Anda di halaman 1dari 4

Nama : Regina Dwi Putri Cahyani

NIM : E041201008

Mata Kuliah : Pembangunan Politik

Dosen Pengampuh : Dr.Phil.Sukri,S.IP.,M.Si.

Paper Pembangunan Politik

Pembangunan politik adalah suatu perubahan politik terencana dari suatu kondisi ke kondisi
lainnya yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara dengan melibatkan seluruh bagian
dari masyarakatnya. makna pembangunan politik menurut para ilmuwan yang concern
terhadap terminologi ini.

Learner (1958) memahami pembangunan politik sebagai modernisasi politik, yaitu sebagai
gejala diterapkannya kontrol rasionalitas atas kekuasaan dan keberlanjutan tujuan manusia
dalam lingkungan fisik dan sosial.

Pye (1969) mengidentifikasi tiga level atribut dalam pembangunan politik, yakni equality,
capacity, differentiation. (1) equality (persamaan) adalah keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan politik, seperti kegiatan masyarakat untuk memengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilakukan secara spontan dan
terorganisir, sporadik, damai atau kekerasan, legal atau tidak legal, efektif atau tidak efektif.
(2) capacity (kapasitas) merupakan adaptasi dan potensi kreatif yang dimiliki seseorang
untuk memanipulasi lingkungannya. Kemampuan personal dan kelompok ini berdampak
pada potensi untuk memengaruhi sistem politik untuk menangani kompleksitas masalah-
masalah dalam masyarakat, baik politik, ekonomi dan sosial. (3) differentiation (diferensiasi)
merupakan proses pemisahan secara progresif dan spesialisasi atas peran, institusi dan
asosiasi dalam pengembangan sistem politik. Misalnya saja peran dalam lembaga
pemerintahan : legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Huntington (1968) menggarisbawahi bahwa pembangunan politik bukan merupakan


fenomena tunggal tetapi berdimensi jamak. Konsep pembangunan politik menurutnya bisa
dilihat secara geografis, derivatif, teleologis dan fungsional. (1) geografis berarti telah terjadi
perubahan politik pada negara-negara sedang berkembang dengan menggunakan konsep-
konsep dan metode-metode yang pernah digunakan oleh negara maju. Tentunya fenomena
ini berdampak pada kapasitas dan instabilitas sistem politik. (2) derivatif berarti
pembangunan politik merupakan aspek dan konsekuensi politik dari proses perubahan
secara menyeluruh, yakni konsekuensi pada economic growth, urbanisasi, peningkatan
pendidikan, media massa, dan banyak lagi. (3) teleologis dipahami sebagai sebuah proses
perubahan menuju suatu tujuan tertentu dari sistem politik, seperti stabilitas politik,
integrasi politik, demokrasi, penegakan hukum, good governance, dan lain sebagainya. (4)
fungsional adalah suatu proses perubahan menuju sistem politik yang ideal yang ingin
dikembangkan oleh suatu negara. Selanjutnya Pye (1966) juga menerangkan beberapa
aspek dari pembangunan politik, yang diinterpretasikan sebagai development syndrome, di
antaranya pembangunan politik sebagai : (1) politik pembangunan; (2) ciri khas politik
masyarakat industri; (3) modernisasi politik; (4) operasi negara-bangsa; (5) pembangunan
administrasi dan hukum; (6) mobilisasi dan partisipasi masyarakat; (7) postur demokrasi; (8)
perubahan teratur dan stabilitas; (9) mobilisasi dan kekuasaan; (10) salah satu aspek proses
perubahan sosial yang multidimensi.

Menurut Bryant dan White dalam Suryono (2010), pembangunan berarti upaya
meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya dengan memiliki
lima implikasi utama yaitu:

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan manusia secara optimal baik individu


maupun kelompok (capacity).

2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan, kemerataan nilai dan


kesejahteraan (equity).

3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun


dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kepercayaan ini dinyatakandalam bentuk
kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan
(empowerment).

4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri


(sustainability).
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara satu kepada negara lain,
menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan menghormati (interdependence).

Bryant dan White menegaskan bahwa lima prinsip dasar di atas harus berorientasi pada
pembangunan yang berpusat pada manusia yaitu bahwa proses pembangunan harus
meningkatkan kemampuan manusia dalam menentukan masa depannya sendiri.

Dalam pandangan beberapa ilmuwan politik, objek formal Pentingnya pembangunan politik
terletak pada aktivitasnya di dalam sistem politik itu sendiri. Aktivitas sistem politik
mempengaruhi dinamika dan mobilisasi kekuasaan. Dalam kondisi tertentu, suatu sistem
terbentuk ketika dapat memenuhi tujuan politik individu atau kelompok. Di sisi lain,
stabilitasnya dipertanyakan ketika sistem politik tidak bisa lagi melakukan apa yang
diinginkannya. Akibatnya, individu dan kelompok kepentingan telah merestrukturisasi
sistem politik mereka dan berubah. Pembangunan politik selalu berarti perubahan, akan
tetapi tidak sebaliknya. Hal ini dikarenakan bahwa pada satu pohak perubahan diperlukan
untuk pembangunan, namun pada pihak lain perubahan dapat pula menghambat
pembangunan, walaupun dampak dari perubahan sosial bisa saja memacu pembangunan.
Dialektika antara pembangunan dan perubahan sosial selalu ambigu dan kiranya dapat
dijadikan bahan perdebatan lebih lanjut.

Menurut saya,contoh pembangunan politik di Indonesia yang paling tepat yaitu


Perubahan politik pada era reformasi, sekedar menyebutkan contoh, memperlihatkan
bagaimana lembaga-lembaga politik mulai dari MPR, DPR, Presiden, Kabinet, dan MA
mengalami perubahan distribusi kekuasaan. Pada masa sebelumnya di era Orde Baru,
kekuasaan terkonsentrasi pada presiden. Lembaga-lembaga politik nasional lainnya hanya
berfungsi sebagai pendukung kekuasaan presiden. Peluang terjadinya kontrol atas
kekuasaan presiden sangat lemah. Namun, pasca Orde Baru kekuasaan lebih terdistribusi
dan berimbang di antara lembaga-lembaga tersebut. Kontrol terhadap kekuasaan presiden
lebih dimungkinkan melalui mekanisme pemakzulan oleh MPR setelah mendapatkan usulan
DPR yang telah diuji oleh lembaga yudikatif yang baru dibentuk, yaitu MK. Lembaga-
lembaga baru selain MK juga dibentuk untuk penguatan demokrasi, seperti DPD dan
lembaga-lembaga independen lainnya sebagai penopang, seperti KPK, KY, Komnas HAM,
Komisi Ombudsman, dan sebagainya.

Referensi :

(Drs. Gaul Kadir, 2014)

Anda mungkin juga menyukai