Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kepemimpinan Dalam Situasi Krisis

DI SUSUN OLEH :

SRI RAHMAWATI .S. GUGE_442418041

AURA DWI KURNIANDA TANGAHU_442418005

FITRIANI GIU_442417015

PRODI KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Kepemimpinan dalam Situasi Krisis” ini dapat selesai.
Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi mengenai Pemimpin
dalam Situasi Krisis. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta
saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.

Gorontalo, 1 4 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemimpin
B. Pengertian Kepemimpinan
C. Krisis Kepemimpinan di Indonesia
D. Krisis Kepemimpinan ditinjau dari Pancasila
E. Solusi Untuk Mengatasi Krisis Kepemimpinan di Indonesia

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah krisis kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh
pada kehidupan bangsa Indonesia. Maka dari itu pendidikan karakter kepemimpinan
harus diterapkan sedini mungkin kepada para penerus bangsa agar kelak mereka dapat
tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan apa yang selama ini
diharapkan.
Dalam situasi krisis, ancaman muncul pada tujuan penting, dan nilai-nilai seseorang,
komunitas serta masyarakat. Krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini telah berada
ujung tanduk. Mau dibawa kearah mana negara Indonesia ini jika para pemimpin
negaranya banyak melakukan penyimpangan. Kepercayaan rakyat telah dihianati oleh
pemimpin negara ini. Rakyat diombang ambingkan oleh para pemimpin negera ini,
hanya untuk kepentingan golongan tertentu. Selanjutnya, ada sifat-sifat tertentu yang
harus dimiliki seorang pemimpin, seperti yang disebut oleh Ahmadi (2007: 122-123)
sebagai berikut:
 Cakap. Cakap disini dalam artian luas, bukan saja ahli atau kemahiran teknik
dalam suatu bidang tertentu, tetapi meliputi hal-hal yang bersifat abstrak, inisiatif,
konsepsi, perencanaan, dan sebagainya. Seorang pemimpin harus memiliki
ketajaman berpikir yang kritis dan rasional.
 Kepercayaan. Menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang
kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya akan kemampuannya (pada diri
sendiri). Sebaliknya dia harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya. Ia
merupakan syarat adanya wibawa sang pemimpin terhadap anggota-anggotanya.
 Rasa tanggung jawab. Sifat ini penting sekali sebab manakala seorang pemimpin
tidak memiliki rasa tanggung jawab, ia akan mudah bertindak sewenang-wenang
terhadap kelompoknya.
 Berani. Berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan. Lebih-lebih dalam
saat-saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berni mengambil
keputusan dengan konsekuen dan tidak boleh ragu-ragupat bertindak cepat.
 Tangkas dan ulet. Seorang pemimpin harus dapat bertindak cepat dan tepat. Ia
harus tangkas dalam bertindak lebih-lebih jika menghadapi masalah yang rumit.
Kegagalan tidak boleh menjadikan ia cepat bosan atau putus asa, tetapi sebaliknya
ia harus gigih dan ulet.
 Berpandangan jauh. Pemikiran seorang pemimpin harus luas. Ia berpandangan jauh
ke depan harus dapat membedakan mana das sein mana das sollen. Terutama
dalam merumuskan strategi atau menggariskan suatu taktik, hal ini adalah sangat
penting.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari Seorang Pemimpin?
2. Apa Definisi dari Kepemimpinan?
3. Bagaimana Krisis Kepemimpinan di Indonesia?
4. Apa yang terjadi jika Krisis Kepempinan ditinjau dari pancasila?
5. Bagaimana Solusi untuk Mengatasi Krisis Kepemimpinan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami definisi dari seorang pemimpin.
2. Dapat memahami definisi dari kepemimpinan.
3. Dapat memahami kepemimpinan dalam keadaan krisis di Indonesia.
4. Dapat mengetahui apa yang akan terjadi jika krisis kepemimpinan terjadi ditinjau
dari Pancasila.
5. Dapat memahami solusi permasalahan krisis kepemimpinan di Indonesia.
BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial
dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/ upaya orang
lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi (Maryani, 2013).
B. Pengertian Kepempinanan
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalama situasi tertentu agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bangsa Indonesia kini sedang dilanda
krisis kepemimpinan (Umar, 2013).
C. Krisis Kepemimpinan di Indonesia
Dewasa ini telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia mengalami masa masa
krisis dalam hal kepemimpinan. Berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dikalangan
pejabat elit negara. Apalagi kita sering mendengarkan berita-berita di TV, media
cetak maupun di media sosial. Seperti permasalahan kemiskinan yang kian
meningkat, pengangguran yang semakin banyak, angka kriminalitas dan asusila yang
semakin merebak dikalangan anak-anak, belum lagi masalah pendidikan yang
bergontaganti kurikulum pendidikan, inefisiensi pelayanan publik, dan maraknya
kasus korupsi.
Oknum yang terlibatpun beragam, mulai pejabat elit, hingga kepala desa dan
perangkat desa. Bicara masalah korupsi, pasti semua orang kesal dengan kata itu.
Kasus yang marak dilakukan oleh seorang pemimpin. Kasus yang sangat merugikan
negara dan rakyat Indonesia. Para koruptor menggerogoti keuangan negara. Rakyat
ditekan untuk membayar ini itu, ekonomi digoncang ganjingkan dengan kenaikan
disemua sektor (kenaikan BBM, pajak dll) namun pada akhirnya uang tersebut masuk
ke saku para pemimpin negara ini. Uang yang seharusnya digunakan untuk
membangun infrastruktur umum, tapi malah dibagi rata para pemimpin negera untuk
berlibur ke luar negeri, untuk beli rumah, mobil mewah. Pemimpin negera yang
memeras rakyat untuk kepentingan mereka, rakyat seakan menjadi babu mereka.
Seorang pemimpin hendaknya berprilaku adil, bijaksana, bermoral dan sudah
seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya. Jika seorang
pemimpin memberi contoh buruk misalnya korupsi, maka rakyatnyapun juga akan
ikut-ikutan. Akan jadi apa negara ini, bila pemimpin dan rakyatnya tidak dalam satu
jalan. Rakyat yang mengharapkan kesejahteraan tetepi pemimpin negera sibuk
memperkaya dirinya. Bisa dibilang aji mumpung, mumpung jadi pemimpin dia
mengeruk keuangan negara sebanyak-banyaknya kemudian diinvestasikan ke negara
lain. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata, seperti di daerah Papua dan
Kalimantan yang masih memerlukan pembangunan jalan raya agar masyarakat dapat
melakukan aktivitas dengan mudah, pemerintahpun juga akan lebih mudah untuk
mengakses daerah tersebut (Maryani, 2013)
Banyak sekali para calon calon pemimpin mengumbar janji-janji manis. Mulai
dari pola blusukan yang dilakukan ke pedesaan, pasar-pasar, pondok pesanten, dengan
mengedepankan pemimpin yang dekat dengan rakyat. Juga ada yang
mempublikasikan bahwa dirinya memiliki sifat rendah hati, sederhana, jujur, bahkan
ada juga yang menggunakan simbol kebapakan, hingga ada yang menyangkut pautkan
dengan hal mistis seperti ramalan Jaya Baya, maupun yang menyangkut pautkan
dengan masalah agama mayoritas dan minoritas. Hal ini sudah menjadi kebiasaan tiap
kali akan dilaksanakan pemilu, baik presiden, gubernur, bupatin, wali kota bahkan
kepala desa. Sistem suap-menyuap dalam berkampanye juga sangat sering dilakukan
oleh setiap calon kandidatnya. Bahkan ada juga kasus menjual belikan jabatan yang
marak terjadi dikalangan pemerintahan. Namun semua itu bukan merupakan cara
yang benar dalam memperkenalakan konsep kepemimpinan atau figur agar pemimpin
dapat diingat atau diterima dengan mudah oleh rakyat.
Kepemimpinan di Negara Indonesia saat ini memang sedang berada diujung
tanduk, lemahnya kesadaran para pamimpin negara dalam menjalankan roda
pemerintahan menjadi alasan mendasar. Pemimpin yang seharusnya mengayomi
masyarakat, mensejahterakan masyarakat, meningkatkan perekonomian suatu negara,
kini malah menghianati kepercayaan rakyatnya. Para pemimpin negara saling beradu
untuk melakukan korupsi, sehingga kesejahteraan rakyatpun mereka abaikan. Inilah
yang mengakibatkan rakyat sekarang kurang percaya bahkan tidak percaya kepada
seoarang pemimpin. Karena kepercayaan rakyat telah dihianati oleh para pemimpin
negara ini. Maka tak jarang dalam pemilu banyak sekali angka golput. Golput
merupakan tanda-tanda dari kurangnya rasa kepercayaan rakyat terhadap pemimpin.
Beberapa penyebab krisis kepemimpinan di Indonesia diantara :
1. Kesadaran Agama Sangat Rendah
Agama merupakan pondasi dasar dalam diri setiap manusia. Jika
manusiampondasinya tidak kokoh dalam arti agamanya rendah maka dengan mudah
dapat terpengaruh oleh hal-hal yang melanggar norma keagamaan. Itu terjadi pada
para pemimpin kita, jika agama mereka kuat maka mereka tidak akan melanggar
norma-norma agama, sehingga penyelewengan-penyelewengan masyarakatpun akan
terjadi pada seorang pemimpin. Dan tidak tidak merasakan kesengsaraan.
2. Kurangnya Rasa Percaya Diri
Krisis kepemimpina di Indonesia tejadi karena kurangnya rasa percaya diri yang
dimiliki masyarakat Indonesia. Pada dasarnya sangat banyak anakanak bangsa ini
yang pandai dan cerdas, memiliki integritas tinggi, namun karena kurangnya rasa
percaya diri tersebut mereka menjadi terlalu pasif, hanya diam atas semua yang telah
terjadi seperti saat ini. Dan akhirnya yang gila kekuasaanlah yang sekarang berdiri di
kursi pemerintahan
3. Kurangnya Penerapan Moral Bangsa
4. Kurangnya penerapan pendidikan moral dalam keseharian masyarakat Indonesia. Bisa
dibuktikan dari banyaknya kasus KKN, seolah tidaka ada habisnya. Pemimpin negara
saling beradu mulut dalam menyelesaikan masalah. Sungguh betapa boboroknya
moral bangsa Indonesia saat ini.
5. Proses Seleksi Kurang Ketat
Kurang transparannya proses seleksi para calon pemimpin juga menjadi persoalan
yang memicu terjadinya krisis kepemimpinan. Seseorang harus melewati serangkaian
seleksi agar bisa menjadi seorang pemimpin. Rangkaian seleksi tersebut harus
dilakukan tanpa terkecuali agar tercipta pemimpin yang dapat mengendalikan
masyarakatnya.
6. Hukum Yang Masih Rendah
7. Ada beberapa orang mengatakan hukum di Indonesia dapat dengan mudah dibeli. Jadi
dapat disimpilkan bahwa sangatlah rendah hukum di Indonesia. Contohnya kasus
korupsi, seorang koruptor yang menggunakan uang negara ber M (miliar) uang
negara, tapi hukumannya tidak sebanding dengan kerugiannya terhadap negara.
Bandingkan dengan kasus pencurianjagung yang di hukum sampai berpuluh-puluh
tahun.
D. Krisis Kepemimpinan Ditinjau Dari Pancasila (Diskursus Filsafat Pancasila
Dewasa Ini)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dari sila ini dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki Kepercayaan
terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan semua yang ada di dunia
ini. Selain itu Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan menjalankan semua
syariat-syariatnya dan menjauhi semua larangannya. Dari kasus krisi kepemimpinan
di Indonesia in jelas telah melanggar sila pertama ini. Pemimpin negara banyak yang
melakukan korupsi, memanipulasi data-data yang ada dan lain sebagainya.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Dari sila kedua ini mengajarkan tentang pengakuan harkat dan martabat manusia
dengan segala hak dan kewajibannya. Oleh karena iu pemimpin hendaknya dapat
menerapkan sila ini maka kemungkinan besar rakyatnya dapat menerima hak dan
kewajiban yang semestinnya. Selain itu sila ini juga mengajarkan manusia harus
bartindak selakayaknya manusia dan berbudaya. Dari kasus krisis kepemimpinan di
Indonesia terbukti bahwa pemimpin juga masih banyak yang melakukan
penyimpangan terbukti dari kasus kanaikan pajak, BBM yang digunkanan untuk
membayar hutang negara, itu sangat jelas memberatkan rakyat apa lagi untuk rakyat-
rakyat yang masih adalam taraf menengah kebawah.

3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini memiliki makna bahwa seorang pemimpin harus melandaskan
kepemimpinnannya dengan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Dari kasus krisis
kepemimpinan terbukti masih adanya beberapa organisasi yang melawan pemeritahan
Indonesia missal OPM, ISIS dan lain sebagainya. Seharusnya pemerintah dapat
mengatasi kondisi seperti ini agar persatuan di Indonesia tetap terjaga, dan tidak
terpecah belah.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan.
Dalam sila ke empat ini mengajarkan bahwa kedaulatan suatu negara ditangan rakyat
sehingga pemimpin harus musyawarah dengan wakilwakil rakyat dan melihat kondisi
rakyat sebelum memutuskan sesuatu. Dari kasus krisis kepemimpinan membuktikan
bahwa banyak pemimpin belum melakukan nilai-nilai dari sila ini, contohnya dalam
menyelesaikan suatu masalah banyak sekali para pemimpin yang sering beradu mulut,
ada pula yang sampai tonjok-tonjokan hal itu sanggatlah membuat masyarakat sangat
prihatin dengan sikap para pemimpin negara ini, contoh lain hukuman untuk kasus
korupsi, yang lebih rendah dibandingkan dengan kasus pencurian pisang. Ini
mumbuktikan kurangnya kebijaksanaan pemerintah dalam menangani kasus yang ada
dimasyarakat.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dari sila ke lima ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin haruslah dilandasi sikap
adil, sederhana serta mampu bekerja keras. Sehingga diharapkan pemimpin dapat
mempercepat pembangunan Negara yang merata diseluruh Indonesi. Dari sila ini
terbuti bahwa pembangunan infratruktur pemerintahan belum menyuluruh ke seluruh
Indonesi, misalnya di Papua, Kalimantan yang daerah-daerah plosok tentunya. Selain
itu juga masih rendahnya keadilan di Indonesia, sebagai contoh pembagian raskin
yang seharusnya untuk rakyat-rakyat miskin tetapi faktanya banyak masyarakat kelas
menengah-atas yang mendapatkannya. Contoh lain kartu Indonesia sehat yang di
tujukan untuk membantu masyarakat kelas bawah, tapi faktanya banyak orang-orang
kaya yang memiliki kartu itu dengan alasan masih sodara pajabat A (Dewantar, 2017).

E. Solusi untuk mengatasi krisis kepemimpinan di Indonesia.


1. Mengedepankan Nilai Keagamaan
Seorang pemimpin hendaknya mengedepankan nilai keagamaan, mengapa
demikian ? karena jika pemimpin tersebut mimiliki agama yang kuat dalam arti beliau
kuat dalam ketaatannya kepada Tuhan, maka hal-hal penyimpangan yang tidak sesuai
dengan kewajiban atau tugas-tugasnya, tersebut tidak akan terjadi. Ini bisa dianggap
peryaratan penting oleh seorang calon pemimpin. Bukan hanya wajib beragama tetapi
wajib juga beliau mengerti dan taat kepada Tuhannya.
2. Dapat memimpin dirinya sendiri
Seseorang harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang
orang lain. Agar didalam memimpin tidak adanya keraguan dalam bertindak. Jika
pemimpin tersebut percaya diri maka tidak akan terpengaruh oleh rayuan-rayuan
penyelewengan kepemimpinannya.

3. Memperbaiki moral
Krisis kepemimpinan berakar dari rendahnya moral para pemimpin.
Penyelesaina dari rendahnya moral para pemimpin ini dengan menggunakan prinsip al
akhlaqul karimah.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan
Perbaikan kepemimpinan bangsa tidak dapat langsung terjadi, memerlukan
waktu yang relatif lama. Salah satunya kita perbaiki kualitas pendidikan di Indonesia
agar kelak menciptakan generasi muda yang dapat memberikan warna baru dalam
memimpin negara ini, sehingga pemasalahan kepamimpinan ini dapat terselesaikan.
5. Perbaikan hukum di Indonesia
Hukum di Indonesia harus diperbaiki, agar menimbulkan efek jera bagi para
pelanggarnya. Selain itu peraturan akan syarat-syarat sebagai pemimpin hendaknya
dikaji ulang sehingga muncul seorang pemimpin yang sesuai dengan karakter bangsa
ini dan tentunya mampu menyelesaikan permasalahan yang kompleks ini.
Pemerintah hendaklah menyeleksi para calon kandidat pemimpin
negara ini dengan baik dan transparan, sehingga kedepannya masalah krisis
kepemimpinan ini secara perlahan dapat teratasi.
Sebagai masyarakat hendaknya berhati-hati dan lebih selektif dalam
memilih pemimpin. Sebelum memilih hendaklah mencari informasi mengenai para
kandidat tersebut. Sebagai generasi muda hendaklah menjadi generasi yang mengisi
kemerdekaan ini dengan kegiatan positif, kegiatan yang memberi dampak baik untuk
kemajuan negara ini. Dan sebagai negera gotong royong hendaklah kita memulai
perubahan untuk bangsa ini. Jadilah pemimpin yang dapat mengayomi rakyartnya,
sehingga timbul hubungan yang harmonis antara pemimpin dan rakyatnya. Gotong
royong antar semua lapisan masyarakatpun dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik, dalam pembahasan makalah ini, adalah
sebagai berikut :
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi dalam situasi krisis.
Seorang pemimpin yang efektif harus mmpunyai keberanian untuk mengambil
keputusan dan menikmati tanggung jawab atas akibat dan resiko yang timbul dalam
konsekuensi dari pada keputusan yang diambilnya.

2. Saran
Jika ingin memimpin Pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain
agar tidak terpengaruh oleh apapun sehingga bisa memimpin dalam situasi krisis.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam


Kacamata Soekarno). http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian
pemimpin-dankepemimpinan.html
Maryani, D. (2013). Krisis Kepemimpinan Di Indonesia Ditinjau Dari Pancasila
(Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini). Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Umar, B. W. (2013). Krisis Kepemimpinan. Legalitas, 4(1), 7–21.

Anda mungkin juga menyukai