Anda di halaman 1dari 9

Pemimpin Ideal (Versiku)

Posted on August 21, 2007 by Luciana Spica Almilia


Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang dapat berkomunikasi secara efektif dalam situasi apapun dan
bijaksana. Pemimpin yang dapat BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF adalah:
1. Memberikan informasi yang update kepada seluruh bawahan dan koleganya secara terus-
menerus, fakta yang terjadi di lapangan.
2. Secara proaktif meminta umpan balik dari bawahan.
3. Memastikan adanya tindak lanjut atas masalah yang terjadi dalam suatu organisasi.
4. Selalu mengupdate informasi yang dimiliki berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan.
TIPE PEMIMPIN BIJAKSANA:
1. Memiliki rasa percaya diri dan dapat mengatakan bisa pada diri sendiri untuk dapat menyelesaikan
suatu masalah.
2. Sensitif terhadap perasaan/emosi pihak lain/anak buah.
3. Dapat menyelesaikan masalah dengan cepat yang menjadi tanggungjawabnya dan terbiasa
mendisiplinkan diri untuk mencari solusi setiap masalah dan bersikap action oriented.
4. Berpikir kedepan dan selalu berpikir contigency plan yaitu selalu mengembangan pikiran dalam
beberapa skenario untuk mengantisipasi kondisi yang akan terjadi, disini anda akan lebih
terlihat powerful.
5. Pikirkan selalu kenyamanan anggota organisasi dalam bekerja.
PEMIMPIN YANG BIJAKSANA TIDAK DISARANKAN:
1. Menutup-nutupi permasalahan, berbohong atau mengatakan sesuatu yang sifatnyamisleading. Walau
sebagai pemimpin, harus menyimpan hal-hal yang bersifatcinfidential, namun hal-hal yang sifatnya
terkaitn dengan keamanan, kesejahteraan harus disampaikan secara terbuka.
2. Menjanjikan sesuatu yang belum ada kejelasannya untuk direalisasikan.
3. Menyalahkan pihak lain atau mencari kambing hitam atas terjadinya masalah.

Seth Godin seorang ahli perubahan dan kepemimpinan menyarankan 7 sifat yang membuat pemimpin mampu
menghadapi tantangan di abad 21, saya akan coba mencari hubungan dengan dunia pendidikan.
1. Challenge Tantangan. Pemimpin yang baik memberi tantangan kepada komunitas sekolahnya. Tantangan
disini tidak selalu dalam pengertian prestasi yang terukur, lulus UAN 100 persen misalnya. Walaupun hal
tersebut juga bukan hal yang jelek tetapi mengapa tidak dicoba hal-hal lain. Sekolah bebas bullying, sekolah
yang melek TIK atau mengefektifkan pembelajaran di kelas dengan perencanaan yang matang misalnya .
Banyak hal yang bisa dijadikan tantangan, dan hanya pemimpin sekolah yang baik yang bisa membuat
tantangan menjadi kenyataan. Terkadang terlalu tinggi menggantung standar juga akan berakibat tidak
baik, hitunglah sumber daya dan keunggulan apa yang sekolah punyai. Baru kemudian tantangan atau target
bisa dimulai dari sana. Ingat sukses yang besar dimulai dari sukses yang kecil-kecil
2. Culture Budaya. Pemimpin yang baik secara sadar menciptakan budaya. Budaya tepat waktu, bisa dimulai
dari hal yang kecil, tidak terlambat saat memulai rapat, atau masuk sekolah. Budaya menghormati orang lain
bisa dimulai dengan mematikan HP saat rapat sedang berlangsung dan tidak berbicara satu sama lain saat
ada orang yang berbicara didepan podium. Hal-hal yang sederhana namun diterapkan secara terus menerus
bisa dengan mudah menjadi budaya positip di sekolah. Jangan lupa memberi selamat atau reward kepada
guru atau siswa yang mempraktekan kebiasaan yang baik.
3. Curiosity Ingin tahu. Pemimpin sekolah yang baik selalu ingin tahu. Selalu bertanya untuk segala
kemungkinan yang terbaik. Jika ada guru atau siswa mengeluhkan mnegenai sesuatu hal, ia akan
mengajarkan atau memberi contoh untuk mencari tahu apa yang mungkin bisa dilakukan sekaligus bersama-
sama mencari jalan keluar. Memang sudah menjadi tugas pemimpin untuk menangani keluhan dari semua
pihak, guru, siswa dan orang tua. Namun pemimpin yang baik bisa mendengarkan, memberi masukan
sekaligus menyelesaikan dengan bijaksana.
4. Charisma - Berkarisma. Karisma bukan hal yang wajib bagi pemimpin. Orang seperti Soekarno memang
berkarisma, buat kita yang orang biasa, berharap mempunyai karisma seperti beliau nampaknya hanya
mimpi. Semua pemimpin sebenarnya dengan gampang bisa mempunyai karisma, tergantung caranya
memimpin.
5. Communicate Berkomunikasi. Pemimpin yang baik berbicara dengan kita bukan berbicarakepada kita.
Merupakan sebuah hal yang berbeda bukan? Kedua istilah tersebut kelihatan sederhana. Namun terasa sekali
bedanya. Ketika seorang pemimpinyang baik berbicara dengan staf, guru atau orang tua saat yang sama
pemimpin menjadi pendengar yang baik, mau mengerti dan menempatkan harga diri rasa kepercayaan serta
itikad baik terhadap orang lain diatas segalanya.
6. Connect Terhubung. Pemimpin disekolah yang baik selalu terkoneksi dengan semua orang. Dengan cepat
orang lain bisa tahu apa yang sedang dikerjakan olehnya. Caranya bisa bermacam-macam dari berbicara
didepan rapat mengenai apa yang dilakukannya, menulis di bulletin sekolah sampai menulis blog di internet.
Tidak usah dengan artikel yang panjang dengan dot points saja sudah cukup untuk memberi kabar pada
semua orang yang terlibat dengan pekerjaannya sebagai pemimpin.
7. Commit komitmen. Pemimpin yang baik menaruh komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan dan
perasaan orang-orang disekitarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menyenangkan
semua orang, tapi pemimpin yang baik tahu apa masalah mandasar yang semua orang inginkan dan rasakan.
Juga tidak melulu masalah penggajian. Sebab kadang persoalan gaji di sekolah swasta tergantung dengan
kemampuan sekolah dan banyak nya siswa. Masih banyak cara mensejahterakan bawahan, persoalannya
pemimpin yang baik tahu cara mencari benefit atau keuntungan lain yang bisa didapat oleh bawahannya
dengan bekerja di sekolah yang ia pimpin.

Memilih Pemimpin yang Ideal
Opini dimuat di Suara Karya, edisi selasa 02
September 2008
Oleh Moh Yasin
Pasca kemerdekaan RI 1945, estafet kegagalan kepemimpinan negara Indonesia tidak pernah mengalami titik terang,
mulai dari kegagalan politik dan ekonomi di era pemerintahan Sukarno, kegagalan tinggal-landas di era pemerintahan
Suharto, serta kegagalan demokratisasi dan lunturnya ideologi di tangan para pemimpin Indonesia era reformasi hingga
sekarang.

Berkali-kali pesta demokrasi digelar di negeri ini, menghabiskan APBN terilyunan rupiyah, namun rakyat tak kunjung
menemukan sosok pemimpin yang bisa membawa pada kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, dan
sekaligus menjadi teladan atau panutan rakyat. Yang ada hanya ritual pergantian pemimpin yang diwarnai dengan
kecurangan, kekerasan, suap menyuap, dan sikap ketidak dewasaan dalam berpolitik. Meminjam istilah Olle Tornquist,
proses demokrasi di Indonesia sejauh ini, hanya menghasilkan Demokrasi Kaum Penjahat, dengan melahirkan para
negarawan yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi dan golongan ketimbang kepentingan rakyat sebagai pemilik
kedaulatan.

Proses demokrasi yang buruk tersebut tak lepas dari kecenderungan masyarakat Indonesia yang masih rendah akan
pendidikan politik, sehingga tidak mau berpikir panjang dalam menjatuhkan pilihan sosok pemimpin dalam sebuah
penyelenggaraan pesta demokrasi. Rakyat masih mudah tertipu dengan hal-hal yang bersifat iming-iming, janji-janji
manis, dan pemberian imbalan materi yang bersifat sesaat.

Seolah masyarakat lupa bahwa falsafah jawa telah memberi petunjuk yang jelas mengenai kriteria seorang pemimpin
yang bisa membawa nusantara ini pada kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.

Falsafah jawa mengajarkan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin jika ia mendapatkan wahyu kedaton. Raja-raja
kerajaan jawa mendapatkan wahyu kedaton berkah dari kekuatannya yang luar biasa, raja tidak lain adalah para super
jago atau orang pilihan. Dalam konteks negara demokrasi, Raja tidak lain adalah Presiden. Sementara wahyu yang
harus didapat dari Presiden adalah berupa dukungan rakyat mayoritas, untuk itu wahyu Presiden tidak lain adalah
rakyat, karena dalam sistem demokrasi suara rakyat adalah suara Tuhan.

Lantas siapakah yang berhak menjadi seorang pemimpin? Siapakah yang berhak mendapatkan wahyu berupa
dukungan rakyat mayoritas? Falsafah jawa mengajarkan bahwa kepemimpinan bukan monopoli beberapa orang, sebab
Tuhan memberi kesempatan kepada siapa saja. Untuk itu yang berhak menjadi seorang pemimpin adalah mereka yang
selalu berupaya, berusaha, dan berjalan menuju kesempurnaan. Orang yang demikianlah nantinya yang berhak
menjadi pemimpin..

Tepat pada tahun 2009, rakyat Indonesia akan dihadapkan pada persoalan menentukan pemimpin baru untuk periode
lima tahun. Agar rakyat tidak lagi keliru dalam menentukan pemimpin, ada beberapa kriteria dan konsep dalam
kepemimpinan jawa yang kiranya perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Dimana kriteria dan konsep tersebut
dapat ditafsirkan dan dirumuskan dalam konteks negara modern atau negara penganut demokrasi.

Dalam Serat Wulang Reh dijelaskan bahwa seorang pemimpin apabila tidak memahami tanda-tanda kehidupan
kepemimpinannya cenderung tidak punya arah. Pemimpin yang demikian cenderung cinta dan mengabdikan hidupnya
hanya pada kekuasaan, harta, dan jabatan. Bahkan buta akan kesejahteraan, kedamaian, kemakmuran dan keadilan
rakyatnya.
Gadjah Mada, orang yang sukses membawa kemajuan Nusantara,--mengerti akan apa arti sebuah kepemimpinan,
bagaimana cara membangunnya dan bagaimana cara menjalankan kepercayaan, telah memberi peninggalan pada
masyarakat jawa mengenai sosok pemimpin ideal dan kunci kerberhasilan sebuah negara. Menurutnya pemimpin besar
harus memiliki enam kriteria, abhikamika simapatik, prajna arif dan bijaksana, ustada proaktif, atmasampat
berkepribadian luhur, sakya samanta bisa mengontrol, aksuda parisakta akomodatif dan cerdik dalam berunding, dan
stabilitas adalah kunci keberhasilan membangun sebuah negara.

Gadjah Mada juga mewariskan lima cara yang harus dimiliki seorang pemimpin besar dalam menjalankan roda
kepemimpinan, handayani hanyakra purana senantiasa memberi motifasi pada bawahan, madya hanyakrabawa dekat
dengan rakyat dan selalu terlibat dalam pelaksanaan pengambilan keputusan, ngarsa hanyakrabawa menjadi teladan
bagi rakyatnya, ngarsa bala wicara menggunakan cara yang cerdas, kreatif dan inofatif dalam menjalankan
kepemimpinan, ngarsa dana upaya memiliki pengabdian dan pengorbanan yang besar demi rakyat dan negara.

Selain peninggalan ajaran Gadjah Mada, seorang pemimpin yang baik, menurut falsafah jawa adalah mereka yang mau
meneladani perwatakan alam atau ajaran hasta brata. Yaitu ajaran yang dipetik dari serat rama jarwa yaitu ajaran
keteladanan kepemimpinan delapan Dewa yakni, Dewa Endra, Dewa Surya, Dewa Bayu, Dewa Kumara, Dewa Baruna,
Dewa Yama, Dewa Candra, dan Dewa Brama.

Ajaran hasta brata terdiri dari delapan perwatakan alam, seorang pemimpin harus; (1) berwatak bumi, seorang
pemimpin harus suka berderma, memberi dan menerima sebagaimana watak bumi (2) berwatak air, seorang pemimpin
harus punya sikap rendah hati, tenang, dan lemah lembut (3) berwatak angin, seorang pemimpin harus mengerti
persoalan masyarakat, karena ia akan menghadapi berbagai persoalan dan kebijakan penting (4) berwatak lautan,
pemimpin harus luas hati, siap menerima keluhan dan siap menerima beban yang berat tanpa keluh kesah (5) berwatak
rembulan, pemimpin harus selalu memberi penerangan pada siapa pun dengan keindahan religiusitas dan spiritualitas
(6) berwatak matahari, pemimpin harus memberi daya, energi, kekuatan atau power terhadap rakyatnya (7) berwatak
api, pemimpin harus selalu bisa menyelesaikan masalah dengan adil dan tidak pilih kasih dan (8) berwatak binatang,
seorang pemimpin harus mempunyai kepribadian luhur dan cita-cita yang tinggi (Arwan Tuti Artha, Satria Pinili, hlm. 12-
15).

Dimana ajaran hasta brata ini merupakan ajaran yang diberikan oleh Prabu Rama Wijaya kepada Prabu Wibisana
sebelum naik takhta ke kerajaan Alengka. Dan delapan ajaran hasta brata tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi
perilaku raja-raja besar agar seorang pemimpin menjadi sosok pemimpin yang adil, berwibawa, arif dan bijaksana.

Ajaran falsafah jawa tentang kriteria pemimpin ini mungkin bisa menjadi solusi baru untuk memberikan pendidikan
politik bagi rakyat agar rakyat tidak lagi sembrono dan bisa menimbang secara matang dalam menetapkan sosok
pemimpin yang sempurna, terutama pada Pilpres 2009 nanti, yang sejauh ini masih tarik ulur wacana antara sosok
pemimpin muda dan pemimpin tua dalam kepemimpinan Indonesia mendatang.
Tips Memilih Pemimpin
OPINI | 28 April 2010 | 11:02 215 4 Nihil

Tak lama lagi kita (yang tinggal dibeberapa daerah/ kab/kota akan menunaikan hak demokratis kita sebagai WNI yg
baik; memilih gubernur & wakil gubernur ,serta bupati/ walikota serta wakilnya. Tahukah anda pemimpin seperti apa
yang harus kita pilih/ dukung? Apakah yang pintar? Kaya? Yang paling lancar ngomong & paling pedas? Atau nunggu
serangan fajar saja dulu, baru menentukan sikap?
Kawan, ternyata ada cara sederhana tapi jitu dalam memilih pemimpin idaman itu. Pemimpin yang sehati dengan kita,
dan tahu apa yang kita mau. Pemimpin pejuang yang akan berjuang sekuat tenaga demi menyejahterakan kita,
membawa kita ke keadaan yang lebih baik. Calon pemimpin itu memiliki sifat sbb:
1).Pilihlah pemimpin yang SIDDIQ; benar, yaitu org yg bersikap benar, berkata benar dan mempunyai buah pikiran yg
benar pula. Satu kata dengan perbuatan, bisa dijadikan contoh dan bukan hipokrit.
2).AMANAH. pemimpin harus amanah; terpercaya, karena punya integritas & watak yg kuat. Teguh dalam bersikap.
Pilih mereka yg mengamalkan seperti kata Thomas Jefferson; IN MATTERS OF STYLE, SWIM WITH THE
CURRENT,(BUT) IN MATTERS OF PRINCIPLES, STAND LIKE A ROCK. Teguh dalam sikap tapi tetap moderat.
3).TABLIG. Seorang pemimpin itu berani menyampaikan, memaparkan kebenaran dg terang- benderang, dg cara yg
benar pula. Ia juga pengemban ampera(amanat penderitaan rakyat) serta bersungguh- sungguh menunaikannya.
Sehari- hari, ia memang dekat dg rakyat. Tidak mendadak akrab dg rakyatnya karena mau pilkada saja.
4).FATHONAH. Pemimpin itu harus cerdas, skillful, visioner, mampu menangkap gejala yg berkembang dimasyarakat &
mampu pula mengantisipasi/ menindaklanjutinya.
\
Pola Pemecahan Masalah dengan pengambilan keputusan
Masalah merupakan sesuatu yang selalu ada dan muncul pada sebuah usaha atau bisnis. oleh karena itu seorang
wirausahawan di dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut haruslah secara baik, bijak, dan
sangat minimal menimbulkan resiko usaha.
agar dalam pengambilan keputsan dapat dihasilkan sebuah keputusan yang baik, bijak, serta bermanfaat, maka harus
dicari penggunakan pola pengambilan keputusan yangbenar.
berikut ini langkah-langkah umum dalam pola pengambilan keputusan :
- Perumusan masalah
Untu dapat memecahkan masalah yang timbul maka perlu dicari lebih dahulu sumber permasalahan yang ada. apabila
permasalahanya telah jelas, maka mulai memasuki langka pemilihan model pemecahan masalah.
- Pemilihan Model Pemecahan Masalah yang di gunakan adalah yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
penggunaan model yang sesuai sangat diperlukan dalam pemecahan masalah karena pemecahan akan lebih terarah
dan pasti, sehingga pemecahan masalah disini tidak lagi bersifat coba-coba. Pemilihan model pemecahan masalah
yang tidak tepat akan mengakibatkan ketidaktepatan keputusan yang diambil.
- pengumpulan data disesuaikan dengan masalah yang akan mengakibatkan ketidaktepatan keputusan yang diambil.
- Pengumpulan data disesuaikan dengan masalah yang akan diselesaikan. Menurut sumbernya, data dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1).Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan langsung dari sumber aslinya (responden/ objek penilaian).
2). Data sekunder
Adalah data yang sudah dikumpulkan oleh peniliti terdahulu atau data yang sudah disiapkan oleh lembaga atau institusi
lain.
- Analisis data
Apabila data yang dierlukan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan
menggunakan berbagai model analisis. Sehingga nantinya akan diperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah
yang bisa digunakan dengan harapan masalah dapat diselesaikan secara lebih baik.
- Ranking alternatif dan pengambilan keputusan
Setiap alternatif pemecahan masalah masing-masing akan memiliki kelebihan maupun kekurangan, untuk itu perlu
dipilih alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
- Pengambilan keputusan
Berdasarkan ranking alternatif yang telah didapat kemudian dicoba untuk dilihat kemungkinan penerapannya, meliputi
keuntungan dan kerugian apa sajakh yang akan ditimbulkan. Alternatif pemecahan masalah yang mempunyai
kemungkinan penerapan paling baik yang diputuskan untuk dilaksanakan sebagai pemecahan masalah yang ada.

engenal Jenis-Jenis Makanan & Masakan Khas Palembang






10 Votes
Pernahkah anda menyadari bahwa kota Palembang ternyata sangat kaya akan berbagai jenis makanan dan masakan khas yang uuuueenaak bangeeeet.atau
super lezat. Mulai dari jenis kudapan seperti dessert; es kacang merah, srikayo dan puding yang terbuat dari agar-agar asli rumput laut, bolu, hingga masakan
misalnya ada pindang ikan patin meranjat (meranjat nama salah satu daerah di sumsel), tempoyak, berengkes tempoyak, sop buntut hingga makanan khas yang
sudah terkenal yaitu pempek dengan berbagai jenis; misalnya otak-otak ikan, pempek adaan, pempek kriting, pempek pastel, pempek telor, pempek panggang,
pempek lenggang, serta kerupuk juga dengan berbagai jenis, ada yang terbuat dari ikan, udang, dan cumi-cumi serta kepiting hingga kerupuk yang terbuat dari
belut dan bekicot yang terakhir ini berasal dari pulau bangka dan sekitarnya.
Kebanyakan orang Indonesia yang berasal dari suku lain, maksudnya yang bukan berasal dari Palembang dan sumsel hanya tahu bahwa makanan khas
palembang adalah pempek saja. Sehingga pempek memang yang paling dikenal daripada jenis makanan khas-nya yang lain. Padahal kenyataannya terdapat
banyak sekali jenis makanan dan masakan khas Palembang yang lain yang mungkin belum dikenal oleh orang Indonesia yang berasal dari suku lain. Sungguh
disayangkan bila anda sampai tidak tahu tentang jenis-jenis makanan dan masakan khas yang terdapat di Palembang karena semua jenis makanan dan masakan
tersebut sangat lezat dan sedap.
Tahukah Anda bahwa ternyata ada banyak sekali jenis makanan khas Palembang, mungkin kalo dihitung bisa lebih dari 30 jenis makanan yang super enaak dan
lezaaat yang terdapat di kota yang terkenal dengan pempek tersebut. Contohnya ada: Burgo, lakso, celimpungan, laksan, tekwan, model ikan dan model
gandum, rujak mi, mi celor, martabak HAR (martabak India), bolu delapan jam, bolu maksubah, itu baru jenis makanan kemudian untuk makanan pencuci
mulut atau dessert: ada srikayo, aneka puding yang terbuat dari rumput laut asli dan es kacang merah yang sangat khas yang tidak terdapat didaerah lain di
Indonesia. Kemudian untuk masakan ada tempoyak dan berengkes ikan (pepes ikan patin diramu dengan durian yang difermentasikan), ada pindang ikan patin
meranjat yang lezat sekali apalagi ditambah dengan sambal bacang/mangga putih muda dan makanannya selagi hangat dijamin pasti satu piring tidak cukup.
Bahkan pakar kuliner maknyus pak Bondan dan pak Wiliam Wongso sudah beberapa kali mengunjungi tempat-tempat kuliner di Palembang dan sudah
dipublikasikan di acara kuliner di beberapa televisi swasta.
Untuk jelasnya silahkan lihat sebagian jenis makanan tersebut dari gambar-gambar yang dipaparkan ini. Anda mau mencoba? sayangnya akan lebih terasa di
lidah rasa yang asli apabila anda mengunjungi langsung kota Palembang, karena meskipun mungkin di kota seperti Jakarta dan kota yang lain terdapat restoran
makanan dan masakan khas Palembang namun rasanya pastinya berbeda dengan rasa yang asli dari Palembang.



















Rumah adat palembang
Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas)
Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi
arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang
memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat
masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.

Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur
karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya. Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi.
Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu,
lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai
akhirnya dikepung perkampungan.

Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar. Rumah limas
yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu.

Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah
limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan
Hindia Belanda, atau saudagar kaya.

Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk
naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.

Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya
anak perempuan tidak keluar dari rumah.

Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit- langit
teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas.

Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan. Ruang
tamu sekaligus menjadi "ruang pamer" untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang
dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori.

Bagi pemilik rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang, mereka akan membuat lantai rumahnya bertingkat-
tingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut.

Salah satu rumah limas yang menghormati perbedaan adat itu adalah rumah limas milik keluarga almarhum Bayumi Wahab. Lantai rumah itu dibuat menjadi
tiga tingkat sesuai dengan urutan keturunan masyarakat Palembang, yaitu raden, masagus, dan kiagus. Rumah yang berada di Jalan Mayor Ruslan ini
awalnya berdiri di daerah Tanjung Sejaro, Ogan Komering Ilir. Rumah ini dipindahkan ke Palembang tahun 1962, tetapi rumah tersebut tidak lagi dipakai
sebagai hunian sehari-hari.

Rumah limas sebenarnya dapat menjadi hunian yang nyaman. Dengan sedikit sentuhan, rumah panggung dari kayu ini dapat menjadi tempat tinggal yang
hangat. Contohnya adalah rumah limas milik keluarga Muhammad Akib Nasution di Jalan Bank Raya, Palembang.

Rumah tersebut aslinya memiliki panjang 65 meter dan lebar 25 meter, tetapi karena tanah Akib di Palembang terbatas, rumah kayu itu pun terpaksa
dipotong. Panjangnya tinggal 25 meter dan lebar sekitar 8 meter.

Akib, mantan pegawai Dinas Pekerjaan Umum Sumsel, itu melakukan beberapa perubahan terhadap rumah limas tersebut. Bagian tangganya diganti
dengan tangga melingkar dari batu. Pintu masuknya diganti dengan daun pintu yang membuka ke arah dalam.

Bagian ruang tamunya lebih sempit karena ruang yang tersisa disekat menjadi empat kamar tidur. Meskipun tidak terlalu luas, ruangan tamu ini tetap
menjadi ruangan yang termewah.

Ruang berukuran delapan kali tiga meter tersebut diberi pembatas berupa panel ukiran motif bunga matahari, pakis, dan sulur-suluran. Ketika rumah itu
baru dipindah ke Palembang dan disusun kembali, Akib sengaja memesan panel ukiran baru kepada seorang perajin untuk menggantikan ukir-ukiran lama
yang sudah rusak.sekarang sudah sulit mencari perajin yang bisa mengukir sehalus dan serapi ini.

Warna cat yang kuning keemasan tetap dipertahankan sebagai ciri khas Palembang. Selain ukiran kayu, lemari hias berukir sepanjang dinding menjadi
penegas dari ruangan tamu.

Ruangan tidur utama memiliki kamar mandi pribadi, lengkap dengan bath tub dan shower. Akib tetap mempertahankan ciri khas pintu kamar yang dibuat
lebih tinggi dari lantai. Kebetulan ia dan istrinya gemar berburu barang antik sehingga ranjang buatan Belanda pun dipajang di tempat peraduan.

Karena ruangan yang terbatas, dapur bersih dan dapur kotor dibangun menyatu di bagian paling belakang rumah tersebut.
Namun, sayangnya keluarga Akib hanya menempati rumah tersebut selama dua tahun.

Begitulah, rumah limas yang tidak sekadar indah, tetapi juga mempunyai banyak filosofi di dalamnya, pelan-pelan tertinggal oleh kemajuan zaman

Baju khas Palembang
Baju Daerah asal Sumatera Selatan ini sesungguhnya
berasal dari masa-masa kesultanan Palembang sekitar abad ke 16 sampai pertengahan abad ke 19, dan dikenakan oleh
golongan keturunan raja-raja yang disebut Priyai. Baju daeraha dan Pakaian kebesaran untuk laki-laki dilengkapi dengan
tanjak (tutup kepala) yang terbuat dari kain batik atau kain tenunan. Tanjak dibedakan atas tanjak kepudang, tanjak meler
dan tanjak bela mumbang. Semuanya terbuat dari kain songket (kain tenunan tradisional) Palembang.
Baju daerah yang dipakai disebut kebaya pendek, atau bisa juga mengenakan kebaya landoong atau kelemkari yaitu kebaya
panjang hingga di bawah lutut. Baju daerah ini terbuat dari kain yang ditenun dan disulam dengan benang emas maupun
benang biasa yang berwarna, atau dapat juga dicap dengan cairan emas perada (diperadan). Pada bagian dalam dikenakan
penutup dada yang disebut kutang, terbuat dari kain yang ditenun, disulam, maupun diperadan. Tutup dada biasanya diberi
hiasan permata.
Pakaian bagian bawah berupa celana panjang yang dinamakan celano belabas, yang terbuat dari kain yang ditenun. Mulai
dari bagian bawah lutut sampai ke arah mata kaki disulam (diangkeen) dengan benang emas. Ada pula yang disulam dari
bagian pinggul sampai ke mata kaki dengan motif lajur. Jenis celana yang lain disebut dengan celano lok cuan (celana
pangsi; celana yang panjangnya sebatas lutut). Jenis celana ini tidak disulam dengan benang emas, dan ukuran celananya
lebih lebar.
Setelah celana panjang dikenakan selembar kain yang disebut sewet bumpak. Kain ini dibuat dengan cara ditenun, ditaburi
dengan bunga-bunga kecil dari benang emas, serta diberi tumpal benang emas. Kemudian pada bagian bawah selebar lebih
kurang 10 atau 12 cm. diberi pinggiran benang emas.
Baju daerah dan busana ini dilengkapi dengan ikat pinggang yang disebut badong, terbuat dari suasa, perak, atau tembaga
yang dilapisi emas. Pada bagian luarnya ditatah dengan abjad atau angka-angka Arab, yang diyakini dapat membawa berkah
dan keselamatan bagi pemakainya. Badong yang terkenal disebut badong jadam, yang dianggap jenis yang paling istimewa
karena memiliki khasiat ampuh. Badong ini terbuat dari campuran berbagai bahan logam.
Menjadi Pelengkap busana dan baju daerah yang lain adalah keris. Sarung keris (pendok) terbuat dari emas, suasa, atau
perak dengan tatahan bermotif bunga. Ada juga yang diberi batu permata, tergantung pada taraf ekonomi pemakainya. Keris
ini diselipkan pada lambung sebelah kiri, dan sarungnya tidak kelihatan karena ditutupi kain atau celana. Hanya seorang raja
yang boleh memakai keris dengan gagangnya menghadap keluar. Busana ini juga dilengkapi dengan alas kaki jenis terompah.

Baju Gede Atau Penganggon



foto:Dokumen
Pakaian Adat Palembang
PAKAIAN Adat erat kaitannya dengan sejarah serta adat dari daerah yang bersangkutan. Karena pakaian yang dikenakan
pada acara-acara tertentu di sebuah daerah di Indonesia mengadopsi dari pakaian yang dikenakan raja-raja zaman dahulu
yang ada pada suatu daerah tersebut. Begitu pula dengan Pakaian Adat Palembang. Pakaian Adat Palembang atau yang
biasa disebut dengan Baju Gede (Penganggonred) juga dipengaruhi sejarah akan kejayaan Kerajaan Sriwijaya serta
kebesaran Kesultanan Palembang Darusalam. Bahkan kita mengenal Pakaian Kebesaran Kerajaan Sriwijaya tersebut dengan
3 jenis Pakaian Adat Palembang, yaitu Aesan Gede, Aesan Pak Sangko, Aesan Sandang Mantri.
Untuk memastikan beragam Pakaian Adat Palembang ini, Majalah Dahsyat menyempatkan diri untuk mengunjungi Galeri Mir
Senen di Jalan AKBP HM Amin No 449 Palembang. Di tempat ini berkesempatan menemui salah satu penerus usaha dari
Almarhum H Muhammad Ali Gathmyr Senen, yaitu Alpa Hidayat Mir senen.
Dikatakannya, pada umumnya pakaian adat tidak boleh diubah. Meski demikian selama ini yang dilakukan perubahan
hanyalah pakaian pengantin. Karena pakaian pengantin diperbolehkan untuk dimodifikasi, kendati hal itu hanya menambah
pernak perniknya supaya pekaian tersebut terlihat lebih megah.
Dijelaskannya, Pakainan adat saat ini biasa hanya digunakan pasangan pengantin pada acara pernikahan saja. Kalau melihat
Adat Perkawinan Palembang jelas terlihat busana dan ritual adatnya mewarisi dari kejayaan raja-raja pada zaman Kerajaan
Sriwijaya. Dalam catatan sejarah tertulis bahwa pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya memiliki pengaruh sampai ke
Semananjung Melayu.
Sebagainana diketahui, pada zaman Kesultanan Palembang yang berdiri sekitar abad 16 dan pada zaman Palembang
Darussalam di masa silam, pakaian adat sebagian besar berbahan kain tenun songket. Pakaian tenun songket ini memang
terlihat dominan dengan warna merah dan keemasan yang memiliki unsur gemerlap keemasan. Tidak hanya itu, karena
pakaian adat itu juga ditambah pernak pernik hiasan berupa asesoris yang diantaranya Teratai Emas, Kalung Tapak Jajo atau
Kebe Nungga, Gelang Kano, Gelang Sempuru, Gelang Bermato atau Gandik, Kembang Goyang Cempako, Suri, Kembang
Ure. Bahkan bukan hanya itu. Telinga dari pemakainya dipasang pula sumping bungo kertas, serta Tanjak buat untuk tutup
kepala pria. Tentu saja masih banyak lagi hiasan lain yang digunakan sebagai pemanis dan indahnya pakaian tersebut.
Hampir Semua Pakaian Adat di Sumatera Selatan menggunakan Kain Songket dengan teknik pembuatannya didasarkan pada
keterampilan, ketelatenan, kesabaran, dan daya kreasi seni yang tinggi.
Di Galeri Mir Senen yang berada di daerah Serelo Palembang itu terdapat berbagai pakaian adat yang dibuat dengan terlebih
dahulu dilakukan survey langsung kepada nara sumber yang menjadi sesepuh dari daerah tersebut. Seperti Pakaian Adat
Palembang dari sesepuh Palembang Raden Dencik Saman. Pakaian Kebesaran Raja Sriwijaya dengan sumber dari Tokoh
Budaya Palembang yaitu H Djohan Hanafiah.
Selain Busana Palembang, Galeri Mir Senen yang kini dikelola PT Alpa Dwinasti ini memiliki koleksi yang diciptakan Mir
Senen. Di lokasi ini terdapat beragam koleksi pakaian adat dari berbagai suku di Sumatera Selatan.
Seperti Baju Adat Lahat (Gumay), Pakaian Adat Basema Tue dari Pagar Alam, Pakaian Adat Daya dari OKU, Pakaian Adat
Sekayu dan masih banyak lagi lainya, Ujar Alpha A Malvinas. (Yulianto/Dahsyat)

Anda mungkin juga menyukai