ABSTRAK :
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keberagaman, mulai dari agama
hingga suku bangsa dengan budaya yang bermacam-macam. Bangsa indonesia
memiliki pancasila sebagai ideologi dan bhinneka tunggal ika sebagai semboyan,
sebenarnya merupakan suatu kekuatan bagi bangsa indonesia untuk bersatu bahu
membahu membangun negri juga mempertahankan kesucian negara dari tindakan
tindakan kotor yang dapat mencoreng nama bangsa.
Namun menuju era globalisasi dewasa ini, nampak sudah tidak tenilai bahwa
masyarakat indonesia masih menjunjung tinggi hakikat yang terkandung dalam
ideologi dan semboyan tersebut. Moral yang diajarkan dari kedua hal tersebut sudah
rapuh termakan doktrin pengaruh budaya barat yang masuk ke indonesia dimulai dari
masa rekzim orde baru. Saat ini bangsa Indonesia dapat dikatakan tengah dilanda
persoalan yang sangat serius yaitu krisis moral, dan kebanyakan kita tidak menyadari
itu sebagai sesuatu yang sangat berpengaruh bagi peradaban bangsa dan jati diri atau
identitas bangsa di mata dunia. Hancurnya bangsa-bangsa besar hampir secara umum
dilatar belakangi karena mengalami krisis moral dan nilai-nilai luhur budayanya.
Yang paling mengenaskan yang kehilangan moral kebanyakan adalah seorang
pemimpin, di Indonesia seperti sudah tidak asing apabila mendengar seorang
pemimpin yang berkorupsi padahal seorang pemimpin harus menjadi pemimpin yang
melindungi dan mengayomi rakyatnya bukankah begitu tetapi beda dengan di
Indonesia masih banyak sekali pemimpin yang memiliki moral yang tidak seharusnya
dimiliki oleh pemimpin. Rapuhnya moral di Indonesia seperti membuat bahwa
seolah-olah korupsi adalah sesuatu hal yang wajar untuk dilakukan, terkikisnya rasa
kemanusiaan terhadap sesama apalagi terhadap rakyat kecil sangat menyedihkan.
Maraknya korupsi yang mereka lakukan merupakan cerminan bahwa moral Indonesia
sudah jatuh dibawah titik terendah. Korupsi tentunya mempengaruhi semua
masyarakat, karena dana yang mereka ambil untuk kepentingan mereka sendiri adalah
dana untuk kepentingan masyarakat dan negara.
Maraknya kasus korupsi yang terjadi di indonesia seakan-akan telah menjadi suatu
fenomena yang tidak asing lagi. Hampir setiap harinya, dalam berbagai surat kabar
dijumpai berita-berita baru seputar permasalahan korupsi yang dilakukan oleh
sejumlah pejabat dan elite politik. Sebagaimana yang diketahui, bahwa hukuman bagi
koruptor di Indonesia tergolong ringan dan tidak memberikan efek jera bagi para
pelakunya. Seperti kasus anggota DPRD kota Malang yang 41 dari 45 anggotanya
menjadi tersangka korupsi. Menjadikan krisis moral dan etika yang dialami oleh
bangsa Indonesia ini masih sulit untuk dikendalikan. Selain itu, sistem politik yang
terjadi di Indonesia membuat orang diperbudak oleh nafsu kekuasaan, yang berujung
pada penghalalan segala cara untuk mewujudkan segala ambisinya.
KH. Ahmad Dahlan tokoh masyarakat pun berpendapat bahwa kehancuran moral
bangsa indonesia di sebabkan oleh kemerosotan akhlak sehingga penuh ketakutan
seperti 'kambing dan tidak lagi memiliki keberanian seperti harimau'. Jika moral
bangsa masih berada di titik nadir seperti saat ini, siapapun pemimpinnya dan apapun
sistemnya tidak akan mampu memperbaiki kondisi moral dalam waktu yang singkat.
Banyak sekali warga Indonesia yang notabennya kurang mampu yang seharusnya
suatu pemimpin memberikan suatu dukungan moral ataupun sesekali memberikan
bantuan terhadap rakyatnya. Tetapi, nyatanya semua itu hanyalah promosi yang
dilakukan pemimpin ketika masih dalam masa kampanye ketika sudah menjabat
sebagai pemimpin justru tidak menepati janjinya malah melakukan tindakan yang
seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu adalah korupsi.
3. Legitimasi Moral dalam Kekuasaan
Legitimasi moral mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik dari norma-
norma moral. Legitimasi moral ini muncul dalam konteks bahwa setiap tindakan
Negara baik dari legislatif maupun dari eksekutif dapat dipertanyakan dari norma-
norma moral, tujuannya yaitu agar kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke
pemakaian kebijakan dan cara-cara yang semakin sesuai dengan tuntutan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Maka legitimasi moral dalam kekuasaan sangat penting untuk seorang
pemimpin agar memiliki sifat yang adil dan jujur. Maksudnya, bila menjadi
seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan harus juga mempunyai sifat yang
baik serta moral yang baik, maka dari itu legitimasi moral dalam kekuasaan sangat
penting bukan dalam pemerintahan ini.
Ada beberapa contoh pemimpin yang memiliki kekuasaan tetapi tidak
memiliki moral yang baik disini akan menimbulkan dampak yang merugikan
masyarakat yang ada di negaranya. Misalnya, pemimpin yang melakukan tindakan
korupsi sudah diketahui betul bahwa tindakan korupsi adalah tindakan yang buruk
dimana seharusnya apabila menjadi seorang pemimpin harus mempunyai sikap
dan perilaku yang patuh dicontoh oleh rakyatnya. Seperti tujuan dari legitimasi
moral dalam kekuasaan yaitu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian yang bijak
serta adil dan beradab, tetapi di Indonesia ini masih sangat banyak pemimpin yang
tidak bisa menjadi pemimpin yang adil seperti apa yang seharusnya dipatuhi oleh
seorang pemimpin.
Tindakan korupsi adalah salah satu contoh tindakan yang tidak memiliki rasa
keadilan dan sifat beradab kepada sesama manusia. Mengapa demikian karena
korupsi adalah perilaku yang merugikan orang banyak bahkan tidak bisa
dipungkiri bahwa sangat banyak sekali rakyat-rakyat kecil yang sengsara akibat
perilaku yang buruk yang dilakukan oleh pemimpin. Walaupun seorang pemimpin
memiliki kekuasaan terhadap jabatannya dan rakyatnya yang harus mematuhi,
menerima serta mentaati kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh pemimpin.
Pemimpin juga harus mentaati peraturan serta kebijakan-kebijakan yang
seharusnya tidak boleh dilanggar tetapi banyak pemimpin yang amsih melanggar
atau tidak mentaati norma-norma moral tersebut.
4. Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonesia bagi banyak orang adalah perbuatan yang wajar atau bisa
dibilang bukan lagi pelanggaran hukum, miris sekali karena perbuatan korupsi
seperti disebut kebiasaan misalnya, oleh pemimpin rakyat. Dalam penelitian
Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain Indonesia memiliki tingkat
penilitian yang rendah dalam hal korupsi, itulah yang menyebabkan Indonesia
dalam proses pemberantasan korupsi di Indonesia dikuasai oleh pemimpin yang
berwenang. Padahal di Indonesia sudah ada pihak yang berwenang untuk
membantu memberantas korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberatasan Korupsi)
tetapi karena tidak imbangnya kasus-kasus korupsi di Indonesia dengan tim KPK
menyebabkan Indonesia tetap memiliki kasus-kasus korupsi yang masih
terbengkalai dan belum diselesaikan secara rinci, padahal KPK sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk membantu meberantas korupsi yang ada di Indonesia
tetapi karena banyaknya kasus yang menyebar dan banyaknya pemimpin-
pemimpin rakyat yang melakukan tindakan korupsi tersebut itu adalah salah satu
dari hilangnya moral pada diri pemimpin tersebut.
Karena banyaknya kasus dan kurangnya waktu KPK untuk menyelesaikan
masalah kasus korupsi tersebut membuat KPK tidak bisa menyelesaikan secara
maksimal. Dalam hal ini KPK sangat berguna untuk membantu Indonesia dalam
menyelesaikan atau memberantas korupsi yang ada di negara ini tetapi anehnya
kemarin ada keputusan tentang RUU KUHP KPK yang undang-undang ini berisi
tentang melemahkan KPK untuk memberantas korupsi secara merinci oleh sebab
itu pada tanggal 23 September 2019 para mahasiswa yang ada Indonesia
melakukan demo besar-besaran di kantor DPR daerahnya masing-masing agar
pemerintah membatalkan tentang pelemahan KPK sebagai komisi pemberantasan
korupsi, hampir seluruh universitas yang ada di Indonesia melakukan demo untuk
penolakan RUU KUHP bahkan ada korban ketika sedang melakukan demo besar-
besaran tersebut. Banyak sekali mahasiswa-mahasiwa yang membuat banner atau
tulisan-tulisan yang menolak KPK dilemahkan bahkan tak hanya dengan
kemarahan mahasiswa tersebut ada yang membuat banner-banner tersebut dengan
cara yang lucu-lucu, mungkin kemarin adalah bangkitnya mahasiwa setelah sekian
lama terdiam karen ademo kemarin mirip dengan demo pada tahun 98 yang ingin
melengsarkan Presiden Soeharto pada saat itu juga sangat pecah karena para
mahasiswa turun ke jalan.
5. Penerapan Legitimasi Moral kepada para Pemimpin
Seorang pemimpin harus memiliki moral yang baik karena tugas pemimpin
adalah tugas yang cukup berat karena kita harus menjadi pemimpin yang berarti
memimpin atau sesorang yang menjadi panutan rakyatnya. Apabila seorang
pemimpin memiliki perilaku buruk dan tidak bisa bertanggung jawab atas
tugasnya bagaimana nasib rakyatnya yang ada berada dibawahnya, bahwa
seharusnya pemimpin memiliki moral yang baik dan patut ditiru seperti yang
sudah dicantumkan dalam legitimasi moral yaitu menjadi seorang pemimpin
harus memiliki kejujuran dan ketulusan walaupun sah secara konstitusional tetapi
apabila melakukan korup berarti seorang pemimpin tersebut sudah kehilangan
legitimasi moralnya. Dan disinilah rangkaian protes akan bermunculan untuk
memperjuangkan hak rakyat karena sudah dikhianati oleh pemimpinnya sendiri
karena manusia bukan hanya ingin makan dan minum lalu memiliki atap tetapi
juga ingin di pertanggung jawabkan oleh pemimpinnya atas janji-janjinya yang
diberikan selama kampanye, menjadi pemimpin yang baik harus bisa menerapkan
legitimasi moralnya secara baik dan benar bukan hanya menunjukkan moral
baiknya ketika dalam kampanye saja.
Sebenarnya menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah maka dari
itu ketika salah satu orang yang sudah diberikan kepercayaan tetapi tidak bisa
amanah akan apa yang sudah sepenuhnya dipercayakan oleh masyarakat itulah
yang membuat masyrakat sering kali melakukan aksi demo karena memang moral
seorang pemimpin di masa kini sangat sedikit yang dapat bersikap sesuai dengan
bagaimana kaidah pemimpin itu seharusnya. Dalam legitimasi moral sudah
dijelaskan bahwa seorang pemimpin rakyat harus memiliki sikap kebijaksaan dan
kejujuran dari pemimpin, harapan masyrakat di Indonesia hanya ingin memiliki
pemimpin yang bisa menepati janji-janjinya pada saat kampanye dan juga
menjauhkan dari perilaku korup atau serakah pada rakyat kecil.
DAFTAR PUSTAKA