Anda di halaman 1dari 3

 

Bangsa Indonesia saat ini adalah krisis kepemimpinan, dimana beliau menjelaskan menurut Musa
Asy’ari, akar dari permasalahan bangsa adalah krisis kepemimpinan. Lihat saja, lebih banyak
pemimpin yang hidup berfoya-foya dari pada hidup sederhana, lebih banyak pemimpin yang pamer
harta, dari pada tampil apa adanya, lebih banyak pemimpin yamg dimabuk wanita, dari pada setia
mengurus bangsa.

Selain itu beliau menjelaskan bahwa masih segar dalam ingatan kita, ketika KPK menyita uang 200
Milyar hasil korupsi seorang jenderal polisi, 2 orang politisi terdandung kasus suap impor daging
sapi, bahkan ada yang menyimpan uang di dinding rumah dinas pribadi, yang lebih memalukan lagi,
ada yang berselingkuh di rumah dinas pribadi, pemimpin telah memangsa raykyatnya sendiri.

Dalam penampilan Musabaqah Syahril Quran bintang dan dua rekannya menjelaskan pemimpin
ideal yang dibutuhkan oleh rakyat hari ini adalah pemimpin yang menunaikan amanah
kepemimpinan, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 124. Sebab
amanah kepemimpinan itu bukan karena hubungan kekeluargaan, bukan karena garis keturunan,
bukan karena ikatan kekerabatan, tetapi karena amanah dari Tuhan.

Dewasa ini telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia mengalami masamasa krisis dalam hal
kepemimpinan. Berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dikalangan pejabat elit negara.
Apalagi kita sering mendengarkan berita-berita di TV, media cetak maupun di media sosial.
Seperti permasalahan kemiskinan yang kian meningkat, pengangguran yang semakin banyak,
angka kriminalitas dan asusila yang semakin merebak dikalangan anak-anak, belum lagi
masalah pendidikan yang bergontaganti kurikulum pendidikan, inefisiensi pelayanan publik,
dan maraknya kasus korupsi. Oknum yang terlibatpun beragam, mulai pejabat elit, hingga
kepala desa dan perangkat desa. Bicara masalah korupsi, pasti semua orang kesal dengan kata
itu. Kasus yang marak dilakukan oleh seorang pemimpin. Kasus yang sangat merugikan
negara dan rakyat Indonesia. Para koruptor menggerogoti keuangan negara. Rakyat ditekan
untuk membayar ini itu, ekonomi digoncang ganjingkan dengan kenaikan disemua sektor
(kenaikan BBM, pajak dll) namun pada akhirnya uang tersebut masuk ke saku para pemimpin
negara ini. Uang yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur umum, tapi
malah dibagi rata para pemimpin negera untuk berlibur ke luar negeri, untuk beli rumah,
mobil mewah.
Dalam suatu organisasi kita mengetahui ada beberapa gaya kepemimpin. Salah satumya yaitu
gaya kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan otoriter adalah gaya manajemen yang
menumpukan proses decision-making pada posisi kepemimpinan teratas. Artinya, pemimpin
sebagai kepala dari organisasi adalah satu-satunya pihak yang memiliki kontrol untuk
membuat semua keputusan strategis. Pemimpin yang otoriter biasanya jarang
mempertimbangkan masukan dari anggota kelompok untuk membuat keputusan. Hal ini
karena pemimpin yang otoriter memutuskan segala sesuatunya hanya berdasarkan
pertimbangan pribadi. Kepemimpinan otoriter juga memiliki kontrol mutlak atas anggota
yang dibawahinya.
Jika suatu saat, di dalam organisasi kalian terdapat perselisihan karena keputusan yang
diambil oleh ketuanya tidak sesuai dengan apa yang diharapakan oleh para anggota lainnya,
karena keputusan diambil tanpa adanya kesepakatan dengan para anggota. Di sisi lain, ketua
kalian memiliki gaya kepemimpinan otoriter yang sulit untuk menerima masukan dari orang
lain untuk mengambil keputusan.
Pertanyaan :
1. Bagaimana kalian menyikapi masalah yang ada di dalam organisasi tersebut?
2. Dengan cara komunikasi yang bagaimana agar tidak menimbulkan konflik antara
ketua organisasi dengan para anggotanya?
3. Jika di tengah-tengah diskusi timbul konflik antara ketua dan para anggotanya,
bagaimana kalian menyelesaikan konflik tersebut?

Belum lagi anggota DPR yang sering “bolos” ketika rapat sidang paripurna. Pembangunan
infrastruktur yang tidak merata, seperti di daerah Papua dan Kalimantan yang masih
memerlukan pembangunan jalan raya agar masyarakat dapat melakukan aktivitas dengan
mudah, pemerintahpun juga akan lebih mudah untuk mengakses daerah tersebut. Sehingga
semua wilayah Indonesia dapat terjangkau dan tidak ada lagi wilayah Indonesia yang
terisolir.

Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena
disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-
keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Maka dakwah Islam sebenarnya bukan lagi masalah halal dan haram, sebab kriteria sekarang
menuntut perangkat penelitian yang bergantung pada Iptek yang disebut diatas. Halal-haram
tidak nampak lagi dengan mata telanjang dengan masuknya arus globalisasi. Dan disini
penulis berpendapat bahwa lahan dakwah yang perlu digarap adalah sentuhan psikologi
terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan mereka mengalami kegelisahan dan kegersangan
jiwa dalam beragama. Yang menimbulkan penyakit Fisik dan Psikis yang tentunya perlu
penangan yang serius secara klinis. Tidak dipungkiri mereka mengharapkan siraman
keagamaan yang memberi terapi pada kedalaman jiwanya yang telah dihilangkan dan
dikaburkanoleh hasil-hasil kemoderenan yang tidak termenej dengan baik dalam
kehidupannya. Sehingga mereka kehilangan “makna hidup”.
Peradaban Barat mempunyai dampak sangat besar terhadap moderenitas. Yang telah
merambah dalam kelangsungan hidup manusia. Yang hampir disemua sektor seperti
perekonomian, tekhnologi, pendidikan. Namun sisi lain, moderenitas juga telah melahirkan
berbagai masalah atau problematika yang kompleks dalam kehidupan manusia. Artinya ada
nilai plus-mines dengan adanya moderenisasi di Indonesia yang berhubungan dengan Iptek
dan Imtaq pada diri atau kepribadian seseorang dalam menyaring sesuatu hal yang dihadapi
seseorang.
Arus moderenisasi masuk dalam wilayah dakwah sekaligus menjadi problem dakwah bagi
para aktivis dakwah. Ketika masyarakat perkotaan tak lagi memiliki waktu untuk pergi ke
majelis ta’lim. Namun kebutuhan mereka dalam era tekhnologi dan informasi sangat
tergantung dalam pelayanan berbasis tekhnologi. Dan sikap hedonisme masyarakat, maka
dakwah tak lagi bisa dilakukan dengan sekedar ceramah dan tabliq Akbar di mesjid-mesjid,
namun dakwah harus dijalankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sejalan dengan
logika masyarakat industry atau masyarakat modern.
Pertanyaan :
1. Bagiamana kalian menyikapi hal di atas?
2. Menurut kalian, bagaimana dakwah yang harus dilakukan agar tepat sasaran dan
efektif dilakukan pada masa sekarang ini?
3. Jika kalian memngikuti sebuah organisasi yang ternyata di dalamnya mengajari
sesuatu yang bertentangan dengan Islam, tetapi kalian tidak diperbolehkan untuk
keluar dari organisasi tersebut karena kalian telah menandatangani surat komitmen
mengikuti organisasi, Apa yang akan kalian lakukan?

Anda mungkin juga menyukai