Anda di halaman 1dari 6

KRISIS MORALITAS SEBAGAI PENYEBAB DEGRADASI

NASIONALISME DI INDONESIA



Disusun Oleh :
ANDHITA MUSTIKANINGTYAS
NIM. 12/329940/TK/39143

sebagai tugas pengganti Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Pancasila
Semester Genap Tahun 2014



PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
Krisis Moralitas sebagai Penyebab Degradasi Nasionalisme di Indonesia
A. Sebab dan Akibat dari Krisis Moralitas
Ketua Mahkamah Konstitusi, Hamdan Zoelva, menyatakan, 2013 merupakan tahun terberat
bagi lembaganya. Pada tahun ini, mantan Ketua MK, Akil Mochtar, ditangkap Komisi
Pemberantasan Korupsi, karena kasus suap penanganan sengketa sejumlah pilkada.
Padahal, sejak didirikan pada 13 Agustus 2013 hingga sebelum Akil ditangkap, MK dikenal
sebagai lembaga yang punya wibawa tinggi di tingkat nasional hingga internasional. Apresiasi
bahkan ditunjukkan oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang secara khusus mengunjungi MK
dalam lawatan kenegaraannya ke Indonesia, ujar Hamdan, Senin malam 23 Desember 2013.
Namun, prestasi MK tersebut seakan luntur dalam satu hari begitu pucuk pimpinannya
ditangkap KPK. Perjuangan MK selama sepuluh tahun untuk mewujudkan peradilan yang
bersih dan terpercaya seperti sia-sia, kata Hamdan
(vivanews-Selasa, 24 Desember 2013)
Dua Sejoli tersangka pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, membuat gempar masyarakat
beberapa hari belakangan. Sebutan psikopat pun disematkan ke dua pasangan tersebut, yakni
Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani
(metrotvnews- Sabtu, 8 Maret 2014)
Kedua kasus pembuka di atas adalah sedikit contoh dari bentuk krisis moralitas yang
sedang terjadi di Indonesia. Ironisnya, kasus tersebut kini melanda pada generasi muda yang
seharusnya menjadi titik tumpu perjuangan bangsa kelak.
Krisis moralitas jika ditinjau dari makna secara harfiah yaitu krisis yang artinya keadaan
yang berbahaya (dulu menderita sakit); parah sekali. Sedangkan moral artinya (ajaran tentang)
baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti;
susila. Krisis moralitas artinya suatu keadaan yang terjadi pada saat nilai-nilai tentang ajaran
baik-buruk mengenai suatu perbuatan sudah tidak diperhatikan lagi atau dalam kondisi yang
buruk.
Indonesia telah dikenal memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Beberapa orang
Indonesia bahkan disegani di mancanegara. Itu membuktikan bahwa kita bukanlah bangsa yang
terbelakang dalam hal sumber daya manusia. Tetapi, apalah gunanya kualitas tanpa didasari
dengan moral yang baik.

A.1. Akibat Krisis Moralitas
Jika dilihat dari fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia seperti contoh di atas,
krisis moralitas di negara kita telah mencapai stadium yang cukup tinggi. Krisis moralitas bangsa
tidak dapat dianggap remeh. Karena krisis moralitas tersebut merupakan akar dari kurangnya
identitas dan integritas suatu bangsa. Suatu bangsa yang amoral akan tersaruk-saruk dalam
menjalani kehidupan. Rasa nasionalisme yang seharusnya menjadi tumpuan setiap bangsa kini
sudah tidak dimiliki lagi oleh bangsa Indonesia. Akibatnya, permasalahan-permasalahan
bangsa tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Seperti yang dikatakan oleh N.B. Susilo dalam bukunya Indonesia Bubar, merosotnya
tata nilai, mental, dan moralitas merupakan salah satu dari 13 besar masalah yang dihadapi
Indonesia. Korupsi dan kriminalitas oleh remaja seperti dua kasus di atas merupakan
penyumbang yang besar bagi krisis moralitas yang terjadi sekarang ini.
Kasus suap yang menimpa ketua Mahkamah Konstitusi yang notabene lembaga yudikatif
tertinggi di Indonesia adalah catatan buruk bagi moralitas bangsa. Seperti kata-kata Kwik Kian
Gie (Jawa Pos, 14-16 Agustus 2005) : Merosotnya nilai-nilai, mentalitas, dan moralitas bangsa
Indonesia secara nasional dapat dilihat dari bagaimana korupsi, kolusi, dan nepotisme sudah
mendarah daging bagi kebanyakan elite bangsa kita.
Menurut data dari Riset TI Tahun 2005, Indonesia menduduki juara ke-10 dari seluruh
negara di dunia dalam bidang negara terkorup. Dan dari tahun ke tahun, prestasi terkorup
tersebut kian menanjak didukung dengan korupsi yang merajalela di tingkat kekuasaan atas.
Tradisi korupsi yang merupakan salah satu contoh krisis moralitas juga merupakan penghancur
yang paling ampuh bagi perekonomian dan kelestarian suatu bangsa.
Contoh lain dari krisis moralitas yang tercantum dalam contoh di atas yaitu kriminalitas
remaja. Remaja yang seharusnya belajar giat demi membangun Indonesia yang lebih baik kelak,
justru sibuk dengan berbagai kenakalan dan tindak kriminal. Remaja kini tidak memiliki rasa
tanggung jawab baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun bangsanya. Remaja kebanyakan
hanya memikirkan kepentingan pribadi atas kesenangan duniawi belaka dan beberapa bahkan
dilakukan dengan tindakan amoral untuk memenuhinya. Jika remaja yang merupakan pemegang
kekuasaan bangsa di masa depan tidak lagi memikirkan kepentingan bangsa Indonesia, akibatnya
Indonesia dalam beberapa dekade ke depan akan semakin carut marut dan tidak bisa
melaksanakan kehidupan berbangsa sebagaimana mestinya.
A.2. Sebab Timbulnya Krisis Moralitas
Ketika krisis moralitas semakin mewabah di Indonesia, beberapa orang mempertanyakan
akar dari krisis moralitas tersebut. Menurut Octavianus, degradasi moral merupakan salah satu
akibat negatif dari globalisasi. Globalisasi yang merembet ke Indonesia memang memiliki
dampak positif dan juga dampak negatif. Globalisasi membuat dimensi ruang dan waktu menjadi
kabur atau tidak jelas. Globalisasi yang kian berkembang mendukung infiltrasi kebudayaan luar
pada bangsa Indonesia. Ironisnya, kebudayaan yang diadopsi oleh bangsa Indonesia justru
kebanyakan hal-hal yang bersifat negatif dan tidak sesuai dengan moral serta watak asli bangsa
kita.
Menurut Franz Magnis-Suseno, perilaku orang Indonesia terhadap globalisasi terbagi
menjadi dua. Yang pertama adalah orang yang larut dalam budaya konsumsi yang ditawarkan
oleh globalisasi. Ia sepenuhnya terserap oleh yang ditawarkan iklan agar gengsi hidupnya
meningkat. Sedangkan yang kedua adalah orang yang menutup diri dan menolak globalisasi.
Penyebab utama timbulnya krisis moralitas yang lainnya adalah minimnya penghayatan
dan pengamalan akan nilai-nilai Pancasila secara utuh dan hakiki. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa ternyata masih sangat fasih dijabarkan dalam berbagai pidato para elite
pemimpin politik di negeri ini. Mereka yang tengah menjabat, sangat mengesankan berpidato
dengan menguraikan butir-butir Pancasila. Namun sila-sila Pancasila yang digembor-gemborkan
tersebut terdengar mentah apabila dikaitkan dengan tindak-tanduk para penguasa negara saat ini.
N.B. Susilo dalam bukunya mempertanyakan tentang masihkah negara kita saat ini berpegang
pada Pancasila sebagaimana disepakati oleh founding fathers kita jaman dahulu? Indonesia
sepertinya perlu berrefleksi untuk menentukan arah dan tujuan yang dilakukannya selama ini
apakah sudah sesuai dengan Pancasila atau tidak. Karena akar dari krisis moralitas adalah dari
sudah atau belumnya kita berpegang teguh pada landasan negara kita yaitu Pancasila.


B. Cara Mengatasi Krisis Moralitas di Indonesia
Krisis moralitas bukanlah sesuatu yang tidak bisa dihindari maupun diatasi oleh bangsa
Indonesia. Indonesia sudah merdeka selama hampir tujuh dasawarsa. Sudah selayaknya bangsa
Indonesia mampu untuk mengurus permasalahan-permasalahan bangsanya, termasuk krisis
moralitas yang kian parah.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mencetuskan Pancasila yang segera disambut
hangat oleh seluruh masyarakat. Pancasila mendapat bentuk definitif pada tanggal 18 Agustus
1945 dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai bukti kemenangan Sumpah Pemuda
terhadap egoisme golongan. Hampir tujuh dasawarsa berlalu, dan makna Pancasila dalam
semangat perjuangan bangsa Indonesia kian luntur. Padahal pengamalan dan penghayatan arti
Pancasila secara utuh diperlukan untuk mengatasi krisis moralitas yang berujung pada rasa
nasionalisme. Arti tersurat Pancasila mencakup semua nilai dasar hakiki sebuah etika politik dan
dijadikan oleh rakyat Indonesia sebagai landasan bersama-sama membangun bangsanya yang
majemuk. Sedangkan arti yang paling dasar dari Pancasila adalah kesepakatan rakyat Indonesia
untuk membangun sebuah negara, di mana semua warga masyarakat sama kedudukannya, sama
kewajiban dan sama haknya.
Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya, globalisasi merupakan salah satu faktor
pendorong terjadinya kriris moralitas. Globalisasi berkesan membuat identitas bangsa sesuatu
yang ketinggalan jaman. Dan para zelot pelbagai ideologi dan fundamentalisme menyingkirkan
seluruh keanekaan kekayaan nilai budaya dan kemanusiaan bangsa. Hal tersebut sangat keliru.
Agar orang menjadi peserta jitu dalam permainan komunikasi global ia justru memerlukan jati
diri sosial yang utuh. Globalisasi yang masuk tidak serta merta diadopsi ke dalam
kehidupan kita, kita perlu menyaringnya sesuai dengan jati diri kita sebagai bangsa
Indonesia.
Kedua hal di atas merupakan cara-cara untuk mengatasi krisis moralitas yang
menghadapi bangsa Indonesia. Apabila krisis moralitas tidak ditanggapi dengan serius, jiwa-jiwa
pemimpin bangsa semakin digerogoti oleh tindak amoral. Maka negara Indonesia perlahan-lahan
akan hancur.

DAFTAR PUSTAKA
http://kbbi.web.id/
http://news.metrotvnews.com/
http://news.vivanews.com/
Suseno SJ, Franz Magnis. 2006. Berebut Jiwa Bangsa: Dialog, Perdamaian, dan Persaudaraan.
Jakarta: KOMPAS
Susilo,N.B. 2006. Indonesia Bubar. Yogyakarta: Pinus

Anda mungkin juga menyukai