Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL JURNAL

Analisis Potensi Limbah Tebu sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik


Energi Biomassa di Pabrik Gula.

Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur

Dosen : Lia Lailla Nurjamilah

Disusun Oleh : Adhitya Fiqri M.H.

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MAJALENGKA

TAHUN 2021

Analisis Potensi Limbah Tebu sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik


Energi Biomassa di Pabrik Gula.
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Waktu sekarang, seiring dengan berjalannya waktu industri- industri baik industri
rumahan ataupun pabrik semakin marak di negara Indonesia. Sekarang sudah sangat mudah
dijumpai suatu industri walaupun letaknya dekat dengan pemukiman padat dari penduduk. Posisi
dari suatu pabrik yang berdekatan dengan pemukiman warga tentu bisa memicu terjadinya
dampak buruk, baik itu lewat limbah padat, cair atau gas.

Khususnya untuk limbah padat yang memerlukan tempat penampungan yang lumayan
besar. Aktifnya dari perindustrian di negara Indonesia tak bisa berlangsung terus menerus tanpa
adanya proses yang bisa menekan dampak buruk yang dikarenakan adanya pembuatan produk di
sebuah perindustrian.

Limbah maupun sampah memang menjadi sebuah bahan yang tak berarti atau tidak
berharga, namun kita tidak mengetahui jika limbah juga dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat
apabila diproses dengan baik dan benar. Beberapa pabrik yang ada di Indonesia sekarang sudah
mulai menerapkan sistem pengolahan limbah guna mengurangi dampak polusi dari limbah –
limbah itu. Bahkan terdapat beberapa yang menggunakan limbah pabriknya untuk dijadikan
suatu produk baru yang bermanfaat dengan diolah lewat proses tertentu.

Salah satunya dalam mengolah limbah sisa pembuatan gula yang menjadi kompos, batako
atau lainnya. Pemanfaatan limbah sekarang ini juga menjadi sangat penting, khususnya dengan
tujuan untuk mengatasi masalah penumpukan sampah di kota besar seperti limbah organik
industri dan limbah pertanian / perkebunan.

Sistem pembangkit listrik (generator biomass) yang paling optimal dengan menggunakan
model sistem pembangkit listrik grid-connected. Perhitungan dari hasil potensi biomasa tebu
(feedstock biomass) dengan menggunakan ampas tebu untuk dijadikan sebagai sumber energi
generator 1, generator 2, generator 3 serta perhitungan konsumsi daya pada industri yang dengan
secara menyeluruh sistem adalah system dipakai bantuan perangkat lunak, di dalam hal ini
HOMER versi 2.68.
Hasil simulasi serta optimasi dengan menggunakan bantuan software HOMER
menunjukkan jika secara keseluruhan sistem yang paling optimal guna diterapkan di PT.
Rajawali II (PG/PS Jatitujuh) adalah system pembangkit listrik (100%) dengan menggunakan
Grid PLN (0%).

Dihitung 0% disebabkan langganan dari PLN tak digunakan pada sistem pembangkit
sebab pembangkit mampu menampung daya konsumsi semua sektor industri. Hasil total daya
yang dihasilkan dari pembangkit 1,2 & 3 sebesar 15,024,411 kWh/tahun dari hasil analisa Homer
Energy. Dilihat dari data di atas, penulis tertarik guna menyusun suatu Proposal Jurnaldengan
judul “Analisis Potensi Limbah Tebu sebagai Pembangkit Listrik Energi Biomassa di Pabrik
Gula”. Pada Proposal Jurnal ini penulis membahas terkait pemanfaatan limbah yang dihasilkan
dari proses pembuatan gula di dalam PG. Rajawali II Jatitujuh.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam memudahkan penyusunan Proposal Jurnal , penulis akan menggunakan rumus masalah
kedalam beberapa bentuk kalimat pertanyaan seperti:

• Analisis penerapan ampas tebu yang ada di pabrik gula.

• Potensi ampas tebu pada penyediaan energi listrik.

1.3 Batasan Masalah

Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka dalam pembahasan Proposal Jurnalini dibatasi
terhadap:

• Analisis perhitungan daya serta beban hanya terpusat lewat Homer.

• Pengambilan data hanya dikerjakan oleh Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta.


1.4 Tujuan Penelitian

• Perhitungan potensi ampas tebu terhadap penyediaan energi listrik

• Mengetahui hasil analisa energi biomasa tebu yang menjadi sumber energi listrik ramah
lingkungan di kehidupan masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Penulis

Manfaat penelitian biomassa untuk penulis yakni bisa menambah wawasan untuk
peneliti serta bisa dijadikan sebagai pedoman dalam menghadapi masalah bahan
bakar yang sekarang ini tengah dalam keadaan yang mengkhawatirkan.

2. Manfaat bagi Universitas

Penulisan Proposal Jurnal diharapkan bisa menjadi referensi akademis serta


keinsinyuran dalam pengembangan jurusan Teknik Sipil Universitas Majalengka

3. Manfaat bagi Masyarakat dan Industri

Bisa dijadikan sebagai penyedia energi listrik yang terbarukan dan ramah
lingkungan. Bisa untuk menyediakan energi alternatif mandiri serta tidak bergantung
kepada energi fosil.

Bisa meningkatkan kemandirian pada masyarakat di dalam bidang energi alternatif


guna daerah yang tertinggal supaya lebih maju serta sejahtera.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Biomassa

Energi biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis atau organik
yang telah baru saja mati atau pun masih hidup. Biomassa dapat berupa tumbuhan, atau
hewan, atau residu yang dihasilkan oleh tumbuhan atau hewan. Biomassa adalah salah satu
energi baru terbarukan, karena dapat diperbarui, misalnya, pada biomassa yang berasal
dari tumbuhan, kita dapat menanam tanaman secara terus-menerus yang menghasilkan energi,
dan pemanfatan biomassa pun dapat disesuaikan dengan potensibiomassa yang ada
disuatu wilayah. Penggunaan Biomassa pun bermacam-macam, ada yang menjadi bahan
campuran suatu sumber energi ada pula yang secara murni menjadi sumber energi.
Contoh jenis dan penggunaanya yaitu: sebagai Bio Fuel (seperti biodiesel, bioethanol, bio
avtur, dll), biobriket, biogas, sebagai sumber bahan bakar, bahkan sebagai sumber energi
pembangkit listrik. Menurut LIPI Potensi biomassa yang ada di Indonesia sbesar 50 GW,
namun yang baru dimanfaatkan saat ini adalah 5 persen (1). Sumber biomassa pun beragam
seperti: tanaman jagung, singkong, kentang, ubi, sekam padi, kelapa sawit, jarak, kayu,
kotoran hewan, serta limbah atau residu. Namun penggunaan biomassa juga harus
memperhatikan dengan pemenuhan kebutuhan bahan nabati untuk konsumsi mahluk hidup,
jangan sampai terjadi krisis pangan akibat pemanfaatan tanaman yang sepenuhnya untuk
sumber biomassa, namun hal tersebut dapat dicegah dengan pengelolan yang baik antara
pemanfaatan tanaman sebagai sumber makanan dan sumber energi biomassa.
Pemanfaatan biomassa bisa dengan menggunakan limbah padat perkotaan atau sampah.
Bahan-bahan tersebut dikoversikan menjadi energi listrik, bahan-bahan tersebut berupa
bahan biogenik seperti kardus, kertas, sisa makanan, rerumputan, daun, ranting dan lain
sebagainya. Hal ini juga dapat menjadi solusi pemecahan masalah sampah di perkotaan.

Tanaman tebu, jagung, singkong, gandum dapat menjadi ethanol, yang dapat menjadi
campuran penyusun bahan penyusun biodiesel, bioavtur, bio fuel.Tentunya dengan
perbandingan yang telah ditentukan dengan spesifikasi setiap produk.Tanaman - tanaman
tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yakni dari ampas, daun, maupun
batangnya.namun tidak digunakan secara optimal di masyarakat. Biomassa tersebut juga dapat
diolah menjadi bioarang, yang merupakan bahan bakar dengan tingkat nilai kalor yang
cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biomassa sangat mudah
ditemukan dari aktivitas pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, perikanan, dan
limbah-limbah lainnya.Di Indonesia terdapat wilayah penghasil energi biomassa dengan
potensi besar, memiliki potensi biomassa untuk pembangkit listrik dengan cara memanfaatkan
limbah sawit dari perkebunan kelapa sawit. Potensi pembangkit listrik bersumber energi
biomassa di Riau adalah sebesar 146 MW. Energi biomassa tersebut berasal dari pemanfaatan
limbah sawit, tandang kosong, limbah cair, dan cangkangnya, jumlah potensi tersebut adalah
kalkulasi kemampuan masing-masing pabrik. dengan potensi menghasilkan 1 MW.

BAB 3 METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian:

• Studi Pustaka (Study Research)


Studi satu ini dikerjakan dengan menggunakan cara melihat serta mencari literature yang telah
ada guna mendapatkan data yang berkaitan dengan analisis di dalam penulisan Proposal
Jurnal .

• Penelitian Lapangan (Field Research)

Berwujud peninjauan menuju lokasi serta siskusi bersama pihak – pihak yang terkait guna
memperoleh data yang diperlukan pada penulisan Proposal Jurnal .

• Penyusunan Proposal Jurnal

Selepas dikerjakan pengujian, data – data serta analisa yang didapatkan dan juga disusun
dalam suatu laporan tertulis.

B. Hasil penelitian

Sebagai sebuah Pabrik Gula, Rajawali II berbeda dengan perusahaan MNC lainnya yang
ada di Indonesia, PG Rajawali II memiliki integritas yang tinggi dan keterbukaan dengan tetap
menghargai dan menghormati hak asasi manusia, menjaga keseimbangan para karyawan dan
menghormati kepentingan sah relasi perusahaannya serta memiliki pengabdian kepada
masyarakat. PG Rajawali II adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi gula
memproduksi kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan konsumen sehari-harinya.

Dimulai pada tahun 1971, dalam rangka untuk memenuhi swasembada gula, Pemerintah
Republik Indonesia mengadakan kerjasama dengan Bank Dunia. Dari kerjasama tersebut
dibentuk Indonesia Sugar Study (ISS). Salah satu programnya adalah mencari areal baru yang
berorientasi pada lahan kering. Survey pencarian lahan dilakukan pada tahun 1972-1975 yang
menyatakan bahwa areal BKPH Jatitujuh, Kerticala, Cibenda dan Jatimunggul masuk kategori
lahan kering dan cocok untuk penanaman tanaman tebu. Pada tanggal 9 Agustus 1975 terbit
Surat Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan) No.795/VI/1975 tahun Izin Prinsip Pendirian
Pabrik Gula. Diikuti Surat Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan) No.481/Kpts/UM/8/1976
tanggal 9 Agustus 1976 tentang kawasan hutan Jatitujuh, Kerticala, Cibenda dan Jatimunggul
seluas 12.022,50 hektar untuk dicadangkan kepada PT Perkebunan XIV guna penanaman tebu
dan pendirian bangunan serta fasilitas dalam rangka pembangunan Proyek Pabrik Gula Jatitujuh.

Melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.17 tahun 1979 tertanggal 25 Juni 1979 tentang
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero)
di Bidang Produksi Gula, Negara Republik Indonesia melakukan penyertaan dalam modal saham
di Proyek Gula Jatitujuh. Bangunan Pabrik Gula Jatitujuh mulai dibangun tahun 1977 sampai
dengan tahun 1978 yang ditangani oleh kontraktor dari Perancis yaitu Five Cail Babcock (FCB).
Peresmian Pabrik Gula Jatitujuh baru dilaksanakan pada tanggal 5 September 1980 oleh Presiden
Republik Indonesia H.M. Soeharto. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tahun 1979
tanggal 15 Juni 1979 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Produksi Gula, Negara Republik Indonesia melakukan
penyertaan dalam modal saham di Proyek Gula Jatitujuh.

I. Klasifikasi, Tujuan dan Ruang Lingkup

1. Klasifikasi Risiko

a. Risiko strategi Bisnis, yang meliputi antara lain : Risiko persaingan bisnis, risiko
ketersediaan lahan, risiko bibit buruk, risiko gagal panen, risiko pabrik tua, risiko
kerugian anak Perusahaan, risiko kerugian kerja sama strategis, risiko penugasan dari
Pemerintah, risiko kegagalan marketing, serta risiko yang timbul dari dampak adanya
kebijakan/regulasi.

b. Risiko operasional, meliputi antara lain : Risiko penurunan penjualan, risiko biaya
operasi tinggi, risiko pemasaran yang tidak tepat, risiko kehandalan peralatan dan
teknologi, risiko kesalahan proses, risiko ketidakjelasan pembagian tugas, risiko
ketidakpatuhan pada prosedur, risiko pemogokan kerja dan SDM, risiko perubahan
situasi sosial, politik dan keamanan.
c. Risiko keuangan, yang meliputi antara lain : Risiko investasi, risiko efisiensi biaya
produksi (inefisiensi), risiko hutang yang tinggi, risiko cashflow negatif, risiko dana
terbatas, risiko transaksi mata uang asing, risiko perubahan nilai suku bunga, risiko tidak
tertagihnya piutang dan risiko dari adanya regulasi keuangan dari Pemerintah.

2. Tujuan Manajemen Risiko

a. Bahan pengambilan keputusan Direksi dalam upaya melanjutkan usaha Perusahaan;

b. Meminimalisasi risiko kerugian.

3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko

a. Mengidentifikasi potensi risiko internal pada setiap fungsi/unit dan potensi risiko
eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja Perusahaan;

b. Mengembangkan strategi penanganan pengelolaan risiko;

c. Mengimplementasikan program-program pengelolaan untuk mengurangi risiko;

d. Mengevaluasi keberhasilan manajemen risiko.

4. Manfaat Manajemen Risiko

Manfaat manajemen risiko adalah memperkecil dampak kerugian dari ketidakpastian dalam
usaha.

II. Kebijakan Umum

1. PT PG Rajawali II memandang perlu seluruh fungsi-fungsi manajemen


malaksanakan pengelolaan risiko di masing-masing unit organisasi, termasuk risiko
yang dihadapi organisasi/Perusahaan dan Pemangku Kepentingan lainnya.
2. Dalam menetapkan arah bisnis, PT PG Rajawali II harus mempertimbangkan
faktorfaktor risiko yang berpotensi merugikan Perusahaan dengan lebih dahulu
menganalisa risikonya.

3. Pengelolaan risiko merupakan suatu keharusan bagi setiap pimpinan organisasi


sebelum mengambil suatu keputusan ditingkat puncak maupun menengah.

III. Unsur-Unsur Terkait

1. Direksi dan seluruh Pekerja bertanggung jawab menggunakan pendekatan


manajemen risiko dalam melakukan kegiatannya sesuai dengan batas kewenangan
dan uraian tugas (job description) masing-masing.

2. Organ yang bertanggung jawab di bidang manajemen risiko adalah :

a. Dewan Komisaris.

b. Direksi.

c. Fungsi Pemantauan Manajemen Risiko.

d. Satuan Pengawasan Intern (SPI).

3. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab menetapkan tingkat risiko yang
dipandang wajar.

4. Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk :

a. Memonitor risiko-risiko penting yang dihadapi Perusahaan dan memberi saran mengenai
perumusan kebijakan di bidang manajemen risiko.

b. Melakukan pengawasan penerapan manajemen risiko dan memberikan arahan kepada


Direksi.
c. Memastikan bahwa penyusunan RJPP dan RKAP telah memperhatikan aspek manajemen
risiko.

d. Melakukan kajian berkala atas efektivitas sistem manajemen risiko dan melaporkannya
kepada Pemegang Saham/RUPS.

5. Direksi bertanggung jawab untuk :

a. Menjalankan proses manajemen risiko di fungsi-fungsi terkait (risk owners).

b. Melaporkan kepada Dewan Komisaris tentang risiko-risiko yang dihadapi dan ditangani.

c. Menyempurnakan sistem manajemen risiko.

6. Fungsi Pemantauan Manajemen Risiko bertanggung jawab untuk :

a. Merumuskan sistem manajemen risiko,

b. Merumuskan kebijakan pokok yang berhubungan dengan manajemen risiko.

c. Mengidentifikasi dan menangani risiko-risiko serta membuat pemetaan risiko.

d. Mengimplementasikan dan mengupayakan penerapan manajemen risiko yang efektif


dalam batas-batas tanggung jawab dan kewenangannya.

e. Memantau dan mengevaluasi perkembangan risiko dan melaporkannya kepada Direksi .

7. Satuan Pengawasan Intern (SPI) bertanggung jawab untuk :

a. Memastikan bahwa kebijakan dan sistem manajemen risiko telah diterapkan dan
dievaluasi secara berkala.

b. Mengevaluasi dan memberikan masukan atas kecukupan dan efektivitas pengendalian


intern dalam rangka mitigasi risiko.
c. Mengevaluasi dan memberi masukan mengenai kesesuaian strategi dengan kebijakan
manajemen risiko.

IV. Proses Manajemen Resiko

1. Komunikasi dan Konsultasi

Komunikasi dan konsultasi dilakukan oleh setiap Penanggung Jawab Risiko (Risk Owner)
terhadap para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal pada setiap tahap
proses pengelolaan risiko dengan tujuan agar mereka dapat memahami keterkaitan rencana
strategis Perusahaan dengan pengelolaan risiko dan peran mereka dalam pengelolaan risiko
Perusahaan. Lingkup materi yang harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan meliputi :

- Maksud dan tujuan, alasan penerapan manajemen risiko, elemen-elemen yang terdiri
dari : prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko Perusahaan.

- Istilah dan terminologi risiko serta ukuran-ukuran dalam manajemen risiko.

- Kriteria, toleransi risiko (risk tolerance), dan selera risiko (risk apetite) yang ditetapkan
Perusahaan.

- Risiko-risiko strategis yang berdampak berbahaya bagi kelangsungan hidup Perusahaan.

- Akuntabilitas dari setiap Pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan pengelolaan
risiko, baik internal maupun eksternal.

2. Menentukan Konteks

Penentuan konteks adalah penentuan parameter-parameter yang relevan dengan


Perusahaan, baik internal maupun eksternal yang digunakan dalam pengelolaan risiko
terutama dalam rangka menetapkan ruang lingkup dan kriteria risiko.

Parameter yang ditetapkan harus sesuai dengan kerangka kerja pengelolaan risiko (risk
management framework) yang telah ditetapkan.
3. Asesmen risiko (Risk Assessment)

Tujuan asesmen adalah mengenali risiko, tingkat kegawatan risiko dan prioritas
penanganan risiko. Proses asesmen terdiri dari : Identifikasi risiko, analisis risiko dan
evaluasi risiko.

4. Penanganan risiko (Risk Treatment)

Tujuan proses penanganan risiko adalah menyeleksi alternatif metode atau teknik yang
digunakan untuk mengurangi tingkat kegawatan risiko yang teridentifikasi.

Strategi penanganan risiko adalah :

- Menerima risiko yaitu mempertahankan kondisi dan memonitor perubahan risiko


tersebut.

- Mitigasi yaitu menggunakan metode tertentu untuk menurunkan nilai


kemungkinan.

- Berbagi risiko yaitu membagi beban penanganan risiko dengan pihak lain untuk
mengurangi tingkat kegawatan risiko.

- Menghindari risiko artinya membatalkan program yang mengandung risiko.

5. Pemantauan dan Kaji Ulang (Monitoring & review)

Pemantauan adalah monitoring rutin terhadap kinerja aktual dari pelaksanaan proses
manajemen risiko dibandingkan dengan rencana yang ditetapkan. Kaji Ulang adalah
peninjauan berkala terhadap efektifitas sistem manajemen risiko yang diberlakukan dan
efektifitas pelaksanaan penanganan risiko guna perbaikan secara terus menerus.

.
Kesimpulan

PT PG Rajawali II adalah Anak Perusahaan (AP) dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT
RNI, Persero) yang bergerak dibidang Agroindustri khususnya Industri Gula dan berlokasi di
Cirebon, Provinsi Jawa Barat. PT PG Rajawali II merupakan Anak Perusahaan dari PT Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI) yang paling luas areal dan paling besar asetnya dibandingkan dengan
Anak Perusahaan PT RNI yang lain. PT PG Rajawali II memiliki :

• 2 (dua) Pabrik Gula yang masih aktif beroperasi yaitu Pabrik Gula Unit Tersana Baru dan
Pabrik Gula Unit Jatitujuh
• 2 (dua) Pabrik Gula yang vakum yaitu Unit Pabrik Gula Sindang Laut dan Unit Pabrik
Gula Unit Subang
• 1 (satu) Pabrik Gula yang telah dihentikan operasinya yaitu Pabrik Gula Unit
Karangsuwung
• 1 (satu) unit yang bergerak dalam hal melakukan riset dan pengembangan di bidang
tanaman yaitu Unit Puslitagro
• 1 (satu) Pabrik yang memproduksi spiritus, alkohol dan derifatnya yaitu Unit PSA
Palimanan
• 1 (satu) Apotek yaitu Apotek Raja Farma
• 1 (satu) Pabrik Kamvas Rem yang telah dihentikan operasinya yaitu PT Inti Bagas
Perkasa

Daftar Pustaka

Sumber : http://rajawali2.co.id/

Anda mungkin juga menyukai