Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN

PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN TELINGA,

HIDUNG, TENGGOROKAN, KEPALA & LEHER

DI SDN 149 CIGADUNG

Disusun oleh:

Venny Tiursani Sarumpaet, dr.


Andrio Raymos, dr
Amanda Carissa Wardhani, dr.

DEPARTEMEN KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK

BEDAH KEPALA DAN LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN

RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN

BANDUNG

2024
2

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) dapat menyebabkan

masalah seumur hidup atau terkadang mengancam jiwa. Gangguan THT pada

anak usia sekolah dasar wajib menjadi perhatian khusus karena memengaruhi

proses belajar di sekolah. Gangguan pendengaran pada anak dapat berdampak

terhadap psikolos anak yang pada akhirnya menggangu perkembangan anak.

Kemampuan anak dalam menerima pelajaran disekolah juga akan menurun

bahkan bisa terjadi kegagalan dalam belajar disekolah karena ketidakmampuan

berkomunikasi dan menerima informasi yang didapatkan.

Keluhan saluran pernapasan pada anak yang sering terjadi yaitu batuk,

nyeri tenggorokan, dan nyeri telinga. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

dapat mencetuskan komplikasi yang lebih berat apabila tidak ditangani dengan

baik, misalnya otitis media, infeksi amandel dan sinusitis. Apabila tidak dilakukan

penegakkan diagnosis yang tepat, gangguan tersebut berpotensi gangguan THT

kronis seperti gangguan pendengaran. Seorang anak yang mengalami gangguan

pendengaran memiliki risiko terhadap keselamatan diri bila berada di luar rumah,

anak kurang respon terhadap kendaraan yang melintas, suara klakson mobil,

ataupun suara yang mengharuskan anak untuk menghindar. Dampak psikologi

pada gangguan pendengaran antara lain perubahan sikap, komunikasi,

kepribadian, sikap, kepekaan terhadap lingkungan, dan kemampuan untuk

melindungi diri sendiri.

Gangguan pendengaran juga mengakibatkan anak sulit menerima

pelajaran, produktivitas menurun, dan biaya hidupntinggi. Informasi dapat diserap


3

20% melalui proses mendengar. Hal ini lebih besar dibanding membaca yang

hanya menyerap 10% informasi. Menurut Information Centre for Children and

Youth with Disabilities, anak dengan gangguan pendengaran mengalami kesulitan

untuk mempelajari kosakata, tatabahasa, kata perintah, ungkapan, dan aspek

lainnya dari komunikasi verbal dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena

itu, peranan fungsi pendengaran sangat penting sehingga gangguan pendengaran

perlu dideteksi sedini mungkin. Pentingnya fungsi pendengaran pada

perkembangan antara lain perkembangan bicara, komunikasi, emosional, sosial

dan kognitif anak.

Program kesehatan sekolah merupakan aspek penting dari program

kesehatan masyarakat. Layanan kesehatan sekolah menyediakan sarana yang ideal

untuk mendeteksi masalah kesehatan secara dini dan mengobatinya. Sekitar 40%

dari total populasi adalah anak-anak di bawah usia 16 tahun. Tidak ada data yang

dapat diandalkan mengenai prevalensi gangguan THT pada anak sekolah saat ini.

SDN 149 Cigadung sudah lama tidak mendapat kunjungan dari pihak-pihak yang

melakukan upaya promotif dan preventif mengenai gangguan pendengaran. Oleh

karena itu, Divisi THT Komunitas bermaksud untuk melakukan kegiatan

pemeriksaan kesehatan telinga dan pendengaran pada siswa siswi SDN 149

Cigadung. Program kesehatan ini terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

telinga bagi seluruh pelajar SDN 149 Cigadung.


4

B. NAMA KEGIATAN
Nama kegiatan ini “Bakti Kesehatan Pemeriksaan THT-KL pada Siswa Siswi

SDN 149 Cigadung.”

C. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan umum:

Melakukan edukasi, konseling, pemeriksaan THT-KL pada siswa siswi SDN 149

Cigadung.

Tujuan khusus:

1. Meningkatkan kewaspadaan siswa siswi SDN 149 Cigadung terhadap

kesehatan telinga, hidung, tenggorokan, kepala, dan leher.

2. Meningkatkan kesehatan THT-KL dan meningkatkan kualitas hidup,

perkembangan akademis serta pendidikan pada siswa siswi SDN 149

Cigadung.

D. MANFAAT KEGIATAN

A. Bagi penyuluh:

Melatih kemampuan dokter THT-KL dalam promosi, edukasi, konseling

dan pemeriksaan di bidang kesehatan telinga hidung tenggorok bedah

kepala dan leher.

B. Bagi peserta:
5

Mendapat pengetahuan mengenai kesehatan organ THT-KL dan gangguan

yang dialami siswa siswi SDN 149 Cigadung saat ini agar mendapatkan

terapi yang cepat dan tepat.

E. METODE KEGIATAN

Metode yang dipergunakan adalah interaktif dua arah yaitu dengan memberikan

materi kemudian peserta bebas bertanya dan berdiskusi sesuai dengan materi yang

disampaikan kemudian diikuti kegiatan pemeriksaan THT-KL.

F. MEDIA YANG DIGUNAKAN

Kegiatan pemeriksaan memerlukan otoskop, lampu kepala, rinoskop, tongue

spatel, dll.

G. WAKTU, TEMPAT PELAKSANAAN

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Rabu, 24 Mei 2023

Waktu : 09.00 - selesai

Tempat : SDN 149 Cigadung

H. BENTUK KEGIATAN

Penyuluhan kesehatan yang diikuti dengan sesi diskusi. Kegiatan pemeriksaan

THT-KL.
6

I. PESERTA

Peserta penyuluhan adalah para siswa siswi di SDN 149 Cigadung dengan kisaran

jumlah peserta sekitar 50 orang.

J. SUSUNAN PANITIA

Penanggung Jawab :

dr. Sally Mahdiani, M.Kes. Sp. T.H.T.B.K.L Subsp. Oto. (K)

Pelaksana :

1. Venny Tiursani Sarumpaet, dr.

2. Andrio Raymos, dr

3. Amanda Carissa Wardhani, dr.

K. SUSUNAN KEGIATAN

No. Tahapan Kegiatan Waktu/Metode

1. Persiapan  Menyediakan absensi 09.00 WIB

penyuluhan peserta
 Memeriksa ulang

kelengkapan audio visual

sebagai media penyuluhan

dan kelengkapan

pemeriksaan THT-KL

(otoskopi, rhinoskop,
7

serumen set, dll)

2. Pembukaan  Pembukaan Penyuluhan 09.30-10.00 WIB

Penyuluhan oleh divisi THT Komunitas

FK UNPAD, RS. Dr.

Hasan Sadikin, mengenai

“Bakti Kesehatan

Pemeriksaan THT-KL di

SDN 149 Cigadung”

4 Pemeriksaan  Dilakukan pemeriksaan 10.00-selesai WIB

telinga dan THT-KL pada peserta

pendengaran menggunakan alat yang

sesuai

L. HASIL KEGIATAN

Kegiatan bakti kesehatan pemeriksaan THT-KL dan edukasi kesehatan THT-

KL pada siswa siswi SDN 149 Cigadung oleh divisi THT Komunitas FK UNPAD, RS.

Dr. Hasan Sadikin, meliputi kegiatan penyuluhan, pemeriksaan THT-KL untuk

mengetahui kondisi THT-KL pada siswa siswi SDN 149 Cigadung sehingga dapat

dilakukan tatalaksana lebih lanjut.

Kegiatan pemeriksaan dan wawancara direspon baik oleh peserta penyuluhan.

Terdapat 538 orang yang dilakukan pemeriksaan THT-KL. Karakteristik peserta dan

hasil pemeriksaan THT-KL peserta dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.


8

Tabel 1. Karakteristik Umum

Karakteristik Umum Jumlah (n) %


Usia
5 tahun 2 0,4%
6 tahun 4 0,8%
7 tahun 94 17,5%
8 tahun 124 23%
9 tahun 128 23,8%
10 tahun 86 16%
11 tahun 62 11,5%
12 tahun 37 6,9%
13 tahun 1 0,1%
Jenis Kelamin
Laki-laki 254 47,2%
Perempuan 284 52,8%
Kelas
I 38 7%
II 134 18,6%
III 144 26,8%
IV 118 22%
V 62 11,5%
VI 42 14,1%

Tabel 2. Pemeriksaan Fisik Telinga dan Status Pendengaran


Pemeriksaan Telinga Jumlah (n) %
Serumen
Ya 60 12%
Tidak 478 88%
MT Perforasi
Ya 4 1%
Tidak 534 99%
OME
9

Ya 49 10%
Tidak 489 90%
Hipertrofi Tonsil
Ya 9 2%
Tidak 529 98%

Kami sarankan untuk siswa siswi yang hasil pemeriksaan ditemukan kelainan

untuk pemeriksaan lebih lanjut ke Poliklinik THT-KL. Peserta terlihat antusias dalam

memeriksakan kesehatan THT-KL dan aktif berkonsultasi.

M. PENUTUP

Kegiatan ini diharapkan memberikan kewaspadaan masyarakat mengenai

gangguan dengar dapat meningkat sehingga menjaga kesehatan THT-KL. Demikian

laporan kegiatan ini kami sampaikan atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
10

Lampiran

(foto)

Anda mungkin juga menyukai