Anda di halaman 1dari 8

BAB II

DASAR TEORI
A. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial
dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/ upaya orang
lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi (Maryani, 2013).
B. Pengertian Kepempinanan
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalama situasi tertentu agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bangsa Indonesia kini sedang dilanda
krisis kepemimpinan (Umar, 2013).

C. Krisis Kepemimpinan di Indonesia


Dewasa ini telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia mengalami masa masa
krisis dalam hal kepemimpinan. Berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dikalangan
pejabat elit negara. Apalagi kita sering mendengarkan berita-berita di TV, media
cetak maupun di media sosial. Seperti permasalahan kemiskinan yang kian
meningkat, pengangguran yang semakin banyak, angka kriminalitas dan asusila yang
semakin merebak dikalangan anak-anak, belum lagi masalah pendidikan yang
bergontaganti kurikulum pendidikan, inefisiensi pelayanan publik, dan maraknya
kasus korupsi.
Oknum yang terlibatpun beragam, mulai pejabat elit, hingga kepala desa dan
perangkat desa. Bicara masalah korupsi, pasti semua orang kesal dengan kata itu.
Kasus yang marak dilakukan oleh seorang pemimpin. Kasus yang sangat merugikan
negara dan rakyat Indonesia. Para koruptor menggerogoti keuangan negara. Rakyat
ditekan untuk membayar ini itu, ekonomi digoncang ganjingkan dengan kenaikan
disemua sektor (kenaikan BBM, pajak dll) namun pada akhirnya uang tersebut masuk
ke saku para pemimpin negara ini. Uang yang seharusnya digunakan untuk
membangun infrastruktur umum, tapi malah dibagi rata para pemimpin negera untuk
berlibur ke luar negeri, untuk beli rumah, mobil mewah. Pemimpin negera yang
memeras rakyat untuk kepentingan mereka, rakyat seakan menjadi babu mereka.
Seorang pemimpin hendaknya berprilaku adil, bijaksana, bermoral dan sudah
seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya. Jika seorang
pemimpin memberi contoh buruk misalnya korupsi, maka rakyatnyapun juga akan
ikut-ikutan. Akan jadi apa negara ini, bila pemimpin dan rakyatnya tidak dalam satu
jalan. Rakyat yang mengharapkan kesejahteraan tetepi pemimpin negera sibuk
memperkaya dirinya. Bisa dibilang aji mumpung, mumpung jadi pemimpin dia
mengeruk keuangan negara sebanyak-banyaknya kemudian diinvestasikan ke negara
lain. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata, seperti di daerah Papua dan
Kalimantan yang masih memerlukan pembangunan jalan raya agar masyarakat dapat
melakukan aktivitas dengan mudah, pemerintahpun juga akan lebih mudah untuk
mengakses daerah tersebut (Maryani, 2013)
Banyak sekali para calon calon pemimpin mengumbar janji-janji manis. Mulai
dari pola blusukan yang dilakukan ke pedesaan, pasar-pasar, pondok pesanten,
dengan mengedepankan pemimpin yang dekat dengan rakyat. Juga ada yang
mempublikasikan bahwa dirinya memiliki sifat rendah hati, sederhana, jujur, bahkan
ada juga yang menggunakan simbol kebapakan, hingga ada yang menyangkut
pautkan dengan hal mistis seperti ramalan Jaya Baya, maupun yang menyangkut
pautkan dengan masalah agama mayoritas dan minoritas. Hal ini sudah menjadi
kebiasaan tiap kali akan dilaksanakan pemilu, baik presiden, gubernur, bupatin, wali
kota bahkan kepala desa. Sistem suap-menyuap dalam berkampanye juga sangat
sering dilakukan oleh setiap calon kandidatnya. Bahkan ada juga kasus menjual
belikan jabatan yang marak terjadi dikalangan pemerintahan. Namun semua itu bukan
merupakan cara yang benar dalam memperkenalakan konsep kepemimpinan atau
figur agar pemimpin dapat diingat atau diterima dengan mudah oleh rakyat.
Kepemimpinan di Negara Indonesia saat ini memang sedang berada diujung
tanduk, lemahnya kesadaran para pamimpin negara dalam menjalankan roda
pemerintahan menjadi alasan mendasar. Pemimpin yang seharusnya mengayomi
masyarakat, mensejahterakan masyarakat, meningkatkan perekonomian suatu negara,
kini malah menghianati kepercayaan rakyatnya. Para pemimpin negara saling beradu
untuk melakukan korupsi, sehingga kesejahteraan rakyatpun mereka abaikan. Inilah
yang mengakibatkan rakyat sekarang kurang percaya bahkan tidak percaya kepada
seoarang pemimpin. Karena kepercayaan rakyat telah dihianati oleh para pemimpin
negara ini. Maka tak jarang dalam pemilu banyak sekali angka golput. Golput
merupakan tanda-tanda dari kurangnya rasa kepercayaan rakyat terhadap pemimpin.
Beberapa penyebab krisis kepemimpinan di Indonesia diantara :
1. Kesadaran Agama Sangat Rendah
Agama merupakan pondasi dasar dalam diri setiap manusia. Jika manusia
pondasinya tidak kokoh dalam arti agamanya rendah maka dengan mudah dapat
terpengaruh oleh hal-hal yang melanggar norma keagamaan. Itu terjadi pada para
pemimpin kita, jika agama mereka kuat maka mereka tidak akan melanggar
norma-norma agama, sehingga penyelewengan-penyelewengan masyarakatpun
akan terjadi pada seorang pemimpin. Dan tidak tidak merasakan kesengsaraan.
2. Kurangnya Rasa Percaya Diri
Krisis kepemimpina di Indonesia tejadi karena kurangnya rasa percaya diri yang
dimiliki masyarakat Indonesia. Pada dasarnya sangat banyak anakanak bangsa
ini yang pandai dan cerdas, memiliki integritas tinggi, namun karena kurangnya
rasa percaya diri tersebut mereka menjadi terlalu pasif, hanya diam atas semua
yang telah terjadi seperti saat ini. Dan akhirnya yang gila kekuasaanlah yang
sekarang berdiri di kursi pemerintahan
3. Kurangnya Penerapan Moral Bangsa
Kurangnya penerapan pendidikan moral dalam keseharian masyarakat Indonesia.
Bisa dibuktikan dari banyaknya kasus KKN, seolah tidaka ada habisnya.
Pemimpin negara saling beradu mulut dalam menyelesaikan masalah. Sungguh
betapa boboroknya moral bangsa Indonesia saat ini.

4. Proses Seleksi Kurang Ketat


Kurang transparannya proses seleksi para calon pemimpin juga menjadi
persoalan yang memicu terjadinya krisis kepemimpinan. Seseorang harus
melewati serangkaian seleksi agar bisa menjadi seorang pemimpin. Rangkaian
seleksi tersebut harus dilakukan tanpa terkecuali agar tercipta pemimpin yang
dapat mengendalikan masyarakatnya.
5. Hukum Yang Masih Rendah
Ada beberapa orang mengatakan hukum di Indonesia dapat dengan mudah
dibeli. Jadi dapat disimpilkan bahwa sangatlah rendah hukum di Indonesia.
Contohnya kasus korupsi, seorang koruptor yang menggunakan uang negara ber
M (miliar) uang negara, tapi hukumannya tidak sebanding dengan kerugiannya
terhadap negara. Bandingkan dengan kasus pencurianjagung yang di hukum
sampai berpuluh-puluh tahun.
D. Krisis Kepemimpinan Ditinjau Dari Pancasila (Diskursus Filsafat Pancasila
Dewasa Ini)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dari sila ini dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki
Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan semua
yang ada di dunia ini. Selain itu Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu
dengan menjalankan semua syariat-syariatnya dan menjauhi semua larangannya.
Dari kasus krisi kepemimpinan di Indonesia in jelas telah melanggar sila pertama
ini. Pemimpin negara banyak yang melakukan korupsi, memanipulasi data-data
yang ada dan lain sebagainya.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dari sila kedua ini mengajarkan tentang pengakuan harkat dan martabat manusia
dengan segala hak dan kewajibannya. Oleh karena iu pemimpin hendaknya dapat
menerapkan sila ini maka kemungkinan besar rakyatnya dapat menerima hak dan
kewajiban yang semestinnya. Selain itu sila ini juga mengajarkan manusia harus
bartindak selakayaknya manusia dan berbudaya. Dari kasus krisis kepemimpinan
di Indonesia terbukti bahwa pemimpin juga masih banyak yang melakukan
penyimpangan terbukti dari kasus kanaikan pajak, BBM yang digunkanan untuk
membayar hutang negara, itu sangat jelas memberatkan rakyat apa lagi untuk
rakyat-rakyat yang masih adalam taraf menengah kebawah.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini memiliki makna bahwa seorang pemimpin harus melandaskan
kepemimpinnannya dengan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Dari kasus
krisis kepemimpinan terbukti masih adanya beberapa organisasi yang melawan
pemeritahan Indonesia missal OPM, ISIS dan lain sebagainya. Seharusnya
pemerintah dapat mengatasi kondisi seperti ini agar persatuan di Indonesia tetap
terjaga, dan tidak terpecah belah.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
Dalam sila ke empat ini mengajarkan bahwa kedaulatan suatu negara ditangan
rakyat sehingga pemimpin harus musyawarah dengan wakilwakil rakyat dan
melihat kondisi rakyat sebelum memutuskan sesuatu. Dari kasus krisis
kepemimpinan membuktikan bahwa banyak pemimpin belum melakukan nilai-
nilai dari sila ini, contohnya dalam menyelesaikan suatu masalah banyak sekali
para pemimpin yang sering beradu mulut, ada pula yang sampai tonjok-tonjokan
hal itu sanggatlah membuat masyarakat sangat prihatin dengan sikap para
pemimpin negara ini, contoh lain hukuman untuk kasus korupsi, yang lebih
rendah dibandingkan dengan kasus pencurian pisang. Ini mumbuktikan
kurangnya kebijaksanaan pemerintah dalam menangani kasus yang ada
dimasyarakat.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dari sila ke lima ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin haruslah dilandasi
sikap adil, sederhana serta mampu bekerja keras. Sehingga diharapkan pemimpin
dapat mempercepat pembangunan Negara yang merata diseluruh Indonesi. Dari
sila ini terbuti bahwa pembangunan infratruktur pemerintahan belum
menyuluruh ke seluruh Indonesi, misalnya di Papua, Kalimantan yang daerah-
daerah plosok tentunya. Selain itu juga masih rendahnya keadilan di Indonesia,
sebagai contoh pembagian raskin yang seharusnya untuk rakyat-rakyat miskin
tetapi faktanya banyak masyarakat kelas menengah-atas yang mendapatkannya.
Contoh lain kartu Indonesia sehat yang di tujukan untuk membantu masyarakat
kelas bawah, tapi faktanya banyak orang-orang kaya yang memiliki kartu itu
dengan alasan masih sodara pajabat A (Dewantar, 2017).
E. Solusi untuk mengatasi krisis kepemimpinan di Indonesia.
1. Mengedepankan Nilai Keagamaan
Seorang pemimpin hendaknya mengedepankan nilai keagamaan, mengapa
demikian ? karena jika pemimpin tersebut mimiliki agama yang kuat dalam arti
beliau kuat dalam ketaatannya kepada Tuhan, maka hal-hal penyimpangan yang
tidak sesuai dengan kewajiban atau tugas-tugasnya, tersebut tidak akan terjadi.
Ini bisa dianggap peryaratan penting oleh seorang calon pemimpin. Bukan hanya
wajib beragama tetapi wajib juga beliau mengerti dan taat kepada Tuhannya.
2. Dapat memimpin dirinya sendiri
Seseorang harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang orang
lain. Agar didalam memimpin tidak adanya keraguan dalam bertindak. Jika
pemimpin tersebut percaya diri maka tidak akan terpengaruh oleh rayuan-rayuan
penyelewengan kepemimpinannya
3. Memperbaiki moral
Krisis kepemimpinan berakar dari rendahnya moral para pemimpin.
Penyelesaina dari rendahnya moral para pemimpin ini dengan menggunakan
prinsip al akhlaqul karimah.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan
Perbaikan kepemimpinan bangsa tidak dapat langsung terjadi, memerlukan
waktu yang relatif lama. Salah satunya kita perbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia agar kelak menciptakan generasi muda yang dapat memberikan warna
baru dalam memimpin negara ini, sehingga pemasalahan kepamimpinan ini
dapat terselesaikan.
5. Perbaikan hukum di Indonesia
Hukum di Indonesia harus diperbaiki, agar menimbulkan efek jera bagi para
pelanggarnya. Selain itu peraturan akan syarat-syarat sebagai pemimpin
hendaknya dikaji ulang sehingga muncul seorang pemimpin yang sesuai dengan
karakter bangsa ini dan tentunya mampu menyelesaikan permasalahan yang
kompleks ini.
Pemerintah hendaklah menyeleksi para calon kandidat pemimpin negara ini
dengan baik dan transparan, sehingga kedepannya masalah krisis kepemimpinan
ini secara perlahan dapat teratasi.
Sebagai masyarakat hendaknya berhati-hati dan lebih selektif dalam memilih
pemimpin. Sebelum memilih hendaklah mencari informasi mengenai para
kandidat tersebut. Sebagai generasi muda hendaklah menjadi generasi yang
mengisi kemerdekaan ini dengan kegiatan positif, kegiatan yang memberi dampak
baik untuk kemajuan negara ini. Dan sebagai negera gotong royong hendaklah kita
memulai perubahan untuk bangsa ini. Jadilah pemimpin yang dapat mengayomi
rakyartnya, sehingga timbul hubungan yang harmonis antara pemimpin dan
rakyatnya. Gotong royong antar semua lapisan masyarakatpun dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam


Kacamata Soekarno). http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian-pemimpin-
dankepemimpinan.html
Maryani, D. (2013). Krisis Kepemimpinan Di Indonesia Ditinjau Dari Pancasila
(Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini). Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Umar, B. W. (2013). Krisis Kepemimpinan. Legalitas, 4(1), 7–21.

Anda mungkin juga menyukai