Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Taqiuddin Akram FAI Pend.

Agama Islam

STUDENT TODAY LEADERS TOMORROW


BANGSA ini sedang butuh pemimpin. Seorang pemimpin yang bisa mengubah keadaan bangsa ini menjadi lebih baik. Banyak orang yang mendefinisikan pemimpin adalah orang yang mampu dan memiliki kemampuan mengatur, mengelola, serta dirinya sendiri, orang lain, dan komunitas. Definisi pemimpin yang sebenarnya bukan lah hanya sebatas itu. Pemimpin adalah pelayan, pemimpin adalah teladan, pemimpin adalah penginspirasi, dan banyak definisi lain tentang pemimpin. Akan tetapi apakah benar mahasiswa yang saat sekarang ini bisa menjadi seorang yang layak kita sebut sebagai seorang pemimpin kelak?, tentu tidak. Apalagi saat ini sudah mulai hilangnya tuju budi luhur yang harus dimiliki seseorang. Tuju budi luhur tersebut yaitu : Hilangnya kejujuran, Hilangnya rasa tanggung jawab, Tidak berpikir jauh kedepan (Visioner), Rendahnya disiplin, Krisis kerjasama, Krisis keadilan, dan Krisis kepedulian. Cara untuk mencetak pemimpin bangsa di masa yang akan datang adalah dengan cara memberi motivasi kepemimpinan pada siswa/mahasiswa khususnya, yang sedikit banyak itu akan merubah pola fikir mereka baik secara langsung maupun tidak langsung. Khususnya materi tentang Kejujur, Tanggung jawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil, dan Peduli. Karakter adalah kunci utama dari permasalahan ini, memang di setiap mata pelajaran baik jenjang SMA maupun Universitas sudah di campur dengan bimbingan karekter, tapi itu belum cukup, karena hal yang paling berpengaruh terhadap karakter seorang siswa / mahasiswa adalah keluarga dan lingkungan. Menjadi pemimpin bukan dilihat dari bakat atau tidak bakat. Pandangan ini salah. Tapi merupakan proses. Harus ada dari dalam diri, Apa yang salah? Ada yang berkata, ketika pemimpinnya baik, maka rakyatnyapun akan baik dan sejahtera. Kalau sudah begini kasusnya, apakah berarti di Indonesia memiliki pemimpin yang baik saat ini? Saya percaya, masih banyak sosok pemimpin yang baik di negeri ini tapi kebanyakan dari mereka tidak mendapat ruang cukup untuk memegang kekuasaan, terlalu banyak kepentingan di negeri ini. Terkadang juga orangtua menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada lembaga itu seperti omong kosong, pendidikan di lembaga itu hanya salah satu proses yang harus

dilalui. Itu artinya keluarga dan lingkungan adalah hal yang paling berpengaruh dalam pendidikan karakter kepemimpinan. Yang saya lihat, mahasiswa sekarang semakin banyak yang apatis, dan saya khawatir itu akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia kedepannya. Dan banyak berinteraksi tidak hanya dengan teman yang itu-itu saja dapat menjadi solusi untuk mengurangi apatisme mahasiswa. Dengan terbentuknya karakter, jiwa sosial, dan berkurangnya apatisme, mahasiswa sebagai agen perubahan dan calon pemimpin bangsa dapat menjadi pemimpin yang lebih baik untuk masa depan Indonesia. Setidaknya ada 3 hal yang harus dipersiapkan pemuda masa depan dalam menghadapi pola kepemimpinan yang lebih memahami aspek kerakyatan. Pertama, prinsip hidup yang cerdas, maka dia akan berpikir, berbicara dan bertindak cerdas. Sehingga dia tidak akan mudah untuk melakukan sesuatu yang justru akan menghancurkan dirinya, dan masyarakat yang ada disekelilingnya. Kedua, seorang pemimpin haruslah memiliki sikap yang mandiri, ketika seorang pemimpin tidak memiliki sikap mandiri maka sama saja dia memiliki mental yang lemah yang akan membuat dia dapat diatur oleh sekelompok orang yang memiliki niat buruk. Bentuk dari sikap yang mandiri ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata dengan bentuk ketika kondisi mental seseorang, opini, atau cara berpikir seseorang tersebut direfleksikan dalam perkataan, tindakan, pemikiran dan perilakunya yang mandiri tanpa harus selalu tergantung pada orang lain sehingga terbentuk dalam sikap atau keteguhan tekad. Ketiga, seorang pemimpin haruslah memiliki komitmen perilaku yang bernurani. Maksudnya adalah ketika seseorang menjadi pemimpin dia haruslah mengaplikasikan keyakinan dan kesungguhan dalam hidupnya dalam melakukan sesuatu, sampai tercapainya harapan yang diinginkan tercapai dengan acuan nurani atau perasaan yang tidak akan melukai atau menyakiti orang lain.

Anda mungkin juga menyukai