Anda di halaman 1dari 16

KEPEMIMPINAN PROFETIK SEBAGAI SOLUSI UNTUK

PERMASALAHAN PEMILU SERENTAK 2019

Oleh:

CICI LESTARI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT UPI YPTK PADANG

CABANG PADANG

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang implementasi 4 pilar kebangsaan dalam
pemilu.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi serta memberi dukungan baik itu dukungan moril maupun
material dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersaji.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Padang, 26 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1

B. Rumusan Maslah .........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................2

BAB II KERANGKA TEORITIS

1. 5 kualitas insan cita .....................................................................................3

a) Kualitas insan Akademis ..............................................................3

b) Kualitas insan pencipta ................................................................ 3

c) Kualitas insan pengabdi................................................................ 4

d) Kualitas insan yang bernafaskan islam ........................................4

e) Kualitas insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya


masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT ....................4

2. Pendidikan ...................................................................................................6

a) Pengertian pendidikan .................................................................6

b) Hakekat manusia dan pendidikan ...............................................6

c) Hakekat pendidikan ......................................................................7

BAB III PEMBAHASAN

A. Menerapkan 5 kualitas insan cita sebagai konsep pendidikan ....................8

B. Masalah pendidikan di Kabupaten Solok ....................................................9

1.kurangnya pemahaman terhadap agama, adat dan budaya ................9

2.kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan .................11

3.pergaulan bebas yang merajalela .....................................................12

ii
C. Solusi pendidikan ......................................................................................13

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan ................................................................................................ 15

2. Kritik dan saran .........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Kepemimpinan dan pemimpin merupakan objek dan subjek yang
banyak dipelajari, dianalisis dan direfleksikan orang sejak dahulu sampai
sekarang dari berbagai sudut pandang. Dalam memilih pemimpin ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti halnya di Negara Indonesia
yang menggunakan sebuah system yang dinamakan Pemilu untuk
menyaring pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri.
Permasalahan yang terjadi saat ini merupakan masalah yang serius
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang terjadi pasca
kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) yang menimbulkan beberapa
permasalahan atau konflik baik itu dari masyarakat sendiri atau dari
pemerintahan itu sendiri. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut
sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012
pasal 1 ayat (1) bahwa pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
Recruitment calon pemimpin yang dilakukan melalui pemilu
diharapkan mampu menjaring pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan
harapan masyarakat, dan pproses yang aspiratif ini merupakkan
implementasi sekaligus penguatan Negara demokrasi. Proses recruitment
calon pemimpin yang membawa aspirasi rakyat tersebut tentu akan
memmberikan arti penting bagi pelaksanaan demokrasi disebuah Negara.
Dimana pemilu dalam pelaksanaannya memiliki tujuan untuk menyeleksi
para pemimpin pemerintahan baik di eksekutif maupun legislatif, serta
untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh
dukungan rakyat sert dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.
Sistem per Undang-Undangan untuk merekrut atau menjaring
pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat dan amanat

1
UUD 1945 telah dibuat dengan sedemikian rupa, namun hanya sebatas
sebuah system yang dibuat untuk dilanggar, banyaknya pemimpin yang
seringkali menyalahgunakan kekuasaan justru akan berujung negative
terhadap pemimpn itu sendiri sehingga dapat menghilangkan rasa simpati
dan empati dari masyarakat, hal ini berkaca pada kasus-kasus yang
menimpa pemimpin-pemimpin kita seperti korupsi dan sebagainya. Oleh
karenanya dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kapasitas dan
integritas yang dapat memberikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia, seperti nilai-nilai yang tertuang dalam butir pancasila yang
kelima. Seperti halnya yang dikatakan oleh ketua KPK Republik Indonesia
“ Pemimpin itu harus mempunyai kemampuan spritualitas, intelektualitas,
leadership, serta ada kemampuan mempengaruhi orang lain, kalau tidak
maka sama halnya seperti manusia biasa”, tuturnya.

Permasalahan yang terjadi saat ini, kurangnya integritas pemimpin


sehingga kita memerlukan sebuah solusi untuk mengatasi hal tersebut,
kepemimpinan profetik merupakan sebuah solusi yang tepat untuk
mengatasi permasalahan pemimpin saat ini, karena pemimpin profetik
memiliki 3 unsur yang penting yaitu humanisasi, liberasi, transendensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dibuat rumusan
masalah penelitian, yaitu solusi untukk mencari pemimpin Indonesia pada
zaman sekarang
C. Tujuan penelitian
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Solok dengan
menerapkan 5 kualitas insan cita

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPEMIMPINAN
1. Pengertian kepemimpinan
a. Fiedler (1967)
kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara
individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya
terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan.
b. Davis (1977)
mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak
orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh
semangat.
c. Locke et.al. (1991)
mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang
lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama Dari
kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang
dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi,
memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi
orang lain.
d. Sutrisno
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses kegiatan
seseorang untuk menggerakan orang lain dengan memimpin,
membimbing, mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu
agar hasil yang dicapai sesuai dengan harapan.
2. Pengertian manjemen
a. R. Terry
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan , pengorganisasian ,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

3
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
b. John D. Millet
Manajemen adalah proses pembimbingan dan penyediaan
fasilitas kerja dari orang-orang yang terorganisasikan dalam
kelompok formal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Ralph C. Davis
Manajemen adalah fungsi dari setiap pimppinan eksekutif
dimanapun psisinya.

Jadi sesuai pemaparan yang di sebutkan oleh para ahli diatas


dapat saya simpulkan bahwasanya Manajemen adalah seni
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan melalui tangan orang lain
baik itu melalui POAC ( planning, organizing, actuating dan
kontroling) ataupun melalui cara-cara yang lain.

Unsur-unsur manajemen :
1. Man (sumber daya manusia)
Unsur manajemen yang paling vital adalah sumber daya
manusia. Manusia yang membuat perencanaan dan mereka
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan
tersebut. Tanpa adanya sumber daya manusia maka tidak
ada proses kerja, sebab pada prinsip dasarnya mereka
adalah mahluk pekerja.
2. Money (uang)
Perusahaan dalam menjalankan seluruh aktifitas sehari-
harinya tidak akan bias terlepas dari biaya yang diukur
dengan satuan jumlah uang.
3. Materials (bahan baku)
Ketersediaan bahan baku atau material sangat vital dalam
proses produksi. Tanpa bahan baku perusahaan manufaktur
tidak bisa mengolah sesuatu untuk dijual.

4
4. Machines (peralatan mesin)
Untuk mengelola bahan bbaku menjadi barang jadi
dibutuhkan seperangkat mesin dan peralatan kerja.
5. Method (metode)
Dalam menerapkan manajemen untuk mengelola sejumlah
unsur-unsur diatas dibutuhkan suatu metode atau standard
opartional procedure yang baku.
6. Market (pasar)
Konsumen atau pasar merupakan elemen yang sangat
penting, tanpa permintaan maka proses produksi akan
terhenti dan segala aktivitas perusahaan akan vakum.

3. Pengertian organisasi
a. Stephen P.Robbins
Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
b. James D. Money
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mewujudkan tujuan bersama.
c. Max weber
Organisasi adalah suatu kerangka hubungan terstruktur yang
didalamnya terdapat wewenang, dan tanggung jawab serta
pembagian kerja menjalankan sesuatu fungsi tertentu.

Unsur-unsur organisasi:
1. Personil (man)
Ini adalah unsur terpenting di dalam buah organisasi dimana
masing-masing personil memiliki tingkatan dan fungsi
tersendiri.
2. Kerja sama (team work)

5
Organisasi hanya bisa mencapai tujuan bersama bila para
anggotanya melakukan tugas dan tanggungjawab secara
bersama-sama.
3. Tujuan bersama
Ini adalah sasaran yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi,
baik dari isi prosedur, program, pola, hingga hasil akhir dari
pekerjaan organisasi tersebut.
4. Peralatan (equipment)
Untuk mencapai tujuan diperlukan sarana dan prasarana berupa
kelengkapan sebuah organisasi.
5. Lingkungan (environment)
Factor lingkungan juga sangat berpengaru pada sebuah
orgaisasi.
6. Sumber daya alam
Selain lingkungan, sumber daya alam juga merupakan unsur
penting yang harus terpenuhi agar organisasi berjalan dengan
baik.

4. Kepemimpinan profetik
Profetik berasal dari kata prophet yang berarti Nabi.12 Sehingga
kepemimpinan profetik dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain mencapai tujuan sebagaimana yang
dilakukan oleh para Nabi dan Rosul.13 Istilah profetik di Indonesia
pertama kali diperkenalkan oleh Kuntowijoyo (1991) melalui
gagasannya mengenai pentingnya ilmu sosial transformatif yang
selanjutnya disebut ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik tidak
hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tapi juga memberi
petunjuk ke arah mana transformasi dilakukan, untuk apa, dan oleh
siapa. Ilmu sosial profetik mencoba untuk melakukan reorientasi
terhadap epistemologi, yaitu reoreintasi terhadap mode of thought dan
mode of inquiry bahwa sumber ilmu pengetahuan tidak hanya dari
rasio dan empiri, tetapi juga dari wahyu.14 Berdasarkan pengertian

6
tersebut, kepemimpinan profetik dalam kajian ini merupakan konsep
kepemimpinan yang disusun berdasarkan sudut pandang Agama Islam,
yang diimplementasikan dalam kepemimpinan di Perpustakaan.

Berdasarkan teori kepemimpinan, maka tipe kepemimpinan profetik


yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad digolongkan pada model
kepemimpinan situasional. Dalam model ini Nabi Muhammad mampu
menerapkan beberapa tipe kepemimpinan berdasarkan situasi yang
dihdapi. Terdapat tiga tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh beliau,
yaitu kepemimpinan otoriter, laissez faire, dan demokratis. Ketiga tipe
kepemimpinan tersebut diterapkan berdasarkan situasi dan kondisi
yang dihadapi Nabi. Adapun penjelasan dari ketiga tipe kepemimpinan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter menggambarkan pemimpin yang
mendikte, membuat keputusan sepihak dan membatasi
partisipasi bawahan. Perwujudan kepemimpinan otoriter Nabi
Muhammad terlihat dalam sikap tegas beliau saat menghadapi
orang kafir dan dalam memberikan hukuman serta pelaksanaan
petunjuk dan tuntunan Allah. Dalam melaksanakan aturan yang
telah diperintahkan dan diwahyukan ada beberapa ibadah yang
tidak dapat ditawar-tawar seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
2. Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan laissez faire menggambarkan pemimpin
yang memberikan kesempatan pada kelompok untuk membuat
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan atau masalah dengan
cara apa pun yang menurut mereka pantas. Dalam menyeru umat
manusia terlihat kepemimpinan Nabi Muhammad yang bersifat
laissez faire. Beliau tidak memaksa seseorang dengan kekerasan.
Dalam dakwahnya setiap manusia diberi kebebasan dalam
memilih agama yang dipeluknya. Beliau hanya diperintahkan
Allah untuk memberikan seruan dan peringatan kerugian bagi

7
yang sombong dan angkuh menolak, serta seruan keberuntungan
bagi yang mendengar seruannya. Apabila ada yang menolak
beriman kepadanya, beliau tidak memaksanya namun tetap
memberi peringatan kepada mereka. Melalui tipe kepemimpinan
laissez faire yang diterapkan, Nabi Muhammad berusaha untuk
menumbuhkan tanggung jawab dari pribadi masing-masing.
3. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis menggambarkan pemimpin
yang melibatkan bawahan dalam membuat suatu keputusan,
mendelegasikan wewenang, dan mengunakan umpan balik
untuk melatih bawahan. Kepemimpinan Rasulullah. yang
bersifat demokratis terlihat pada kecenderungan beliau
menyelenggarakan musyawarah, terutama jika menghadapi
masalah yang belum ada wahyunya dari Allah SWT. Kesediaan
beliau sebagai pemimpin untuk mendengarkan pendapat, bukan
saja dinyatakan dalam sabdanya, tetapi terlihat dalam praktik
kepemimpinannya. Musyawarah dijadikan sebagai sarana tukar
menukar pikiran dan di dalamnya masing-masing orang dapat
mengemukakan pendapatnya serta menyimak pendapat orang
lain.

Kepemimpinan profetik memiliki empat aspek, yaitu


sidiq (jujur dan mengikuti kebenaran nurani), amanah
(bertanggung jawab dan terpercaya), tabligh (berkomunikasi
empatik dan efektif), dan fathonah (cerdas karena taqwa).Sidiq
bermakna benar, lurus, jujur, sabar, dan konsisten. Kebalikan
dari sidiq adalah kadzib atau dusta (Budiharto & Himam, 2006).
Pemimpin yang berkarakter sidiq senantiasa jujur kepada
Tuhannya, dirinya sendiri, orang lain, dan alam semesta (Adz-
Dzakiey, 2013). Pemimpin tersebut juga senantiasa mengikuti
kebenaran berdasarkan suara hati nuraninya, sabar, konsisten,
dan dapat menjadi teladan bagi orang lain. Pemimpin
berkarakter sidiq tidak suka berdusta, tidak mudah terpengaruh

8
hawa nafsunya, serta tidak mengutamakan kepentingan pribadi
di atas organisasi (Kumolohadi & Budiharto, 2012). Amanah
mempunyai arti dapat dipercaya, setia, profesional, dan penuh
tanggung jawab. Kebalikan dari amanah adalah khianat
(Budiharto & Himam, 2006). Pemimpin yang amanah senantiasa
setia kepada Tuhannya, diri sendiri, dan orang lain.
(AdzDzakiey, 2013). Ia bekerja dengan sungguh-sungguh
dengan berkomitmen kepada Allah, rekan kerja, staf, bahkan
konsumen, serta bersikap adil, karena menyadari bahwa semua
tugas akan dipertanggungjawabkan juga kepada Allah selain
kepada organisasi. (Kumolohadi & Budiharto, 2012) Tabligh
berasal dari kata balagha yang berarti sampai, menyampaikan
informasi seperti adanya. Tabligh dalam kepemimpinan juga
bermakna transparan,

Open management, serta ber-amar ma’ruf nahi munkar.


Kebalikan dari tabligh adalah menyembunyikan informasi dan
kebenaran (Budiharto & Himam, 2006). Perilaku pemimpin
tabligh antara lain berani menyatakan kebenaran dan bersedia
mengakui kekeliruan. Hal-hal yang benar dikatakannya benar,
hal-hal yang salah dikemukakannya salah. (Kumolohadi &
Budiharto, 2012). Adz-Dzakiey (2013) menambahkan bahwa
pemimpin profetik menyatakan keterbukaannya yang
sebenarnya kepada Tuhannya, dirinya sendiri, dan orang lain.
Fathonah berarti cerdas dan mampu mengatasi masalah /
menjadi problem solver. Kecerdasan tersebut dibangun dari
ketaqwaan kepada Allah. Perilaku pemimpin fathonah
terekspresi pada etos kerja dan kinerja pemimpin yang mampu
memecahkan masalah secara cepat dan tepat. Kebalikan dari
Fathonah adalah sufaha’, berasal dari kata safihun, artinya tidak
mampu memahami esensi kebenaran, tidak mampu
membedakan hal yang baik dan buruk, halal dan haram, haq dan
bathil dalam bertindak. (Kumolohadi & Budiharto, 2012). Adz-

9
Dzakiey (2013) mengemukakan bahwa pemimpin yang fathonah
memiliki kecerdasan dalam memfungsikan qalbu, akal pikiran,
dan pancainderanya secara optimal untuk mengatasi masalah.

5. Peran Kepemimpinan Profetik terhadap Kepemimpinan Nasional.

Kompleksnya situasi dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara


Indonesia saat ini, memerlukan kepemimpinan nasional yang kuat di
semua lini, baik pemerintahan, politik, maupun civil society, sehingga
mampu menghadirkan sebuah negara yang kuat. Negara yang kuat
dapat mengangkat martabat bangsa dalam pergaulan antar bangsa,
karena memiliki keunggulan daya saing dalam berbagai bidang.
Banyak kriteria yang menunjukkan karakter kepemimpinan nasional
yang kuat. Tetapi diakui, tidak mudah untuk mencapai kriteria
kepemimpinan yang ideal itu. Setidaknya yang bisa diharapkan adalah
kepemimpinan yang memiliki trilogi kepemimpinan yang kuat, yaitu
keteladanan, kemauan kuat, dan kompetensi, agar mampu
membangkitkan martabat dan daya saing bangsa yang lebih bermutu
(Hamengku Buwono X, tanpa tahun).

6. Pemilu serentak 2019


Sistem demokrasi merupakan salah satu kajian akademik yang tidak
pernah berhenti didiskusikan, baik dalam lingkup nasional maupun
lingkup internasional. Sistem tersebut menjadi buah bibir dalam ranah
teoretis maupun dalam ranah praktis. Dialog antar para sarjana politik
melahirkan banyak konsepsi mengenai demokrasi, baik demokrasi
prosedural, substansial, elitis, partisipatoris, dan berbagai nomenklatur
lain terkait dengan sistem tersebut. Pertanyaan yang muncul kemudian
adalah mengapa demokrasi menjadi sebuah pilihan sistem politik yang
banyak dianut di berbagai negara? Terdapat dua alasan, menurut
Mahfud MD (Moh. Mahfud M. D, 1999), yaitu: demokrasi dijadikan
asas yang fundamental hampir di berbagai negara dan sebagai asas

10
kenegaraan dimana secara esensial demokrasi memberikan arah bagi
peranan masyarakat terhadap penyelenggaraan organisasi tertingginya.
Sebagian sarjana berpandangan bahwa demokrasi perlu didukung
karena adanya kediktatoran pemimpin negara, yang mengakibatkan
tertutupnya partisipasi publik dalam pembentukan kebijakan.
Kediktatoran (dictatorship) tersebut disebabkan karena terpusatnya
kepemimpinan di satu orang (monarki). Secara rinci terdapat sepuluh
prinsip terkait perlunya dukungan terhadap demokrasi, yaitu:
menghindari tirani (avoiding tyranny), hak hak dasar (essential rights),
kebebasan umum (general freedom), determinasi diri (self
determination), otonomi moral (moral autonomy), perkembangan
manusia (human development), perlindungan minat dasar seseorang
(protecting essential personal interests), kesamaan politik (political
equality) produk demokrasi modern (modern democracies produce),
pencarian kedamaian (peace seeking), serta kemakmuran (prosperity)
(Dahl & Shapiro, 2015).

Salah satu ciri-ciri Negara yang demokrasi adalah dengan adanya


pemilu. Pemilu diindonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun
1955, dan pemilu secara langsung dilaksanakan pada tahun 2004.
Setidaknya terdapat dua fungsi pemilu, pertama sebagai prosedur dan
mekanisme konversi suara pemilih (votes) menjadi kursi (seats)
penyelenggara negara lembaga legislatif dan/atau lembaga eksekutif
baik pada tingkat nasional maupun lokal. Prosedur dan mekanisme
seperti inilah yang biasa disebut proses penyelenggaan tahapan Pemilu.
Untuk membedakan Pemilu authoritarian dari Pemilu demokratik,
maka negara demokrasi menyusun undang-undang tentang pemilihan
umum yang pada dasarnya merupakan penjabaran prinsip-prinsip
demokrasi. Dari undang-undang Pemilu yang berisi penjabaran
prinsip-prinsip demokrasi, seperti asas-asas Pemilu, Pemilu
Berintegritas, dan Pemilu Berkeadilan, akan dapat dirumuskan

11
sejumlah parameter untuk proses penyelenggaraan Pemilu yang
demokratik.

12

Anda mungkin juga menyukai