Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN DIABETES
MILITUS (DM) DI RUANG ALAMANDA III RSUD SLEMAN

Disusun oleh :
Erinda Safitri
(16100011)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA

YOGYAKARTA 2018
Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan
pada Tn. K dengan Diabetes Melitus (DM) di Ruang Alamanda III RSUD Sleman”
dengan lanncar. Dalam pembuatan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan pembimbing klinik yang telah memberikan kesempatan dan
memberikan fasilitas sehingga laporan ini dapat selesai dengan lancar. Akhir kata
semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Sleman, 7 Juli 2018

Erinda Safitri
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI................. ......................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Umum......................................................................................
D. Tujuan Penulisan Khusus.....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................

A. Definisi .......... ......................................................................................................


B. Etiologi........... ......................................................................................................
C. Klasifikasi.............................................................................................................
D. Manifestasi Klinis.................................................................................................
E. Patofisologi ..........................................................................................................
F. Pathway.......... ......................................................................................................
G. Komplikasi .... ......................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................
I. Penatalaksanaan ...................................................................................................
J. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak positif dari pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
adalah pergeseran pola penyakit yang terjadi di Indonesia. Penyakit infeksi dan
kekurangan gizi berangsur turun, meskipun diakui bahwa angka penyakit infeksi
ini masih dipertanyakan dengan timbulnya penyakit seperti hepatitis B, AIDS,
serta angka insiden Tuberculosa paru yang masih tinggi. Di lain pihak penyakit
menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus
meningkat dengan tajam. Perubahan pola penyakit diduga akibat perubahan pola
makan, dari makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan
sayur ke pola makan kebarat-baratan, dengan komposisi makanan yang terlalu
banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat.
Komposisi makanan seperti ini terutama terdapat pada makanan siap saji yang
sangat digemari oleh anak – anak muda bahkan orang tua.
Selain itu cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan mulai dari pagi
hingga sore bahkan malam hari duduk di belakang meja menyebabkan tidak
adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolahraga. Pola hidup yang berisiko
seperti inilah yang menyebabkan tinggginya insiden penyakit jantung koroner,
hipertensi, hiperlipidemia serta Diabetes Mellitus.
Menurut penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia, kekerapan
diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4% hingga 1,6%, kecuali di dua tempat
yaitu Pekajangan, suatu desa dekat Semarang sebesar 2,3% dan di Manado yang
agak tinggi 6%. Melihat tendensi insiden diabetes secara global yang
diakibatkan oleh peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dapat
diperkirakan dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang jumlah
pasien diabetes di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Adapun tujuan
penulisan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakit Diabetes
Mellitus serta manajemen keperawatan yang perlu diberikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
laporan ini adalah Apa itu penyakit Diabetes Melitus (DM), etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologis, dan pemeriksaan penunjang dari Diabetes
Melitus (DM) .Bagaimana melaksanakan atau mengimplementasikan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus (DM) meliputi Pengkajian,
Analisa Data, Penegakan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Implementasi Keperawatan, Serta Evaluasi Asuhan Keperawatan, yang dikelola
selama 3 hari.

C. Tujuan Umum
Penulis mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
Diabetes Melitus (DM).

D. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada kasus Diabetes
Melitus (DM).
2. Penulis mampu melakukan pengelompokan data pada kasus Diabetes
Melitus (DM).
3. Penulis mampu melakukan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada
kasus Diabetes Melitus (DM).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.

B. Etiologi

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi
reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran
sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik

C. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II:  Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah
menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin
dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi
paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka
yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

D. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
1) hiperglikemia berpuasa
2) glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) keletihan dan kelemahan
4) ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
1) lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur.
3) komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)

E. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria
(glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala
peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya
proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis
tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi
peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan
mengarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000)
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor
kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa
tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II

F. Pathway
G. Komplikasi
Menurut Subekti (2006; 161) komplikasi dari diabetes mellitus adalah
1) Hipoglikemia
Dapat terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan terlalu sedikit atau karena aktivitas yang berlebihan.
2) Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata. Keadaan ini akan mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak yang dimanifestasikan dengan adanya
dehidrasi, asidosis dan kehilangan elektrolit.
3) Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Yaitu keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran
4) Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ
tubuh
5) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a) Neuropati diabetik
b) Retinopati diabetik
c) Nefropati diabetik
d) Proteinuria
e) Kelainan koroner
f) Ulkus/gangrene
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi)
yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes.
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah
dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1. Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2. Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
Osmolitas serum 300 m osm/kg.
3. Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative
I. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
a. Obat Hipoglikemik
1. Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit
lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi
renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan,
demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien
dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
2. Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang
berat lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea
3. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai
dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan-lahan sesuai
dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau
metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak
tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin.

Jenis insulin

a) Insulin kerja cepat


Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan
semilente.
b) Insulin kerja sedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hegerdon)
c) Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
1. Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2. Protein sebanyak 10 – 15 %
3. Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress
akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan
jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-
10%, sehingga didapatkan
1. Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3. Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4. Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan
kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg
BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk
pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah)
dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas
dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
a) Makanan pagi sebanyak 20%
b) Makanan siang sebanyak 30%
c) Makanan sore sebanyak 25%
d) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit
dan olah raga berat jogging.
c. Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes.

J. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
1. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot,
tonus otot menurun.
2. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3. Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Tanda :
1. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia.
2. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak
ada.
3. Disritmia, krekel : DVJ
c. Neurosensori
Gejala :
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi,
stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) :
kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan
palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
e. Keamanan
Gejala :
1. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2. Menurunnya kekuatan immune/rentang gerak, parastesia/paralysis otot
termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam).
3. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
4. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
f. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
1. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma : positif secara menyolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330 m osm/l
K. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal pain,
gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone stress,
epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa yang tinggi
6) Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
karena ketidakseimbangan elektrolit.
7) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan
kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,
hipermetabolik.
8) Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.
9) Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi.

L. Rencana Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Intervensi :
a) Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien sebelumnya.
d) Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
e) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
f) Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
gmengetasi nyeri.
g) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
h) Monitor TTV
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose
Intervensi :
a. Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap
hari
b. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan dengan
berkolaborasi dengan ahli gizi
c. Kaji status nutrisi
d. Timbang BB klien
e. Kolaborasikan pemberian insulin secara teratur
f. Kolaborasikan pemberian diit rendah glukosa
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotic
hiperglikemi
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil
Turgor kulit baik
Capillari refill kurang dari 2 detik
Intervensi
a) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardi.
b) Kaji nadi perifer, persisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
c) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
d) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai dengan indikasi
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
penurunan intake oral
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Berat badan stabil
Nafsu makan pasien meningkat

Intervensi :

a. Timbang BB tiap hari


Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
b. Auskultasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung,
mual, muntah
Rasional : Hiperglikemi fan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung
c. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
5) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran
darah vena atau arteri, edema jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan perifer
Kriteria hasil :Tanda-tanda vital stabil
Capillary refill kurang dari 2 detik
Intervensi
a. Catat penurunan nadi, pengisian kapiler lambat
Rasional : Perubahan ini menunjukan kemajuan/ proses kronis
b. Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tangan/lutut, panas/dingin
Rasional : Sensasi menurun selama serangan / kronis pada penyakit tahap
lanjut.
c. Lihat dan kaji kulit untuk laserasi, lesi , area gangren.
Rasional : Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan
seluruh ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi/ kerusakan/
kehilangan jaringan serius.
d. Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat
Rasional : Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi
adekuat, perlu untuk penyembuhan regenerasi jaringan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Sujono & Sukarmin, 2009.Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Imam Subekti. 2006. Tetap Sehat Dengan Diabetes Mellitus. Dalam: Pradana
Soewondo, editor: Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal
25

Robbins, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

American Diabetes Association. (2004). Medical Management of Type 2 Diabetes, fifth


Edition.

Anda mungkin juga menyukai