Panduan Transfer Pasien Intra Antar Rs (Revisi 3)
Panduan Transfer Pasien Intra Antar Rs (Revisi 3)
RUMAH SAKIT
Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan
peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer.
Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang
kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.
Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan/ ruang tindakan lain didalam rumah sakit (internal rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (eksternal rumah
sakit). IRNA ( RAWAT INAP ), IRJA (RAWAT JALAN),
PERAWATAN KHUSUS (ICU,PICU,NICU), PERAWATAN RESIKO TINGGI
(PERINATOLOGI, HEMODIALISA DAN KEMOTERAPI, RADIOLOGI, RADIOTERAPI).
1
Ruang Lingkup
Transfer pasien didalam (internal) rumah sakit terdiri dari:
1. Transfer pasien dari IGD ke IRNA, ICU, Kamar Operasi
2. Transfer pasien dari IRJ ke IRNA , Kamar Operasi
3. Transfer pasien dari IRNA ke ICU, Kamar Operasi
4. Transfer pasien dari ICU ke IRNA, Kamar Operasi
5. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA, ICU
6. Transfer pasien dari IGD,IRJ, IRNA, ICU ke PERAWATAN RESIKO TINGGI.
Transfer pasien eksternal rumah sakit yaitu transfer pasien dari RSUD Tugurejo ke
RS lain.
Pengaturan Transfer
1. RSUD Tugurejo memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter senior (dr
ICU), DPJP, dr IGD/ dr ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat
pasien kritis (perawat ICU), petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang
berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSUD Tugurejo.
Layanan Antar Pasien: merupakan layanan / jasa umum, khusus untuk pasien
RSUD Tugurejo dengan tim transfer, di mana tim tersebut akan mengantar pasien
dari RSUD Tugurejo untuk dibawa ke RS lain atau rumah.
3. RSUD Tugurejo mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk
pasien-pasien dengan sakit berat / kritis.
2
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten,
peralatan dan kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang
konsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar), tanggal dan waktu diambilnya
keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RSUD Tugurejo,
yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
i. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer
yang efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat
disediakan RSUD Tugurejo
ii. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit
tidak adekuat)
i. Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk
kepentingan mereka.
ii. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akan
tempat tidur/ ruang rawat inap melebihi suplai sehingga
diputuskanlah tindakan untuk mentransfer pasien ke unit / rumah
sakit lain.
11. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RSUD Tugurejo
(DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dengan
melalui SISRUTE (sistem informasi rujukan) dan melakukan negosiasi dengan
unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan, tim
transfer RSUD Tugurejo harus memastikan tersedianya peralatan medis yang
memadai di rumah sakit yang dituju.
12. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RSUD Tugurejo dipegang
oleh dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
13. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah
persetujuan tindakan transfer.
14. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien
yang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat
kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima;
tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-
saran / hasil negosiasi kedua belah pihak.
3
15. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi
yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat
bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah
sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses
transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan
lain di rumah sakit yang merujuk
16. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efisien.
4
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai
penanganan segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada
situasi-situasi khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara
independen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk
memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan
tidak ada yang terlewat.
IV. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSTG
6
Pramu ruang
jaga
Level 3 Perawat/bidan BTCL/ENIL Peralatan level 2
Pramu Ruang ditambah alat bantu
jaga pernafasan (ventilator
mobile)
8
7. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
baik.
8. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
9. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
10. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
11. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
12. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
13. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
14. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
15. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
16. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan
cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal / vibrasi (getaran).
17. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
18. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi /
obat-obatan.
19. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
20. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
21. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas
dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
9
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien :
Jasa Ambulan Gawat Darurat
i. Siap sedia dalam 24 jam
ii. Perjalanan darat
iii. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang
dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan.
iv. Kontak: pusat ambulan: AGD 118, Ambulan 119
1. Gunakan mobil ambulan RSUD Tugurejo / AGD 118. Mobil dilengkapi soket
listrik 12 V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk
mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Jarum suntik
c. Suction
d. Baterai cadangan
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi
pasien
4. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
7. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang
diperlukan.
8. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
10
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer,
dan harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung.
2. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan
setelah transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan,
dan terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
3. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
4. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien
antara tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis
dan perawat) yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien
selanjutnya.
5. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda
vital, hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan
kondisi klinis selama transfer berlangsung.
6. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
7. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban
merawat pasien.
8. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan
sejumlah uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim
transfer.
11
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung
jawab/ PPJP di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai
kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk,
berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk
diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.
ENDRO SUPRAYITNO
LAMPIRAN 1
12
PERALATAN TRANSFER MINIMAL UNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
LAMPIRAN 2
15
DAFTAR PUSTAKA
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the
inter- and intrahospital transport of critically ill patients. American College of
Critical Care Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS
16