DISUSUN OLEH :
1. ADINDA MOUDY AGASSIMEVIA (1711012)
2. AURIZAL AHMAD AZIZ (1711009)
3. CAMILO BELO CABRAL (1711013)
4. HERLINA BINTI MAHMUDAH (1711017)
5. LILY INDRAYANI (1711015)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Definisi.....................................................................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis....................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................5
2.5 Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................................9
2.7 Komplikasi.............................................................................................................10
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................11
2.8.1 Pengkajian......................................................................................................11
2.8.2 Pemeriksaan Fisik Head To Toe.....................................................................13
2.8.3 Diagnosa.........................................................................................................18
2.8.4 Evaluasi..........................................................................................................20
BAB III APLIKASI KASUS SEMU.....................................................................................21
3.1 Pengkajian..............................................................................................................21
3.2 Analis data..............................................................................................................24
3.3 Diagnosa keperawatan............................................................................................26
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................30
4.1 Kesimpulan............................................................................................................30
4.2 Saran......................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
11. Asuhan keperawatan yang bagaimana yang diberikan kepada pasien abses
paru?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abses paru adalah lesi nekrotikan setempat pada parenkim paru yang
mengandung bahan purulen lesi mengalami kolaps dan membentuk ruang.
Kebanyakan abses paru terjadi karena bahan teraspirasidari hidung atau
mulut. Abses juga terjadi sekunder terhadap obstruuksi m ekanik atau
fungsional bronki, termasuk tumor,benda asing, atau stenosis bronkial. Atau
terjadi akibat nekrotiasis pneumonia, tuberkulosis, embolisme paru, atau
trauma dada. Pasien yang mengalami kerusakan refleks batuk dan tidak
mampu untuk menutup glotis, atau mereka yang mengalami kesulitan
mengunyah, beresiko terhadap aspirasi benda asing dan mengalami abses
paru. Pasien berisiko lainnya termasuk mereka yang mengalami perubahan
status kesadaran akibat anesthesia
2.2 Etiologi
1. Seseorang yang berada dalam tidak sadar atau sangat mengantuk karena
pengaruh obat penenang, obat bius, atau pengggunaaan alkohol.
2. Penderita penyakit sistem syaraf. Jika bakterio tersebut tidak dapat
dimusnahkan oleh mekanisme peertahanan tubuh, maka akan terjadi
pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hr kemudian berkembang
3
menjadi nekrosis (kematian jaringan) yang berakhir dengan pembentukan
abses.
3. Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah bakteremia atau
endokarditis katup trikuspidalis akibat emboli septik pada paru-paru. Pada
89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling sering
adalah peptostreptococcus, bacteroides, fusobacterium dan microaerob
hilic streptococcus organisme laiinnya yang tidak terlalu sering
menyebabkan abses paru adalah stphylococcus aureus, streptococcus
pyogenes, streptococcus pneumoniae, klebisella pneumoniae, haemopilus
influenza, spesies actinomyces dan nocardia, basil gram positif.
4. Penyebab non bakteri juga bisa menyebabka abses paru, diantaranya:
parasit (paragonis, entamoeba), jamur (aspergilus, histoplasma,
blastomyces, coccidioides.
Kelelahan
hilang nafsu makan
berat badan menurun
berkeringat
demam
batuk berdahak, dahaknya bisa mengandung darah.
Dahak seringkali berbau busuk karena bakteri dari mulut atau tenggorokan
cenderung menghasilkan bau busuk. Ketika bernafas, penderita juga bisa
merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan pada pleura.
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia
pada umumnya yaitu:
1. Panas badan
4
Dijumpai berkisar 70% – 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai
dengan temperatur > 400C.
2. Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga
abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk
yang khas (Foetor ex oroe)
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40
– 75% penderita abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada
5. Batuk darah
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat
badan.
2.4 Patofisiologi
Garry tahun 1993 mengemukakan terjadinya abses paru disebutkan sebagai berikut:
5
3. Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlajut sampai proses
absesparu. Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker
bronkogenik. Gejala yangsama juga terlihat pada aspirasi benda asing
yang belum keluar. Kadang-kadang dijumpai juga pada obstruksi karena
pembesaran kelenjar limphe peribronkial.
4. Pembentukan kavitas pada kanker paru. Pertumbuhan massa kanker
bronkogenik yang cepat tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh
darah, sehingga terjadi likui fikasi nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi
dapat terbentuk abses.
6
Pathway
Eksudat/sputum
Kerangka pleura Anoreksia
PCO2 , PO2 dipsnoe mual, muntah
Obstruksi bronkhus
emplema
G3 Gangguan
Batuk produktif Pertukaran pemenuhan
Sputum keluar gas kebutuhan
menuju pleura
nutrisi
Gesekan Bersihan G3
lapisan jalan Pleuritis intoleransi sianosis G2
paru nafas aktivitas pertukaran
(batuk) tidak o2
Nyeri dada
efektif Jari tubuh
Nyeri Gangguan
iritan
dada rasa
nyaman
nyeri
hemaptoe
7
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
8
6. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH
merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik
secara tepat.
7. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara
terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan
therapi.
8. Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam
darah arteri.
2.6 Penatalaksanaan
1. Medika Mentosa
9
gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3
minggu.
2. Drainage
3. Bedah
2.7 Komplikasi
1. Empiema
2. Abses otak
3. Atelektasis
4. Sepsis
5. Prognosis Beberapa factor yang memperbesar angka mortalitas pada abses
paru sebagai berikut:
a. Anemia dan hipoalbuminemia
b. Abses yang besar
c. Lesi obstruksi
d. Bakteri aerob
e. Immunocompromised
10
f. Usia tua
g. Gangguan intelegensia
h. Perawatan yang terlambat
2.8.1 Pengkajian
11
klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada
pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan lemah.
6. Pola tidur dan istirahat Tanyakan kepada klien kebiasan tidur
sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Apakah klien
memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu,
menulis, memdengarkan musik, menonton televise. Bagaimana
suasana tidur klien apaka terang atau gelap. Sering bangun saat
tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.
7. Pola persepsi kogniti Tanyakan kepada klien apakah
menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran. Adakah klien
kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak
nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti
pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi
terhadap tempat waktu dan orang.
8. Pola persepsi dan konsep diri Kaji tingkah laku mengenai
dirinya, apakah klien pernah mengalami putus asa/frustasi/stress
dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
9. Pola peran hubungan dengan sesame Apakah peran klien
dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di
masyarakat dan keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada
gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan
anggota keluarga dan orang lain.
10. Pola produksi seksual Tanyakan kepada klien tentang
penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul. Berapa
jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
11. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress Kaji
faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang
digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap
12
penyesuaian diri, ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri
sendiri.
12. Pola system kepercayaan Kaji apakah klien dsering beribadah,
klien menganut agama apa ? Kaji apakah ada nilai-nilai tentang
agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan
13
e) Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak
langsung. Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek
terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
f) Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
g) Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn
dan kemerahan.
h) Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan
snellen card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari
pasien (nervus optikus).
i) Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm
dari pemeriksa.
j) Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan
menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus
okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen
4. Hidung
a) Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan,
adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
b) Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri,
massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi
sinus-sinus hidung.
c) Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang
hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan
antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau
(nervus olfaktorius).
d) Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat
kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi,
cairan, massa, dan pembengkakan.
5. Telinga
a) Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
b) Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
14
c) Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak.
Tekan tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga
(bila peradangan akan nyeri).
d) Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
e) Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang.
Pada anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati
liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
f) Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/
bisikan dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus
auditorius).
6. Mulut dan faring
a) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
b) Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu
dengan sudup lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya
caries.
c) Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan,
warna, mukosa, lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
d) Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
e) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah
(nervus fasialis)
f) Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal
lidah (nervus glosofaringeal).
g) Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
7. Leher
a) Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus
sternokleidomastoideus)
b) Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
15
c) Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya
tidak dapat dilihat)
d) Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
e) Palpasi kelenjar tiroid
8. Thorak dan tulang belakang
a) Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest,
funnel chest).
b) Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis,
lordosis).
c) Palpasi adanya krepitus pada kosta
d) Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi
payudara: bentuk, ukuran.
9. Paru posterior, lateral, anterior
a) Inspeksi kesimetrisan paru
b) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan
angka atau huruf yang bergetar (contoh 777).Bandingkan paru
kanan dan kiri.
c) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari
tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas
panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
d) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari
dari pundak sampai dengan torakal
e) Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
f) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal:
whezzing, ronchi, krekles.
10. Jantung dan pembuluh darah
a) Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
16
b) Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada
interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri
daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian
pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut
apkal).
c) Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-
kiri).
d) Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup
jantung), dan adanya bunyi jantung tambahan.
e) Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut
nadi.
11. Abdomen
a) Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran,
datar, cekung, kebersihan umbilikus)
b) Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit,
bising usus)
c) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
d) Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
e) Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
f) Mengukur lingkar perut
Genitourinari
a) Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan
lakukan tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk
mengetahui pembesaran prostat).
b) Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa,
keputihan, perdarahan, ciran, bau.
c) Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa,
cairan, bau, pertumbuhan rambut , bentuk dan ukuran penis,
keabnormalan prepusium dan gland penis.
d) Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
17
12. Ekstremitas
a) Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
b) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
c) Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time,
danedema
d) Kaji kemampuan pergerakan sendi
e) Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
f) Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
2.8.3 Diagnosa
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
(NANDA)
1. Ketidakefektifan Tingkat kecemasan : Manajemen jalan nafas :
bersihan jalan nafas keparahan dari tanda-tanda Fasilitas kepatenan jalan
(bagian 3, D4, K4, ketakutan, ketengangan, nafas.
00032) atau kegelisahan yang Intervensi :
Definisi : berasal dari sumber yang - Buka jalan nafas
Ketidakmampuan tidak dapat diidentifikasi. dengan teknik chinlift
untuk membersihkan Indikator : atau jaw tharust,
sekresi atau - Tidak dapat beristirahat sebagaimana mestinya
obstruksi dari - Berjalan mondar - Posisikan pasien untuk
saluran napas untuk mandir memaksimalkan
mempertahankan - Meremas-remas tangan ventilasi
bersihan jalan napas. - Lakukan fisioterapi
18
- Distress dada, sebagaimana
- Perasaan gelisah mestinya
- Otot tegang - Instruksikan bagaimana
19
(Bgian 3, D2, K1, memenuhi kebutuhan terhadap pembatasan diet
00002) metabolik. ketat dan olahraga yang
Indikator : berlebihan atau perilaku
Definisi :
- Asupan gizi memuntahkan makanan
- Asupan makanan dan cairan
Asupan nutrisi tidak
- Asupan cairan Intervensi :
cukup untuk
- Energi Kolaborasi dengan
memenuhi
- Rasio BB/TB tim kesehatan lain
kebutuhan metabolik
- Hidrasi untuk
mengembangkan
rencana perawatan
dengan melibatkan
klien dan orang-
orang terdekatnya
dengan tepat
Tentukan
pencapaian berat
badan harian
sesuai keinginan
Ajarkan dan
dukung konsep
nutrisi yang baik
dengan klien(dan
orang terkekat
klien dengan tepat
Kembangkan
hubungan yang
mendukung dengan
klien
Timbang berat
20
badan klien secara
rutin (pada hari
yang sama dan
setelah BAB/BAK)
Monitor asupan
kalori makanan
harian
Batasi aktifitas fisik
sesuai kebutuhan
untuk
meningkatkan berat
badan
21
BAB III
Tn. X berusia 50 tahun, dirawat di RSU pada 29 September 2018 dengan keluhan
batuk, Demam, Sesak napas, Seputum supuren dan berbau, terlihat pasien menggigil,
napas cepat, suhu lebih dari 40̊ C, dan tidak nafsu makan dan penurunan berat badan.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 50 th
JK : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Blitar
b. Keluhan Utama : Sesak napas .
c. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien dibawa ke rumah sakit karena
mengeluh batuk, , demam, lemas kurang lebih 3 minggu yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada riwayat penyakit dahulu.
e. Riwayat Keluarga : pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
f. Pemeriksaan fisik
a) BI (Breathing)
RR : 28x/menit. Palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultasi didapatkan bunyi nafas tambahan yaitu
rongki
b) B2 (Blood)
TD : 130/90 mmHg, HR : 60x/menit, Suhu : 38,7o C
c) B3 (Brain)
Kesadaran klien composmentis
22
d) B4 (Bladder)
Pengkajian pada klien didapatkan tidak ada kelainan
e) B5 (Bowel)
Nyeri saat menelan, nafsu makan menurun
f) B6 (Bone)
Klien lemas
g. pemeriksaan fokus rongga mulut
pada inspeksi mulut terlihat sebuah limfa nodus pada kelenjar sub mandi
bular sangat terasa di sisi kiri, berukuran 4cm, yang lunak dan konsistensi
terasa keras. Pada pemeriksaan intraoral, lesiulcero-proliferasi tampak
jelas pada mandibula kiri, berukuran sekitr 4 x 5 cm. Berbentuk tidak
teratur dan meluas ke dasar mulut. Pusat lesi terdiri dari rawa keputihan-
kuning. Lesi lembut pada palpasi dengan basis indurasi, di samping itu,
ada tanda seperti kawah akibat adanya ulkus pada perbatasan vermilion
kiri bibir.
h. pemeriksaan penunjang : klien dilakukan pemeriksaan insisi biopsi untuk
menegakkan diagnosis secara histopatologi, tampak sel skuamosa
karsinoma
i. head to toe:
a) BB/TB
BB : 60 kg
TB : 165 cm
IMT : BB/TB(m)2=45/(1,6)2=45/2,56=17,57 kg/m2.
b) Kepala
Rambut beruban, tidak ada luka, tidak ada benjolan, kepala sedikit
kotor.
c) Mata
Konjungtiva merah muda, simetris kanan dan kiri, sklera berwarna
putih, pupil mengecil jika ada cahaya, kornea berwarna transparan.
23
d) Hidung
Tidak terdapat polip, fungsi pembau baik, hidung terpasang oksigen
dengan nasal canul 3 Lpm.
e) Telinga
Daun telinga tampak simetris, tidak terlihat serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
f) Mulut
Tidak ada stomatitis, gigi ompong sebagian, fungsi menelan,
mengunyah baik.
g) Wajah
Tidak ada luka, tidak ada edema.
h) Leher
Nadi karotis teraba, tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
i) Dada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada luka, RR : 34x/menit
Palpasi : Taktil fremitus jelas disemua area paru
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronchi
Jantung
Inspeksi : Pengembangan dada simtris, tida ada luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan lepas
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1-2 lup-dup
j) Abdomen
Inspeksi : Bentuk permukaan datar, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus terdengar 15x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
24
k) Genetalia
Tidak terpasang alat bantu Dower Chateter (DC), pasien tampak
memakai pempers.
l) Anus/Rektal
Tidak terdapat hemoroid.
m) Ektremitas
Atas : Lengkap, tidak ada luka, tangan kiri terpasang infus
Asering 15tpm.
Bawah : Lengkap, tidak ada luka.
25
3.2 Analis data
26
2. DS : Mikroorganisme hipertermi
- Pasien bakteri aerob dan
mengatakan anaerob, fungi dan
mengigil parasit
DO :
Infeksi parankhim
- Suhu : 38,7o C
- Nadi 60 x Proses awal inflamasi
permenit
- Akralnya panas hipertermi
27
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Tingkat kecemasan : Manajemen jalan nafas :
bersihan jalan keparahan dari tanda-
Fasilitas kepatenan jalan nafas.
nafas (bagian 3, tanda ketakutan,
D4, K4, 00032) ketengangan, atau Intervensi :
Definisi : kegelisahan yang berasal
- Buka jalan nafas dengan
Ketidakmampuan dari sumber yang tidak
teknik chinlift atau jaw tharust,
untuk dapat diidentifikasi.
sebagaimana mestinya
membersihkan
Indikator :
sekresi atai - Posisikan pasien untuk
obstruksi dari - Tidak dapat beristirahat memaksimalkan ventilasi
saluran napas
- Berjalan mondar mandir - Lakukan fisioterapi dada,
untuk
sebagaimana mestinya
mempertahankan - Meremas-remas tangan
bersihan jalan - Instruksikan bagaimana agar
- Distress
napas. bias melakukan batuk efektik
- Perasaan gelisah
- Posisikan untuk meringankan
- Otot tegang sesak nafas
- Wajah tegang
- Iritabilitas
2. Hipertermi Termoregulasi : Perawatan demam :
(Bagian 3, D 11,
Keseimbangan antara Manajemen gejala dan kondisi
K6, 00007)
produksi panas, terkait yang berhubungan
28
normal di urnal - Merasa merinding saat Intervensi :
karena kegagalan dingin
- Pantau suhu dan tanda-tanda
termoregulasi.
- Berkeringat saat panas vital lainnya
29
- Warna kulit
-Kecepatan berjalan
-Jarak berjalan
-Toleransi dalam menaiki
tangga
-Kekuatan tubuh bagian
atas
-Kekuatan tubuh bagian
bawah
-Kemudahan dalam
melakuakan aktivitas
hidup harian
- Kemampuan untuk
berbicara ketika
melakukan aktivitas fisik
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32