Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahan listrik dalam sistem tenaga listrik merupakan salah satu elemen penting
yang akan menentukan kualitas penyaluran energi listrik itu sendiri. Bahan listrik
yang sangat popular selama ini meliputi konduktor, semi konduktor dan isolator.
Satu lagi yang dikenal dengan super konduktor, namun masih dalam penelitian
intensif para ahli. Ketiga bahan tadi secara integrative dalam system kelistrikan
dimanfaatkan secara optimal. Seperti misalnya konduktor adalah salah material
paling besar yang dipakai dalam penyaluran tenaga listrik baik alumunium maupun
tembaga atau campuran dengan bahan lain. Demikian pula isolator dipakai banyak
sekali untuk menyekat bagian bagian bertegangan dengan bagian yang kontak
langsung dengan manusia.
Bahan listrik untuk tegangan tinggi pada dasarnya tidak berbeda dengan yang
dipakai pada tegangan rendah, hanya perbedaan yang mendasar terletak pada
analisis sifat, perilaku dan prototype dasar yang jauh lebih kompleks yakni
memasukan variable atau konstanta-konstanta baru seperti misalnya pada tegangan
tinggi sifat kasitansi penghantar sangat menonjol. Salah satu bahan listrik yang sangat
berbeda karakteristiknya adalah bahan isolasi yang fungsi dan penggunaanya sangat
luas.
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk
mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi. Isolasi berfungsi memisahkan dua atau
lebih penghantar listrik yang bertegangan, sehingga antar penghantar-penghantar
tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flashover) atau percikan (spark-over). Untuk
tegangan yang semakin tinggi diperlukan bahan isolasi yang mempunyai kuat isolasi
yang lebih tinggi. Apabila tegangan yang diterapkan mencapai tingkat ketinggian
tertentu, maka bahan isolasi tersebut akan mengalami pelepasan muatan (lucutan,

1
discharge), yang merupakan suatu bentuk kegagalan listrik. Kegagalan ini
menyebabkan hilangnya tegangan dan mengalirnya arus dalam bahan isolasi. Dalam
proses pelepasan listrik ada beberapa mekanisme pembangkitan atau kehilangan ion,
baik dalam bentuk tunggal, maupun dalam kombinasi. Proses dasar pelepasan dalam
gas meliputi antara lain :
a. Pembangkitan ion dengan cara benturan (collision) Elektron, fotoionisasi, ionisasi
oleh benturan ion-positif, ionisasi termal, pelepasan (detachment) electron,
ionisasi kumulatif, dan efek  sekunder.
b. Kehilangan ion dengan cara penggabungan (attachment) elektron, rekombinasi
dan difusi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sifat kelistrikan dari bahan isolasi?
2. Apa sifat-sifat mekanis dari bahan isolasi?

C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui sifat kelistrikan dari bahan isolasi.
2. Dapat mengetahui sifat-sifat mekanis dari bahan isolasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFAT KELISTRIKAN
1. Resisitivitas
Sesuai dengan fungsinya, bahan isolasi yang baik adalah bahan isolasi yang
resistivitasnya besar tak terhingga. Tetapi pada kenyataannya bahan yang demilcian
itu belum bisa diperoleh. Sampai saat ini semua bahan isolasi pada teknik listrik
masih mengalirkan arus listrik (walaupun kecil) yang lazim disebut arus bocor. Hal
ini menunjukkan bahwa resistansi bahan isolasi bukan ddak Lerbatas besarnya.
Besarnya resistansi bahan isollasi sesuai dengan Hukum Ohm adalah :
'Ri = v / Ib
Keterangan : Ri = Resistansi isolasi (ohm)
V = Tegangan yang digunakan (volt)
Ib = Arus bocor (ampere)
Kalau diperhatikan lebih jauh, terdapat 2 macam resistansi yaitu resistansi
volume (Rv) dan resistansi permukaan (Rp). Resistansi volume mengakibatkan
mengalirnya arus bocor Iv, sedangkan resistansi permukaan menyebabkan
mengalirnya arus bocor lp, seperti ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Arus Bocor Iv dan Ip Pada Bahan Isolasi

Seperti terlihat pada gambar 2.1 RY dan Rp adalah paralel. Sehingga


berdasarkan Hukum Kirchoff 1 :
Ib= v + ip
Dan
1/ Ri =1/ Rv + 1/ Rp Ri = (Rv . Rp)/ (Rv + Rp)

3
Resistivitas volume pada umumnya disebut resistivitas saja. Besarnya
resistivitas volume adalah
Rv = py 1 / S
Keterangan : pv : Resistivitas volume dengan (ohm meter)
1 : Panjang bagian yang dilewati arus (m)
S : Luas penampang (m2)
Besarnya resistivitas permukaan di antara 2 bidang selebar b pada jarak a
yaitu:
Rp = ps (a/ b)
Keterangan : PS : Resistivitas permukaan dengan satuan ohm.
Derinisi darl resistivitas permukaan PS adalah resistansi pada permukaan
persegi suatu bahan waktu arus mengalir di sisi lain dari penampang tersebut.

Gambar 2.2 Ilustrasi Perhitungan Resistansi


(a) Perhitungan Resistansi volume
(b) Perhitungan resistansi permukaan

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubung dengan resivitas adalah :


a. Baik resivitas volume maupun resivitas permukaan akan berkurang besarnya jika
suhu dinaikkan. Banyak bahan yang mempunyai pv dan pp yang besar pada suhu
kamar, tetapi turun drastis pada suhu 1oo persen C.
b. Untuk bahan isolasi yang higrokopis, di daerah-daerah yang lembab resivitasnya
akan turun secara mencolok.
c. Resivitasnya akan turun jika tegangan yang diberikan naik.

4
Dari 3 hal tersebut di atas, maka pada permukaan sehari-hari dalam
pemakaian bahan isolasi misalnya untuk daerah kerja yang suhunya tinggi atau
lembab, harus dipilih bahan yang sesuai baik bahan maupun tegangan kerjanya.

2. Permitivitas
Setiap bahan isolasi mempunyai permitivitas. Hal yang penting bagi bahan-
bahan yang digunakan sebagai dieletrik kapasitor.
Kapasitansi suatu kapasitor tergantung beberapa faktor yaitu, luas permukaan,
jarak antara keping-keping kapasitor dieletriknya. Besarnya kapasitansi C (farad)
dapat dihitung dengan :
−9
10 . ε S
C= .
36. π h
Keterangan : ε : Permitivitas bahan dielektrik (F/m).
h : Jarak keping-keping kapasitor (m).
S : Luas permukaan keping-keping kapasitor (m2).
Besarnya permitivitas udara hampir 1 yaitu 1.000.589, sedangkan besarnya
permitivitas untuk zat padat dan zat cair selalu lebih besar dari 1.

B. SIFAT TERMAL ISOLASI


Sifat-sifat thermal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan isolasi
yaitu:
- Titik lebur, sebaiknya dicari bahan yang titik leburnya tinggi agar tidak mudah
leleh.
- Angka pemuaian panas, dicari bahan yang paling kecil angka pemuaiannya.
- Thermal Konduktivity, hal ini disesuaikan dengan penggunaannya. Jika
dikehendaki bahan harus mendistribusikan panas maka bahan yang hantaran
panasnya tinggi harus dipilih. Namun biasanya untuk isolator memiliki hantaran
panas rendah.

5
- Tidak mudah terbakar/menyala, harus dicari bahan yang tidak mudah terbakar,
jika terbakar maka harus tahan terhadap keretakan.
- Tidak lembek.
- Tahan terhadap panas.

Tabel 2.1 Klasifikasi Bahan Isolasi


Suhu kerja
Kelas Bahan
maks
Katun, sutera alam, wolsintetis, rayon, serat poliamid,
Y kertas, prespan, kayu, poliakrilat, polietilen polivinil, 90oC
karet.
Bahan kelas Y yang diimpregnasi dengan vernis, aspal,
A minyak trafo. 105oC
Email yang dicampur dengan vernis dan poliamid.
Email kawat yang terbuat dari : polivinil formal, poli
E urethane dan dammar, bubuk plastik, bahan selulosa 120oC
pengisi pertinaks, tekstolit, triasetat, polietilen tereftelat.
Bahan anorganik (mika, fiberglas, asbes) bitumen,
B bakelit, poli monochloro tri fluor etilen, poli etilen 130oC
tereftalat, poli karbonat, sirlak.
Bahan-bahan anorganik yang diimpregnasi atau direkat
F dengan epoksi, poliurethan, atau vernis dengan ketahanan 155oC
panas yang tinggi.
Mika, fiberglas dan abses yang diimpregnasi dengan
H silikon tanpa campuran bahan berserat, karet silikon, 180oC
email kawat poliamid murni.

6
Bahan-bahan anorganik tanpa diimpregnasi atau diikat
dengan subtansi organik yaitu: mika, mikanit tahan panas, Diatas
C
mikaleks, gelas, keramik, teflon (politetra fluoroetilen) 180oC
adalah satu-satunya subtansi organik.

Untuk bahan isolasi tertentu harus tahan pada suhu yang rendah antara - 60°C
hingga -70°C. Misalnya bahan isolasi yang digunakan untuk penghantar pada
pesawat terbang, pegunungan dll. Umumnya bahan isolasi akan keras dan regas pada
suhu rendah, sedangkan pengujian kekuatan terhadap suhu rendah dapat dilakukan
dengan memberi vibrasi.

1. Konduktivitas Panas
Panas yang didipasikan oleh penghantar atau rangkaian magnetik pada mesin
listrik melalui bahan isolasi diteruskan ke udara sekelilingnya. Kenaikan suhu pada
penghantar dipengaruhi pula oleh resistansi panas bahan isolasi. Untuk menghitung
besarnya resistansi panas dapat digunakan rumus yang mirip dengan hukum ohm
sebagai berikut :
t
P=
Rp
P= Panas yng melewati bahan isolasi setiap detik dalam satuan watt.
t = Beda suhu antara bagian yang panas dengan bagian yang dalam satuan C.
Rp = Resistansi panas dalam satuan derajat per Watt atau ohm meter panas (pp).

h
Rp= ρ p
S
ρ p = resitivitas panas (o W atau ohm meter panas).
h = jarak antara bagian yang panas dan dingin (m).
S = penampangan (m2).

7
Besarnya konduktivitas panas (τp ) adalah :
1
τp=
ρp
Bahan-bahan tersebut di udara mempunyai ρ p yang tinggi dan ρ p tersebut akan turun
bila bahan diimpregnasi atau bila bahan menjadi lembab.
Tabel 2.2 Konduktivitas Panas Beberapa Bahan
No. Nama Bahan Konduktivitas Panas
1. Udara (celah yang sempit) 5.10-6
2. Aspal 7.10-6
3. Kertas 10-5
4. Kain yang divernis 13.10-6
5. Kuarsa 12,5.10-5
6. Porselin 16.10-5
7. Steatite 12.10-5
8. Titanium dioksid 65.10-5
9. Silikon dioksid 12,5.10-4
10. Grafit 18,2.10-4
11. Alumina 3.10-3
12. Magnesium 3,6.10-3
13. Besi 6,8.10-3
14. Aluminium 2,26.10-2
15. Tembaga 3,9.10-2

2. Ketahanan terhadap suhu rendah


Ketahanan terhadap suhu rendah ialah kemampuan bahan isolasi untuk
digunakan pada suhu rendah dalam hal ini -60o hingga -70o C. Hal ini perlu
diperhitungkan bagi bahan isolasi yang digunakan untuk penghantar pada pesawat
terbang, pegunungan, dan sebagainya.

8
Umumnya bahan isolasi jika terkena suhu yang rendah akan menjadi keras
dan regas. Untuk itu biasanya bahan isolasi juga diuji pada suhu rendah dengan diberi
vibrasi.
C. SIFAT FISIS DAN KIMIA
Beberapa difat fisis dan kimia yang akan dibahas disini adalah: sifat
kemampuan larut, resistansi kimia, higrokopisitas, permeabilitas uap, pengaruh tropis
dan resistansi radio aktif.
1. Sifat Kemampuan Larut
Sifat ini diperlukan ketika menentukan macam bahan pelarut untuk suatu
bahan misalnya: vernis dan sebagainya. Juga ketika menguji bahan isolasi atas
kemampuannya tetap tahan didalam cairan selama diimpregnasi dan selama
pemakaian (bahan isolasi trafo minyak).
Kemampuan larut bahan padat dievaluasi berdasarkan banyaknya bagian
permukaan bahan yang dapat larut setiap satuan waktu jika diberi bahan pelarut.
Umumnya bahan pelarut komposisi kimianya sama dengan bahan dilarutkan.
Contohnya: hodro karbon dilarutkan dengan cairan hidro karbon atau phenol
formaldehida.

2. Resistansi Kimia
Bahan isolasi mempunyai kemampuan berbeda ketahanannya terhadap korosi
yang disebabkan oleh: gas, air, asam, basa, dan garam. Perlu diperhatikan agar
pemakaian di daerah yang konsentrasi kimianya aktif, suhu diatas normal, karena
kecepatan korosi dipengaruhi pula oleh kenaikan suhu.
Bahan isolasi digunakan pada instalasi tegangan tinggi harus mampu menahan
terjadinya ozon artinya bahan tersebut harus memiliki resistansi ozon yang tinggi.
Karena ozon dapat menyebabkan isolasi berubah menjadi regas. Pada prakteknya,
bahan isolasi anorganik mempunyai ketahanan terhadap ozon yang baik.

3. Higroskopisitas

9
Beberapa bahan isolasi ternyata mempunyai sifat higroskopisitas, yaitu
menyerap disekelilingnya. Uap air ternyata dapat mengakibatkan perubahan mekanis-
fisis (physico-mechanical) dan memperkecil daya isolasi.
Untuk itu selama penyimpanan atau pemakaian bahan isolasi agar tidak terjadi
penyerapan uap air oleh bahan isolasi, maka hendaknya menggunakan bahan
penyerap uap air yaitu senyawa P2O5 atau CaCl2.
Bahan dielektrik yang molekulnya berisi sekolompok hidroksil (OH),
higroskopisitasnya relative besar, sedangkan bahan dielektrik seperti parafin,
polietilen dan politetera fluoro etilen adalah bahan-bahan nonhigroskopis.

4. Permeabilitas Uap
Kemampuan bahan isolasi untuk dilewati uap disebut permeabilitas uap bahan
tersebut. Faktor ini perlu diperhatikan bagi bahan yang digunakan untuk isolasi kabel
dan rumah kapasitor.
Banyak Uap M yaitu satuan micro gram, selama t jam melalui permukaan s
meter persegi, dengan beda tekanan pada kedua sisi bahan p dalam suatu mm-Hg
yaitu:
A . h .102
M=
s .t . P
A = permeabilitas uap yang disebut juga konstanta difusi.
g = permeabilitas uap air dengan satuan.

Tabel 2.3 Permeabilitas Uap Beberapa Bahan


No. Nama Bahan Permeabilitas Uap

1. Parafin 0.0007

2. Polistirin 0.03

3. Karet 0.03 s/d 0.08

4. Selulose Triasetat 1

10
5. Cellophane 5

6. Kaca atau Logam 0

5. Pengaruh Tropis
Terdapat dua macam daerah tropis, yaitu daerah tropis yang basah (termasuk
Indonesia) dan daerah tropis yang kering. Di daerah tropis basah memungkinkan
tumbuhnya jamur dan serangga dapat hidup dengan baik.
Suhu yang cukup tinggi disertai kelembaban yang terjadi dalam waktu lama
dapat menyebabkan turunnya resistivitas isolasi, menambah besarnya sudut rugi
dielektrik, menambah permitivitas dan mengurangi kemampuan kelistrikan bahan.
Pada penggunaan bahan isolasi didaerah tropis harus diperhatikan 2 hal yaitu
perubahan sifat kelistrikan setelah bahan direndam dan kecepatan pertumbuhan jamur
pada bahan tertentu. Karena hal-hal tersebut maka bahan isolasi sebaiknya dilapisi
bahan dengan bahan ati jamur, anatara lain: paranitro phenol, pentha chloro phenol.

6. Resistansi Radiasi
Pemakaian bahan isolasi sering dipengaruhi bermacam-macam energi radiasi,
pengaruh ini dapat mengubah sifat bahan isolasi. Radiasi sinar matahari
mempengaruhiumur bahan isolasi, khususunya jika bahan tersebut bersinggungan
langsung dengan oksigen. Sinar ultra violet dapat merusak beberapa bahan bahan
organik yaitu menurunnya kekuatan mekanik, elastisitas, dan retak-retak.
Sinar X, sinar-sinar dari reaktor nuklir misalnya: sinar α , β , dan γ partikel
radio isotop, mempunyai pengaruh sangat besar pada bahan isolasi. Bahan polimer
organik akan menjadi lebih keras dan akan menjadi lebih tahan terhadap panas jika
terkena sinar-sinar tersebut: politetrafluoroethilen. Kemampuan suatu bahan isolasi
untuk menahan pengaruh radiasi tanpa mengalami kerusakan disebut resistansi
radiasi.

11
D. SIFAT-SIFAT MEKANIS
1. Kekuatan Mekanis
Kekuatan mekanis bahan-bahan isolasi maupun logam adalah kemampuan
menahan beban dari dalam atau luar, pada prakteknya adalah beban tarik dan gesek.
Jiika suatu bahan dengan penampang A cm2 ditarik dengan suatu gaya tarik yang
bertambah secara perlahan, maka bahan tersebut akan putus pada gaya tarik tertentu
sebesar Pt kg
Dalam hal ini stress atau tegangan tarik bahan σt adalah seperti ditunjukkan
pada persamaan (2-14)
Pt
σt =
S
Penambahan panjang bahan sebelum putus ∆ l dibagi dengan panjang mula-mula I
disebut penambahan panjang relative bahan atau straub ε adalah :
∆I
ε= x 100 %
I
Untuk besi tempa dan sejumlah baja tertentu tarikan dan pemanjangannya
memperlihatkan kurva diskontinuitas, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kurva σt =f (ε ) pada baja lunak

Setelah titik Y penambahan panjang tanpa memerlukan penambahan gaya


atau mungkin hanya kecil saja. Gejala ini terjadi sekitar 5 hingga 7% dari panjang
mula-mula 1. Titik Y disebut titik lumer (yield point) suatu bahan, sedangkan

12
tegangan yang menjadikan bahan lumer disebut tegangan lumer (yield point) yang
besarnya adalah:
Py
∆ y=
S
Py = gaya yang menyebabkan bahan menyerah (kg).
S = Luas penampang mula-mula (m2).

2. Pengujian Derajat Kekerasan


Pengujian derajat kekerasan dapat dilakukan dengan penggoresan atau
penumbukan dengan benda lancip terhadap bahan yang dapat mengalami deformasi
plastis yaitu logam dan plastik. Derajat kekerasan suatu bahan perlu diperhatikan
terutama untuk gawai yang bergesekan seperti: mata bor, komutator, dan bantalan.
Pengujuan derajat kekerasan untuk meramik dilakukan dengan penggoresan. Suatu
derajat kekerasan bahan dengan penggoresan adalah Moh dengan intan sebagai bahan
terkeras nilainya 10 dan kapus sebagai yang terlunak.
Dengan nilai 1. Sedangkan untuk mengukur derajat kekerasan berdasarkan
tumbukan digunakan metode-metode : Brinell, Rockwelr dan vickres.
Pada cara pengujian dengan metode Brinell, sebuah bola baja dengan diameter
10 mm dan sudah diperkeras, ditekankan ke permukaan bahan yang diuji. Dengan
bebas statis sehingga menimbulkan lekukan pada permukaan bahan yang diuji.
Derajat kekerasan dapat dihitung dengan persamaan :

Derajat kekerasannya dinyatakan dengan satuan Brinelr (HG). Pada pengujian


derajat kekerasan metode vickres menggunakan intan berbemtuk pyramid. Pengujian
dengan cara ini lebih menguntungkan dibanding dengan metode Brinell, karena pada
intan tidak akan terjadi deformasi plastic. Untuk menentukan derajat kekerasannya

13
digunakan persamaan 1-16. Yang membedakan di sini, lekukannya tidak terbentuk
bidang bola. Pada pengujian dengan metode vickres satuannya adalah Vickres (HD).
Pada pengujian kekerasan metode Rockwel hasir pengujiannya dapat
langsung terbaca pada alat pengujian. sehingga pengujian dengan metode ini Iebih
mudah dan cepat. Mata penumbuk yang digunakan adalah intan berbentuk kerucut
untuk bahan yang keras atau bola baja jika bahan yang diuji lunak.

14
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sifat dan karakteristik bahan pada saat digunakan dalam sistem tenaga listrik
mempunyai besaran yang sangat bervariasi mulia dari sifat fisik, mekanik maupun
elektrik. Yang semuanya sangat berperan guna menganalisis karakteristik sistem
secara keseluruhan. Salah satu sifat yang sangat penting adalah sifat kelistrikan.
Namun demikian sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia
serta sifat sifat lainnya perlu juga diperhatikan. Salah satau bahan listrik yang sangat
luas penggunaanya dalam sitem tenaga listrik adalah isolasi. Karena seperti kita tahu
bahan isolasi akan menyekat antara bagian-bagian yang bertegangan dengan yang
tidsak atau dengan manusia.

15
DAFTAR PUSTAKA

John Vernon, 1979, Introduction to Engineering Materiual, English Leanguage Book,


Society & Mac Millan, London
Herman Polack, 1981, Material Science and Metalurgy, 3rd Edition, Reston
Publishing Company, Virginia.
Raghavan, 1985, Material Science and Engineering, a first course , 2ndEdition,
Private Limited, London
Seth, Swinder Parkash, 1981, A Course in Electrical Engineering Material, Dhanpat
Rai& Sons, New Delhi

Mhaimin,Drs. 1999. Bahan-bahan listirk untuk Politeknik. PT. Pradnya Paramita.


Jakarta
Sumanto,Drs,MA. 1994. Pengetahuan Bahan untuk mesin dan listirk. Penerbit Andi
Offest. Jogjakarta.
Suwarno,Dr,Ir. 2006. Material Elektroteknik. Penerbit Megatama. Bandung.
Darsono, Bsc. Suhadi, 1979, Ilmu Bahan Listrik 1, Depdiknas, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai