Anda di halaman 1dari 57

Makalah Akhir Semester Enam

Perancangan Alat Moulding


INTERLOCKED BRICK
Dengan Model Press Mechanic

Disusun Oleh Kelompok 1:


Putri Insaeni 11. 21. 00. 02
Darma Adhi Wardhana 11. 21. 00. 09
Dedy Prasetyo 11. 21. 00. 10
Suci Setyaningsih 11. 21. 00. 27
Tia Utari 11. 21. 00. 28
Cepy Hidayaturrahman 11. 21. 00. 29

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT
BOGOR, JUNI 2014
[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir semester enam beserta
makalahnya dengan judul “Perancangan Alat Moulding INTERLOCKED BRICK
Dengan Model Press Mechanic”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu penyelesaian makalah akhir semester enam ini:

1. Thomas Arista selaku Ketua Bidang Akademik STTI Bogor.


2. Seluruh pihak penyelenggara program perancangan di Sekolah
Magang Indocement.
3. Seluruh Staff Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Sekolah
Tinggi Teknologi Indocement atas segala bantuannya dalam
menyelesaikan tugas ini.
4. Seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah
akhir semester ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk


menyempurnakan laporan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2014

Penulis

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE ii


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

ABSTRAK

Perancangan alat cetak bata bertautan bertujuan untuk merekayasa bahan


bangunan alternatif guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah huni yang
layak, sehat dan murah, berdasarkan pengembangan sistem teknologi SCHDS
(Self – Contained Housing Delivery System). Dengan teknologi tepat guna, bata
bertautan bisa menghemat waktu dan biaya pembangunan rumah sebab
mengeliminasi bahan perekat dan tenaga ahli. Berdasarkan analisis literatur, bata
menggunakan desain hollow tern dengan dimensi 25 cm x 12,5 cm x 10 cm
dengan lip berukuran 2,5 cm x 1 cm serta cement to soil ratio sebesar 5 - 12%.
Alat pencetak bata bermodel mekanik tekan serta sistem pesawat sederhana
sebagai pengungkit yang meminimalisir biaya perawatan mesin dan risiko
terjadinya kecelakaan kerja. Hasil yang hendak dicapai adalah keringkasan alat
pencetak bata dan ke-rigid-an bata bertautan sesuai dengan nilai kuat tekan yang
telah ditetapkan, sehingga berdampak terhadap peluang produksi bata bertautan
secara massal.

Kata kunci: Interlock Brick, Hollow Tern, Rumah Sederhana

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE iii


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN 1

1.1.1 Kebutuhan Masyarakat akan Perumahan yang layak Murah,

dan Memenuhi Kesehatan 1

1.1.2 Teknologi Bangunan Tepat Guna 2

1.1.3 Sejarah Bata Bertautan 2

1.2 RUMUSAN MASALAH 3

1.3 TUJUAN PENULISAN 3

1.4 BATASAN MASALAH 4

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 DEFINISI BATA BERTAUTAN 6

2.2 MANFAAT BATA BERTAUTAN 6

2.3 STANDARD BATA BERTAUTAN 7

2.4 ALASAN PEMILIHAN BATA BERTAUTAN 7

2.5 DEFINISI MOCK UP 9

BAB III DESKRIPSI DESAIN 10

3.1 PERBANDINGAN ANTARA ANEKA RAGAM BATA BANGUNAN 11

3.1.1 Bata Merah 11

3.1.2 Batako 14

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE iv


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

3.1.3 Bata Ringan 16

3.1.4 Bata Bertautan (Interlock Brick) 18

3.2 ANALISA KETERSEDIAAN BAHAN BAKU 20

3.2.1 Literatur Bahan Baku Bata bertautan 20

3.2.2 Analisa Sifat Kimia 23

3.3 SELEKSI ANEKA RAGAM BATA BERTAUTAN 26

3.4 BATA BERTAUTAN TERPILIH 38

3.5 PROSES DAN ALAT PRODUKSI BATA BERTAUTAN 39

BAB IV DESAIN ALAT MOULDING 45

4.1 ALAT MOULDING INTERLOCK BRICK MODEL HIDROLIK 45

4.2 ALAT MOULDING INTERLOCK BRICK MODEL PRESS MECHANIC 45

4.3 DESAIN ALAT 46

BAB V PENUTUP 48

5.1 KESIMPULAN 48

5.2 SARAN 48

DAFTAR PUSTAKA v

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE v


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN

1.1.1 Kebutuhan Masyarakat Akan Perumahan yang Layak, Murah dan


Memenuhi Kesehatan

Rumah sebagai tempat bermukim merupakan lumbung segala macam


kebutuhan yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Banyak
masyarakat masih mengalami kemiskinan di mana terjadi ketimpangan sosial
yang muncul oleh adanya sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar. Rumah sehat untuk masyarakat kecil merupakan permasalahan
yang sangat kompleks dan membutuhkan perhatian serius, lantaran kesadaran
masyarakat cenderung abai terhadap lingkungan sehat.

Berkenaan dengan tempat tinggal dan prasarana dasar bagi orang-orang


miskin, bahan bangunan seringkali merupakan pokok persoalan di dalam
pembuatan perumahan dan di dalam pendekatan partisipasi masyarakat atau
pendekatan menolong diri sendiri untuk membangun. Bahan bangunan yang
merupakan input terbesar di dalam kegiatan pembangunan, sampai saat ini masih
merupakan hambatan yang utama dalam industri perumahan di sebagian besar
negara berkembang termasuk Indonesia.

Dengan penerapan teknologi konstruksi rumah sederhana menggunakan


bata bertautan sebagai material ramah lingkungan, ramah biaya, ramah waktu,
diharapkan dapat mewujudkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu
dalam pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat kecil yang membutuhkan
perumahan yang layak, murah dan memenuhi syarat kesehatan. Maka dari itu,
pengembangan teknologi SCHDS (Self – Contained Housing Delivery System)
diharapkan dapat secara aktif memecahkan persoalan-persoalan teknis yang
berhubungan dengan lingkungan dan permukiman masyarakat kecil.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 1


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

1.1.2 Teknologi Bangunan Tepat Guna

Sistem bangunan SCHDS (Self – Contained Housing Delivery System)


mula-mula dikenalkan oleh Habitech Park, Human Settlements Development
Division, Asian Institute of Technology (AIT), Bangkok, Thailand. Sistem
SCHDS diketahui sebagai suatu metode untuk menyediakan tempat tinggal yang
tahan terhadap kebakaran, angin, dan bencana, baik yang disebabkan oleh alam
maupun oleh manusia (termasuk penggusuran dan pemindahan tempat tinggal).
Sistem ini menawarkan teknologi konstruksi tepat guna berupa komponen bahan
bangunan yang dapat saling mengunci pada saat dipasang, sehingga dapat
menahan gaya-gaya angin, sebagai satu kesatuan building system. Selain itu,
sistem ini memungkinkan seorang buruh tidak perlu memiliki keterampilan
khusus baik dalam produksi material maupun pembangunan rumahnya.

Bata bertautan (interlocked brick) dihasilkan dari campuran tanah dan


semen, kemudian dicetak sedemikian rupa sesuai dengan bentuk yang telah
distandarkan sehingga hasilnya antara bata dengan bata dapat saling mengunci.
Dengan demikian dalam perancangan dan pemasangannya tidak diperlukan
mortar dan agregat dalam jumlah yang banyak.

Dalam ilmu Mekanika Tanah, tanah memiliki karakteristik yang berbeda-


beda berdasarkan ukuran butir, sifat fisik, dan interaksinya dengan air. Mengacu
kepada laporan penelitian mengenai pengujian material bahan bangunan untuk
bata bertautan (Universitas Katolik Soegijapranata, 1996), tanah yang mempunyai
kandungan gravel dan sand kurang dari 15 % memiliki kecenderungan
menurunkan kuat tekan. Dengan demikian, selain tanah sebagai bahan baku
utama, perlu ditambahkan zat kapur berupa pasta semen yang dapat meningkatkan
kuat tekan, namun persentasenya tidak terlalu besar.

Meninjau ketersediaan tanah merah yang melimpah di sekitar lingkungan


Desa Binaan PT. Indocement Citeureup, Bogor, maka penulis bermaksud untuk
mengoptimalkan sumber daya berupa limbah yang mula-mula tak bernilai tersebut
menjadi produk berdayaguna tinggi.

1.1.3 Sejarah Bata Bertautan

Bata bertautan bermula pada awal 1900 yang terinspirasi dari konstruksi
mainan anak-anak McKusick (1997, Love and Gamble (1985). Penggagas mainan
tersebut yang berkontribusi terhadap teknologi bangunan di antaranya:

 Frank Hornby (1863 – 1936), Meccano sets.

 A.C Gilbert (1884 – 1962), Oregon with Erector sets.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 2


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Charles Pajeau, penemu Tinker Toy pada tahun 1913. Ia pun seorang
tukang batu dari Evanston, Illinois, USA.

 John Lloyd Wright, penemu Lincoln Logs pada tahun 1920.

 Ole Kirk Christiansen (1891 – 1958), penemu Lego.

Pada awalnya, mekanisme sebagian besar mainan tersebut didesain untuk


menjelaskan prinsip-prinsip kreativitas dalam menggunakan alat-alat untuk
mempelajari serta mengaplikasikan prinsip sains, engineering dan arsitektur.
Material yang mula-mula digunakan ialah kaleng, logam, kayu dan tanah liat,
namun sekarang bahan mainan tersebut terbuat dari plastik. Dari kesemuanya,
Lego mempunyai kesamaan identik dengan prinsip walling. “An Interlocking
Brick construction for toys (Automatic Binding Brick) was first developed in
Denmark in 1949. In 1951 the “Automatic Cinding Brick” was renamed as “Lego
Mursten” “Lego Brick” in English”, and first produced commercially in 1958”
(Museum of American Heritage, 2006). Seiring waktu, sejak 1970 bata bertautan
yang dibuat dari tanah merah dengan campuran pasir-semen mulai diinisiasi di
Afrika, Kanada, Timur Tengah dan India.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dideterminasi dalam perancangan alat cetak bata


bertautan dengan model mekanik tekan ini, yakni:

1. Bagaimana formula komposisi campuran antara tanah sebagai material


dasar pembuatan bata bertautan dan semen atau kapur sebagai material
tambahan, yang paling ekonomis, efektif, dan kuat hasilnya.

2. Seperti apakah penentuan bentuk dan dimensi bata bertautan, sehingga


diperoleh daya cengkeram antar bata yang kuat.

3. Bagaimana perancangan alat cetak bata bertautan, dengan pembuatan


mock-up terlebih dahulu sehingga didapat bentuk yang ringkas, mudah,
dan nyaman dioperasikan.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun dengan tujuan memperoleh desain alat cetak bata
bertautan yang paling ergonomis demi menghasilkan bata bertautan yang
ekonomis untuk:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 3


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

1. Membantu penduduk sekitar dalam mewujudkan pembangunan


perumahan sederhana dengan menggunakan bata bertautan sebagai bahan
alternatif bangunan tahan gempa.

2. Diterapkan dalam mendukung program CSR PT. Indocement Tunggal


Prakarsa, Tbk. untuk mendirikan bangunan-bangunan kokoh sederhana
yang bermanfaat bagi masyarakat dalam waktu relatif singkat, seperti
pendopo (panggung seni), posyandu, pos keamanan masyarakat,

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penulisan makalah ini berupa


masukan bagi perusahaan dalam pengembangan salah satu komponen teknologi
konstruksi rumah sederhana (Habitech) yaitu, bata bertautan yang diharapkan
mampu mendorong pertumbuhan sosialisasi perusahanan dengan masyarakat.

1.4 BATASAN MASALAH

Ruang lingkup makalah perancangan alat cetak bata bertautan dengan


model mekanik tekan ini meliputi:

1. Rancangan alat cetak bata bertautan merupakan program kerjasama antara


mahasiswa/i Sekolah Tinggi Teknologi Indocement dengan Sekolah
Magang Indocement selaku penggagas dan penyelenggara pendidikan
milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

2. Pertimbangan komposisi, bentuk, dan dimensi bata bertautan yang baik


agar didapatkan artistik bangunan tahan gempa yang ekonomis.

3. Desain alat cetak yang paling ergonomis dan efektif, sehingga


meminimalis material dan biaya perakitan alat yang disokong oleh
penyelenggara.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Berikut ini merupakan sistematika penulisan makalah perancangan alat


cetak bata bertautan:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang perancangan alat cetak bata bertautan yang akan
dilaksanakan di Sekolah Magang Indocement, Citeuteup, Bogor, rumusan
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 4


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi kilasan mengenai bata bertautan (interlocked brick), yang meliputi
definisi bata bertautan, manfaat bata bertautan, standard dimensi bata bertautan,
alasan pemilihan bata bertautan, serta mock up alat.

BAB III DESKRIPSI DESAIN

Bab ini terdiri atas perbandingan antara aneka ragam bata bangunan, analisa
ketersediaan bahan baku bata bertautan, seleksi aneka ragam bata bertautan, bata
bertautan terpilih, proses dan alat produksi bata bertautan.

BAB IV DESAIN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN

Pada bab ini, data-data dari berbagai literatur yang telah dikumpulkan selanjutnya
diolah menjadi sebuah desain alat cetak bata bertautan.

BAB V PENUTUP

Dari bab deskripsi dan desain alat di atas akan disimpulkan pada bab ini.
Selanjutnya diberi rekomendasi untuk perakitan alat di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi rujukan yang digunakan dalam menyusun makalah perancangan
alat cetak bata bertautan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 5


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI BATA BERTAUTAN

Bata bertautan (interlocked brick) merupakan sebuah bata yang dibuat


dari tanah yang dicampur, kemudian dicetak lalu di-curing dimana proses ini
dilakukan untuk menjamin agar bata tidak akan rapuh ketika digunakan. Bata
bertautan dibuat secara unik dan seragam baik dalam ukuran dan ketebalannya
sehingga dirancang agar cocok digunakan bersama-sama dan saling bertautan
antarbata, juga memudahkan dalam instalasinya. Bata ini mempunyai desain
pengait untuk mengunci pergerakan akibat gaya. Bata bertautan merupakan
pengembangan dari batako dengan menambahkan lips pada sisi-sisi tertentu
sebagai pengunci.

Bata bertautan yang berbentuk mirip mainan bongkar pasang (LEGO)


ini dirancang sebagai material mortarless, untuk pemasangannya digunakan
mortar cair dengan komposisi 1 bagian semen, 3 bagian pasir, dan 3 bagian
air. Adapun bahan-bahan yang dipakai dalam produksi ini adalah tanah, pasir,
semen dan kapur.

2.2 MANFAAT BATA BERTAUTAN

Mengingat permasalahan arsitektur di masyarakat pada era ini, maka


dipandang perlu untuk menciptakan suatu bahan bangunan yang memberikan
kesan tradisional tanpa harus mengeluarkan biaya besar, pengerjaan yang
relatif mudah dan cepat serta dapat dibangun sendiri tanpa tergantung oleh
kontraktor bangunan yang terampil.

Bata bertautan disamping mampu memenuhi kebutuhan perumahan


masyarakat yang sehat, murah, dan dalam jumlah besar, juga mampu
melestarikan dan mempertahankan arsitektur tradisional yang secara tidak
langsung akan mendukung dunia kepariwisataan Indonesia, sehingga dapat
membantu pemerintah dalam upaya mewujudkan perumahan bagi masyarakat
tanpa meninggalkan gaya arsitektur tradisional.

Bata bertautan merupakan alternatif lain dari dinding mortar, karena


bata bertautan menonjolkan sisi ramah lingkungan, mengurangi waktu
konstruksi daripada batu bata tradisional, dan mengurangi biaya pembangunan
karena tidak diperlukan tenaga professional untuk memasangnya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 6


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

2.3 STANDARD BATA BERTAUTAN

Ukuran satu komponen bata bertautan memiliki tinggi 100 mm, lebar
125 mm, dan panjang 300 mm. Untuk simpangan T, L dan persilangan,
menurut aturan terdapat gap antar bata pada hubungan sebesar 12.5 mm.

Tabel 2.1 Dimensi Standard bata Bertautan

Block Preview Size of Block


100 mm x 125 mm x 300 mm

100 mm x 125 mm x 150 mm

100 mm x 150 mm x 150 mm

Combination of two blocks sized


100 mm x 125 mm x 150 mm
100 mm x 150 mm x 150 mm

2.4 ALASAN PEMILIHAN BATA BERTAUTAN

Bila orang berbicara tentang bahan bangunan dinding, maka


didominasi oleh bata merah dan batako. Bila orang berbicara masalah bahan
bangunan dan dinding rumah secara umum orang akan membicarakan tentang
bata merah yang diplester dan dicat, jarang orang berpikir mengenai bahan
bangunan lain. Hal ini terjadi karena bata merah atau batako mudah didapat
dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya. Kelemahan dari bata merah
pada umumnya sulit didapat pada waktu musim penghujan dan standar kuat
tekan dari bata merah sangat bervariasi tergantung dari asal bahan baku bata
merah. Dari segi lingkungan, pembuatan bata merah mengeksploitasi bahan
baku, dan memerlukan bahan bakar yang ikut serta mengakibatkan kerusakan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 7


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

pada lapisan tanah dan berpartisipasi dalam pemanasan global akibat


pelepasan CO2 di udara pada proses pembakaran.

Pekerjaan pembuatan tembok dengan bata merah dan batako juga


memiliki beberapa kelemahan, seperti penggunaan mortar yang banyak,
proses pemasangan yang lama dan memerlukan tenaga ahli, diperlukan proses
finishing untuk menghasilkan tekstur yang rapi, bata merah maupun batako
tidak dirancang untuk menahan beban geser, sehingga diperlukan pilar pada
tiap sisinya.

Dengan masih banyaknya orang yang berkeinginan untuk membangun


rumah, maka bata bertautan hemat semen berbahan dasar yang sama dengan
batu bata biasa namun lebih kuat tanpa metoda pembakaran diperoleh warna–
warna alami bata bertautan seperti halnya warna bata asli yang dibuat dengan
pembakaran secara tradisional.

Selain daripada itu, dengan metoda press dalam pembuatan bata


bertautan, akan didapat bata yang lebih padat, sehingga semakin kecil pori-
porinya maka sedikit bata meresap air. Ditambah lagi bila bata sedikit dipoles
dengan lapisan politur, maka batu bata akan menjadi lebih tahan terhadap
lumut, jamur, dan mudah dibersihkan. Warna batanya yang kuat dan tahan
cuaca memberi jaminan bahwa penampilan batu–bata yang alami dapat
bertahan lebih lama dan tetap indah.

Disamping itu, apabila digabungkan dengan teknologi rangka baja ringan


ataupun PVC tahan api, maka metoda ini akan dapat dilaksanakan oleh satu
keluarga (minimum 2 orang) sehingga ketergantungan pada tukang bangunan
akan semakin kecil.

Bata bertautan juga menampilkan gambaran dinding yang


menonjolkan desian batu bata yang memperlihatkan gaya country atau
pedesaan. Penampilan yang menarik inilah yang menjadi salah satu tren dari
gaya arsitektur Indonesia maupun mancanegara. Di Eropa dikenal bangunan
yang disebut brick house yaitu bangunan yang bergaya pedesaan Eropa
dengan menonjolkan bahan batu bata sebagai dinding dalam konstruksinya.
Dengan mempertimbangkan dan melihat potensi bata-bata yang diproduksi
saat ini bisa digunakan sebagai bagian dari penampilan gaya arsitektur yang
dewasa ini banyak diminati maka hal ini bisa dikembangkan lebih lanjut
dengan teknologi yang lebih sederhana dalam pemasangannya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 8


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

2.5 DEFINISI MOCK UP

Mock up adalah representasi fisik dari sebuah ide untuk


menguji/memprediksi kelayakannya. Mock up dalam dunia bisnis merupakan
bagian penting untuk mendukung kegiatan presentasi terhadap klien.
Sedangkan definisi dari mock up itu sendiri ialah alat tiruan sederhana.

Dalam dunia pendidikan mock up diterapkan sebagai alat pemodelan


untuk memudahkan pembelajaran. Alat tiruan dari benda yang sengaja dipilih
bagian-bagian yang memang penting dan yang diperlukan saja untuk dibuat
sesederhana mungkin agar mudah dipelajari prinsip benda tersebut. Proses
mock up tidak menggunakan bahan sebenarnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa mock up adalah suatu penyederhanaan


susunan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang lebih kompleks,
susunan nyata dari bagian-bagian sistem tersebut diubah hingga dengan
mudah dapat dipelajari. Umumnya bagian-bagian pada mock up alat dapat
digerakkan dan bukan mati sebagai penjelasan dari kinerja alat.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 9


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

BAB III
DESKRIPSI DESAIN

Untuk mendapatkan hasil rancangan alat cetak bata bertautan yang


ergonomis agar diperoleh bata bertautan yang diharapkan, maka diperlukan
tahapan kelayakan desain dalam suatu metode perancangan. Tahapan tersebut
meliputi, perbandingan antara aneka ragam bata bangunan, analisa ketersediaan
bahan baku bata bertautan, seleksi aneka ragam bata bertautan, bata bertautan
terpilih, proses dan alat produksi bata bertautan.

Perbandingan Antara Aneka


Ragam Bata Bangunan

Analisa Ketersediaan Bahan


Baku Bata Bertautan

Seleksi Aneka Ragam Bata


Bertautan

Bata Bertautan Terpilih

Proses Dan Alat Produksi


Bata Bertautan

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Alat Cetak Bata Bertautan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 10


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Uraian tahapan-tahapan metode perancangan tersebut akan dijelaskan pada


subbab-subbab berikut ini:

3.1 PERBANDINGAN ANTARA ANEKA RAGAM BATA BANGUNAN

Perkembangan teknologi dalam bidang rekayasa teknik sipil dan


bangunan kini terus berkembang pesat seiring pesatnya laju pembangunan.
Penemuan inovasi bahan-bahan bangunan yang baru terus bermunculan.
Struktur kuda-kuda bangunan dari baja ringan, konstruksi rumah atau
bangunan dengan sistem pre-fabrikasi, penutup dinding luar dari spandeck,
termasuk bahan pengisi dinding dari bata merah, batako, bata ringan atau bata
bertaut sudah umum terlihat dan banyak digunakan. Khusus untuk bahan yang
digunakan untuk pengisi dinding rumah atau bangunan, saat ini terdapat
berbagai macam pilihan material dinding rumah, seperti bata merah, batako,
bata ringan hingga bata bertautan (interlocked brick). Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Selain perbedaan pada kualitas dan
ukuran, juga berbeda dalam hal kenyamanan ditempati serta biaya
pembangunan.

Dalam subbab ini akan dibahas mengenai kelebihan dan kekurangan


dari bata merah, batako, bata ringan dan bata bertaut. Setiap bahan memiliki
karakteristik masing-masing. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi proses
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan tentunya biaya yang akan dikeluarkan
untuk pembangunan tersebut. Berikut merupakan spesifikasi, kelebihan dan
kekurangan dari penggunaan setiap bahan :

3.1.1 Bata Merah

Gambar 3.2 Bata Merah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 11


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Bata merah merupakan bata yang terbuat dari tanah yang dicetak
kemudian dibakar pada suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,
mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan bukan
sembarang tanah, melainkan tanah yang relatif liat sehingga dapat menyatu
saat proses pencetakan. Namun tidak semua tanah liat dapat digunakan, hanya
yang terdiri dari kandungan pasir tertentu. Dengan bahan penyusun tanah
itulah yang menyebabkan rumah dinding terasa lebih nyaman dan sejuk.
Dinding dengan penyusun bata merah akan lebih kuat, kokoh dan tahan lama,
sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari bata
merah. Bata merah ini juga sangat tahan terhadap panas sehingga dapat
menjadi perlindungan bangunan dari bahaya api.

Dimensi bata merah pada umumnya memiliki panjang 17-23 cm, lebar
7-11 cm, tebal 3-5 cm. Keuntungan lain diantaranya ukuran yang relatif kecil
memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan, mudah digunakan untuk
membentuk bidang kecil, harga murah dan bata merah mudah diperoleh.

Untuk dinding seluas 1 m2, bila menggunakan bata merah berukuran


23 cm x 17 cm x 5 cm kurang lebih membutuhkan 70 buah bata merah.

Bahan baku yang dibutuhkan untuk memasang dinding bata merah


adalah semen dan pasir ayakan. Saat pemasangan tidak memerlukan perekat
khusus, untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3 (artinya 1
takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak). Sedangkan
untuk dinding yang tidak harus kedap air dapat menggunakan perbandingan
1:4 hingga 1:6.

Spesifikasi Bata Merah

 Berat jenis kering = 1500 kg/m3

 Berat jenis normal = 2000 kg/m3

 Kuat tekan = 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978)

 Konduktifitas termal = 0,380 W/mK

 Tebal spesi = 20 – 30 mm

 Ketahanan terhadap api = 2 jam

 Jumlah (kebutuhan) bata merah per 1 m2 = ±90 buah tanpa construction


waste

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 12


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Kelebihan Bata Merah

 Tidak memerlukan keahlian khusus dalam pemasangan.

 Ukuran yang relatif kecil memudahkan untuk pengangkutan.

 Mudah untuk membentuk bidang kecil.

 Harga relatif murah.

 Mudah diperoleh.

 Tidak memerlukan perekat khusus.

 Tahan panas sehingga dapat menjadi perlindungan terhadap api.

Kekurangan Bata Merah

 Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.

 Cenderung lebih boros dalam penggunaan material perekatnya.

 Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama
membuat waste-nya dapat lebih banyak.

 Proses pemasangan relatif lebih membutuhkan pengalaman dan


ketrampilan khusus.

 Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi.

 Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan


plesteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang rata.

 Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim
dingin, sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak stabil.

 Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.

 Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur


bangunan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 13


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

3.1.2 Batako

Gambar 3.3 Batako

Batako terbuat dari mortar atau campuran semen (PC) dan pasir ayak
yang dicetak padat atau di-press. Selain itu ada juga yang terbuat dari
campuran batu trass, kapur dan air. Bahkan sekarang sudah beredar batako
dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuat batako
tersebut, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatan lebih rendah dari bata
merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding terutama jika bagian
kosong dari batako tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian material
batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan cenderung
pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari material tanah.
Batako dalam 1 m2 biasanya cenderung lebih ringan dari bata merah. Tekstur
batako juga terlihat lebih halus dan ukurannya yang lebih presisi dibandingkan
bata merah.

Dimensi batako pada umumnya memiliki panjang 36-40 cm, tebal 8-10
cm dan tinggi 18-20 cm. Untuk dinding seluas 1 m2 kurang lebih
membutuhkan ± 15 buah batako. Biasanya batako dipilih untuk memperingan
beban struktur sebuah bangunan, mempercepat pelaksanaan dan
meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan
dinding.

Spesifikasi Batako :

 Berat jenis kering = 950 kg/m3

 Berat jenis normal = 1000 kg/m3

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 14


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Kuat tekan = 5,5 N/mm²

 Konduktifitas termal = 0,339 W/mK

 Tebal spesi = 20 – 30 mm

 Ketahanan terhadap api = 4 jam

 Jumlah (kebutuhan) batako press per 1 m2 = 20-25 buah tanpa


construction waste

Kelebihan Batako

 Setiap meter kuadrat membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan


dengan bata merah, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan.

 Pembuatan mudah dan ukuran lebih presisi.

 Ukuran relatif besar sehingga waktu dan biaya pemasangan juga lebih
hemat.

 Khusus batako yang berlubang dapat berfungsi sebagai isolasi udara.

 Pemasangan lebih rapi dan tidak perlu diplester.

 Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan


potongan

 Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.

 Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.

 Pemasangan lebih cepat jika dibandingkan dengan bata merah.

 Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas antara 9-12 m2.

Kekurangan Batako

 Mudah terjadi retak rambut pada dinding.

 Mudah dilubangi dan mudah pecah karena terdapat lubang bagian sisi
dalamnya.

 Kurang baik untuk insulasi panas dan suara.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 15


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

3.1.3 Bata Ringan

Gambar 3.4 Bata Ringan

Bata ringan atau sering disebut hebel atau celcon atau bata berpori atau
beton ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dibuat dengan campuran
atau komposisi bahan yang terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit
gypsum, air dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara
secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan
mengembang selama 7-8 jam. Pembuatan dilakukan dengan menggunakan
mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan yang
baik. Bata ringan ini dibuat agar dapat memperingan beban struktur dari
sebuah bangunan konstruksi, mempercepat dalam pelaksanaan atau
pemasangan serta meminimalisir sisa material yang terjadi pada saat proses
pemasangan dinding.

Dimensi bata ringan pada umumnya memiliki panjang 60 cm, tinggi


20 cm dengan tebal 8-10 cm. Untuk pemasangan pada dinding seluas 1 m2
kurang lebih membutuhkan 8 buah bata ringan. Pemasangan bata ringan
cukup mudah, dapat langsung diberi acian tanpa harus diplester terlebih
dahulu. Namun pemasangan bata ringan juga dapat menggunakan pasir dan
semen seperti pemasangan pada bata merah dan batako.

Spesifikasi Bata Ringan

 Berat jenis kering = 520 kg/m3

 Berat jenis normal = 650 kg/m3

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 16


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Kuat tekan ≥ 4,0 N/mm2

 Konduktifitas termal = 0,14 W/mK

 Tebal spesi = 3 mm

 Ketahanan terhadap api = 4 jam

 Jumlah (kebutuhan) bata ringan per 1 m2 ± 10 buah tanpa construction


waste.

Kelebihan Bata Ringan

 Memiliki kuat tekan yang tinggi.

 Memiliki ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.

 Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan


dinding yang rapi.

 Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan


perekat.

 Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.

 Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.

 Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.

 Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm


saja.

 Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.

 Memiliki kekedapan suara yang baik.

Kekurangan Bata Ringan

 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang sisa


cukup banyak.

 Perekatnya khusus, umumnya adalah semen instan.

 Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya, karena jika tidak


dampaknya sangat terlihat.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 17


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu
yang lebih lama dari bata biasa.

 Harga relatif lebih mahal daripada bata merah dan batako.

 Relatif sulit untuk mendapatkannya, hanya toko material besar yang


menjual bata ringan.

 Penjualannya pun dalam volume (m3) yang besar.

3.1.4 Bata Bertautan (Interlocked brick)

Gambar 3.5 Bata Bertautan

Bata bertautan (interlocked brick) merupakan material penyusun


dinding yang terbuat dari campuran 10-18 bagian tanah merah, 1 bagian
semen dan kapur yang kemudian dibentuk atau dicetak sedemikian rupa,
dikeringkan tanpa terkena sinar matahari (curing) dan disimpan di tempat
yang teduh dengan sedikit lembab.

Bata bertautan (interlocked brick) dapat saling mengunci dan dapat


menahan pergerakan akibat gaya. Bata ini telah dikembangkan dan banyak
digunakan di luar negeri. Bata bertautan (interlocked brick) berbentuk mirip
seperti mainan bongkar pasang (LEGO). Bata ini tidak dirancang sebagai
material mortarless. Untuk pemasangannya digunakan mortar cair dengan
komposisi 1 bagian semen, 3 bagian pasir dan 3 bagian air. Sebagai pengganti
adukan semen, bata bertaut ini menggunakan lubang bulat untuk mendapatkan
tautan yang permanen. Lubang tersebut dapat diisi mortar untuk menambah
kekuatan. Lubang juga berfungsi untuk instalasi kabel listrik dan air.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 18


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Dimensi bata bertautan (interlocked brick) umumnya memiliki panjang


bata 2x dari lebar bata. Pada desain ini yaitu 25 cm x 12.5 cm x 10 cm
sehingga tidak perlu menggunakan bata khusus untuk membuat sudut tertentu.

Kelebihan Bata Bertautan (Interlocked brick)

 Kemampuan meredam panas dan suara,

 Ketahanan terhadap api yang lebih baik,

 Berat jenis yang lebih ringan daripada batu bata,

 Kemudahan dalam pengerjaan instalasi dinding yang artistik.

 Penghematan bahan perekat (semen) dan waktu pengerjaan.

 Pengurangan atau penghematan ongkos pekerja.

 Memiliki kemampuan interlocking antar bata sehingga dapat menahan


gaya geser saat terjadi guncangan.

 Dengan kemampuan interlocking dapat mengurangi resiko bila terjadi


gempa bumi atau angin kencang.

 Memiliki kemampuan multi dimensi sehingga dapat membuat sudut temu


yang berbentuk huruf T dan juga bentuk persimpangan 4.

 Hemat energi, waktu pengerjaan dan dapat mengurangi dampak


pemanasan global karena bata kait (interlocked brick) tidak memerlukan
proses pembakaran.

 Proses produksi yang mudah, murah dan cepat.

 Bahan baku pembuat bata bertautan (interlocked brick) yang berlimpah.

 Biaya konstruksi yang hampir sama dengan menggunakan batako tetapi


memiliki nilai asrtistik yang lebih baik.

 Dapat digunakan langsung sebagai bata struktural karena lubang kait antar
bata dapat diisi tulangan besi dan meniadakan kolom praktis pada cara
konvensional.

 Dapat dikerjakan langsung di lokasi proyek sehingga hemat biaya


transportasi.

 Bata kait mudah di pindah menggunakan listrik 1 phase sehingga mudah


dipasang dimana saja.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 19


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Kuat tekan bata kait (interlocked brick) dibuat sekitar 8 Mpa yang sudah
memenuhi standar SNI 03—349-1989.

 Bata kait (interlocked brick) tidak memerlukan proses finishing sehingga


bata dapat langsung diwarnai atau dicat.

Kekurangan Bata Bertautan (Interlocked brick)

 Bata bertautan (interlocked brick) memiliki berat jenis yang cukup besar
sehingga sulit diterima pada bangunan tingkat tinggi. Hal ini dapat diatasi
dengan membuat bata kait menggunakan bahan yang digunakan untuk
membuat bata ringan.

 Bahan yang digunakan harus halus sehingga diperlukan proses crushing


jika bahan baku masih kasar.

 Ketebalan harus benar-benar presisi, jika tidak presisi sedikit saja dapat
mengakibatkan adanya celah pada tembok. Celah tersebut harus ditutup
dengan campuran semen yang menjadikan pekerjaan ulang dan memakan
waktu maupun biaya.

 Jika dinding rusak, runtuh atau retak sebagian maka sangat sulit
memperbaikinya karena harus membongkar 1 bagian dinding karena bata
saling terkait.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing bahan


memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun secara garis besar bahan material
yang sangat efisien berdasarkan biaya, waktu, energi, jumlah pekerja dan cara
pemasangan, bata bertautan (interlocked brick) merupakan bahan yang paling
cocok digunakan sebagai material penyusun dinding untuk rumah sederhana
dengan waktu yang relatif singkat.

3.2 ANALISA KETERSEDIAAN BAHAN BAKU


3.2.1 Literatur Bahan Baku Bata bertautan

Kegiatan survei bahan baku pada dasarnya merupakan pengumpulan


material-material yang berpotensial untuk digunakan dalam proses pembuatan
bata bertautan, baik sebagai bahan baku utama, bahan baku korektif, maupun
bahan baku campuran (aditif).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 20


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Dikarenakan keterbatasan waktu yang penulis miliki, maka penulis


memutuskan untuk menggunakan metode pengumpulan data berupa survei
literatur dari beberapa eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya oleh
sekelompok peneliti lain.
Material-material tersebut penulis kategorikan ke dalam tiga jenis
agregat campuran, yakni:
a) Agregat halus
Material ini memiliki tekstur yang sudah sangat baik karena telah
mengalami proses pengolahan sebelumnya dan merupakan bahan baku
aditif untuk memperbaiki sifat-sifat bata bertautan yang dihasilkan, seperti
meningkatkan kuat tekan akhir, meningkatkan kekuatan geser, beban
berulang dan beban kejut.

Agregat halus yang biasa digunakan dalam proses pembuatan bata


bertautan ialah semen portland. Dalam hal ini, digunakan semen portland
tipe 1 (ordinary portland cement) dari tiga roda, karena semen yang
dipergunakan tidak memerlukan persyaratan khusus, baik persyaratan
panas hidrasi maupun kuat tekan awal yang tinggi.

b) Agregat semi halus


Bahan baku ini merupakan bulir inert yang termasuk ke dalam kelompok
batuan lutit dengan ukuran bulir ± 0.06 mm, meliputi:

1) Tanah Merah
Tanah merah memiliki potensi yang berlimpah sebagai bahan baku
bata bertautan, mengingat warnanya yang eksotik dan tahan terhadap
lumut, sehingga cocok diterapkan pada rumah non finishing. Tanah
merah berasal dari desa binaan Indocement yang hingga saat ini hanya
digunakan sebagai tanah urukan dan disia-siakan, oleh karenanya
tanah merah sangat efisien digunakan sebagai bahan baku produksi
bata bertautan. Namun demikian tanah merah memiliki beberapa
kekurangan, diantaranya:
 Teksturnya yang belum sempurna perlu melalui proses
penghancuran (milling) terlebih dahulu agar dapat dicetak. Hal ini
mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi dan hanya
potensial sebagai bahan pewarna.
 Tanpa proses pembakaran, tanah merah tidak tahan terhadap air.
Sehingga bata ini hanya cocok untuk bagian internal bangunan atau
bangunan yang diplester.
2) Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur tersedia berlimpah di Gunung Kapur, Quarry D milik PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Sama halnya dengan tanah merah,
kapur harus melewati proses penghancuran dahulu sebelum dicetak.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 21


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Dengan demikian batu kapur hanya berpotensi sebagai bahan


tambahan untuk menghemat penggunaan semen.
3) Tanah Putih
Tanah Putih Lombok juga potensial sebagai bahan bata bertautan dan
memiliki daya rekat yang tinggi serta ketahanan terhadap air. Hanya
saja biaya transportasi yang mahal dari Lombok ke Bogor, membuat
bahan ini hanya cocok diaplikasikan langsung di Lombok, Nusa
Tenggara Barat.
4) Tanah Liat (Lempung)
Tanah liat sudah diterapkan dan sangat potensial sebagai bahan baku
pembuatan bata bertautan di beberapa negara. Hanya saja, untuk
memperoleh material ini perlu dibeli dari supplier, sehingga
penggunaannya jadi tidak efisien.
5) Lumpur
Lumpur Porong Sidoarjo sangat potensial sebagai bahan baku bata
bertautan. Hanya saja bata ini juga tidak tahan terhadap air, sehingga
hanya cocok untuk bagian internal bangunan atau untuk bangunan
yang diplester.
6) Fly ash
Fly ash sudah diterapkan sebagai bahan baku bata di beberapa negara.
Dari uji coba di UPT PSTKP Bali, material ini juga dapat digunakan
sebagai bahan bata bertautan. Fly ash dapat diperoleh dari hasil proses
produksi semen pada unit coal mill.
c) Agregat kasar
Agregat berbulir kasar berupa pasir kuarsa ini termasuk ke dalam
kelompok arenit (silikarenik) dengan ukuran bulir 0.06 - 2 mm. Pasir
berfungsi sebagai bahan baku korektif yang dapat ditambahkan ke dalam
campuran bata bertautan bila diperlukan.

Webb and Lockwood (1987) merekomendasikan perbandingan tanah


dengan semen berdasarkan kekuatan tekan yang dihasilkan, seperti:

 Tanah rendah shrinkage (konten tanah tinggi) lebih baik distabilisasi


mengunakan semen portland, sehingga memiliki kekuatan tekan ≥ 4 MPa.
 Tanah tinggi shrinkage (konten tanah liat tinggi) lebih baik distabilisasi
dengan kapur, namun memiliki kekuatan tekan yang rendah ≤ 2 MPa.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 22


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Tabel 3.1 Rekomendasi level shrinkage tanah dengan kekuatan tekannya

Dari literatur di atas, penulis memutuskan bahwa bahan baku bata


bertautan yang dipilih ialah bahan baku campuran yang terdiri dari, tanah
merah, pasir, fly ash, semen portland, dan air dengan perbandingan volume
tertentu.

3.2.2 Analisa Sifat Kimia

Dari analisa sifat kimia bahan baku bata bertautan yang dilakukan oleh
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni Dan Teknologi Keramik Dan
Porselen Bali, diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Semen Portland
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

1. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,
CaO : 62.39 %
SNI 15-1569-1998,
SiO2 : 21.33 %
SNI 15-0449-1998.
Al2O3 : 6.10 %

Fe2O3 : 3.10 %

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 23


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

b) Tanah Merah
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

2. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,
CaO : 4.34 %
SNI 15-1569-1998,
SiO2 : 59.82 %
SNI 15-0449-1998.
Al2O3 : 15.73 %

Fe2O3 : 6.58 %

MgO : 1.84 %

SO3 : 0.12 %

Na2O : 5.32 %

K2O : 2.25 %

c) Limestone
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

3. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,
CaO : 54.56 %
SNI 15-1569-1998,
SiO2 : 5.19 %
SNI 15-0449-1998.
Al2O3 : 0.68 %

Fe2O3 : 0.08 %

MgO : 7.90 %

d) Tanah Liat
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

4. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 24


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

SNI 15-1569-1998, CaO : 5.08 %

SNI 15-0449-1998. SiO2 : 59.14 %

Al2O3 : 15.34 %

Fe2O3 : 6.88 %

Na2O : 3.84 %

MgO : 3.49 %

K2O : 1.13 %

H2O : 1.15 %

TiO2 : 1.05 %

e) Lumpur Porong
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

5. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,
CaO : 2.05 %
SNI 15-1569-1998,
SiO2 : 52.08 %
SNI 15-0449-1998.
Al2O3 : 19.27 %

Fe2O3 : 5.40 %

f) Fly Ash
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

6. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,
CaO : 4.56 %
SNI 15-1569-1998,
SiO2 : 52.02 %
SNI 15-0449-1998.
Al2O3 : 33.28 %

Fe2O3 : 5.03 %

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 25


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

MgO : 1.42 %

SO3 : 1.62 %

g) Abu Sekam
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji

7. Analisa Kimia, SNI 15-4936-1998, Hasil Analisa Kimia (%


berat) sebagai berikut:
AAS, % berat SNI 15-3787-1998,
CaO : 0.72 %
SNI 15-1569-1998,
SiO2 : 87.56 %
SNI 15-0449-1998.
Al2O3 : 1.38 %

Fe2O3 : 0.34 %

MgO : 3.60 %

SO3 : 0.89 %

CO2 : 0.45 %

Tabel 3.2 Analisa Sifat Kimia Material

3.3 SELEKSI ANEKA RAGAM BATA BERTAUTAN

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bata bertautan digunakan


untuk pembuatan dinding yang tidak membutuhkan adukan spesi (mortar)
untuk merekatkan bata, sebagai gantinya digunakan tonjolan dan lekukan
sehingga pada waktu dipasang akan saling mengunci baik diarah vertikal atau
horizontal.

Temuan ini berkaitan dengan teknik pembangunan rumah tinggal /


gedung yaitu berhubungan dengan batu bata yang digunakan sebagai bahan
pembuatan dindingnya. BBHS batu bata yang berbentuk khusus agar mudah
pemasangannya, antara satu bata dengan bata berikutnya akan saling mengikat
(interlocked) dan hemat pemakaian semen. Bentuk interlock nya bisa
divariasikan seperti bentuk Segi 6 (enam), 8 (delapan) ataupun bulat sehingga
pemasangan bata memungkinkan bisa mempunyai arah berbeda. Ukuran batu

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 26


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

bata ini bisa beraneka tetapi yang terpenting ukuran bata yang menonjol pada
satu sisi akan bisa masuk / lebih kecil dibanding ukuran lubang pada sisi
lainnya.

Batu Bata Hemat Semen ( BBHS ) / Interlocked Brick adalah batu bata
yang pemasangannya dengan menumpuk bersilang sehingga bisa saling
berkait, dapat menggunakan perekat semen ataupun tidak . Batu bata ini bisa
dibuat dari tanah liat , Hebel/ bata ringan ataupun bahan lain dengan warna
yang bermacam macam.

Design bata bertautan dapat beraneka macam, masing-masing


mempunyai fungsi tersendiri, misal ada yang sebagai begesting, maka
pemakaian begesting kayu menjadi sangat minimum.

Beberapa design bata interlock yang berada di pasaran adalah :

1. HH Model (Horizontal H)

Gambar 3.6 HH Model Interlocked Brick

2. W Model (Wave)

Gambar 3.7 W Model Interlocked Brick

3. MR Model (Mono Rail)

Gambar 3.8 MR Model Interlocked Brick

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 27


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

4. S Model (Slip)

Gambar 3.9 S Model Interlocked Brick

5. T Model (Tern)

Gambar 3.10 T Model Interlocked Brick

6. H Brick

Gambar 3.11 H Interlocked Brick

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 28


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Gambar 3.12 H Interlocked Brick Dimention

Bata H diinspirasi dari interlock block (bata kait) yang banyak


digunakan di luar negeri. Bata kait adalah material penyusun dinding yang
mempunyai pengait untuk mengunci pergerakan akibat gaya. Bata ini
merupakan pengembangan dari batako dengan menambahkan lips (pinggiran)
pada sisi-sisi tertentu sebagai pengunci. Batako hanya mampu menahan
goyangan gempa dari satu arah.

Bata berbentuk H bisa saling mengunci sehingga bentuk dinding tidak


berubah saat menahan guncangan gempa dari dua arah, yakni sejajar dinding
dan tegak lurus dinding. Adapun serat yang ditambahkan adalah kerikil atau
pecahan genting maupun limbah bubut baja, agar bata yang dihasilkan
memiliki kekakuan yang tinggi dan solid sehingga mempunyai kuat tarik yang
besar dan tahan terhadap guncangan.

Untuk membuat batu bata H, dibutuhkan semen, pasir, dan agregat


(campuran pecahan genting atau kerikil dan limbah bubut baja) dengan
perbandingan 1 : 2 : 3, lalu ditambah air.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 29


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Bata H terdiri atas tiga lapisan. Lapisan pertama dan ketiga berukuran
20 cm x 40 cm dengan tebal 3 cm. Lapis kedua berada di antara lapis pertama
dan ketiga berbentuk huruf H berukuran 40 cm x 25 cm dengan tebal 4 cm.
Lapis pertama dan ketiga dipasang sejajar, sedangkan lapisan kedua
diletakkan 2,5 cm lebih tinggi dan 5 cm lebih menyamping untuk menciptakan
lips.

7. Durablock
DuraBlock adalah interlocking block
yang ringan namun mempunyai kekuatan
yang dapat digunakan dalam bangunan
rumah, pabrik ataupun gedung, Didesain
secara khusus agar bangunan yang
menggunakan DuraBlock memiliki
karakteristik yang tenang dan tetap sejuk.
Gambar 3.13 Durablock Porosity
Bila dilihat menggunakan mikroskop,
DuraBlock memiliki jutaan gelembung udara kecil
yang disebut "sel". Tiap-tiap sel terpisah dari sel
lainnya sehingga suara dan panas dari luar ruangan
menjadi sulit untuk masuk ke dalam ruangan.
Namun penggunaan Durablock ini memerlukan
sedikit mortar dalam aplikasinya, dikarenakan
design bata yang dianggap kurang mampu
menahan pergerakan yang sejajar dengan dinding. Gambar 3.14 Durablock

8. Hollow Tern

Gambar 3.15 Hollow Tern

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 30


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Bata press interlocking tersebut mempunyai kemampuan multi


dimensi. Panjang bata adalah dua kali lebarnya (250x125x100mm), sehingga
tidak perlu menggunakan bata khusus untuk membuat sudut tertentu.
Kemampuan ini dapat digunakan untuk membuat sudut temu yang berbentuk
huruf T dan juga bentuk persimpangan 4.

Dua lubang berbentuk bulat pada bata dapat diisi penyangga vertical
dengan besi atau baja berukuran 8-15 mm, dan di cor dengan adukan mortar.
Sistem ini menggantikan fungsi pilar pada tembok konvesional. Disamping
itu, juga mempunyai kemampuan bertautan secara permanen. Sebagai
pengganti adukan semen, bata bertautan ini menggunakan lubang yang
berbentuk bulat untuk mendapatkan pautan yang permanen. Lubang juga
berfungsi untuk instalasi kabel listrik dan air.

Bata bertautan dianjurkan diisi cor mortar ke dalam lubang vertikal


bata bertautan antara 80 – 120 cm. Bisa juga ditambah tulangan besi yang
diikat dengan sloof pondasi dan ring balok lalu di-cor mortar.

Beberapa keuntungan yang didapat dari bata berbentuk ini, yaitu :

 Isolator suara  Bata Interlok karena ada lubang maka mengurangi


kebisingan dan membuat lebih nyaman didalam rumah.
 Isolator Temperatur  Bata Interlok karena adanya rongga lubang, maka
didalam gedung akan terasa lebih sejuk dan nyaman. Jika temperatur
sekitar cukup tinggi, bata dapat menyerapnya, sehingga ruangan terasa
sejuk saat musim panas. Sebaliknya pada musim hujan atau musim dingin,
ruangan tidak akan terasa terlalu dingin. Hal ini dikarenakan panas
ruangan dapat diredam oleh batu bata, sehingga tak mudah merambat ke
luar ruangan.
 Tahan Api  Bata Interlok berbahan dasar campuran beton, maka tahan
api.
 Test Geser  Kuat geser bata Interlock berkisar antara 84 Kg/cm² sampai
dengan 93 Kg/cm² dengan rata rata 88 Kg/cm² (memanjang). Kuat geser

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 30


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

bata Interlok berkisar antara 78 Kg/cm² sampai dengan 84 Kg/cm² dengan


rata rata 81 Kg/cm² (melintang).
 Test Faceload. Dinding 1,5 m x 1,5 m.
 Benda uji 1 : Lubang dinding diisi mortar setiap 50 cm, beban runtuh
adalah 690 kg. Beban tegak lurus dinding adalah 306 Kg/ m².
 Benda uji 2 : Semua lubang dinding diisi mortar, beban runtuh adalah
1.234 kg, beban tegak lurus dinding adalah 548 Kg/m².
Maka dapat disimpulkan bahwa bata tersebut dapat memikul beban
angin yang kuat dan beban gempa diarah permukaan dinding.

9. Interlocking Hollow Block

Gambar 3.16 Canadian interlocking hollow-blocks with general measurements of 16” x8” x
8” (400 x 200 x 200mm). 2.1a, yang dikenal sebagai sistem Sparlock Hines. 2.1b, yang
dikenal sebagai sistem Haener Gallegos.

Biasanya interlocking hollow blocks yang berasal dari Canada ini


digunakan untuk menggantikan bekesting untuk pengecoran diding beton
bertulang. Pada Sparlock, sistem hanya dapat menahan gaya eksitasi dari arah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 31


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

vertikal, sedangkan siatem Heaner dapat menahan dari arah vertikal dan
horizontal. Bata ini dibuat dengan takaran semen : pasir atau keriki sebanyak
1:10, hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan strength yang tinggi dengan
ukuran bata yang tipis.

10. Thai Interlocked bricks


Thai interlocking brick berasal dari Bangkok Thailand yang memiliki
dimensi 300 mm x 150 mm x 100 cm yang diproduksi menggunakan Cinva
Ram.

Gambar 3.17 Thai Interlocked Bricks

Dari gambar diatas dapat dilihat cara penyusunan dari bata ini dengan
menautkan lubang secara vertical yang bertujuan untuk mengurangi berat
beban dari bata itu sendiri, membuat pilar dengan mengisikan mortar yang
bertujuan untuk meningkatkan stabilitas dinding, dan dapat digunakan untuk
kabel listrik dan komunikasi. Knobs dan depresi tidak boleh <5 mm, karena
dapat menyebabkan mekanisme penguncian tidak dapat terbentuk dengan
baik.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 32


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

11. Solbric System From South Africa

Gambar 3.18 Solbric System From South Africa

Solbric system ini menggunakan solid interlocking brick yang dibentuk


dengan cara di press dan memiliki dimensi 250 mm x 200 mm x 100 mm.
Susunan Solbric menghasilkan rongga horizontal yang dapat digunakan untuk
instalasi saluran dan pipa, atau untuk memperkuat struktur dengan
menambahkan cill dan lintel levels. Diding Solbric ini memiliki bagian
internal yang datar dan bagian eksternal yang bersendi. Permukaan internal
yang datar dapat mengurangi kebutuhan penggunaan mortar untuk plester.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 33


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

12. Hydraform System From South Africa

Gambar 3.19 Hydraform System From South Africa

Bata bentuk ini hamper sama dengan Solbric, hanya saja memiliki
ukuran yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih tebal yaitu 240 mm x 220
mm x 115 mm. Stabilitas dinding dengan bata penyusun ini tidak memiliki
penguncian tetapi diperhitungkan dengan lebar dan berat (massiveness) dari
bata itu sendiri. Kuat tekan yang dibutuhkan pada proses pembuatan bata ini
berkisar pada 4 MPa hingga 10 MPa.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 34


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

13. Bamba System From South Africa

Gambar 3.20 Bamba System From South Africa

Bamba interlocking brick memiliki lubang dengan tonjolan dan


depression. Bagian atas dan bawah bata ini memiliki simetris yang negative
atau konfigurasi yang berlawanan satu sama lain yang memungkinkan mereka
untuk menyesuaikan atau saling mengunci.

Bamba interlocking brick ini adalah bata yang lebih baik dari semua
bentuk yang ada, asalkan memiliki akurasi yang tinggi yang dapat
dipertahankan. Tingkat akurasi bentuk bata ini dipengaruhi oleh pemilihan
tanah yang tepat, water cement ratio yang tepat, dan control yang baik saat
produksi berlangsung. Namun control ini sedikit sulit dilakukan mengingat
bahwa bentuk bata yang rigid sehingga sulit untuk memeriksa defect yang
terjadi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 35


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

14. Auram System From India


Jenis interlocking ini memeiliki beberapa kesamaan dengan typa
Bamba dan Thai, hanya saja memiliki ukuran yang lebih sederhana dengan
ukuran 295 x 145 x 95mm.

Gambar 3.21 Auram System From India

Aurum brick ini memiliki berat sekitar 9 – 10 kg. Mekanisme


penguncian tergantung dari bosses dan depressions dari bata itu sendiri. Untuk
menentukan ukuran yang optimum, biasanya dilakukan pengujian. Dari hasil
pengujian tersebut, kedalaman fitur penguncian tidak boleh kurang dari 10
mm.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 36


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

15. Tanzanian Interlocked Brick System

Gambar 3.22 Tanzanian Interlocked Brick System

Bata ini dibuat untuk memberbaiki kekurangan yang ada pada bata
Bamba, baik itu dari segi bentuk maupun dari penggunaan teknologi yang
digunakan. Bata ini diproduksi dengan alat yang konvensional yaitu Cinva
Ram.

Bata ini di bentuk dengan system penguncian piramida dengan lubang


ditengahnya. Bentuk ini dinilai lebih baik kerana tranformasi eksitasi gaya
dapat terdistribusi dengan rata pada arah horizontal. Namun demikian, hal ini
tidak menutupi kekurangan dari bata Tanzanian, yakni stabilitas dinding
selama konstruksi pada arah vertical tidak dapat tercover dengan baik.
Sehingga memerlukan lebih banyak mortak untuk mencapai kekuatan
maksimumnya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 37


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

3.4 BATA BERTAUTAN TERPILIH

Dari uraian diatas, kami menyimpulkan bahwa bata bertautan yang


baik diaplikasikan untuk dinding bangunan dengan memaksimalkan
keunggulan yang ada pada karakteristiknya dan kemudahan untuk membuat
alat press adalah interlock brick type hollow tern yang berdimensi 25 cm x
12,5 cm x 10 cm dengan lip yang berada tepat ditengah-tengah sisi lebar dari
bata yang berukuran 2,5 cm x 1 cm. Lip ini berfungsi untuk menahan tegangan
yang tegak lurus dari dinding.

Dengan ukuran yang sudah ditetapkan yaitu 25 cm x 12,5 cm x 10 cm,


maka kebutuhan jumlah bata untuk membuat dinding pada rumah type 21
dengan luas total dinding yaitu 76 m2 adalah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 38


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

3.5 PROSES DAN ALAT PRODUKSI BATA BERTAUTAN

Proses produksi bata bertautan dapat dilaksanakan sedekat mungkin


dengan lokasi bangunan, yaitu di desa binaan PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. Adapun alur proses produksi bata bertautan dirangkum seperti
di bawah ini:

Loading and Hauling

Storaging

Milling

Sieving

Mixing

Moulding

Curing

Ready Product
Interlock Brick for Building
Gambar 3.24 Alur Proses Produksi Bata Bertautan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 39


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Uraian alur proses di atas dapat dipaparkan pada tahapan-tahapan berikut ini:

Gambar 3.25 Setup of Production Line

a) Loading and Hauling


Bahan baku yang diperlukan didistribusikan dari sumernya menuju gudang
bahan baku terdekat dengan lokasi bangunan sesuai dengan kebutuhan.
b) Storaging
Bahan baku dikumpulkan di sekitar area produksi agar lebih mudah dan
lebih dekat jika ingin digunakan.
c) Milling
Untuk memecah batuan dan menghaluskan tanah digunakan Hammer Mill
yang dibeli di Pasar Alat Teknik, Jembatan Merah, Jakarta Pusat.
d) Sieving
Material yang sudah halus kemudian diayak agar lebih bersih tanpa
kerikil-kerikil yang mengganggu proses pencampuran.
e) Mixing
Pada tahap ini dilakukan pencampuran bahan baku dengan alat Mortar
Mixer yang dibeli di Pasar Alat Teknik, Jembatan Merah, Jakarta Pusat.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 40


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Gambar 3.26 Mixing

Selain dapat menggunakan level perbandingan campuran tanah dan semen


yang terdapat dalam subbab 3.2, cement to soil ratio juga dapat
dideterminasi dengan persentase 5% - 12% massa campuran semen,
sebagai berikut:
5% mix = 1 kantong semen : 20 bagian tanah
8% mix = 1 kantong semen : 12 bagian tanah
10% mix = 1 kantong semen : 10 bagian tanah
12% mix = 1 kantong semen : 8 bagian tanah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 41


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

f) Moulding
Mesin moulding untuk mencetak bata bertautan didesain langsung dalam
kegiatan ini dengan model press mekanik yang akan dilaksanakan di
Workshop Sekolah Magang Indocement. Berikut ini, langkah-langkah
pencetakan bata bertautan dengan mesin moulding manual tersebut:
 Buka lid dan isi unit level compression chamber melalui corong yang
telah tersedia. Gunakan penggaruk untuk meratakan kelebihan isian
tanah.

Gambar 3.27 Moulding Tahap Pertama

 Tutup lid dan tekan handle pada lid arms seperti pada gambar.

Gambar 3.28 Moulding Tahap Kedua

 Kunci chamber dan tekan handle untuk mencetak.

Gambar 3.29 Moulding Tahap Ketiga

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 42


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Angkat kembali handle dan lepaskan dari lid arms seperti pada
gambar.

Gambar 3.30 Moulding Tahap Keempat

 Buka lid dan tekan handle sehingga bata keluar dari compression
chamber.

Gambar 3.31 Moulding Tahap Kelima

 Ambil bata yang telah di cetak secara manual (dengan tangan) dan
angkat kembali handle ke posisi semula.

Gambar 3.32 Moulding Tahap Keenam

g) Curing
Bata bertautan diangkat dari mesing moulding, selanjutnya dilakukan
proses curing (perawatan) selama ± 14 hari. Dalam proses ini, hindari
penyimpanan di tempat yang terkena panas matahari secara langsung dan
disarankan penyimpanan bata bertautan di tempat yang teduh dan sedikit
lembab.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 43


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

Gambar 3.33 Curing Interlocked Brick

Ada tiga metode curing yang dianjurkan, antara lain:


1) Metode basah
Bata bertautan didiamkan pada udara terbuka kemudian ditutup lapisan
koran/kantong semen basah, dalam 2x seminggu bata bertautan harus
disemprot (spray) dengan air secara merata ke permukaan tumpukan
bata.
2) Metode kering
Bata bertautan dibungkus dengan plastik sehingga embun yang timbul
dalam plastik membantu proses pengikatan antara semen dan tanah.
3) Metode redaman
Bata bertautan direndam dalam bak yang berisi air, yang terlebih
dahulu diberi kerikil di dasar bak (± 10 cm) dan di atasnya diberi slab
beton atau kayu, lalu ditutup plastik hingga rapat.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 44


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

BAB IV
DESAIN ALAT MOULDING

Dari referensi yang telah dikumpulkan, didapatkan dua jenis alat Press,
yaitu jenis hidraulik dan jenis manual-mekanik.

4.1 ALAT MOULDING INTERLOCK BRICK MODEL HIDROLIK

Secara umum cara kerja kedua model alat yang sudah disebutkan
adalah sama, yang membedakan hanyalah jenis penggerak. Untuk Moulding
Interlock Brick Model Hidraulik penggeraknya menggunakan piston hidraulik
yang bekerja dengan angin bertekanan. Dari literatur yang idah dibaca, alat
jenis ini merupakan model terbaru karena pengoperasiannya menggunakan
listrik dan cenderung lebih mudah dipakai.

Namun kekurangan alat ini adalah harganya jauh lebih mahal dari alat
Press model manual. Dan karena pengoperasiannya harus menggunakan listrik
makan alat ini tidak cocok digunakan di daerah terpencil yang belum terdapat
listrik.

4.2 ALAT MOULDING INTERLOCK BRICK MODEL PRESS


MECHANIC

Untuk alat cetak mode manual-mekanik menggunakan sistem pesawat


sederhana tuas dan pengungkit. Penggeraknya juga hanya menggunakan
tenaga manusia dan tidak membutuhkan energi listrik. Jadi pengoperasiannya
alat model ini akan lebih melelahkan daripada model hidraulik. Dari literatur
yang sudah dibaca, alat cetak model ini lebih banyak dipakai di industri
karena alasan penghematan biaya.

Keunggulan lain dari alat cetak model ini adalah harganya yang lebih
murah, sehingga menjadi nilai tambah lain dalam pemilihan alat.

Pada proses pembuatan bata bertautan yang akan penulis lakukan


nantinya, penulis memilih alat cetak model ini karena pertimbangan tersebut
di atas.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 45


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

4.3 DESAIN ALAT


Cara kerja dari alat menggunakan sistem tekanan, sehingga volume
tanah sebelum dicetak akan lebih besar daripada volume bata sesudah dicetak.
Perbandingan volumenya adalah 1,3:1. Perbandingan ini dibuat agar pada saat
proses pencetakan tidak terlalu berat tetapi hasil cetakan juga cukup padat dan
kuat.
 Software
Dalam menentukan desain alat, kami menggunakan software
Google SkecthUp.

 Dimensi dan ukuran

Detail dimensi dan ukuran alat cetak:

1. Panjang : 50cm
2. Lebar : 15cm
3. Tinggi : 30cm (tidak termasuk tuas pengungkit)
4. Berat : 50kg

 Bahan pembuat

Bahan yang digunakan untuk alat cetak terbuat dari lempengan dan
pipa besi. Pemilihan bahan ini didasarkan dari kebutuhan kekuatan pada
proses pencetakan. Pemilihan bahan yang kuat juga akan menambah masa
pakai alat sehingga pengeluaran untuk perbaikan atau penggantian bisa
ditekan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 46


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

 Ergonomi

Karena alat ini sepenuhnya manual digerakkan oleh tenaga


manusia, maka alat didesain sedemikian rupa sehingga nyaman digunakan
oleh operator.

 Aspek K3
Selain aspek kenyamanan, yang tidak kalah penting adalah aspek
keamanan, terutama bagi para operator. Karena hanya menggunakan
penggerak oleh tenaga manusia/operator, maka jika terjadi kegagalan kerja
alat tidak terlalu beresiko terhadap operator karena secara langsung alat
akan berhenti beroperasi.

 Mock-up
Mockup adalah representasi dari sebuah ide, yaitu model alat
dengan ukuran mirip benda sebenarnya, hanya saja tidak memakai bahan
yang akan digunakan tidak sesuai aslinya. Bahan pembuatan mockup yang
kami lakukan terbuat dari papan kayu dan tripleks sehingga mudah
dipotong dan dibentuk.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 47


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari perancangan alat dan literatur mengenai bata bertautan dalam


makalah ini, disimpulkan:

1) Bahan baku utama bata bertautan yang akan digunakan ialah tanah merah
yang berasal dari desa binaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
dengan cement to soil ratio sebesar 5% - 12%.
2) Desain bata yang akan dibuat yaitu hollow tern dengan dimensi 25 cm x
12.5 cm x 10 cm dengan lip berukuran 2.5 cm x 1 cm.
3) Alat pencetak bata bermodel mekanik tekan akan dirakit oleh mahasiswa/i
STTI di Sekolah Magang Indocement.
4) Hasil yang diharapkan adalah keringkasan alat pencetak sehingga
berdampak pada peluang produksi bata bertautan secara massal dengan
nilai kuat tekan tinggi.

5.2 SARAN

Dikarenakan penulis belum melakukan tindakan penyelidikan secara


langsung di laboratorium, maka penulis menyarankan :

1) Setelah pencetakan bata bertautan dilakukan dengan perbandingan


campuran tertentu, sebaiknya ditindaklanjuti dengan pengujian kuat tekan
dan trial error.
2) Perlu adanya penelitian lebih lanjut di laboratorium untuk:
a) Bentuk dan dimensi bata bertautan, sehingga panjang dinding dalam
desain denah lebih fleksibel,
b) Alat press model mekanik manual yang telah dirakit, sehingga dapat
dibuat dinding dengan seperempat bata,
c) Konfigurasi atau formasi dari susunan bata bertautan.
3) Sangat dianjurkan menggunakan perbandingan 1 pcs : n tanah, dimana n
merupakan perbandingan terhadap massa semen, seperti pada subbab 3.5
4) Bila tanah setempat sangat jelek (soft clay) dan sulit mendapatkan tanah
merah, maka perlu adanya usaha perbaikan tanah/ men-treatment tanah
tersebut dengan cara menambahkan pasir dan kapur dalam perbandingan
lebih dari satu (bila yang ditemukan tanah soft clay).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 48


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

5) Bila tanah setempat mengandung tanah kepasiran maka tanah tersebut


tidak perlu ditambah dengan tanah lempung (clay)
6) Bila kuat tekan < 14 kg/cm3 maka sebaiknya dinding bata bertautan perlu
perlakuan lebih.

Rekomendasi di atas diharapkan dapat membantu pengembangan bata


bertautan dan alat cetaknya di masa mendatang.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE 49


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kegunaan Interlock Brick. Diakses pada tanggal 17 juni


2014 pada World Wide Web http://interlockbrick.wordpress.com

Anonim. 2012. Another Driveway Option Interlocking Brick. Diakses pada


tanggal 17 juni 2014 pada World Wide Web http://www.doityourself.com

Anonim. 2010. Manually operated Interlocking Brick Making Machine.


Diakses pada tanggal 17 juni 2014 pada World Wide Web
http://www.ndumekenya.com

Daniel. 2012. Mengenal Lock. Diakses pada tanggal 17 juni 2014 pada
World Wide Web http://eprints.unika.ac.id

Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan


Porselin Bali. 2010. Pembuatan Bata Interlocking Untuk Mendukung
Pembangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa. Bali : Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi.

Univesity of Warwick Intitutional Repository. 2009. Design of


Interlocking Bricks for Enhanced Wall Construction Flexibility, Alignment
Accurancy and Load Bearing. Diakses pada tanggal 17 juni 2014 pada
World Wide Web http://go.warwick.ac.uk/wrap

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE v


[PERANCANGAN ALAT CETAK BATA BERTAUTAN DENGAN MODEL MEKANIK TEKAN] Juni 2014

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT | GROUP ONE vi

Anda mungkin juga menyukai