Anda di halaman 1dari 10

Highlight the gaps in the Introduction section and mention how your study is going to

address any/ some of the gaps

Rumput laut atau seaweed merupakan sumber daya hayati yang sangat melimpah di
perairan Indonesia. Salah satu spesies rumput laut cokelat yang melimpah di dunia yaitu
Sargassum polycystum. Rumput laut Sargassum polycystum tersebar luas di beberapa belahan
dunia seperti Afrika, India, Australia, China, Jepang, Thailand, New Zealand, Sri Lanka,
Malaysia, Vietnam, Filipina, Taiwan, Singapura, dan Indonesia (Algaebase.org). Rumput laut
Sargassum polycystum sudah banyak diuji bioaktivitasnya sebagai antioksidan (Cahyaningrum
et al., 2016), antibakteri (Riyanto et al., 2013), antiinflamatori (Buwono et al., 2018), antistres
(Lailatussifa et al., 2016), antikoagulan (Purukan et al., 2019), antidiabetes (Mubasheera et al.,
2017), serta antikanker (Ningrum et al., 2013).
Salah satu pemanfaatan rumput laut di industri minuman yaitu dengan pembuatan teh
rumput laut. Teh rumput laut merupakan minuman kesehatan yang mengandung zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh. Menurut hasil penelitian Kustina (2006), umumnya panelis tidak
menyukai aroma dan rasa teh karena bau yang tidak sedap (bau amis) yang terdapat pada
produk teh rumput laut. Bau amis berasal dari mineral yang terdapat pada rumput laut (Erugan,
2004 dalam Supirman et al., 2012). Menurut (Sinurat & Suryaningrum., 2019), salah satu cara
untuk mengurangi bau amis adalah dengan melakukan perendaman dengan air mendidih.
Namun, perendaman pada suhu lebih dari 85 oC dapat menyebabkan senyawa bioaktif
mengalami kerusakan (Harjanti et al., 2003 dalam Fitoni et al., 2013). Perendaman dengan
waktu yang tepat menggunakan suhu awal 85 oC mampu melepaskan komponen bioaktif dari
dalam sel (Harjanti et al., 2003; Pujimulyani et al., 2010).
Penambahan bahan alami lain seperti jeruk nipis sebagai masking agent dapat
mengurangi bau amis pada teh rumput laut. Supirman et al., (2012) melakukan penelitian
mengenai teh rumput laut Sargassum filipendula yang direndam pada larutan jeruk nipis pH 2,
3, 4, 5, 6, dan kontrol. Menurut Supirman et al., (2012), perendaman pada larutan jeruk nipis
pH 5 merupakan perlakuan terbaik berdasarkan analisis proksimat, warna, kadar logam, kadar
polifenol, aktivitas antioksidan, serta dapat meningkatkan kesukaan konsumen terhadap
produk teh rumput laut Sargassum filipendula. Perendaman dengan jeruk nipis dapat
memberikan aroma khas dan menghilangkan bau amis pada rumput laut. Hal ini dikarenakan
kandungan mineral yang berbau amis pada alga cokelat berkurang akibat penambahan larutan
asam jeruk nipis (Supirman et al., 2012). Asam jeruk nipis mengandung asam-asam organik
seperti asam sitrat, asam askorbat dan asam asetat yang berfungsi untuk menambah cita rasa,
memperbaiki tekstur dan flavor serta mampu mengurangi bahkan menghilangkan aroma amis
pada rumput laut (Poernomo et al., 2004). Selain itu, waktu perendaman yang telalu lama dapat
menurunkan aktivitas antioksidan dari suatu produk pangan (Wicaksono et al., 2014). Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan lama perendaman yang paling baik
pada pembuatan teh S. polycystum agar tidak berbau amis dan untuk mengetahui pengaruh
perendaman dalam larutan jeruk nipis terhadap karakteristik dan preferensi konsumen terhadap
teh S. polycystum.

In the Discussion section, discuss the findings of the previous studies and specifically
mention what new observation or insight was generated through your study results.

Total Fenol
Supirman et al., (2012) melaporkan bahwa total fenol teh Sargassum filipendula dengan
perendaman jeruk nipis pH 5 sebesar 6,48±0,03 mg GAE/g. Sementara itu Sinurat &
Suryaningrum., (2019) menyatakan bahwa nilai total fenol teh rumput laut Sargassum sp.
dengan perlakuan perendaman selama 0, 1, 3, dan 5 menit berkisar antara 1,80-2,22 mg GAE/g.
Total fenol teh Sargassum polycystum lebih tinggi apabila dibandingkan dengan teh Sargassum
sp. dan teh Sargassum filipendula. Hal ini dipengaruhi oleh suhu saat melakukan perendaman
dan penyangraian teh rumput laut. Menurut Dewata et al., (2017), penggunaan suhu yang tinggi
akan menyebabkan kandungan total fenol semakin tinggi dikarenakan dapat meningkatkan
pelepasan senyawa fenol pada dinding sel. Selain itu, waktu penyeduhan yang terlalu lama
akan menyebabkan penurunan kadar total fenol karena dapat merusak senyawa fenol dalam
komponen sel (Ibrahim et al., 2015). Penyeduhan teh dengan waktu yang terlalu singkat akan
menyebabkan senyawa yang terdapat pada sampel teh belum larut sehingga semakin rendah
senyawa fenolik yang dihasilkan karena belum terekstrak dengan sempurna (Tambun et al.,
2016; Nindyasari, 2012). Selama penyeduhan senyawa fenol mengalami kerusakan pada suhu
tinggi yang memiliki rentang suhu optimal 0 oC – 90 oC (Putri et al., 2014).
Berdasarkan hasil total fenol teh Sargassum polycystum dapat dilihat bahwa, semakin
lama perendaman maka semakin tinggi nilai total fenol yang didapatkan. Hal ini dikarenakan
semakin lama perendaman maka komponen senyawa fenolik pada rumput laut Sargassum
polycystum akan semakin keluar hingga waktu optimum tercapai. Menurut Kiay et al., (2011),
senyawa fenolik banyak memerlukan waktu untuk bereaksi membentuk senyawa kompleks.
Proses transfer molekul senyawa fenolik akan bergerak ke dalam jaringan yang mempunyai
ukuran pori-pori yang lebih besar, sehingga molekul dapat berdifusi kedalam (Darmadji &
Triyudiana., 2006). Selain itu, perendaman menggunakan larutan asam pada suhu awal 85 oC
dapat meningkatkan total fenol. Menurut Harjanti et al. (2003) dalam Fitoni et al., (2013),
hampir semua senyawa fenol mengalami kerusakan akibat suhu pemanasan diatas 85 oC dengan
lama pemanasan lebih dari 5 menit. Perendaman menggunakan air panas dapat meminimalisir
terjadinya pengurangan senyawa polifenol dikarenakan senyawa fenol yang tidak mengalami
oksidasi enzimatis sehingga dapat meningkatkan total fenol pada bahan (Nurhayati et al.,
2018). Hal ini didukung oleh Dewata et al. (2017) bahwa penggunaan suhu tinggi dapat
meningkatkan kadar total fenol karena suhu tinggi dapat meningkatkan pelepasan senyawa
fenol pada dinding sel.

Aktivitas antioksidan
Sinurat & Suryaningrum., (2019) menyatakan bahwa nilai aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH pada teh rumput laut Sargassum sp. dengan perlakuan
perendaman selama 0 menit, 1 menit, 3 menit, dan 5 menit memiliki nilai berturut-turut sebesar
12,90±1,38%; 4,00±1,34%; 10,40±1,79%; dan 18,00±2,01%. Teh rumput laut Sargassum
polycystum dengan lama perendaman 0 menit (A0), 4 menit (A4), 8 menit (A8), 12 menit
(A12), dan 16 menit (A16) memiliki hambatan berturut-turut sebesar 8,35±0,71%;
18,88±1,15%; 29,75±0,87%; 40,99±1,08%; dan 52,70±0,86%. Sedangkan aktivitas
antioksidan teh rumput laut Sargassum polycystum menggunakan metode FRAP pada lama
perendaman 0 menit (A0), 4 menit (A4), 8 menit (A8), 12 menit (A12), dan 16 menit (A16)
memiliki nilai berturut-turut sebesar 170,91±0,91 µM/g, 159,70±1,89 µM/g, 149,09±0,91
µM/g, 138,79±1,89 µM/g, dan 123,94±1,39 µM/g. Aktivitas antioksidan teh Sargassum
polycystum lebih tinggi apabila dibandingkan dengan teh Sargassum sp. Hal ini dikarenakan
waktu perendaman rumput laut Sargassum polycystum lebih lama. Semakin lama perendaman
maka komponen senyawa fenolik pada rumput laut Sargassum polycystum akan semakin keluar
hingga waktu optimum tercapai sehingga aktivitas antioksidan semakin meningkat. Menurut
Adawiah & Muawanah, (2015), semakin tinggi senyawa fenolik maka semakin banyak radikal
bebas yang bereaksi sehingga konsentrasi radikal bebas menurun dan aktivitas antioksidan
semakin tinggi.
Menurut Wicaksono et al., (2014), waktu perendaman yang lebih lama dapat
menurunkan aktivitas antioksidan suatu produk. Namun, berdasarkan penelitian Harjanti et al.,
(2003), proses pemanasan dengan waktu yang tepat dengan cara perendaman menggunakan
suhu 85 oC mampu meningkatkan aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas DPPH.
Perendaman dalam air panas mampu melepaskan komponen antioksidan dari dalam sel,
sehingga aktivitas antioksidan akan meningkat (Pujimulyani et al., 2010). Selain itu, proses
perendaman dalam kondisi asam dapat mengakibatkan senyawa flavonoid dalam bentuk
glikosida akan terdegradasi menjadi aglikon dan gula sehingga meningkatkan aktivitas
antioksidan (Perdana et al., 2018). Semakin banyak kandungan molekul polifenol kelompok
flavonoid maka semakin banyak gugus OH yang mendonorkan atom H+ sehingga aktivitas
antioksidan dapat semakin tinggi (Supriyanto et al., 2014). Perendaman rumput laut Sargassum
polycystum dalam larutan jeruk nipis dapat meningkatkan aktivitas antioksidan apabila pH
yang digunakan tidak terlalu rendah. Hal ini dikarenakan semakin rendah pH yang digunakan
dapat menurunkan aktivitas antioksidan produk teh (Supirman et al., 2013). Apabila pH
meningkat maka konsentrasi ion hidrogen dalam sampel menurun, sehingga terjadi pelepasan
ion hidrogen oleh senyawa fenolik pada sampel, semakin meningkatnya pH maka aktivitas
antioksidan semakin meningkat (Andarwulan et al., 1996).

Aktivitas penghambatan enzim alfa-glukosidase


Pengujian penghambatan enzim α-glukosidase oleh Setiyawan (2020), menggunakan
sampel teh Sargassum hystrix dengan enam perlakuan kombinasi yaitu dengan adanya subtitusi
serbuk kayu manis 0%; 1%; 2%; 3%; 4%; dan 5% menghasilkan nilai berturut-turut sebesar
22,273±1,739%; 41,838±0,737%; 56,669±0,349%; 65,294±0,973%; 75,374±0,160%; dan
83,975±2,366%. Teh rumput laut Sargassum polycystum dengan lama perendaman 0 menit
(A0), 4 menit (A4), 8 menit (A8), 12 menit (A12), dan 16 menit (A16) memiliki hambatan
berturut-turut sebesar 11,47±0,82%; 20,71±1,02%; 32,34±0,68%; 41,59±0,60%; dan
51,56±0,70%. Apabila dibandingkan dengan teh rumput laut Sargassum polycystum, aktivitas
hambatan enzim α-glukosidase teh Sargassum hystrix masih lebih tinggi. Hal ini dikarenakan,
penambahan kayu manis pada teh Sargassum hystrix memiliki kandungan senyawa fenol yang
lebih tinggi dibandingkan teh Sargassum polycystum yang direndam dalam larutan jeruk nipis.
Berdasarkan penelitian Sukandar et al., (2014), kayu manis memiliki kandungan total fenolik
lebih tinggi yaitu 533.75 mg/L, jika dibandingkan dengan kandungan fenolik pada jeruk nipis
sebesar 398.12 mg/L. Senyawa fenol atau polifenol seperti flavonoid, glikosida, tanin dan
saponin yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase
sehingga dapat menurunkan kadar glukosa pada darah (Apriani, 2012; Serang & Bani, 2017).
Semakin lama perendaman rumput laut Sargassum polycystum, aktivitas penghambatan
enzim α-glukosidase oleh teh Sargassum polycystum semakin tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
penambahan larutan jeruk nipis selama perendaman. Salah satu kandungan utama dari jeruk
nipis adalah flavonoid yang memberikan berbagai macam aktivitas farmakologi (Prastiwi &
Ferdiansyah, 2017). Flavonoid mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa
darah (Serang & Bani., 2017). Flavonoid merupakan inhibitor alfa-glukosidase sehingga
menghambat enzim alfa-glukosidase yang dibutuhkan untuk pemecahan karbohidrat sebelum
diabsorbsi sebagai monosakarida. (Permatasari et al., 2019).

Tingkat penerimaan konsumen

Kenampakan
Berdasarkan penelitian Sinurat & Suryaningrum, (2019), hasil uji hedonik teh Sargassum
sp. parameter kenampakan yang paling disukai konsumen yaitu perendaman selama 1 menit
dengan nilai 4,7 terhadap kriteria suka dan sangat suka. Nilai kesukaan konsumen terhadap
kenampakan berkisar antara 1,95 – 4,63. Nilai kenampakan paling rendah dihasilkan oleh
sampel tanpa perendaman (A0) dengan nilai 1,95±1,30 yang menyatakan sangat tidak suka.
Kenampakan teh rumput laut Sargassum polycystum tertinggi dihasilkan oleh sampel dengan
perendaman selama 16 menit (A16) sebesar 4,63±0,74 yang menyatakan sangat suka.

Warna
Berdasarkan penelitian Supirman et al., (2012), hasil terbaik pengujian hedonik teh
Sargassum filipendula parameter warna yaitu perlakuan perendaman larutan jeruk nipis pH 5
dengan nilai sebesar 4,10 yang menunjukkan suka. Sinurat & Suryaningrum (2019)
menyatakan, hasil parameter warna yang paling disukai konsumen pada uji hedonik teh
Sargassum sp. yaitu perlakuan lama perendaman 1 menit sebesar 4,65 yang menunjukkan suka
dan sangat suka. Nilai rata-rata tingkat penerimaan konsumen terhadap warna teh Sargassum
polycystum berkisar antara 2,64 – 4,49. Nilai warna tertinggi dihasilkan oleh sampel yang
direndam dalam larutan jeruk nipis pH 5 dalam waktu 16 menit (A16) sebesar 4,49±0,75 yang
menyatakan sangat suka. Warna seduhan terendah dihasilkan oleh sampel tanpa perendaman
(A0) dengan nilai rata-rata 2,64±1,06 yang menyatakan tidak suka.
Semakin lama waktu perendaman rumput laut Sargassum polycystum maka warna teh
yang dihasilkan semakin cokelat. Hal ini sesuai dengan penelitian Sinurat & Suryaningrum
(2019), yang menyatakan bahwa semakin lama perendaman teh rumput laut maka warna teh
yang dihasilkan semakin cokelat kemerahan, namun jika tidak dilakukan perendaman maka
warna yang dihasilkan lebih cokelat pekat. Penambahan larutan jeruk nipis dapat
mempengaruhi warna teh rumput laut Sargassum polycystum. Menurut Supirman et al., (2012),
asam akan mengdegradasi klorofil dan dapat merusak sistem koloid kotoran-kotoran yang
terlarut sehingga larutan teh rumput laut semakin jernih. Perendaman pada larutan jeruk nipis
sangat berpengaruh terhadap pigmen berwarna kuning pada bahan pangan.

Aroma
Menurut penelitian Supirman et al., (2012), hasil terbaik pengujian hedonik teh
Sargassum filipendula parameter aroma yaitu perlakuan perendaman larutan jeruk nipis pH 5
dengan nilai sebesar 2,50 yang menunjukkan tidak suka dan agak suka. Sinurat &
Suryaningrum (2019) juga menyatakan, hasil terbaik uji hedonik teh Sargassum sp. parameter
aroma sebesar 3,71 yang menunjukkan agak suka pada perlakuan perendaman selama 1 menit.
Nilai rata-rata tingkat penerimaan konsumen terhadap aroma teh Sargassum polycystum
berkisar antara 1,38 – 4,39. Nilai aroma tertinggi dihasilkan oleh sampel yang direndam dalam
larutan jeruk nipis pH 5 dalam waktu 16 menit (A16) sebesar 4,39±1,07 yang menyatakan
sangat suka. Aroma teh Sargassum polycystum terendah dihasilkan oleh sampel tanpa
perendaman (A0) dengan nilai rata-rata 1,38±0,70 yang menyatakan sangat tidak suka.
Hasil seduhan teh rumput laut Sargassum polycystum yang sangat tidak disukai
konsumen yaitu tanpa perendaman (A0) dikarenakan memiliki bau yang masih sangat amis.
Perlakuan yang paling disukai konsumen yaitu perendaman dengan larutan jeruk nipis pH 5
selama 16 menit (A16), dikarenakan konsumen lebih menyukai aroma perpaduan antara aroma
khas rumput laut Sargassum polycystum dengan jeruk nipis namun aroma rumput laut masih
dominan. Semakin lama waktu perendaman rumput laut Sargassum polycystum menggunakan
larutan jeruk nipis, maka aroma jeruk nipis pada teh semakin kuat. Umumnya konsumen tidak
menyukai aroma dan rasa teh karena bau yang tidak sedap (seperti bau amis) pada produk teh
rumput laut, namun penambahan jeruk nipis memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat
kesukaan konsumen. Hal ini diduga karena kandungan mineral-mineral dan logam yang berbau
amis pada alga cokelat berkurang akibat penambahan larutan asam jeruk nipis (Supirman et
al., 2012).
Rasa
Berdasarkan penelitian Supirman et al., (2012), hasil terbaik pengujian hedonik teh
Sargassum filipendula parameter rasa yaitu perlakuan perendaman larutan jeruk nipis pH 5
dengan nilai sebesar 3,30 yang menunjukkan agak suka dan suka. Sinurat & Suryaningrum
(2019) menyatakan bahwa hasil terbaik uji hedonik teh Sargassum sp. parameter rasa sebesar
4,65 yang menunjukkan suka dan sangat suka perlakuan lama perendaman 3 menit. Nilai rata-
rata tingkat penerimaan konsumen terhadap rasa teh berkisar antara 1,49 – 4,43. Nilai rasa
paling tinggi dihasilkan oleh sampel yang direndam dalam larutan jeruk nipis pH 5 dalam
waktu 16 menit (A16) sebesar 4,43±1,03 yang menyatakan sangat suka. Rasa teh Sargassum
polycystum terendah dihasilkan oleh sampel tanpa perendaman (A0) dengan nilai 1,49±0,87
yang menyatakan sangat tidak suka.
Rasa teh rumput laut Sargassum polycystum yang sangat disukai konsumen yaitu
perendaman dengan larutan jeruk nipis pH 5 selama 16 menit (A16) dikarenakan terdapat rasa
jeruk nipis, sedangkan teh yang sangat tidak disukai konsumen yaitu tanpa perendaman (A0)
dikarenakan memiliki bau yang masih sangat amis. Semakin lama waktu perendaman rumput
laut menggunakan larutan jeruk nipis, maka rasa jeruk nipis pada teh Sargassum polycystum
semakin kuat. Menurut Sinurat & Suryaningrum, (2019), proses perendaman dengan air panas
menyebabkan terjadinya perubahan senyawa polimer yang paling dominan pada rumput
menjadi senyawa oligomer yang lebih disukai oleh panelis. Rasa sepat pada teh rumput laut
disebabkan zat tanin yang banyak terkandung dalam rumput laut cokelat Sargassum sp.
Perendaman menggunakan larutan jeruk nipis panas dapat mengurangi rasa sepat pada teh
rumput laut Sargassum polycystum.
Keseluruhan
Nilai rata-rata tingkat penerimaan konsumen terhadap rasa teh berkisar antara 1,87 – 4,49.
Berdasarkan uji statistik Anova teh rumput laut Sargassum polycystum yang paling disukai
konsumen adalah teh rumput laut perendaman dalam larutan jeruk nipis pH 5 selama 16 menit
(A16) dengan nilai rata-rata sebesar 4,49±0,11 yang menunjukkan sangat suka. Teh rumput
laut yang paling tidak disukai konsumen yaitu perlakuan tanpa perendaman (A0) dengan nilai
rata-rata sebesar 1,87±0,57 yang menunjukkan sangat tidak suka. Kombinasi pengaruh lama
perendaman dan penambahan jeruk nipis pH 5 berpengaruh terhadap tingkat penerimaan
konsumen. Semakin lama waktu perendaman, didapatkan hasil produk teh Sargassum
polycystum semakin disukai konsumen.

In the Conclusion section, clearly, mention how your study advances the knowledge in
the field

Kesimpulan
1. Perendaman dalam larutan jeruk nipis pH 5 dengan suhu awal 85 oC berpengaruh pada
aktivitas antioksidan, antidiabetes, dan tingkat penerimaan konsumen teh rumput laut
Sargassum polycystum.
2. Perlakuan terbaik dalam pembuatan teh rumput laut Sargassum polycystum adalah
perendaman dalam larutan jeruk nipis pH 5 selama 16 menit dengan karakteristik nilai
rendemen 16,20%; kadar air 4,68±0,12%; aktivitas antioksidan metode DPPH
52,70±0,86%; aktivitas antioksidan metode FRAP 123,94±1,39 µM/g; total fenol
74,53±0,59 mg GAE/g; aktivitas penghambatan α-glukosidase 51,56±0,70%; hedonik
kenampakan 4,63±0,74; warna 4,49±0,75; aroma 4,39±1,07; rasa 4,43±1,03; dan
keseluruhan 4,49±0,11.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kandungan mineral teh rumput
laut Sargassum polycystum.
2. Perlu dilakukan penambahan lama waktu perendaman untuk mengetahui waktu
perendaman dalam larutan jeruk nipis pH 5 yang paling optimal terhadap karakteristik
dan tingkat penerimaan konsumen teh rumput laut Sargassum polycystum.

REFERENSI

Adawiah, S.D. dan A. Muawanah. 2015. Aktivitas antioksidan dan kandungan komponen
bioaktif sari buah namnam. Jurnal Kimia VALENSI, 1(2): 130-136.

Algaebase. 2021. AlgaeBase: Sargassum polycystum J. Agardh www.algaebase.org. Diakses


pada Januari 2021.

Andarwulan, N., W. Hany, dan T.C. Didik. 1996. Aktivitas antioksidan dari daun sirih (Piper
Betle L.). Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Apriani, R. 2012. Uji Penghambatan Aktivitas α-glukosidase dan Identifikasi Golongan


Senyawa dari Fraksi yang Aktif pada Ekstrak Kulit Batang Cinnamomum burmannii
(Nees & T. Nees) Blume. FMIPA, Universitas Indonesia. Depok. Skripsi.

Buwono, N. R., Y. Risjani, and S. Arsad. 2018. Anti-inflammatory and analgesic activity from
brown algae Sargassum polycystum. Jurnal of Pharmaceutical Sciences and Research, 10
(8): 2092-2096.

Cahyaningrum, K., A. Husni, dan S.A. Budhiyanti. 2016. Aktivitas antioksidan ekstrak rumput
laut cokelat (Sargassum polycystum). Agritech, 36 (2): 137-144.

Darmadji, P. dan H. Triyudiana. 2006. Kadar benzopyren selama proses pemurnian asap cair
dan simulasi akumulasinya pada proses perendaman ikan. Prosiding Seminar Nasional
PATPI. Yogyakarta.

Dewata, I. P., P.A.S. Wipradnyadewi, dan I.W.R. Widarta. 2017. Pengaruh suhu dan lama
penyeduhan terhadap aktivitas antioksidan dan sifat sensoris teh herbal daun alpukat
(Persea americana Mill.). Jurnal ITEPA, 6 (2): 30-39.
Fitoni, C. N., M.T. Asri, dan M.T. Hidayat. 2013. Pengaruh pemanasan filtrat rimpang kunyit
(Curcuma llonga) terhadap pertumbuhan koloni bakteri coliform secara in vitro.
LenteraBio, 2 (3): 217–221.

Harjanti, R., E.Purwanti, dan Sarto, 2003. Zat warna kunyit (kurkumin) sebagai indikator titrasi
asam basa. Prossiding Semnas Teknik Kimia Indonesia.

Ibrahim, A.M., Yuanianta, dan F.H. Sriherfyna. 2015. Pengaruh suhu dan lama waktu ekstraksi
terhadap sifat kimia dan fisik pada pembuatan minuman sari jahe merah (Zingiber
officinale var. Rubrum) dengan kombinasi penambahan madu sebagai pemanis. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3 (2): 530-54.

Kiay, N., E. Suryanto, dan L. Mamahit. 2011. Efek lama perendaman ekstrak kalamansi (Citrus
microcarpa) terhadap aktivitas antioksidan tepung pisang goroho (Musa spp.). Chemistry
Progress, 4 (1): 27-33.

Kustina, L. 2006. Studi kasus fisika pangan hasil pembuatan teh rumput laut jenis Sargassum.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lailatssifa, R., A. Husni, dan A.E. Nugroho. 2016. Anti-stress activity of Sargassum
polycystum extracts using a cold restraint stress model. Food Science and Biotechnology,
25(2): 589-594.

Mubasheera, M.G., R. Koneri, and D.K. Jha. 2017. A study on the type ii antidiabetic activity
of methanolic extract of marine algae, Gracilaria edulis and Sargassum polycystum.
International Journal Pharmacy Science, 47 (1): 154-159.

Nindyasari. 2012. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyeduhan Teh Hijau (Camellia sinensis) serta
Proses Pencernaan in Vitro terhadap Aktivitas Inhibisi Lipase. Insitut Pertanian Bogor,
Bogor. Skripsi.

Ningrum, R.R., D.S. Hardoko, dan B.B. Sasmito. 2013. Pengaruh ekstrak kasar fukoidan alga
coklat Sargassum polycystum sebagai antikanker terhadap viabilitas sel HELA. THPI
Student Journal, 1 (1): 83-92.

Nurhayati, D., W. Marseno, F.M.C.S. Setyabudi, dan Supriyanto. 2018. Pengaruh steam
blanching terhadap aktivitas polifenol oksidase, total polifenol, dan aktivitas antioksidan
biji kakao. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 7 (3): 95-103.

Perdana, A. G., E. Pratiwi, dan B. Kunarto. 2018. Pengaruh lama blancing terhadap aktivitas
antioksidan dan kadar senyawa fenolik ekstrak jahe merah (Zingiber offinale var.
rebrum). Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Semarang. Semarang.

Permatasari, R., Y. Andriane, H. Garna, O. Haribudiman, dan R. A. Retno Ekowati. 2019.


Pengaruh fraksi air buah lemon (Citrus limon) terhadap kadar glukosa darah mencit tua
yang diberi pakan tinggi lemak. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 1 (1): 54 -58.

Poernomo, D., H.S. Sugeng, dan W. Agus. 2004. Pemanfaatan asam cuka, jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dan belimbing wuluh (Averrhoa blimi) untuk mengurangi bau amis petis
ikan layang (Decapterus spp.). Buletin Teknologi Hasil Perikanan, 8 (11): 11-18.
Prastiwi, S.S. dan F. Ferdiansyah. 2017. Review artikel: Kandungan dan aktivitas farmakologi
jeruk nipis (Citrus aurantifolia s.). Farmaka, 15 (2): 1-8.

Pujimulyani., Dwiyati, R. Sri, Marsono, dan S. Umar. 2010. Aktivitas antioksidan dan kadar
senyawa fenolik pada kunir putih (Curcuma mangga Val.) segar dan setelah blanching.
Agritech, 30 (2): 68-74.

Pujimulyani., Dwiyati, R. Sri, Marsono, dan S. Umar. 2010. Aktivitas antioksidan dan kadar
senyawa fenolik pada kunir putih (Curcuma mangga Val.) segar dan setelah blanching.
Agritech, 30 (2): 68-74.

Purukan, J., A. Kusmardi, D.R. Laksmitawati, dan Syamsudin. 2019. Perbandingan profil lipid
dan penentuan indeks aterogenik pada tikus putih jantan yang diberi crude fucoidan dari
rumput laut coklat (Sargassum polycystum) yang diinduksi diet tinggi lemak. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 17 (1): 46-55.

Putri, D.D., D.E. Nurmagustina, dan A.A. Chandra. 2014. Kandungan total fenol dan aktivitas
antibakteri kelopak buah rosela merah dan ungu sebagai kandidat feed additive alami
pada broiler. Jurnal penelitian pertanian terapan, 14 (3):174- 180.

Riyanto, E.I., I. Widowati, dan A. Sabdono. 2013. Skrining aktivitas antibakteri pada ekstrak
Sargassum polycystum terhadap bakteri Vibrio harveyi dan Micrococcus luteus di Pulau
Pajang Jepara. Jurnal of Marine Research, 115-121.

Serang, Y. dan F. Bani. 2017. Uji aktivitas anti-hiperglikemik, dan penghambatan stres
oksidatif ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada tikus diabetes yang
diinduksi aloksan. Biomedika, 10 (1): 85-92.

Sinurat. E. dan T.D. Suryaningrum. 2019. Aktivitas antioksidan dan sifat sensori teh rumput
laut Sargassum sp. berdasarkan variasi lama perendaman. JPHI, 22 (1): 581 – 588.

Supirman, K., Hartati, dan Z. Kartini. 2012. Pengaruh perbedaan pH perendaman asam jeruk
nipis (Citrus auratifolia) dengan pengeringan sinar matahari terhadap kualitas kimia teh
alga cokelat (Sargassum fillipendula). Jurnal Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan, 1
(1): 46 – 52.

Supriyanto, S., H. Haryadi, B. Rahardjo, dan D.W. Marseno. 2014. Perubahan suhu, kadar air,
warna, kadar polifenol, dan aktivitas antioksidatif kakao selama penyangraian dengan
enerji gelombang mikro. Jurnal Agritech, 27 (2): 18-26.

Tambun, R., H.P. Limbong, C. Pinem, dan E. Manurung. 2016. Pengaruh ukuran partikel,
waktu dan suhu pada ekstraksi fenol dari lengkuas merah. Jurnal Teknik Kimia , 5 (4):
53-56.

Wicaksono, S., Gilang, dan Z. Elok. 2014. Pengaruh karagenan dan lama perendaman daun
sirsak terhadap mutu dan karakteristik jelly drink daun sirsak. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 3 (1): 281 – 291.

Anda mungkin juga menyukai