Agama Islam
dilalui. Itu artinya keluarga dan lingkungan adalah hal yang paling berpengaruh dalam pendidikan karakter kepemimpinan. Yang saya lihat, mahasiswa sekarang semakin banyak yang apatis, dan saya khawatir itu akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia kedepannya. Dan banyak berinteraksi tidak hanya dengan teman yang itu-itu saja dapat menjadi solusi untuk mengurangi apatisme mahasiswa. Dengan terbentuknya karakter, jiwa sosial, dan berkurangnya apatisme, mahasiswa sebagai agen perubahan dan calon pemimpin bangsa dapat menjadi pemimpin yang lebih baik untuk masa depan Indonesia. Setidaknya ada 3 hal yang harus dipersiapkan pemuda masa depan dalam menghadapi pola kepemimpinan yang lebih memahami aspek kerakyatan. Pertama, prinsip hidup yang cerdas, maka dia akan berpikir, berbicara dan bertindak cerdas. Sehingga dia tidak akan mudah untuk melakukan sesuatu yang justru akan menghancurkan dirinya, dan masyarakat yang ada disekelilingnya. Kedua, seorang pemimpin haruslah memiliki sikap yang mandiri, ketika seorang pemimpin tidak memiliki sikap mandiri maka sama saja dia memiliki mental yang lemah yang akan membuat dia dapat diatur oleh sekelompok orang yang memiliki niat buruk. Bentuk dari sikap yang mandiri ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata dengan bentuk ketika kondisi mental seseorang, opini, atau cara berpikir seseorang tersebut direfleksikan dalam perkataan, tindakan, pemikiran dan perilakunya yang mandiri tanpa harus selalu tergantung pada orang lain sehingga terbentuk dalam sikap atau keteguhan tekad. Ketiga, seorang pemimpin haruslah memiliki komitmen perilaku yang bernurani. Maksudnya adalah ketika seseorang menjadi pemimpin dia haruslah mengaplikasikan keyakinan dan kesungguhan dalam hidupnya dalam melakukan sesuatu, sampai tercapainya harapan yang diinginkan tercapai dengan acuan nurani atau perasaan yang tidak akan melukai atau menyakiti orang lain.