Disusun oleh :
Verawati Eka Saputri (C1AA20117)
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah Kami
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalahini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga ini dapat bermanfaat
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
B. Perawatan Diri
Menurut ( Depkes 2000) Salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri..
Menurut Poter. Perry (2005), perawatan diri (Personal hygiene) adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
2.2 Etiologi
a. Prosedur Hygiene
menurut Potter & Perry (2005), ada 7 faktor yang memengaruhi seseorang untuk
melakukan personal hygiene, antara lain:
- Citra Tubuh
Penampilan fisik seseorang adalah konsep subjektif dari citra tubuh. Citra tubuh
memengaruhi cara seseorang mempertahankan hygiene. Adanya perubahan fisik
yang disebabkan oleh pembedahan ataupun penyakit, makan dibutuhkan usaha
yang lebih untuk tetap mempertahankan hygiene.
- Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial dalam pergaulan seseorang dapat sangat
memengaruhi hygiene. Saat usia anak-anak, praktik hygiene didapatkan dari orang
tua. Kebiasaan hidup di rumah, kebersihan lingkungan rumah, dan bagaimana anak
diajarkan cara merawat diri. Seiring dengan bertambahnya usia, pergaulan di
sekolah akan merubah cara praktik personal hygiene.
- Status Sosial Ekonomi
Pendapatan seseorang juga menjadi faktor yang sangat memengaruhi hygiene.
Kemampuan seseorang untuk membeli peralatan dan bahan-bahan untuk merawat
kebersihan diri dan lingkungan.
- Pengetahuan
Saat ini tidak sedikit seseorang yang tidak paham mengenai
pentingnya hygiene bagi kesehatan. Oleh karena itu, faktor pengetahuan juga
memengaruhi walaupun pengetahuan itu sendiri tidak cukup untuk memotivasi
seseorang untuk menerapkan personal hygiene dalam dirinya.
- Kebudayaan
Kebudayaan memengaruhi personal hygiene karena cara yang diterapkan di satu
daerah dan daerah lainnya akan berbeda. Penggunaan air untuk membersihkan diri
setelah dari jamban adalah budaya yang ada di Indonesia. Sedangkan, untuk di
negara-negara luar, seperti Jepang, China, dan Korea, cukup
menggunakan tissue saja.
- Pilihan Pribadi
Setiap individu pada dasarnya punya caranya sendiri untuk melakukan perawatan
terhadap dirinya, kapan waktu yang tepat, dan dengan apa perawatan diri itu
dilakukan.
- Kondisi Fisik
Pada saat sakit, terutama sakit keras, tentu kondisi fisik akan menurun, sehingga
kemampuan untuk merawat diripun berkurang. Perlu bantuan orang lain untuk
merawar diri.
b. Perawatan Diri
Perawatan diri erat kaitannya dengan kebersihan diri (personal hygiene),
dimana hal ini perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari karena
memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan merupakan bagian dari
penampilan dan harga diri sehingga jika seseorang mengalami keterbatasan dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut mungkin saja akan memengaruhi kesehatan secara
umum.
Tarwoto & Wartonah (2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
memengaruhi personal hygiene:
1. Citra tubuh Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita
diabetes 14 melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya Pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis Pada penyakit tertentu kemampuan pasien untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
4. Membersihkan selokan-selokan
Tujuan dari membersihkan selokan adalah agar air di selokan tidak tersumbat
oleh sampah-sampah. Apabila selokan tersumbat bisa saja akan menimbulkan
aroma yang tidak sehat dan menimbulkan datangnya serangga seperti kecoa.
7. Selalu terapkan 3B
o Buang sampah di tempat yang sudah di sediakan
o Bersihkan segala sesuatu yang kotor
o Biasakanlah untuk hidup sehat dan bersih
2.3 Patofisiologi
- Prosedur Hygiene
Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita oleh seseorang karena tidak
terperiharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telingga serta gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikologi
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencinntai, kebutuhan harga
diri dan kebutuhan interaksi sosial.
- Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) , penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000) dalam
Mukhripah Damaiyanti (2014). Penyebab kurang perawatan diri adalah: 1. Faktor
Predisposisi
c. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
d. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
e. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
f. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
- Istirahat Tidur
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan
tidur adalah model neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor
predisposisi, presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor
yang mendasari berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan
kronik. Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic
inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan otomatisasi
dan plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur
bersifat involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi sirkadian.
Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk mengakomodasi berbagai
kondisi lingkungan. Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa
atensi, niat, atau usaha). Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu
berbagai respon arousal fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan inhibisi
terhadap de-arousal yang berhubungan dengan tidur dan menimbulkan gejala
gangguan tidur
- Perawatan Diri
Fisik
- Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
- Hidung kotor telingga juga kotor
- Gigi kotor disertai mulut bau
- Kuku panjang dan tidak terawatt
- Badan kotor dan pakaian kotor
- Penampilan tidak rapi
Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik,diri,isolasi
- Merasa tidak berdaya,rendah diri dan hina
Social
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berprilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang
air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/sikat gigi tidak dapat berpakaian
sendiri
- Perawatan Diri
a. Pemeriksaan laboratorium Meliputi : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan
urin rutin, pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan serologi.
b. Pemeriksaan radiagnostik (x-foto tulang belakang, x–foto kpeal dsb)
c. Pemeriksaan penunjang yang lain ( CT Joan , LP) 8) Diagnosa Banding
a. Defisit Perawatan Diri : Mandi
b. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
c. Defisit Perawatan Diri : Makan
d. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi Diri :
3.2 Saran
Kita harus selalu menjaga kebersihan pada diri kita dan lingkungan agar kita terhindar
dari penyakit dan kita harus istirahat yang cukup agar tubuh kita fit selalu bugar tidak
mudah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/443/3/BAB%20II%20%20tinjauan%20 ustaka.pdf
https://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-perawatan-diri.html
https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-tidur/patofisiologi
https://www.academia.edu/24698007/Konsep_Istirahat_dan_Tidur