Aal-A'raf Ayat 32 BARU Benar
Aal-A'raf Ayat 32 BARU Benar
ALI-IMRAN ; 14
ANNUR;31
ALI-IMRAN;14,
Allah ta’ala mengabarkan dalam dua ayat ini tentang kondisi manusia
ketika mendahulukan dunia atas akhirat, lalu Allah menjelaskan perbedaan yang
besar dan ketidaksamaan antara kedua alam tersebut, di mana Allah mengabarkan
bahwa manusia dihiasi dengan perkara-perkara tersebut hingga mereka meliriknya
dengan mata mereka, dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka, jiwa-jiwa
mereka terbuai dalam kenikmatan-kenikmatannya. Dan setiap kelompok dari
manusia itu condong kepada salah satu jenis dari jenis-jenis kenikmatan tersebut,
yang sebenarnya mereka telah menjadikannya sebagai cita-cita terbesar mereka
dan puncak dari pengetahuan mereka. Padahal itu semua hanyalah kenikmatan
yang sedikit yang akan lenyap dalam waktu yang sekejap, maka itulah, (َُمتَاع
ِ )ال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهللاُ ِعن َدهُ ُحسْنُ ْال َمَئا
ب ْ :”Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik (surga).”
ANNUR;31
Ayat 59 dari surat al-Ahzab ini sangat berkaitan erat dengan surat an-Nur
ayat 31 yang menjelaskan tentang wajibnya menutup aurat. Maka, dalam
penafsirannya pun para ulama selalu menghubungkan kedua ayat tersebut. Surat
al-Ahzab 59 merupakan pelengkap syari’at dari surat an-Nur ayat 31.Zhahir dari
surat al-Ahzab:59, telah dengan sangat jelas memberikan indikasi bahwa
pemakaian jilbab bagi wanita adalah sesuatu yang wajib.Permasalahan yang
kemudian muncul adalah tentang tata cara pemakaian jilbab. Ibnu Jarir at-Thabari,
sebagaimana dikutip as-Shabuni, berpendapat bahwa seorang wanita selain
diharuskan menutup rambut dan kepalanya, ia juga harus menutup wajahnya dan
hanya boleh menampakkan mata sebelah kiri saja.1 Sedangkan Abu Hayyan
meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah, bahwa seorang wanita harus
mengulurkan jilbabnya sampai di atas dahi kemudian mengaitkannya ke hidung.
1
Ali as-Shabuni, Rawa’i al-Bayan fi Tafsir ayat al-Ahkam II, (Beirut: Dar al-Fikr,
2000), hal. 309
4
Wanita boleh menampakkan kedua matanya, namun harus menutupi dada dan
sebagian besar wajahnya.2
C. MAKNA KALIMAT
AL-A’RAAF ; 32,
= perhiasan
= hambanya
ALI-IMRAN;14,
= Perak
= Kuda Pilihan
= bintang ternak dan sawah ladang
ANNUR;31
مُخُِر = bentuk jamak dari khimar, artinya kain kerudung yang dipakai untuk
D. ASBABUL NUZUL
AL-A’RAAF ; 32,
2
Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhith VII, (Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah,1993), hal. 240
5
3
Qamaruddin Sholeh, dkk,Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1997), hal. 356
6
E. PENJELASAN
AL-A’RAAF ; 32,
Perintah makan dan minum, lagi tidak berlebih-lebihan, yakni tidak
melampaui batas, merupakan tuntunan yang harus disesuaikan dengan kondisi
setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang, boleh
jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas dasar
itu, kita dapat berkata bahwa penggalan ayat tersebut mengajarkan sikap
proporsional dalam makan dan minum. 4
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang dimaksud zinah dalam ayat ini
ialah pakaian, yaitu pakaian yang menutup aurot, terbuat dari kain yang baik dan
bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan untuk
memakai pakaiannya yang indah disetiap memasuki masjid.
Berdasarkan ayat ini dan hadis yang menerangkan hal yang semisal,
disunahkan memakai pakaian yang indah disaat hendak melakukan salat, terlebih
lagi salat jum’at dan shalat hari raya. Disunatkan pula memakai wewangian,
karena wewangian termasuk ke dalam pengertian perhiasan. Juga disunahkan
bersiwak, mengingat siwak merupakan kesempurnaan bagi hal tersebut.5
Pakaian yang paling utama ialah yang berwarna putih, seperti yang telah
diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Bahwa
Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih, karena sesungguhnya
pakaian putih adalah pakaian terbaik kalian, dan kafankanlah dengannya orang-
orang mati kalian. Dan sesungguhnya sebaik-baik celak kalian memakai ismid,
karena sesunnguhnya ismid itu dapat mencerahkan pandangan mata dan
menumbuhkan rambut.
4
Al Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 14,
( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 76
5
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,ter. Abu Bakar, (Bandung: Algensisindo, 2004), hal.287
7
menutuoi apa yang buruk pada dirinya, maupun untuk menambah keindahannya.
Keindahan adalah satu dari tiga hal yang yang mencerminkan ketinggian
peradaban manusia. Mencari yang benar menciptakan ilmu, berbuat yang baik
membuahkan etika, dan mengekspresikan yang indah melahirkan seni. Ketiga hal
itu, ilmu, etika, dan seni adalah tiga pilar yang menghasilkan peradaban.
Bahwa yang dituntun untuk digunakan dari rezeki adalah yang baik-baik
mengandung yang menggunakan apa yang sesuai dengan kondisi manusia, baik
dalam kedudukannya sebagai jenis, maupun pribadi demi pribadi. Manusia
sebagai satu jenis makhluk yang memiliki ciri-ciri tertentu jasmani maupun
rohani, tentu saja mempunyai kebutuhan bagi kelanjutan dan kenyamanan
hidupnya rohani dan jasmani. Karena itu tidak semua yang terhampar di bumi
dapat dia makan atau gunakan. Ada diantara yang terhampar itu, yang disiapkan
Allah bukan untuk dia gunakan atau makan, tetapi untuk digunakan dan dimakan
oleh jenis yang lain yang keberadaannya dibutuhkan manusia. Karbondioksida
tidak dibutuhkan manusia tetapi ia diciptakan Allah karena dibutuhkan oleh
tumbuhan demi kelangsungan hidup jenis itu, dan disisi lain tumbuhan tersebut
dibutuhkan manusia. Oksigen dikeluarkan oleh tumbuhan, tetapi ia amat
dibutuhkan oleh jenis manusia. Demikian terlihat, apa yang baik untuk satu jenis
makhluk boleh jadi tidak baik untuk satu jenis makhluk boleh jadi tidak baik
untuk jenis makhluk lain.6
ALI-IMRAN;14,
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap manusia dalam kehidupan dunia
ini akan dihiasi oleh keinginan atau kecenderungan terhadap syahwat atau hawa
nafsu yang cenderung mengikuti bisikan setan, dalam ayat ini disebutkan
perhiasan atau kesenangan manusia di dunia sebagai ujian antara lain:
6
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal 78
8
diuji dengan hiasan dunia yang namanya wanita. Dalam dunia akhir-akhir
ini juga ujian dari wanita semakin dahsyat baik lewat media cetak,
elektronik maupun langsung dalam wujud pergaulan dan interaksi sosial
lainnya. Oleh karena itu kecenderungan terhadap perhiasan dunia yang
berupa wanita sudah diberi jalan oleh Allah SWT dengan jalan menikah
dan membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan warohmah. Untuk
itulah kita perlu menjaga kecenderungan kepada perhiasan yang bernama
wanita agar jangan sampai tergelincir dari jalan Allah SWT.
2. Anak, Sejak zaman dahulu anak sudah menjadi perhiasan dunia, tanpa
kehadiran anak tentunya akan terasa berbeda, seperti bagaimana kerinduan
sorang nabi Ibrohim terhadap kelahiran seorang anak (Ismail) dan
kemudian ketika do'anya dkabulkan oleh Allah SWT kemudian beliau
diuji keimanannya apakah cinta atau keenderungan hubbus syahawat
terhadap anak lebih besar terhadap cintanya kepada Allah SWT dengan
ujian untuk menyembelih anak tersayangnya dan ternyatakecintaan nabi
Ibrohim terhadap Allah lebih besar dan melakukan perintah Allah SWT
untuk menyembelih putranya yang akhirnya Allah SWT mengganti Nabi
Ismail dengan seekor domba yang besar. inilah perhiasan dunia yang
berupa anak dapat membuat kecintaan kita kepada Allah SWT menjadi
berkurang jika tidak dapat mengendalikan syahwat kepada baniin (anak).
3. Harta yang banyak merupakan impian dan keinginan semua orang agar
dalam hidup mengarungi dunia ini dapat kiranya bahagia, padahal
kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya,
tetapi manusia berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta sampai lupa
akan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT untuk beribadah kepada-
Nya. inilah perhiasan dunia berupa harta yang dapat menggelincirkan
orang dari jalan Allah, seperti yang dialami oleh seorang Sa'labah.
bagaimana dia begitu rajin beribadah tatkala ia masih dalam kondisi
miskin bahkan sangat miskin sampai-sampai untuk melaksanakan ibadah
dia harus bergantian dengan istrinya karena tidak ada kain lagi, akan tetapi
setelah dia menghadap rosulullah dan minta di do'akan agar menjadi orang
9
ANNUR;31
10
Dari melihat sesuatu yang diharamkan dan dari dosa-dosa lainnya. Oleh
karena itu, tidak ada cara lain agar seseorang dapat beruntung kecuali dengan
tobat. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap mukmin butuh bertobat, karena firman-
Nya ini tertuju kepada semua mukmin, demikian pula terdapat anjuran agar ikhlas
dalam bertobat, bukan karena riya’, sum’ah dan maksud-maksud duniawi lainnya.
F. KESIMPULAN
1. Selalu menutupi aurat, karena seluruh tubuh wanita adalah aurat, dan
perhiasan yang tidak ada tandingannya.
2. Menutupi aurat bukan berarti membalut aurat, karena menutupi tidak
tampak bentuknya, beda dengan membalutkannya.
3. Perhiasan diperioritaskan kepada perempuan tidak untuk laki-laki.
4. Jika berbuat salah maka segeralah untuk bertobat, sesungguhnya Allah
maha pemaaf.
G. REFERENSI
DI SUSUN
O
L
E
H
AFNIDAR
NIM : 141208010
Unit/Semester : 3/III
14
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “SURAT AL-
A’RAAF ; 32, ALI-IMRAN;14, ANNUR;31” dengan lancar, dalam pembuatan
makalah ini.
Bersama ini pula kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak, selaku
dosen pengajar yang telah memberi penjelasan dan bimbingan sehingga kami
dapat menyelasaikan makalah tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
ini banyak pihak yang terlibat baik secara langsung atau maupun tidak langsung,
sehingga pekerjaan yang sangat berat ini menjadi sedikit ringan, maka tidak
berlebihan apa bila pada kesempatan ini kami menghanturkan dan menyampaikan
rasa terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun
DAFTAR ISI