SARCOMA FEMUR
DISUSUN OLEH:
LISTARI
202191004
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang inidipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,tendon, fasia, atau otot. Sendi
diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
i. Sendi fibrosa (sinartrodial) Merupakan
sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-
tulang dihubungkan oleh serat-seratkolagen
yang kuat. Sendi ini biasanya terikat
misalnya sutura tulang tengkorak.
ii. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan
kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosakuat yang tertanam kedalam kartilago
misalnya antara korpus vertebra dan simfisis
pubis.Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan sedikit bebas.
iii. Sendi synovial (diartrodial) Sendi ini adalah
jenis sendi yang paling umum. Sendi ini
biasanya memungkinkangerakan yang bebas
(mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapasendi sinovial secara
relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkusdalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis. Membran ini
mensekresicairan sinovial ke dalam ruang
sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial
normalnya bening, tidak membeku, dan
tidak berwarna atau berwarna kekuningan.
Jumlah yangditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung
sel darah putih pada cairan ini normalnya
kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah
sel- selmononuclear. Cairan synovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan
sendi.
c. Otot Rangka
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi
utamanya adalahuntuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini
dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi)
otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan
tulang.Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana
bagian terbesarnyamempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan
yang berhubungan langsung dengantulang, atau dimana kerjanya perlu
dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendonfibrosa. Tendon
menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada
bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu
bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system
saraf.Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan
atas. Otot bisep darilengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula
Perlekatan ini biasanya tetap stasioner danadalah asal (origo) dari otot.
Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatanini untuk
menggerakan otot dan diketahui sebagaiinsersio dari otot.Bisep adalah
otot fleksor ; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia
memendek.Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk
memposisikan telapak tengadah karenatitik insersinya. Otot trisep pada
punggung lengan atas adalah ototekstensor ; otot inimeluruskan sendi,
mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
•Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
•Keturunan
•Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ) (Smeltzer. 2001).
3. KLASIFIKASI
a. Primer
i. Tumor yang membentuk tulang
(Osteogenik) Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
ii. Tumor yang membentuk tulang rawan
(Kondrogenik) Jinak : - Kondroblastoma
Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma
iii. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
iv. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel Retikulum
v. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
b. Sekunder/Metastatik
c. Neoplasma Simulating Lesions
- Simple bone cyst
- Fibrous dysplasia
- Eosinophilic granuloma
- Brown tumor/hyperparathyroidism
Klasifikasi menurut TNM.
• T. Tumor induk
• TX tumor tidak dapat dicapai
• T0 tidak ditemukan tumor primer
• T1 tumor terbatas dalam periost
• T2 tumor menembus periost
• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
• N Kelenjar limf regional
• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf
• N1 tumor di kelenjar limf regional
• M. Metastasis jauh
• M1 tidak ditemukan metastasis jauh
• M2 ditemukan metastasis jauh
4. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang,
hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan
tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat
malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya
tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak
sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah
dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak
sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel
kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga
fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya
(Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA
dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan
pembelahan).
5. POHON MASALAH (PATHWAY)
6. JENIS-JENIS KANKER TULANG
a. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari
kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau
sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia diatas 35
tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang
berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan
gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya merupakan
pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan.
tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan
agresif. Tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah :
pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah
radiolusen dengan bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas.
penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi
radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan
kemotrapi. untuk lesi- lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-ulang,
penatalaksanaan yang paling tepat mungkin adalah dengan melakukan
amputasi.
b. Osteosarcoma
Osteosarcoma merupakan penyakit ganas sistemik yang terjadi pada sel
tulang, komponen hematopietik pada tulang, tulang rawan dan finrous atau
bahan sinovial.
Dalam klinis osteosarcoma dapat dibagi dalam; osteosarcoma primer dan
sekunder.
Osteosarcoma primer jarang djumpai kebanyakan metastase dari tempat
atau jaringan lainnya. Sedangkan osteosarcoma sekunder sering terjadi pada
pinggul, tulang belakang, tulang paha dan lainnya.
c. Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan
dan tempat yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang.
Penampilan kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke
reticulum sumsum tulang dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk
lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang
sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.
d. Multiple Myeloma
Tumor ini merupakan perpaduan antara salah satu tumor diatas, misalnya
jika seorang pasien kanker tulang didiagnosa mengidap kanker tulang jenis
osteosarcoma namun di sisi ain dia juga mengalami kondrosarcoma.
7. MANIFESTASI KLINIS
a. Rasa sakit (nyeri)
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad.
2003).
I. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau
metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin
digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat
jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Catat dan kaji lokasi - Untuk mengetahui
dan intensitas nyeri
- Meningkatkan respon dan sejauh mana
(skala
kenyamanan 0-10). Selidiki tingkat nyeri pasien.
perubahan karakteristik
- Dapat mengendalikan - Mencegah pergeseran
nyeri
nyeri - Berikan tindakan tulang dan penekanan
kenyamanan (contoh
- Dapat melaporkan pada jaringan yang luka
ubah posisi sering,
karakteristik nyeri. pijatan lembut). - Peningkatan vena
- Berikan sokongan
return, menurunkan
(support) pada
ektremitas yang luka. edema, dan mengurangi
- Berikan
- Agar pasien dapat
lingkungan yang
tenang. beristirahat dan
- Kolaborasi
mencegah timbulnya
dengan dokter
tentang stress
pemberian
- Untuk mengurangi rasa
analgetik, kaji efektifitas
dari tindakan sakit / nyeri.
penurunan rasa nyeri.