftar (Data Panel)
Indonesia
Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2016-
Periode 2016-2020. 2020)

7. Untuk Deskriptif Deskriptif Perusahaan Sub Time Series


mengetahui pengaruh dan Sektor dan Cross
Economic Value Added Verifikatif Pertambangan Sectional
(EVA) terhadap Price to Batubara Yang
57

Book Value (PBV) pada Terdaftar Di


Pertambangan Batubara Ursa Efek
Yang Terdaftar Di Bursa Indonesia (Data Panel)
Efek Indonesia Periode (Periode 2016-
2016-2020 2020)

Untuk Mengetahui Perusahaan Sub


Seberapa besar pengaruh Sektor
Nilai Tambah Ekonomi Pertambangan
(EVA), Nilai Tambah Batubara Yang
Pasar (MVA) dan Price Terdaftar Di Time Series
Book Value (PBV) Deskriptif Ursa Efek dan Cross
terhadap Return Saham Deskriptif dan Indonesia Sectional
baik secara parsial ataupun Verifikatif (Periode 2016- (Data Panel)
simultan pada Perusahaan 2020)
Sub Sektor Pertambangan
Batubara Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016-2020.
58

Gambar 3.1
Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : Economic Value Added (EVA)

X2 : Market Value Added (MVA)

X3 : Price to Book Value (PBV)

Y : Return Saham.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasional Variabel merupakan cara yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dari setiap variabel dengan mengukur sebuah konsep serta caranya

mengukur sebuah konsep.

Agar penelitian dapat dilaksanakan perlu adanya pemahaman mengenai

unsur-unsur yang menjadi dasar penelitian ilmiah, hal tersebut termaut dalam

operasional penelitian. Operasional penelitian digunakan untuk menentukan jenis san

indikator variable yang terikat dalam penelitian ini.


59

Menurut Edison (2018:154) operasional penelitian adalah cara dalam

melakukan mengoprasikan variable sehingga dapat menghasilkan nilai dan gambaran

nyata dalam variable yang akan di teliti.

Berikut pengujian variabel yang telah disusun ke dalam indikator-indikator

yang berhubungan :

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Sumber Data

Economic Menurut Octavianti - Net Operating After Tax (NOPAT) Rasio Laporan
Value (2018) Economic - Weighted Average Cost of Capital Keuangan
Added Value Added (EVA) - Invested Capital
adalah ukuran Nopat – Capital Charge (Invested Capital
keberhasilan X WACC)
manajemen perusahaan
dalam meningkatkan
nilai tambah (value
added) bagi
perusahaan.
Asumsiinya adalah jika
kinerja manajemen
baik / efektif (dilihat
dari besarnya nilai
tambah yang
diberikan), maka akan
tercermin pada
peningkatan harga
saham perusahaan

Market Menurut Mutmainah, - Nilai Pasar Rasio Laporan


Value F., & Santoso , B. H. - Invested Capital Keuangan
Added (2018) Market Value
Added (MVA) M
merupakan alat ukur VA =Nilai Pasar −Invested Capital
eksternal yang
digunakan untuk
mengetahui
kemampuan
perusahaan dalam
mengalokasikan dana.
60

Market value added


adalah perbedaaan
antara nilai dari
perusahaan (hutang dan
ekuitas) dengan total
investasi modal ke
dalam perusahaan

Price to Menurut SATWIKO, - Harga per lembar saham Rasio Laporan


Book Value R., & AGUSTO, V. - Nilai buku Keuangan
(2021) Price to book
value merupakan rasio harga per lembar saham
PBV =
pasar (market ratio) nilai buku per lembar saham
yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga
pasar saham terhadap
nilai buku dari ekuitas
perusahaan. Semakin
tinggi rasio price to
book value,
menunjukkan bahwa
perusahaan mampu
menambah nilai
melalui peningkatan
harga pasarnya

Return Menurut Sundjaja dan - Harga Saham Periode t Rasio Laporan


Saham Balian (2013:36) dalam - Harga Saham Periode t-1 Keuangan
AYI, Y. O. T., &
Subagio, S. (2019) Return Saham (Pt – Pt-1)
Return Saham adalah Pt-1
total laba atau rugi
yang diperoleh investor
dalam periode tertentu
yang dihitung dari
seleisih antara
pendapatan atas
investasi pada masa
sekarang dengan
pendapatan investasi
pada masa lalu.

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data


61

Adapun sumber data yang didapat oleh peneliti adalah data sekunder. Data

sekunder yang dimaksud ialah data yang berbentuk artikel, jurnal, internet dan situs-

situs di internet lainnya.

Menurut Suliyanto, S. E., & MM, S. (2017) Sumber data sekunder adalah data

yang diperoleh tidak langsung dari subyek penelitian. Data sekunder sudah

dikumpulkan dan disajikan oleh pihak lain baik dengan tujuan komersial maupun non

komersial.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

1. Populasi

Menurut Mould dan Upton (2013) dalam Annisa, V. (2020) populasi adalah

untuk menemukan parameter hasil analisis dan sumber dari variabilitas dalam

populasi. Tujuan lainnya adalah untuk mengobservasi konsentrasi pada

pemberian dosis melalui identifikasi dari prediksi kovariat dalam target

populasi, populasi pada penelitian ini yaitu berjumlah 45 Perusahaan Sektor

Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

Tabel 3.3
Populasi Perusahaan Sektor Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

No. Kode Emiten Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk

2 ARII Atlas Resources Tbk


62

3 BOSS Borneo Olah Sarana Sukses Tbk.

4 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk

5 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk

6 BUMI Bumi Resources Tbk

7 BYAN Bayan Resources Tbk

8 DEWA Darma Henwa Tbk

9 DOID Delta Dunia Makmur Tbk

10 FIRE Alfa Energi Investama Tbk

11 GEMS Golden Energy Mines Tbk

12 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk

13 HRUM Harum Energy Tbk

14 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk

15 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk

16 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk

17 MYOH Samindo Resources Tbk

18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk

19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

20 PTRO Petrosea Tbk

21 SMMT Golden Eagle Energy Tbk


63

22 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2012:116), Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, peneliti

memiliki keterbatasan dalam mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel

yang diambil dari populasi. Maka dari itu sampel yang diambil dari populasi harus

representatif. Besarnya sampel ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan

penelitian berdasarkan kriteria - kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Penentuan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Time Series

Laporan Keuangan Perusahaan yang diambil dalam kurung waktu 6 tahun

yaitu 2016-2020.

b. Cross Section

Jumlah perusahaan yang diteliti sebanyak 6 (enam) Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia


64

Periode 2016-2020 . Sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah 6 X

5 = 30 data :

Tabel 3.4
Sampel Perusahaan Sektor Tambang yang ada pada Bursa Efek Indonesia.

No Kode Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk.

2 PTBA Bukit Asam Energi Tbk

3 ITMB Indo Tambangraya Megah Tbk

4 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.

5 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.

6 ARII Atlas Resource Tbk.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa peneliti

mengambil data yang mencakup data untuk perhitungan Economic Value Added

(EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book Value (PBV) dan Return Saham

selama kurun waktu 6 (enam) tahun dari 6 (enam) Perusahaan Sektor Tambang yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020sehingga sampel pada penelitian

ini berjumlah 30 sampel.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh melalui :

1. Observasi
65

Peneliti melakukan observasi pada objek penelitian dengan memperoleh data

sekunder, yaitu dengan melakukan penelitian pada situs resmi Bursa Efek

Indonesia yang beralat situs di www.idx.co.id.

2. Studi Literatur

Peneliti melakukan pembelajaran dari studi literatur dengan cara

menganalisis, mengkaji dan menelaah dari jurnal, buku-buku, koran, berita

dan bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

3.2.5.1.1 Rancangan Analisis Deskriptif

Analisis Deskrptif menurut Nasution, L. M. (2017) adalah Bentuk analisis

data penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan

melalui pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis

penelitian dapat digeneralisasikan atau tidak.

Untuk mengukur Economic Value Added (EVA), Market Value Added

(MVA), Price to Book Value (PBV) dan Return Saham dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

a. Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan selisih dari laba operasi setelah pajak (NOPAT – Net

Operating After Tax) dengan Biaya Modal (Capital Charge).

EVA = Nopat – Capital Charge


66

Nopat = Ebit (1-Pajak)

Capital Charge = Invested Capital X WACC

Invested Capital = Total Utang dan Ekuitas – Utang Jangka Pendek

WACC = (Tingkat Modal X Biaya Utang) (1-Pajak) + (Ekuitas X Biaya

Modal)

Biaya Utang = Beban Bunga X 100%

Total Utang Jangka Panjang

Pajak = Beban Pajak X 100%

Laba Bersih Sebelum Pajak

Ekuitas = Total Ekuitas X 100%

Total Utang dan Ekuitas

Biaya Modal = Laba Bersih Setelah Pajak X 100%

Total Ekuitas

b. Market Value Added (MVA)

MVA merupakan perbedaan antara modal yang dimasukkan dengan

apa yang mereka peroleh. Perusahaan seharusnya memaksimalkan nilai MVA

untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham dari apa yang telah mereka

tanamkan

MVA = Nilai Pasar Saham – Modal yang diinviestasikan

c. Price to Book Value (PBV)


67

PBV merupakan indicator dari nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai

PBV maka artinya semakin bagus juga perusahaan tersebut di mata investor.

Karena PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku

nya.

PB

V =

Har

d. Return Saham

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi.

Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan

harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi.

Return Saham = (Pt – Pt-1)

Pt-1
Pt = Harga Saham Akhir Periode

Pt-1 = Harga Saham Akhir Periode Tahun Sebelumnya.

e. Rumus Perkembangan

Adapun rumus perkembangan untuk mengetahui seberapa besar

perkembangan variabel dari periode sebelumnya. rumusnya sebagai berikut

𝑃𝑒𝑟𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = Pn-Pn-1 𝑥100%

Pn-1
68

3.2.5.1.2 Rancangan Analisis Verifikatif

Analisis Verifikatif menurut Sugiyono (2011:31) yaitu Dalam penelitian

kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa

statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik

parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila

penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis

selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel,

tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan

pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan

interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis verifikatif bertujuan

untuk mengetahui pengaruh setiap variabel baik secara parsial maupun simultan.

a) Analisis Jalur (Path Analysis)

Dalam penelitian ini analisis jalur yang digunakan untuk menganalisis Economic

Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value terhadap

Return Saham, berikut adalah paradigma analisis jalur pada penelitian ini :
69

Gambar 3.2
Paradigma Analisis Jalur

Gambar diatas menjelaskan adanya hubungan antara variabel eksogen yaitu

X1 dan X2, kemudian X2, dan X3, serta X1 dan X3 dengan variabel endogen Y.

Garis antara X1 dan X3 menggambarkan adanya hubungan korelasi.

a. Pengaruh dari X1, X2 dan X3 terhadap Y secara parsial disebut pengaruh

langsung (direct effect).


70

b. Pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y secara simultan disebut pengaruh

langsung (direct effect)

c. Pengaruh dari X1 terhadap Y melalui X2 dan X3 terhadap Y, disebut

pengaruh tidak langsung (indirect effect).

d. Pengaruh dari X2 terhadap Y melalui X1 dan X3 terhadap Y, disebut

pengaruh tidak langsung (indirect effect).

e. Pengaruh dari X3 terhadap Y melalui X1 dan X2 terhadap Y, disebut

pengaruh tidak langsung (indirect effect).

1. Koefisien Jalur

Koefisien jalur digunakan untuk mengidentifikasi besarnya pengaruh

langsung dari suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen. Lebih jelasnya

setiap koefisien jalur terdapat pada sebuah path diagram, maka koefisien jalur pada

penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :

a. px1x2 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X1 terhadap X2

b. px3x2 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X2 terhadap X3

c. px1x3 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X1 terhadap X3

d. Pyx1 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X1 terhadap Y

e. Pyx2 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X2 terhadap Y

f. Pyx3 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X3 terhadap Y

𝑃𝑦𝑥√(1 − 𝑅2𝑦(𝑥1, 𝑥2, 𝑥3))


71

Keterangan :

R2y(x1,x2,x3) = pengaruh variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y

2. Koefisien Struktural

Y = PYX1 + PYX2 + PYX3 + ε

Selain menggunakan diagram jalur untuk menggambarkan model analisis,

dalam penelitian ini juga ditampilkan bentuk persamaan yang disebut persamaan

struktural. Persamaan ini menggambarkan hubungan sebab dan akibat antar variabel

yang diteliti yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis, dimana persamaan

matematis ini dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

PYX1 = Koefisien jalur Economic Value Added (EVA) terhadap Return saham

PYX2 = Koefisien jalur Market Value Added (MVA) terhadap Return saham

PYX3 = Koefisien jalur Price to Book Value terhadap Return saham

ε = Tingkat kesalahan residual/error

b) Koefisien Korelasi
72

1. Koefisien Korelasi Secara Parsial

Untuk mencari koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, X2 terhadap Y,

dan X3 terhadap Y adalah sebagai berikut :

a) menghitung koefisien korelasi antara Economic Value Added (X1) terhadap

Return Saham (Y) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝛴𝑥1𝑦
𝑟𝑥1𝑦 =
√𝛴𝑥2𝛴𝑦2

b) Menghitung koefisien korelasi antara Market Value Added (X2) terhadap

Return Saham (Y) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝛴𝑥2𝑦
𝑟𝑥2𝑦 =
√𝛴𝑥22𝛴𝑦2

c) Menghitung koefisien korelasi antara Price to Book Value (X3) terhadap

Return Saham (Y) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝛴𝑥3𝑦
𝑟𝑥3𝑦 =
√𝛴𝑥32𝛴𝑦2
73

Dengan diketahuinya koefisien setiap variabel maka selanjutnya dapat

diperoleh nilai korelasi parsial. Tahapan perhitungan uji statistik dengan

menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Koefisien korelasi secara parsial antara Economic Value Added (EVA) (X1)

dan Return Saham (Y), apabila Market Value Added (X2) dan Price to Book

Value (X3) dianggap konstan, dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑟𝑥1𝑦 − 𝑟𝑥2𝑦 𝑟𝑥1𝑥2


𝑟𝑥1𝑦 =
√[1 − 𝑟𝑥2𝑦2][1 − 𝑟𝑥1𝑥22]

b) Koefisien korelasi secara parsial antara Market Value Added (MVA) (X2) dan

Return Saham saham (Y), apabila Economic Value Added (X1) dan Price to

Book Value (X3) dianggap konstan, dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑟𝑥2𝑦 − 𝑟𝑥1𝑦 𝑟𝑥1𝑥2


𝑟𝑥2𝑦 =
√[1 − 𝑟𝑥1𝑦2][1 − 𝑟𝑥1𝑥22]

c) Koefisien korelasi secara parsial antara Price to Book Value (X3) dan

Return Saham (Y), apabila Economic Value Added (EVA) (X1) dan

Market Value Added (MVA) (X2) dianggap konstan, dengan perhitungan

sebagai berikut :

𝑟𝑥3𝑦 − 𝑟𝑥1𝑦 𝑟𝑥1𝑥3


𝑟𝑥2𝑦 =
√[1 − 𝑟𝑥1𝑦2][1 − 𝑟𝑥1𝑥32]
74

2. Koefisien Korelasi Secara Simultan

Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya suatu

hubungan antar variabel Economic Value Added (EVA), Market Value Added

(MVA) dan Price to Book Value dengan Return Saham pada Perusahaan Sektor

Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

𝑟2𝑋1Y + 𝑟2𝑋2Y + 𝑟2𝑋2Y − 2𝑟𝑋1Y. 𝑟𝑋2 Y. 𝑟𝑋3 𝑌. 𝑟𝑋1𝑋2 𝑋3


𝑟𝑋1 𝑋2 𝑋3 Y =
√(1 − 𝑟2𝑋1𝑋2 𝑋3)

Keterangan :

R = Koefisien korelasi berganda

X1 = Economic Value Added (EVA)

X2 = Market Value Added (MVA)

X3 = Price to Book Value (PBV)

Y = Return Saham

n = Banyaknya Sampel

Kuat dan tidaknya hubungan antar variabel terdapat dari beberapa kategori

koefisien korelasi yang memiliki nilai 0 ≤ R ≤ 1 dimana:


75

a. Apabila R=1, maka korelasi antara variabel dikatakan sempurna; dan

b. Apabila R= 0, maka hubungan antara variabel sangat lebar atau tidak ada

hubungan sama sekali.

Tabel 3.5
Tingkat Keeratan Korelasi

Sangat rendah (hampir tidak ada


0 – 0,20
hubungan)

0,21 – 0,40 Korelasi yang lemah

0,41 – 0,60 Korelasi sedang

0,61 – 0,80 Cukup tinggi

0,81 – 1 Korelasi tinggi

Besarnya koefisien korelasi adalah -1 ≤ r ≤1 adalah sebagai berikut :

1. Apabila (-) artinya terdapat hubungan negatif

2. Apabila (+) artinya terdapat hubungan positif

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

1. Jika R = -1 atau mendekati -1, dan hubungan antar variabel kuat dan

mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau

sebaliknya).

2. Jikaa r = +1 atau mendekati +1, dan hubungan yang kuat antara variabel X

dan variabel Y dan hubungannya searah.

Sedangkan nilai r akan dikonsultasikan dengan table interpretasi nilai r sebagai


76

berikut .

Tabel 3.6
Pedoman Interptasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubugan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0.399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

d) Koefisien Determinasi

Dalam Analisis koefisien determinasi terdapat suatu angka yang sering

disebut koefisien penentu, dalam penelitian ini menggunakan analisis

determinasi secara parsial dan simultan, sebagai berikut :

1. Analisis Koefisien Determinasi Parsial

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase yang

diberikan kepemilikan Economic Value Added (EVA), Market Value Added

(MVA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham secara

parsial, adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Kd = β x Zero Order x 100%

Keterangan :

β = Beta (nilai standardized coefficients)


77

Zero order = Matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat

Dimana Apabila :

Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah

Kd = 1, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, kuat.

2. Analisis Koefisien Determinasi Simultan

Analisis ini ditujukan untuk mengetahui besaran kontribusi pengaruh

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to Book

Value (PBV) terhadap Return saham dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kd = R² x 100%

Keterangan :

Kd = Koefisien determinasi

R2 = Koefisien Korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase

Dengan begitu masing-masing variabel Economic Value Added (EVA) (X1),

Market Value Added (MVA) (X2) dan P r i c e t o B o o k V a l u e (X3) terhadap

Return Saham (Y), dapat diketahui koefisien korelasinya. Kemudian menentukan

Koefisien determinasi yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

yang antara masing-masing variabel bebas (X1, X2 dan X3) terhadap variabel terikat
78

(Y). Pada dasarnya jika nilai r berada di antara -1 dan 1, maka dapat diartikan

memiliki hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan terikat, namun jika r

mendekati 0, maka diartikan hubungan atara variabel bebas dengan terikat sangat

lemah atau tidak ada.

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:159), “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Hipotesis yang akan diuji dalam

penelitian ini berkaitan dengan sejauh mana pengaruh suatu variabel terhadap

variabel lainnya. Yaitu Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA)

dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham.

Tahapan – tahapan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Variabel Pengukuran :

Variabel X1 = Economic Value Added (EVA)

Variabel X2 = Market Value Added (MVA)

Variabel X3 = Price to Book Value (PBV)

Variabel Y = Return Saham

Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat ada tidaknya korelasi dan


79

pengaruh variabel independen, yaitu Economic Value Added (EVA) (X1), Market

Value Added (MVA) (X2) dan Price to Book Value (X3) secara signifikan terhadap

Return Saham (Y).

Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t)

Dalam penelitian ini, uji t digunakan untuk menguji ada tidaknya dampak

signifikan secara parsial dari masing-masing variabel independen (X) dengan variabel

dependen (Y). Selanjutnya pengujian dengan menggunakan uji statistik t.

a. Menurut Sugiyono (2014:184) rumus uji T yang digunakan untuk menguji

hipotesis tersebut, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

t hitung =

Keterangan :

t = Probabilitas

r = Koefisien korelasi

n = jumlah periode.

b. Hipotesis

Adapun hipotesis statistik yang akan di uji dalam penelitian ini adalah sebagai
80

berikut :

a. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham

H0 : β1 = 0 artinya Economic Value Added (EVA) terdapat

pengaruh tidak signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan

Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020

Ha : β1 ≠ 0 artinya Economic Value Added (EVA) terdapat

pengaruh signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.

b. Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham.

H0 : β2 = 0 artinya Market Value Added (MVA) terdapat pengaruh

tidak signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.

Ha : β2 = 0 artinya Market Value Added (MVA) terdapat pengaruh

signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan Sub Sektor

Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020.

c. Pengaruh Prie to Book Value (PBV) terhadap Return Saham


81

H0 : β3 = 0 artinya Price to Book Value (PBV) terdapat pengaruh

tidak signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan Sub

Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.

Ha : β3 = 0 artinya Price to Book Value (PBV) terdapat pengaruh

signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan Sub Sektor

Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020.

d. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value

Added (MVA)

H0 : β1 = 0 artinya Economic Value Added (EVA) terdapat

pengaruh tidak signifikan terhadap Market Value Added (MVA)

pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

Ha : β1 = 0 artinya Economic Value Added (EVA) terdapat

pengaruh signifikan terhadap Market Value Added (MVA) pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

e. Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Economic Value

Added (EVA)

H0 : β2 = 0 artinya Market Value Added (MVA) terdapat pengaruh


82

tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

Ha : β2 = 0 artinya Market Value Added (MVA) terdapat pengaruh

signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada Perusahaan

Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020.

f. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Price to Book

Value (PBV)

H0 : β1 = 0 artinya Economic Value Added (EVA) terdapat

pengaruh tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV)

pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

H0 : β1 = 0 artinya Economic Value Added (EVA) terdapat

pengaruh signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada

Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

c. Kriteria
83

Gambar 3.3
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Parsial.

Gambar diatas memperlihatkan daerah penerimaan dan penolakan H0. Untuk

menarik kesimpulan dari hipotesis di atas dilakukan dengan membandingkan nilai t

hitung dan t tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α =5%). Adapun kriteria

dari pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut :

a) t hitung > t tabel maka H0 ditolak, artinya signifikan.

b) t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak signifikan.

2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F)

Untuk menguji secara simultan ada tidaknya hubungan variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y), maka pengujian dilakukan dengan uji statistik F

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Rumus uji F yang digunakan adalah :

R ₂( n−k −1)
F= 2
k (1 R )

Keterangan :
84

R2 = Koefisien Determinasi

K = Banyaknya Koefisien Regresi

N = Jumlah Sampel

b. Hipotesis

Menentukan hipotesis secara simultan variabel variabel dependen yaitu Harga

Saham yang dipengaruhi variabel independen yaitu Economi Value Added

(EVA), Market Value Added (MVA) dan Price to Book Value (PBV)

H0 : β1β2β3 = 0, Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA)

dan Price to Book Value (PBV) secara simultan berpengaruh tidak signifikan

terhadap Retuen Saham pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan

Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

Ha : β1β2β3 ≠ 0, Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA)

dan Price to Book Value (PBV) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Return Saham pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020.

c. Kriteria

Hasil F dihitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

- Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien positif.

- Tolak Ho jika Fhitung < Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien negatif.

- Tolak Ho Jika nilai F-sign < 0,05.


85

Gambar 3.4
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Simultan.

3. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya.

Jika t hitung berada di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima)

dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan).

Kesimpulannya Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA)

dan Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan (tidak signifikan) terhadap

Return Saham.

Tingkat signifikannya yaitu 5 % (α= 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak

(diterima) dengan taraf kepercayaan 95%, maka kemungkinan bahwa hasil dari

penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 % dan hal ini menunjukan adanya

pengaruh yang signifikan (tidak signifikan) antara 3 (tiga) variabel tersebut.


86

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Pada umumnya pasar modal hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar

modal hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia.

Pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah

kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan sesuai yang diharapkan, pada beberapa

periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan karena

beberapa faktor yaitu perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari

pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi

yang menyebabkan operasi pasar modal tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
87

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat

sebagai berikut :

Tabel 4.1
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Perkembangan Keterangan

Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah


[Desember 1912]
Hindia Belanda

[1914 – 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di


[1925 – 1942]
Semarang dan Surabaya.

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939]
ditutup.

[1942 – 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

[1956] Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

[1956 – 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum.

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan


dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan
[10 Agustus 1977]
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen
Cibinong sebagai emiten pertama.

Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
[1977 – 1987] mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
88

Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang


[1987] memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu


[1988 – 1990]
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh


[2 Juni 1988] Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer

Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang


[Desember 1988] memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
[16 Juni 1989]
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar


[13 Juli 1992]
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan system


[22 Mei 1995]
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.


[1995]

Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan


[2000]
di pasar modal Indonesia.

BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote


[2002]
trading).

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)


[2007]
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:


[02 Maret 2009]
JATS-NextG.

Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

Perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan berbagai

syarat yang telah dipenuhi. Perusahaan tersebut terdiri dari berbagai sektor yang ada.

4.1.1 Sejarah Perusahaan


89

Penlitian ini dilkuakan pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020. Di bawah ini akan

disajikan mengenai deskripsi sejarang perusahaan secara singkat diantaranya sebagai

berikut:

1. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk

PT Adaro Indonesia (AI) merupakan perusahaan pertambangan

terbesar Grup Adaro yang beroperasi di kabupaten Tanjung provinsi

Kalimantan Selatan di bawah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B) dengan Pemerintah Indonesia. Perjanjian ini valid sampai

2022 dengan hak untuk memperpanjang periode kontrak. Pada tanggal 17

Januari 2018, AI dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Batubara

menandatangani amandemen PKP2B yang mengandung penyesuaian terhadap

ketentuan PKP2B dalam rangka mematuhi ketentuan UU no. 4 tahun 2009

mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara sesuai persyaratan yang

dinyatakan dalam pasal 169 UU tersebut. Kepemilikan AI terdiri dari

Electricity Generating Authority of Thailand International Company Limited

(EGATi), perusahaan listrik negara Thailand, dan PT Alam Tri Abadi, anak

perusahaan PT Adaro Energy Tbk, masing-masing dengan porsi 11,5% and

88,5%. AI memproduksi batubara sub-bituminus dengan nilai kalor menengah

antara 4.000 kkal/kg dan 5.000 kkal/kg GAR dari tiga tambang batubaranya:

Paringin, Tutupan dan Wara. Batubara yang diproduksi AI dijual dengan

merek Envirocoal karena karakteristiknya yang berkandungan polutan sangat


90

rendah, yang juga menempatkannya sebagai salah satu batubara yang paling

ramah lingkungan di dunia. Di bawah ini akan disajikan struktur organisasi

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk

2. PT Bukit Asam Energi Tbk

Pada tahun 1923-1940 tentang Air Laya mulai menggunakan metode

penambangan bawah tanah. Dan pada periode tersebut mulai dilakukan

produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun 1938. Pada tahun

1950 Pengesahan pembentukan PN TABA. Seiring dengan berakhirnya

kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian


91

berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional.

Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengesahkan

pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).

Pada 1 Maret 1981 Perubahan Status Menjadi PT. PN TABA kemudian

berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam

(Persero), yang selanjutnya disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka

meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada 1990

Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan

Perseroan.

Pada 23 Desember 2022 Mencatatkan PTBA di Bursa Efek Sesuai

dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993

Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu

bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan

publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”. Pada 29

November 2017 Catatan Bersejarah PTBA Pada tanggal ini menjadi catatan

sejarah bagi PTBA saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa. Agenda utama dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni

persetujuan perubahan Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan status

Perseroan dari Persero menjadi Non-Persero sehubungan dengan PP 47/2107

tentang Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia kedalam

Modal Saham PT Inalum (Persero), Persetujuan Pemecahan Nominal Saham

(stock split), dan Perubahan susunan Pengurus Perseroan.Dengan beralihnya


92

saham pemerintah RI ke Inalum, ketiga perusahaan tersebut resmi menjadi

anggota Holding BUMN Industri Pertambangan, dengan Inalum sebagai

induknya (Holding).

Pada 14 Desember 2017 Pemecahan Nilai Nominal Saham PTBA

melaksanakan pemecahan nilai nominal saham. Langkah untuk stock split

diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di Bursa

Efek serta memperluas distribusi kepemilikan saham dengan menjangkau

berbagai lapisan investor, sekaligus untuk mendukung program “Yuk Nabung

Saham”. Komitmen yang kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja

perusahaan merupakan faktor fundamental dari aksi korporasi tersebut. Pada

tahun 2018 Financial Closed Perusahaan melakukan Financial Closed dengan

China Export Import Bank terkait dengan pinjaman untuk pembangunan

PLTU Mulut Tambang Sumsel 8. Pencapaian laba bersih tahun 2018 yang

tercatat sebesar Rp5,02 triliun, tertinggi sejak Perusahaan beroperasi. Pada

tahun 2019 Ombilin Coal Mining Heritage PTBA menerima Sertifikat

Warisan Budaya Dunia Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto dari

UNESCO. Pada tahun 2020 Manajemen Anti Suap ISO 37001:2016 Bukit

Asam terapkan manajemen anti suan ISO 37001:2016 dan menjadi BUMN

pertama di Sekitarnya yang menerapkan ISO 37001:2016. Di bawah ini akan

disajikan struktur organisasi PT Bukit Asam Energi Tbk yaitu sebagai berikut:
93

Gambar 4.2
Struktur Organisasi PT Bukit Asam Energi Tbk

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) didirikan tanggal 02

September 1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Indo Tambangraya

Megah Tbk (28-Feb-2022), yaitu: Banpu Minerals (Singapore) Pte.Ltd

(65,14%). Induk usaha Indo Tambangraya Megah Tbk adalah Banpu Minerals
94

(Singapore) Pte.Ltd. Sedangkan Induk usaha utama ITMG adalah Banpu

Public Company Limited, sebuah perusahaan yang didirikan di Kerajaan

Thailand. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

ITMG adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan,

pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian dan jasa. Kegiatan

utama ITMG adalah bidang pertambangan dan energi melalui investasi pada

entitas anak usaha yang dimilikinya, yang bergerak dalam industri

pertambangan batubara dan jasa pertambangan, perdagangan batubara,

perdagangan minyak, pemasaran energi, dan pembangkit tenaga listrik. Pada

tanggal 07 Desember 2007, ITMG memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ITMG

(IPO) kepada masyarakat sebanyak 225.985.000 dengan nilai nominal

Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp14.000,- per saham. Saham-

saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18

Desember 2007. Di bawah ini akan disajikan struktur organisasi PT Indo

Tambangraya Megah Tbk yaitu sebagai berikut:


95

Gambar 4.3
Struktur Organisasi PT Indo Tambangraya Megah Tbk

4. PT Delta Dunia Makmur Tbk

PT Delta Dunia Makmur Tbk. (“Perseroan”) atau yang lebih umum

disebut sebagai Delta Dunia, adalah perusahaan terbuka yang didirikan

berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia dan berdomisili di Jakarta.

Saham Perseroan tercatat pada Bursa Efek Indonesia (“BEI”) sejak tanggal 15

Juni 2001 dengan kode perdagangan saham DOID. Sebagai perusahaan induk,

Perseroan memiliki anak perusahaan operasional, PT Bukit Makmur Mandiri

Utama (“BUMA”), salah satu kontraktor pertambangan batubara terbesar di

Indonesia berdasarkan volume produksi. Pada bulan Desember 2021, BUMA,

melalui BUMA Australia Pty. Ltd., anak perusahaan yang dimiliki

sepenuhnya oleh BUMA, mengakuisisi Open Cut Mining East di Australia,


96

yang sebelumnya merupakan segmen bisnis Downer EDI Mining Pty. Ltd

(“BUMA Australia”). Perseroan juga memiliki dua anak perusahaan lainnya,

yaitu PT Banyubiru Sakti (“BBS”) dan PT Pulau Mutiara Persada (“PMP”),

yang saat ini merupakan entitas non-aktif. Sebagai perusahaan terbuka,

kepemilikan Perseroan saat ini sebesar 37,86% dipegang oleh Northstar

Tambang Persada, Ltd. yang terdiri dari Souls Humanity Pte. Ltd., dengan

sisanya dimiliki oleh pemegang saham publik. Perseroan berkomitmen untuk

menjadi yang terbaik di semua aspek bisnisnya untuk menciptakan nilai bagi

pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Perseroan awalnya didirikan pada tanggal 26 November 1990 dengan

nama PT Daeyu Poleko Indonesia. Sejak itu, Perseroan telah mengalami

beberapa kali perubahan nama dalam beberapa tahun, dan akhirnya

dinamakan PT Delta Dunia Makmur Tbk. di 2009. Pada awal pendiriannya,

Perseroan bergerak dalam bidang usaha tekstil berorientasi ekspor,

memproduksi berbagai jenis benang rayon, kapas, dan poliester. Perseroan

kemudian mengubah strategi bisnisnya dengan menjual manufaktur tekstilnya

pada Februari 2008 dan mengubah bisnisnya dengan fokus pada

pengembangan properti komersial dan industri di Indonesia. Pada bulan

November 2009, Perseroan mengakuisisi 99,9% saham BUMA dan

selanjutnya melakukan divestasi bisnis propertinya. Sejak saat itu, bisnis

utama Perseroan difokuskan pada jasa kontraktor penambangan batubara.

Akuisisi BUMA atas BUMA Australia sejalan dengan strategi Perseroan


97

untuk terus menemukan dan memanfaatkan peluang diversifikasi dan ekspansi

untuk melengkapi dan memperkuat portofolio bisnisnya, memperluas

jangkauan dan kemampuan geografisnya. Perseroan dan anak usahanya

bertujuan untuk menjadi yang terdepan dalam penyediaan keseluruhan jasa

pertambangan untuk menciptakan nilai optimal bagi pemegang saham dan

pemangku kepentingan. Di bawah ini akan disajikan struktur organisasi PT

Delta Dunia Makmur Tbk yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.4
Struktur Organisasi PT Delta Dunia Makmur Tbk
98

5. PT Resource Alam Indonesia Tbk

Didirikan pada tahun 1981, PT Resource Alam Indonesia Tbk pada

awalnya bernama PT Kurnia Kapuas Utama Lem Industri (KKGI) dan terlibat

dalam produksi perekat kayu. Pada tahun 1991, KKGI melakukan Penawaran

Umum Perdana dengan menerbitkan 4,5 juta saham dengan harga penawaran

Rp5.700 per saham. Sejak itu, saham Perusahaan diperdagangkan di bawah

kode saham "KKGI". Pada tahun 2003, Perusahaan berganti nama menjadi PT

Resource Alam Indonesia Tbk dan melakukan diversifikasi ke industri

pertambangan batubara. Sejak 2006, Perusahaan telah mengoperasikan 3

(tiga) lokasi penambangan di Simpang Pasir, Gunung Pinang, dan Bayur dari

total area konsesi PKP2B seluas 24.477 hektar. Total produksi batubara anak

perusahaan Perseroan telah mencapai 2,2 juta MT pada tahun 2010 dan

meningkat sebesar 91% menjadi 4,2 juta MT pada tahun 2012 dan 2013, yang

menjadikan total produksi batubara dari tahun 2006 hingga 2013 menjadi 12,7

juta MT. Di bawah ini akan disajikan struktur organisasi PT Resource Alam

Indonesia Tbk yaitu sebagai berikut:


99

Gambar 4.5
Struktur Organisasi PT Resource Alam Indonesia Tbk

6. PT Atlas Resource Tbk

Berdiri sejak 26 Januari 2007, PT Atlas Resources Tbk (“Perseroan”)

adalah salah satu produsen batubara yang cukup dikenal di Indonesia. Dalam

perjalanan usahanya selama sepuluh tahun, Perseroan mengalami

pertumbuhan bisnis yang pesat menyusul dilakukannya aksi akuisisi,

eksplorasi dan pengembangan, dengan fokus awal pada wilayah

pertambangan batubara regional berskala kecil. Sejak mulai beroperasi,

Perseroan telah terlibat dalam sejumlah pengembangan proyek, di antaranya


100

proyek eksplorasi dan produksi di lokasi tambang PT Diva Kencana Borneo

(DKB) di Hub Kubar yang memproduksi batubara dengan kandungan kalori

tinggi dan batubara jenis metallurgical coal. Selain itu, Perseroan juga

melakukan ekspansi aset pertambangan dengan mengakuisisi PT Hanson

Energy di Hub Oku dan kemudian dilengkapi dengan aksi akuisisi atas Grup

Gorby, yang kini dikenal dengan Proyek Mutara (dahulu Muba), serta atas PT

Optima Persada Energi (OPE), yang memiliki 6 lahan konsesi pertambangan.

Selain itu Perseroan juga memiliki beberapa anak usaha di bidang jasa

logistik. Melalui berbagai langkah strategis tersebut, Perseroan mampu

memperluas skala produksi batubara yang dimilikinya. Hingga kini, Perseroan

telah memiliki banyak lahan konsesi yang secara keseluruhan mencapai luas

lebih dari 200.000 Ha. Di bawah ini akan disajikan struktur organisasi PT

Atlas Resources Tbk yaitu sebagai berikut:


101

 Gambar 4.6
Struktur Organisasi PT Atlas Resources Tbk

4.2 Analisis Deskriptif

Pada sub ini akan dijelaskan hasil analisis deskriptif dari setiap variabel dalam

penelitian ini berdasarkan data hasil perhitungan dari setiap variabel. Data-data yang

telah tersedia akan disajikan dalam bentuk tabel deskriptif agar mempermudah dalam
102

menjelaskan hasil penelitian ini. Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan

untuk menjelaskan perkembangan nilai tambah ekonomi (EVA), nilai tambah pasar

(MVA), rasio nilai buku (PBV), dan tingkat pengembalian saham (return saham)

pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2020 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

4.2.1 Perkembangan Economic Value Added (EVA) Pada Perusahaan

Subsektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2020

Economic value added (EVA) adalah ukuran keberhasilan manajemen

perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan

(Octavianti, 2018). Pengukuran economic value added (EVA) bertujuan untuk

mengetahui seberapa tinggi kinerja manajemen perusahaan dalam menciptakan nilai

tambah bagi pemegang saham terlihat dari laba operasi setelah pajak yang dihasilkan

perusahaan setelah dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan (Invested

Capital) dan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Menurut Octavianti (2018)

menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung economic value added (EVA) yaitu

sebagai berikut :

EVA = NOPAT -Capital Changers

Di bawah ini akan disajikan tabel perkembangan economic value added

(EVA) pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebagai berikut :


103

Tabel 4.1
Data Perkembangan Economic Value Added (EVA)
N EVA
Perusahaan Tahun Perkembangan Keterangan
o (Dalam Jutaan)
2016 394.325 - -
2017 573.321 178.996 Naik
1 ADRO 2018 565.556 -7.765 Turun
2019 399.408 -166.148 Turun
2020 211.487 -187.921 Turun
2016 2.041.348 - -
2017 5.469.304 3.427.956 Naik
2 PTBA 2018 5.572.925 103.621 Naik
2019 3.512.831 -2.060.094 Turun
2020 1.637.082 -1.875.749 Turun
2016 145.805 - -
2017 277.173 131.367 Naik
3 ITMG 2018 320.575 43.402 Naik
2019 119.656 -200.918 Turun
2020 68.390 -51.266 Turun
2016 99.763.655 - -
2017 108.448.243 8.684.589 Naik
4 DOID 2018 120.305.601 11.857.357 Naik
2019 86.433.788 -33.871.812 Turun
2020 -1.442.589 -87.876.377 Turun
2016 9.096.732 - -
2017 12.859.093 3.762.361 Naik
5 KKGI 2018 383.289 -12.475.804 Turun
2019 5.556.991 5.173.702 Naik
2020 -7.172.723 -12.729.714 Turun
2016 -28.040 - -
2017 -22.627 5.413 Naik
6 ARII 2018 -28.971 -6.344 Turun
2019 -33.504 -4.533 Turun
2020 -22.369 11.1345 Naik
Sumber : Data Diolah
104

Perkembangan Economic Value Added (EVA)


140,000,000
120,000,000
100,000,000
80,000,000
60,000,000
40,000,000
20,000,000
0
2016 2017 2018 2019 2020
-20,000,000
-40,000,000

Sumber : Data Diolah


Grafik 4.1
Grafik Perkembangan Economic Value Added (EVA)

Berdasarkan data dan grafik 4.1 di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan

perkembangan economic value added (EVA) pada masing-masing perusahaan

subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-2020 cenderung fluktuatif. Di bawah ini akan dijelaskan analisis perkembangan

economic value added (EVA) pada masing-masing perusahaan subsektor

pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020

yaitu sebegai berikut :

1. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk


105

Pada tahun 2016-2017 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Adaro Minerals Indonesia Tbk mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut

dikarenakan dari produksi batubara sebesar 51,79 juta ton, perusahaan mampu

menjual batubara sebesar 51,82 juta ton. Selain itu kondisi pasar batubara

global yang membaik membuat harga jual rata-rata batubara mengalami

peningkatan sebesar 35%. Hal tersebut berdampak pada pendapatan

operasional perusahaan yang mengalami penigkatan sebesar 29,08% dari

tahun 2016 sebesar $2,524 juta menjadi $3,258 juta tahun 2017. Disamping

itu meskipun beban operasional perusahaan mengalami peningkatan sebesar

15% dari $1,839 juta tahun 2016 menjadi $2,117 juta tahun 2017, namun

mampu ditutup dengan pertumbuhan pendapatan operasional yang cukup

signifikan. Divisi pertambangan dan batubatara berkontribusi sebesar 93%

terhadap pendapatan usaha, disamping kontribusi pendapatan dari bisnis non

batubara terus meningkat. Tingginya pendapatan operasional perusahaan

dibandingkan dengan beban operasional perusahaan, serta adanya penurunan

total utang perusahaan berdampak pada peningkatan laba bersih operasi

sebesar 61,98% menjadi $951 juta (Sumber: Annual Report PT Adaro

Minerals Indonesia Tbk).

Pada tahun 2017-2020 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Adaro Minerals Indonesia Tbk cenderung mengalami penurunan. Pada tahun

2018 produksi batubara mengalami peningkatan menjadi 55,05 juta ton

dengan tingkat penjualan sebesar 54,39 juta ton, sehingga berdampak pada
106

pendapatan operasional perusahaan yang mengalami peningkatan menjadi

$3,620 juta akibat adanya peningkatan harga jual rata-rata batubara. Namun

jika dilihat dari pertumbuhan penjualan tahun 2018 hanya sebesar 11,11%

lebih rendah dari tahun 2017 sebesar 29,08%. Penurunan pada tahun 2018

dikarenakan adanya peningkatan beban operasional sebesar 13,84% dari

$2,117 juta menjadi $2,410 juta, hal tersebut dipengaruhi oleh naiknya biaya

penambangan karena kenaikan nisbah kupas, harga bahan bakar minyak, serta

pembayaran royalti kepada pemerintah. Adanya peningkatan beban

operasional yang lebih besar dibandingkan pendapatan operasional, serta

adanya peningkatan nilai total utang berdampak pada menurunya laba bersih

operasi sebesar -10,82% menjadi $478 juta (Sumber: Annual Report PT

Adaro Minerals Indonesia Tbk).

Pada tahun 2019 produksi batubara mengalami peningkatan menjadi

58,03 juta ton dengan tingkat penjualan sebesar 59,19 juta ton, namun hal

tersebut justru menunjukan pendapatan operasional perusahaan yang

mengalami penurunan sebesar -4,50% menjadi $3,457 juta. Hal tersebut

dikarenakan adanya peningkatan beban operasional meskipun hanya sebesar

3,44% atau $2,493 juta seiring dengan peningkatan jumlah produksi, serta

serta adanya peningkatan nilai total utang. Selain itu faktor lainnya yang

cukup signifikan yaitu dipengaruhi oleh penurunan harga batu bara global

yang mempengaruhi harga jual rata-rata yang turun sebesar 13%. Hal ini
107

berdampak pada menurunya laba bersih operasi sebesar -9,00% menjadi $435

juta (Sumber: Annual Report PT Adaro Minerals Indonesia Tbk).

Pada tahun 2020, jumlah produksi batubara mengalami penurunan

menjadi 54,53 juta ton dengan tingkat penjulan sebesar 54,14 juta ton turun

sebesar -8,53% dari tahun sebelumnya. Penurunan jumlah produksi dan

penjualan dikarenakan permintaan batubara yang melemah akibat lockdown di

berbagai negara, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu

adanya penurunan harga batubara global yang mempengaruhi harga jual rata-

rata yang turun sebesar 18%, kondisi makro dan industri yang sulit berdampak

negatif terhadap harga batu bara dunia dan harga jual rata-rata. Hal ini

berdampak pada menurunya pendapatan operasional poerusahaan sebesar -

26,82% menjadi $2,530 juta, meskipun beban operasional mengalami

penurunan sebesar -21,46% menjadi $1,958 juta, namun tidak terlalu

berpengaruh terhadap kinerja operaisonal, terlihat dari penurunan laba operasi

yang cukup signifikan sebesar -63,45% menjadi $159 juta (Sumber: Annual

Report PT Adaro Minerals Indonesia Tbk).

2. PT Bukit Asam Energi Tbk

Pada tahun 2016-2018 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Bukit Asam Energi Tbk mengalami peningkatan. Jumlah produksi dan tingkat

penjulan batubara dari tahun 2016-2018 mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 2017 jumlah produksi sebesar 24,245 juta ton dengan

tingkat penjulan sebesar 23,627 juta ton, sementara tahun 2018 jumlah
108

produksi sebesar 26,335 juta ton dengan tingkat penjulan sebesar sebesar

24,692 juta ton. Pendapatan dan beban operasional perusahaan dari tahun

2016-2018 juga mengalami peningkatan setiap tahunya. Pada tahun 2017

pendapatan operasional sebesar 19,471 triliun dengan beban operasional

sebesar 10,964 triliun, sementara tahun 2018 pendapatan operasional sebesar

21,166 triliun dengan beban operasional sebesar 12,621 triliun. Peningkatan

pendapatan operasional perusahaan tidak terlepas dari kondisi harga batubara

dunia yang baik yang meningkatkan harga rata-rata batubara. Pendapatan

operasional yang lebih tinggi dibandingkan beban operasional berdampak

pada meningkatnya laba operasi perusahaan tahun 2017 sebesar 5,898 trilun

dengan peningkatan 133,07% dari tahun 2016, serta tahun 2018 sebesar 6,224

trilun dengan peningkatan sebesar 5,52% dari tahun 2017 (Sumber: Annual

Report PT Bukit Asam Energi Tbk).

Pada tahun 2018-2020 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Bukit Asam Energi Tbk mengalami penurunan. Pada tahun 2019 jumlah

produksi batubara mengelami peningkatan menjadi sebesar 29,068 juta ton

dengan tingkat penjualan sebesar 27,793 juta ton, sementara pada tahun 2020

jumlah produksi mengalami penurunan menjadi sebesar 26,124 juta ton

dengan tingkat penjualan 26,124 juta ton. Disamping itu tahun 2019

pendapatan operasional mengalami peningkatan hanya sebesar 2,93% menjadi

sebesar 21,787 triliun dengan peningkatan beban operasional sebesar 12,23%

menjadi sebesar 14,176 triliun. Sementara pada tahun 2020 pendapatan


109

operasional mengalami penurunan sebesar -20,48% menjadi sebesar 17,325

triliun dengan beban operasional sebesar 12,758 triliun. Pertumbuhan

pendapatan operasional yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan beban

operasional berdampak pada laba operasi tahun 2019 mengalami penurunan

sebesar -19,44% menjadi sebesar 5,014 triliun. Bahkan pada tahun 2020

tingakat pendapatan operasional lebih rendah dibandingkan beban operasional

berdampak pada penurunan laba operasi sebesar -49,74% menjadi 2,520

triliun. Penurunan pada tahun 2019 dan 2020 tidak terlepas dari adanya

penurunan harga batubara dunia yang berimbas terhadap penurunan harga

batubara acuan. Selain itu adannya pandemi Covid-19 menyebabkan lesunya

perekonomian dunia dan nasional, hal ini tentunya berdampak pada industri

batubara dengan sepertihalnya turunya permintaan batubara akibat lockdown

baik di dalam atau luar negeri (Sumber: Annual Report PT Bukit Asam Energi

Tbk).

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Pada tahun 2016-2018 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Indo Tambangraya Megah Tbk mengalami peningkatan. Jumlah produksi dan

tingkat penjulan batubara dari tahun 2016-2018 mengalami peningkatan setiap

tahunya. Pada tahun 2017 jumlah produksi sebesar 25,6 juta ton dengan

tingkat penjulan sebesar 26,7 juta ton, sementara tahun 2018 jumlah produksi

sebesar 22,1 juta ton dengan tingkat penjulan sebesar sebesar 23,1 juta ton.

Pendapatan dan beban operasional perusahaan dari tahun 2016-2018 juga


110

mengalami peningkatan setiap tahunya. Pada tahun 2017 pendapatan

operasional sebesar $1,689 juta dengan beban operasional sebesar $1,184 juta,

sementara tahun 2018 pendapatan operasional sebesar $2,007 juta dengan

beban operasional sebesar $1,423 juta. Peningkatan pendapatan operasional

perusahaan tidak terlepas dari kondisi harga batubara dunia yang baik yang

meningkatkan harga rata-rata batubara. Pendapatan operasional yang lebih

tinggi dibandingkan beban operasional berdampak pada meningkatnya laba

operasi perusahaan tahun 2017 sebesar $388 ribu dengan peningkatan 86,08%

dari tahun 2016, serta tahun 2018 sebesar $432 ribu dengan peningkatan

sebesar 11,33% dari tahun 2017 (Sumber: Annual Report PT Indo

Tambangraya Megah Tbk).

Pada tahun 2018-2020 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Indo Tambangraya Megah Tbk mengalami penurunan. Pada tahun 2019

jumlah produksi batubara mengalami peningkatan menjadi sebesar 23,4 juta

ton dengan tingkat penjualan sebesar 25,3 juta ton, sementara pada tahun 2020

jumlah produksi mengalami penurunan menjadi sebesar 18,4 juta ton dengan

tingkat penjualan 21,2 juta ton. Meskipun pada tahun 2019 penjualan batubara

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun pendapatan

operasional justru mengalami penurunan sebesar -14,55% menjadi $1,715 juta

dengan beban operasional sebesar $1,388 juta. Hal ini juga diikuti dengan

pendapatan operasional tahun 2020 yang mengalami penurunan sebesar -

30,91% menjadi sebesar $1,185 juta dengan beban operasional sebesar $986
111

ribu. Pertumbuhan pendapatan operasional tahun 2019-2020 yang mengalami

penurunan tidak terlepas dari adanya penurunan harga batubara dunia yang

berimbas terhadap penurunan harga jual rata-rata batubara. Selain itu pada

tahun 2020 ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 menyebabkan lesunya

perekonomian dunia dan nasional, hal ini tentunya berdampak pada industri

batubara dengan sepertihalnya turunya permintaan batubara di berbagai

negara (Sumber: Annual Report PT Indo Tambangraya Megah Tbk).


112

4. PT Delta Dunia Makmur Tbk

Pada tahun 2016-2018 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Delta Dunia Makmur Tbk mengalami peningkatan. Jumlah produksi dan

tingkat penjulan batubara dari tahun 2016-2018 mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 2017 jumlah produksi sebesar 40,2 juta ton lebh tinggi

dari tahun 2016, sementara tahun 2018 peningkatan jumlah produksi menjadi

sebesar 42,3 juta ton. Pendapatan dan beban operasional perusahaan dari

tahun 2016-2018 juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun

2017 pendapatan operasional sebesar $765 juta dengan beban operasional

sebesar $539 juta, sementara tahun 2018 pendapatan operasional sebesar $892

juta dengan beban operasional sebesar $677 juta. Peningkatan pendapatan

operasional perusahaan tidak terlepas dari kondisi harga batubara dunia yang

baik yang meningkatkan harga jual rata-rata batubara. Pendapatan operasional

yang lebih tinggi dibandingkan beban operasional berdampak pada

meningkatnya laba operasi perusahaan tahun 2017 sebesar $87 juta dengan

peningkatan 135,14% dari tahun 2016, serta tahun 2018 sebesar $108 juta

dengan peningkatan sebesar 14,14% dari tahun 2017 (Sumber: Annual Report

PT Delta Dunia Makmur Tbk).

Pada tahun 2018-2020 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Delta Dunia Makmur Tbk mengalami penurunan. Pada tahun 2019 jumlah

produksi batubara mengalami peningkatan menjadi sebesar 50,0 juta ton,

sementara tahun 2020 jumlah produksi mengalami penurunan menjadi sebesar


113

45,3 juta ton. Tahun 2019 pendapatan operasional mengalami penurunan

sebesar -1,12% menjadi sebesar $882 juta dengan beban operasional

mengalami peningkatan sebesar 9,16% menjadi sebesar $739 juta, sementara

tahun 2020 pendapatan operasional mengalami penurunan sebesar -31,75%

menjadi sebesar $602 juta dengan beban operasional sebesar $550 juta.

Pendapatan operasional tahun 2019-2020 yang mengalami penurunan tidak

terlepas dari adanya penurunan harga batubara dunia yang berimbas terhadap

penurunan harga jual rata-rata batubara. Pada tahun 2019 beban operaisonal

juga mengalami peningkatan akibat peningkatan jumlah produksi,

peningkatan jumlah karyawan, perbaikan alat serta persediaan habis pakai,

serta biaya-biaya lainnya. Selain itu pada tahun 2020 ditambah dengan adanya

pandemi Covid-19 menyebabkan lesunya perekonomian dunia dan nasional,

hal ini tentunya berdampak pada industri batubara dengan sepertihalnya

turunya permintaan batubara di berbagai negara yang kemudian sangat

mempengaruhi pasar dan harga batu bara dunia (Sumber: Annual Report PT

Delta Dunia Makmur Tbk).

5. PT Resource Alam Indonesia Tbk

Pada tahun 2016-2017 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Resource Alam Indonesia Tbk mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari

nilai pendapatan operasional tahun 2016-2017 yang cenderung mengalami

penurunan, meskipun beban operasional ikut mengalami penurunan.

Pendapatan operasional tahun 2016 sebesar $92,636 juta dengan beban


114

operasional sebesar $68,777 juta, sedangkan pendapatan operasional tahun

2017 mengalami penurunan sebesar -9,58% menjadi sebesar $83,764 juta

dengan beban operasional sebesar $57,373 juta. Penurunan pendapatan

operasional dipengaruhi oleh penurunan jumlah produksi batubara dan tingkat

penjualan batubara yang cenderung mengalami penurunan. Jumlah produksi

tahun 2016 sebesar 2,182 juta ton dengan tingkat penjualan sebesar 3,122 juta

ton, sedangkan jumlah produksi tahun 2017 mengalami penurunan menjadi

sebesar 1,829 juta ton dengan tingkat penjualan mengalami penurunan sebesar

-42,52% menjadi sebesar 1,908 juta ton. Penurunan jumlah produksi

diantaranya dipengaruhi oleh faktor cuaca hujan yang cukup ekstirm di lokasi

pertambangan dan perubahan kontraktor penambangan utama perusahaan. Hal

in tentu berdampak juga pada laba bersih operasi yang ikut mengalami

penurunan. Laba operasi tahun 2016 sebesar $9,472 juta, namun laba operasi

tahun 2017 justru mengalami peningkatan sebesar 41,88% menjadi sebesar

$13,439 juta. Kenaikan laba yang terjadi di tahun 2017 dikarenakan

rendahnya beban operaisonal perusahaan, serta dipengaruhi kondisi harga jual

rata-rata baru yang sedang dalam kondisi yang tinggi sehingga berdampak

pada kinerja keuangan perusahaan yang baik. (Sumber: Annual Report PT

Resource Alam Indonesia Tbk).

Pada tahun 2017-2018 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Resource Alam Indonesia Tbk mengalami penurunan. Hal tersebut tidak

terlepas dari adanya penurunan pendapatan operasional perusahaan yang


115

berdampak pada turunya laba operasi perusahaan. Pendapatan operasional

tahun 2018 mengalami penurunan sebesar -32,02% menjadi sebesar $56,942

juta dengan beban operasional sebesar $43,958 juta. Penurunan pendapatan

operasional tidak terlepas dari penurunan jumlah produksi tahun 2018 menjadi

sebesar 1,611 juta ton dan penurunan tingkat penjualan sebesar -24,79%

menjadi sebesar 1,435 juta ton. Penurunan jumlah produksi diantaranya

dipengaruhi oleh faktor cuaca hujan yang cukup ekstirm di lokasi

pertambangan dan perubahan kontraktor penambangan utama perusahaan. Hal

ini tentunya berdampak pada laba operasi perusahaan tahun 2018 yang

mengalami penurunan cukup signifikan sebesar -96,46% menjadi sebesar

$475 juta.

Pada tahun 2018-2019 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Resource Alam Indonesia Tbk mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

terlapas dari adanya peningkatan pendapatan operasional tahun 2019 sebesar

101,70% menjadi sebesar $114,851 juta dengan tingkat beban operaisonal

sebesar $98,680 juta. Peningkatan pendapatan oeprasional tidak terlepas dari

adanya peningkatan jumlah produksi batubara sebesar 129,02% menjadi

sebesar 3,690 juta ton dengan tingkat penjualan yang juga mengelami

peningkatan signifikan sebesar 165,65% menjadi sebesar 3,812 juta ton.

Meskipun pada tahun 2019 harga jual rata-rata batubara mengalami

penurunan, namun tingginya tingkat penjualan batubara berdampak pada laba

operasi yang mengalami peningatan signifikan sebesar 1038,43% menjadi


116

sebesar $5,414 juta (Sumber: Annual Report PT Resource Alam Indonesia

Tbk).

Pada tahun 2019-2020 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Resource Alam Indonesia Tbk mengalami penurunan. Hal tersebut tidak

terlapas dari adanya penurunan pendapatan operasional tahun 2020 sebesar-

37,12% menjadi sebesar $72,221 juta dengan tingkat beban operaisonal

sebesar $64,879 juta. Penurunan pendapatan oeprasional tidak terlepas dari

adanya penurunan jumlah produksi batubara sebesar -92,30% menjadi sebesar

2,864 juta ton dengan tingkat penjualan yang juga mengalami peningkatan

signifikan sebesar -25,83% menjadi 2,827 juta ton. Penurunan jumlah

produksi dikarenakan adanya pembatasan kegiatan operaisonal. Melemahnya

permintaan pasar, melemahnya harga batubara karena kelebihan stock di

pasaran, serta adanya pandemi Covid-19 yang dimana banyak pabrik dan

sektor indsutri menurunkan kapasitas produksi sehingga permintaan energi

berkurang. Hal ini tentu berdampak juga pada laba operasi yang mengalami

penurunan cukup signifikan sebesar -260,09% menjadi sebesar $-8,668 juta

(Sumber: Annual Report PT Resource Alam Indonesia Tbk).

6. PT Atlas Resource Tbk

Pada tahun 2016-2017 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Atlas Resource Tbk mengalami peningkatan, namun masih bernilai negatif.

Hal tersebut tidak terlepas dari adanya peningkatan pendapatan operasional

sebesar 146,81% dari tahun 2016 sebesar $11,6 ribu menjadi sebesar $28,7
117

ribu pada 2017. Peningkatan pendapatan operasional tidak terlepas dari

kondisi harga jual rata-rata baru yang tinggi serta adanya peningkatan jumlah

produksi dan volume penjualan batubara. Pada tahun 2016 jumlah produksi

sebesar 261,7 ribu ton menjadi sebesar 557,6 ribu ton pada 2017 dan volume

penjualan tahun 2016 sebesar 298,4 ribu ton menjadi sebesar 55,9 ribu ton

pada 2017 dengan peningkatan sebesar 85,96%. Namun disisi lain, beban

operasional yang mengalami peningkatan dan masih tergolong tinggi sebesar

$29,1 ribu membuat laba bersih operasi masih mengalami kerugian yaitu

sebesar -$16,7 ribu (Sumber: Annual Report PT Atlas Resource Tbk).

Pada tahun 2017-2019 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Atlas Resource Tbk mengalami penurunan dan bernilai negatif. Hal tersebut

justru berbanding terbalik dengan adanya peningkatan pendapatan operasional

pada 2018 sebesar 32,82% menjadi sebesar $38,1 ribu dan ada tahun 2019

sebesar 64,57% menjadi sebesar $62,8 ribu. Peningkatan pendapatan

operasional tidak terlepas dari kondisi harga jual rata-rata baru yang tinggi

dan adanya peningkatan jumlah produksi dan volume penjualan batubara.

Pada tahun 2018 jumlah produksi menjadi sebesar 749,6,6 ribu ton dan tahun

2019 menjadi sebesar 956,9 ribu ton. Volume penjualan tahun 2018

mengalami peningkatan sebesar 23,20% menjadi sebesar 683,7 ribu ton dan

tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 79,14% menjadi sebesar 1,224

juta ton. Namun tingignnya pendapatan oerpasional kurang didukung dengan

efisiensi beban operasional perusahaan, terlihat dari nilai beban operasional


118

tahun 2018 mengelami peningkatan menjadi sebesar $36,1 ribu dan tahun

2019 menjadi sebesar $62,7 ribu. Tingginya beban oeprasional ini justru

berdampak pada laba bersih operasi yang masih mengalami kerugian yaitu

tahun 2018 sebesar -$28,2 ribu dan tahun 2019 sebesar -$5,5 ribu (Sumber:

Annual Report PT Atlas Resource Tbk).

Pada tahun 2019-2020 menunjukan nilai perkembangan EVA pada PT

Atlas Resource Tbk mengalami peningkatan, namun masih bernilai negatif.

Hal ini dapat dikarenakan adanya penurunan pendapatan operasional sebesar -

32,87% dari tahun menjadi sebesar $42,1 ribu pada 2020. Penurunan

pendapatan operasional tidak terlepas dari kondisi harga jual rata-rata baru

yang mengelami penurunan serta adanya penurunan jumlah produksi dan

volume penjualan batubara. Jumlah produksi tahun 2020 mengalami

penurinan menjadi sebesar 884 ribu ton dengan volume penjualan sebesar

886,9 ribu ton dengan penurunan sebesar -27,58%. Kondisi ini juga

dipengaruhi oleh kondisi adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada

pembatasan kegiatan produksi dan rendanya permintaan batubara. Disisi lain,

beban operasional yang cenderung lebih tinggi dari pendapatan operasional

menjadi faktor penting juga yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Beban

operasional tahun 2020 sebesar $47,4 ribu berdampak pada laba bersih operasi

masih mengalami kerugian yaitu sebesar -$16,4 ribu (Sumber: Annual Report

PT Atlas Resource Tbk).


119

Di bawah ini akan disajikan tabel rata-rata economic value added (EVA) pada

perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016-2020 yaitu sebegai berikut :


120

Tabel 4.2
Data Rata-Rata Economic Value Added (EVA)
Tahun
No Perusahaan
2016 2017 2018 2019 2020
1 ADRO 394.325 573.321 565.556 399.408 211.487
2 PTBA 2.041.348 5.469.304 5.572.925 3.512.831 1.637.082
3 ITMG 145.805 277.173 320.575 119.656 68.389
4 DOID 99.763.655 108.448.243 120.305.601 86.433.788 -1.442.589
5 KKGI 9.096.732 12.859.093 383.289 5.556.991 -7.172.723
6 ARII -28.040 -22.627 -28.971 -33.504 -22.369
Maksimum 99.763.655 108.448.243 120.305.601 86.433.788 1.637.082
Minimum -28.040 -22.627 -28.971 -33.504 -7.172.723
Rata-Rata 18.568.971 21.267.418 21.186.496 15.998.195 -1.120.121
Perkembangan - 2.698.447 -80.922 -5.188.301 -17.118.316
Sumber : Data Diolah

Rata-Rata Economic Value Added (EVA)


25,000,000

20,000,000

15,000,000

10,000,000

5,000,000

0
2016 2017 2018 2019 2020
-5,000,000
Gr
afik 4.2
Grafik Rata-Rata Economic Value Added (EVA)

Berdasarkan tabel dan grafik 4.2 di atas menunjukan bahwa secara

keseluruhan nilai rata-rata EVA pada perusahaan subsektor pertambangan batubara

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 cenderung fluktuatif.

Artinya, kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah ekonomi

bagi pemegang saham masih belum optimal. Pada tahun 2016-2018 nilai rata-rata

EVA pada perusahaan subsektor pertambangan batubara mengalami peningkatan. Hal


121

tersebut dikarenakan tingginya kinerja laba operasi yang dihasilkan perusahaan akibat

adanya peningkatan jumlah produksi dan tingkat penjualan, serta adanya peningkatan

harga jual rata-rata batubara (Sumber: Annual Report). Sementara pada tahun 2018-

2020 pada perusahaan subsektor pertambangan batubara cenderung mengalami

penurunan. Hal tersebut dikarenakan penurnan harga jual rata-rata batubara yang

berdampak pada rendahnya pendapatan operasional perusahaan., serta ditambah

dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia sehingga berdampak aktivitas

operasional perusahaan diantaranya adanya pembatasaan kegiatan produksi,

rendahnya permintaan batubara, dan melemahnya harga jual rata-rata batubara dunia

(Sumber: Annual Report).

4.2.2 Perkembangan Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Subsektor

Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

Market value added (MVA) merupakan alat ukur eksternal yang digunakan

untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan dana. Market

value added (MVA) adalah perbedaaan antara nilai dari perusahaan (hutang dan

ekuitas) dengan total investasi modal ke dalam perusahaan (Mutmainah dan Santoso,

2018). Pengukuran market value added (MVA) bertujuan untuk mengetahui seberapa

tinggi kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah perusahaan

bagi pemegang saham yang tercermin dari nilai pasar saham di pasar modal

dibandingkan dengan modal yang diinvestasikan oleh investor. Menurut Sari dan
122

Wijayantini (2018) menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung market value

added (MVA) yaitu sebagai berikut :

MVA = Nilai Pasar – Invested Capital

Di bawah ini akan disajikan tabel perkembangan market value added (MVA)

pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.3
Data Perkembangan Market Value Added (MVA)
MVA
N Nama Tahu Perkembanga Keteranga
(Dalam
o Perusahaan n n n
Jutaan)
2016 32.369.795 0 -
2017 55.815.505 23.445.710 Naik
1 ADRO 2018 60.197.582 4.382.077 Naik
2019 42.189.485 -18.008.097 Turun
2020 37.199.676 -4.989.809 Turun
2016 17.981.888 0 -
2017 24.685.570 6.703.682 Naik
2 PTBA 2018 40.127.223 15.441.653 Naik
2019 35.372.753 -4.754.470 Turun
2020 24.450.957 -10.921.796 Turun
2016 11.446.141 0 -
2017 21.209.823 9.763.682 Naik
3 ITMG 2018 28.972.407 7.762.584 Naik
2019 19.091.213 -9.881.194 Turun
2020 10.425.818 -8.665.395 Turun
2016 1.973.374 0 -
2017 7.107.282 5.133.908 Naik
4 DOID 2018 7.112.667 5.385 Naik
2019 3.974.274 -3.138.393 Turun
2020 1.905.463 -2.068.811 Turun
2016 885.079 0 -
2017 1.860.083 975.004 Naik
5 KKGI 2018 1.865.075 4.992 Naik
2019 1.265.078 -599.997 Turun
2020 1.045.070 -220.008 Turun
2016 1.415 0 -
2017 1.796 381 Naik
6 ARII 2018 3.305 1.509 Naik
2019 2.360 -945 Turun
2020 1.670 -690 Turun
123

Sumber : Data Diolah

Perkembangan Market Value Added (MVA)


70,000,000

60,000,000

50,000,000
Perkembangan

40,000,000

30,000,000

20,000,000

10,000,000

0
2016 2017 2018 2019 2020

Sumber : Data Diolah


Grafik 4.3
Grafik Perkembangan Market Value Added (MVA)

Berdasarkan data dan grafik 4.3 di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan

perkembangan market value added (MVA) pada masing-masing perusahaan

subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-2020 cenderung fluktuatif. Di bawah ini akan dijelaskan analisis perkembangan

market value added (MVA) pada masing-masing perusahaan subsektor pertambangan

batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebegai

berikut :

1. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk


124

Pada tahun 2016-2018 menunjukan nilai perkembangan MVA pada PT Adaro

Minerals Indonesia Tbk mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak terlepas

dari adanya peningkatan harga saham perusahaan di pasar modal. Pada tahun

2016 nilai harga saham 1.012, pada tahun 2017 harga saham mengelami

peningkatan menjadi sebesar 1.745, sedangkan pada tahun 2018 kembali

mengalami peningkatan menjadi sebesar 1.882. Peningkatan harga saham PT

Adaro Minerals Indonesia Tbk sejalan dengan peningkatan IHSG sebesar 20%

dengan harga rata-rata 6.356 tahun 2017, sedangkan sektor pertambangan

mengalami peningkatan sebesar 15% tahun 2017. Sementara tahun 2018

mengalami peningkatan sebsar 65 dengan harga rata-rata 6.087. Peningkatan

harga saham tahun 2017-2018 dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan

yang cemerlang berkat harga batu bara global yang tinggi, meskipun pada

tahun 2018 pasar saham Indonesia dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi

global.

Lalu faktor selanjutnya yang menyebabkan menurunnya nilai MVA

PT. Adaro yaitu karena menurunnya harga saham PT. Adaro pada tahun 2019

itu sendiri, hal ini disebabkan karena laba bersih PT. Adaro yang menurun

sebesar 13,5%, (Sumber: cnbcindonesia.com) yang mengakibatkan para

investor kurang tertarik pada saham PT. Adaro dan juga banyak dari investor

yang telah menanamkan modalnya menarik kembali dana / modalnya dari

saham PT. Adaro.


125

Perang dagang antara AS dan China, normalisasi kebijakan moneter di

AS dan Uni Eropa yang mendorong investor menarik modal mereka keluar

dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan kinerja keuangan di

Eropa dan negara-negara berkembang yang tidak sebaik yang diharapkan

adalah beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi global

selama tahun 2018. Dalam ekonomi domestik, defisit perdagangan Indonesia

dan defisit transaksi berjalan yang semakin besar meneka Rupiah hingga

mempengaruhi kinerja keuangan emiten-emiten di BEI. Namun hal tersebut

ditutup dengan kinerja keuangan perusahaan yang positif dengan adanya

peningkatan laba bersih perusahaan, akibat adanya peningkatan harga batu

bara global.

2. PT Bukit Asam Energi Tbk

Nilai perkembangan Market Value Added (MVA) pada perusahaan PT

Bukit Asam Energi Tbk mengalami peningkatan pada tahun 2016 hingga

tahun 2018, namun setelahnya mengalami penurunan di tahun 2018 ke tahun

2020 dengan penurunan paling besar senilai -18.008.097. Pada tahun 2016

nilai harga saham 1.012, pada tahun 2017 harga saham mengelami

peningkatan menjadi sebesar 1.745, sedangkan pada tahun 2018 kembali

mengalami peningkatan menjadi sebesar 1.882. Peningkatan harga saham

sejalan dengan peningkatan IHSG sebesar 20% dengan harga rata-rata 6.356

tahun 2017, sedangkan sektor pertambangan mengalami peningkatan sebesar

15% tahun 2017. Sementara tahun 2018 mengalami peningkatan sebsar 65


126

dengan harga rata-rata 6.087. Peningkatan harga saham tahun 2017-2018

dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang cemerlang berkat harga

batu bara global yang tinggi, meskipun pada tahun 2018 pasar saham

Indonesia dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global

Lalu Penurunan yang terjadi pada tahun 2019 hingga 2020 penurutan

terjadi pandemic covid-19 dan para investor menarik modalnya kembali atau

menjual sahamnya yang menyebabkan harga saham perusahaan tersebut

menurun dari tahun ke tahun.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Nilai perkembangan Market Value Added (MVA) pada perusahaan PT

Indo Tambangraya Megah Tbk mengalami nilai yang cenderung fluktuatif

dimana pada tahun 2016 mengalami peningkatan hingga tahun 2018,

sedangkan untuk tahun 2018 mengalami penurunan hingga tahun 2020.

Penurunan yang paling besar terjadi di tahun 2018 hingga tahun 2019 dengan

nilai sebesar -9.881.194, dan untuk peningkatan terbesar senilai 9.763.682

dengan nilai awal 11.446.141 menjadi 21.209.823 pada tahun 2016 ke tahun

2017.

Penurunan terjadi dikarenakan sedikit menurunnya harga saham PT

Indo Tambangraya Megah Tbk tetapi terjadi kenaikan pada liabilities dan

ekuitas nya, hal ini menyebabkan perhitungan MVA nya menurun.

MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan

dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung
127

dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar.

Perubahan nilai saham yang terjadi di Indonesia pada subsector pertambangan

secara langsung akan mempengaruhi perhitungan nilai MVA perusahaan.

Peningkatan MVA menunjukkan kinerja manajemen perusahaan yang optimal

dalam memberikan nilai tambah perusahaan bagi pemegang saham yang

tercermin dari nilai pasar saham di pasar modal dibandingkan dengan modal

yang diinvestasikan oleh investor. Total modal yang diinvestasikan kedalam

perusahaan adalah seluruh investasi yang dilakukan semua pihak kepada

perusahaan pada suatu waktu tertentu. Nilai pasar perusahaan yang meningkat

dipengaruhi oleh nilai saham yang ada pada waktu itu, maka dari itu upaya

perusahaan untuk terus meningkatkan nilai perusahaan sangat berguna untuk

menentukan dan mempertahankan nilai MVA ini.

3. PT Delta Dunia Makmur Tbk

Nilai perkembangan Market Value Added (MVA) pada perusahaan PT

Delta Dunia Makmur Tbk menunjukkan nilai yang cukup fluktuatif dengan

peningkatan pada tahun 2016 hingga 2018 dengan kenaikan paling besar

senilai 5.133.908 pada tahun 2016 ke tahun 2017. Peningkatan ini terjadi

dikarenakan adanya kenaikan harga saham yang terjadi. Pada tahun 2016 nilai

harga saham 1.012, pada tahun 2017 harga saham mengelami peningkatan

menjadi sebesar 1.745, sedangkan pada tahun 2018 kembali mengalami

peningkatan menjadi sebesar 1.882. Peningkatan harga saham sejalan dengan

peningkatan IHSG sebesar 20% dengan harga rata-rata 6.356 tahun 2017,
128

sedangkan sektor pertambangan mengalami peningkatan sebesar 15% tahun

2017. Sementara tahun 2018 mengalami peningkatan sebsar 65 dengan harga

rata-rata 6.087. Peningkatan harga saham tahun 2017-2018 dipengaruhi oleh

kinerja keuangan perusahaan yang cemerlang berkat harga batu bara global

yang tinggi, meskipun pada tahun 2018 pasar saham Indonesia dipengaruhi

oleh ketidakpastian ekonomi global.

Namun disisi lain, penurunan nilai perkembangan Market Value

Added (MVA) juga terjadi di tahun 2018 hingga tahun 2020 dengan

penurunan terbesar pada tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar -3.138.393.

Penurunan selisih nilai pasar ekuitas (market value of equity) dengan jumlah

yang ditanamkan investor dalam perusahaan pertambangan ini. Dikarenakan

bertambahnya jumlah Liabilities dan Ekuitas, yang menyebabkan perhitungan

nilai MVA nya menurun. (Sumber: Annual Report PT Delta Dunia Makmur

Tbk)

4. PT Resource Alam Indonesia Tbk

Nilai perkembangan Market Value Added (MVA) pada perusahaan PT

Resource Alam Indonesia Tbk mengalami nilai yang cenderung fluktuatif

dimana pada tahun 2016 mengalami peningkatan hingga tahun 2018,

sedangkan untuk tahun 2018 mengalami penurunan hingga tahun 2020

dikarenakan karena harga sahamnya menurun lalu banyak pemegang saham

yang melepaskan sahamnya atau dengan kata lain modal yang berasal dari

investor kepada perusahaan tersebut berkurang yang menyebabkan


129

perhitungan MVA nya menurun pada perusahaan KKGI investor asing

melakukan pelepasan saham yang sangat besar yang menyebabkan produksi

dan penjualan mengalami penurunan yang signifikan. (Sumber : kontan.co.id)

Selain itu, selain pengaruh nilai saham yang mempengaruhi nilai

MVA perusahaan. Kinerja perusahaan juga secara langsung berpengaruh

terhadap hasil nilai MVA. Dengan pengukuran nilai saham yang meningkat

dan juga kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai MVA

perusahaan secara langsung. Dimana harga pasar saham mencerminkan

seluruh informasi yang ada. Sehingga dengan itu perlunya manajemen

perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan dengan harapan

adanya ikut meninngkatkan nilai pasar saham akan menaikkan keuntungan

pemegang saham.

5. PT Atlas Resource Tbk

Nilai perkembangan Market Value Added (MVA) pada perusahaan PT

Delta Dunia Makmur Tbk menunjukkan nilai yang cukup fluktuatif dengan

peningkatan pada tahun 2016 hingga 2018 dengan kenaikan paling besar

senilai 1,509 pada tahun 2017 ke tahun 2018. Namun disisi lain, penurunan

nilai perkembangan Market Value Added (MVA) juga terjadi di tahun 2018

hingga tahun 2020 dengan penurunan terbesar pada tahun 2018 ke tahun 2019

sebesar -945 yang disebabkan karena para investor menarik modalnya

kembali yang menyebabkan harga saham perusahaan tersebut menurun,

karena para pemegang saham lebih banyak yang melepaskan sahamnya dari
130

pada yang berminat membeli, dan berdampak pada perhitungan MVA nya

yang ikut menurun juga.

Perubahan nilai saham yang terjadi di Indonesia pada subsektor

pertambangan secara langsung akan mempengaruhi perhitungan nilai MVA

perusahaan. Peningkatan MVA menunjukkan kinerja manajemen perusahaan

yang optimal dalam memberikan nilai tambah perusahaan bagi pemegang

saham yang tercermin dari nilai pasar saham di pasar modal dibandingkan

dengan modal yang diinvestasikan oleh investor.

Di bawah ini akan disajikan tabel rata-rata market value added (MVA) pada

perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016-2020 yaitu sebegai berikut :

Tabel 4.4
Data Rata-Rata Market Value Added (MVA)
N Perusahaa Tahun
o n 2016 2017 2018 2019 2020
1 ADRO 32.369.795 55.815.505 60.197.582 42.189.485 37.199.676
2 PTBA 17.981.888 24.685.570 40.127.223 35.372.753 24.450.957
3 ITMG 11.446.141 21.209.823 28.972.407 19.091.213 10.425.818
4 DOID 1.973.374 7.107.282 7.112.667 3.974.274 1.905.463
5 KKGI 885.079 1.860.083 1.865.075 1.265.078 1.045.070
6 ARII 1.415 1.796 3.305 2.360 1.670
Maksimum 32.369.795 55.815.505 60.197.582 42.189.485 37.199.676
Minimum 1.415 1.796 3.305 2.360 1.670
Rata-Rata 10.776.282 18.446.676 23.046.376 16.982.527 12.504.775
Perkembangan - 7.670.394 4.599.700 -6.063.849 -4.477.751
Sumber : Data Diolah
131

Rata-Rata Market Value Added (MVA)


25,000,000.00

20,000,000.00

15,000,000.00

10,000,000.00

5,000,000.00

0.00
2016 2017 2018 2019 2020
Gr
afik 4.4
Grafik Rata-Rata Market Value Added (MVA)

Berdasarkan tabel dan grafik 4.3 di atas menunjukan bahwa secara

keseluruhan nilai rata-rata MVA pada perusahaan subsektor pertambangan batubara

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 cenderung fluktuatif.

Artinya, kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah perusahaan

bagi pemegang saham yang tercermin dari nilai pasar saham di pasar modal

dibandingkan dengan modal yang diinvestasikan oleh investor masih belum optimal.

Peningkatan nilai rata-rata MVA meningkat pada periode tahun 2016 hingga 2018.

Membaiknya iklim industri Batu Bara yang sempat turun performanya beberapa

tahun terakhir dimanfaatkan sebaik mungkin oleh perusahaan dengan berbagai

langkah strategis, sehingga meningkatkan nilai MVA perusahaan. Sedangkan pada

tahun 2018 hingga 2020 rata-rata nilai MVA mengalami penurunan dengan nilai

perkembangan sebesar 6.063.849 ditahun 2018 ke tahun 2019, hal ini berarti bahwa

maka manajer gagal menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan terdapat nilai
132

pasar perusahaan lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan, yang berarti

kekayaan telah dimusnahkan sehingga menunjukkan penurunan MVA perusahaan.

Hal ini juga disebabkan adanya situasi pandemi yang membuat penurnan harga jual

rata-rata batubara yang berdampak pada rendahnya pendapatan operasional

perusahaan., serta ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia

sehingga berdampak aktivitas operasional perusahaan diantaranya adanya

pembatasaan kegiatan produksi, rendahnya permintaan batubara, dan melemahnya

harga jual rata-rata batubara dunia sehingga menyebabkan turunnya nilai perusahaan

yang ada (Sumber: Annual Report).

4.2.3 Perkembangan Price to Book Value (PBV) Pada Perusahaan Subsektor

Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-2020

Price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang

digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai buku dari

ekuitas perusahaan. Semakin tinggi rasio price to book value (PBV), menunjukkan

bahwa perusahaan mampu menambah nilai melalui peningkatan harga pasarnya

(Satwiko dan Agusto, 2021). Pengukuran price to book value (PBV) bertujuan untuk

mengetahui seberapa tinggi kinerja harga saham di pasar modal dibandingkan dengan

nilai buku ekuitas per lembar saham. Melalui pengukuran ini, investor dapat

menganalisis sejauh mana perusahaan mampu memberikan tingkat keuntungan bagi

investor dari harga pasar saham dengan modal yang diinvestasikan. Menurut Hidayat
133

& Thamrin (2019) menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung price to book value

(PBV) yaitu sebagai berikut :

harga per lembar saham


PBV =
nilai buku per lembar saham

Di bawah ini akan disajikan tabel perkembangan price to book value (PBV)

pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5
Data Perkembangan Price to Book Value (PBV)
Nama
No Tahun PBV Perkembangan Keterangan
Perusahaan
2016 1,06 0 -
2017 1,22 0,16 Naik
1 ADRO 2018 0,72 -0,50 Turun
2019 0,68 -0,04 Naik
2020 0,67 -0,01 Naik
2016 0,70 0 -
2017 2,38 1,68 Naik
2 PTBA 2018 2,84 0,46 Turun
2019 1,54 -1,30 Turun
2020 1,86 0,32 Naik
2016 1,60 0 -
2017 2,67 1,07 Naik
3 ITMG 2018 1,84 -0,83 Turun
2019 0,97 -0,87 Turun
2020 1,16 0,19 Naik
2016 5,25 0 -
2017 3,42 -1,83 Turun
4 DOID 2018 1,33 -2,09 Turun
2019 0,39 -0,94 Naik
2020 0,86 0,47 Naik
2016 0,44 0 -
2017 1,58 1,14 Naik
5 KKGI 2018 1,26 -0,32 Turun
2019 0,75 -0,51 Turun
2020 1,07 0,32 Naik
2016 22,20 0 -
2017 5,57 -16,63 Turun
6 ARII 2018 18,57 13,00 Naik
2019 3,19 -15,38 Turun
2020 2,61 -0,58 Naik
134

Sumber : Data Diolah

Perkembangan Price to Book Value (PBV)


25.00

20.00
Perkembangan

15.00

10.00

5.00

0.00
2016 2017 2018 2019 2020

Sumber : Data Diolah


Grafik 4.5
Grafik Perkembangan Price to Book Value (PBV)

Berdasarkan data dan grafik 4.5 di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan

perkembangan price to book value (PBV) pada masing-masing perusahaan subsektor

pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020

cenderung fluktuatif. Di bawah ini akan dijelaskan analisis perkembangan price to

book value (PBV) pada masing-masing perusahaan subsektor pertambangan batubara

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebegai berikut :

1. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk

Perkembangan nilai Price to Book Value (PBV) pada perusahaan PT

Adaro Minerals Indonesia Tbk menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif.

Rata-rata mengalami peningkatan di tahun 2016 ke tahun 2017 serta tahun

2018 hingga tahun 2020. Namun penurunan terjadi ditahun 2017 ke tahun
135

2019 dengan penurunan senilai -0,50 dari angka sebelumnya yaitu 1,22

menjadi 0,72.

Penurunan dan peningkatan nilai level perkembangan Price to Book

Value (PBV) ini tidak jauh dipengaruhi oleh nilai harga saham dan juga nilai

buku per lembar sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi akan meningkatkan

peluang nilai PBV yang tinggi pula, namun disamping itu jika peningkatan

nilai buku persaham per lembarnya terjadi akan berisiko menurunkan nilai

PBV perusahaan dan juga sebaliknya. Pada tahun 2016 nilai harga saham

1.012, pada tahun 2017 harga saham mengelami peningkatan menjadi sebesar

1.745, sedangkan pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan menjadi

sebesar 1.882. Peningkatan harga saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk

sejalan dengan peningkatan IHSG sebesar 20% dengan harga rata-rata 6.356

tahun 2017, sedangkan sektor pertambangan mengalami peningkatan sebesar

15% tahun 2017. Sementara tahun 2018 mengalami peningkatan sebsar 65

dengan harga rata-rata 6.087.

2. PT Bukit Asam Energi Tbk

Perkembangan nilai Price to Book Value (PBV) pada perusahaan PT

Bukit Asam Energi Tbk menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif.

Peningkatan nilai tersebut terjadi pada tahun 2016 ke tahun 2017 dan juga

tahun 2019 ke tahun 2020. Selain itu terjadi pula penurunan nilai PBV pada

tahun 2017 hingga tahun 2019 hal ini dikarenakan adanya peningkatan total
136

ekuitas di PT Bukit Asam Energi Tbk yang sedikit tinggi dan berpengaruh

pada perhitungan nilai PBV nya.

Penurunan nilai saham perusahaan dari tahun 2017 hingga tahun 2019

menunjukkan korelasi dan hubungan yang sejalan dengan penurunan nilai

PBV perusahaan dimana perlu adanya aupaya perusahaan untuk

meningkatkan nilai saham tersebut.

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Perkembangan nilai Price to Book Value (PBV) pada perusahaan PT

Indo Tambangraya Megah Tbk menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif.

Peningkatan terjadi pada tahun 2016 ke tahun 2017 dan tahun 2019 ke tahun

2020, sedangkan penurunan nilai perkembangan PBV terjadi di tahun 2017

hingga tahun 2019 dengan total penurunan sebesar -1,7 dengan nilai awal 3,42

menjadi 0,39 pada tahun 2019 hal ini disebabkan sedikit menurunnya harga

saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2018 dan juga ekuitas

PT. Gudang Garam yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Meskipun penjualan batubara tahun 2020 mencapai 21,2 juta ton,

turun dibandingkan di tahun 2019 sebanyak 25,3 juta ton, namun padatahun

2020 terjadi peningkatan harga saham perusahaan disbanding tahun

sebelumnya dengan jumlah keuntungan yang tentunya juga lebih tinggi. Hal

ini sejalan dengan perhitungan yang disajikan dalam penentuan nilai PBV

dimana tinggi rendangnya nilai harga saham per lembar akan mempengaruhi

nilai PBV perusahaan.


137

4. PT Delta Dunia Makmur Tbk

Perkembangan nilai Price to Book Value (PBV) pada perusahaan PT

Delta Dunia Makmur Tbk menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif. Pada

grafik yang digambarkan menunjukkan adanya penurunan di awal tahun 2016

hingga tahun 2019 dengan nilai penurunan terbesar terjadi pada tahun 2017 ke

tahun 2018 sebesar -2.09. Dan setelahnya terjadi peningkatan nilai

perkembangan PBV perusahaan sebesar 0,47 pada tahun 2019 ke tahun 2020

dari awal nilai 0,39 menjadi 0,86 pada tahun 2020.

Penurunan nilai PBV tidak terlepas dari adanya pengaruh tinggi

rendahnya harga saham dan juga nilai buku per saham perusahaan.

Pengukuran price to book value (PBV) yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa tinggi kinerja harga saham di pasar modal dibandingkan dengan nilai

buku ekuitas per lembar saham. Dengan melihat adanya penurunan nilai

saham perusahaan di tahun 2019 senilai Rp 34 dari yang sebelumnya Rp 126

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai PBV perusahaan, dimana

ditujukan bahwa nilai PBV pada tahun 2019 menurun dibanding tahun

sebelumnya dengan besar penurunan sejumlah -0,94 dari yang sebelumnya

1,33 menjadi 0,39. Hal ini menjadi salah satu tolak ukur yang sejalan dengan

penentuan nilai PBV perusahaan.

5. PT Resource Alam Indonesia Tbk

Perkembangan nilai Price to Book Value (PBV) pada perusahaan PT

Resource Alam Indonesia Tbk menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif.


138

Peningkatan terjadi pada periode tahun 2016 ke tahun 2017 dan tahun 2019 ke

tahun 2020, sedangkan penurunan nilai PBV terjadi pada tahun 2017 hingga

tahun 2019. Peningkatan dan penurunan yang terjadi juga dipengaruhi oleh

penurunan serta peningkatan nilai saham per lembar di perusahaan di tahun

tersebut.

Dengan nilai saham perusahaan yang meningkat akan meningkatkan

pembilang yang akan dibagi perhitungannya dengan nilai buku per saham

perusahaan. Pengukuran price to book value (PBV) yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa tinggi kinerja harga saham di pasar modal dibandingkan

dengan nilai buku ekuitas per lembar saham. Penurunan nilai saham yang

terjadi pada tahun 2017 ke tahun 208 pada perusahaan PT Resource Alam

Indonesia Tbk dari nilai 0,003 menjadi 0,0001 menunjukkan hubungan yang

sejalan dengan penurunan nilai PBV pada perusahaan. Hal ini tentunya

menjadi salah satu perhatian perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan

nilai saham perusahaan dengan upaya salah satunya menningkatkan kinerja

keuangan perusahaan demi pencapaian nilai PBV yang meningkat disetiap

tahunnya.

6. PT Atlas Resource Tbk

Perkembangan nilai Price to Book Value (PBV) pada perusahaan PT

Atlas Resource Tbk menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif. Penurunan

terjadi pada tahun 2016 ke tahun 207 dan tahun 2018 ke tahun 2019.

Setelahnya terjadi peningkatan yang bergantian yaitu tahun 2017 ke tahun


139

2018 serta tahun 2019 ke tahun 2020. Penurunan terbesar terjadi di tahun

2016 ke tahun 2017 senilai -16,63 dan untuk peningkatan terbesar terjadi di

tahun 2017 ke tahun 2018 dengan peningkatan sebesar 13,00

Penurunan yang terjadi di akibatkan oleh menurunnya harga saham

pada tahun 2019 dan juga perusahaan menderita kerugian bersih sebanyak

US$ 28,30 juta. (Sumber : kontan.co.id)

Pada tahun 2019 terjadi penurunan harga saham perlembarnya dimana

pada tahun 2018 dengan harga 1415 menjadi 918 pada tahun 2019, hal ini

menunjukkan bahwa nilai saham yang menurun akan mempengaruhi nilai

PBV sebagai hasil pembagian dari nilai saham perlembarnya dengan nilai

buku per lembar saham pada perusahaan. Perusahaan perlu melakukan upaya

peningkatan kinerja keuangan sehingga mampu meningkatkan nilai saham

perusahaan yang akan juga meningkatkan nilai PBV perusahaan. Sehingga

hasil nilai perkembangan PBV dapat selalu dipertahankan dan bahkan

meningkat signifikan yang dapat mencerminkan keoptimalan kinerja dari

manajemen perusahaan.

Di bawah ini akan disajikan tabel rata-rata price to book value (PBV) pada

perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode2016-2020 yaitu sebegai berikut :

Tabel 4.6
Data Rata-Rata Price to Book Value (PBV)
N Tahun
Perusahaan
o 2016 2017 2018 2019 2020
1 ADRO 1,06 1,22 0,72 0,68 0,67
140

2 PTBA 0,70 2,38 2,84 1,54 1,86


3 ITMG 1,60 2,67 1,84 0,97 1,16
4 DOID 5,25 3,42 1,33 0,39 0,86
5 KKGI 0,44 1,58 1,26 0,75 1,07
6 ARII 22,20 5,57 18,57 3,19 2,61
Maksimum 22,20 5,57 18,57 3,19 2,61
Minimum 0,44 1,22 0,72 0,39 0,67
Rata-Rata 5,21 2,81 4,43 1,25 1,37
Perkembangan   -2,40 1,62 -3,17 0,12
Sumber : Data Diolah

Rata-Rata Perkembangan Price to Book Value


(PBV)
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2016 2017 2018 2019 2020

Sumber : Data Diolah


Grafik 4.6
Grafik Rata-Rata Price to Book Value (PBV)

Berdasarkan tabel dan grafik 4.6 di atas menunjukan bahwa secara

keseluruhan nilai rata-rata PBV pada perusahaan subsector pertambangan

menunjukkan hasil yang cukup fluktuatif. Artinya manajer perusahaan belum mampu

secara optimal menambah nilai melalui peningkatan harga pasar dari perusahaan.

Peningkatan terjadi pada tahun 2017 ke tahun 2018 dan pada tahun 2019 ke tahun

2020 dengan peningkatan terbesar senilai 4,43. Peningkatan ini menunjukkan minat

investor yang tinggi dikarenakan adanya gambaran dari tingkat keuntungan bagi

investor dari harga pasar saham dengan modal yang diinvestasikan di perusahaan.

Namun disamping itu, pada tahun 2016 ke tahun 2017 dan tahun 2018 ke tahun 2019
141

nilai PBV mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi karena adanya penurunan

harga saham perusahaan dan juga harga jual rata-rata batubara dunia sehingga

menyebabkan turunnya nilai perusahaan yang ada sehingga tidak mampu

meningkatkan nilai PBV (Sumber: Annual Report).

4.2.4 Perkembangan Return Saham Pada Perusahaan Subsektor

Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2020

Return saham adalah total laba atau rugi yang diperoleh investor dalam

periode tertentu yang dihitung dari selesih antara pendapatan atas investasi pada masa

sekarang dengan pendapatan investasi pada masa lalu (Subagio, 2019). Pengukuran

return saham bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pengembalian

(return) bagi pemegang saham atau investor yang tercermin dari harga saham

perusahaan di pasar modal dari modal yang dinvestasikan. Menurut Silitonga,

Ramdhani, & Nugroho (2019) menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung return

saham yaitu sebagai berikut :

( Pt−Pt −1) harga per lembar saham


Return Saham= PBV =
Pt −1 nilai buku per lembar saham
Di bawah ini akan disajikan tabel perkembangan return saham pada

perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016-2020 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7
Data Perkembangan Return Saham
142

Return
N Nama Tahu Perkembanga Keteranga
Saham
o Perusahaan n n n
%
2016 9,73% 0 -
2017 -34,68% -44,41% Turun
1 ADRO 2018 27,98% 62,66% Naik
2019 -8,04% -36,02% Turun
2020 57,34% 65,38% Naik
2016 -1,60% 0 -
2017 74,80% 76,40% Naik
2 PTBA 2018 -38,14% -112,94% Turun
2019 5,64% 43,78% Naik
2020 -3,56% -9,20% Turun
2016 22,67% 0 -
2017 -2,17% -24,84% Turun
3 ITMG 2018 -43,33% -41,16% Turun
2019 20,70% 64,03% Naik
2020 47,29% 26,60% Turun
2016 40,20% 0 -
2017 -26,57% -66,77% Turun
4 DOID 2018 -46,67% -20,09% Naik
2019 25,71% 72,38% Naik
2020 -25,00% -50,71% Turun
2016 8,00% 0,00% -
2017 9,26% 1,26% Naik
5 KKGI 2018 -33,33% -42,59% Turun
2019 12,71% 46,05% Naik
2020 -0,75% -13,46% Turun
2016 88,46% 0 -
2017 -8,16% -96,62% Turun
6 ARII 2018 -21,67% -13,50% Naik
2019 -43,83% -22,16% Turun
2020 -36,87% 6,96% Naik
Sumber : Data Diolah
143

Perkembangan Return Saham


100.00%

80.00%

60.00%
Perkembangan

40.00%

20.00%

0.00%
2016 2017 2018 2019 2020
-20.00%

-40.00%

-60.00%

Sumber : Data Diolah


Grafik 4.7
Grafik Perkembangan Return Saham

Berdasarkan data dan grafik 4.7 di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan

perkembangan return saham pada masing-masing perusahaan subsektor

pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020

cenderung fluktuatif. Di bawah ini akan dijelaskan analisis perkembangan return

saham pada masing-masing perusahaan subsektor pertambangan batubara yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebegai berikut :

1. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk

Perkembangan nilai return saham pada perusahaan PT Adaro Minerals

Indonesia Tbk mengalami penurunan pada tahun 2016 ke tahun 2017 dan

tahun 2018 ke tahun 2019 dengan penurunan paling signifikan yaitu pada

tahun 2016 ke tahun 2017 dengan nilai -44,42%. Namun disamping itu
144

terdapat peningkatan nilai return saham pada tahun 2017 ke tahun 2018 dan

tahun 2019 ke tahun 2020 dengan peningkatan terbesar senilai 65, 38% pada

tahun 2019 ke tahun 2020.

Peningkatan ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usaha sehingga dapat memberikan imbal hasil

bagi pemegang saham dan manfaat bagi pemangku kepentingan lainnya dan

mempertahankan struktur permodalan yang optimal untuk mengurangi biaya

modal sehingga nilai return saham perusahaan menjadi meningkat. Semakin

tinggi tingkat return yang diharapkan investor umumnya akan semakin tinggi

juga risiko yang dihadapi investor.

Peningkatan yang terjadi di era pandemic Covid-19 ini membuktikan

nilai return saham yang tidak dipengaruhi ketidakstabilan ekonomi yang

terjadi pada era pandemic itu. Perubahan kebiasaan dan jam kerja perusahaan

batubara dan penyesuaian perusahaan terkait operasional membuat perusahaan

lebih memperhatikan struktur permodalan sehingga dapat dengan optimal

memberikan nilai yang tinggi bagi pengembalian saham para investor.

Sehingga dengan nilai perusahaan yang meninngkat akan meningkatkan pula

return saham perusahaan tersebut.

2. PT Bukit Asam Energi Tbk

Perkembangan nilai return saham yang terjadi pada perusahaan PT

Bukit Asam Energi Tbk mengalami nilai yang fluktuatif. Dengan kenaikan

yang terjadi pada tahun 2016 ke tahun 2017 dan tahun 2018 ke tahun 2019
145

menunjukkan tingginya level tinggi peningkatan tingkat pengembalian

(return) bagi pemegang saham atau investor yang tercermin dari harga saham

perusahaan di pasar modal dari modal yang dinvestasikan di perusahaan.

Dengan nilai peningkatan terbanyak sebesar 76,40 membuat perusahaan

memiliki tingkat pengembalian saham yang cukup tinggi.

Namun disamping itu pada tahun 2017 ke tahun 2018 dan tahun 2019

ke tahun 2020, nilai level perkembangan return saham perusahaan mengalami

penurunan dengan nilai terbesar -112,94% yang menunjukkan kemampuan

perusahaan yang kurang optimal sehingga memiliki tingkat yang rendah

dalam upaya pengembalian saham kepada para investor. Penurunan ini juga

sejalan dengan adanya kondisi pandemic Covid-19 yang berpengaruh

terhadap produktivitas perusahaan batubara dalam mengoptimalkan

manajemen perusahaan dalam pengelolaan modal perusahaan.

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Nilai level perkembangan return saham pada perusahaan PT Indoe

Tambangraya Megah Tbk menunjukkan nilai yang fluktuatif dengan

cenderung mengalami penurunan yang cukup sering ditahun 2016 hingga

tahun 2018 dan tahun 2019 ke tahun 2020, namun nilai return saham

mengalami kenaikan di tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 64,03% dari angka

awal -38,14% menjadi 5,64%. Peningkatan ini cukup mengembalikan keadaan

perusahaan dengan kemampuan pengembalian saham ke para investor dengan

level yang tinggi sebelumnya, namun tidak bias dipungkiri tetap mengalami
146

perubahan di era pandemic Covid-19 yang juga membuat penurunan kembali

di periode tahun setelahnya.

Penurunan nilai perkembangan return saham menunjukkan bahwa

perusahaan belum mampu secara optimal dalam upayanya mempertahankan

kelangsungan usaha sehingga dapat memberikan imbal hasil bagi pemegang

saham dan manfaat bagi pemangku kepentingan lainnya dan mempertahankan

struktur permodalan yang optimal untuk mengurangi biaya modal. Pengaruh

adanya pembatasaan kegiatan produksi, rendahnya permintaan batubara, dan

melemahnya harga jual rata-rata batubara dunia terhadap nilai return saham

perusahaan yang semakin menurun pada tahun 2019 sampai tahun 2020 ini

menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam adaptasi situasi tersebut

masih belum mampu mempertahankan nilai perusahaan sehingga nilai return

saham juga ikut menurun.

4. PT Delta Dunia Makmur Tbk

Hasil nilai perkembangan dari perusahaan PT Delta Dunia Makmur

Tbk mengalami nilai yang cenderung fluktuatif. Dengan penurunan dan

peningkatan nilai return saham yang bergantian ditahun 2016 ke tahun 2017

dengan penurunan sebesar -66,77%, lalu terjadi peningkatan di tahun 2017

hingga tahun 2019 dengan peningkatan yang cukup signifikan sebesar

72,38%, lalu nilai return saham kembali mengalami penurunan di tahun 2019

ke tahun 2020 dengan nilai sebesar -50,71%.


147

Hasil nilai yang cenderung fluktuatif ini menunjukkan bahwa belum

optimalnya kinerja manajemen perusahaan dalam mengupayakan

pengembalian saham bagi para investor. Perusahaan masih harus mengelola

dan mempertahankan kelangsungan usaha sehingga dapat memberikan imbal

hasil bagi pemegang saham dan manfaat bagi pemangku kepentingan lainnya

dan mempertahankan struktur permodalan yang optimal untuk mengurangi

biaya modal sehingga nilai return saham perusahaan menjadi meningkat.

Perusahaan batubara seharusnya harus tepat dan seimbang dalam mengambil

kebijakan pembayaran deviden dengan pertumbuhan ke depan, dalam hal ini

memaksimalkan harga saham sehingga dapat mempertahankan nilai return

saham yang diberikan pada investor perusahaan.

5. PT Resource Alam Indonesia Tbk

Nilai level perkembangan return saham pada perusahaan PT Resource

Aalam Indonesia menunjukkan nilai yang cenderunng fluktuatif. Nilai ini

ditunjukkan adanya peningkatan dan penurunan yang bergantian disetiap

tahunya mulai dari tahun 2016 ke tahun 2017 dengan peningkatan sebesar

1,26%, tahun 2017 ke tahun 2018 dengan penurunan sebesar -42,59%, tahun

2018 ke tahun 2019 dengan peningkatan kembali sebesar 46,05%, serta di

periode terakhir dari tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami penurunan dengan

nilai sebesar -13,46%.

Adanya peningkatan dan penurunan yang terjadi pada nilai return

saham menunjukkan adanya perubahan kemampuan perusahaan batubara


148

dalam mempertahankan struktur permodalan yang optimal untuk mengurangi

biaya modal. Pengaruh adanya pembatasaan kegiatan produksi, rendahnya

permintaan batubara, dan melemahnya harga jual rata-rata batubara dunia

terhadap nilai return saham perusahaan yang semakin menurun pada tahun

2019 sampai tahun 2020 ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan

dalam adaptasi situasi tersebut masih belum mampu mempertahankan nilai

perusahaan sehingga nilai return saham juga ikut menurun.

6. PT Atlas Resource Tbk

Nilai level perkembangan return saham pada perusahaan PT Atlas

Resource Tbk menunjukkan nilai yang fluktuatif dengan perkembangan yang

menurun dan meningkat secara bergantian di setiap tahunnya. Perusahaan

mengalami penurunan nilai level perkembangan return saham pada tahun

2016 ke tahun 2017 dan tahun 2018 ke tahun 2019. Namun disamping itu pula

terdapat peningkatan nilai level perkembangan return saham pada tahun 2017

ke tahun 2018 dan tahun 2-19 ke tahun 2020.

Hasil nilai yang cenderung fluktuatif ini menunjukkan bahwa belum

optimalnya kinerja manajemen perusahaan dalam mengupayakan

pengembalian saham bagi para investor. Perusahaan masih harus mengelola

dan mempertahankan kelangsungan usaha sehingga dapat memberikan imbal

hasil bagi pemegang saham dan manfaat bagi pemangku kepentingan lainnya

dan mempertahankan struktur permodalan yang optimal untuk mengurangi

biaya modal sehingga nilai return saham perusahaan menjadi meningkat.


149

Perusahaan batubara seharunya harus tepat dan seimbang dalam mengambil

kebijakan pembayaran deviden dengan pertumbuhan ke depan, dalam hal ini

memaksimalkan harga saham sehingga dapat mempertahankan nilai return

saham yang diberikan pada investor perusahaan. Peningkatan nilai

pengembalian saham di era pandemic Covid-19 menunjukkan hasil dimana

tidak ada pengaruh dalam adanya pembatasaan kegiatan produksi, rendahnya

permintaan batubara, dan melemahnya harga jual rata-rata batubara dunia

terhadap nilai return saham perusahaan yang semakin meningkat pada tahun

2018 sampai tahun 2020.

Di bawah ini akan disajikan tabel rata-rata return saham pada perusahaan

subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-2020 yaitu sebegai berikut :

Tabel 4.8
Data Rata-Rata Return Saham
N Tahun
Perusahaan
o 2016 2017 2018 2019 2020
1 ADRO 9,73% -34,68% 27,98% -8,04% 57,34%
2 PTBA -1,60% 74,80% -38,14% 5,64% -3,56%
3 ITMG 22,67% -2,17% -43,33% 20,70% 47,29%
4 DOID 40,20% -26,57% -46,67% 25,71% -25,00%
5 KKGI 8,00% 9,26% -33,33% 12,71% -0,75%
6 ARII 88,46% -8,16% -21,67% -43,83% -36,87%
Maksimum 88,46% 74,80% 27,98% 25,71% 57,34%
Minimum -1,60% -34,68% -46,67% -43,83% -36,87%
Rata-Rata 27,91% 2,08% -25,86% 2,15% 6,41%
Perkembangan - -25,83% -27,94% 28,01% 4,26%
Sumber : Data Diolah
150

40.00%
Rata-Rata Perkembangan Return Saham
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2016 2017 2018 2019 2020
-10.00%
-20.00%
-30.00%

Sumber : Data Diolah


Grafik 4.8
Grafik Rata-Rata Return Saham

Berdasarkan tabel dan grafik 4.8 diatas menunjukan bahwa secara

keseluruhan nilai rata-rata return saham mengalami perkembangan yang fluktuatif

dimana pada tahun 2016 ke tahun 2018 mengalami penurunan dengan penurunan

terbesar pada tahun 2018 senilai -25,86% dan setelahnya mengalami peningkatan

yang terus meningkat hingga tahun 2020. Faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya nilai rata-rata return saham perusahaan diantaranya adalah nilai EVA dan

MVA, jika kedua nilai pada perusahaan menunjukkan nilai yang positif, berarti ada

nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga

saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (stock return) akan

mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah

perusahaan bagi investor. Dan sebaliknya jika EVA dan MVA negatif berarti

perusahaan mengalami penurunan kinerja yang biasanya akan direspon dengan

penurunan harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (stock

return) akan mengalami penurunan atau nilai perusahaan berkurang karena tingkat
151

pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari yang diharapkan investor.

Peningkatan nilai pengembalian saham di era pandemic Covid-19 menunjukkan hasil

dimana tidak ada pengaruh dalam adanya pembatasaan kegiatan produksi, rendahnya

permintaan batubara, dan melemahnya harga jual rata-rata batubara dunia terhadap

nilai return saham perusahaan yang semakin meningkat pada tahun 2018 sampai

tahun 2020.

4.3 Analisis Verifikatif

Pada sub ini akan dijelaskan hasil analisis verifikatif mengenai pengaruh pengaruh

nilai tambah ekonomi (EVA), nilai tambah pasar (MVA), rasio nilai buku (PBV), dan

tingkat pengembalian saham (return saham) pada perusahaan subsektor

pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020

yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Di bawah ini kan disajikan model diagram

jalur yaitu sebagai berikut.

EVA (X1) ρyx1

ρx2x1

ɛ
ɛ
1
ρx3x1
2

Return Saham
MVA (X2) ρyx2
(Y)

ρx3x3

ɛ ɛ
4 3

PBV (X3) ρyx3


ρyx1x2x3

152

Gambar 4.9
Diagram Jalur X1, X2, X3 Terhadap Y

Berdasarkan gambar diagram jalur di tas, maka dapat dirumuskan ke dalam

persmaan struktural yaitu sebagai berikut :

(i) Persamaan Struktural Keempat

Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyx3X3 + Ԑ1

(ii) Persamaan Struktural Pertama

X2 = ρx2x1X1 + Ԑ2

(iii) Persamaan Struktural Kedua

X3 = ρx3x2X2 + Ԑ3

(iv) Persamaan Struktural Ketiga

X3 = ρx3x1X1 + Ԑ4

Keterangan :

ρyx1 = Koefesien jalur pengaruh EVA terhadap return saham

ρyx2 = Koefesien jalur pengaruh EVA terhadap return saham

ρyx3 = Koefesien jalur pengaruh EVA terhadap return saham

ρx2x1 = Koefesien jalur pengaruh EVA terhadap MVA


153

ρx3x2 = Koefesien jalur pengaruh MVA terhadap PBV

ρx3x1 = Koefesien jalur pengaruh EVA terhadap PBV

ρyx1x2x3 = Koefesien jalur pengaruh EVA, MVA,, dan PBV terhadap return

saham

Ԑ = Variabel residu

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Pada subbab ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil pengujian

asumsi klasik terkait pengaruh nilai tambah ekonomi (EVA), nilai tambah pasar

(MVA), rasio nilai buku (PBV), dan tingkat pengembalian saham (return saham). Di

bawah ini akan disajikan pembahasan hasil pengujian asumsi klasik yaitu sebagai

berikut :

4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data observbasu dalam model

regresi terdistribusi secara normal. Di bawah ini akan disajikan hasil uji normalitas

menggunakan uji kolmogrov smirnov yaitu sebagai berikut:


154

Tabel 4.9
Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parameters a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,04770243
Most Extreme Differences Absolute ,132
Positive ,068
Negative -,132
Test Statistic ,132
Asymp. Sig. (2-tailed) ,193c
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa nilai signifikansi kolmogrov

smirnov sebesar 0,193>0,05, artinya data sudah memenuhi asumsi normalitas atau

berdistribusi normal.

4.3.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model penelitian

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Di bawah ini akan disajikan hasil uji heteroskedastisitas mengunakan uji glester

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.10
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,066 ,034 1,931 ,064
EVA ,000 ,005 ,018 ,086 ,932
MVA -,003 ,004 -,131 -,639 ,529
155

PBV -,034 ,021 -,332 -1,624 ,116


Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel

EVA sebesar 0,932>0,05, nilai signifikansi variabel MVA sebesar 0,529>0,05, dan

nilai signifikansi variabel PBV sebesar 0,116>0,05. Dari hasil tersebut menunjukan

bahwa nilai signifikansi dari masing-masing variabel lebih besar dari 0,05, artinya

artinya tidak terjadi heteroskedasatisitas pada model penelitian.

4.3.1.3 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dalam

penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson. Berdasarkan hasil pengujian

autokorelasi diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11
Uji Autokorelasi
Model Summaryb

Adjusted R
Model R R Square Square Durbin-Watson
1 ,818 a
,669 ,631 1,688
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dari hasil uji autokolerasi menunjukan bahwa

nilai Durbin-Watson sebesar 1,688. Nilai ini akan dibandingkan dengan tabel DW

dengan jumlah observasi (n)=30, jumlah variabel independen (k)=3 dan tingkat

signifikansi 0,05 di dapat nilai dl=1,214 dan nilai du=1,649. Oleh karena nilai
156

DW=1,688 berada di atas nilai du=1,649 namun di bawah nilai 4-du=2,351 yaitu

(du<d<4-du) atau (1,649<1,688<2,351), artinya tidak terdapat autokorelasi positif

atau negatif pada model penelitian.

4.3.2 Analisis Koefesien Jalur

Analisis koefesien jalur dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

nilai koefesien jalur pengaruh nilai tambah ekonomi (EVA), nilai tambah pasar

(MVA), rasio nilai buku (PBV), dan tingkat pengembalian saham (return saham)

pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2020. Di bawah ini akan disajikan pembahasan hasil

penelitian analisis koefesien jalur dari masing-masing persamaan struktural yaitu

sebagai berikut :

1. Koefesien Jalur Pengaruh EVA, MVA, PBV Terhadap Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien jalur pengaruh EVA,

MVA, dan PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.12
Koefesien Jalur Pengaruh EVA, MVA, PBV Terhadap Return Saham
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,178 ,059 -3,027 ,006
EVA ,025 ,009 ,353 2,712 ,012
MVA ,022 ,007 ,400 3,115 ,004
PBV ,084 ,036 ,297 2,321 ,028
Sumber: Hasil Output SPSS
157

Y = 0,353X1 + 0,400X2 + 0,297X3 + Ԑ1

Berdasarkan tabel 4.12 di atas akan dijelaskan hasil koefesien jalur yaitu

sebagai berikut :

1. Jika nilai koefesien jalur EVA terhadap return saham sebesar 0,353. Artinya

apabila variabel EVA mengalami peningkatan sebesar (satu) satuan, maka

variabel return saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,353. Tanda

positif pada nilai koefesien jalur menunjukan bahwa EVA memiliki arah

pengaruh positif terhadap return saham. Artinya semakin tinggi EVA maka

semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.

2. Jika nilai koefesien jalur MVA terhadap return saham sebesar 0,400. Artinya

apabila variabel MVA mengalami peningkatan sebesar (satu) satuan, maka

variabel return saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,400. Tanda

positif pada nilai koefesien jalur menunjukan bahwa MVA memiliki arah

pengaruh positif terhadap return saham. Artinya semakin tinggi MVA maka

semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.

3. Jika nilai koefesien jalur PBV terhadap return saham sebesar 0,297. Artinya

apabila variabel PBV mengalami peningkatan sebesar (satu) satuan, maka

variabel return saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,297. Tanda

positif pada nilai koefesien jalur menunjukan bahwa PBV memiliki arah

pengaruh positif terhadap return saham. Artinya semakin tinggi PBV maka

semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.


158

2. Koefesien Jalur Pengaruh EVA Terhadap MVA

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien jalur pengaruh EVA

terhadap MVA yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.13
Koefesien Jalur Pengaruh EVA Terhadap MVA
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,762 1,496 1,845 ,076
EVA ,530 ,216 ,420 2,452 ,021
Sumber: Hasil Output SPSS

X2 = 0,420X1 + Ԑ2

Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukan bahwa nilai koefesien jalur EVA

terhadap MVA sebesar 0,420. Artinya apabila variabel EVA mengalami peningkatan

sebesar (satu) satuan, maka variabel MVA akan mengalami peningkatan sebesar

0,420. Tanda positif pada nilai koefesien jalur menunjukan bahwa EVA memiliki

arah pengaruh positif terhadap MVA. Artinya semakin tinggi EVA maka semakin

tinggi MVA, begitupun sebaliknya.

3. Koefesien Jalur Pengaruh MVA Terhadap PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien jalur pengaruh MVA

terhadap PBV yaitu sebagai berikut :


159

Tabel 4.14
Koefesien Jalur Pengaruh MVA Terhadap PBV
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,008 ,222 -,035 ,972
MVA ,074 ,034 ,383 2,192 ,037
Sumber: Hasil Output SPSS

X3 = 0,383X2 + Ԑ3

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukan bahwa nilai koefesien jalur MVA

terhadap PBV sebesar 0,383. Artinya apabila variabel MVA mengalami peningkatan

sebesar (satu) satuan, maka variabel PBV akan mengalami peningkatan sebesar

0,383. Tanda positif pada nilai koefesien jalur menunjukan bahwa MVA memiliki

arah pengaruh positif terhadap PBV. Artinya semakin tinggi MVA maka semakin

tinggi PBV, begitupun sebaliknya.

4. Koefesien Jalur Pengaruh EVA Terhadap PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien jalur pengaruh EVA

terhadap PBV yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.15
Koefesien Jalur Pengaruh EVA Terhadap PBV
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,222 ,291 -,762 ,452
EVA ,101 ,042 ,412 2,395 ,024
Sumber: Hasil Output SPSS
160

X3 = 0,412X1 + Ԑ4

Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukan bahwa nilai koefesien jalur EVA

terhadap PBV sebesar 0,412. Artinya apabila variabel EVA mengalami peningkatan

sebesar (satu) satuan, maka variabel PBV akan mengalami peningkatan sebesar

0,412. Tanda positif pada nilai koefesien jalur menunjukan bahwa EVA memiliki

arah pengaruh positif terhadap PBV. Artinya semakin tinggi EVA maka semakin

tinggi PBV, begitupun sebaliknya.

Di bawah ini akan di akan disajikan diagram jalur pengaruh EVA, MVA, dan

PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

EVA (X1) ρyx1=0,353

ρx2x1 =0,420

ɛ
ɛ
1
ρx3x1=0,412 2
0,331
0,823

Return Saham
MVA (X2) ρyx2=0,400
(Y)

ρx3x3=0,383

ɛ ɛ
4 3

0,830 0,853

PBV (X3) ρyx3=297

ρx1x2x3=0,818

Gambar 4.17
Diagram Jalur X1, X2, X3 Terhadap Y
161

4.3.3 Analisis Koefesien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan antara dua variabel. Pedoman yang digunakan untuk nilai

interpretasi koefisien korelasi yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.16
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber :
Sugiyono (2017:250)

1. Koefesien Korelasi Parsial Antara EVA dan Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien korelasi antara EVA dan

return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.17
Koefisien Korelasi Antara EVA dan Return Saham
Correlations
EVA Return Saham
EVA Pearson Correlation 1 ,644
Sig. (2-tailed) ,000
N 30 30
Return Saham Pearson Correlation ,644 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS
162

Berdasarkan tabel 4.17 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

antara EVA dan return saham sebesar 0,644 berada di antara 0,60<0,644<0,799,

artinya EVA dan return saham memiliki hubungan yang kuat dan positif. Nilai

korelasi bertanda positif artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi

EVA maka akan semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.

2. Koefesien Korelasi Parsial Antara MVA dan Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien korelasi antara MVA dan

return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.18
Koefisien Korelasi Antara MVA dan Return Saham
Correlations
MVA Return Saham
MVA Pearson Correlation 1 ,662
Sig. (2-tailed) ,000
N 30 30
Return Saham Pearson Correlation ,662 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

antara MVA dan return saham sebesar 0,662 berada di antara 0,60<0,662<0,799,

artinya MVA dan return saham memiliki hubungan yang kuat dan positif. Nilai

korelasi bertanda positif artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi

MVA maka akan semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.

2. Koefesien Korelasi Parsial Antara PBV dan Return Saham


163

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien korelasi antara PBV dan

return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.19
Koefisien Korelasi Antara PBV dan Return Saham
Correlations
PBV Return Saham
PBV Pearson Correlation 1 ,596
Sig. (2-tailed) ,001
N 30 30
Return Saham Pearson Correlation ,596 1
Sig. (2-tailed) ,001
N 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

antara PBV dan return saham sebesar 0,596 berada di antara 0,40<0,596<0,599,

artinya PBV dan return saham memiliki hubungan yang sedang dan positif. Nilai

korelasi bertanda positif artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi

PBV maka akan semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.

4. Koefesien Korelasi Parsial Antara EVA dan MVA

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien korelasi antara EVA dan

MVA yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.20
Koefisien Korelasi Antara EVA dan MVA
Correlations
EVA MVA
EVA Pearson Correlation 1 ,420
Sig. (2-tailed) ,021
N 30 30
164

MVA Pearson Correlation ,420 1


Sig. (2-tailed) ,021
N 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.20 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

antara EVA dan MVA sebesar 0,420 berada di antara 0,40<0,420<0,599, artinya

EVA dan MVA memiliki hubungan yang sedang dan positif. Nilai korelasi bertanda

positif artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi EVA maka akan

semakin tinggi MVA, begitupun sebaliknya.

5. Koefesien Korelasi Parsial Antara MVA dan PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien korelasi antara MVA dan

PBV yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.21
Koefisien Korelasi Antara MVA dan PBV
Correlations
MVA PBV
MVA Pearson Correlation 1 ,383
Sig. (2-tailed) ,037
N 30 30
PBV Pearson Correlation ,383 1
Sig. (2-tailed) ,037
N 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.21 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

antara MVA dan PBV sebesar 0,383 berada di antara 0,20<0,383<0,399, artinya

MVA dan PBV memiliki hubungan yang lemah dan positif. Nilai korelasi bertanda
165

positif artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi MVA maka akan

semakin tinggi PBV, begitupun sebaliknya.

6. Koefesien Korelasi Parsial Antara EVA dan PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil analisis koefesien korelasi antara EVA dan

PBV yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.22
Koefisien Korelasi Antara EVA dan PBV
Correlations
EVA PBV
EVA Pearson Correlation 1 ,412
Sig. (2-tailed) ,024
N 30 30
PBV Pearson Correlation ,412 1
Sig. (2-tailed) ,024
N 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.22 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

antara EVA dan PBV sebesar 0,412 berada di antara 0,40<0,412<0,599, artinya EVA

dan PBV memiliki hubungan yang sedang dan positif. Nilai korelasi bertanda positif

artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi EVA maka akan semakin

tinggi PBV, begitupun sebaliknya.

7. Koefesien Korelasi Simultan Antara EVA, MVA, PBV dan Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian koefesien korelasi simultan yaitu

sebagai berikut :
166

Tabel 4.23
Koefesien Korelasi Simultan Antara EVA, MVA, PBV dan Return Saham
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,818 a
,669 ,631 ,050379
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.23 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi

simultan antara EVA, MVA, PBV, dan return saham sebesar 0,818 berada di antara

0,80<0,818<1,000, artinya hubungan secara simultan EVA, MVA, PBV, dan return

saham memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif. Nilai korelasi bertanda

positif artinya memiliki hubungan yang searah. Semakin tinggi EVA, MVA, dan

PBV maka akan semakin tinggi return saham, begitupun sebaliknya.

Tabel 4.24
Koefisien Korelasi Simultan Antara EVA, MVA, PBV dan Return Saham
Correlations
EVA MVA PBV Return Saham
EVA Pearson Correlation 1 ,420 ,412 ,644
Sig. (2-tailed) ,021 ,024 ,000
N 30 30 30 30
MVA Pearson Correlation ,420 1 ,383 ,662
Sig. (2-tailed) ,021 ,037 ,000
N 30 30 30 30
PBV Pearson Correlation ,412 ,383 1 ,596
Sig. (2-tailed) ,024 ,037 ,001
N 30 30 30 30
Return Saham Pearson Correlation ,644 ,662 ,596 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001
N 30 30 30 30
Sumber: Hasil Output SPSS
167

Selain itu akan disajikan juga hasil pengujian koefesien korelasi simultan

menggunakan rumus sebagai berikut :


r yx 1 +r yx 2+r yx 3−3 r yx 1 r yx 2 r yx 3 r x 1 x 2 r x2 x3 r x1 x3
r x1 x2 x3 y = ¿
1−( r ¿¿ x 1 x 2¿¿ 2) ( r x 2 x 3 ) (r x1 x2 )¿
2 2

r x1 x2 x3 y =
√ 0,227+ 0,265+ 0,177−3 ( 0,227 )( 0,265 )( 0,177 )( 0,420 )( 0,383 ) (0,412)
1−( 0,420 ) (0,383¿¿ 2)(0,412 )
2 2
¿

r x1 x2 x3 y =
√ 0,669−0,002119
1−0,004392

r x1 x2 x3 y =
√ 0,667
0,996

r x1 x2 x3 y =√ 0,670

r x1 x2 x3 y =0,818

4.3.4 Analisis Koefesien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabilitas variabel endogen yang dapat

dijelaskan oleh variabel eksogen. Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian

koefesien determinasi parsial dan simultan yaitu sebagai berikut :

1. Koefesien Determinasi Parsial Pengaruh EVA, MVA, PBV Terhadap

Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian koefesien determinasi parsial

pengaruh EVA, MVA, PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut :
168

Tabel 4.25
Koefisien Determinasi Parsial Pengaruh EVA, MVA, PBV Terhadap Return
Saham
Coefficientsa
Standardized
Coefficients Correlations
Model Beta Zero-order
1 (Constant)
EVA ,353 ,644
MVA ,400 ,662
PBV ,297 ,596
Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.25 di atas akan disajikan perhituangan nilai koefesien

determinasi secara parsial yaitu sebagai berikut :

Pengaruh X1 terhadap Y = 0,353 x 0,644 = 0,227 atau 22,7%

Pengaruh X2 terhadap Y = 0,400 x 0,662 = 0,265 atau 26,5%

Pengaruh X3 terhadap Y = 0,297 x 0,596 = 0,177 atau 17,7%

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa besarnya variabel EVA

dalam memberikan konstribusi pengaruh terhadap variabel return saham sebesar

22,7%. Besarnya variabel MVA dalam memberikan konstribusi pengaruh terhadap

variabel return saham sebesar 26,5%. Sementara untuk besarnya variabel PBV dalam

memberikan kontribusi pengaruh terhadap variabel return saham sebesar 17,7%. Dari

ketiga variabel menunjukan bahwa MVA memiliki kontribusi pengaruh paling besar

terhadap return saham. Artinya secara keseluruhan variabel EVA, MVA, dan PBV

dalam memberikan konstribusi pengaruh terhadap variabel return saham sebesar


169

66,9%, sedangkan sisanya sebesar 33,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar

model penelitian.

2. Koefesien Determinasi Parsial Pengaruh EVA Terhadap MVA

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian koefesien determinasi parsial

pengaruh EVA terhadap MVA yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.26
Koefisien Determinasi Parsial Pengaruh EVA Terhadap MVA
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,420a ,177 ,147 1,389195
Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.26 di atas dari hasil pengujian koefesien determinasi

parsial menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,177 yang berarti bahwa

variabilitas variabel endogen yaitu MVA yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen

yaitu EVA adalah sebesar 17,7%, sedangkan sisanya sebesar 82,3% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model penelitian. Di bawah ini akan disajikan juga

perhitungan nilai sisa (residu) yaitu sebagai berikut:

Ԑ = ¿2)2

Ԑ = ( √ 1−0,177 )2

Ԑ = (0,907193)2 = 0,823 atau 82,3%

3. Koefesien Determinasi Parsial Pengaruh MVA Terhadap PBV


170

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian koefesien determinasi parsial

pengaruh MVA terhadap PBV yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.27
Koefisien Determinasi Parsial Pengaruh MVA Terhadap PBV
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,383 a
,147 ,116 ,274264
Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.27 di atas dari hasil pengujian koefesien determinasi

parsial menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,147 yang berarti bahwa

variabilitas variabel endogen yaitu PBV yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen

yaitu MVA adalah sebesar 14,7%, sedangkan sisanya sebesar 85,3% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model penelitian. Di bawah ini akan disajikan juga

perhitungan nilai sisa (residu) yaitu sebagai berikut:

Ԑ = ¿2)2

Ԑ = ( √ 1−0,147 )2

Ԑ = (0,92358)2 = 0,853 atau 85,3%

4. Koefesien Determinasi Parsial Pengaruh EVA Terhadap PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian koefesien determinasi parsial

pengaruh EVA terhadap PBV yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.28
Koefisien Determinasi Parsial Pengaruh EVA Terhadap PBV
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,412 a
,170 ,140 ,270458
171

Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.28 di atas dari hasil pengujian koefesien determinasi

parsial menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,170 yang berarti bahwa

variabilitas variabel endogen yaitu PBV yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen

yaitu EVA adalah sebesar 17,0%, sedangkan sisanya sebesar 83,0% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model penelitian. Di bawah ini akan disajikan juga

perhitungan nilai sisa (residu) yaitu sebagai berikut:

Ԑ = ¿2)2

Ԑ = ( √ 1−0,170 )2

Ԑ = (0,911043)2 = 0,830 atau 83,0%

5. Analisis Koefesien Determinasi Simultan Pengaruh EVA, MVA, PBV

Terhadap Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian koefesien determinasi simultan

pengaruh EVA, MVA, PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.29
Koefisien Determinasi Simultan Pengaruh EVA, MVA, PBV Terhadap Return
Saham
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,818a
,669 ,631 ,050379
Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.29 di atas dari hasil pengujian koefesien determinasi

simultan menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,669 yang berarti bahwa
172

variabilitas variabel endogen yaitu return saham yang dapat dijelaskan oleh variabel

eksogen yaitu EVA, MVA, dan PBV adalah sebesar 66,9%, sedangkan sisanya

sebesar 33,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Di

bawah ini akan disajikan juga perhitungan nilai sisa (residu) yaitu sebagai berikut:

Ԑ = ¿2)2

Ԑ = ( √ 1−0,669 )2

Ԑ = (0,575326)2 = 0,331 atau 33,1%

4.3.5 Pengujian Hipotesis

Anlisis pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen baik secara parsial atau simultan. Di

bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial dan simultan yaitu sebagai

berikut :

4.3.5.1 Pengujian Hipotesis Parsial

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh

pengaruh EVA, MVA, PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh EVA Terhadap Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis parsial yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :

Ho1:β1=0, artinya EVA tidak berpengaruh terhadap return saham.

H1:β1 0, artinya EVA berpengaruh terhadap return saham.


173

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau thitung ≥ ttabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel

Nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 (30-3-1=26) (ttabel=1,706)

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh EVA

terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.30
Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh EVA Terhadap Return Saham
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,178 ,059 -3,027 ,006
EVA ,025 ,009 ,353 2,712 ,012
MVA ,022 ,007 ,400 3,115 ,004
PBV ,084 ,036 ,297 2,321 ,028
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.30 di atas dari hasil pengujian hipotesis secara parsial

menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel EVA sebesar 0,012<0,05. Selain itu

dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 2,712 dan ttabel sebesar 1,706. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2,712>1,706. Oleh karena itu dapat disimpulkan H1

diterima, artinya EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Di
174

bawah ini akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh EVA terhadap return

saham yaitu sebagai berikut :

-ttabel 0 ttabel thitung


-1,706 1,706 2,712

Gambar 4.18
Kurva Hipotesis Pengaruh EVA Terhadap Return Saham

Hasil penelitian menunjukan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham. Hal tersebut dapat dikarenakan EVA merupakan salah satu

metode rasio keuangan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam memberikan

nilai tambah dari modal yang ditanamkan oleh para pemegang saham. EVA

menunjukan sejauh mana kinerja manajemen dalam menciptakan nilai tambah

ekonomi bagi stakeholder yang tercermin daari tingginya nilai laba bersih operasi

yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan biaya modal yang diinvestasikan

perusahaan. Tingginya laba merupakan cerminan bahwa manajer memiliki

kemampuan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. Oleh karena itu,

dengan tingginya laba yang dihasilkan perusahaan maka investor akan berpandangan

bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian (return) yang tinggi

kepada pemegang saham. Hal ini tentunya akan menarik minat investor untuk
175

berinvesatsi sehingga dapat berdampak pada tingginya harga saham di pasar modal.

Tingginya harga saham suatu perusahaan akan meningkatkan nilai pasar saham

sehingga berampadak pada tingginya return saham. Semakin tinggi EVA, maka akan

semakin tinggi pula return saham. Hasil peneltiian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Warizal dkk (2019), Wayan dan Anom (2020), Ayi dan Subagio

(2019), Mutmainah dan Santoso (2018), hasil penelitian menunjukan bahwa EVA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Namun hasil penelitian ini

bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Octaver dkk (2016),

Andhika dan Yunita (2016), Satwiko dan Agusto (2021), Oktavianti (2018), Silitonga

dkk (2019), hasil penelitian menunjukan bahwa EVA tidak berpengaruh signifikan

terhadap return saham.

2. Pengaruh MVA Terhadap Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis parsial yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :

Ho2:β2=0, artinya MVA tidak berpengaruh terhadap return saham.

H2:β2 0, artinya MVA berpengaruh terhadap return saham.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau thitung ≥ ttabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel

Nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 (30-3-1=26) (ttabel=1,706)


176

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh MVA

terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.31
Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh MVA Terhadap Return Saham
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,178 ,059 -3,027 ,006
EVA ,025 ,009 ,353 2,712 ,012
MVA ,022 ,007 ,400 3,115 ,004
PBV ,084 ,036 ,297 2,321 ,028
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.31 di atas dari hasil pengujian hipotesis secara parsial

menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel MVA sebesar 0,004<0,05. Selain itu

dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 3,115 dan ttabel sebesar 1,706. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa thitung>ttabel yaitu 3,115>1,706. Oleh karena itu dapat disimpulkan H2

diterima, artinya MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Di

bawah ini akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh MVA terhadap return

saham yaitu sebagai berikut :


177

-ttabel 0 ttabel thitung


-1,706 1,706 3,115

Gambar 4.19
Kurva Hipotesis Pengaruh MVA Terhadap Return Saham

Hasil penelitian menunjukan bahwa MVA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham. Hal tersebut dapat dikarenakan MVA menunjukan sejauh

mana kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah finansial bagi

pemegang saham yang tercermin dari nilai pasar saham di pasar modal dibandingkan

dengan modal yang diinvestasikan oleh investor. Secara teori, MVA yang tinggi akan

membuat harga saham perusahaan tersebut ikut tinggi, dan tentunya akan

menyebabkan tingkat return saham ikut naik. Jadi kekayaan pemegang saham akan

bertambah jika MVA bertambah melalui peningkatan capital gain dari meningkatnya

harga saham, maka return saham yang diperoleh pemegang saham juga akan

meningkat. Semakin tinggi kemampuan manajemen dalam mengelola modal untuk

menciptakan nilai tambah perusahaan, maka akan semakin tinggi nilai pasar saham.

Tingginya nilai pasar saham mencerinkan tingginya harga saham di pasar modal,

sehingga hal tersebut berdampak pada tingginya return saham. Semakin tinggi MVA,

maka akan semakin tinggi pula return saham. Hasil peneltiian ini sejalan dengan hasil
178

penelitian yang dilakukan oleh Satwiko dan Agusto (2021), Badaruddin dkk (2017),

hasil penelitian menunjukan bahwa MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Andhika dan Yunita (2016), Wayan dan Anom (2020), Aryani dan

Syawalliawaty (2021), Ayi dan Subagio (2019), Silitonga dkk (2019), Mutmainah

dan Santoso (2018), hasil penelitian menunjukan bahwa MVA tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham.

3. Pengaruh PBV Terhadap Return Saham

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis parsial yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :

Ho3:β3=0, artinya PBV tidak berpengaruh terhadap return saham.

H3:β3 0, artinya PBV berpengaruh terhadap return saham.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau thitung ≥ ttabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel

Nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 (30-3-1=26) (ttabel=1,706)

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen


179

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh PBV

terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.32
Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh PBV Terhadap Return Saham
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,178 ,059 -3,027 ,006
EVA ,025 ,009 ,353 2,712 ,012
MVA ,022 ,007 ,400 3,115 ,004
PBV ,084 ,036 ,297 2,321 ,028
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.32 di atas dari hasil pengujian hipotesis secara parsial

menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel PBV sebesar 0,028<0,05. Selain itu

dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 2,321 dan ttabel sebesar 1,706. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2,321>1,706. Oleh karena itu dapat disimpulkan H3

diterima, artinya PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Di

bawah ini akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh PBV terhadap return

saham yaitu sebagai berikut :

-ttabel 0 ttabel thitung


-1,706 1,706 2,321
180

Gambar 4.20
Kurva Hipotesis Pengaruh PBV Terhadap Return Saham
Hasil penelitian menunjukan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham. Hal tersebut dapat dikarenakan PBV merupakan rasio untuk

menunjukkan seberapa besar nilai perusahaan dari apa yang ditanamkan oleh

pemegang saham. PBV yang tinggi biasanya mencerminkan kualitas kinerja

perusahaan tersebut baik dan pertumbuhannya cukup pesat. PBV digunakan oleh

investor untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja harga saham di pasar modal

dibandingkan dengan nilai buku ekuitas per lembar saham. Melalui pengukuran ini,

investor dapat menganilisis sejauh mana perusahaan mampu memberikan tingkat

pengembalian keuntungan (return) bagi pemegang saham yang tercermin dari harga

saham perusahaan di pasar modal. Semakin tinggi harga saham perusahaan di pasar

modal, maka semakin tinggi return saham. Hasil peneltiian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ristyawan (2019), Ayi dan Subagio (2019), hasil

penelitian menunjukan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Satwiko dan Agusto (2021), hasil penelitian menunjukan bahwa PBV

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.

4. Pengaruh EVA Terhadap MVA

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis parsial yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :


181

Ho4:β4=0, artinya EVA tidak berpengaruh terhadap MVA.

H4:β4 0, artinya EVA berpengaruh terhadap MVA.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau thitung ≥ ttabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel

Nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 (30-1-1=28) (ttabel=1,701)

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh EVA

terhadap MVA yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.33
Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh EVA Terhadap MVA
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,762 1,496 1,845 ,076
EVA ,530 ,216 ,420 2,452 ,021
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.33 di atas dari hasil pengujian hipotesis secara parsial

menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel EVA sebesar 0,021<0,05. Selain itu

dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 2,452 dan ttabel sebesar 1,701. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2,452>1,701. Oleh karena itu dapat disimpulkan H4

diterima, artinya EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap MVA. Di bawah
182

ini akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh EVA terhadap MVA yaitu

sebagai berikut :

-ttabel 0 ttabel thitung


-1,701 1,701 2,452

Gambar 4.21
Kurva Hipotesis Pengaruh EVA Terhadap MVA

Hasil penelitian menunjukan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap MVA. Hal tersebut dapat dikarenakan MVA merupakan cerminan dari

EVA. Nilai EVA menunjukan sejauh mana kinerja manajemen dalam menciptakan

nilai tambah ekonomi bagi stakeholder yang tercermin daari tingginya nilai laba

bersih operasi yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan biaya modal yang

diinvestasikan perusahaan. Tingginya laba bersih operasi perusahaan akan menarik

minat investor untuk berinvesatsi sehingga dapat berdampak pada tingginya harga

saham. Tingginya harga saham suatu perusahaan akan meingkatkan nilai pasar saham

sehingga berampadak pada tingginya MVA. Semakin tinggi EVA, maka akan

semakin tinggi pula MVA. Hasil peneltiian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Puteri dan Timewu (2019, hasil penelitian menunjukan bahwa EVA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap MVA. Namun hasil penelitian ini
183

bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyan dan Naomi (2020),

hasil penelitian menunjukan bahwa EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap

MVA.

5. Pengaruh MVA Terhadap PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis parsial yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :

Ho5:β5=0, artinya MVA tidak berpengaruh terhadap PBV.

H5:β5 0, artinya MVA berpengaruh terhadap PBV.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau thitung ≥ ttabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel

Nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 (30-1-1=28) (ttabel=1,701)

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh MVA

terhadap PBV yaitu sebagai berikut :


184

Tabel 4.34
Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh MVA Terhadap PBV
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,008 ,222 -,035 ,972
MVA ,074 ,034 ,383 2,192 ,037
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.34 di atas dari hasil pengujian hipotesis secara parsial

menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel MVA sebesar 0,037<0,05. Selain itu

dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 2,192 dan ttabel sebesar 1,701. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2,192>1,701. Oleh karena itu dapat disimpulkan H5

diterima, artinya MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap MVA. Di bawah

ini akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh MVA terhadap MVA yaitu

sebagai berikut :

-ttabel 0 ttabel thitung


-1,701 1,701 2,192

Gambar 4.22
Kurva Hipotesis Pengaruh MVA Terhadap PBV

Hasil penelitian menunjukan bahwa MVA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PBV. Hal tersebut dapat dikarenakan MVA menunjukan sejauh mana
185

kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah finansial bagi

pemegang saham yang tercermin dari nilai pasar saham di pasar modal dibandingkan

dengan modal yang diinvestasikan oleh investor. Semakin tinggi kemampuan

manajemen dalam mengelola modal untuk menciptakan nilai tambah perusahaan,

maka akan semakin tinggi nilai pasar saham. Tingginya nilai pasar saham

mencerinkan tingginya harga saham di pasar modal, sehingga hal tersebut berdampak

pada tingginya PBV. Hasil peneltiian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mikrad dan Syukur (2019), hasil penelitian menunjukan bahwa MVA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV. Namun hasil penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sobahi dkk (2019), hasil penelitian

menunjukan bahwa MVA tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.

6. Pengaruh EVA Terhadap PBV

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis parsial yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :

Ho6:β6=0, artinya EVA tidak berpengaruh terhadap PBV.

H6:β6 0, artinya EVA berpengaruh terhadap PBV.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau thitung ≥ ttabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel

Nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 (30-1-1=28) (ttabel=1,701)


186

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen

Di bawah ini akan disajikan hasil pengujian hipotesis parsial pengaruh EVA

terhadap PBV yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.35
Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh EVA Terhadap PBV
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -,222 ,291 -,762 ,452
EVA ,101 ,042 ,412 2,395 ,024
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.34 di atas dari hasil pengujian hipotesis secara parsial

menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel EVA sebesar 0,024<0,05. Selain itu

dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 2,395 dan ttabel sebesar 1,701. Dari hasil tersebut

terlihat bahwa thitung>ttabel yaitu 2,395>1,701. Oleh karena itu dapat disimpulkan H6

diterima, artinya EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV. Di bawah ini

akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh EVA terhadap PBV yaitu sebagai

berikut :
187

-ttabel 0 ttabel thitung


-1,701 1,701 2,395

Gambar 4.23
Kurva Hipotesis Pengaruh EVA Terhadap PBV

Hasil penelitian menunjukan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PBV. Hal tersebut dapat dikarenakan nilai EVA menunjukan sejauh mana

kinerja manajemen dalam menciptakan nilai tambah ekonomi bagi stakeholder yang

tercermin daari tingginya nilai laba bersih operasi yang dihasilkan perusahaan

dibandingkan dengan biaya modal yang diinvestasikan perusahaan. Tingginya laba

bersih operasi perusahaan akan menarik minat investor untuk berinvesatsi sehingga

dapat berdampak pada tingginya harga saham di pasar modal yang tercermin dari

rasio PBV.. Semakin tinggi EVA, maka akan semakin tinggi pula PBV. Hasil

peneltiian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahirah dan

Lantania (2019), hasil penelitian menunjukan bahwa EVA berpengaruh signifikan

terhadap PBV. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sobahi dkk (2019), serta Mikrad dan Syukur (2019), hasil penelitian

menunjukan bahwa EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.


188

4.3.5.2 Pengujian Hipotesis Simultan

Di bawah ini akan disajikan hasil perumusan hipotesis dan kriteria

pengambilan keputusan hipotesis simultan yaitu sebagai berikut :

Perumusan hipotesis parsial :

Ho7:β1,β2,β3=0, artinya EVA, MVA, dan PBV tidak berpengaruh terhadap return

saham.

H7: β1,β2,β3 0, artinya EVA, MVA, dan PBV berpengaruh terhadap return saham.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 atau Fhitung ≥ Ftabel

H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 atau Fhitung < Ftabel

Nilai Ftabel didapat dari : df1/df2

df1 = Jumlah variabel eksogen

df2 = n-k-1 (30-3-1=26) (Ftabel=2,98)

Keterangan :

n : Jumlah observasi pengamatan

k : Jumlah variabel eksogen

Di bawah ini akan di akan disajikan hasil pengujian hipotesis simultan

pengaruh EVA, MVA, dan PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.35
Pengujian Hipotesis Simultan Pengaruh EVA, MVA, dan PBV Terhadap Return
Saham
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,134 3 ,045 17,555 ,000b
189

Residual ,066 26 ,003


Total ,200 29
Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkantabel 4.35 di atas dari hasil pengujian hipotesis simultan

menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05. Selain itu dapat dilihat juga dari

nilai Fhitung sebesar 17,555 dan Ftabel sebesar 2,98. Dari hasil tersebut terlihat bahwa

Fhitung>Ftabel yaitu 17,555>2,98, maka dapat disimpulkan bahwa H7 diterima, artinya

secara simultan menunjukan bahwa EVA, MVA, dan PBV berpengaruh signifikan

terhadap return saham. Di bawah ini akan di akan disajikan kurva hipotesis pengaruh

EVA, MVA, dan PBV terhadap return saham yaitu sebagai berikut :

F tabel F hitung
2,98 17,555
Gambar 4.24
Kurva Hipotesis Pengaruh EVA, MVA, dan PBV Terhadap Return Saham

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa EVA, MVA, dan PBV berpengaruh

signifikan terhadap return saham. Return saham adalah keuntungan yang diperoleh

pemegang saham dalam bentuk divdien atau capital gain dari hasil kebijakan

investasi yang dilakukannya. Salah satu cara untuk menganalisis seberapa tinggi

tinggkat pengembalian (return) yang diperoleh pemegang saham yaitu melalui

pengukurna rasio EVA, MVA, dan PBV.


190

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan analisa yang telah penulis paparkan pada bab

sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata EVA pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 cenderung fluktuatif.

Artinya, kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah

ekonomi bagi pemegang saham masih belum optimal. Pada tahun 2016-2018

nilai rata-rata EVA pada perusahaan subsektor pertambangan batubara

mengalami peningkatan. Sementara pada tahun 2018-2020 pada perusahaan

subsektor pertambangan batubara cenderung mengalami penurunan. Hal

tersebut dikarenakan penurnan harga jual rata-rata batubara yang berdampak

pada rendahnya pendapatan operasional perusahaan., serta ditambah dengan

adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia sehingga berdampak aktivitas

operasional perusahaan diantaranya adanya pembatasaan kegiatan produksi,

rendahnya permintaan batubara, dan melemahnya harga jual rata-rata

batubara dunia.

2. Nilai rata-rata MVA pada perusahaan subsektor pertambangan batubara yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 cenderung fluktuatif.


191

Artinya, kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan nilai tambah

perusahaan bagi pemegang saham yang tercermin dari nilai pasar saham di

pasar modal dibandingkan dengan modal yang diinvestasikan oleh investor

masih belum optimal. Peningkatan nilai rata-rata MVA meningkat pada

periode tahun 2016 hingga 2018.. Sedangkan pada tahun 2018 hingga 2020

rata-rata nilai MVA mengalami penurunan dengan nilai perkembangan

sebesar 6.063.849 ditahun 2018 ke tahun 2019, hal ini berarti bahwa maka

manajer gagal menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan terdapat nilai

pasar perusahaan lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan, yang

berarti kekayaan telah dimusnahkan sehingga menunjukkan penurunan MVA

perusahaan.

3. Nilai rata-rata PBV pada perusahaan subsector pertambangan menunjukkan

hasil yang cukup fluktuatif. Artinya manajer perusahaan belum mampu

secara optimal menambah nilai melalui peningkatan harga pasar dari

perusahaan. Peningkatan terjadi pada tahun 2017 ke tahun 2018 dan pada

tahun 2019 ke tahun 2020 dengan peningkatan terbesar senilai 4,43.

Peningkatan ini menunjukkan minat investor yang tinggi dikarenakan adanya

gambaran dari tingkat keuntungan bagi investor dari harga pasar saham

dengan modal yang diinvestasikan di perusahaan. Namun disamping itu, pada

tahun 2016 ke tahun 2017 dan tahun 2018 ke tahun 2019 nilai PBV

mengalami penurunan.
192

4. Nilai rata-rata return saham mengalami perkembangan yang fluktuatif

dimana pada tahun 2016 ke tahun 2018 mengalami penurunan dengan

penurunan terbesar pada tahun 2018 senilai -25,86% dan setelahnya

mengalami peningkatan yang terus meningkat hingga tahun 2020. Faktor

yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai rata-rata return saham perusahaan

diantaranya adalah nilai EVA dan MVA, jika kedua nilai pada perusahaan

menunjukkan nilai yang positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan

biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga

tingkat pengembalian saham (stock return) akan mengalami peningkatan atau

perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor.

5. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukan bahwa nilai signifikansi

variabel EVA sebesar 0,012<0,05. Selain itu dapat dilihat dari nilai thitung

sebesar 2,712 dan ttabel sebesar 1,706. Dari hasil tersebut terlihat bahwa

thitung>ttabel yaitu 2,712>1,706. Oleh karena itu dapat disimpulkan H1

diterima, artinya EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham.

6. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukan bahwa nilai signifikansi

variabel MVA sebesar 0,004<0,05. Selain itu dapat dilihat dari nilai t hitung

sebesar 3,115 dan ttabel sebesar 1,706. Dari hasil tersebut terlihat bahwa

thitung>ttabel yaitu 3,115>1,706. Oleh karena itu dapat disimpulkan H2 diterima,

artinya MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.


193

7. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukan bahwa nilai signifikansi

variabel PBV sebesar 0,028<0,05. Selain itu dapat dilihat dari nilai thitung

sebesar 2,321 dan ttabel sebesar 1,706. Dari hasil tersebut terlihat bahwa

thitung>ttabel yaitu 2,321>1,706. Oleh karena itu dapat disimpulkan H3 diterima,

artinya PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham

5.2 Saran

1. Perusahaan

Bagi perusahaan dapat meningkatkan kinerja manajemen perusahaan

dan kinerja keuangan guna meningkatkan nilai saham dari perusahaan yang

dikelola sehingga dapat secara optimal memberikan nilai tambah ekonomi

bagi pemegang saham masih belum optimal. Selain itu perusahaan dapat

senantiasa melakukan riset dan juga inovasi demi peningkatan kinerja

perusahaan sesuai dengan subsector yang dikelola.

2. Investor

Bagi calon investor maupun investor yang akan melakukan investasi

pada perusahaan diharapkan dapat melakukan analisis EVA dan MVA

sebelum mengambil keputusan investasi sesuai dengan hasil analisis yang

telah penulis lakukan agar tidak mengambil risiko dikemudian hari. Investor

maupun calon investor juga disarankan mempertimbangkan faktor-faktor lain

baik internal maupun faktor-faktor eksternal perusahaan sebelum mengambil

keputusan untuk berinvestasi.

3. Peneliti Lain
194

Bagi penenliti selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa dengan

jumlah sampel yang lebih banyak serta periode penelitian yang lebih panjang

agar diperoleh hasil yang lebih valid. Penelitian selanjutnya dapat

menggunakan faktor-faktor eksternal maupun faktor internal lainnya untuk

mencari variabel-variabel yang berpengaruh terhadap return saham yang

diterima investor.
195

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, A., & Pulungan, N. A. F. (2020). The Effect Of Economic Value Added
(EVA) on Price to Book Value the Role Of Institutional Ownership in Retail
Sector Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange. Dinasti
International Journal of Economics, Finance & Accounting, 1(5), 889-904
Ayi, Y. O. T., & Subagio, S. (2019). Analisis Pengaruh Eonomic Value Added
(EVA), Market Value Added (MVA), Price to Book Value (PBV), Earning Per
Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Profitabilitas Terhadap Return
Saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2010. Bilancia: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 3(4), 430-440.
Badaruddin, B., Sadeli, Y. A., Fauzi, A., & Bugis, J. N. (2017). Analisis Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Return
Saham Jurnal Ilmiah Bongaya, 1-8.
Iffan, M., & Yulianti, L. (2017). Pengaruh Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian
Pada Jg Motor Yamaha Cab.Asia Afrika Bandung. JURISMA : Jurnal Riset
Bisnis & Manajemen, 7(1).
Ismawati, L. (2017). Determinan Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Telekomunikasi. Jurnal Inspirasi Bisnis Dan Manajemen, 14.
Mutmainnah, F., & Santoso, B. H. (2018). Pengaruh EPS, RI, EVA, MVA, DAN
PER Terhadap Return Saham Perusahaan Otomotif. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen (JIRM), 7(9).
Novianti, W., Hakim, R. P. (2015). Harga Saham Yang Dipengaruhi Oleh
Profitabilitas Dan Struktur Aktiva Dalam Sektor Telekomunikasi, 19-32.
Novianti, W., & Romansyah, I. (2013). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Keputusan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan, 116-122
Oktavianti, O. (2018). Pengaruh Return On Investment (Roi), Earning Per Share
(Eps) Dan Economic Value Added (Eva) Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2013-
2016. BENING, 5(2), 152-170.
196

Ristyawan, M. R. (2019). Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt To Assets Ratio


(DAR), Price To Book Value (PBV) Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap
Return Saham Perusahaan Sektor Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2017. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan
(JEBIK), 8(1), 1-17.
Satwiko, R., & Agusto, V. (2021). Ecpnpmic Value Added, Market Value Added dan
Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Media Bisnis, 13(1), 77-88.
Silitonga, W. P., Ramadhani, R. A., & Nugroho, R. (2019). the Effect of Economics
Value-Added, Market Value-Added, Total Asset Ratio, and Price Earnings
Ratio on Stock Return. Jurnal Akuntansi Trisakti, 5(2), 239.
Sobahi, I. N., Enas, E., & Herlina, E. (2019). Pengaruh Economic Value Added dan
Market Value Added Terhadap Nilai Perusahaan (Suatu Studi pada Bank
Sofyan, W. W., & Naomi, P. (2020). Pengaruh Economic Value Added, Ownership
Structure, Dan Country Of Origin Terhadap Market Value Added Pada
Perusahaan Otomotif Di BEI. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(11),
1471-1483.

Anda mungkin juga menyukai