Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SARCOMA FEMUR

DISUSUN OLEH:
LISTARI
202191004

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
SARCOMA FEMUR

A. KONSEP DASAR SARCOMA FEMUR


1. DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-
selnya tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor
tulang dimana sel tumornya berasal dari sel-sel yang membentuk jaringan
tulang, sedangkan tumor tulang sekunder adalah anak sebar tumor ganas
organ non tulang yang bermetastasis ke tulang.
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana
sel-sel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang
sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang
yang bisa jinak atau ganas.
Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan.
Sedangkan setiap pertumbuhan yang barudan abnormal disebut neoplasma.
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor
tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan
sarkoma lainnya.
Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di
dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna
(kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang
pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal
dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology
disease).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI MUSKULUSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawabterhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae,
dan jaringan-jaringankhusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
a. Tulang
i. Bagian-bagian utama tulang rangka
ii. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yangakan suplai saraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertigadari
bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan
elastis.
iii. Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh
2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot-ototyang melekat pada tulang tersebut;
sebagai suatu system pengungkit yangdigerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat padanya
3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-
elemen lain
4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan
trombosit dalam sumsummerah tulang tertentu
iv. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi
1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas2.Tulang pendek
terdapat di pergelangan kaki dan tangan
2. Tulang pipih pada tengkorak dan iga4.Tulang ireguler
(bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah,dan rahang.Seperti terlihat pada gambar di bawah
ini, lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusundari
jaringan tulang yang padat, sementara pada bagian dalam
di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang
paling ujung
dari tulang panjang dikenal sebagaiepiphyseyang berbatasan
denganmetaphysis.
Metaphysis merupakan bagian dimana tulangtumbuh
memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang
dikenal sebagaidiaphysisyang berbentuk silindris.
v. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
1. Tulang didahului oleh model kartilago.
2. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilagodalam korpus ini mengalami kalsifikasi.
Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.
3. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka
oleh sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh
darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang(osteoklast). Tulang
berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
4. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai
memisah pada epifisisyang menghasilkan tiga pusat
osifikasi.
5. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis,
lembaran kartilago yangsehat dan hidup antara pusat
osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisahsecara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago
sehat dan meluasmendorong sel-sel yang lebih tua.
Kemudian sel- sel mati. Kemudian semua runagmebesar
untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago
yang mengalamidegenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-
sel pembentuk tulang.
6. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika
epifisis berfusidengan korpus.Pertumbuhan dan
metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone
sebagai berikut :
a. Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99%
kalsium tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi
kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan
terbalik. Sebagaicontoh,
apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar
posfor akan berkurang.
a. Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi
dalam menurunkan kadar kalsium serum jika sekresinya
meningkat diatas normal.
b. Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat
menyebabkan osteomalacia pada usia dewasa.
c. Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam
serum menurun, sekresihormone paratiroid akan
meningkat dan menstimulasi tulang untuk
meningkatkanaktivitas osteoplastic dan menyalurkan
kalsium kedalam darah.
d. Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung
jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan
jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masasebelum
pubertas.
e. Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur
metabolisme protein.
f. Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas
osteobalstik dan menghambat peran hormone paratiroid.
Ketika kadar estrogen menurun seperti pada
saatmenopause, wanita sangat rentan terhadap
menurunnya kadar estrogen dengankonsekuensi
langsung terhadap kehilangan masa tulang
(osteoporosis). Androgen,seperti testosteron,
meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa
tulang.
b. Sendi

Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang inidipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,tendon, fasia, atau otot. Sendi
diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
i. Sendi fibrosa (sinartrodial) Merupakan
sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-
tulang dihubungkan oleh serat-seratkolagen
yang kuat. Sendi ini biasanya terikat
misalnya sutura tulang tengkorak.
ii. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan
kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosakuat yang tertanam kedalam kartilago
misalnya antara korpus vertebra dan simfisis
pubis.Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan sedikit bebas.
iii. Sendi synovial (diartrodial) Sendi ini adalah
jenis sendi yang paling umum. Sendi ini
biasanya memungkinkangerakan yang bebas
(mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapasendi sinovial secara
relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkusdalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis. Membran ini
mensekresicairan sinovial ke dalam ruang
sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial
normalnya bening, tidak membeku, dan
tidak berwarna atau berwarna kekuningan.
Jumlah yangditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung
sel darah putih pada cairan ini normalnya
kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah
sel- selmononuclear. Cairan synovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan
sendi.
c. Otot Rangka
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi
utamanya adalahuntuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini
dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi)
otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan
tulang.Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana
bagian terbesarnyamempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan
yang berhubungan langsung dengantulang, atau dimana kerjanya perlu
dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendonfibrosa. Tendon
menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada
bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu
bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system
saraf.Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan
atas. Otot bisep darilengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula
Perlekatan ini biasanya tetap stasioner danadalah asal (origo) dari otot.
Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatanini untuk
menggerakan otot dan diketahui sebagaiinsersio dari otot.Bisep adalah
otot fleksor ; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia
memendek.Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk
memposisikan telapak tengadah karenatitik insersinya. Otot trisep pada
punggung lengan atas adalah ototekstensor ; otot inimeluruskan sendi,
mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep

2. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
•Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
•Keturunan
•Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ) (Smeltzer. 2001).

Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi


penyebab tumor tulang meliputi :
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan
sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam
kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai
peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui
mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini
dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah
mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma
pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan
jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak
1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high
grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous
histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu
antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma
hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama,
luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-
mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

3. KLASIFIKASI
a. Primer
i. Tumor yang membentuk tulang
(Osteogenik) Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
ii. Tumor yang membentuk tulang rawan
(Kondrogenik) Jinak : - Kondroblastoma
Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma
iii. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
iv. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel Retikulum
v. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
b. Sekunder/Metastatik
c. Neoplasma Simulating Lesions
- Simple bone cyst
- Fibrous dysplasia
- Eosinophilic granuloma
- Brown tumor/hyperparathyroidism
Klasifikasi menurut TNM.
• T. Tumor induk
• TX tumor tidak dapat dicapai
• T0 tidak ditemukan tumor primer
• T1 tumor terbatas dalam periost
• T2 tumor menembus periost
• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
• N Kelenjar limf regional
• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf
• N1 tumor di kelenjar limf regional
• M. Metastasis jauh
• M1 tidak ditemukan metastasis jauh
• M2 ditemukan metastasis jauh

4. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang,
hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan
tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat
malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya
tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak
sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah
dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak
sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel
kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga
fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya
(Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA
dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan
pembelahan).
5. POHON MASALAH (PATHWAY)
6. JENIS-JENIS KANKER TULANG
a. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari
kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau
sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia diatas 35
tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang
berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan
gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya merupakan
pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan.
tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan
agresif. Tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah :
pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah
radiolusen dengan bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas.
penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi
radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan
kemotrapi. untuk lesi- lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-ulang,
penatalaksanaan yang paling tepat mungkin adalah dengan melakukan
amputasi.
b. Osteosarcoma
Osteosarcoma merupakan penyakit ganas sistemik yang terjadi pada sel
tulang, komponen hematopietik pada tulang, tulang rawan dan finrous atau
bahan sinovial.
Dalam klinis osteosarcoma dapat dibagi dalam; osteosarcoma primer dan
sekunder.
Osteosarcoma primer jarang djumpai kebanyakan metastase dari tempat
atau jaringan lainnya. Sedangkan osteosarcoma sekunder sering terjadi pada
pinggul, tulang belakang, tulang paha dan lainnya.
c. Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan
dan tempat yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang.
Penampilan kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke
reticulum sumsum tulang dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk
lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang
sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.
d. Multiple Myeloma
Tumor ini merupakan perpaduan antara salah satu tumor diatas, misalnya
jika seorang pasien kanker tulang didiagnosa mengidap kanker tulang jenis
osteosarcoma namun di sisi ain dia juga mengalami kondrosarcoma.

7. MANIFESTASI KLINIS
a. Rasa sakit (nyeri)
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan


yang terbatas (Gale. 1999: 245).
c. Keterbatasan gerak
d. Fraktur patologik.
e. Menurunnya berat badan
f. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
g. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad.
2003).

I. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau
metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin
digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat
jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:


1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang
memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal
terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan
reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal
atau allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang.
2. Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan
dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Observasi adanya manifestasi tumor tulang:
· Nyeri lokal pada sisi yang sakit
· Nyeri mungkin hebat atau dangkal
· Sering hilang dengan posisi fleksi
· Seringkali menimbulkan perhatian bila anak pincang, membatasi
aktivitas fisik sendiri dan tidak mampu menahan objek berat .
3. Periksa area yang sakit untuk status fungsional, tanda-tanda inflamasi,
ukuran massa, keterlibatan nodus limfe regional, dan adanya bukti keterlibatan
sistemik.
4. Dapatkan riwayat kesehatan, terutama mengenal nyeri ( petunjuk untuk durasi
dan kecepatan pertumbuhan tumor ) .
5. Bantu dengan prosedur diagnostic dan tes misalnya : radiografi, tomografi,
pemindaian tulang radioisotop, atau biopsy tulang bedah, tomografi paru, tes
lain untuk diagnose banding, aspirasi sumsum tulang (sarcoma Ewing).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Catat dan kaji lokasi - Untuk mengetahui
dan intensitas nyeri
- Meningkatkan respon dan sejauh mana
(skala
kenyamanan 0-10). Selidiki tingkat nyeri pasien.
perubahan karakteristik
- Dapat mengendalikan - Mencegah pergeseran
nyeri
nyeri - Berikan tindakan tulang dan penekanan
kenyamanan (contoh
- Dapat melaporkan pada jaringan yang luka
ubah posisi sering,
karakteristik nyeri. pijatan lembut). - Peningkatan vena
- Berikan sokongan
return, menurunkan
(support) pada
ektremitas yang luka. edema, dan mengurangi
- Berikan
- Agar pasien dapat
lingkungan yang
tenang. beristirahat dan
- Kolaborasi
mencegah timbulnya
dengan dokter
tentang stress
pemberian
- Untuk mengurangi rasa
analgetik, kaji efektifitas
dari tindakan sakit / nyeri.
penurunan rasa nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan


kerusakan muskuloskeletal
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Berikan terapi - Meningkatkan sirkulasi darah
- Menunjukkan mobilitas latihan fisik : muskuloskeletal,
- Melakukan aktivitas ambulasi, mempertahankan tonus otot,
kehidupan sehari-hari keseimbangan, mempertahakan gerak sendi,
secara mandiri. mobilitas sendi. mencegah kontraktur/atrofi
- Bantu dan dan mencegah reabsorbsi
dorong kalsium karena imobilisasi.
perawatan diri -Meningkatkan kemandirian
klien dalam perawatan diri
sesuai kondisi keterbatasan
klien.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan
tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Bimbinngan - Dapat membantu pasien
- Menunjukkan adaptasi antisipasi : /orang terdekat memulai
dengan ketunadayaan persiapkan pasien proses adaptasi pada status
fisik, penyesuaian terhadap kritis baru dan menyiapkan
psikososial. perkembangan atau beberapa untuk efek
- Menunjukkan citra kritis situasional samping.
tubuh positif dan harga - Peningkatan citra - Membantu mengartikan
diri positif. tubuh : tingkatkan masalah sehubungan dengan
- Menunjukkan persepsi sadar dan pola hidup sebelumnya dan
kepuasan terhadap tak sadar pasien serta membantu pemecahan
penampilan dan fungsi sikap terhadap tubuh masalah. Contohnya, takut
tubuh. pasien kehilamngan kemandirian,
- Menunjukkan - Peningkatan koping : kemampuan bekerja, dsb.
keinginan untuk bantu pasien - Meningkatkan kemandirian
menyentuh bagian beradaptasi dengan dan meningkatkan perasaan
tubuh yang mengalami persepsi stresor, harga diri.
gangguan perubahan atau
ancaman

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan


status kesehatan
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Penurunan ansietas - Untuk Minimalkan
- Menunjukkan rasa - Teknik menenangkan kekhawatiran, ketakutan,
aman yang optimal diri prasangka, atau perasaan
tidak tenang yang
berhubungan dengan
sumber bahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas
- Untuk meredakan
kecemasan pada pasien
yang mengalami distres
akut
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Menejemen - Mencegah potensi cedera
- Pasien dan keluarga lingkungan: pantau dan memberikan
dapat mempersiapkan lingkungan fisik keamanan lingkungan
lingkungan yang memfasilitasi sekitar pasien terhadap
aman. keamanan. cedera.
- Pasien dan keluarga - Berikan bimbingan - Untuk meningkatkan
dapat menghindari dan pengalaman pengetahuan kesehatan
cidera fisik. belajar tentang pasien dalam mencegah
- Dapat memodofikasi kesehatan individu faktor resiko cidera.
gaya hidup untuk yang kondusif. - Untuk mengetahui dan
mengurangi resiko - Identifikasi faktor mencegah faktor
resiko potensial resiko potensial yg
terjadinya cidera. dapat
mengakibatkan cidera.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan
kerusakan jaringan
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Pengendalian infeksi : - Mencegah terjadinya
- Terbebas dari tanda minimalkan penyebaran agens yang
dan gejala infeksi penyebaran dan menyebabkan infeksi.
- Memperlihatkan penularan agens - mengidentifikasi dini
higiene personal yang infeksius infeksi dan mencegah
adekuat - Perlindungan infeksi : infeksi berlanjut
cegah dan deteksi dini - agar klien dan keluarga
infeksi pada pasien dapat secara mandiri
yang beresiko meenghindari infeksi
- Ajarkan klien dan tanpa bantuan perawat.
keluarga cara
menghindar infeksi.

Anda mungkin juga menyukai