Agastia, I.B.G. 1980. ”Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali”. Makalah
pada Sarasehan Sastra Daerah, Pesta Kesenian Bali II Denpasar.
Damono, Supardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Gie, The Liang, 1996. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar
Ilmu Berguna.
Ikram, Achadiati. 1993. Hikayat Sri Rama Suntingan Naskah Telaah Struktur dan
Amanat. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra Persoalan Teori dan Metode. Dewan Bahasa
dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur.
Kemendiknas. RI. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Kementrian
Pendidikan Nasional Tahun 2010. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
Panuti, Sudjiman. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka
Jaya
Pradopo, Sri Widati, dkk. 1995. Struktur Cerita pendek Jawa. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pudja, G. 1985. Pengantar Agama Hindu. Jakarta: Mayasari
Putra, Ida Bagus Rai. 1987. ”Anak Agung Istri Agung dan Aspek Triwarga dalam
Karyanya” . Denpasar: Balai Penelitian Bahasa.
Raho, Benard, SVD. 2007. Teori Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian, Jakarta: Alfabeta.
Sudharta, Tjok Rai dan Ida Bagus Oka Punia Atmaja. 2001. Upadesa Tentang
Ajaran-Ajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Suparta, I Made, dkk. 2010. Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: Tri Agung.
Teeuw, A.1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Triguna, Yudha, IB. 2000. Perubahan Sosial dan Respon Kultural Masyarakat
Hindu Bali,Widya Stya Dharma. Jurnal Kajian Hindu Budaya dan
Pembangunan. Singaraja: STIE Satya Dharma.
DAFTAR INFORMAN
Umur : 56 Tahun
Pendidikan : S1
Umur : 52 Tahun
Pendidikan : S1
Umur : 62 Tahun
Pendidikan : SMA
Umur : 67 Tahun
Pendidikan : SMA
Umur : 59 Tahun
Pendidikan : SMA
Umur : 51 Tahun
Pendidikan : S1
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : PGAH
Umur : 53 Tahun
Pendidikan : S1
Umur : 54 Tahun
Pendidikan : S1
Umur : 65 Tahun
Pendidikan : SLTA
PEDOMAN WAWANCARA
Keling?
Brahmana Keling?
5. Ada berapa pupuh dalam Geguritan Brahmana Keling yang pernah anda
anda nyanyikan?
anda baca?
12. Adakah unsur Agama dalam Geguritan Brahmana Keling yang pernah
anda baca?
13. Unsur sosial budaya apakah yang dapat anda petik setelah anda membaca
yang pernah anda baca? Jika ada nilai pendidikan karakter apa sajakah
18. Bagian pupuh yang mana sajakah yang memuat tentang nilai religius
aspek Pengendalian sosial apa yang bisa anda tangkap dari isi cerita
Geguritan tersebut?
20. Dalam upacara apakah Geguritan Brahmana Keling tersebut paling sering
anda nyanyikan?
Lampiran 3
Raja yang arif bijaksana dan sangat sakti, beliau bernama Raja Waturenggong
saat itu apapun yang ditanam oleh rakyat dimakan hama sampai habis, melihat
bendesa mendekati sang brahmana itu dan diberi sedekah nasi ,sate dan sayur,
yadnyanya. Brahmana Keling berkata, “Jero bendesa yang baik saya minta maaf ,
saya bukan ngegendong kesini, saya berasal dari jawa Dwipa, mau melihat dan
ketemu dengan saudara saya, Dalem waturenggong Raja Bali yang akan
melaksanakan yadnya disini, itulah saudara saya”. Rakyat dan bendesa adat tidak
percaya dengan ucapan pendeta itu, terus aja beliau dicaci maki, dibilang
mengejek raja mereka, di bilang gegendong gila,apapun ejekan itu, pendeta ini
terus ingin ketemu denga raja mereka , dengan demikian rakyat dan bendesa
adatpun marah, lalu diseretlah pendeta itu dan disuruh cepat-cepat pergi, dengan
segala cara dilakukan pendeta itu agar bisa ketemu dengan saudaranya, Namun
tetap sama sekali tidak diijinkan ketemu,dan rajapun tidak ada yang ngasi tau
tentang hal ini, Karena karakter rakyat dan bendesa adat memang arogan, tidak
baik diterima oleh sang pendeta maka timbul kemarahan dari sang pendeta,
sehingga dikutuklah rakyat yang berdosa itu dan yadnyanya. Kemudian pendeta
itu pergi, sepeninggal pendeta itu rakyat Bali menjadi menderita, rakyat sering
masih tetap hama itu menggagalkan panen rakyat Bali , Rajapun menderita,
bingung karena sudah banyak yang dilakukan oleh raja, kemudian raja menghadap
yadnya yang sudah dilaksanakan dengan baik, kenapa masih tetap hama itu
didapatkanlah ciri-ciri muncul, lalu beliau berkata bahwa dulu pernah ada orang
tua datang kemari, orang itu Brahmana Keling namanya. Dan Brahmana Keling
itu adalah Saudara Raja yang utama yang pernah diusir oleh Rakyat. Sekarang
jemputlah beliau dan berilah beliau untuk memimpin upacara Yajnya. Niscaya
sejahtera Wilayah Paduka Raja. Raja Dalem sangat berterima kasih dan segera
ditemukan pendeta itu dan beliau bertanya mendahului kepada rakyat tersebut ,
kenapa semua ke sini mencari saya, rakyatpun menyahut dengan rendah hati dan
minta maaf atas dosa-dosa yang sudah diperbuat, dan rakyatpun menyampaikan
pesan rajanya agar pendeta kemali ke kerajaan Gegel untuk memimpin upacara
saudaranya kotor dan dekil, Sehingga raja hampir tidak percaya hal itu, Namun
dari segi sifat, karakter pendeta itu sungguh mulia, rajapun minta maaf atas
perbuatan rakyatnya, Raja menceritakan apa yang sudah terjadi dan telah
menimpa rakyat Bali, Sehingga upacara yadnya Nangluk mrana mulai di gelar
kembali dan Brahmana Keling yang memimpin upacara yadnya tersebut, setelah
selesai upacara yadnya dilaksanakan oleh pendeta itu, rakyat Bali menjadi
senang, tenang, sejahtera dan jaya kembali, hamapun tiada lagi, apapun yang
ditanam menghasilkan dengan baik, rakyat rukun damai, sehingga atas jasa
pendeta itu di beri nama Dalem Sidha Karya, dan diberi tempat tinggal di
Negara, Sida Karya moksa nuggal ring Hyang Widi. Dalem Waturenggong
menyuruh rakyatnya membuat Topeng yang bagus sebagai tapakan atau linggih
Ida Dalem Sidakarya yang di jungjung sebagai muput wali,yang di sebut Topeng
Sidakarya sampai saat ini, di yakini, dipercaya dan di lestarikan oleh masyarakat
Hindu di Bali.
LAMPIRAN
Told in ancient times on the island of Bali, Bertahtalah a king wise and so
Gegel Klungkung Bali. He is very wise ruling. All regulations are very valuable
sublime. Disseminated and preserved. Which led to the peaceful life of the people.
Not long felt happiness comes next catastrophe. At that time everything
planted by the people of pests eat until they run out, see the situation the king
ordered all the people, in order to neutralize the Yajna ceremony. The ceremony
named Nangluk Mrana. His place in the Pura Besakih. Furthermore recounted
came an old man Brahmana Keling name. Dressed in filthy kumel, gumbrang-
gambring hair, outside the temple Tengak-look. People thought gegendong old,
Jero bendesa approached the brahmin and given alms rice, satay and vegetables,
and then told to go quickly, because he thought would damage his yadnya.
Brahmana Keling said, "Jero bendesa well I'm sorry, I'm not ngegendong here, I
come from Java Dwipa, want to see and meet with my brother, Dalem
Waturenggong King Bali who will carry out yadnya here, that's my brother".
People and bendesa customs not believe, with the word minister, continues aja he
reviled, practically mocking their king, in say gegendong crazy, whatever the
insult, this minister continues to want to see premises their king, so the people and
bendesa adatpun angry, then diseretlah the pastor and told to quickly go, by all
means do pastor so he could meet with his brother, but still is not allowed at the
meet, and the king was no ngasi know about this, because the people's character
and bendesa custom is arrogant, not well received by the pastor then raised the
ire of the priest, so that innocent people dikutuklah and his yadnya. Then the
pastor was gone, after the death of the pastor of the Balinese people became
miserable, people often quarrel without cause, the ceremony has been carried out
but is still a threat that thwart crop Balinese people, the King was suffering,
confused because much was done by the king, then the king facing Dang Hyang
Dwijendra, and told him about yadnya already implemented properly, why still
keep pests that damage, even people become more suffering, and Dang Hyang
Dwijendra join forces holy so didapatkanlah traits appear, and then he said: once
there parents come here, people were Brahmana Keling name. And Brahmana
Keling it is you main king ever expelled by the People. Fetch him now and give
Majesty the King. King Dalem very grateful and immediately ordered eight
soldiers to pick up and uphold Brahmin Keling back, the soldiers spread to
Bendana State. Later found the pastor and he asked precede to the people that,
why are all here looking for me, rakyatpun replied with humility and apologize for
sins that have been done, and people also convey the message the king her that
the pastor returned to the kingdom Gegel to lead yadnya ceremony. Finally
rakyatpun forgiven, the pastor returned to the kingdom Gegel to meet his brother,
when he got in Gegel rajapun surprised to see his brother's dirty and filthy, so
that the king could not believe it, but in terms of the nature, the character of the
priest is noble, the king apologized for the actions of its people King told him
what had happened and had happened to the people of Bali, so the ceremony
Yadnya started at the title back and Brahmana Keling who presided at yadnya it,
after the ceremony yadnya conducted by the pastor, the people of Bali be happy,
prosperous and victorious return, the pest was nothing more, nothing planted
produce well, people get along peacefully, so on the merit of the priest named
Dalem Sidha Karya, and were housed in Bandana State, after turning to Bandana
State, Sidha Karya moksha nuggal ring Hyang Widi. Dalem Waturenggong
condemned his people that from now anyone who held a ceremony yadnya so ask
tirta Ida, and also told his people to make masks Sidakarya as a foundation or
linggih Ida Dalem Sidakarya in use for muput guardian, until recently believed,
Maring Bali daweg kuna, madeg prabu luih gati Waturenggong parab Ida
Ring Gegel Ida mapuri. Wicaksana ngenter gumi saluwiring drestane luur
kalimbakang kawerdiang Mawinan panjake santi Ajeg tuhu Jagat Bli daweg nika.
panjak Tadah mrana nyantos lisik Ida nitah panjak sami Masedana antuk yadnya
Nangluk Mrana kwastanin Genah ipun Ring pura Besakih kucap. Kacrita daweg
rambut ipun Ring jaba pura nyentaeng Panjak sami Nyengguhang gegendong
werda. Jro Bendesa manangsekang “Ih Jro gegendong lingsir, Tiang nunasang
jro pica Nasi sate miwah jukut Nah enggal jani makaad Eda dini Clapat-clapat
ngaduk nyadnya”. Anak lingsir nyawis alus “Jero Bendesa linuih Ampurayang
pesan bapa Bapa sing ngagendong mai Bapa meled pesan maring nyingak
Nyaman bapa maring Bali”. Bendesa mataken lantur “yen keto unduk jro lingsir
Tiangg mataken amatra Nyen adan jro lingsir? Jero mawit uli dija? Tur enyen
nyamane dini?”. Anak ingsir gelis nyaur “bapa mawit sakeng Jawi Brahmana
keling maparab Nyaman bapa prabu Bali Dalem Waturenggong kucap Kucap
nangun yadnya dini” Bendesa lan panjak onya Kedik ten ngenga baos Brahmana
ragane suba ruyud Dija ada unduk Dalem Madue sameton sintrig”. Brahmana
Keling mangucap “Mara bapa pacal tur lacur ngalisting Jero tusing ada ngugu
Abedik bapa sing sebet Cutet bapa ngalih Dalem ane jani” Puput ngucap raris
munggah Ka jroan pura Besakih. Wawu punika Brahmana Keling ngucap Panjak
gegel duka brangti Jro Bendesa ngucap “Ngulah laku mesuang munyi Nganistang
pesan gustin kaine linuih”. Jero Bendesa raris nitahang karma “Ih krama Gegel
sinami Jalan jani kedeng Gegendong tua tenenan Gediang ia uli dini” Panjak
“Ih krama Bali durbudi Paman jrengji pesan Teken anak tua tuara Nah madak
Puput ngucap Raaris matilar digelis Crita Ida Dalem Indik ring jaba ten
uning Antuk uleng nabdab yadnya. Raris wenten Cihna sane nenten becik Panjake
mangayah Ten madue manah ening Saling dengkik sareng karma. Nangluk mrana
Sampun katur manut drastic Nanging saluir mrana Kantun katah kadi riin Panjak
sayah kirang pangan. Dang Hyang Dwijendra masabda “yan punika indik Gusti
Adnyana suci Tur kapanggih cihna tuhu Raris ida mawecana “Riin wentwn anak
lingsir Mriki rauh Brahmana Keling kucapang. Brahmana keling punika Sameton
Gusti utami Katundung olih I panjak Lautang pendak ne mangkin Ida katur
ngenter wali Janten kerta jagat Ratu” Ida Dalem suksma pisan Nitah panjak
Langgana nyoba pandita Ne mangkin titiang kautus Oleh Dalem gusti titian
Keling mamarga Panjak ngiring Ngungsi linggih Ida Dalem Maring Gegel
sampun rauh Dalem kagiat ngaksi Ne ngangken sameton Ida Raga pacul kuaca
daki Dalem taler sumendeya Madue sameton sintering. Raris Dalem nyanggra
alus “Panjak tiang sane riin Pangkah ring ragan Pandita Titiang nglungsur
sinampuri Nika taler indik titian Tandruh ring sameton yukti Jagat titiange
kapungkur Kameranan panjak nglisting Ring pandita titiang nunas Napi antuk
sane mangkin Mangda jagat titiang kerta Saluir mrana pang ten kari”.
Brahmana Keling mangucap “Yan punika kayun Gusti Ngiring malih nangun
ngiring Nitah panjak nangun yadnya. Upakara sampun jangkep Brahmana Keling
mangawit Mapuja nyomia merana Mupakara Panca Taru Nyirat Tirta nyapuh
Puput Ida mangastawa Masriak jagate raris Saluir mrana nadak ical
Pantun sane dumun layuMalih idup buahne nged Gemuh trepti Jagat Bali kadi
titiang ngugu mangkin Paman tuhu Sameton tiang utama. Sida tuhu Paman
nganter yadnyan mami Wastu sida karya Nah adan Paman ne jani Inggih ipun
Kucap Dalem Sidakarya. Paman katur Ring jagat Bandana linggih Ngerastitiang
jagat Mangda panjak bali santi Drika sampun Kucap jagat sidakarya. Karyan
Dalem sampun puput jagat kerta Dalem sidakarya luih Ida raris budal
Mangungsi Bandana Negara Sidakarya kucp mangkin Iriki Ida Moksa nunggal
ring Hyang Kawi. Dalem Waturenggong raris nitah panjak Makarya topeng
linuih Pinaka tapakan Linggan Dalem sidakarya Kapundut muputang wali Ketah
Anak lingsir nyawis alus Orang tua itu menjawab dengan alus
“Jero Bendesa linuih Tuan kepala desa yang saya hormati
Ampurayang pesan bapa Bapak mohon maaf
Bapa sing ngagendong mai Bapak bukan untuk meminta-minta
Bapa meled pesan maring nyingak ke sini
Nyaman bapa maring Bali” Bapak ingin sekali melihat
(Pupuh Ginanti,5) Saudara bapak di Bali
(Terjemahan Pupuh Ginanti,5)
HALAMAN JUDUL
MOTTO
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
UNTENGBEBAOSAN
ABSTRACT
RINGKESAN TESIS
GLOSARIUM
PERNYATAAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Konsep
2.2.1 Nilai
2.2.4.1 Bentuk
2.2.4.2 Fungsi
2.3 Teori
3.6.1 Observasi
3.6.2 Wawancarai
3.6.3 Kepustakaan
4.1.1 Tema
4.1.2 Insiden
4.1.4 Penokohan
4.1.7 Amanat
6.2.1 Pendidikan
6.2.2 Ekonomi
6.3.2 Lingkungan
7.4 Disiplin
8.1 Simpulan
8.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kegiatan Pesantian oleh Sekaa Santhi
dalam suatu upacara Melaspas, ngenteg Linggih, Mendem Pedagingan, Mendak Nuntun
dan Ngodalin di Banjar Merta rauh Kaja Desa Dangri Kangin Denpasar Utara.
(Dokumentasi penulis)