Anda di halaman 1dari 27

“SEBUAH ANALISIS: KRISIS

KEPEMIMPINAN NASIONAL.”

Disusun untuk melengkapi Persyaratan Peserta Intermediate


Training (LKII)

OLEH ZAHWA ANNISA JUSUF

INTERMEDIATE TRAINING HIMPUNAN


MAHASISWA ISLAM CABANG BANDUNG 3-11
AGUSTUS,
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur
kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni
Nabi besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat beliau yang telah
membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah kehidupan yang
penuh kebahagiaan dan kedamaian.

Suatu rahmat yang besar dari Allah S.W.T yang selanjutnya penulis
syukuri, karena dengan kehendaknya, Taufiq dan Rahmatnya pulalah akhirnya
penulis dapat menyelasaikan makalah ini guna melengkapi persyaratan untuk
mengikuti Intermediate Training (LK II) tingkat nasional yang dilaksanakan oleh
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) Cabang Bandung pada tanggal 3
Agustus s/d 11 Agustus 2018 di Balatkop Kota Bandung. Adapun judul makalah
ini adalah “Sebuah Analisis: Krisis Kepemimpinan Nasional”.

Ucapan terima kasih penulis hadiahkan kepada kedua orang tua yang
sudah mensupport penulis untuk mengikuti kegiatan ini¸ dan juga telah
memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulis tetap istiqomah dalam
pembuatan makalah ini. Terima kasih juga kepada kanda Fadil, kanda Amal dan
kanda Gege yang sudah membantu penulis dalam segala hal. Terima kasih juga
kepada kawan-kawan seperjuangan Lia, Pega, Adel, Ryan dan Dimas yang terus
berjuang bersama penulis. Dan juga terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam segala hal yang tidak bisa penulis sebutkan namanya
satu persatu.

i
Akhirnya, kepada Allah jugalah kita memohon. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua sebagai penambah wawasan dan cakrawala
pengetahuan. Dan dengan memanjatkan Doa dan harapan semoga apa yang kita
lakukan ini menjadi Amal dan mendapat Ridho dan balasan serta ganjaran yang
berlipat ganda dari Allah S.W.T yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Aamiin.

Manado, 19 Juli 2018

Zahwa A. Jusuf

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....i
DAFTAR ISI……….……………………………………………………………iii

BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 3
1.4 MANFAAT PENULISAN ............................................................................ 3
1.5 RUANG LINGKUP ...................................................................................... 4
1.6 METODE PENULISAN ............................................................................... 4
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN ..................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1 PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN .......................................................... 5
2.1.1 TEORI KEPEMIMPINAN .................................................................... 6
2.1.2 GAYA KEPEMIMPINAN .................................................................... 7
2.2 KRISIS KEPEMIMPINAN .......................................................................... 8
2.2.1 ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ..................... 9
2.2.2 INDIKATOR YANG MENDASARI PARADIGMA MASYARAKAT
TERKAIT KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ............................ 11
2.3 PERAN ANAK MUDA SEBAGAI PENERUS TONGKAT ESTAFET
KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ................................................................ 15
2.4 PERAN HMI DALAM KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ...... 16
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 20
3.2 SARAN ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22

CURICULUME VITAE…………………………………………………………23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk sosial. Manusia hidup dengan manusia lainnya.
Pada zaman dulu, mereka berkomunikasi, berburu, membangun dan belajar secara
berkelompok. Awalnya hanya dua orang menjadi tiga, empat, kemudian
bertambah seiring berjalannya waktu. Hingga sekarang manusia terus beranak
cucu dan menjadi kelompok-kelompok yang besar. Setiap manusia di dalam
kelompok tentu memiliki keinginan yang berbeda-beda meski dalam satu tujuan
yang sama. Maka dibutuhkan seseorang yang dapat mengarahkan dan memimpin
manusia lainnya, agar dapat mewujudkan visi dan misi dari kelompok tersebut.
Orang itu disebut peimpin.

Seorang pemimpin memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Dalam memimpin


sebuah kelompok, seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan diri dengan
kelompoknya. Pemimpin harus berpikir luas, cerdas, tegas dan kreatif, serta dapat
bertindak dan bersikap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari kelompok dan
zaman.

Pemimpin dalam KBBI berarti orang yang memimpin; dan kepemimpinan


adalah perihal memimpin, atau cara memimpin. Sedangkan memimpin sendiri
adalah mengepalai, yang artinya segala pengambian kebijakan, sampai maju atau
mundurnya suatu yang dipimpin adalah hasil dari seorang pemimpin tersebut.
Pemimpin adalah wajah dari organisasi. Baik buruknya pemimpin akan sangat
berdampak pada organisasi yang dia pimpin. Dalam skala yang lebih besar ada
yang di sebut dengan Negara. Sebuah wilayah yang memiliki anggota,
tempat/wilayah, adanya pengakuan, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.

Pemimpin haruslah seseorang yang bukan hanya menjadi teladan namun


juga bisa menempatkan dirinya dengan baik, serta dapat memecahkan masalah

1
dengan baik. Seorang pemimpin harus memenuhi kriteria-kriteria kepemimpinan.
Pemimpin harus bisa menjawab persoalaan yang hadir. Sehingga menjadi seorang
pemimpin bukan hanya persoalan eksistensi.

Namun dalam praktiknya sekarang agaklah cukup berbeda. Kebanyakan


mereka berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin adalah orang-orang yang
pragmatis, yang didasari oleh dorongan-dorongan eksternal dengan kepentingan-
kepentingan politik yang menyertai. Meski begitu, seorang pemimpin bukan
hanya harus memiliki akseptabilitas agar mudah diterima oleh masyarakat, namun
juga memiliki kapabilitas yang cukup, serta niat yang luhur.

Pakar kepemimpinan John Gardner mengungkapkan bahwa ketika


Amerika didirikan, ia memiliki sekitar tiga juta penduduk. Dari jumlah tersebut,
muncul enam pemimpin kelas dunia yakni George Washington, John Adams,
Thomas Jefferson, Benjamin Franklin, James Madison, dan Alexander Hamilton.
Pada tahun 1987 dengan populasi lebih dari 240 juta penduduk, Amerika
seharusnya memiliki 480 pemimpin kelas dunia. Namun dimanakah mereka?
Pertanyaan yang sama bukan saja berlaku di Amerika. Krisis kepemimpinan
terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Indonesia sebagai Negara yang telah merdeka hampir 73 tahun lamanya


ternyata tidak menjamin memiliki pemimpin yang idealis dengan keinginan yang
luhur. Kita bisa melihat sosok pemimpin dari kontribusi yang diberikan.
Maraknya tindak kejahatan korupsi di kalangan pejabat menjadi bukti nyata
bahwa Indonesia sekarang sedang di landa krisis kepemimpinan. Belum lagi
semakin banyak pemimpin karbit yang lahir dari rasa ingin mengendarai catur
per-politikan dengan uang sebagai roda pemutarnya. Imbasnya adalah kepada
masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang menjadi garis besar dalam makalah yang
berjudul “SEBUAH ANALISIS: KRISIS KEPEMIMPINAN INDONESIA”,sebagai
berikut :

2
1. Apa yang dimaksud dengan pemimpin dan kepemimpinan?
2. Apa itu krisis kepemimpinan?
3. Bagaimana peran anak muda sebagai penerus tongkat estafet
kepemimpinan di Indonesia ?
4. Bagaimana peran HmI dalam penanganan krisis kepemimpinan di
Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun beberapa tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :

1. Menjelaskan tentang pemimpin dan kepemimpinan


2. Menjelaskan tentang krisis kepemipinan
3. Menjelaskan tentang peran anak muda sebagai penerus
tongkat estafet kepemimpinan di Indonesia
4. Menjelaskan tentang peran HmI dalam penanganan krisis
kepemimpinan di Indonesia
5. Sebagai syarat untuk mengikuti Intermediate Training
(LK-II) HmI

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini sebagai berikut :

1. Bagi penulis makalah ini sebagai pemenuhan persyaratan


Intermediate Training LK2 Himpunan Mahasiswa Islam.
2. Diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan untuk para
pembaca sebagai pisau analisis kajian.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang krisis
kepemimpinan di Indonesia.

3
1.5 RUANG LINGKUP
Untuk mempermudah dalam pembahasan agar masalah yang dibahas tidak
melebar dan terlalu luas sehingga dapat mengaburkan topik permasalahan yang
utama maka penulis menganggap perlunya dibuat ruang lingkup pada makalah ini.
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :

1. Pemimpin dan kepemimpinan.


2. Krisis kepemimpinan
3. Anak muda sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan
4. Peran HmI dalam penanganan krisis kepemimpinan nasional

1.6 METODE PENULISAN


Metode penulisan yang dilakukan dalam penyelesaian makalah ini adalah
metode deskriptif yang bersifat studi literatur yang dilakukan untuk mendukung
jalannya penulisan mulai dari awal hingga penyusunan akhir makalah ini. Selain
itu studi literatur dilaksanakan guna mendapatkan dasar teori yang kuat berkaitan
dengan makalah ini sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
pembahasan. Studi literatur meliputi pengumpulan data dan informasi dari buku
dan jurnal-jurnal yang mempunyai relevansi dengan bahasan dalam makalah ini,
serta masukan dari senior dan kawan-kawan seperjuangan di HMI.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


1. Pendahuluan (berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan).
2. Pembahasan (isi masalah yang akan dibahas).
3. Penutup (berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran atau solusi
untuk masalah yang dibahas).

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN


Hakikat manusia adalah makhluk sosial, yang dimana saling
membutuhkan satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin dan kepemimpinan. Dan dalam praktik sehari-hari pemimpin
dan kepemimpinan sering diartikan sama, padahal kedua pengertian tersebut
berbeda namun memiliki hubungan yang berkaitan satu sama lain.

Beberapa ahli berpendapat tentang pemimpin, diantaranya :

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, ”Pemimpin adalah seseorang


dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan”

Menurut Harold Kontz, “Kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau


proses memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan
kelompok dengan kemauan dan antusias.”

Menurut Kartini Kartono, “Pemimpin adalah seorang pribadi yang


memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu
bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa
tujuan”

Sedangkan kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah:

Menurut Wahjosumidjo (1987:11), “Kepemimpinan pada hakikatnya


adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat
tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin

5
yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku
pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau
interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi”.

Menurut Young (dalam Kartono, 2003), ”Kepemimpinan adalah bentuk


dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus”.

Menurut Koontz dan O’donnel,“Kepemimpinan adalah sebagai proses


mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-
sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya”.

Maka dapat di simpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang dengan


kecakapan dan kelebihan khusus, kemampuan yang memadai, kemampuan untuk
mempengaruhi, mengatur, dan mengelola serta memiliki wewenang dan tanggung
jawab yang harus dia penuhi. Sedangkan kepemimpinan adalah proses atau
kegiatan bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi, mengatur serta mengelola.
Sehingga pemimpin dan kepemimpinan adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

2.1.1 TEORI KEPEMIMPINAN


Ada beberapa teori yang mendasari lahirnya seorang pemimpin dan
bagaimana cara dia memimpin. Teori kepemimpinan tersebut antara lain:

1. Teori Great Man

Menurut teori ini seorang pemimpin itu di lahirkan. Artinya ada sebagian
orang yang memang dilahirkan sebagai pemimpin. Dengan kata lain “ledearship
matterial” itu merupakan anugrah. Sehingga muncullah istilah “dia dilahirkan
menjadi seorang pemimpin”. Seseorang dengan anugrah seperti ini dilahirkan
dengan karakteristik tertentu, seperti karisma, kecerdasan, pengendalian diri yang
baik dan keterampilan dalam bersosialisasi. Teori ini menyatakan bahwa

6
pemimpin besar lahir dengan segala kelebihannya hadir karena memang
dibutuhkan.

2. Teori sifat

Teori ini menyatakan bahwa orang mewarisi sifat dan ciri-ciri tertentu
untuk menjadi seorang pemimpin. Maka ada klasifikasi yang harus di penuhi oleh
seseorang untuk menjadi seorang pemimpin. Contohnya sifat kepemimpinan yang
dinilai memenuhi klasifikasi adalah dia harus cerdas, karismatik, merakyat namun
tegas. Maka seseorang harus menuruni sifat-sifat tersebut untuk menjadi seorang
pemimpin.

3. Teori perilaku

Teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin itu bukanlah dilahirkan


melainkan di bentuk. Akan lebih baik untuk berfokus pada cara membentuk diri
sehingga menjadi pemimpin yang besar ketimbang berasumsi bahwa seorang
pemimpin itu dilahirkan. Menurut teori ini, setiap orang dapat menjadi pemimpin
melalui pengajaran dan observasi.

4. Teori situasional

Menurut teori ini, kepemimpinan dari seorang pemimpin dipengaruhi oleh


cara pengambilan keputusan dan keputusan yang dihasilkan. Memiliki beberapa
sifat berbeda pada satu kepemimpinan adalah ciri khas teori ini.

Semisal, seorang pemimpin memiliki karyawan yang berpengalaman dan


terlatih, akan lebih baik jika dia menerapkan kepemimpinan yang otoriter. Di lain
kasus, jika seorang pemimpin memiliki karyawan yang ahli dan terampil,
demokratis menjadi gaya kepemimpinan yang tepat.

2.1.2 GAYA KEPEMIMPINAN


Gaya kepemimpinan berkaitan dengan sifat dari seorang pemimpin dan
cara yang digunakannya untuk memimpin. Yang kemudian dijadikan ciri khas
dari pemimpin tersebut.

7
Adapun beberapa gaya kepemimpinan yang umum digunakan yaitu:

1. Otokratik / Otoriter

Gaya kepemimpinan otokratik memberikan kekuasaan mutlak pada


seseorang. Gaya kepemimpinan ini memiliki sistem kekuasaan berpusat pada
pemimpin. Sehingga segala keputusan berada di tangan pemimpinnya, tanpa
melibatkan bawahannya untuk mengambil keputusan.

2. Demokratis / Partisipatif
Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis cenderung
melibatkan bawahan dalam setiap pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan
kreativitas seluas-luasnya dari bawahan.
3. Karismatik
Gaya kepemimpinan ini menitik beratkan pada keahlian seseorang dalam
mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimpin yang karismatik mampu
mendorong bawahannya untuk merasakan apa yang dia inginkan. Sehingga visi
dan misi dari pemimpin dapat sampai pada bawahannya.

2.2 KRISIS KEPEMIMPINAN


Krisis dalam KBBI berarti keadaan yang berbahaya (dalam menderita
sakit); parah sekali: keadaan yang kemelut. keadaan suram (tentang ekonomi,
moral, dsb.). Krisis adalah saat ketika seseorang atau sebuah organisasi
mengalami kemerosotan serta kemunduran dalam suatu aspek.

Setiap krisis adalah suatu emergency, namun tidak setiap emergency


adalah suatu krisis. Krisis ditangani oleh manajemen terhadap krisis. Krisis adalah
kondisi tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang
potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan darurat (emergency)

8
adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut
penanganan segera.1
Steven Fink dalam karyanya yang berjudul Crisis Management – Planning
for the inevitable, mengumukakan : “A crisis is an unstable time or state of affairs
in which a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of
a highly desirable and extremely positibe outcome, or one with the distinct
possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proposition, but
yoy can improve the odds” (krisis adalah keadaan yang tidak stabil dimana
perubahan yang akan menentukan di masa yang akan datang-disatu sisi memiliki
kemungkinan yang besar dan hasil yang sangat postif, dan sisi lainnya memiliki
hasil yang sangat tak diharapkan. Ini biasanya perihal 50-50, tapi anda bisa
meningkatkan peluang.)
Jika kita melihat pola kepemimpinan di Indonesia, dari masa
kepemimpinan Ir.Soekarno hingga sekarang, hanya mengalami kemunduran. Kita
bisa melihatya dari gaya kepemimpinan setiap presiden terdahulu.

2.2.1 ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Gaya kepemimpinan bisa di lihat melalui kinerja serta kebijakan-kebijakan


yang di berlakukan. Untuk melihat gaya kepemimpinan yang berlaku di Indonesia
secara garis besar, bisa dengan menganalisis gaya kepemimpinan presiden yang
pernah menjabat.

1. Ir. Soekarno

Beliau adalah orator ulung yang dapat membangkitkan semangat


patriotisme rakyat. Sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Soekarno adalah
karismatik, penuh percaya diri, daya tarik yang kuat, inovatif dan kreatif. Gaya
kepemimpinannya bahkan menginspirasi bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta
pergerakan untuk terlepas dari jerat kolonialisme.

1
Wikipedia, “Manajemen Krisis”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_Krisis,
pada tanggal 17 Juli 2018, pukul 06;37

9
Jika menilik sejarah, pernah sekali Bung Karno dalam pengambilan
keputusan, menerapkan teori situasional namun tetap mempertimbangkan
masukan-masukan dari teman seperjuangannya, para golongan tua dan Sutan
Syahrir dkk selaku golongan muda. Dibalik kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945, banyak problematika yang di alami. Soekarno sendiri harus pintar-pintar
dalam mengambil siasat serta peluang dalam merebut kemerdekaan. Segala
keputusan yang di ambil Soekarno tentu tidak terlepas dari pertimbangan-
pertimbangan yang sulit . Bung Karno harus mengambil keputusan dengan cepat
di situasi yang rumit. Inilah salah satu keahlian yang setidaknya harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan hanya untuk kepentingan bersama, kemaslahatan umat.

2. Soeharto

Kepemimpinan Soeharto diwarnai dengan praktik otoriterian. Dimana


tentara memiliki peran dominan didalamnya. Dengan pemberlakuan kebijakan
Dwi Fungsi ABRI, militer diizinkan untuk memegang posisi di dalam
pemerintahan. ABRI kemudian akan mengambil “jalan tengah” diantara kedua hal
tersebut. ABRI tidak melibatkan dirinya kedalam politik dengan kudeta, tetapi
tidak pula menjadi penonton dalam arena politik. Perwira ABRI harus diberi
kesempatan melakukan partisipasinya didalam pemerintahan atas dasar individu,
artinya tidak ditentukan oleh institusi ABRI.
Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter beliau sangat tepat. Hal ini
dikarenakan pada kondisi saat itu yang belum kondusif dan sering berubah-ubah.
Pergolakan dan situasi yang rumit. Belum lagi kualitas pendidikan yang masih
rendah. Namun dirasa pada tahun 1980-an , gaya kepemimpinan otoriter yang
Soeharto berlakukan menjadi kurang tepat. Karena perubahan sosial dan
pendidikan dalam masyarakat mulai meningkat. Sehingga model kepemimpinan
Soeharto dengan sendirinya tertolak dengan kultur dalam masyarakat.

10
3. Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden yang satu ini dibesarkan dilingkungan tentara, juga memiliki latar
belakang karir sebagai seorang tentara. Pembawaannya santun dan terkesan
formal. Beliau presiden pertama yang dipilih masyarakat. Orangnya mampu dan
bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas
Negara terlihat membaik. Pemerintah memang terlihat melakukan berbagai upaya
untuk memberantas korupsi, namun menurut laporan Indonesia Corruption Watch
(ICW), praktik korupsi masih terus menjamur, dan pemberantasan korupsi
berkesan tebang pilih.

4. Joko Widodo

Jokowi dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang “membumi”. Beliau


sering “blusukan” untuk mendengar aspirasi rakyat secara langsung, turun
lapangan untuk mengetahui permasalahan yang di alami rakyatnya. Gaya yang
unik ini dijuluki The New York Times sebagai "demokrasi jalanan".
Kepemimpinan Jokowi berpusat pada pembangunan infrastruktur.

Setelah 3 tahun menjabat, banyak kritikan yang dilontarkan oleh para


pengamat ekonomi. Pasalnya Tahun 2014, subsidi energi, BBM dan listrik untuk
rakyat nilainya Rp. 350.3 triliun. Tahun 2018, nilainya tinggal Rp. 99.3 triliun,
alias turun sekitar 72 persen. Pada saat yang bersamaan utang kita juga naik
Rp1.324 triliun. Sungguh angka yang besar untuk pembangunan infrastruksur.

2.2.2 INDIKATOR YANG MENDASARI PARADIGMA MASYARAKAT


TERKAIT KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA
Hasil jajak pendapat Kompas yang diselenggarakan pekan lalu
mengungkapkan pandangan 686 responden di 12 kota besar Indonesia tentang
ketiadaan sosok pemimpin yang dianggap mampu mengatasi persoalan bangsa.
Dari 10 responden, enam di antaranya tidak bisa menyebutkan nama tokoh
pemimpin di masa kini yang dinilainya akan mampu menyelesaikan persoalan
bangsa. Secara khusus, bahkan, sepertiga bagian responden menyatakan dengan

11
lugas, tidak ada satu pun sosok yang bisa memimpin bangsa melewati berbagai
hambatan saat ini ataupun di masa depan.2

Menurut seorang sosiolog, Thamrin F. Tamagola, ada tiga aspek yang


menyebabkan suatu negara pada akhirnya mengalami krisis kepemimpinan.
1. Krisis kepemimpinan dari stok, suplai, jumlah kuantitatif. Ketika suatu
negara tidak ada lagi calon-calon yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Adanya pemusatan kekuasaan yang dilakukan seorang pemimpin.
Karena terjadinya sentralisasi kekuasaan di tangan segelintir orang
atau dalam politik disebut oligarki. Oligarki kita sudah mengerucut
oligarki keluarga, akibatnya proses rekrutmen pemimpin jadi
tersumbat.
3. Faktor terakhir yang mengakibatkan krisis kepemimpinan ialah karena
sulitnya mencari seorang pemimpin yang berkarakter

Dari sudut pandang masyarakat sendiri ada beberapa hal yang mendasari krisis
kepemimpinan di Indonesia, yaitu:

1. EKSPETASI MASYARAKAT YANG TINGGI TERHADAP


INSTITUSI PEMIMPIN

Institusi pengemban tanggung jawab sebagai penghasil pemimpin pun


menjadi sorotan. Dari berbagai institusi yang ada, institusi pendidikan dipercaya
oleh 71,6 persen responden akan mampu melahirkan pemimpin. Proporsi
responden yang juga cukup besar, yakni lebih dari separuh bagian, menyebutkan
institusi militer dan birokrasi mampu mencetak para pemimpin. Lembaga seperti
partai politik, institusi bisnis, dan ormas tidak banyak dipercaya akan bisa
melahirkan pemimpin.

Persepsi masyarakat bahwa institusi-institusi pencetak pemimpin lebih


baik ketimbang institusi biasa dikarenakan pola pengajaran dan pelatihan di

2
BI Purwaantari, Yohan Wahyu, “Bayangan Krisis Kepemimpinan”, diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2012/09/03/08510219/Bayangan.Krisis.Kepemimpinan, pada
tanggal 17 Juli 2018, pukul 07:33 .

12
dalamnya. Pemimpin yang lahir dari institusi semacam ini dinilai memiliki
karakter yang tegas, memiliki kapabilitas yang mencukupi, serta kedisiplinan yang
tinggi. Institusi ini juga dinilai punya integritas tinggi karena mendasarkan
langkahnya pada kepentingan obyektif.

Namun pada realitasnya, pemimpin-pemimpin yang dilahirkan tidak bisa


melepas kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok yang mereka bawa.
Akibatnya integritas yang mereka miliki pun terkikis. Para pemimpin ini tidak
bisa bertahan dengan idealis yang mereka bawa. Ini berakibat pada kepercayaan
masyarakat. Sehingga membangun citra buruk tentang terhadap institusi
pengemban tugas sebagai penghasil pemimpin.

2. POLITIK PRAKTIS SEBAGAI BUDAYA

Politik praktis adalah upaya yang dilakukan organisasi politik dalam


rangka menyusun kekuatan politik dan menggunakan kekuatan. Lawan dari
politik praktis adalah politik pembangunan, yaitu sebuah upaya, langkah atau
strategi yang dilaksanakan oleh suatu bangsa guna mewujudkan cita-cita yang
ingin diraihnya, sesuai dengan nilai-nilai idealisme, nasionalisme dan patriotisme
yang dikandungnya.

Tujuan dari politik praktis jelas, sebagai usaha untuk menduduki bangku
kekuassaan. Politik praktis bukan baru muncul sekarang, kita bisa melihat apa
yang dilakukan PKI dan PNI dalam mengganyang HMI untuk menyusun
kekuatan. Pada jaman orde baru berkuasa, TNI menjadi alat politik yang
seharusnya netral. Dari masa ke masa politik praktis rupanya mengambil peran
dalam proses demokrasi Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nyatanya tidak bisa mengikis budaya tersebut. Para pelaku politik
praktis seperti mengikuti perkembangan jaman. Motifnya sama, hanya medianya
yang berbeda. Contoh sederhana saat ini adalah kampanye yang dilakukan di
kampus yang seharusnya menjadi tempat yang netral. Isu-isu perihal SARA pun
sangat kental saat ini. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk menuai suara rakyat.

13
Kepercayaan masyarakat terhadap artis yang terjun dalam dunia politik
pun hamper nihil. Sebab artis dinilai memiliki kehidupan yang mewah dan
eksklusif tidak akan mampu memimpin pemerintahan dengan baik. Kekecewaan
seperti itulah yang di alami oleh masyarakat. Mengakibatkan masyarakat bersikap
acuh tak acuh. Sehingga melahirkan pemuda-pemuda yang apatis.

3. KASUS KORUPSI YANG TAK ADA HABISNYA

Dari kasus-kasus yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi


(KPK), praktik korupsi dari tahun ke tahun menunjukkan tren peningkatan.Data
dari penyidikan kasus korupsi dalam empat tahun terakhir pada 2014 ada 56 kasus
korupsi yang disidik KPK. Kemudian naik pada 2015 menjadi 57 kasus, dan pada
2016 naik lagi menjadi 99 kasus. Berdasarkan data, hingga 30 September ada 78
penyidikan kasus korupsi.3 Dengan kerugian negara mencapai Rp2,1 trilyun pada
tahun 2010. Awal Januari sampai Desember 2013 itu sampe diangka Rp7,4
trilyun. Ini kan signifikan. Bahkan sampai di 2011 sempat sampai diangka Rp10
4
trilyun lebih, karena ada kasus century.

Tindak korupsi merajalela, mulai dari hierarki kepemimpinan paling atas


hingga yang paling bawah. Ini menyebabkan krisis kepercayaan terhadap
masyarakat. Akibatnya banyak masyarakat yang kemudian berbondong-bondong
mendirikan partai, sehingga melahirkan pemimpin-pemimpin karbit. Yang tidak
dibarengi dengan kondisi moral dan etika yang kuat. Hingga akhirnya integritas
mereka di kikis oleh proses politik.

Belum lagi permasalahan naiknya harga BBM dengan utang Indonesia


yang meningkat. Tahun 2014, subsidi energi, BBM dan listrik untuk rakyat
nilainya Rp. 350.3 triliun. Tahun 2018, nilainya tinggal Rp. 99.3 triliun, alias

3
Winda Ayu Larasati, “Kasus Korupsi di Indonesia 3 tahun Terakhir” , di akses dari
https://www.liputan6.com/news/read/3190046/kasus-korupsi-di-indonesia-dalam-3-tahun-terakhir
pukul10:48.
4
Andylala Waluyo, “Pemberantasan korupsi di Indonesia dalam 3 Tahun Terakhir”, diakses dari
https://www.voaindonesia.com/a/icw-pemberantasan-korupsi-di-indonesia-dalam-3-tahun-
terakhir-meningkat/1847983.html pukul 10:53.

14
turun sekitar 72 persen. Pada saat yang bersamaan utang kita juga naik Rp1.324
triliun

2.3 PERAN ANAK MUDA SEBAGAI PENERUS TONGKAT ESTAFET


KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Begitu banyak problematika yang terjadi. Begitu rumit permasalahan yang


di alami bangsa ini. Di tambah dengan semakin hilangnya generasi-generasi
penerus bangsa. Pertanyaan yang selalu menghantui penulis adalah, kemana
penerus bangsa ini?

Bung karno katakan, “Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku goncangkan


dunia”. Namun anak muda sebagai calon-calon pemimpin bak di telan bumi. 1
saja sukar ditemukan, apalagi 10. Eksistensi anak muda pascareformasi mulai
luntur. Tidak ada lagi stok anak muda yang kritis, yang berani menyuarakan
pendapat, yang memiliki kecerdasan emosional maupun spiritual yang memadai,
dan pemuda dengan idealismenya.

Mahasiswa sebagai simbol pemuda yang kritis, tegas dan berani hilang di
telan modernisasi. Seharusnya setelah pencabutan NKK/BKK5, mahasiswa dapat
kembali terjun dalam kegiatan politik, sebagaimana fungsi mahasiswa yaitu agent
of change, social control, iron stcok, moral force, dan guardian of value. Namun
realitasnya kondisi pemuda saat ini sangat berbanding terbalik dengan yang di
dambakan. Pemuda di masa ini atau biasa di sebut generasi milenial,
menurut TIME, dinilai sebagai generasi yang individualistik, sangat bergantung
pada teknologi, dan apatis terhadap politik. Mahasiswa saat ini juga cenderung
cuek dan rendah akan nilai kepedulian sosial, kebanyakan dari generasi millennial
hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme.
Ketimbang berlama-lama di kampus untuk kegiatan organisasi, kebanyakan
mahasiswa mempercepat wisudanya. Menjadi seorang karyawan merupakan

5
Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan. Kebijakan yang di berlaku
saat Orde baru, dengan tujuan untuk menekan mahasaswa agar tidak lagi mencampuri urusan
politik saat itu.

15
sasaran utama mereka. Padahal sejatinya pemuda adalah generasi-generasi
penerus bangsa, calon-calon pemimpin bangsa.

2.4 PERAN HMI DALAM KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang


haq dan sempurna untuk ummat manusia sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah
di muka bumi. Sebagai tugas kekhalifahannya, manusia harus mampu menjadi
pembawa rahmad bagi seluruh alam. Begitupun dengan HMI yang berazaskan
islam. Rasulullah sendiri menjadi model utama pemimpin yang bisa di teladani.
Beliau memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang lengkap, yaitu: Sidiq, tabligh,
amanah dan fathonah.

HMI sebagai organisasi Islam, tentu saja selalu seiring dengan


perkembangan Agama Islam sebagai Agama perjuangan. Ini pula yang
mengilhami kehadiran HMI. Lahir dari kebutuhan bangsa Indonesia saat itu,
karena kondisi ekonomi-politk bangsa yang tidak kondusif. Organisasi ini di
prakarsai oleh Lafran Pane seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas
Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (FH-UII).

HMI merupakan organisasi kader, seperti yang temaktum dalam Pasal 8


Anggaran Dasar. Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk
dimana HMI berspesialisasi. Dengan tujuan “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.”,
HMI diharapkan dapat menciptakan suasana yang bebas merdeka dan demokratif
obyektif, sehingga bisa menciptakan kader-kader pelopor yang kritis dan berani
sebagai solusi krisis kepemipinan di Indonesia.

Kualitas Insan Cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh
HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan

16
serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Kualitas Insan Akademis


a) Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif,
dan kritis.
b) Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi
suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
c) Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan
sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah
pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
b. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
a) Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-
bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan
kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
b) Bersifat independen, terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari
dengan sikap demikian potensi, sehingga dengan demikian kreatifnya
dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
c) Dengan memiliki kemampuan akademis dan mampu melaksanakan
kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
c. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
a) Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan umat dan bangsa.
b) Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya sanggup membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.

17
c) Insan akdemis, pencipta dan pengabdi adalah insan yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan umat dan bangsa.
d. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam : Insan Akademis,
pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam
a) Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman
dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal
Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
b) Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah
dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai
warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa
kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
e. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
a) Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT.
b) Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya dan sadar
dalam menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian
moral.
c) Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d) Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
e) Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

18
f) Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor
yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka,
terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan
tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan.

Tipe ideal dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta
pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan
padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah
SWT. Mereka itu manusia-manusia yang beriman berilmu dan mampu beramal
saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).6 Yang mampu menjadi
pemimpin-pemimpin besar di masa depan.

6
Hasil-Hasil Kongres HMI XXIX Pekanbaru. Hlm 120-122.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Indonesia dikatakan bangsa yang besar, tapi tidak bisa melahirkan


pemimpin yang besar. Pemimpin yang bukan hanya memiliki intelektual dan
keinginan untuk menguasai namun juga memiliki keinginan yang luhur.
Kemerosotan dalam berbagai sektor di Indonesia tidak bisa di lepaskan begitu saja
dari bahu pemimpinnya. Segala kebijakan yang di ambil tentu tidak luput dari
tanggung jawab sang pemimpin. Kebanyakan pemimpin di era saat ini
menggunakan politik praktis dalam proses perpolitikannya. Tujuan dari politik
praktis jelas, sebagai usaha untuk menduduki bangku kekuassaan.

Akibatnya hasrat demokrasi dalam dunia perpolitikan masyarakat menurun


drastis. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, pemimpinnya,
kebijakannya dan antek-anteknya hilang secara berlahan. Masyarakat menjadi
acuh tak acuh. Yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu dengan
politik praktisnya.

Belum lagi eksistensi mahasiswa dalam praktik demokrasi mulai kurang.


Mahasiswa yang seharusnya memenuhi 4 fungsi yaitu, agent of change, social
control, iron stock dan moral force hamper tidak ada lagi. Mahasiswa yang
seharusnya kritis dan berani, kalah dengan mahasiswa hedon yang mendambakan
wisuda dengan cepat sehingga bisa menjadi karyawan tetap. Miris. Mahasiswa
selaku anak muda yang nantinya akan meneruskan tongkat estafet pemerintahan
malah bersikap apatis. Bung Karno sendiri pernah mengatakan, “Berikan aku 10
pemuda niscaya ku goncangkan dunia”. Jangankan 10, 1 saja sulit ditemukan.

HMI kemudian hadir dengan tujuannya, “Terbinanya insan akademis,


pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas

20
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.”.
HMI menawarkan sistem pengkaderan berdasar wawasan keislaman dan keindonesian.
Karena dalam rekonstruksi sistem demi pemecahan masalah terkait krisis kepemimpinan,
pemuda menjadi tonggak utama. Sehingga HMI dengan sistem pengkaderannya menjadi
solusi konkrit bagi krisis kepemimpinan di Indonesia

3.2 SARAN
Proses politik-demokratis bukan hanya milik pemimpin-pemimpin saja, bukan
hanya milik politisi-politisi saja, bukan hanya milik penguasa-penguasa saja. Proses
politik yang dibarengi dengan proses demokrasi milik seluruh rakyat Indonesia.
Kekecewaan masyarakat tidak bisa dibiarkan begitu saja, masyarakat harus bangkit.
Masyarakat harus menjadi partisipan sekaligus pengawas. Karena masyarakat tidak lepas
dari andil dalam krisis kepemimpinan yang terjadi. Dan seorang pemimpin harus didasari
oleh keinginan yang tulus demi kemaslahatan bersama, membawa rahmat bagi seluruh
bangsa.

21
DAFTAR PUSTAKA
Karono, Kartini. (2016). Pemimpin Dan Kepemimpinan; Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Jakarta: Rajawali Pers.

M.S, Kapitsa, dan Maletin N.P.(2009). Soekarno:Biografi Politik (terjemahan).


Bandung: Ultimus

Hery, Yunior Hafidh.(2007).Tan Malaka dibunuh!-Yunior Hafidh Hery.


Yogyakarta: Resist Book

Sitompul, Agussalim.(1976). Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam


(1947-1975). Jakarta: Misaka

Robbins, Stephen P., dan Mary Coulter.(2009). Manajemen, Edisi Kesepuluh


(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga

22
CURICULUM VITAE
NAMA : ZAHWA ANNISA JUSUF
TEMPAT/TGL. LAHIR : BITUNG, 18 AGUSTUS 1999
ALAMAT : TOMPASO 2 UTARA, KEC. TOMPASO
BARAT, KAB. MINAHASA
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
GOLONGAN DARAH :O
KONTAK : 089697991274
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD NEGERI 1 KAWANGKOAN
SMP : SMP NEGERI 1 KAWANGKOAN
SMA : SMA NEGERI 1 KAWANGKOAN
PT : UNIVERSITAS NEGERI SAM RATULANGI
PENGALAMAN ORGANISASI
BKI : ANGGOTA BIASA BKI
HMI : ANGGOTA BIASA HMI CABANG MANADO
KOMISARIAT EKONOMI
JENJANG PERKADERAN
BKI : STUDI KEISLAMAN XXIII 2017
HMI : BASIC TRAINING LK-1 KOMISARIAT
EKONOMI CABANG MANADO 2017

Manado, 19 Juli 2018


PENULIS

ZAHWA A. JUSUF

23

Anda mungkin juga menyukai