Anda di halaman 1dari 2

BAB 46 Penyakit Hirschsprung dan Variannya

Pendahuluan Termasuk Definisi dan Insiden

Penyakit Hirschsprung (HD) ditandai dengan tidak adanya sel ganglion di usus distal dan

meluas ke proksimal dalam berbagai jarak. Patofisiologi penyakit Hirschsprung tidak

sepenuhnya dipahami. Saat ini belum ada penjelasan yang pasti mengenai terjadinya spastik

atau segmen usus aganglionik yang berkontraksi secara tonik.

Aganglionosis terbatas pada rektosigmoid pada 75% pasien, sigmoid, fleksura limpa

atau kolon transversum pada 17% dan kolon total bersama dengan segmen pendek ileum

terminal pada 8%. Insiden HD diperkirakan 1 dari 5.000 kelahiran hidup. Penyakit ini lebih

sering terjadi pada anak laki-laki dengan rasio laki-laki-perempuan 4:1. Dominasi pria kurang

terlihat pada HD segmen panjang, di mana rasio pria dan wanita adalah 1,5-2:1.

Etiologi

Dalam bentuk fetus, neuroblas yang diturunkan dari neural crest pertama kali muncul di

esofagus yang sedang berkembang pada minggu ke-5, dan kemudian bermigrasi ke bawah

yaitu kanalis analis dengan arah kraniokaudal selama minggu ke-5 hingga ke-12 kehamilan.

Tidak adanya sel ganglion di HD telah dikaitkan dengan kegagalan migrasi sel krista saraf.

Semakin awal berhentinya proses migrasi, semakin panjang segmen aganglionik.

Faktor genetik telah terlibat dalam etiologi HD. HD diketahui terjadi dalam kasus

keluarga. Insiden kasus familial yang dilaporkan bervariasi dari 3,6% hingga 7,8% dalam

rangkaian yang berbeda. Insiden familial 15-21% telah dilaporkan pada aganglionosis kolon

total dan 50% pada aganglionosis usus total yang lebih jarang. Beberapa gen dan molekul

pensinyalan telah diidentifikasi yang mengontrol morfogenesis dan diferensiasi sistem saraf

enterik (ENS). Gen-gen tersebut akan mengalami mutasi atau delesi, yang menyebabkan
terganggunya perkembangan ENS. Salah satu gen ini, RET dengan aktivitas tirosin kinase

terlibat dalam perkembangan ganglia enterik yang berasal dari sel krista saraf vagal. Mutasi

gen RET menyumbang 50% materi genetik dari keluarga dan 15-20% kasus sporadis HD.

Hubungan dengan sindrom Down juga cenderung menunjukkan kemungkinan

komponen genetik dalam etiologi HD. Sindrom Down adalah kelainan kromosom yang

paling sering berkaitan dengan aganglionosis dan telah dilaporkan terjadi pada 4,5-16% dari

semua kasus HD. Abnormalitas kromosom lain yang telah dijelaskan terkait dengan HD

meliputi: delesi interstisial 13q distal, delesi parsial 2p dan translokasi resiprokal, dan trisomi

18 mosiac. Sejumlah sindrom herediter yang tidak biasa telah dilaporkan pada pasien dengan

HD. Beberapa sindrom tersebut yaitu sindrom Waardenburg, sindrom Von Recklinghausen,

brachydactyly tipe D dan sindrom Smith-Lemli-Optiz.

Anda mungkin juga menyukai