Anda di halaman 1dari 15

1

SURAT AL-A’RAAF ; 32, ALI-IMRAN;14, ANNUR;31

A. AYAT DAN TERJEMAHAN


SURAT AL-A’RAAF;32

       


      
     
     
 
Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah
yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

ALI-IMRAN ; 14

     


    
   
      
    
Artinya: dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).

ANNUR;31

    


      
2

     


      
     
    
     
     
     
      
      
       
     

Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.
B. MAKNA UMUM
AL-A’RAAF ; 32,
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang dimaksud zinah dalam ayat ini
ialah pakaian, yaitu pakaian yang menutup aurot, terbuat dari kain yang baik dan
3

bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan untuk


memakai pakaiannya yang indah disetiap memasuki masjid.

ALI-IMRAN;14,
Allah ta’ala  mengabarkan dalam dua ayat ini tentang kondisi manusia
ketika mendahulukan dunia atas akhirat, lalu Allah menjelaskan perbedaan yang
besar dan ketidaksamaan antara kedua alam tersebut, di mana Allah mengabarkan
bahwa manusia dihiasi dengan perkara-perkara tersebut hingga mereka meliriknya
dengan mata mereka, dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka, jiwa-jiwa
mereka terbuai dalam kenikmatan-kenikmatannya. Dan setiap kelompok dari
manusia itu condong kepada salah satu jenis dari jenis-jenis kenikmatan tersebut,
yang sebenarnya mereka telah menjadikannya sebagai cita-cita terbesar mereka
dan puncak dari pengetahuan mereka. Padahal itu semua hanyalah kenikmatan
yang sedikit yang akan lenyap dalam waktu yang sekejap, maka itulah,    (ُ‫َمتَاع‬
ِ ‫)ال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهللاُ ِعن َدهُ ُحسْنُ ْال َمَئا‬ 
‫ب‬ ْ :”Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik (surga).”

ANNUR;31
Ayat 59 dari surat al-Ahzab ini sangat berkaitan erat dengan surat an-Nur
ayat 31 yang menjelaskan tentang wajibnya menutup aurat. Maka, dalam
penafsirannya pun para ulama selalu menghubungkan kedua ayat tersebut. Surat
al-Ahzab 59 merupakan pelengkap syari’at dari surat an-Nur ayat 31.Zhahir dari
surat al-Ahzab:59, telah dengan sangat jelas memberikan indikasi bahwa
pemakaian jilbab bagi wanita adalah sesuatu yang wajib.Permasalahan yang
kemudian muncul adalah tentang tata cara pemakaian jilbab. Ibnu Jarir at-Thabari,
sebagaimana dikutip as-Shabuni, berpendapat bahwa seorang wanita selain
diharuskan menutup rambut dan kepalanya, ia juga harus menutup wajahnya dan
hanya boleh menampakkan mata sebelah kiri saja.1 Sedangkan Abu Hayyan
meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah, bahwa seorang wanita harus
mengulurkan jilbabnya sampai di atas dahi kemudian mengaitkannya ke hidung.
1
Ali as-Shabuni, Rawa’i al-Bayan fi Tafsir ayat al-Ahkam II, (Beirut: Dar al-Fikr,
2000), hal. 309
4

Wanita boleh menampakkan kedua matanya, namun harus menutupi dada dan
sebagian besar wajahnya.2

C. MAKNA KALIMAT
AL-A’RAAF ; 32,

 = perhiasan
 = hambanya
ALI-IMRAN;14,

 = Perak
  = Kuda Pilihan
  = bintang ternak dan sawah ladang

ANNUR;31

‫مُخُِر‬ = bentuk jamak dari khimar, artinya kain kerudung yang dipakai untuk

menutupi kepala; dikenal pula dengan sebutan muqani’


‫بِ ْع ٌل‬ = bentuk jamaknya adalah bu’ul artinya suami.

‫ = يَ ُغضُّ وْ ا‬bentu mudari’ dari gadda (‫ )غض‬artinya mengurangi pandangan mata


atau suara.

‫ين ِزينََت ُه َّن‬ ِ


َ ‫= َوال يُْب د‬ janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya).

Katayubdina adalah bentuk mudari’ dari bada (‫ )ب```دا‬artinya


muncul dengan jelas.
                                                        

D. ASBABUL NUZUL
AL-A’RAAF ; 32,

2
Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhith VII, (Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah,1993),  hal. 240
5

Setelah penulis mencari kebeberapa literatur untuk surat Al-A’raf penulis


belum menemukan asbabul nuzulnya.
ALI-IMRAN;14,
Setelah penulis mencari kebeberapa literatur untuk surat Al-A’raf penulis
belum menemukan asbabul nuzulnya.
ANNUR;31
Ayat ini di turun Madinah yang merupakan ayat dari surat An Nur yaitu
surat yang keseratus, termasuk golongan Madaniyah. Diriwayatkan oleh Ibnu
Katsir dari Muqatil bin Hayyan dari Jabir bin Abdillah Al Anshary berkata bahwa
Asma binti Murtsid, pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang
bermain-main di kebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-
gelang kakinya. Demikian juga dada dan sanggul mereka kelihatan, maka Asma
berkata : “ Alangkah buruknya pemandangan ini “ maka turunlah ayat ini yang
berkenaan dengan perintah bagi kaum mukminat untuk menutup aurat mereka.
Hal yang serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jabir. Dari Ali
Karromallahu Wajhah berkata, bahwa : pada masa Rasulullah ada seorang laki-
laki berjalan-jalan di Madinah, dia melihat seorang wanita dan wanita itupun
melihatnya, maka syetan menggoda keduanya, mereka sama-sama kagum, lalu
ketika lelaki itu berjalan ke arah tembok ia tidak melihatnya sehingga ia terbentur
tembok tersebut dan hidungnya berdarah, sebab ia hanya disibukkan oleh wanita
itu. Maka ia berkata bahwa ia tidak akan mengusap darah itu sehingga ia bertemu
Rasulullah dan menceritakan perihal keadaannya. Maka ketika bertemu
Rasulullah, beliau berkata kepadanya : “Ini adalah akibat dosamu”, kemudian
turunlah ayat ini. Mengenai riwayat yang bersumber dari Ali ra.erat kaitannya
dengan ayat sebelumnya. Akan tetapi dua riwayat yang lainnya lebih menekankan
pada perilaku muslimah dan keharusan seorang muslimah untuk menutup
auratnya.Jadi ketiga riwayat tersebut tidak ada yang bertentangan hanya saja
redaksi penyampaiannya berbeda. Bisa jadi sebab yang lebih khusus itu
diutamakan untuk perempuan sedangkan sebab yang sama dengan perintah untuk
laki-laki itu dikarenakan korelasinya dengan ayat tersebut.3

3
Qamaruddin Sholeh, dkk,Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1997), hal. 356
6

E. PENJELASAN
AL-A’RAAF ; 32,
Perintah makan dan minum, lagi tidak berlebih-lebihan, yakni tidak
melampaui batas, merupakan tuntunan yang harus disesuaikan dengan kondisi
setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang, boleh
jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas dasar
itu, kita dapat berkata bahwa penggalan ayat tersebut mengajarkan sikap
proporsional dalam makan dan minum. 4
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang dimaksud zinah dalam ayat ini
ialah pakaian, yaitu pakaian yang menutup aurot, terbuat dari kain yang baik dan
bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan untuk
memakai pakaiannya yang indah disetiap memasuki masjid.
Berdasarkan ayat ini dan hadis yang menerangkan hal yang semisal,
disunahkan memakai pakaian yang indah disaat hendak melakukan salat, terlebih
lagi salat jum’at dan shalat hari raya. Disunatkan pula memakai wewangian,
karena wewangian termasuk ke dalam pengertian perhiasan. Juga disunahkan
bersiwak, mengingat siwak merupakan kesempurnaan bagi hal tersebut.5
Pakaian yang paling utama ialah yang berwarna putih, seperti yang telah
diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Bahwa
Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih, karena sesungguhnya
pakaian putih adalah pakaian terbaik kalian, dan kafankanlah dengannya orang-
orang mati kalian. Dan sesungguhnya sebaik-baik celak kalian memakai ismid,
karena sesunnguhnya ismid itu dapat mencerahkan pandangan mata dan
menumbuhkan rambut.

Kata Akhraja dikeluarkan dalam firman-Nya (‫)اخرج لعبا ده‬, dipahami dalam


arti dinampakkan olehNya dengan mengilhami manusia mendambakan keindahan,
mengekspresikan dan menciptakan, kemudian menikmatinya, baik dalam rangka

4
Al Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 14,
( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 76
5
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,ter. Abu Bakar, (Bandung: Algensisindo, 2004), hal.287
7

menutuoi apa yang buruk pada dirinya, maupun untuk menambah keindahannya.
Keindahan adalah satu dari tiga hal yang yang mencerminkan ketinggian
peradaban manusia. Mencari yang benar menciptakan ilmu, berbuat yang baik
membuahkan etika, dan mengekspresikan yang indah melahirkan seni. Ketiga hal
itu, ilmu, etika, dan seni adalah tiga pilar yang menghasilkan peradaban.     
  Bahwa yang dituntun untuk digunakan dari rezeki adalah yang baik-baik
mengandung yang menggunakan apa yang sesuai dengan kondisi manusia, baik
dalam kedudukannya sebagai jenis, maupun pribadi demi pribadi. Manusia
sebagai satu jenis makhluk yang memiliki ciri-ciri tertentu jasmani maupun
rohani, tentu saja mempunyai kebutuhan bagi kelanjutan dan kenyamanan
hidupnya rohani dan jasmani. Karena itu tidak semua yang terhampar di bumi
dapat dia makan atau gunakan. Ada  diantara yang terhampar itu, yang disiapkan
Allah bukan untuk dia gunakan atau makan, tetapi untuk digunakan dan dimakan
oleh jenis yang lain yang keberadaannya dibutuhkan manusia. Karbondioksida
tidak dibutuhkan manusia tetapi ia diciptakan Allah karena dibutuhkan oleh
tumbuhan demi kelangsungan hidup jenis itu, dan disisi lain tumbuhan tersebut
dibutuhkan manusia. Oksigen dikeluarkan oleh tumbuhan, tetapi ia amat
dibutuhkan oleh jenis manusia. Demikian terlihat, apa yang baik untuk satu jenis
makhluk boleh jadi tidak baik untuk satu jenis makhluk boleh jadi tidak baik
untuk jenis makhluk lain.6

ALI-IMRAN;14,
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap manusia dalam kehidupan dunia
ini akan dihiasi oleh keinginan atau kecenderungan terhadap syahwat atau hawa
nafsu yang cenderung mengikuti bisikan setan, dalam ayat ini disebutkan
perhiasan atau kesenangan manusia di dunia sebagai ujian antara lain:

1. Wanita, Wanita sudah ditaqdirkan atau dalam penciptaannya sudah indah


sehingga pantas wanita sebagai perhiasan dunia. Dalam perkembangan
sejarah ummat manusia, banyak pemimpin atau raja yang tidak kuat dikala

6
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal 78
8

diuji dengan hiasan dunia yang namanya wanita. Dalam dunia akhir-akhir
ini juga ujian dari wanita semakin dahsyat baik lewat media cetak,
elektronik maupun langsung dalam wujud pergaulan dan interaksi sosial
lainnya. Oleh karena itu kecenderungan terhadap perhiasan dunia yang
berupa wanita sudah diberi jalan oleh Allah SWT dengan jalan menikah
dan membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan warohmah. Untuk
itulah kita perlu menjaga kecenderungan kepada perhiasan yang bernama
wanita agar jangan sampai tergelincir dari jalan Allah SWT.
2. Anak, Sejak zaman dahulu anak sudah menjadi perhiasan dunia, tanpa
kehadiran anak tentunya akan terasa berbeda, seperti bagaimana kerinduan
sorang nabi Ibrohim terhadap kelahiran seorang anak (Ismail) dan
kemudian ketika do'anya dkabulkan oleh Allah SWT kemudian beliau
diuji keimanannya apakah cinta atau keenderungan hubbus syahawat
terhadap anak lebih besar terhadap cintanya kepada Allah SWT dengan
ujian untuk menyembelih anak tersayangnya dan ternyatakecintaan nabi
Ibrohim terhadap Allah lebih besar dan melakukan perintah Allah SWT
untuk menyembelih putranya yang akhirnya Allah SWT mengganti Nabi
Ismail dengan seekor domba yang besar. inilah perhiasan dunia yang
berupa anak dapat membuat kecintaan kita kepada Allah SWT menjadi
berkurang jika tidak dapat mengendalikan syahwat kepada baniin (anak).
3. Harta yang banyak merupakan impian dan keinginan semua orang agar
dalam hidup mengarungi dunia ini dapat kiranya bahagia, padahal
kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya,
tetapi manusia berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta sampai lupa
akan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT untuk beribadah kepada-
Nya. inilah perhiasan dunia berupa harta yang dapat menggelincirkan
orang dari jalan Allah, seperti yang dialami oleh seorang Sa'labah.
bagaimana dia begitu rajin beribadah tatkala ia masih dalam kondisi
miskin bahkan sangat miskin sampai-sampai untuk melaksanakan ibadah
dia harus bergantian dengan istrinya karena tidak ada kain lagi, akan tetapi
setelah dia menghadap rosulullah dan minta di do'akan agar menjadi orang
9

yang kaya kemidian diberikanlah seekor kambing kepada Sa'labah.


kemudian dari satu kambing itulah berak pinak sehingga sa'labah menjadi
orang yang kaya raya namun dengan ujian kekayaannya itu dia tergelincir
sehingga kemudian tidak taat kepada Allah SWT.
4. Emas dan perak, merupakan simbol dari kesuksesan seseorang dalam
kehidupan dunia ini sehingga kebanyakan manusia berlomba-lomba untuk
mengumpulkan emas dan perak dan kecencerungan untuk mengumpulkan
emas dan perak kalau kita tidak hati-hati dapat menggelncirkan seorang
dari jalan Allah.
5. Kuda yang bagus atau dalam bahasa sekarang adalah kendaraan yang
mewah, adalah keinginan hampir semua orang, setelah mempunyai istri
atau wanita, harta yang banyak dan emas dan perak adalah kendaraan yang
dapat digunakan untuk kepentingan kehidupan. Pada zaman dahulu kuda
merupakan kendaraan yang bergensi dan mempunyai kedudukan yang
tinggi ketika orang memiliki kendaraan yang bagu. inilah hiasan-hiasan
dunia yang patut kita waspada terhadap keinginan atau hasyrat yang
berlebihan sehngga menggelincirkan dari beribadah kepada Allah SWT.
6. Hewan ternak termasuk sapi atau kambing atau dalam bahasa sekarang
adalah modal atau usaha yang banyak. walaupun secara harfiah juga
kesenangan kepada hewan atau binatang peliharaan juga termasuk pada
hiasan dunia, seperti burung dengan harga yang mahal, sapi atau kambing
untuk lomba, atau hal lainnya yang memiliki kecenderungan untuk
memiliki.
7. Sawah dan ladang yang luas dan tanaman termasuk juga tambak, kebun
dan usaha-usaha yang berkaitan dengan itu merupakan hiasan dunia yang
menghiasi kehidupan manusia didunia ini. yang membuat manusia
mempunyai kecenderungan untuk memilikinya semua.

ANNUR;31
10

Menurut Syaikh As Sa’diy, seperti pakaian yang indah, perhiasan dan


semua badan. Ulama memiliki beberapa penafsiran tentang ayat “kecuali yang
(biasa) terlihat”, sbb:
1. Ada yang menafsirkan “kecuali perhiasan yang tampak tanpa
disengaja”
2.  Ada juga yang menafsirkan bahwa perhiasan yang tampak itu
adalah pakaian.
3.  Ada juga yang menafsirkan perhiasan yang biasa tampak itu
adalah celak, cincin, pacar di jari tangan dsb., yakni yang tidak
mungkin ditutupi.
4.  Ada pula yang menafsirkan dengan, muka dan telapak tangannya
jika tidak dikhawatirkan fitnah menurut salah satu di antara dua
pendapat ulama, sedangkan menurut pendapat yang lain, bahwa
muka haram dibuka karena ia tempat fitnah.
Sehingga menutupi kepala, leher dan dada.Yang tersembunyi, yaitu selain
muka dan telapak tangan.Dan seterusnya ke atas.Dan seterusnya ke
bawah.Sekandung, sebapak atau seibu. Ini semua adalah mahram wanita, boleh
bagi wanita menampakkan perhiasannya,akan tetapi tanpa bertabarruj. (Mahram
bagi wanita adalah laki-laki yang boleh memandangnya, berduaan dan bepergian
bersamanya).
Tidak disebutkan paman dari pihak bapak (‘amm) juga dari pihak ibu
(khaal) karena bila wanita terbuka di hadapan mereka dikhawatirkan mereka
mensifatinya kepada anak-anaknya.Namun jumhur ulama berpendapat bahwa
paman (baik dari pihak ayah maupun ibu) termasuk mahram seperti mahram
lainnya meskipun tidak disebutkan pada ayat di atas.Termasuk juga mahram dari
sepersusuan.
Al Qurthubiy berkata, “Tingkatan para mahram berbeda-beda satu sama
lain ditinjau dari segi pribadi secara manusiawi. Tidak diragukan lagi,
keterbukaan seorang wanita di hadapan bapak dan saudara laki-lakinya lebih
terjamin atau terpelihara daripada keterbukaannya di hadapan anak suami (anak
tiri).Karena itu batas aurat yang boleh terbuka di hadapan masing-masing mahram
11

berbeda-beda pula.”Ada yang berpendapat bahwa mahram boleh melihat anggota-


anggota tubuh wanita yang biasa tampak seperti anggota tubuh yang dibasuh
ketika berwudhu’.Madzhab Maliki berpendapat bahwa aurat wanita di hadapan
laki-laki mahram adalah sekujur tubuhnya kecuali muka dan ujung-ujung anggota
tubuh seperti kepala, kuduk, dua tangan dan dua kaki.Adapun madzhab Hanbali,
mereka berpendapat bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki mahram adalah
sekujur tubuhnya kecuali muka, kuduk, kepala, dua tangan, kaki dan betis.
Namun perlu diingat bahwa kebolehan melihat bagi mahram adalah bukan
untuk bersenang-senang dan memuaskan nafsu. Sedangkan kepada suami maka
tidak ada batasan aurat sama sekali, baik suami maupun isteri boleh melihat
seluruh tubuh pasangannya. Ulama tidak berbeda pendapat tentang aurat wanita di
hadapan sesama wanita, yakni tidak haram bagi wanita muslimah tubuhnya
terbuka di hadapan sesamanya kecuali bagian antara pusat dan lutut.Wanita di
ayat tersebut adalah wanita muslimah, adapun wanita kafir tidak termasuk, karena
mereka tidak memiliki aturan haramnya mensifati wanita kepada laki-laki mereka.
Sedangkan wanita muslimah mengetahui bahwa mensifati wanita muslimah lainke
laki-laki adalah haram.7 Oleh karena itu, budak apabila seluruh dirinya adalah
milik seorang wanita, maka ia boleh melihat tuan putrinya itu selama tuan
putrinya memiliki dirinya semua, jika kepemilikan hilang atau hanya sebagian
saja, maka tidak boleh dilihat, demikian menurut Syaikh As Sa’diy.
Di mana ia tidak berhasrat kepada wanita baik di hatinya maupun di
farjinya, disebabkan cacat akal atau fisik seperti karena tua, banci maupun
impotensi (lemah syahwat).8 Adapun jika anak-anak itu sudah mendekati baligh,
di mana ia sudah bisa membedakan antara wanita jelek dengan wanita cantik,
maka hendaklah wanita tidak terbuka di hadapannya. Ke tanah atau lantai.Seperti
gelang-gelang kaki. Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan
perintah-perintah yang bijaksana ini, dan sudah pasti seorang mukmin memiliki
kekurangan sehingga tidak dapat melaksanakannya secara maksimal, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan mereka bertobat.
7
Asy Syaukani, Fathul-Qadir Jilid IV, (Beirut: Dar El Fikr T th), hal.22
8
Abu Malik Kamal,Ensiklopedi Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2001), hal.
165
12

Dari melihat sesuatu yang diharamkan dan dari dosa-dosa lainnya. Oleh
karena itu, tidak ada cara lain agar seseorang dapat beruntung kecuali dengan
tobat. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap mukmin butuh bertobat, karena firman-
Nya ini tertuju kepada semua mukmin, demikian pula terdapat anjuran agar ikhlas
dalam bertobat, bukan karena riya’, sum’ah dan maksud-maksud duniawi lainnya.

F. KESIMPULAN
1. Selalu menutupi aurat, karena seluruh tubuh wanita adalah aurat, dan
perhiasan yang tidak ada tandingannya.
2. Menutupi aurat bukan berarti membalut aurat, karena menutupi tidak
tampak bentuknya, beda dengan membalutkannya.
3. Perhiasan diperioritaskan kepada perempuan tidak untuk laki-laki.
4. Jika berbuat salah maka segeralah untuk bertobat, sesungguhnya Allah
maha pemaaf.

G. REFERENSI

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Ali as-Shabuni, Rawa’i al-Bayan fi Tafsir ayat al-Ahkam II, Beirut: Dar al-Fikr,
2000.
Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhith VII, Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah,1993.
Qamaruddin Sholeh, dkk,Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro, 1997.
Al Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 14,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003.
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,ter. Abu Bakar, Bandung: Algensisindo, 2004.
Asy Syaukani, Fathul-Qadir Jilid IV, Beirut: Dar El Fikr T th.
Abu Malik Kamal,Ensiklopedi Fiqh Wanita, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2001.
13

DI SUSUN
O
L
E
H
AFNIDAR
NIM : 141208010
Unit/Semester : 3/III
14

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
TAHUN AJARAN 2015 – 2016

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “SURAT AL-
A’RAAF ; 32, ALI-IMRAN;14, ANNUR;31” dengan lancar, dalam pembuatan
makalah ini.

Bersama ini pula kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak, selaku
dosen pengajar yang telah memberi penjelasan dan bimbingan sehingga kami
dapat menyelasaikan makalah tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
ini banyak pihak yang terlibat baik secara langsung atau maupun tidak langsung,
sehingga pekerjaan yang sangat berat ini menjadi sedikit ringan, maka tidak
berlebihan apa bila pada kesempatan ini kami menghanturkan dan menyampaikan
rasa terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca


padaumumnya danpenulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa
dalampembuatan makalah inimasih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerimasaran dan kritik yang bersifatmembangun. Sekian terima kasih.
15

Lhokseumawe, 22 Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
A. Ayat dan Terjemahan.......................................................................1
B. Makna Umum..................................................................................3
C. Makna Kalimat................................................................................4
D. Asbabun Nuzul................................................................................5
E. Penjelasan Ayat...............................................................................6
F. Kesimpulan....................................................................................12
G. Referensi........................................................................................13

Anda mungkin juga menyukai