0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
0 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan pembukuan dan pencatatan terkait PPN serta kewajiban pengusaha kena pajak. Terdapat penjelasan mengenai syarat pembukuan, saat terutang dan tempat terutang PPN, prosedur pembukuan PPN, pajak masukan dalam perhitungan harga pokok, pengakuan, pengukuran, penilaian dan pelaporan PPN.
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan pembukuan dan pencatatan terkait PPN serta kewajiban pengusaha kena pajak. Terdapat penjelasan mengenai syarat pembukuan, saat terutang dan tempat terutang PPN, prosedur pembukuan PPN, pajak masukan dalam perhitungan harga pokok, pengakuan, pengukuran, penilaian dan pelaporan PPN.
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan pembukuan dan pencatatan terkait PPN serta kewajiban pengusaha kena pajak. Terdapat penjelasan mengenai syarat pembukuan, saat terutang dan tempat terutang PPN, prosedur pembukuan PPN, pajak masukan dalam perhitungan harga pokok, pengakuan, pengukuran, penilaian dan pelaporan PPN.
Resume Week 13 - Konsep Pembukuan dan Pencatatan Terkait PPn Serta Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
A. Ketentuan Pembukuan yang Diwajibkan
UU KUP mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan pembukuan harus memenuhi ketentuan berikut: 1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; 2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan; 3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas; 4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan; dan 5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. B. Saat Terutang PPN 1. Saat penyerahan, impor, pemanfaatan, atau ekspor. 2. Saat pembayaran, jika dilaksanakan lebih dahulu. 3. Saat – saat lain. ● Untuk BKP Berwujud, saat penyerahan kepada pihak pengirim. ● Untuk BKP Tak Berwujud, saat pengakuan piutang, penagihan, atau saat penandatangan kontrak. ● Untuk penyerahan akibat perubahan bentuk, penggabungan, atau pemekaran usaha, saat hasil RUPS ditetapkan. C. Tempat PPN Terutang 1. Tempat pengukuhan PKP (berlaku atas penyerahan BKP atau JKP) 2. Tempat dimasukkannya BKP (Berlaku atas Impor) 3. Tempat kedudukan pihak yang memanfaatkan (Berlaku atas pemanfaatan BKP-TB atau JKP di dalam daerah pabean) 4. Tempat bangunan didirikan (Berlaku atas kegiatan membangun sendiri) 5. Tempat kedudukan kantor cabang (Berlaku atas penyerahan antar cabang) D. Prosedur Pembukuan PPN ● Pembelian BKP; yang harus diperhatikan: 1. PPN nya dapat dikreditkan atau tidak 2. Ada potongan harga atau tidak 3. Ada retur pembelian atau tidak 4. Apakah pembelian barang untuk diolah (persediaan) atau pembelian barang untuk proses produksi ● Penjualan BKP; untuk beberapa jenis transaksi: 1. Penjualan barang 2. Retur penjualan 3. Penjualan dengan uang muka 4. Penjualan dengan cicilan 5. Saat perhitungan, pembayaran, dan pembuatan laporan ● PPN Kurang Bayar / Lebih Bayar ● Prosedur pencatatan untuk transaksi-transaksi: 1. Pembelian barang yang PPN-nya dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan. 2. Penjualan dan PPN yang terutang. ● Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984, penjualan cicilan termasuk dalam pengertian penyerahan yang telah terutang PPN. Karena barang sudah diserahkan, PPN telah terutang pada saat penyerahannya. PPN tidak terutang lagi pada saat penerimaan angsuran, sebab itu tidak ada pengenaan PPN atas angsuran tersebut. E. Pajak Masukan dalam Perhitungan Harga Pokok UU PPN Pasal 1 19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau diminta oleh pengusaha karena jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak, atau nilai berupa uang yang dibayarkan atau yang harus dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Pasal 8 (a1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian , Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain F. Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Penilaian, dan Pelaporan PPN ● Pengakuan dan Pengukuran PPN Pajak Pertambahan Nilai PPN timbul akibat adanya transaksi pembelian dan penjualan terhadap Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak. Seperti halnya pendapatan, PPN juga harus diketahui kapan diakui dan bagaimana cara pengukurannya. Pendapatan umumnya diakui jika: 1. Telah direalisasi atau dapat direalisasi 2. Telah dihasilkan Dalam UU Perpajakan No.18 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1, dijelaskan bahwa “Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak”. Dalam akuntansi, saat penyerahan barang merupakan salah satu saat pengakuan beban atau perolehan aktiva PSAK No 23 par 38. Begitu juga dengan pajak, pengakuan beban atau perolehan aktiva diakui pada saat penyerahan barang kena pajak, tetapi karena pembuatan faktur pajak dapat diserahkan bulan berikutnya maka pendapatan tersebut tidak dapat dilaporkan pada bulan saat penyerahan BKP. ● Penilaian PPN Berikut ini hal yang perlu wajib pajak siapkan dalam menghadapi pemeriksaan PPN: 1. Pastikan SSP sudah sesuai dengan pajak terutang pada SPT Masa PPN. 2. Lakukan penghitungan ulang dan pastikan segalanya sudah sesuai. 3. Data wajib pajak dicantumkan dengan benar 4. Data atas faktur pajak masukan dan faktur pajak keluaran lengkap sesuai dengan laporan. 5. Pastikan kompensasi PPN sesuai dengan lebih bayar bulan sebelumnya. 6. Informasi profil pembeli dan pemasok, seperti nama, NPWP, alamat, dll sudah lengkap dan benar. 7. Membuat rekonsiliasi antara pajak keluaran per SPT PPN vs objek PPN. 8. Bila memungkinkan, buat juga rekonsiliasi faktur pajak masukan vs pembelian per SPT PPh Badan. ● Pelaporan Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk dokumen elektronik. Pelaporan SPT Masa PPN dan PPnBM wajib melalui https://web-efaktur.pajak.go.id/. Berikut langkah-langkah pelaporannya: 1. Akses link https://web-efaktur.pajak.go.id/ 2. Kemudian isi Password akun PKP 3. Klik administrasi SPT, kemudian pilih monitoring SPT lalu klik posting SPT 4. Pilih Tahun Pajak dan Masa Pajak yang akan dilaporkan, apabila mau pembetulan laporan ke-1 maka di tampilan pembetulan diisi angka 1 5. Kemudian pilih Buka untuk proses pengecekan data apakah sudah benar atau belum 6. Pilih Induk, kemudian isi NTPN 7. Kemudian pilih metode pembayaran NTPN atau PBK, 8. Apabila NTPN maka nomor NTPN diisi sesuai dengan nomor di Bukti Pembayaran Elektronik dan isi jumlah sesuai dengan PPN yang sudah dibayar 9. Apabila hasil dari PBK maka isi Nomor PBK yang dikeluarkan oleh KPP dan isi jumlah. 10. Setelah semua terisi kemudian klik tambah. 11. Kemudian pilih di kolom pernyataan , lalu submit.