Moulding Interlockbrick
Moulding Interlockbrick
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir semester enam beserta
makalahnya dengan judul “Perancangan Alat Moulding INTERLOCKED BRICK
Dengan Model Press Mechanic”.
Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
3.1.2 Batako 14
BAB V PENUTUP 48
5.1 KESIMPULAN 48
5.2 SARAN 48
DAFTAR PUSTAKA v
BAB I
PENDAHULUAN
Bata bertautan bermula pada awal 1900 yang terinspirasi dari konstruksi
mainan anak-anak McKusick (1997, Love and Gamble (1985). Penggagas mainan
tersebut yang berkontribusi terhadap teknologi bangunan di antaranya:
Charles Pajeau, penemu Tinker Toy pada tahun 1913. Ia pun seorang
tukang batu dari Evanston, Illinois, USA.
Makalah ini disusun dengan tujuan memperoleh desain alat cetak bata
bertautan yang paling ergonomis demi menghasilkan bata bertautan yang
ekonomis untuk:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang perancangan alat cetak bata bertautan yang akan
dilaksanakan di Sekolah Magang Indocement, Citeuteup, Bogor, rumusan
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab ini berisi kilasan mengenai bata bertautan (interlocked brick), yang meliputi
definisi bata bertautan, manfaat bata bertautan, standard dimensi bata bertautan,
alasan pemilihan bata bertautan, serta mock up alat.
Bab ini terdiri atas perbandingan antara aneka ragam bata bangunan, analisa
ketersediaan bahan baku bata bertautan, seleksi aneka ragam bata bertautan, bata
bertautan terpilih, proses dan alat produksi bata bertautan.
Pada bab ini, data-data dari berbagai literatur yang telah dikumpulkan selanjutnya
diolah menjadi sebuah desain alat cetak bata bertautan.
BAB V PENUTUP
Dari bab deskripsi dan desain alat di atas akan disimpulkan pada bab ini.
Selanjutnya diberi rekomendasi untuk perakitan alat di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi rujukan yang digunakan dalam menyusun makalah perancangan
alat cetak bata bertautan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ukuran satu komponen bata bertautan memiliki tinggi 100 mm, lebar
125 mm, dan panjang 300 mm. Untuk simpangan T, L dan persilangan,
menurut aturan terdapat gap antar bata pada hubungan sebesar 12.5 mm.
BAB III
DESKRIPSI DESAIN
Bata merah merupakan bata yang terbuat dari tanah yang dicetak
kemudian dibakar pada suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,
mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan bukan
sembarang tanah, melainkan tanah yang relatif liat sehingga dapat menyatu
saat proses pencetakan. Namun tidak semua tanah liat dapat digunakan, hanya
yang terdiri dari kandungan pasir tertentu. Dengan bahan penyusun tanah
itulah yang menyebabkan rumah dinding terasa lebih nyaman dan sejuk.
Dinding dengan penyusun bata merah akan lebih kuat, kokoh dan tahan lama,
sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari bata
merah. Bata merah ini juga sangat tahan terhadap panas sehingga dapat
menjadi perlindungan bangunan dari bahaya api.
Dimensi bata merah pada umumnya memiliki panjang 17-23 cm, lebar
7-11 cm, tebal 3-5 cm. Keuntungan lain diantaranya ukuran yang relatif kecil
memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan, mudah digunakan untuk
membentuk bidang kecil, harga murah dan bata merah mudah diperoleh.
Tebal spesi = 20 – 30 mm
Mudah diperoleh.
Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama
membuat waste-nya dapat lebih banyak.
Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim
dingin, sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak stabil.
3.1.2 Batako
Batako terbuat dari mortar atau campuran semen (PC) dan pasir ayak
yang dicetak padat atau di-press. Selain itu ada juga yang terbuat dari
campuran batu trass, kapur dan air. Bahkan sekarang sudah beredar batako
dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuat batako
tersebut, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatan lebih rendah dari bata
merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding terutama jika bagian
kosong dari batako tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian material
batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan cenderung
pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari material tanah.
Batako dalam 1 m2 biasanya cenderung lebih ringan dari bata merah. Tekstur
batako juga terlihat lebih halus dan ukurannya yang lebih presisi dibandingkan
bata merah.
Dimensi batako pada umumnya memiliki panjang 36-40 cm, tebal 8-10
cm dan tinggi 18-20 cm. Untuk dinding seluas 1 m2 kurang lebih
membutuhkan ± 15 buah batako. Biasanya batako dipilih untuk memperingan
beban struktur sebuah bangunan, mempercepat pelaksanaan dan
meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan
dinding.
Spesifikasi Batako :
Tebal spesi = 20 – 30 mm
Kelebihan Batako
Ukuran relatif besar sehingga waktu dan biaya pemasangan juga lebih
hemat.
Kekurangan Batako
Mudah dilubangi dan mudah pecah karena terdapat lubang bagian sisi
dalamnya.
Bata ringan atau sering disebut hebel atau celcon atau bata berpori atau
beton ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dibuat dengan campuran
atau komposisi bahan yang terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit
gypsum, air dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara
secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan
mengembang selama 7-8 jam. Pembuatan dilakukan dengan menggunakan
mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan yang
baik. Bata ringan ini dibuat agar dapat memperingan beban struktur dari
sebuah bangunan konstruksi, mempercepat dalam pelaksanaan atau
pemasangan serta meminimalisir sisa material yang terjadi pada saat proses
pemasangan dinding.
Tebal spesi = 3 mm
Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu
yang lebih lama dari bata biasa.
Dapat digunakan langsung sebagai bata struktural karena lubang kait antar
bata dapat diisi tulangan besi dan meniadakan kolom praktis pada cara
konvensional.
Kuat tekan bata kait (interlocked brick) dibuat sekitar 8 Mpa yang sudah
memenuhi standar SNI 03—349-1989.
Bata bertautan (interlocked brick) memiliki berat jenis yang cukup besar
sehingga sulit diterima pada bangunan tingkat tinggi. Hal ini dapat diatasi
dengan membuat bata kait menggunakan bahan yang digunakan untuk
membuat bata ringan.
Ketebalan harus benar-benar presisi, jika tidak presisi sedikit saja dapat
mengakibatkan adanya celah pada tembok. Celah tersebut harus ditutup
dengan campuran semen yang menjadikan pekerjaan ulang dan memakan
waktu maupun biaya.
Jika dinding rusak, runtuh atau retak sebagian maka sangat sulit
memperbaikinya karena harus membongkar 1 bagian dinding karena bata
saling terkait.
1) Tanah Merah
Tanah merah memiliki potensi yang berlimpah sebagai bahan baku
bata bertautan, mengingat warnanya yang eksotik dan tahan terhadap
lumut, sehingga cocok diterapkan pada rumah non finishing. Tanah
merah berasal dari desa binaan Indocement yang hingga saat ini hanya
digunakan sebagai tanah urukan dan disia-siakan, oleh karenanya
tanah merah sangat efisien digunakan sebagai bahan baku produksi
bata bertautan. Namun demikian tanah merah memiliki beberapa
kekurangan, diantaranya:
Teksturnya yang belum sempurna perlu melalui proses
penghancuran (milling) terlebih dahulu agar dapat dicetak. Hal ini
mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi dan hanya
potensial sebagai bahan pewarna.
Tanpa proses pembakaran, tanah merah tidak tahan terhadap air.
Sehingga bata ini hanya cocok untuk bagian internal bangunan atau
bangunan yang diplester.
2) Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur tersedia berlimpah di Gunung Kapur, Quarry D milik PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Sama halnya dengan tanah merah,
kapur harus melewati proses penghancuran dahulu sebelum dicetak.
Dari analisa sifat kimia bahan baku bata bertautan yang dilakukan oleh
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni Dan Teknologi Keramik Dan
Porselen Bali, diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Semen Portland
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Fe2O3 : 3.10 %
b) Tanah Merah
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Fe2O3 : 6.58 %
MgO : 1.84 %
SO3 : 0.12 %
Na2O : 5.32 %
K2O : 2.25 %
c) Limestone
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Fe2O3 : 0.08 %
MgO : 7.90 %
d) Tanah Liat
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Al2O3 : 15.34 %
Fe2O3 : 6.88 %
Na2O : 3.84 %
MgO : 3.49 %
K2O : 1.13 %
H2O : 1.15 %
TiO2 : 1.05 %
e) Lumpur Porong
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Fe2O3 : 5.40 %
f) Fly Ash
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Fe2O3 : 5.03 %
MgO : 1.42 %
SO3 : 1.62 %
g) Abu Sekam
No. Jenis Uji Metode Uji Hasil Uji
Fe2O3 : 0.34 %
MgO : 3.60 %
SO3 : 0.89 %
CO2 : 0.45 %
bata ini bisa beraneka tetapi yang terpenting ukuran bata yang menonjol pada
satu sisi akan bisa masuk / lebih kecil dibanding ukuran lubang pada sisi
lainnya.
Batu Bata Hemat Semen ( BBHS ) / Interlocked Brick adalah batu bata
yang pemasangannya dengan menumpuk bersilang sehingga bisa saling
berkait, dapat menggunakan perekat semen ataupun tidak . Batu bata ini bisa
dibuat dari tanah liat , Hebel/ bata ringan ataupun bahan lain dengan warna
yang bermacam macam.
1. HH Model (Horizontal H)
2. W Model (Wave)
4. S Model (Slip)
5. T Model (Tern)
6. H Brick
Bata H terdiri atas tiga lapisan. Lapisan pertama dan ketiga berukuran
20 cm x 40 cm dengan tebal 3 cm. Lapis kedua berada di antara lapis pertama
dan ketiga berbentuk huruf H berukuran 40 cm x 25 cm dengan tebal 4 cm.
Lapis pertama dan ketiga dipasang sejajar, sedangkan lapisan kedua
diletakkan 2,5 cm lebih tinggi dan 5 cm lebih menyamping untuk menciptakan
lips.
7. Durablock
DuraBlock adalah interlocking block
yang ringan namun mempunyai kekuatan
yang dapat digunakan dalam bangunan
rumah, pabrik ataupun gedung, Didesain
secara khusus agar bangunan yang
menggunakan DuraBlock memiliki
karakteristik yang tenang dan tetap sejuk.
Gambar 3.13 Durablock Porosity
Bila dilihat menggunakan mikroskop,
DuraBlock memiliki jutaan gelembung udara kecil
yang disebut "sel". Tiap-tiap sel terpisah dari sel
lainnya sehingga suara dan panas dari luar ruangan
menjadi sulit untuk masuk ke dalam ruangan.
Namun penggunaan Durablock ini memerlukan
sedikit mortar dalam aplikasinya, dikarenakan
design bata yang dianggap kurang mampu
menahan pergerakan yang sejajar dengan dinding. Gambar 3.14 Durablock
8. Hollow Tern
Dua lubang berbentuk bulat pada bata dapat diisi penyangga vertical
dengan besi atau baja berukuran 8-15 mm, dan di cor dengan adukan mortar.
Sistem ini menggantikan fungsi pilar pada tembok konvesional. Disamping
itu, juga mempunyai kemampuan bertautan secara permanen. Sebagai
pengganti adukan semen, bata bertautan ini menggunakan lubang yang
berbentuk bulat untuk mendapatkan pautan yang permanen. Lubang juga
berfungsi untuk instalasi kabel listrik dan air.
Gambar 3.16 Canadian interlocking hollow-blocks with general measurements of 16” x8” x
8” (400 x 200 x 200mm). 2.1a, yang dikenal sebagai sistem Sparlock Hines. 2.1b, yang
dikenal sebagai sistem Haener Gallegos.
vertikal, sedangkan siatem Heaner dapat menahan dari arah vertikal dan
horizontal. Bata ini dibuat dengan takaran semen : pasir atau keriki sebanyak
1:10, hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan strength yang tinggi dengan
ukuran bata yang tipis.
Dari gambar diatas dapat dilihat cara penyusunan dari bata ini dengan
menautkan lubang secara vertical yang bertujuan untuk mengurangi berat
beban dari bata itu sendiri, membuat pilar dengan mengisikan mortar yang
bertujuan untuk meningkatkan stabilitas dinding, dan dapat digunakan untuk
kabel listrik dan komunikasi. Knobs dan depresi tidak boleh <5 mm, karena
dapat menyebabkan mekanisme penguncian tidak dapat terbentuk dengan
baik.
Bata bentuk ini hamper sama dengan Solbric, hanya saja memiliki
ukuran yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih tebal yaitu 240 mm x 220
mm x 115 mm. Stabilitas dinding dengan bata penyusun ini tidak memiliki
penguncian tetapi diperhitungkan dengan lebar dan berat (massiveness) dari
bata itu sendiri. Kuat tekan yang dibutuhkan pada proses pembuatan bata ini
berkisar pada 4 MPa hingga 10 MPa.
Bamba interlocking brick ini adalah bata yang lebih baik dari semua
bentuk yang ada, asalkan memiliki akurasi yang tinggi yang dapat
dipertahankan. Tingkat akurasi bentuk bata ini dipengaruhi oleh pemilihan
tanah yang tepat, water cement ratio yang tepat, dan control yang baik saat
produksi berlangsung. Namun control ini sedikit sulit dilakukan mengingat
bahwa bentuk bata yang rigid sehingga sulit untuk memeriksa defect yang
terjadi.
Bata ini dibuat untuk memberbaiki kekurangan yang ada pada bata
Bamba, baik itu dari segi bentuk maupun dari penggunaan teknologi yang
digunakan. Bata ini diproduksi dengan alat yang konvensional yaitu Cinva
Ram.
Storaging
Milling
Sieving
Mixing
Moulding
Curing
Ready Product
Interlock Brick for Building
Gambar 3.24 Alur Proses Produksi Bata Bertautan
Uraian alur proses di atas dapat dipaparkan pada tahapan-tahapan berikut ini:
f) Moulding
Mesin moulding untuk mencetak bata bertautan didesain langsung dalam
kegiatan ini dengan model press mekanik yang akan dilaksanakan di
Workshop Sekolah Magang Indocement. Berikut ini, langkah-langkah
pencetakan bata bertautan dengan mesin moulding manual tersebut:
Buka lid dan isi unit level compression chamber melalui corong yang
telah tersedia. Gunakan penggaruk untuk meratakan kelebihan isian
tanah.
Tutup lid dan tekan handle pada lid arms seperti pada gambar.
Angkat kembali handle dan lepaskan dari lid arms seperti pada
gambar.
Buka lid dan tekan handle sehingga bata keluar dari compression
chamber.
Ambil bata yang telah di cetak secara manual (dengan tangan) dan
angkat kembali handle ke posisi semula.
g) Curing
Bata bertautan diangkat dari mesing moulding, selanjutnya dilakukan
proses curing (perawatan) selama ± 14 hari. Dalam proses ini, hindari
penyimpanan di tempat yang terkena panas matahari secara langsung dan
disarankan penyimpanan bata bertautan di tempat yang teduh dan sedikit
lembab.
BAB IV
DESAIN ALAT MOULDING
Dari referensi yang telah dikumpulkan, didapatkan dua jenis alat Press,
yaitu jenis hidraulik dan jenis manual-mekanik.
Secara umum cara kerja kedua model alat yang sudah disebutkan
adalah sama, yang membedakan hanyalah jenis penggerak. Untuk Moulding
Interlock Brick Model Hidraulik penggeraknya menggunakan piston hidraulik
yang bekerja dengan angin bertekanan. Dari literatur yang idah dibaca, alat
jenis ini merupakan model terbaru karena pengoperasiannya menggunakan
listrik dan cenderung lebih mudah dipakai.
Namun kekurangan alat ini adalah harganya jauh lebih mahal dari alat
Press model manual. Dan karena pengoperasiannya harus menggunakan listrik
makan alat ini tidak cocok digunakan di daerah terpencil yang belum terdapat
listrik.
Keunggulan lain dari alat cetak model ini adalah harganya yang lebih
murah, sehingga menjadi nilai tambah lain dalam pemilihan alat.
1. Panjang : 50cm
2. Lebar : 15cm
3. Tinggi : 30cm (tidak termasuk tuas pengungkit)
4. Berat : 50kg
Bahan pembuat
Bahan yang digunakan untuk alat cetak terbuat dari lempengan dan
pipa besi. Pemilihan bahan ini didasarkan dari kebutuhan kekuatan pada
proses pencetakan. Pemilihan bahan yang kuat juga akan menambah masa
pakai alat sehingga pengeluaran untuk perbaikan atau penggantian bisa
ditekan.
Ergonomi
Aspek K3
Selain aspek kenyamanan, yang tidak kalah penting adalah aspek
keamanan, terutama bagi para operator. Karena hanya menggunakan
penggerak oleh tenaga manusia/operator, maka jika terjadi kegagalan kerja
alat tidak terlalu beresiko terhadap operator karena secara langsung alat
akan berhenti beroperasi.
Mock-up
Mockup adalah representasi dari sebuah ide, yaitu model alat
dengan ukuran mirip benda sebenarnya, hanya saja tidak memakai bahan
yang akan digunakan tidak sesuai aslinya. Bahan pembuatan mockup yang
kami lakukan terbuat dari papan kayu dan tripleks sehingga mudah
dipotong dan dibentuk.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1) Bahan baku utama bata bertautan yang akan digunakan ialah tanah merah
yang berasal dari desa binaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
dengan cement to soil ratio sebesar 5% - 12%.
2) Desain bata yang akan dibuat yaitu hollow tern dengan dimensi 25 cm x
12.5 cm x 10 cm dengan lip berukuran 2.5 cm x 1 cm.
3) Alat pencetak bata bermodel mekanik tekan akan dirakit oleh mahasiswa/i
STTI di Sekolah Magang Indocement.
4) Hasil yang diharapkan adalah keringkasan alat pencetak sehingga
berdampak pada peluang produksi bata bertautan secara massal dengan
nilai kuat tekan tinggi.
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. 2012. Mengenal Lock. Diakses pada tanggal 17 juni 2014 pada
World Wide Web http://eprints.unika.ac.id