NASKAH PIDATO
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik.
Disusun Oleh :
HELEN GRACIELA
NPM : 6211181093
CIMAHI
2018
BAGIAN I
PEMBUKAAN
Saya yakin bahwa kita sering mendengar kata “moral” yang diucapkan,
seperti moralitas bangsa, tidak punya moral, moralnya kurang, sangat bermoral dan
sebagainya. Kata “moral” biasanya akan diucapkan begitu saja jika dalam kondisi
marah dalam bentuk umpatan atau juga dalam memberi nasehat ataupun pidato para
pemimpin.
Menurut asal-usul katatanya “moral” berasal dari kata mores dari Bahasa
Latin, lalu kemudian diartikan atau diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”
ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dan
sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik maupun buruk. Namun pada umumnya, moral adalah
istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang
mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral,
artinya tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya
sehingga moral merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Ciri orang bermoral dan tidak bermoral adalah jika seseorang melakukan
tindakan sesuai dengan nilai rasa dan budaya yang berlaku ditengah masyarakat
tersebut dan dapat diterima dalam lingkungan kehidupan sesuai aturan yang berlaku
maka orang tersebut dinilai memiliki moral.
Kata moral atau akhlak sering kali digunakan untuk menunjukkan pada
suatu perilaku baik atau buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai
kehidupan pada seseorang. Terlepas dari perbedaan kata yang digunakan baik moral,
etika, akhlak, budi pekerti mempunyai penekanan yang sama, yaitu adanya kualitas
yang baik yang diterapkan pada perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari,
baik sifat-sifat yang ada dalam dirinya maupun dalam kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat.
Nilai baik sekaligus ciri manusia bermoral sebagai makhluk individu dapat
dilihat dengan adanya perilaku seperti jujur, dapat dipercaya, adil, bertanggung
jawab dan lain-lain, maupun sebagai makhluk sosial dalam hubungannya dengan
masyarakat, seperti kejujuran, sikap hormat sesama individu, tanggung jawab,
kerukunan, kesetiakawanan, solidaritas sosial dan sebagainya.
Berbicara mengenai moral setiap individu tentu tidak lepas dari dampaknya
dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dalam bidang Politik karena moral
yang dimiliki para aktor dalam bidang politik akan sangat menentukan arah “politik”
tersebut akan dibawa, apakah menuju kesejahteraan atau terjerumus dalam
kesengsaraan.
BAGIAN II
ISI
Seperti yang kita ketahui, Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang
mendominasi wacana di media, setiap hari masyarakat disuguhi dengan berbagai
berita politik yang sudah mendarah danging di Indonesia. Kondisi politik di
Indonesia saat ini kurang begitu baik, bahkan jauh dari kata “bermoral” bila dilihat
dari kasus-kasus yang menimpa beebrapa pejabat di Indonesia yang marak terjadi
dan justru saling memperebutkan kekuasaan.
Stigma politik itu kotor (jahat) memang telah memenuhi ruangan publik
selama berabad-abad. Bukan hanya saat ini, tetapi jauh sebelumnya, bahwa politik
selalu dipraktekan untuk menindas orang lain. Sehingga sangat sulit untuk
membangun kembali stigma baru yang tidak memisahkan antara aktivitas politik
dan nilai moralitas.
Politik dan moral, bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang bertentangan,
terpisah satu dengan yang lain. Dimana moral mewakili dunia spiritual sedangkan
politik mewakili dunia materil. Moral adalah kejujuran nurani, sedangkan politik
adalah akal muslihat yang menipu. Politik disatu sisi merupakan sesuatu yang
rendah dan kotor serta menghalalkan segala cara, sedangkan moral di sisi lain
adalah sesuatu yang suci dan agung.
Aktivitas politik yang menyimpang ini, memang sudah menjadi tradisi dan
standar penilaian bagi system politik yang ada, yang membuat nilai-nilai moralitas,
kejujuran,keadilan, tanggungjawab dan amanah, keteladanan dan cita-cita mulia
sudah sangat jauh dari kehidupan perpolitikan.
Tetapi disisi lain, pandangan tentang realitas politik diatas sangatlah keliru,
jika diperhadapkan dengan konsepsi moralitas dalam hubungannya dengan fitrah
manusia, apakah moralitas dan politik merupakan sesuatu yang bertentangan
ataukah keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Maka referensi
historis islam yang berkaitan dengan praktek pemerintahan dan kekuasaan, sudah
pasti akan merubah pandangan kita tentang politik.
Kemiskinan tidak hanya di alami oleh orang dewasa akan tetapi para
pemuda penerus bangsa kian menjadi korban diantaranya putus sekolah dan
kelaparan dan lain-lainnya. Lalu kemana para pejabat bersembunyi untuk
menyikapi permasalah seperti ini? para pejabat masih belum tersentuh untuk
menuju ke situ akhirnya masih berkutat dengan masalah kekuasaan.
Para elit politik di Indonesia tidak hanya menguras uang rakyat akan tetapi
mereka juga berlomba-lomba membuat kebijakan yang tidak pro rakyat serta sarat
akan kepentingan-kepentingan golongan mereka sendiri. Disamping kebijakan-
kebijakan yang tidak pro rakyat, banyak pula partai politik yang mengedepankan
pesan moral melalui slogan-slogan kesejahteraan namun justru malah terjerumus
dalam kasus korupsi. Selain hal tersebut, pemilihan selebritis tanah air sebagai
anggota partai politik juga menjadi faktor yang membuat politik di Indonesia
semakin tidak jelas. Partai politik memilih selebritis tanah air untuk menjadi
anggotanya dengan tujuan mendapat popularitas agar lebih banyak rakyat yang
memilih partai itu dengan maksud mendapatkan kursi di jajaran wakil-wakil rakyat.
Sebenarnya yang dibutuhkan bukanlah kepopuleran, seharusnya partai politik
memilih anggota yang mahir pada bidangnya agar dapat memberikan kinerja yang
optimal untuk membangun politik Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Jika kondisi pemerintah terus seperti ini maka tidaklah mustahil jika rakyat
tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan masyarakat inilah yang sangat
berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya, masyarakat akan cenderung apatis
terhadap kondisi sebuah negara karena kestabilan negara juga di pengaruhi oleh
kestabilan politik yang ada di negara tersebut. Apabila gejolak politik di suatu
negara terus menerus bergejolak maka tidak mustahil jika terjadi peperangan, dan
pada akhirnya masyarakat yang menjadi korban seperti negara negara di timur
tengah.
Sama halnya dengan kondisi politik suatu bangsa yang tidak mempraktekan
keadilan dan kebenaran maka itu disebut sebagai kediktatoran dan kesewenang-
wenangan politik. Sedangkan Imam Khomeini menyebut politik seperti ini sebagai
kekuasaan tagut atau “politik setan”.
Dengan begitu, tujuan politik haruslah selalu mengarah ke hidup yang baik,
bersama dan untuk orang lain dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan
membangun institusi-institusi yang adil.
Jadi praktek “politik moral” inilah yang harus dipraktekan oleh semua
bangsa, termasuk Bangsa Indonesia, yang akan membawa masyarakat dan
bangsa kita kepadakehormatan, kepedulian sosial, kesejahteraan, kebebasan dan
keadilan. Bukan pada kebodohan, pengangguran, kemiskinan, eksploitasi
sosial, keterpecahan, kelemahan dan penyerahan serta ketundukan kepada pihak
asing.
Kita semua tahu bahwa politik yang bermoral itu sangatlah penting
untuk sebuah negara, maka sudah seharusnya seorang pemimpin negara (presiden)
segera sigap untuk menciptakan politik yang bermoral agar negara dan
masyarakatnya sejahtera dan hidup makmur.
Politik yang bermoral baik hanya bisa dihasilkan oleh mereka memiliki
moral baik. Mustahil seseorang dapat menjalankan politik dengan baik jika
pribadinya sendiri tidak memiliki moral ataupun etika yang baik dan benar.
Ada beberapa cara untuk menciptakan poltik yang bermoral yang dapat
dilakukan oleh seorang presiden, yang akan berhasil jika seluruh rakyatnya juga
membantu dan berpartisipasi dalam menciptakan politik yang bermoral. Oleh
karena itu peranan warga negara juga penting untuk menciptakan tujuan bersama.
3. Membuat peraturan yang tegas dalam bidang politik dan memberi efek
jera agar tidak ada yang berani melanggarnya.
Peraturan dalam bidang politik dapat mendorong terwujudnya penerapan
hukum yang lebih baik lagi maka dari itu dibutuhkan penegasan peraturan
berpolitik termasuk mengenai sanksi atau hukuman yang diperuntukkan bagi
penyalahguna kekuasaan agar dapat memberi efek jera bagi siapapun yang
melanggarnya dan memberi rasa “takut untuk menyalahgunakan kekuasaan”
Menjadi seorang pemimpin dalam hal ini seorang presiden adalah suatu
kebanggaan sekaligus merupakan wadah dari seluruh harapan rakyat Indonesia.
Menjadi presiden tidaklah mudah karena seorang presiden mempunyai tanggung
jawab yang berat di dunia maupun di akhirat.