KEPEMIMPINAN NASIONAL.”
Segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur
kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni
Nabi besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat beliau yang telah
membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah kehidupan yang
penuh kebahagiaan dan kedamaian.
Suatu rahmat yang besar dari Allah S.W.T yang selanjutnya penulis
syukuri, karena dengan kehendaknya, Taufiq dan Rahmatnya pulalah akhirnya
penulis dapat menyelasaikan makalah ini guna melengkapi persyaratan untuk
mengikuti Intermediate Training (LK II) tingkat nasional yang dilaksanakan oleh
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) Cabang Bandung pada tanggal 3
Agustus s/d 11 Agustus 2018 di Balatkop Kota Bandung. Adapun judul makalah
ini adalah “Sebuah Analisis: Krisis Kepemimpinan Nasional”.
Ucapan terima kasih penulis hadiahkan kepada kedua orang tua yang
sudah mensupport penulis untuk mengikuti kegiatan ini¸ dan juga telah
memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulis tetap istiqomah dalam
pembuatan makalah ini. Terima kasih juga kepada kanda Fadil, kanda Amal dan
kanda Gege yang sudah membantu penulis dalam segala hal. Terima kasih juga
kepada kawan-kawan seperjuangan Lia, Pega, Adel, Ryan dan Dimas yang terus
berjuang bersama penulis. Dan juga terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam segala hal yang tidak bisa penulis sebutkan namanya
satu persatu.
i
Akhirnya, kepada Allah jugalah kita memohon. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua sebagai penambah wawasan dan cakrawala
pengetahuan. Dan dengan memanjatkan Doa dan harapan semoga apa yang kita
lakukan ini menjadi Amal dan mendapat Ridho dan balasan serta ganjaran yang
berlipat ganda dari Allah S.W.T yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Aamiin.
Zahwa A. Jusuf
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....i
DAFTAR ISI……….……………………………………………………………iii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 3
1.4 MANFAAT PENULISAN ............................................................................ 3
1.5 RUANG LINGKUP ...................................................................................... 4
1.6 METODE PENULISAN ............................................................................... 4
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN ..................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1 PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN .......................................................... 5
2.1.1 TEORI KEPEMIMPINAN .................................................................... 6
2.1.2 GAYA KEPEMIMPINAN .................................................................... 7
2.2 KRISIS KEPEMIMPINAN .......................................................................... 8
2.2.1 ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ..................... 9
2.2.2 INDIKATOR YANG MENDASARI PARADIGMA MASYARAKAT
TERKAIT KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ............................ 11
2.3 PERAN ANAK MUDA SEBAGAI PENERUS TONGKAT ESTAFET
KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ................................................................ 15
2.4 PERAN HMI DALAM KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ...... 16
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 20
3.2 SARAN ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22
CURICULUME VITAE…………………………………………………………23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dengan baik. Seorang pemimpin harus memenuhi kriteria-kriteria kepemimpinan.
Pemimpin harus bisa menjawab persoalaan yang hadir. Sehingga menjadi seorang
pemimpin bukan hanya persoalan eksistensi.
2
1. Apa yang dimaksud dengan pemimpin dan kepemimpinan?
2. Apa itu krisis kepemimpinan?
3. Bagaimana peran anak muda sebagai penerus tongkat estafet
kepemimpinan di Indonesia ?
4. Bagaimana peran HmI dalam penanganan krisis kepemimpinan di
Indonesia?
3
1.5 RUANG LINGKUP
Untuk mempermudah dalam pembahasan agar masalah yang dibahas tidak
melebar dan terlalu luas sehingga dapat mengaburkan topik permasalahan yang
utama maka penulis menganggap perlunya dibuat ruang lingkup pada makalah ini.
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku
pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau
interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi”.
Menurut teori ini seorang pemimpin itu di lahirkan. Artinya ada sebagian
orang yang memang dilahirkan sebagai pemimpin. Dengan kata lain “ledearship
matterial” itu merupakan anugrah. Sehingga muncullah istilah “dia dilahirkan
menjadi seorang pemimpin”. Seseorang dengan anugrah seperti ini dilahirkan
dengan karakteristik tertentu, seperti karisma, kecerdasan, pengendalian diri yang
baik dan keterampilan dalam bersosialisasi. Teori ini menyatakan bahwa
6
pemimpin besar lahir dengan segala kelebihannya hadir karena memang
dibutuhkan.
2. Teori sifat
Teori ini menyatakan bahwa orang mewarisi sifat dan ciri-ciri tertentu
untuk menjadi seorang pemimpin. Maka ada klasifikasi yang harus di penuhi oleh
seseorang untuk menjadi seorang pemimpin. Contohnya sifat kepemimpinan yang
dinilai memenuhi klasifikasi adalah dia harus cerdas, karismatik, merakyat namun
tegas. Maka seseorang harus menuruni sifat-sifat tersebut untuk menjadi seorang
pemimpin.
3. Teori perilaku
4. Teori situasional
7
Adapun beberapa gaya kepemimpinan yang umum digunakan yaitu:
1. Otokratik / Otoriter
2. Demokratis / Partisipatif
Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis cenderung
melibatkan bawahan dalam setiap pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan
kreativitas seluas-luasnya dari bawahan.
3. Karismatik
Gaya kepemimpinan ini menitik beratkan pada keahlian seseorang dalam
mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimpin yang karismatik mampu
mendorong bawahannya untuk merasakan apa yang dia inginkan. Sehingga visi
dan misi dari pemimpin dapat sampai pada bawahannya.
8
adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut
penanganan segera.1
Steven Fink dalam karyanya yang berjudul Crisis Management – Planning
for the inevitable, mengumukakan : “A crisis is an unstable time or state of affairs
in which a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of
a highly desirable and extremely positibe outcome, or one with the distinct
possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proposition, but
yoy can improve the odds” (krisis adalah keadaan yang tidak stabil dimana
perubahan yang akan menentukan di masa yang akan datang-disatu sisi memiliki
kemungkinan yang besar dan hasil yang sangat postif, dan sisi lainnya memiliki
hasil yang sangat tak diharapkan. Ini biasanya perihal 50-50, tapi anda bisa
meningkatkan peluang.)
Jika kita melihat pola kepemimpinan di Indonesia, dari masa
kepemimpinan Ir.Soekarno hingga sekarang, hanya mengalami kemunduran. Kita
bisa melihatya dari gaya kepemimpinan setiap presiden terdahulu.
1. Ir. Soekarno
1
Wikipedia, “Manajemen Krisis”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_Krisis,
pada tanggal 17 Juli 2018, pukul 06;37
9
Jika menilik sejarah, pernah sekali Bung Karno dalam pengambilan
keputusan, menerapkan teori situasional namun tetap mempertimbangkan
masukan-masukan dari teman seperjuangannya, para golongan tua dan Sutan
Syahrir dkk selaku golongan muda. Dibalik kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945, banyak problematika yang di alami. Soekarno sendiri harus pintar-pintar
dalam mengambil siasat serta peluang dalam merebut kemerdekaan. Segala
keputusan yang di ambil Soekarno tentu tidak terlepas dari pertimbangan-
pertimbangan yang sulit . Bung Karno harus mengambil keputusan dengan cepat
di situasi yang rumit. Inilah salah satu keahlian yang setidaknya harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan hanya untuk kepentingan bersama, kemaslahatan umat.
2. Soeharto
10
3. Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden yang satu ini dibesarkan dilingkungan tentara, juga memiliki latar
belakang karir sebagai seorang tentara. Pembawaannya santun dan terkesan
formal. Beliau presiden pertama yang dipilih masyarakat. Orangnya mampu dan
bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas
Negara terlihat membaik. Pemerintah memang terlihat melakukan berbagai upaya
untuk memberantas korupsi, namun menurut laporan Indonesia Corruption Watch
(ICW), praktik korupsi masih terus menjamur, dan pemberantasan korupsi
berkesan tebang pilih.
4. Joko Widodo
11
lugas, tidak ada satu pun sosok yang bisa memimpin bangsa melewati berbagai
hambatan saat ini ataupun di masa depan.2
Dari sudut pandang masyarakat sendiri ada beberapa hal yang mendasari krisis
kepemimpinan di Indonesia, yaitu:
2
BI Purwaantari, Yohan Wahyu, “Bayangan Krisis Kepemimpinan”, diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2012/09/03/08510219/Bayangan.Krisis.Kepemimpinan, pada
tanggal 17 Juli 2018, pukul 07:33 .
12
dalamnya. Pemimpin yang lahir dari institusi semacam ini dinilai memiliki
karakter yang tegas, memiliki kapabilitas yang mencukupi, serta kedisiplinan yang
tinggi. Institusi ini juga dinilai punya integritas tinggi karena mendasarkan
langkahnya pada kepentingan obyektif.
Tujuan dari politik praktis jelas, sebagai usaha untuk menduduki bangku
kekuassaan. Politik praktis bukan baru muncul sekarang, kita bisa melihat apa
yang dilakukan PKI dan PNI dalam mengganyang HMI untuk menyusun
kekuatan. Pada jaman orde baru berkuasa, TNI menjadi alat politik yang
seharusnya netral. Dari masa ke masa politik praktis rupanya mengambil peran
dalam proses demokrasi Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nyatanya tidak bisa mengikis budaya tersebut. Para pelaku politik
praktis seperti mengikuti perkembangan jaman. Motifnya sama, hanya medianya
yang berbeda. Contoh sederhana saat ini adalah kampanye yang dilakukan di
kampus yang seharusnya menjadi tempat yang netral. Isu-isu perihal SARA pun
sangat kental saat ini. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk menuai suara rakyat.
13
Kepercayaan masyarakat terhadap artis yang terjun dalam dunia politik
pun hamper nihil. Sebab artis dinilai memiliki kehidupan yang mewah dan
eksklusif tidak akan mampu memimpin pemerintahan dengan baik. Kekecewaan
seperti itulah yang di alami oleh masyarakat. Mengakibatkan masyarakat bersikap
acuh tak acuh. Sehingga melahirkan pemuda-pemuda yang apatis.
3
Winda Ayu Larasati, “Kasus Korupsi di Indonesia 3 tahun Terakhir” , di akses dari
https://www.liputan6.com/news/read/3190046/kasus-korupsi-di-indonesia-dalam-3-tahun-terakhir
pukul10:48.
4
Andylala Waluyo, “Pemberantasan korupsi di Indonesia dalam 3 Tahun Terakhir”, diakses dari
https://www.voaindonesia.com/a/icw-pemberantasan-korupsi-di-indonesia-dalam-3-tahun-
terakhir-meningkat/1847983.html pukul 10:53.
14
turun sekitar 72 persen. Pada saat yang bersamaan utang kita juga naik Rp1.324
triliun
Mahasiswa sebagai simbol pemuda yang kritis, tegas dan berani hilang di
telan modernisasi. Seharusnya setelah pencabutan NKK/BKK5, mahasiswa dapat
kembali terjun dalam kegiatan politik, sebagaimana fungsi mahasiswa yaitu agent
of change, social control, iron stcok, moral force, dan guardian of value. Namun
realitasnya kondisi pemuda saat ini sangat berbanding terbalik dengan yang di
dambakan. Pemuda di masa ini atau biasa di sebut generasi milenial,
menurut TIME, dinilai sebagai generasi yang individualistik, sangat bergantung
pada teknologi, dan apatis terhadap politik. Mahasiswa saat ini juga cenderung
cuek dan rendah akan nilai kepedulian sosial, kebanyakan dari generasi millennial
hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme.
Ketimbang berlama-lama di kampus untuk kegiatan organisasi, kebanyakan
mahasiswa mempercepat wisudanya. Menjadi seorang karyawan merupakan
5
Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan. Kebijakan yang di berlaku
saat Orde baru, dengan tujuan untuk menekan mahasaswa agar tidak lagi mencampuri urusan
politik saat itu.
15
sasaran utama mereka. Padahal sejatinya pemuda adalah generasi-generasi
penerus bangsa, calon-calon pemimpin bangsa.
Kualitas Insan Cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh
HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan
16
serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut adalah
sebagai berikut :
17
c) Insan akdemis, pencipta dan pengabdi adalah insan yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan umat dan bangsa.
d. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam : Insan Akademis,
pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam
a) Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman
dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal
Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
b) Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah
dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai
warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa
kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
e. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
a) Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT.
b) Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya dan sadar
dalam menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian
moral.
c) Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d) Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
e) Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
18
f) Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor
yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka,
terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan
tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan.
Tipe ideal dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta
pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan
padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah
SWT. Mereka itu manusia-manusia yang beriman berilmu dan mampu beramal
saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).6 Yang mampu menjadi
pemimpin-pemimpin besar di masa depan.
6
Hasil-Hasil Kongres HMI XXIX Pekanbaru. Hlm 120-122.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
20
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.”.
HMI menawarkan sistem pengkaderan berdasar wawasan keislaman dan keindonesian.
Karena dalam rekonstruksi sistem demi pemecahan masalah terkait krisis kepemimpinan,
pemuda menjadi tonggak utama. Sehingga HMI dengan sistem pengkaderannya menjadi
solusi konkrit bagi krisis kepemimpinan di Indonesia
3.2 SARAN
Proses politik-demokratis bukan hanya milik pemimpin-pemimpin saja, bukan
hanya milik politisi-politisi saja, bukan hanya milik penguasa-penguasa saja. Proses
politik yang dibarengi dengan proses demokrasi milik seluruh rakyat Indonesia.
Kekecewaan masyarakat tidak bisa dibiarkan begitu saja, masyarakat harus bangkit.
Masyarakat harus menjadi partisipan sekaligus pengawas. Karena masyarakat tidak lepas
dari andil dalam krisis kepemimpinan yang terjadi. Dan seorang pemimpin harus didasari
oleh keinginan yang tulus demi kemaslahatan bersama, membawa rahmat bagi seluruh
bangsa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Karono, Kartini. (2016). Pemimpin Dan Kepemimpinan; Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Jakarta: Rajawali Pers.
22
CURICULUM VITAE
NAMA : ZAHWA ANNISA JUSUF
TEMPAT/TGL. LAHIR : BITUNG, 18 AGUSTUS 1999
ALAMAT : TOMPASO 2 UTARA, KEC. TOMPASO
BARAT, KAB. MINAHASA
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
GOLONGAN DARAH :O
KONTAK : 089697991274
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD NEGERI 1 KAWANGKOAN
SMP : SMP NEGERI 1 KAWANGKOAN
SMA : SMA NEGERI 1 KAWANGKOAN
PT : UNIVERSITAS NEGERI SAM RATULANGI
PENGALAMAN ORGANISASI
BKI : ANGGOTA BIASA BKI
HMI : ANGGOTA BIASA HMI CABANG MANADO
KOMISARIAT EKONOMI
JENJANG PERKADERAN
BKI : STUDI KEISLAMAN XXIII 2017
HMI : BASIC TRAINING LK-1 KOMISARIAT
EKONOMI CABANG MANADO 2017
ZAHWA A. JUSUF
23